Anda di halaman 1dari 13

Buku Ajar Pelabuhan 2-1

II. PERENCANAAN PELABUHAN

Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini merupakan cakupan secara
menyeluruh aspek-aspek yang diperlukan dalam merencanakan Pelabuhan.
Perencanaan umum Pelabuhan dimulai dari pemahaman parameter – parameter yang
mempengaruhinya, diantaranya pasang surut, gelombang, karakteristik tanah dan lain-
lain.

2.1. Pendahuluan

2.1.1. Deskripsi Singkat

Menjelaskan tentang dasar – dasar perencanaan pelabuhan mulai dari tahapan


pengumpulan data, survey, analisis dan perencanaan. Perencanaan pelabuhan
memperhatikan parameter yag berpengaruh yaitu pasang surut, gelombang,
karakteristik tanah dan lain-lain. Parameter tersebut digynakan untuk merencanakan
fasilitas utama, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjangnya.

2.1.2. Relevasi (mata kuliah)

Membekali Sarjana Teknik Jurusan Sipil dalam merencanakan Pelabuhan.


Rinciannya adalah tentang Karakteristik kapal rencana, karakteristik hidro-
oseanografi, tahapan perencanaan.

2.1.3 Kompetensi Dasar

Dengan diberikannya rincian materi tentang Karakteristik kapal rencana,


karakteristik hidro-oseanografi, tahapan perencanaan. Mahasiswa mampu
menjelaskan tahapan perencanaan pelabuhan dengan benar (80% ).

2.2 Penyajian

2.2.1 Umum

Sebuah pelabuhan harus direncanakan untuk menjamin keamanan,


kenyamanan, dan efisiensi, baik dari segi biaya pengangkutan maupun
Buku Ajar Pelabuhan 2-2

penanganannya. Sebuah pelabuhan juga harus mampu memenuhi kebutuhan pada


masa yang akan datang.

Untuk memenuhi standar operasi pelabuhan perikanan yang memuaskan persyaratan


umum, yang harus dipenuhi adalah:

1. Alur pelayaran yang aman.


2. Ukuran dan kedalaman kolam pelabuhan cukup memenuhi kebutuhan kapal
yang berlabuh.
3. Tempat berlabuh (kolam pelabuhan) terlindung dari serangan gelombang.
4. Tersedia cukup ruang untuk melakukan aktivitas bongkar muat.
5. Tersedia fasilitas pendukung yang memadai.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam perencanaan pelabuhan perikanan ialah
aspek perencanaan teknik pelabuhan tersebut. Beberapa aspek perencanaan pelabuhan
yang penting adalah karakteristik kapal, elevasi pasang surut, gelombang. Untuk lebih
valid analisis hidrodinamika, juga diperlukan model matematika dan model fisik.

2.2.2 Karakteristik Kapal Rencana

Fasilitas dermaga yang akan didesain direncanakan untuk menerima beban dengan
contoh desain kriteria data kapal pada Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Contoh Kriteria Data Kapal

Uraian Satuan Kapal 30 GT


Panjang (LOA)) m 16.00
Lebar m 4.00
Draft m 2.5
Freeboard m 1.00
Panjang (L BP )
R R m -
Kecepatan Merapat m/det 0.25
Sudut Merapat deg 10°

2.2.3 Karakteristik Hidrooseanografi


Buku Ajar Pelabuhan 2-3

2.2.3.1 Pasang Surut

Survei Pasang Surut


Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan
ketinggian air setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara
teknis memenuhi syarat.

Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1


(satu) cm. Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan
elevasi air pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke
patok pengukuran topografi terdekat pada salah satu patok seperti Gambar 2.3, untuk
mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass.
Sehingga pengukuran topografi, batimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bi-
dang referensi) yang sama.

Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

dimana: T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal

BT.1 = Bacaan benang tengah di patok

BT.2 = Bacaan benang tengah di peilschaal

BT. 2 BT. 1

Patok

Peilschaal

Gambar 4.1 Pengikatan (levelling) peilschaal.


