Anda di halaman 1dari 67

OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT PUPUK PONSKA

CURAH DI MV. BERKAH 36 GUNA MENUNJANG KELANCARAN


PENGOPERASIAN KAPAL

TUGAS AKHIR

Oleh :

KOKO DIDI PRASETYO


2014.01.1.0051

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM DIPLOMA PELAYARAN
PROGRAM STUDI NAUTIKA
2019
OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT PUPUK PONSKA CURAH DI MV.
BERKAH 36 GUNA MENUNJANG KELANCARAN PENGOPERASIAN KAPAL

TUGAS AKHIR

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya


Dalam Program Studi Nautika

Program Diploma Pelayaran

Universitas Hang Tuah

Disusun Oleh:

KOKO DIDI PRASETYO

NIM : 2014.01.1.0051

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

PROGRAM DIPLOMA PELAYARAN

PROGRAM STUDI NAUTIKA

2019

i
Phd-UR’f -PBM- 0S-•02-OS/RO
Hal Persetujuan Tugas Akhir

Kepada

Yth. OireL Program Diploma Pelajaran

Universitas Hang Tuah

Setelah melaksanakan pembimbingan Tugas Akhir, maka kami selaku Pembimbing


berpendapat bahivn tugas akhir Saudara:

Nama KOkO DIDI PRASETYO


2014.01.1.0051
Judul OPT1MALI5AS1 PROSES BONCiKAR MUAT PUPUK PONSKA
CURAH DI MV. BERKAH 36 GUNA PENUNJANG
KELANCARAN PENt3OPERASIAN KAPAL.

Dinyatakan telah selesai dan dapat dilakukan ujian dalam siding ujian Tugas Akhir.

Sunibaya, Mei 2019

Pernbimbing

Djanialudin Malik, AST — II.. SE., M.AP


F4fi-UH N’-PBM-05-42-05/RO

,PfiNfiE›hAfl#N.TI C›AS é,KHR


Nomor : TA / - / UHT.B0. 07 / V / 2019

Tugas Akhir dengan judul OPTIMALISASI PROSES BONGKAR


MUAT PUPUK PONSKA CURAH DI MW.
BERKAH 36 GUNA PENUNJANG
KELANCARAN PENGOPERSIAN KAPAL

Yang disusun oleh

Nama KOKO DID1 PRA SETYO


NIM 2014.01,1.0051
Telah diuji pada tanggal 13 Met 2019
Nilai ujian A

Dan dinyatakan telah diterima oleh Program Djplpmo Pelajaran Universitas Hang Tuah
Surabaya.

Surabaya, Met 2019

Mengetahui,
Kepala Jurusan Nautika

Santoso, M.M. Kuncowati, ANT — lI,.S.Tr,. M.T


HALAMAN MOTTO

3 KUNCI KEBERHASILAN :

 “MAN JADDA WA JADA”


 Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil
 “MAN SHOBARO ZAFIRA”
 Siapa yang bersabar akan beruntung
 “MAN SAARO’ALAA DARBI WASHOLA”
 Siapa yang berjalan di Jalan –Nya akan sampai

URIP IKU URUP ( HIDUP ITU MENYALA)


Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar
manfaat yang kita berikan maka akan lebih baik. Tapi sekecil apapun manfaat yang
dapat kita berikan jangan sampai merugikan orang kain terutama teman.

“ Sing abot kuwi tanggung jawab, Sing angel kuwi sabar lan legowo, sing gampang
gawe angel kuwi SAMBAT. Ojo dadi wong sing gampang mutungan ben iso coco karo
opo sing dikarepno intine SEMANGAT tanpo Sambat!”

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan karunia ALLAH SWT, saya dapat menyelesaaikan tugas
akhir ini dengan baik, dan sebagai wujud bangga akan karya sederhana ini saya
persembahkan untuk :

1. Ayahanda tercinta Tarmuji dan Ibunda tercinta Su’atmi. Terimakasih pengorbanan


dan jerih payah yang beliau berikan kepada saya agar dapat mencapai cita – cita
serta do’a yang selalu dipanjatkan sehingga saya dapat raih kesuksesan ini. Ya
Allah berikanlah kedua orang tua saya Syurga Firdaus untuk mereka dan jauhkanlah
mereka nanti dari panasnya sengat hawaapi neraka.
2. Beliau Bapak Ibu guru, dari TK, MI, SMP, SMA, dan Dosen di D3 dengan
ketulusan beliau-beliau salah satunya saya bisa mengetahui bagaimana menulis
dimulai dari sebuah huruf, menyusun kata hingga menjadi sebuah kalimat dan
sekarang saya dapat merangkai kata dan kalimat tersebut menjadi sebuah Karya
Tulis Ilmiah ini.
3. Om Sugeng Baskoro ATT III yang selalu memberikan semangat dan motivasi agar
menjadi Perwira Muda yang pantang menyerah dan terus berkarya.
4. Adik keponakan Fikri Wahyu Satrio dan Damar Gesang Satrio yang selalu menjadi
motivasi saya bahwa kelak seorang kakak harus menjadi tauladan yang baik bagi
adik -adiknya. Sehingga itu member saya sebuah semangat dan berfikir satu –
satunya pilihan adalah kesuksesan.
5. Yang tersayang Fairuz Salsabila selama ini menjadi menjadi penyemangat saya agar
cepat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Staff Batalyon 2014 dan saudara – saudaraku angkatan 2014 (Nautika, Teknika,
KPN) seperti nyanyian kita“Dari segala penjuru Indonesia, kami datang untuk
bersatu, siang malam tak terasa suka duka di Hang Tuah Surabaya”

v
ABSTRAK

Koko DidiPrasetyo, 2019. Optimalisasi Proses Bongkar Muat Pupuk Ponska Curah di MV.
Berkah 36 Guna Menunjang Kelancaran Pengoperasian Kapal. TugasAkhir,
Program Studi :Nautika, Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah
Surabaya, Dosen pembimbing Djamaludin Malik, ANT-II., SE., M.AP
Kata kunci : Optimalisasi, Bongkar Muat, Pupuk Ponska

Penanganan muatan pada waktu kapal melaksanakan proses bongkar muat adalah
faktor utama terjadinya kelancaran pengiriman barang. Dalam penulisan penelitian ini penulis
mengambil judul “Optimalisasi Proses Bongkar Muat Pupuk Ponska Curah di MV.
Berkah 36 Guna Menunjang Kelancaran Pengoperasian Kapal”. Karena penulis selama
1(satu) tahun melaksanakan praktek laut di kapal Berkah 36 milik perusahaan PT. Berkah
Setanggi Timur. Jadi dalam penulisan penelitian ini, penulis coba menjelaskan mengenai
semua aktivitas proses bongkar muat pupuk ponska curah di kapal MV. Berkah 36.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diatas kapal dengan menggunakan data –
data yang ada dan melihat situasi di lapangan, maka penulis mendapatkan gambaran
mengenai materi diatas beserta kendala – kendalanya dalam menunjang pengoperasian kapal
terutama mengenai alat bongkar. Dalam hal ini kebutuhan akan persiapan bongkar muat
sangat diperlukan, karena demi kelancaran proses pengiriman pupuk dari produsen yaitu PT.
Petrokimia Gresik keagen – agen pendistribusi pupuk. Dengan demikian perlu menunjang hal
– hal yang mendukung proses kelancaran pengirimannya. Antara lain faktor dari perusahaan,
ABK, serta Perusahaan Bongkar Muat yang melaksanakan kegiatan bongkar muatnya.

vi
ABSTRACT

Koko DidiPrasetyo, 2019. Optimizing of the Bulk Ponska Fertilizer Loading Unloading
Process in the MV. Berkah 36 to Support the Smooth Operation of the Ship. Final
Assignment, Study program : Nautical, Maritime Education And Training
University of Hang Tuah, Surabaya, Supervisor Djamaludin Malik, ANT-II., SE.,
M.AP
Key words: Optimizing, Loading and Unloading, Bulk Ponska Fertilizer

Handling cargo when the ship carries out the loading and unloading process is the main
factor in the smooth delivery of goods. In writing this study the author took the title
"Optimizing of the Bulk Ponska Fertilizer Loading Unloading Process in the MV.
Berkah 36 to Support the Smooth Operation of the Ship ". Because the author for 1 (one)
year carrying out sea practice on Berkah 36 ship owned by PT. Berkah Setanggi Timur. So in
writing this research, the author tried to explain all the activities of loading and unloading
bulk ponska fertilizers on MV. Berkah 36 Based on research that has been carried out on
board using existing data and looking at the situation in the field, the authors get an overview
of the material above along with the constraints - constraints in supporting the operation of
the ship, especially regarding loading and unloading equipment. In this case the need for
preparation of loading and unloading is very necessary, because for the smooth process of
sending fertilizers from producers, namely PT. Petrokimia Gresik to fertilizer distribution
agencies. Thus it is necessary to support things that support the smooth delivery process.
Among other factors from the company, crew, and loading and unloading companies that
carry out loading and unloading activities.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia - Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Terimakasih yang sebesar – besarnya saya ucapkan kepada Direktur Perusahaan


pelayaran PT. Berkah Setanggi Timur dan Nakhoda beserta seluruh Perwira kapal yang
memberikan kesempatan untuk praktek laut sehingga saya mendapatkan pengalaman yang
sangat banyak sebagai bahan penulisan Tugas Akhir maupun dalam dunia kerja nantinya.

Terimakasih dan penghargaan yang sedalam – dalamnya saya ucapkan kepada semua
Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah membimbing saya sehingga laporan
Tugas Akhir ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini perkenankan saya mengucapkan


terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Hang Tuah Surabaya Laksamana Muda TNI (Purn) Ir. H.
Sudirman, SIP., S.E., M.A.P yang telah memberikan kesempatan kepada saya
mengikuti kuliah pada Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah.
2. Direktur Program Diploma Pelayaran Dr. Ir. Pudji Santoso, M.M. yang telah
memberikan kesempatan kepada saya mengikuti program studi Nautika
3. Kedua orang tua saya, ayahanda Tarmuji dan Ibunda Su’atmi. Atas segala doa, restu,
serta dukungannya selama ini.
4. Ibu Kuncowati, ANT – II,.S.Tr,. M.T. Selaku Kepala Jurusan Nautika Program
Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah
5. Bapak Djamaludin Malik, ANT – II., SE., M.AP selaku Dosen Pembimbing yang
dengan sabar Bapak selalu membantu dan memberikan motivasi saya dalam
pembuatan dan penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Semua Dosen dan Karyawan Program Diploma Pelayaran dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan pada saya selama saya mengikuti perkuliahan di Fakultas
Program Diploma Pelayaran.

