BAB I
KRITERIA DESAIN
I-1
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Rencana spesifikasi kapal yang akan dilayani di Pelabuhan Labuhan Pinang adalah
Kapal carga maksimal .1000 DWT. Adapun spesifikasi kapalnya sebagai berikut:
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan Beton untuk Jalan dan Jembatan , Pd T-07-2005-B
I-2
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
dermaga dengan syarat menambahkan material admixture (seperti sillicafume, fly ash, slag)
untuk mengurangi permeabilitas beton sehingga meningkatkan durabilitas (keawetan beton).
3.3.2 Baja
Material Baja Tulangan Beton mengacu pada SNI 2052:2014, baja yang digunakan harus
bebas dari cacat permukaan, sifat fisik material dan kemudahan untuk dilas tidak mengurangi
kekuatan dan kemampuan layan strukturnya. Sedangkan pipa baja untuk pancang mengacu
pada SNI 8052:2014. Desain struktur fondasi memilih menggunakan material Pipa baja
dibandingkan dengan concrete spun pile dengan mempertimbangkan :
a. Kapasitas Beban, tiang pancang pipa baja memiliki daya dukung lebih besar
dibandingkan dengan spun pile pada diameter yang sama.
b. Kemudahan pengerjaan (construcability), Dari segi penanganan (handling),
penyambungan (splicing), pemotongan (cutting) pipa baja relative lebih mudah
dibandingkan dengan concrete spun pile.
c. Perfomance, pada concrete spun pile perlu mempertimbangkan kondisi moment crack,
patah sedangkan pipa baja tidak, adapun mengenai potensi korosi maka pipa baja dapat
dilapisi material perlindungan korosi.
d. Ketersediaan (availability), Waktu fabrikasi tiang pancang baja lebih cepat sehingga
bisa cepat didistribusikan.
e. Harga (cost), meskipun secara harga satuan pipa baja lebih mahal namun biaya sampai
pelabuhan jadi bisa lebih murah dikarenakan biaya transportasi, pemancangan yang lebih
murah. Dan pelaksanaan pemancangan pipa baja lebih cepat dibandingkan concrete spun
pile karena memungkinkan pemancangan open end.
I-3
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Upaya pemanfaatan, pengelolaan, dan pelestarian lahan serta perairan dalam kawasan
Pelabuhan Labuhan Piang akan lebih efektif dan efisien jika penguasaan lahan dan perairan
pelabuhan dibawah satu instansi, yaitu penyelenggara pelabuhan. Terkait dengan usulan
DLKr-DLKp Pelabuhan Laut Labuan Pinang maka:
- Kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan dilaksanakan di dalam daerah lingkungan
kerja pelabuhan;
- Untuk kepentingan penyelenggaraan dan menjamin kegiatan kepelabuhan di
pelabuhan, ditetapkan batas-batas daerah lingkungan kerja (DLKr) dan daerah
lingkungan kepentingan (DLKp) pelabuhan;
I-4
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
1.3 Pembebanan
Pembebanan yang digunakan dalam desain dibagi menjadi 2 dua kelompok beban yaitu:
a. Beban Vertikal
Pembebanan vertikal terdiri dari:
1. Beban Mati (DL)
Beban mati adalah beban yang disebabkan oleh gravitasi yang permanen, dalam hal
ini beban mati merupakan berat sendiri struktur maupun beban mati tambahan.
Beban mati yang diperhitungkan dalam perencanaan dermaga yaitu:
Air laut : 1,025 t/m3
Beton bertulang : 2,4 t/m3
Baja : 7,85 t/m3
Kayu : 1 t/m3
Pasir : 2 t/m3
Aspal : 2,24 t/m3
Tabel 3.4 Perhitungan Berat Pile Cap sebagai beban titik
Dermaga
Berat
Volume
Tipe (cm) Jenis Berat (ton)
(m3)
(t/m3)
1 2 3 4=2x3
PC1 1x1x0.8 0.8 2.4 1.92
PC2 1x1.2x0.8 0.96 2.4 2.3
I-5
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Dalam hal ini beban yang hidup merata yang direncanakan adalah mengacu pada
Standard Design Criteria for Port in Indonesia yaitu sebesar 2 ton/m2 untuk
dermaga.