Data Pasang Surut
Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan oleh Gambar 4.2.
Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least
Buku Ajar Pelabuhan 2-4

Square. Hasil pencataan diambil dengan interval 1 jam sebagai input untuk Least
Square dan konstanta pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada
proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:

K1 + O1
NF =
M2 + S2

di mana jenis pasut untuk nilai NF:


0 - 0,25 = semi diurnal
0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)
1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)
>3,0 = diurnal
Kemudian hasil pengamatan dan peramalan dibandingkan dengan pasang surut yang
didapat dari NAO Tide. NAO Tide adalah suatu permodelan pasang surut global yang
dikembangkan oleh National Astronomical Observatory, Jepang, tahun 1999. Yang
dapat menyajikan 16 konstituen pasang surut dan mempunyai cakupan wilayah model
00 BT – 3600 BT dan 900 LS – 900 LU, Resolusi 0.50. Langkah selanjutnya dari
pengolahan data pasang surut adalah mencari harga elevasi-elevasi acuan dari
karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari harga elevasi-elevasi
tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari hasil peramalan seperti
disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Komponen Pasang Surut Sesuai Hasil Pengamatan

Konstituen Amplitudo Beda Fasa

M2 34.06 128.14

S2 22.91 97.44

N2 6.31 142.61

K2 16.16 -66.58

K1 6.77 77.84

O1 9.9 9.52

P1 9.68 -68.22
Buku Ajar Pelabuhan 2-5

M4 0.02 268.49

MS4 0.01 216.07

SO 19.74

dimana:
A : amplitudo,
g : beda fase,
M2 : komponen utama bulan (semi diurnal),
S2 : komponen utama matahari (semi diurnal),
N2 : komponen eliptis bulan,
K2 : komponen bulan,
K1 : komponen bulan,
O1 : komponen utama bulan (diurnal),
P1 : komponen utama matahari (semi diurnal),
M4 : komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan
MS4 : komponen utama matahari-bulan.

Contoh perhitungan bBerdasarkan komponen yang telah didapatkan dapat diketahui


sifat pasang surut yang terjadi dengan
K1 + O1
F= = 1,51
M 2 + S2
Dari nilai F (Formazalh) didapat berada di 0,25 < F < 1,5 maka pasang surut
dikategorikan dalam pasang campuran dominan Semi diurnal.
Dengan konstanta di atas, dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20
tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan
elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut contoh
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 2.3 Harga Elevasi-elevasi Acuan di Lokasi Pekerjaan Terhadap LLWL

Elevasi Terhadap Jumlah


No Elevasi Acuan
LLWL (cm) Kejadian

1 HHWL Highest High Water Level 334,78 192.78

2 MHWS Mean High Water Spring 294,44 163.95

3 MHWL Mean High Water Level 240,86 133.29

4 MSL Mean Sea Level 182,23 91.8


Buku Ajar Pelabuhan 2-6

5 MLWL Mean Low Water Level 125,56 50.23

6 MLWS Mean Low Water Spring 64,79 22.27

7 LLWL Lowest Low Water Level 0 0

2.2.3 Gelombang Rencana

Mengingat pengukuran gelombang secara langsung di lapangan membutuhkan biaya


yang sangat mahal, biasanya data gelombang untuk jangka waktu lama diperoleh dari
peramalan berdasarkan data angin (hindcasting). Demikian juga untuk pekerjaan ini,
data gelombang yang diperoleh didasarkan pada hasil hindcasting. Untuk perairan
pelabuhan Bengkunat, data gelombang didasarkan pada hasil hindcasting dengan
menggunakan data angin stasiun meteorologi maritim Branti, Lampung. Garis besar
metode peramalan gelombang diuraikan di bawah ini.

Jumlah kejadian angin harian maksimum per arah disajikan dalam Tabel 2.4.
Sedangkan gambar windrose total disajikan pada Gambar 2.4.

Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan diperlukan masukan berupa


data angin dan peta batimetri. Interaksi antara angin dan permukaan air menyebabkan
timbulnya gelombang (gelombang akibat angin atau wind induced waves). Peta
perairan lokasi dan sekitarnya diperlukan untuk menentukan besarnya “fetch” atau
kawasan pembentukan gelombang. Fetch adalah daerah pembentukan gelombang
yang diasumsikan memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya
kenyataan bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka
panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5°.