7. Kepada perusahaan PT. Berkah Setanggi Timur yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat bergabung dan melaksanakan Praktek Laut.

viii
8. Capt.Haris Hamid, Perwira Deck dan seluruh Crew dari MV. BERKAH 36 yang telah
menerima dan membimbing saya untuk diberi kesempatan menimba ilmu sebanyak-
banyaknya.

9. Semua pihak terkait secara langsung atau tidak langsung yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah membantu menyesaikan Tugas Akhir ini.

Akhirnya terimakasih kami ucapkan kepada Ayah / Ibu / Kakak / adik dan seluruh handai
taulan yang secara tulus memberikan bantuan baik secara moril maupun materil sehingga
kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan akhir kuliah kami di Program
Diploma Pelayaran Universitas Hang tuah Surabaya.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya pembaca dan
teman – teman serta junior - junior jurusan Nautika Program Diploma Pelayaran Surabaya.
Saya menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Jika ada saran serta kritik
yang bersifat membangun, dengan kerendahan hati saya akan menerima. Terimakasih.

Surabaya, Mei 2019

Penulis

Koko Didi Prasetyo


2014.01.1.0051

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Check List Penanganan Muatan Pupuk Ponska di MV. Berkah 36 ................ 33

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 MV. Berkah 35. ......................................................................... 26

Gambar 4.1 Excavator untuk membantu proses bongkar pupuk .................. 36

Gambar 4.2 Proses grabs memasukkan pupuk ke dalam hopper .................. 36

Gambar 4.3 Kondisi terpal palkah 4 setelah terkena cuaca buruk. ................ 38

Gambar 4.4 Kondisi muatan di palkah 4 ........................................................ 39

Gambar 4.5 Grabs yang masih dapat digunakan ........................................... 41

Gambar 4.6 Juru muat mengoperasikan crane................................................ 43

Gambar 4.7 Crew kapal tidak menggunakan alat keselamatan....................... 43

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... iv

ABSTRAK................................................................................................ vi

ABSTRACT.............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR............................................................................. viii

DAFTAR TABEL..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR................................................................................ xi

DAFTAR ISI............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. RuangLingkup..................................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian................................................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI

A.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10

1. KAPAL CURAH......................................................................... 10

2. PEMUATAN................................................................................. 12

3. ALAT-ALAT BONGKAR MUAT................................................ 15

4. PERUSAHAAN BONGKAR MUAT (PBM) ............................ 16

5. PERATURAN KESELAMATAN KERJA.................................. 16

xii
BAB III TINJAUAN UMUM 19

A.SEJARAH PERUSAHAAN................................................................ 23

1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Berkah Setanggi Timur.............. 23

2. Visi dan Misi Perusahaan............................................................... 23

3. Sejarah MV. Berkah 36.................................................................. 24

B. STRUKTUR ORGANISASI MV. BERKAH 36.................................. 25

C. DATA MV. BERKAH 36..................................................................... 26

D. IDENTIFIKASI MASALAH............................................................... 31

BAB IV PEMBAHASAN

A. PENYAJIAN DATA............................................................................ 32

B. PEMBAHASAN.................................................................................... 39

1. Faktor Yang Mengakibatkan Adanya Keterlambatan Proses

Bongkar Muat................................................................................. 39

2. Masalah Yang Terjadi Dalam Proses Bongkar Muat Jika

Penanganan Pupuk Ponska Curah Kurang Baik............................ 47

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................... 51

B. SARAN.................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ditinjau dari segi geografis, negara Indonesia berbentuk negara

kepulauan. Dengan demikian jalur penghubung antar pulau satu dengan

pulau yang lain adalah melalui laut dan udara. Alat transportasi

penghubung untuk pulau - pulau mempunyai dua media yaitu untuk media

yang melewati laut adalah kapal dan alat penghubung yang melewati udara

adalah pesawat terbang. Dalam kenyataannya, kapal lebih banyak disukai

dan menjadi pilahan utama sebagai alat penghubung antar pulau – pulau,

karena kapal memiliki lebih banyak kelebihan daripada pesawat terbang.

Kelebihan - kelebihan yang menjadi sorotan para pemakai jasa dan pemilik

jasa angkutan ini antara lain daya angkutnya lebih besar, perawatan yang

mudah dan lebih ekonomis serta biaya operasionalnya relatif lebih murah.

Sehingga kapal lebih banyak digunakan untuk jasa - jasa pengangkutan

barang atau orang. Sesuai dengan pengertiannya, yaitu kapal adalah suatu

alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang dari

satu tempat ketempat lain yang menggunakan media air antara lain laut,

dan sungai. Pengangkutan barang ini merupakan kegiatan yang sangat

penting dalam kehidupan sehari - hari masyarakat di seluruh dunia. Seiring

dengan perkembangan zaman di mana tingkat pengetahuan manusia

semakin tinggi dan berkembang, maka tingkat kebutuhan manusia akan

barang semakin besar. Untuk memenuhi kebutuhan hal tersebut, maka

1 Program Diploma Pelayaran


bentuk dan daya muat kapal pun dibuat semakin canggih dan semakin

besar.

Angkutan dengan menggunakan transportasi laut dapat dikatakan

transportasi yang aman, karena jarang terjadi kecelakaan selama

pengangkutan muatan dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain dibandingkan

sarana transportasi lain seperti melalui udara atau darat. Dalam

perkembangannya, kapal mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda –

beda. Maka dapat di kelompokkan sesuai jenisnya menjadi berbagai macam

jenis kapal, antara lain : kapal tanker, kapal penumpang, kapal cargo.

Dimana masing – masing jenis kapal tersebut mempunyai sistem

pengangkutan dan cara kerja yang berbeda - beda dalam proses pemuatan

maupun pembongkaran muatan, serta memiliki klasifikasi kapal yang

berbeda. Kapal cargo dibagi beberapa macam yaitu : container, semi

container, general cargo, serta kapal curah. Salah satu contoh untuk

menjelaskan jenis atau tipe kapal tersebut diatas, maka penulis mencoba

sedikit memaparkan atau menjelaskan mengenai kapal curah (bulk carrier).

Dimana penulis mempunyai pengalaman mengenai materi kapal

curah, karena selama satu tahun penulis melaksanakan praktek laut di kapal

curah. Kapal curah adalah kapal yang memiliki jenis pengangkutan muatan

yang berbentuk curah atau muatan yang di muat tidak dalam bentuk

kemasan. Untuk pemuatan dan pembongkaran muatannya, kapal curah

biasanya menggunakan alat - alat seperti : Crane, Grabs, Conveyor. Setiap

pelaksanaan bongkar muat, tiap kapal memiliki cara dan aturan tersendiri.

Agar alat - alat bongkar muat di kapal tidak mengalami kerusakan atau

2 Program Diploma Pelayaran


kendala maka dalam pengoperasian alat - alat bongkar muat, operatoryang

mengoperasikan harus berkompetensi atau mempunyai keahlian yang

cukup serta perawatan - perawatan secara rutin dan berkala. Dalam hal ini

yang mempunyai kaitan erat dengan alat bongkar muat di kapal adalah juru

muat/bongkar dari darat (Perusahaan Bongkar Muat) selaku pengendali alat

bongkar muat di kapal pada saat melaksanakan proses bongkar muat. Agar

tercapainya proses bongkar muat yang lancar dan tanpa ada kendala,

disarankan agar para juru muat/bongkar yang mempunyai tugas sebagai

operator alat bongkar muat harus memiliki keahlian dan kemampuan yang

cukup. Dengan begitu, maka tidak diragukan lagi pada saat pengoperasian

alat bongkar muat pada waktu proses bongkar muat pupuk ponska curah

tidak mengalami kendala - kendala yang fatal. Tetapi pada kenyataannya,

masih banyak dijumpai masalah atau hambatan pada saat melaksanakan

proses bongkar muat pupuk ponska curah di atas kapal MV.Berkah 36,

yang sering terjadi kerusakan pada alat bongkar muatnya seperti crane,

grabs, hatch cover, maupun pada motor -motornya.

Selain dari faktor ABK/juru bongkar sebagai faktor yang

merupakan penghambat kegiatan bongkar muat pupuk ponska curah di

kapal MV.Berkah 36. Masih ada faktor - faktor lain yang menjadi

penyebab proses bongkar muat sering mengalami kendala atau masalah.

Didalam penulisan penelitian ini, penulis akan mencoba mengulas semua

permasalahan yang menjadi penghambat kelancaran proses bongkar muat

pupuk ponska curah.

3 Program Diploma Pelayaran


Dalam proses pemuatan pupuk ponska curah milik PT.

PETROKIMIA GRESIK di kapal MV.BERKAH 36 peralatan yang

digunakan untuk pemuatan pupuk ponska curah menggunakan crane kapal

dan grabs dari darat (Pelabuhan Petrokimia) dikarenakan grabs kapal rusak

yang disebabkan oleh kurangnya perawatan. Selama penulis melaksanakan

praktek di MV.Berkah 36 pemuatan dilakukan dengan menggunakan grabs

dari darat, sedangkan pada proses pembongkaran menggunakan crane dan

grabs dari darat (Pelabuhan tujuan). Untuk perawatan dan pengoperasian

dari semua alat bongkar muat dikapal,ABK dan juru bongkar harus

mempunyai kemampuan dan keahlian yang cukup. Semua peralatan

bongkar muat tersebut menjadi tanggung jawab Mualim I (satu) baik dari

segi perawatan maupun pengoperasian.Dari hasil pembahasan diatas, maka

penulis menetapkan untuk mengambil judul yaitu “OPTIMALISASI

PROSES BONGKAR MUAT PUPUK PONSKA CURAH DI

MV.BERKAH 36 GUNA MENUNJANG KELANCARAN

PENGOPERASIAN KAPAL”.