Sumber : Manual Perkerasan Jalan dengan alat Benkelman beam No. 01/MN/BM/83
I-6
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Sedangkan untuk beban terpusat yaitu beban truk dan beban crane diasumsikan
sedemikian rupa sehingga beban roda menghasilkan kondisi ekstrim dalam
perencanaan geser di daerah Tumpuan dan kondisi ekstrim dalam perencanaan
momen lentur di daerah lapangan. Jenis truk yang dipakai dalam perhitungan
mengacu manual perkerasan jalan dengan alat berkelman beam dan direncanakan
truk trailer dengan konfigurasi sumbu 1,22
5 ton 15 ton
2,5 t 7,5 t
1,88 m
2,5 t 7,5 t
I-7
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
b. Beban Horizontal
WV 2
E CmCeCs Cc
2g
d
Cm 1
2Cb B
W
Cb
LBP Bd o
1
Ce
r
2
1 l
dimana :
E : energi benturan (kNm)
V : kecepatan merapat kapal (m/s)
W : berat kapal (t)
α : sudut penambatan kapal thdp garis luar dermaga (10o)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Cm : koefisien massa
Ce : koefisien eksentrisitas
Cs : koefisien kekasaran (diambil Cs=1)
Cc : koefisien bentuk dari tambatan (diambil Cc=1)
Cb : koefisien blok kapal
d : draft kapal (m)
B : lebar kapal (m)
LBP : panjang garis air (m), untuk
I-8
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
I-9
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
mengetahui klasifikasi kebutuhan gaya Tarik atau kapasitas bollard terlebih dahulu
harus dilakukan konversi dari
DWT ke GT.
GT = 0,529 DWT
= 0,529 x 1000
= 529
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapal 500 GT memiliki gaya traksi pada
mooring post adalah 250 kN dan gaya bollard 150 kN. Mooring post dipasang pada
kedua ujung dermaga yang digunakan untuk tambat kapal pada saat badai, sedangkan
untuk sisi lainnya dipasang bollard yang digunakan untuk tambat kapal dalam
kondisi operasinal normal. Istilah kata tambat sering dikenal dengan bitt dan bollard.
Bitt dengan kapasitas yang lebih besar disebut bollard sehingga dalam hal ini istilah
mooring post pada table adalah bollard dan istilah bollard pada tabel adalah bitt.
Dalam perencanaan dermaga ini maka gaya traksi yang bekerja untuk bollard dengan
gaya total F= 250 untuk pembebanan dapat diuraikan sebagai berikut :
Fz
F
Fx
Dimana :
I-10
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Sedangkan gaya traksi pada bitt dengan gaya total 150 kN untuk pembebanan dapat
diuraikan sebagai berikut :
Fz
F
Fx
Dimana:
I-11
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Berdasarkan tabel 2.10 SNI 03-1726-2012 faktor keutamaan gempa (Ic) untuk
struktur dermaga dan trestle adalah 1.5.
c. Klasifikasi Situs.
Profil tanah disitus harus diklasifikasikan sesuai dengan tabel 3 dan pasal 5.3 SNI
03-1726-2012
d. Parameter percepatan tanah (Ss dan S1).
Parameter Ss (Percepatan bahan dasar pada periode pendek) dan S1
(Percepatan bahan dasar pada periode 1 detik) harus ditetapkan masing-
masing dari respon spektual percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak
tanah seismik dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun
(MCER, 2 persen dalam 50 tahun).
Lokasi
I-12
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
Beban gempa struktur didapatkan dari analisis respon spektrum. Adapun grafik
respon spectrum mengacu pada SNI 1726:2012 dimana percepatan gempa
sesuai dengan peta hazard gempa 2010. Berdasarkan ploting peta gempa,
Pelabuhan Seba memiliki peak ground acceleration (PGA) konstan 60% g.
Untuk menentukan klasifikasi situs rencana gempa ditentukan dengan korelasi
nilai N-SPT.
Lokasi
I-13
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
TanahLunak
Parameter Gempa :
I-14
Tugas Besar Pelabuhan BAB I
(Nama GILANG MUHAMD RAMADHANI) KRITERIA DESAIN
(NPM 4122.3.14.11.0003)
I-15