Panjang fetch sedianya dihitung untuk 8 arah mata angin. Untuk kasus pelabuhan
Bengkunat, fetch efektif yang diperhitungkan hanya 5 (lima) arah tanpa arah utara,
arah timur laut dan arah timur, karena arah-arah tersebut merupakan pantai yang tidak
mempunyai daerah pembentukan gelombang. Panjang fetch efektif dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:

Lf i =
∑ Lf . cos α
i i

∑ cos α i
Buku Ajar Pelabuhan 2-7

dimana:

Lf i R = Panjang fetch ke-i

αi R R
= Sudut pengukuran fetch ke-i

i = Jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,5° searah jarum jam dan 22,5°
berlawanan arah jarum jam dari masing-masing arah mata angin). Peta fetch untuk
contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat ditampilkan pada Gambar
2.3.Perhitungan panjang fetch efektif disajikan dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Perhitungan Fetch Efektif di Perairan Lepas Pantai Pelabuhan Bengkunat

Sudut(α) Panjang Fetch, F Fetch Efektif


Arah Utama F.Cosα
( o)
P P (m) (m)

0 0 0

-5 0 0

Tenggara -10 1.497.979.64 1.475.221.96 842.346

-15 1.416.942.28 1.368.661.14

-20 1.353.998.72 1.272.342.61

20 1.305.925.64 1.227.168.69

15 1.270.486.78 1.227.195.99

10 1.246.153.92 1.227.222.04

5 1.231.935.20 1.227.247.31

Selatan 0 1.227.272.19 1.227.272.19 1.258.993

-5 1.231.985.15 1.227.297.07

-10 1.246.255.77 1.227.322.34

-15 1.270.644.57 1.227.348.41

-20 1.306.145.96 1.227.375.72

20 1.231.985.15 1.157.687.35

15 1.246.255.77 1.203.790.63

10 1.270.644.57 1.251.340.62
Buku Ajar Pelabuhan 2-8

5 1.306.145.96 1.301.175.68

Barat Daya 0 1.354.291.39 1.354.291.39 1.370.694

-5 1.417.321.50 1.411.928.16

-10 1.498.465.86 1.475.700.8

-15 1.565.172.21 1.511.840.26

-20 1.444.805.39 1.357.672.96

20 1.354.291.39 1.272.617.63

15 1.417.321.50 1.369.027.44

10 1.498.465.86 1.475.700.8

5 1.565.172.21 1.559.216.26

Barat 0 1.444.805.39 1.444.805.39 1.361.042

-5 1.351.178.66 1.346.037.02

-10 1.278.082.91 1.258.665.96

-15 1.177.945.82 1.137.808.29

-20 1.145.979.95 1.076.868.9

20 0 0

15 1.124.031.70 1.085.731.25

10 1.111.206.39 1.094.324.67

5 1.111.251.45 1.107.022.8

Barat Laut 0 1.124.123.56 1.124.123.56 811.507

-5 1.146.122.27 1.141.760.93

-10 1.178.144.55 1.160.245.89

-15 232.147.83 224.237.585

-20 193.782.77 182.096.239


Buku Ajar Pelabuhan 2-9

Gambar 4.5 Peta fetch untuk contoh kawasan perairan Pelabuhan Bengkunat.
Buku Ajar Pelabuhan 2-10

stribusi Tinggi dan Arah Gelombang di Lepas Pantai Teluk Bengkunat


Diramal Berdasarkan Data Angin Jam-jaman di Branti
Total 2001-2005

BL U TL
40%

30%

20%

10%

0%

B T

BD S TG
Calm = 59.48% Tidak Tercatat = 0.11%

Jenis tongkat menunjukkan tinggi gelombang dalam meter.


Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.