B. RUMUSAN MASALAH

Setiap kapal curah memiliki cara dan aturan tersendiri untuk

melaksankan aktivitas bongkar dan muat. Tetapi dalam pembahasan kali ini

penulis mencoba mengulas mengenai aktivitas kegiatan bongkar muat

pupuk ponska curah di kapal MV.Berkah 36. Adapun rumusan masalah

yang akan di angkat dari penjabaran dalam latar belakang diatas adalah

sebagai berikut :

4 Program Diploma Pelayaran


1. Faktor - faktor apa saja yang mengakibatkan adanya keterlambatan

proses bongkar muat pupuk ponska curah?

2. Masalah - masalah apa saja yang akan terjadi jika penanganan pupuk

ponska curah kurang baik?

Berdasar masalah-masalah diatas, maka penulis mencoba untuk

membahasnya agar dapat dipecahkan dan dapat mengefisiensi waktu pada

saat proses bongkar muat di pelabuhan sehingga kegiatan bongkar muat

dipelabuhan sesuai dengan daftar perencanaan yang telah dibuat.

Penjabaran tersebut diatas dimaksudkan agar dapat diketahui dan bisa

dimengerti oleh para pembaca dalam memahami arti prosedur proses

bongkar muat pupuk ponska curah yang benar dalam operasional kapal

curah dan menerapkan cara yang tepat dalam meminimalisir resiko-resiko

yang merugikan bagi personil atau crew kapal, kapal itu sendiri, serta

lingkungan sekitarnya.

C. RUANG LINGKUP

Karena begitu banyak dan luasnya permasalahan yang timbul pada

saat mengoperasikan alat bongkar muat pupuk ponska curah di MV.

Berkah 36, maka penulis membatasi permasalahan pada saat melaksanakan

kegiatan muat pupuk ponska curah di Pelabuhan Petrokimia Gresik dan

kegiatan bongkar di Pelabuhan Panjang Lampung.

Dengan adanya keterbatasan waktu, keterbatasan pengetahuan yang

dimiliki dan kesempatan, maka penulis dalam penulisan tugas akhir ini

membuat batasan masalah atau ruang lingkup penulisan penelitian

5 Program Diploma Pelayaran


yaituoperasional alat bongkar muat pupuk ponska curah serta upaya –

upaya yang dilakukan untuk menjaga kesiapan alat bongkar muat agar

berfungsi secara optimal guna menunjang pengoperasian kapal.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakan penelitian terhadap tugas akhir dengan judul

Optimalisasi proses bongkar muat pupuk ponska curah di MV.Berkah 36

guna menunjang kelancaran pengoperasian kapal adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada waktu proses

bongkar muat pupuk ponska curah dan di harapkan dapat mengatasi

permasalahan yang terjadi.

2. Menambah pengetahuan serta informasi bagi crew kapal dan

perusahaan yang belum benar - benar memahami dan mengerti masalah

yang terjadi pada saat melaksanakan bongkar muat pupuk ponska

curah.

E. MANFAAT PENELITIAN

Sedangkan manfaat penelitian dalam penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca, pelaut, maupun

kalangan umum, agar meningkatkan kesadaran dan disiplin dalam

menggunakan alat keselamatan kerja khususnya saat kegiatan

bongkar muat, sehingga tidak ada kejadian yang dapat merugikan

6 Program Diploma Pelayaran


diri sendiri dan menghambat proses pada saat melaksanakan

bongkar muat.

b. Menambah wawasan kepada pelaut, pentingnya keterampilan dan

pengetahuan tentang bagaimana menyiapkan bongkar muat di kapal

curah.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi awak kapal agar lebih terampil atau memahami pada saat

melakukan perawatan serta pengoperasian alat-alat bongkar muat

dan meningkatkankesadaran/kedisiplinan dalam menggunakan alat

keselamatanpada saat melaksanakan bongkar muat.

b. Bagi pembaca tugas akhir ini diharapkan dapat memahami tentang

perawatan alat bongkar muat dikapal. Dengan keterampilan yang

dimiliki dalam mempergunakan peralatan yang dipakai dalam

proses bongkar muat, sehingga kerusakan materi dan lingkungan

akibat kecerobohan pada waktu proses bongkar muat dapat cegah

atau diminimalisir.

c. Bagi perusahaan diharapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan

manajemen PT. Berkah Setanggi Timur sebagai acuan untuk

memberikan perlengkapan/peralatan yang dibutuhkan kapal dengan

segera demi kelancaran proses bongkar muat dalam perawatannya.

7 Program Diploma Pelayaran


F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan dan pembahasan tugas akhir ini, penulis merinci

bagian utama dalam beberapa bab yang dilengkapi dengan sub-sub bab,

yaitu sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Ruang Lingkup Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II. Landasan Teori

A. Tinjauan Pustaka

1. Kapal Curah

2. Pemuatan

3. Alat – alat bongkar muat

4. Perusahaan Bongkar Muat (PBM)

5. Peraturan keselamatan kerja.

BAB III. Tinjauan Umum

A. Sejarah Perusahaan

1. Sejarah singkat PT. Berkah Setanggi Timur

2. Visi dan Misi Perusahaan

3. Sejarah MV. Berkah 36

8 Program Diploma Pelayaran


B. Struktur Organisasi MV. Berkah 36

C. Data MV. Berkah 36

D. Identifikasi Masalah

BAB IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A. Penyajian Data

B. Pembahasan.

1. Faktor – Faktor Yang Menimbulkan Adanya

Keterlambatan Proses Bongkar Muat.

2. Masalah Yang Terjadi Dalam Proses Bongkar Muat Jika

Penanganan Pupuk Kurang Baik.

BAB V. Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

9 Program Diploma Pelayaran


BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. KAPAL CURAH

Menurut Capt.R.P.Suyono (Pengangkutan Intermodal Ekspor

Impor Melalui Laut,2007:137) Kapal Curah (bulk carrier) adalah Kapal

besar dengan hanya satu dek yang mengangkut muatan yang tidak

dibungkus (bulk cargo).Kapal curah memiliki cara tersendiri dalam

pelaksanaan bongkar muat, ada kapal curah yang menggunakan crane

milik kapal sendiri yang biasanya disebut deck crane, ada juga yang

menggunakan conveyor dari pelabuhan sebagai alat bantu bongkar

muatnya. Yang dimaksud dengan deck crane adalah suatu alat bantu

bongkar muat yang memiliki boom (lengan pengungkit) dan dijalankan

dengan bantuan tenaga listrik. Tidak semua kapal curah menggunakan deck

crane sebagai alat bantu bongkar muatnya, alatini memiliki kemampuan

yang berbeda-beda tergantung dari besar kecilnya DWT(Dead Weight

Tonnage) sebuah kapal curah. Semakin besar DWT sebuah kapal semakin

besar kekuatan deck crane ini yang biasa disebut dengan SWL (Safety

Working Load). Safety Working Load adalah kemampuan sebuah crane

atau deck crane untuk mengangkat suatu beban atau benda berat secara

aman. Dengan memiliki SWL yang semakin besar, maka kemampuan deck

crane ini semakin besar dan lebih cepat dalam pemakaian karena mampu

mengangkat lebih banyak suatu beban. Sebagai contoh kapal dimana

10 Program Diploma Pelayaran


penulis melaksanakan praktek laut selama satu tahun yaitu dikapal MV.

Berkah 36. Kapal ini memiliki 5 buah palkah yang dilengkapi dengan 4

buahdeck crane dengan DWT 26.892 ton dan kemampuan SWLdeck crane

30 ton, biasanya kapal - kapal seperti ini dilengkapi dengan deck crane

untuk membantu proses bongkar muat.

Seiring dengan peningkatan jumlah kebutuhan yang semakin

meningkat. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut khususnya jenis

kapal curah buat dengan bermacam – macam ukuran dan tidak jarang juga

di jumpai kapal curah yang memiliki tahun pembuatan yang masih baru.

Hal ini membuktikan tidak hanya jenis dan ukuran kapal curah saja yang

meningkat, tetapi jumlah armada untuk kapal curah mengalami

peningkatan. Untuk itu penulis menyebutkan macam - macam kapal curah

menurut ukurannya. Kapal Curah mempunyai berbagai macam jenis

menurut ukurannya, yaitu :

a. Mini bulkers

Yaitu kapal curah yang memiliki DWT kurang dari 10.000 ton.

b. Handy sized bulkers

Yaitu kapal curah yang memiliki DWT antara 10.000 – 35.000 ton. Dan

memiliki draft kurang dari 11,5 meter.

c. Handymax bulkers

Yaitu kapal curah yang memilki DWT antara 35.000 – 50.000 ton.

11 Program Diploma Pelayaran


d. Panamax bulkers

Yaitu kapal curah yang memliki DWT lebih besar dari Handy

sizedbulkers. Dan disebut Panamax bulkers karena dibuat sedemikian

rupa agar bisa melewati Panama Canal.

e. Cape-sized Bulkers

Yaitu kapal curah dengan DWT antara 100.000 – 180.000 ton. Dan

biasanya dengan draft maksimum 17 meter.

f. VLBCs ( Very Large Bulk Carriers )

Yaitu kapal curah dengan DWT lebih dari 180.000 ton.

2. PEMUATAN

Secara umum penataan pupuk tidak boleh campur dengan muatan

lain, dengan kata lain muatan pupuk harus di pisahkan dari muatan lain.

