Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Laut

Gelombang merupakan suatu fenomena pergerakan naik dan turunnya air


dengan arah tegak lurus terhadap permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik
sinusoidal (Holthuijsen, 2007), dimana jika suatu benda atau material yang berada
pada permukaan laut terdapat gelombang maka material tersebut bergerak naik
turun berpindah dari titik awal kemudian kembali lagi ke posisi semula akibat dari
gerakan orbital gelombang pada kolom air yang memutar.

Pada umumnya fenomena gelombang air adalah kompleks dan sukar untuk
dijelaskan secara matematis karena non liniaritas, karakteristik tiga dimensi, dan
perilaku yang terlihat acak. Walaupun begitu telah ada dua teori klasik tentang
gelombang, pertama dikembangkan oleh Airy (1845) dan lainya dikembangkan
oleh Stokes (1880) yang menjelaskan gelombang sederhana. Teori Airy dan Stokes
umumnya untuk memprediksi perilaku gelombang secara lebih baik dimana
kedalaman air relatif terhadap panjang gelombang tidak terlalu kecil. Teori ini
merupakan dasar yang penting karena disamping mudah untuk menggunakannya
juga handal untuk sebagian besar daerah gelombang (Pratikto Widi A et al. 2014).

Menurut Triatmodjo (2016) Karakteristik gelombang laut dapat ditinjau dari


beberapa parameter yang menjelaskan gelombang laut meliputi :

a. Tinggi gelombang (H) adalah jarak vertikal antara puncak gelombang dan
lembah gelombang (m).
b. Panjang gelombang (L) adalah jarak antara dua puncak gelombang yang
berurutan (m).
c. Periode gelombang (T) adalah waktu yang ditempuh untuk mencapai satu
panjang gelombang (s).
d. Cepat rambat gelombang (C) adalah perbandingan antara panjang gelombang
dan periode gelombang (L/T)
e. Kedalaman laut (d) adalah jarak antara muka air terhadap muka air rerata dan
dasar laut (m).

Gambar 2.1 Sketsa Definisi Gelombang

2.2 Pembangkitan Gelombang dari angin


Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula tenang akan
menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, selanjutnya timbul riak-riak
gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak
gelombang tersebut menjadi bertambah besar dan apabila angin berhembus terus
akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin
berhembus, maka semakin besarlah gelombang yang terbentuk hingga akhirnya
membentuk puncak gelombang yang curam dan selanjutnya akan terjadi fenomena
gelombang pecah (Pratikto Widi A et al. 2014).
Didalam peralaman tinggi dan periode gelombang signifikan dipengaruhi
oleh beberapa parameter berikut ini (Triatmodjo, 2016).
a. Arah dan kecepatan angin (U)
Sering kali pengukuran angin dilakukan di daratan, sehingga perlunya
konversi dari angin di daratan menjadi angin di atas laut. Hubungan ini
dihitung dengan menggunakan pendekatan rumus 𝑅𝐿 = 𝑈𝑊 /𝑈𝐿 .
b. Lama Hembus angin (D)
Lama hembus angin sangat berkaitan dengan tinggi gelombang, semakin
lama hembus angin suatu perairan maka tinggi gelombang akan semakin
tinggi pula begitu juga sebaliknya.
c. Fetch (F)
Panjang daerah pembangkit gelombang dimana angin mempunyai kecepatan
dan arah konstan.

2.3 Data angin


Angin merupakan gerakan udara secara horizontal yang mempunyai arah
dan kecepatan. Arah angin dinyatakan dengan arah dari mana datangnya,
misalnya angin barat adalah angin yang datang dari jurusan barat dan angin
timur adalah angin yang datangnya dari jurusan timur dan sebagainya.
Kecepatan angin lazimnya dinyatakan dalam satuan knot (mil laut per jam)
atau dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s)
2.4 Fetch

2.5 Tranformasi Gelombang


Gelombang yang bergerak dari laut dalam menuju pantai akan mengalami
perubahan bentuk (transformasi) gelombang akibat dari perubahan kedalaman
perairan. Berkurangnya kealaman perairan menyebabkan berkurangnya panjang
dan kecepatan gelombang serta bertambahnya tinggi gelombang (H. Ikhsanudin et
al. 2017). Transformasi gelombang diperlihatkan pada gambar

Sumber: www.oseanografi.lipi.go.id

Gambar 2.2 Transformasi gelombang

Perubahan kecepatan gelombang ketika memasuki daerah kedalaman kurang


dari setengah panjang gelombang atau daerah pendangkalan (shoaling)
mengakibatkan pembelokan dari arah penjalaran gelombang semula berubah.
Refraksi ini membuat puncak gelombang sejajar dengan garis pantai. Pembelokan
arah gelombang juga dapat disebabkan adanya penghalang seperti pulau atau
penghalang berupa bangunan Breakwater yang disebut difraksi gelombang.
Selain refraksi dan difraksi, gelombang juga mengalami refleksi atau
pemantulan seperti yang dialami gelombang yang memasuki daerah pelabuhan dan
teluk. Gelombang yang datang dipantulkan kembali ke arah laut. Superposisi dari
gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan disebut gelombang berdiri
(standing waves). Pada gelombang berdiri ini tidak terlihat adanya perambatan
gelombang seperti gelombang laut pada umumnya (Oseana, 2006)

Refraksi

Difraksi

Refleksi

Shoaling

Kedalaman relatif

Batimetri

Cintra

Tipe Gelombang Pecah

Spilling

Plunging

Surging

Anda mungkin juga menyukai