Gambar 4.10 Windrose bulan September-Desember kawasan perairan Pelabuhan


Bengkunat.
Buku Ajar Pelabuhan 2-11

Gelombang rencana didapat dengan memprediksikan kejadiaan angin


maksimum dengan perioda tertentu. Dari hasil hindcasting didapat gelombang
maksimum tiap arah selama tahun 2001-2005.

Tabel 4.19 Tinggi Gelombang Maksimum dari Tahun 2001-2005

Tahun U TL T TG S BD B BL Max
2001 1.12 2.13 3.7 1.62 1.88 0 0 0 3.7
2002 2.46 1.93 2.63 1.93 1.18 0 0 0 2.63
2003 1.15 2.96 2.86 1.36 0.87 0 0 0 2.96
2004 0.52 1.61 2.57 0.88 0.87 0 0 0 2.57
2005 0.56 1.93 2.79 1.82 0.77 0 0 0 2.79
Max 2.46 2.96 3.7 1.93 1.88 0 0 0

Didapat nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang seperti yang disajikan pada
Tabel 4.24.

Tabel 4.24 Nilai tinggi gelombang tiap-tiap perioda ulang

Periode Ulang Nilai Ekstrim


(tahun) Tinggi Gel. (m)
1 2.71
2 2.90
3 3.09
5 3.30
10 3.53
25 3.80
50 3.98
100 4.15
200 4.31

Setelah mengetahui gelombang dalam dianalisis deformasi gelombang berupa


refraksi, difraksi, gelombang pecah yang akan diuraikan dalam bab yang lain dari
buku ini.

2.3 Penutup

2.3.1. Tes Formatif

• Sebutkan dan jelaskan parameter penting dalam perencanaan Pelabuhan

• Bagaimana tahapan perencanaan pelabuhan

• Fasilitas apa saja yang direncanakan sebelum pembangunan pelabuhan.

2.3.2. Umpan Balik


Buku Ajar Pelabuhan 2-12

Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada
halaman berikut ini. Periksa jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.

Rumus:

∑ Jawaban yang benar


TingkatPenguasaan = x100%
2

Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah:

90% - 100% : baik sekali

80% - 89% : baik

70% - 79% : cukup

60% – 69% : kurang

0% - 59% : gagal

2.3.3. Tindak Lanjut

Jika anda mencapai tingkat kepuasan 70% keatas, maka anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum
mencapai 70%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama
pada bagian yang anda belum kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda
dapat menghubungi dosen pengampu di luar waktu kuliah.

2.3.4. Rangkuman

- Parameter yang penting dikuasai dalam perencanaan pelabuhan adalah gelombang,


pasang surut, sedimen, arus, data OD barang dan penumpang.

- Fasilitas yang direncanakan dalam pembangunan dapat dibagi menjadi fasilitas


utama, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
Buku Ajar Pelabuhan 2-13

- Tahapan perencanaan pelabuhan meliputi tahap pengumpulan data (survey), Analisis


data dan membuat rencana dalam gambar dan menghitung rencana anggarannya.

Daftar Pustaka

Bambang Triatmodjo, 1996, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.


Bambang Triatmodjo, 1999, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
CERC US. Army, 1984, Coastal Engineering Manual, Washington DC., USA.
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM
1110-2-1502. Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Ebersole, B. A., Cialone, M. A., dan Prater, M. D. 1986. Regional Coastal Processes
Numerical Modeling System: Report 1: RCPWAVE  A Linear Wave
Propagation Model for Engineering Use. Laporan Akhir CERC-86-4.
Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B. 1991. User’s Guide to the Shore-line Modeling System. Instruction
Report CERC-92-1. Mississippi: USAE Waterways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for
Simulating Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System
User’s Manual. Technical Report CERC-89-19.Missisip-pi: USAE
WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESIS  Generalized Model for Simulating
Shore-line Change: Report 1. Technical Refer-ence CERC-89-19. Mississippi:
USAE Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-
ways Experiment Station.
Triatmadja R, 2001, Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara
Sungai dan Alur Pelayaran, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT-
UGM, pp. 94
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan
Tanjung emas Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2
Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan,
BAPPEDA Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1
s/d A13-6

Anda mungkin juga menyukai