Sebab ada bebarapa pupuk yang memiliki kandungan uap air sampai 25 %

dan bahan baku utama pupuk ponska adalah amoniak. Jika sampai

tercampur dengan zat makanan misalnya, maka tidak di ragukan zat

makanan tersebut akan mengandung zat racun dari pupuk. Selain itu pupuk

ponska bersifat korosif, sehingga menyebabkan mudah berkaratnya besi

baja atau plat - plat yang ada dikapal. Pada saat akan memuat muatan

pupuk maka ruang muat harus diteliti terlebih dahulu mulai dari plat - plat

serta peranginan didalam ruang muat, jika ada plat yang sudah rusak maka

plat tersebut kerusakannya akan semakin parah atau berlubang, karena

terkena pupuk yang mempunyai daya kandungan air cukup besar. Hal ini

bisa menyebabkan air ballast, forepeak, atau bahkan air got masuk dalam

12 Program Diploma Pelayaran


palkah. Kondisi semacam ini akan merusak muatan pupuk, sehingga pupuk

menjadi basah dan muatan menjadi tidak laku. Sirkulasi udara didalam

palka harus tetap terjaga dengan membuka cargo hold .

Selain dari pengecekan ruang muat diatas, ada hal lain yang

menjadi faktor penting dari keselamatan muatan dan kapal. Dalam hal

penataan muatan sangat diperlukan ketelitian karena dapat mengakibatkan

hal yang sangat fatal jika penataan muatan tidak dilakukan secara benar,

sehingga dalam penataan muatan perlu memperhatikan prinsip - prisip

pemuatan dan resiko yang dapat membahayakan kapal dapat diminimalisir

sekecil mungkin. Serta dapat memaksimalkan penataaan muatan didalam

palkah sehingga mengurangi kerugian - kerugian. Berikut ini pemaparan

mengenai prinsip - prinsip pemuatan.

MenurutTim BPLP Semarang (Memuat untuk Perwira Kapal

Niaga,1983:84-143), prinsip pemuatan yang perlu diperhatikan diatas kapal

adalah sebagai berikut :

a. Melindungi kapal (To Protect the ship):

1) Membagi muatan secara tegak.

2) Membagi muatan secara membujur.

3) Membagi muatan secara melintang.

b. Melindungi muatan (To Protect the cargo):

1) Ruang kapal harus dipersiapkan untuk menerima muatan.

2) Pemasangan penerapan atau dunnage.

3) Pemisahan muatan secara campuran.

13 Program Diploma Pelayaran


4) Pengikatan atau lashing muatan.

5) Ventilasi/peranginan muatan.

c. Keselamatan ABK dan buruh (Safety of crew and longshore men):

1) Tugas-tugas anak buah kapal selama pemuatan dan pembongkaran.

2) Keamanan pada waktu pemuatan dan pembongkaran.

3) Undang-undang keselamatan kerja.

d. Melaksanakan pemuatan secara cepat, teratur, dan sistematis (To obtain

rapid systematic loading and discharging). Sehingga bongkar muat

dilakukan dengan cepat dan aman. Dan dilakukan untuk menghindari

beberapa hal sebagai berikut :

1) Menghindari Long Hatch

2) Menghindari Over Stowage.

3) Menghindari Over Carriage.

e. Memenuhi ruang muatan sepenuh mungkin sesuai dengan daya

tampungnya (To obtain the maximum use available cubic of the ship).

Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, maka setiap

perusahaan kapal menginginkan kapal-kapalnya membawa muatan

secara maksimal pula. Maka hal-hal yang perlu di perhatikan agar dapat

menggunakan ruang muat secara maksimal adalah sebagai berikut:

1) Memperkecil ruang hilang (Broken Stowage).

2) Penggunaan muatan pengisi (Filler Cargo).

3) Memilih ruang yang cocok bagi muatan atau sebaliknya.

4) Ketrampilan dan pengalaman buruh-buruh pelabuhan

14 Program Diploma Pelayaran


3. ALAT – ALAT BONGKAR MUAT

Menurut Sugianto (Pengoperasian Pelabuhan Laut,1999:31-

32)Proses bongkar muat merupakan serangkaian kegiatan pelayanan

memuat ataupun membongkar suatu muatan dari dermaga, tongkang, truck

kedalam palkah atau diatas deck dengan menggunakan derrick atau crane

kapal maupun darat atau dengan menggunakan alat bongkar lainnya,

dimana barang yang dipindahkan dari kapal ke dermaga dan

sebaliknya.Pada waktu pelaksanaan kegiatan bongkar muat dikapal,

pemeriksaan alat bongkar muat harus senantiasa dilakukan oleh para ABK

dan adanya pengawasan dari Mualim I agar kelancaran proses bongkar

muat tetap terjaga. Sehingga target waktu yang ditentukan untuk

melaksanakan kegiatan bongkar muat dapat terlaksana dengan baik. Untuk

mengetahui masalah alat bongkar muat di atas kapal, penulis akan

menjelaskan alat yang digunakan pada saat melaksanakan kegiatan bongkar

muat pupuk ponska curah di MV. BERKAH 36 yaitu antara lain :

a. Deck Crane (Alat dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk

menaikkan/menurunkan pupuk dari/ke kapal)

b. Grabs (Alat penggaruk pupuk yang kemudian dimasukkan kedalam

Palkah/Hopper)

c. Hopper ( Lubang yang berfungsi menerima kumpulan pupuk yang di

garuk menggunakan Grabs).

d. Forklift (Kendaraan roda empat yang berfungsi sebagai pemindah

hopper dan grabs pada saat proses bongkar muat)

15 Program Diploma Pelayaran


e. Exchavator (Alat berat yang digunakan untuk membantu Grabs

berfungsi sebagai pemecah pupuk pada saat proses bongkar)

Dengan mengetahui alat bongkar muat pupuk ponska curah, maka

akan mengetahui mengenai penggunaan atau pengoperasian alat yang benar

dan perawatan alat yang baik. Seharusnya di kapal diadakan familirisasi

alat tersebut, dari setiap crew kapal yang berhubungan dengan kegiatan

bongkar muat harus mengetahui maksud dan tujuan dari kegiatan bongkar

muat itu sendiri. Pada kenyataannya di MV. Berkah 36 para crew belum

benar – benar melaksanakannya.

4. PERUSAHAAN BONGKAR MUAT (PBM)

Menurut Capt.R.P.Suryono (Pengangkutan Intermodal Ekspor

Impor Melalui Laut,2007:319) Keputusan Menteri Perhubungan No. KM

14 tahun 2002, yang dimaksud dengan perusahaan bongkar muat adalah

badan hukum Imdonesia yang khusus didirikan untuk meyelenggarakan

dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal.

Untuk bisa menjalankan usaha dan operasinya, perusahaan bongkar muat

harus mendapat izin usaha maupun izin operasi. Izin ini pada dasarnya ada

dua jenis, yaitu izin usaha tetap dan izin usaha sementara. Izin usaha tetap

diberikan sesuai dengan jangka waktu pendirian perusahaan, sedangkan

izin sementara diberikan untuk jangka waktu satu tahun.

16 Program Diploma Pelayaran


Pertimbangan pemberian izin kegiatan bongkar muat diberikan oleh

Gubernur provinsi setempat atas nama Menteri Perhubungan sebagai

pelaksana tugas dekonsentrasi dengan pertimbangan:

a. Rekomendasi dari asosiasi bongkar muat dan administrator

pelabuhan/kepala kantor pelabuhan setempat

b. Keseimbangan volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah

perusahaan bongkar muat yangnada di pelabuhan

c. Kesempatan dan kemampuan serta perkembangan usaha

bongkar muat yang mengajukan permohonan.

A. Ketentuan pelaksanaan Bongkar/Muat di Pelabuhan

1. Peraturan Pemerintah No: 61 tahun 1954 tentang Penetapan

peraturan mengenai perusahaan muatan kapal laut.

2. Peraturan Pemerintah No: 5 tahun 1964 tentang Prusahaan muatan

kapal laut

3. Peraturan Pemerintah No: 2 tahun 1969 tentang penyelenggaraan

dan pengusahaan angkutan laut.

4. Inpres No: 4 tahun 1985 tentang kebijaksanaan kelancaran arus

barang untuk menunjang kegiatan ekonomi.

5. Sesuai PP No. KM 14 tahun 2002, perusahaan bongkar muat

nasional atau badan hukum Indonesia atau warga Indonesia dapat

mengadakan joint venture dengan perusahaan bongkar muat asing.

17 Program Diploma Pelayaran


B. Kewajiban Perusahaan Bongkar Muat

Selama melakukan usahanya perusahaan bongkar muat memiliki

kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin

usaha dalam keputusan ini, dan kebijaksanaan umum pemerintah di

bidang penyelenggaraan kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal.

2. Memenuhi batas minimal kecepatan bongkar muat barang yang

telah ditetapkan pada setiap pelabuhan.

3. Mengenakan/memberlakukan tarif yang berlaku sesuai peraturan.

4. Meningkatkan ketrampilan kerja

5. Bertanggung jawab terhadap barang selama berada di bawah

pengawasnya.

6. Bertanggung jawab kepada kerusakan alat bongkar muat (gear)

kapal yang disebabkan oleh kesalahan, kelalaian orang-orang yang

bekerja di bawah pengawasannya.

7. Menyampaikan laporan kegiatan usahannya secara berkala kepada:

a) Administrator pelabuhan setempat berupa laporan harian,

bulanan, dan tahunan.

b) Direktur Jendral Perhubungan Laut, dalam hal ini adalah

Kepala Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut dan

Kakanwilhubla setempat berupa laporan bulanan dan

tahunan.

8. Menaati segala peraturan perundangan yang berlaku.

18 Program Diploma Pelayaran


C. Tugas dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat (PBM)

Dalam melakukan pelayanan, perusahaan bongkar muat harus

bekerja sama dengan berbagai pihak seperti PT Pelabuhan Indonesia,

perusahaan pelayaran, pemilik barang, penyedia tenaga buruh dan

sebagainya. Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab.

Sedangkan perusahaan bongkar muat memiliki tanggung jawab atas:

1. Kelancaran kegiatan bongkar muat,

2. Keselamatan penerimaan dan penyerahan barang,

3. Kebenaran laporan yang disampaikan,

4. Mengatur penggunaan tenaga kerja bongkar muat dan peralatan

sesuai kebutuhan.

5. PERATURAN KESELAMATAN KERJA

Umumnya mengenai keselamatan kerja diatur oleh Departemen

Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi dengan Undang-undang

Perburuhan serta Peraturan Keselamatan Kerja yang bersumber

internasionalnya dikelola oleh International Labour Organization (IL0).

Peraturan – peraturan tersebut mengenai persyaratan alat-alat kerja yang

digunakan, tempat kerja, mengenai ketel uap, mengenai kawat muat,

kacamata pelindung untuk pekerja las atau mengetok karat, pembatasan-

pembatasan kerja di lambung kapal atau tiang, jam kerja dan lain-lain.

Peraturan mengenai ini ditemukan juga dalam Kitab Undang-undang

Hukum Perdata, dan Kitab Hukum Dagang.

19 Program Diploma Pelayaran


Menurut Prof.Iman Soepomo(Hukum Perburuhan,1996:415-425)

Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja terdiri dari

11 Bab dan 18 pasal. Walaupun Undang - undang ini disebut UU

keselamatan Kerja, namun materi yang tercakup di dalamnya mencakup

materi tentang kesehatan kerja. Jadi peraturan tentang keselamatan kerja

dan kesehatan tercakup menjadi satu. Undang - undang ini mempunyai

maksud dan tujuan sebagai berikut :

a. Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam

keadaan selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaan untuk

meningkatkan kesejahteraan prodiksi nasional. Memberikan

perlindungan terhadap orang lain yang berada di tempat kerja agar

selalu selamat dan sehat.

b. Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi agar selalu dapat

di pakai dan di gunakan secara aman dan efisien.

c. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan atau akibatnya.

d. mengamankan mesin, pesawat, instalansi, alat peralatan kerja, bahan

dan hasil produksi.

Tujuan diatas menjadi pendorong mengapa harus di lakukan usaha

keselamatan kerja dan sebagai penjaminan kesehatan bagi ABK. Usaha

keselamatan kerja dapat berhasil dengan baik apabila dapat diketahui

penyebab terjadinya suatu keadaan, dengan mengetahui penyabab

terjadinya suatu keadaan dapat ditentukan langkah – langkah apa yang

seharusnya di ambil untuk mencegah atau menghindari hal – hal tersebut.

20 Program Diploma Pelayaran


Unsur utama yang merupakan bagian dari sistem perusahaan yang

di tinjau dari usur keselamatan kerjanya adalah :

a. Manusia.

Karena tidak ada satu kegiatan apapun yang terlepas dari unsur

manusia.

b. Peralatan.

Karena dipergunakan manusia dalam seluruh aktivitas kegiatannya,

baik berupa mesin maupun alat – alat lain.

c. Bahan – bahan.

Merupakan suatu bahan baku maupun bahan tambahan yang di gunakan

selama proses produksi, guna menghasilkan suatu barang akhir.

a. Lingkungan kerja.

Yaitu lingkungan alam dimana manusia bekerja, antara lain: Bangunan,

Keadaan udara, Penerangan, Kebisingan, kelembaban, dan lain – lain.

b. Manajemen (Sebagai Proses).

Yaitu suatu proses koordinasi terhadap ke-empat sistem yang lain,

sehingga sedemikian rupa agar dapat di capai tujuan organisasi

(Perusahaan).

Pasal 13 menyebutkan :

“Barang siapa yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan

mentaati semua pentunjuk keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta di

wajibkan untuk memakai semua alat – alat pelindung diri.”

21 Program Diploma Pelayaran


Pasal 14 juga menyebutkan :

“Bagi perusahaan di wajibkan juga untuk menyediakan semua alat –

alat pelindung diri yang wajib di gunakan bagi tenaga kerja yang berada di

bawah pimpinannya dan bagi setiap orang lain yang berada atau memasuki

tempat kerja tersebut”.

Untuk mencegah hal – hal yang merugikan bagi semua pihak, maka

keputusan yang di keluarkan melalui Undang – undang di atas wajib di

jalankan bagi crew kapal maupun perusahaan. Ada banyak peralatan kerja

yang harus di sedikan jika harus sesuai dengan pasal – pasal di atas untuk

menunjang kelancaran proses bongkar muat di kapal.

22 Program Diploma Pelayaran


BAB III

TINJAUAN UMUM

A. SEJARAH PERUSAHAAN

1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Berkah Setanggi Timur

PT. Berkah Setanggi Timur adalah sebuah perusahaan pelayaran

yang memiliki dan mengoprasikan kapal, mengutamakan kualitas untuk

mencapai kesempurnaan dalam pengoprasian kapal dan memprioritaskan

aspek keselamatan serta perlindungan terhadap lingkungan. Berdiri

sekitar awal tahun 1993 berkantor pusat di Jl.Teuku Umar no.24 Medan,

Sumatera Utara pada tahun 2002 mempunyai kantor cabang di

Jl.Boulevard Barat Raya Blok G No.20 Kelapa Gading Barat Jakarta

Utara, Indonesia. Saat ini PT. Berkah Setanggi Timur memiliki 3 (tiga)

kapal kargo curah, diantaranya:

a) MV. Berkah 36

b) MV. Berkah 45

c) MV. Berkah 99

2. Visi dan Misi Perusahaan

Sebagai perusahaan pelayaran yang di akui dengan visi dan misi

yang jelas, PT. Berkah Setanggi Timur berusaha untuk menciptakan

kepercayaan dengan klien dan memberikan pelayanan yang terbaik:

23 Program Diploma Pelayaran


 VISI

a. Untuk memberikan kepercayaan dan dapat di andalkan jasa

transportasi laut melalui komitmen dengan efisien, fleksibilitas,

kualitas, kuantitas, dan keamanan operasi bagi pelanggan kami.

b. Menjadi penyedia jasa dibidang transportasi laut, yang

professional sesuai dengan target yang ditetapkan bersama.

c. Mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan.

 MISI

a. Misi perusahaan adalah untuk diakui sebagai penyedia

transportasi laut yang dihormati dan bertanggung jawab di pasar

Nasional.

b. Merespon keluhan-keluhan pelanggan.

3. Sejarah MV. Berkah 36

MV. Berkah 36 (tempat saya melaksanakan Prala) sebelumnya

bernama MV. Tala yang dibuat di Jepang pada tahun 1986. Kemudian

PT. Berkah Setanggi Timur membeli kapal tersebut pada tahun 2013 dan

berganti nama menjadi MV. Berkah 36, kapal ini termasuk jenis kapal

barang (Curah).

Pembangunan kapal ini dilakukan di Nagashima Ship Building

co.LTD Jepang dengan nama panggilan POXZ, MV. Berkah 36 termasuk

kapal yang telah memenuhi persyaratan IMO (International Maritime

24 Program Diploma Pelayaran


Organization) dan peralatan safety yang cukupseperti life boat, life bouy,

life jacket, life raft, alat pemadam kebakaran portable, alat navigasi dan

sebagainya.

B. STRUKTUR ORGANISASI MV. BERKAH 36

MASTER / CAPTAIN

DECK ENGINE COOK


DEPARTMEN DEPARTMEN DEPARTMEN

CHIEF OFFICER CHIEF ENGINEER


CHIEF COOK
SECOND SECOND
OFFICER ENGINEER

MESSBOY
THIRD OFFICER THIRD ENGINEER

BOATSWAIN FOUTH
ENGINEER

ABLE SEAMAN 1 FITTER

ABLE SEAMAN 2 OILER 1

ABLE SEAMAN 3 OILER 2

ORDINARY OILER 3
SEAMAN

ENGINE CADET
DECK CADET
1, 2, 3
1, 2, 3
25 Program Diploma Pelayaran
C. DATA MV. BERKAH 36

Gambar 3.1 MV. Berkah 36

1. Nama kapal : MV BERKAH 36

Ship’s name

2. Panggil : POXZ

Call sign

3. Pemilik kapal : PT. BERKAH SETANGGI TIMUR

Ship owner

4. Kebangsaan : INDONESIA

Nationality

5. Terdaftar di : JAKARTA

Port of registry

6. Nomor Resmi : No.860 45 15

Official Number

7. Dibuat di : JEPANG Tahun 1986

26 Program Diploma Pelayaran


Built at Year

8. Jenis kapal : BULK CARRIER

Type of ship’s

9. Klasifikasi : BKI

Classification

10. Berat kotor : 17265 T

Gross tonage

11. Berat bersih : 9526 T

Net tonage

12. Bobot mati : 26892 T

Dead weight

13. Panjang keseluruhan : 174.00 M

Length over all

14. Panjang antara garis tegak : 164,00 M

Length between perpendiculars

15. Lebar keseluruhan : 27,50 M

Breadth moulded

16. Kedalaman sampai dek utama : 13,15 M

Dept moulded to main deck

17. Tipe baling baling : Aerosol, solid 4 blade

propeller type

18. Kecepatan Kapal : Uji coba : 12 Knots

Ship’s Speed Sea trail

: Normal : 10 Knots

27 Program Diploma Pelayaran


Service speed

19. Mesin penggerak utama : Jenis : Akasaka METSUBISHI

6UEC52LA

Main propolsion engine Type

Jumlah : 1 SET

Number

Pembuat Mitsui Engineering &

Marker Shipbuilding Co., Ltd

Daya poros : 5357 KW

Power out put

Putaran mesin : 113 RPM

Engine RPM

Ketel uap : Jumlah : 1 Unit

Boiler Number

: Pembuat : JAPAN

Maker

: Jenis : Vertikal Type Horizontal

Type Smoke Tube

: Tekanan kerja : 8,0 kg/cm2

Working pressure

20. Kapasitas muatan Bal : 35,791,44 cbm

Cargo Bales capacity

21. Kapasitas muatan Biji-bijian : 37,407,08 cbm

28 Program Diploma Pelayaran


Cargo Grain capacity

22. Jenis batang pemuat : Deck Crane

Type of boom derrick

Jumlah : 4 buah

Number

23. Jenis penutup palka : Macgregor Folding

Type of hatch cover Hydraulic

Jumlah : 5 buah

Number

24. Pemakaian bahan baker / hari

Fuel oil consumption / day

 motor induk : at sea, ballast : 20.50 MT / day

main engine : at sea, laden : 19.50 MT / day

 bahan bakar motor : at sea : - MT/ day (MDO)

auxiliary engines : in port (CG not in use) :- MT/ day (MDO)

: in port (CG not i use ) : - MT/ day (MDO)

 ketel uap : at sea : nilT

boiler : in port : - MT/ day (IFO 180CS)

25. Jumlah anak buah kapal : 27orang

Number of crew person

 Perwira Deck : 3 orang

Deck Officer person

 Perwira Mesin : 4 orang

29 Program Diploma Pelayaran


Engineer person

 Jumlah Taruna : 6 orang

Number of Cadet person

26. Peralatan di anjungan

Bridge equipment

 RADAR : Pembuatan / jenis : JRC-9132-9SA

Maker / type JRC-9122-9XA

 SSB (MF/HF) : Pembuatan / jenis : JRC JBS-198GM

Maker / type

 VHF : Pembuatan / jenis : JRC NCV-2000

Maker / type

 INMARSAT – C : Pembuatan / jenis : JRC NDZ - 127 C

Maker / type

Nomor : 452500896

Number

 NAVTEX : Pembuatan / jenis : FURUNO NCR-333

Maker / type

 EPIRB : Pembuatan / jenis : ACR EB - 10

Maker / type

 GYRO COMPAS : Pembuatan / jenis : TOKYO KEIKI - 201

Maker / type

 SART : Pembuatan / jenis : ACR – 103A

Maker / type

30 Program Diploma Pelayaran


 ECHO SOUNDER : Pembuatan / jenis : JRC JFE-700

Maker / type

 GPS : Pembuatan / jenis : FURUNO E-32

Maker / type

 ECDIS Pembuatan /jenis :-

D. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan tinjauan umum di atas terdapat beberapa permasalahan

yang akan di bahas dalam BAB IV. Pembahasan sesuai dengan rumusan

masalah dalam BAB I yaitu sebagai berikut:

1. Faktor - faktor apa saja yang mengakibatkan adanya keterlambatan

proses bongkar muat pupuk ponska curah?

Dalam proses bongkar muat sering terjadinya keterlambatan yang di

sebabkan oleh faktor-faktor dari internal dan eksternal kapal yang

sangat mempengaruhi cepat lambatnya proses bongkar muat pupuk

ponska curah.

2. Masalah - masalah apa saja yang akan terjadi jika penanganan pupuk

ponska curah kurang baik?

Penanganan pupuk ponska curah yang kurang baik tentunya akan

mengakibatkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mempengaruhi

pada lambatnya proses bongkar muat.

31 Program Diploma Pelayaran


BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENYAJIAN DATA

Dari hasil observasi yang penulis lakukan sesuai dengan judul yang

diangkat yaitu “Optimalisasi Bongkar Muat Pupuk Ponska Curah di

MV. Berkah 36 Guna Menunjang Kelancaran Pengoperasian Kapal”

maka sebagai deskripsi data penulis akan menjelaskan tentang keadaan

sebenarnya yang terjadi pada saat melaksanakan proses bongkar muat

pupuk ponska curah, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan

agar pembaca mampu dan bisa memahami tentang semua hal yang terjadi

selama penulis melaksanakan penelitian.

Pada kapal jenis curah (bulk carrier) khususnya kapal yang

bermuatan pupuk ponskacurah, pengawasan pada waktu pelaksanaan

proses bongkar muat merupakan faktor yang sangat menentukan dalam

kegiatan di Pelabuhan. Agar dapat mencapai tujuan dari sistem transportasi

laut atau tujuan dari pelayaran yaitu melaksanakan pengangkutan dengan

aman, cepat, dan efisien. Karena kegiatan yang dilakukan tersebut

merupakan kegiatan yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari prinsip -

prinsip pemuatan. MenurutTim BPLP Semarang (Memuat untuk Perwira

Kapal Niaga,1983:84-143), prinsip pemuatan yang perlu diperhatikan

diatas kapal, antara lain melindungi kapal, melindungi muatan, keselamatan

ABK dan buruh, melaksanakan pemuatan secara cepat, teratur, dan

sistematis serta memenuhi ruang muatan sepenuh mungkin sesuai dengan

daya tampungnya.

32 Program Diploma Pelayaran


Berikut contoh persiapan yang dilakukan pada saat melaksanakan

kegiatan bongkar muat pupuk ponska curah:

Tabel 4.1 Check List Penanganan Muatan Pupuk Ponska di MV. Berkah

36(Sumber MV. Berkah 36, 2018)

Nama Kapal : MV. Berkah 36 Tanggal : 01 Desember 2018

Call Sign : POXZ No. Voyage : 15/12/2018 (060)

Loading Port:Gresik (Petrokimia) Cargo : Pupuk Ponska

Dish Port: Lampung(Panjang) Panjang Kapal : 174 M

Perusahaan : PT. Berkah Lebar Kapal : 27,5 M


Setanggi Timur

No URAIAN

A. Persiapan Muat

1 Pengaturan muatan(stowage plan) sudah disetujui oleh pihak darat 

(agent/pencarter,dll).

2 Peralatan muat sudah disiapkan 

3 Pemeriksaan palka sebelum kegiatan muat sudah dilaksanakan. 

4 Kelengkapan alat keselamatan (safety) ABK. 

B. Sesudah Muat

1 Penempatan muatan sudah diatur sesuai dengan perencanaan. 

2 Kondisi muatan pupuk sudah diperiksa. 

3 Selama kegiatan muat tidak terjadi kerusakan pada alat bongkar 

muat.

4 Ventilasi ruang muat sudah diperiksa. 

33 Program Diploma Pelayaran


C. Persiapan Bongkar

1 Pengaturan muatan(stowage plan) sudah disetujui oleh pihak 

darat (agent/pencarter,dll).

2 Peralatan bongkar sudah disiapkan. 

3 Kelengkapan alat keselamatan (safety) ABK. 

4 Tidak terjadi kerusakan muatan pupuk 

Mengetahui Pembuat

Laporan

Nakhoda Mualim I

Tanda tangan :

Nama : Capt. Haris Hamid Imam Sakrani

Tetapi pada kenyataanya, proses bongkar muat pupuk ponska curah

yang dilaksanakan di MV. Berkah 36 belum sepenuhnya memperhatikan

prinsip-prinsip pemuatan, karena untuk mencapai kegiatan bongkar muat

yang sesuai dengan harapan yaitu cepat, aman, dan efisien, prinsip dari

pemuatan harus selalu diterapkan dalam setiap kegiatan bongkar muat.

Untuk mendapatkan kegiatan bongkar muat yang sesuai dengan prinsip-

prinsip pemuatan, perusahaan harus menganalisa semua keadaan dan

34 Program Diploma Pelayaran


kejadian yang terjadi,dalam pembahasan masalah penanganan muatan

diatas kapal yang terjadi prosedur – prosedur pemuatan tidak dilakukan

dengan baik, maka akibat yang muncul adalah proses kegiatan

pembongkaran mengalami kendala. Sebagai contoh kejadian jika prosedur

sebelum pemuatan yang tidak di lakukan dan terjadi suatu masalah. Berikut

penulis memberikan contoh kegiatan yang menggambarkan kejadian

tersebut.

1. Pada pelayaran dari Gresik (Pelabuhan Petrokimia)

menuju Lampung (Pelabuhan Panjang) tanggal 13 Oktober

2018 terjadi penggumpalan pupuk di palkah 4 (empat).

Ditemukan pada waktu diadakan persiapan pembongkaran

muatan dengan membuka tutup palkah terlihat

penggumpalan – penggumpalan pupuk. Pada saat itu juru

mudi yang mengetahui kejadian tersebut langsung

melaporkan kepada Mualim I, bagaimanapun juga pada

saat itu proses pembongkaran tetap harus berlangsung,

tetapi grabs dari pelabuhan tidak bisa bekerja secara

maksimal di akibatkan pupuk ponska yang sudah

menggumpal. Akhirnya pihak Juru bongkar (PBM)

mengambil keputusan langsung memasukkan 2 (dua)

excavator untuk membantu memecah pupuk yang keras

agar grabs bisa bekerja secara maksimal masuk supaya

pupuk bisa masuk dalam lubang hopper.

35 Program Diploma Pelayaran


Gambar 4.1 Excavator untuk membantu proses bongkar pupuk

Jika tidak, pupuk yang menggumpal tersebut akan menjadi

sumbatan di lubang hopper. Jika seperti itu maka, proses

bongkar muat akan menjadi lebih lama.

Gambar 4.2 Proses grabs memasukkan pupuk kedalam hopper

Setelah dilakukan pengecekan, ternyata peranginan ruang

muat(cargo hold)yang ada di palkah 4 (empat) dalam keadaan

36 Program Diploma Pelayaran


tertutup. Sehingga didalam ruang muat tidak ada sirkulasi udara dan

terjadi keringat yang menyebabkan pupuk menjadi lembab. Dimana

pupuk ponska yang berasal dari bahan kimia (amoniak) serta

mengandung uap air sekitar 25% apabila didalam ruang muat

sirkulasi udara tidak lancar akan mengeras dan jika terkena air akan

larut seperti bubur. Sifat dari muatan pupuk dengan jenis ini sangat

keras, karena jika bercampur dengan muatan lain akan merusak

muatan lain tersebut. Dari kejadian diatas, pembongkaran yang

biasanya dilakukan dalam waktu 96 jam (4 hari) menjadi 120 jam (5

hari). Terjadinya penggumpalan pupuk disebabkan karena sirkulasi

udara dalam ruang muat tidak lancar.

2. Pada tanggal 08 Desember 2018 dalam Pelayaran dari

Gresik (Pelabuhan Petrokimia) menuju Lampung

(Pelabuhan Panjang) Kapal mengalami cuaca buruk pada

saat akan memasuki Selat Sunda, akibat dari kejadian

tersebut terpal di palkah 4 sobek dan tali untuk melashing

terpal terlepas.

37 Program Diploma Pelayaran


Gambar 4.3 Kondisi terpal palkah 4 setelah terkena cuaca

buruk.

Akibat dari rusak dan lepasnya tali untuk melashing terpal

maka berimbas pada muatan pupuk yang ada di dalam

palkah 4, karena palkah 4 tidak kedap air. Maka sudah

dapat dipastikan muatan setelah sampai di pelabuhan

Panjang, dan kapal siap melaksanakan persiapan bongkar

muatan ditemukan muatan sudah tergenang air (basah).

Untungnya pada saat itu pihak pemilik barangtidak

melakukan claim kepada pihak kapal, hanya memberikan

teguran lisan kepada penanggung jawab muatan di kapal

yaitu Mualim I. Setelah muatan yang rusak sudah diambil

terlebih dahulu, proses pembongkaran pupuk dilaksanakan

secara normal kembali.

38 Program Diploma Pelayaran


Gambar 4.4 Kondisi muatan di palkah 4

B. PEMBAHASAN

1. Faktor Yang Mengakibatkan Adanya Keterlambatan Proses

Bongkar Muat.

Agar mendapat hasil yang maksimal pada waktu melaksanakan

kegiatan bongkar muat, perlu menyadari tentang adanya faktor-faktor yang

menghambat kegiatan bongkar muat. Dengan begitu dapat membuat suatu

upaya yang tepat untuk meminimalisirfaktor -faktor yang dapat

menghambat proses kegiatan bongkar muat. Karena dalam kegiatan

bongkar muat hal yang paling berkaitan adalah mengenai faktor

pengahambat proses muat pupuk ponska curah yang dilaksanakan di

39 Program Diploma Pelayaran


Pelabuhan Petrokimia Gresik. Faktor - faktor yang mengakibatkan

keterlambatan proses muat adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya perawatan oleh ABK terhadap alat-alat bongkar muat

yang berdampak masalah terhadap alat bongkar muat, sehingga

proses bongkar muat tidak berjalan lancar.

Kapal MV. Berkah 36 sudah tergolong kapal tua, karena dibuat

pada tahun 1986 . Jadi alat bongkar muat yang ada di atas kapal

juga tergolong sudah tua karena kurangnya perawatan yang

dilakukan oleh para ABK, maka kerusakan alat tidak dapat

terhindarkan.Artinya apabila selama proses bongkar muat

berlangsung alat bongkar muat sering mengalami kerusakan, maka

proses bongkar muat menjadi terhambat. Hal ini biasanya

disebabkan oleh perawatan alat bongkar muat yang berhubungan

langsung dengan pemuatan pupuk ponska curah sangat kurang,

dapat dipastikan dengan melihat langsung adanya peralatan yang

rusak tersebut. Dalam hal ini apabila peralatan bongkar muat

tersebut tidak dirawat dengan baik, akibatnya alat tersebut menjadi

rusak dan mengganggu kelancaran proses bongkar muat.

SelamaMV. Berkah 36 melaksanakan proses muat pupuk ponska

curah di Pelabuhan Petrokimia Gresik dengan menggunakan grabs

dari pelabuhan.Grabs kapal yang sudah tua dan minimnya

perawatan dari pihak kapal, akibatnya grabs kapal rusak dan tidak

layak digunakan untuk proses bongkar muat pupuk ponska.

40 Program Diploma Pelayaran


Gambar 4.5 Grabs yang masih dapat digunakan

Dari 4 (empat) grabs yang ada di kapal hanya satu yang masih

dapat digunakan, selama penulis melaksanakan proses muat pupuk

ponska di MV. Berkah 36 selalu menggunakan grabs dari

Pelabuhan. Tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mempersiapkan grabs dari pelabuhan, terkadang harus menunggu

jika grabs sedang dalam perbaikan atau sedang dipakai oleh kapal

lain yang juga melaksanakan kegiatan bongkar muat pupuk. Karena

grabs dari Pelabuhan jumlahnya terbatas, hal ini akan berdampak

pada lambatnya proses pemuatan pupuk ponska

b. Kurangnya kerja sama antara crew kapal dengan pihak PBM.

Kerja sama yang kurang dapat menyebabkan terjadinya

ketidaklancaran proses bongkar muat, karena tanpa adanya

kerjasama yang baik antara crew kapal dan pihak PBM maka akan

41 Program Diploma Pelayaran


timbul sifat individu sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

seperti kerusakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan keterlambatan

proses bongkar muat.

Selama penulis melaksanakan muat pupuk ponska di Pelabuhan

Petrokimia Gresik, juru muat mengoperasikan crane semaunya

sendiri. Padahal juru mudi sudah sering menegur, jika juru muat

mengoperasikan crane dengan kasar maka akan terjadi blackout

pada mesin generator sehingga crane mati yang mengakibatkan

terhambatnya proses pemuatan. Padahal Menurut Capt.R.P.Suryono

(Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut,2007:319)

Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 tahun 2002Kewajiban

Perusahaan Bongkar Muat yaitu meningkatkan kerja, bertanggung

jawab kepada kerusakan alat bongkar muat (gear) kapal yang

disebabkan oleh kesalahan, kelalaian orang-orang yang bekerja di

bawah pengawasannya serta bertanggung jawab terhadap

kelancaran proses bongkar muat.

Kenyataan yang terjadi juru muat tidak menghiraukan teguran dari

crew kapal yang mengakibatkan crane mati sehingga terejadi

keterlambatan pada proses pemuatan pupuk ponska.

42 Program Diploma Pelayaran


Gambar 4.6 Juru muat mengoperasikan crane

c. Kurangnya kesadaran dari crew kapal dalam menggunakan alat

keselamatan kerja, jika terjadi kecelakaan kerja akan menghambat

kegiatan muat.

Gambar 4.7 Crew kapal tidak menggunakan alat keselamatan.

43 Program Diploma Pelayaran


Para ABKyang melaksanakan kegiatan bongkar muat pupuk ponska curah

di MV. Berkah 36 sering mengabaikan penggunaan dari alat keselamatan

kerja. Para ABK dikapal umumnya belum mengetahui dampak yang

ditimbulkan jika tidak memakai alat – alat keselamatan, contohnya seperti

gambar diatas. ABK sedang menyiapkan terpal untuk ralling palkah, hanya

memakai sandal dan topi. Jika ABK terpeleset dan jatuh kedalam palkah

maka akan menghambat proses bongkar/muat karena harus mengevakuasi

ABK tersebut dari dalam palkah. Pada kejadian tersebut penulis

mengamati, dan timbul suatu jawaban kenapa para ABK kapal tidak

menggunakan alat keselamatan pada saat melaksanakan kegiatan bongkar

muat. Hal ini dikarenakan alat keselamatan kerja persediaanya terbatas dan

mudah cepat rusak. Bagi para ABK kapal yang mempunyai kesadaran

tentang pentingnya kesehatan serta keselamatan saat bekerja, mereka

menyadiakan sendiri dengan cara membeli alat- alat keselamatan kerja

tersebut. Padahal Menurut Prof.Iman Soepomo(Hukum

Perburuhan,1996:415-425) Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang

Keselamatan kerja terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal. Pada Pasal 14

menyebutkan :

“Bagi perusahaan di wajibkan juga untuk menyediakan semua alat –

alat pelindung diri yang wajib di gunakan bagi tenaga kerja yang berada di

bawah pimpinannya dan bagi setiap orang lain yang berada atau memasuki

tempat kerja tersebut”.

44 Program Diploma Pelayaran


Untuk mengurangi faktor – faktor penyebab keterlambatan proses

bongkar muat perlu dilakukan hal – hal sebagai berikut :

a. Melakukan pengecekan dan memastikan semua alat bongkar muat

sebelum melaksanakan pemuatan dalam kondisi baik, sehingga pada

waktu alat tersebut digunakan untuk pemuatan/pembongkaran muatan

tidak menimbulkan masalah yang menghambat kegiatan tersebut.

b. Dalam perawatan alat-alat bongkar muatseharusnya mempergunakan

sistem perawatan berencana dan berkala atau periodik yang bertujuan

untuk memperkecil timbulnya kerusakan dan memperkecil beban kerja

dari suatu pekerjaan perawatan yang diperlukan.Dalam pelaksanaannya

perlu diambil strategi untuk menghemat biaya, terutama untuk bagian -

bagian peralatan yang sudah tua memerlukan biaya yang besar untuk

perbaikan - perbaikannya. Melihat jenis muatan ini mengandung bahan

kimia yang dapat mempercepat proses kerusakan alat bongkar muat.

c. Agar terciptanya kerjasama yang baik antara crew kapal dan pihak

PBM maka harus diadakan briefing pada masing – masing kelompok,

mengenai tugas dan tanggung jawab dari setiap individu sehingga pada

saat proses bongkar muat tidak saling merugikan antara crew kapal

dengan pihak PBM.

d. Meningkatkan kedisiplinan crew kapal dalam menggunakan alat

keselamatan kerja.

Dengan adanya kedisiplinan dalam menggunakan perlengkapan kerja,

maka akan berperan dalam keselamatan crew kapal, pencegahan

45 Program Diploma Pelayaran


kecelakaan di atas kapal serta akan memberikan jaminan kesehatan bagi

setiap pekerja. Karena Menurut Prof.Iman Soepomo(Hukum

Perburuhan,1996:415-425) Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang

Keselamatan kerja terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal. Padapasal 13

menyebutkan :

“Barang siapa yang akan memasuki tempat kerja, diwajibkan

mentaati semua pentunjuk keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta

di wajibkan untuk memakai semua alat – alat pelindung diri.”

Adanya penegasan sanksi - sanksi terhadap anak buah kapal yang

menyalahi aturan tentang keselamatan kerja di atas kapal, adalah salah satu

faktor untuk meningkatkan keselamatan kerja dan mencegah terjadinya

kecelakaan kerja. Dengan mematuhi peraturan tersebut maka segala sesuatu

yang berhubungan dengan pekerjaan akan lancar dan aman, untuk itu maka

perlu adanya sanksi-sanksi terhadap siapapun yang melanggar atau

menyalahi peraturan tersebut. Dalam pemberian sangsi kepada anak buah

kapal yang melanggar peraturan harus bersifat tegas. Maksudnya tidak

memandang siapa orangnya, jabatan maupun lamanya masa kerja diatas

kapal. Hal ini bertujuan agar anak buah kapal yang menyalahi aturan tidak

sewenang-wenang melakukan pelanggaran lagi, dan bisa memperbaiki

kesalahannya serta menghalangi para anak buah kapal yang lain untuk

melakukan pelanggaran. Tindakan sanksi ini dapat berupa suatu

peringatan, dengan membuat pernyataan untuk mereka yang melanggar dan

tindakan sanksi yang terakhir adalah dengan menurunkan siapa saja yang

melanggar peraturan tersebut. Untuk mencegah hal – hal yang merugikan

46 Program Diploma Pelayaran


bagi semua pihak, maka keputusan yang di keluarkan melalui Undang –

undang di atas wajib di jalankan bagi crew kapal maupun perusahaan. Ada

banyak peralatan kerja yang harus di sedikan jika harus sesuai dengan pasal

– pasal di atas untuk menunjang kelancaran proses bongkar muat di kapal.

2. Masalah Yang Terjadi Dalam Proses Bongkar Muat Jika

Penanganan Pupuk Ponska Curah Kurang Baik.

Dalam setiap melakukan kegiatan bongkar muat para awak kapal

harus melaksanakan prosedur – prosedur yang sesuai aturan. Prosedur yang

biasa dilakukan adalah melakukan persiapan sebelum kegiatan bongkar

muat dilaksanakan. Tetapi kenyataan yang terjadi, pihak kapal dalam

melakukan prosedur – prosedur tersebut belum melaksanakan secara

normal atau berkala. Hal ini yang akan penulis jabarkan dan juga akan

membahasnya serta memberikan masukan yang dapat menjadi solusi untuk

mengurangi masalah atau hal – hal yang menjadi penghambat dalam

kegiatan bongkar muat.

Pada awal tujuan dari kegiatan bongkar muat adalah pengiriman

barang dari satu tempat ke tempat lain secara aman, cepat, efisien. Maka

harus diketahui sebelum hal itu dilakukan harus mengetahui urutan – urutan

yang benar. Kegiatan bongkar muat dimulai dengan kegiatan pemuatan.

Kegiatan pemuatan dilakukan dipelabuhan muat, untuk pemuatan

khususnya muatan pupuk ponska curah dilakukan dipelabuhan Petrokimia

Gresik. Setelah pemuatan selesai dilaksanakan, muatan yang ada diatas

kapal sudah menjadi tanggung jawab dari pihak kapal terutama Mualaim I

47 Program Diploma Pelayaran


selaku perwira yang bertanggung jawab atas penanganan muatan diatas

kapal serta yang memberikan perintah kepada para ABK dalam pengaturan

muatan dikapal.

Dari contoh kejadian diatas dapat diambil pemikiran, bahwa

masalah yang bisa terjadi pada saat proses pembongkaran muatan yang

disebabkan karena penanganan muatan kurang baik adalah sebagai berikut :

a. Terjadi penggumpalan muatan.

Penggumpalan muatan terjadi karena faktor manusia (ABK).

Yaitu Setelah dilakukan pengecekan, ternyata peranginan ruang

muat(cargo hold)yang ada di palkah 4 (empat) dalam keadaan

tertutup. Sehingga didalam ruang muat tidak ada sirkulasi udara dan

terjadi keringat yang menyebabkan pupuk menjadi lembab dan

menggumpal. Jadi untuk menghindari hal ini terjadi, tetap harus

diadakan pengecekan pada saat muatan berada didalam ruang

muat/palkah.

b. Muatan pupuk rusak (basah).

Terjadi kejadian seperti ini karena adanya faktor alam (cuaca

buruk) dan juga kesalahan ABK pada saat melashing terpal tidak

memperhatikan ikatan tali dengan benar, sehingga pada waktu cuaca

buruk terpal sobek dan tali lashingan terpal lepas maka air hujan

masuk dalam ruang muat dan mengakibatkan muatan pupuk rusak

(basah).

48 Program Diploma Pelayaran


Karena alat – alat yang sudah tergolong tua dan kurangnya

perawatan, maka hal – hal yang dilakukan untuk mengurangi masalah yang

terjadi pada saat akan melaksanakan kegiatan bongkar muatkarena kurang

bekerjanya alat yang mendukung kegiatan bongkar muat dapat dilakukan

dengan :

1. Tetap mengadakan pengecekan ruang muat sebelum pelaksanaan

pemuatan dilaksanakan. Dengan melakukan pemeriksaan rutin setiap

kali kapal selesai melakukan kegiatan bongkar. Setelah selesai kegiatan

bongkar muatan, ruang muat dibersihkan atau sering disebut dengan

proses trimming.

2. Memberikan peranginan yang cukup dalam ruang muat.Yang dimaksud

memberikan peranginan yang baik adalah pada waktu didalam ruang

muat ada muatan pupuk ponska curah sirkulasi udara harus ada.

Dilakukan dengan cara membuka ventilasi ruang muat(cargo hold)

yang ada di bagian depan tiap-tiap palkah. Agar didalam ruang tidak

ada uap dari muatan pupuk yang nantinya akan membuat ruang muat

menjadi lembab atau yang lebih parahnya menjadi udara yang

mengandung uap dari muatan tersebut yang kadar dari udara itu adalah

menjadi udara beracun. Sehingga dapat membahayakan crew jika

sampai masuk kedalam ruang akomodasi.

3. Pada saat kapal berlayar mengecek kembali lashingan terpal serta

kondisi terpal guna mempersiapkan jika terjadi cuaca buruk.

Solusi untuk mencapai sasaran dalam melaksanakan bongkar

muat adalah dengan adanya penyusunan kerja yang terkoordinir dengan

49 Program Diploma Pelayaran


baik.Selalu mengadakan pengecekan pada saat muatan berada di dalam

palkah, dengan melakukan pengecekan terhadap muatan pupuk.

Sehingga kerusakan muatan yang ditimbulkan dapat diminimalkan.

Berbagai cara memang harus dilakukan untuk mengurangi penghambat

kelancaran proses bongkar muat, karena di MV. Berkah 36 dari segi

peralatan bongkar muat di kapal yang sudah tua, management kapal

tentang keselamatan kerja juga kurang.

50 Program Diploma Pelayaran


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab IV maka dapat

ditarik kesimpulan sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang terjadi,

mengenai faktor serta masalah yang menjadi penghambat kegiatan

bongkar muat adalah sebagai berikut :

1. Tenaga kerja yang kurang produktif. Misalnya, banyak ABK dan juru

bongkar (PBM) yang dijumpai dalam bekerja tidak sesuai prosedur.

2. Hambatan - hambatan yang terjadi pada waktu kegiatan bongkar muat

yaitu adanya penanganan muatan pupuk ponska curah yang kurang

baik.

3. Peranan alat keselamatan kerja yang sebenarnya sangat bermanfaat

bagi kesehatan dan keselamatan para ABK diabaikan dalam

pelaksanaan kegiatan bongkar muat diatas kapal.

B. SARAN

Mengenai permasalahan yang terjadi pada saat melaksanakan

kegiatan bongkar muat pupuk ponska curah, maka penulis memberi saran

– saran sebagai berikut :

51 Program Diploma Pelayaran


1. Untuk masalah faktor tenaga kerja.

a. Pada waktu penerimaan ABK baru,perusahaan harus mengadakan

pembinaan atau trainning mengenai peralatan bongkar muat.

b. Pada waktu pelaksanaan kegiatan bongkar muat, perwira harus

selalu mengadakan pengawasan, dengan begitu bisa diketahui

kemampuan dan hasil kerja dari masing-masing ABK dan juru

bongkar.

c. Seharusnya upaya – upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan kerja lebih dioptimalkan dengan melaksanakan

prosedur atau aturan tentang keselamatan kerja dengan sungguh –

sungguh dan penuh tanggung jawab, memberikan sanksi kepada

awak kapal yang tidak memakai alat keselamatan kerja dan

menambah peralatan keselamatan kerja.

2. Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam kegiatan bongkar muat:

a. Melakukan pemeriksaan kembali lashingan terpal dan kondisi

terpal guna mempersiapkan jika terjadi cuaca buruk pada saat

kapal berlayar, seharusnya perusahaan memberikan terpal dengan

kualitas bagus sehingga tidak gampang rusak (sobek).

b. Melakukan pemeriksaan terhadap sistem peranginan (cargo hold)

saat muatan berada di dalam palkah.

c. Mengadakan penyusunan kerja yang terkoordinir dengan baik

52 Program Diploma Pelayaran


DAFTAR PUSTAKA

Capt.R.P.Suyono, 2007:137.Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui

Laut, Jakarta:Pustaka Beta

Tim BPLP Semarang, 1983:84-143. Memuat untuk Perwira Kapal Niaga,

Semarang:Rajawali Press

Sugianto, 1999:31-32.Pengoperasian Pelabuhan Laut, Jakarta:Balai Pustaka

Soepomo, Prof.Iman, 1996:415-425. Hukum Perburuhan Undang – undang


No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal,
Jakarta:Balai Pustaka

https:jurnalmaritim.com/sekilas-tentang-bulker-kapal-pengangkut-kargo-curah-
kering/ Kapal Curah (diakses tanggal 12 Maret 2019)

https:kapalcargo.blogspot.com/2011/04/alat-bongkar-muat-kapal.html
Alat – alat Bongkar Muat (diakses tanggal 15Maret 2019)

https:alvinburhani.wordpress.com/2018/03/17/penanganan-muatan-kapal/
Pemuatan (diakses tanggal 19 Maret 2019)

https:www.researchgate.net/publication42354400/Peran-dan-Tanggung-jawab-
PBM/ Perusahaan Bongkar Muat (diakses 01 April 2019)

https:sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/11/kumpulan-
UU-k3.html/ Peraturan Keselamatan Kerja (diakses tanggal 03 April 2019)

53 Program Diploma Pelayaran

Anda mungkin juga menyukai