Anda di halaman 1dari 47

PELATIHAN PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI ATAS KAPAL

MV. QIAN YUAN UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT


DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Menempuh Jenjang Pendidikan Diploma III
Program Studi Nautika
Di Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon

Disusun Oleh :

RAIS FETRA FEBRIAN

NIT: 15293916

AKADEMI MARITIM (AKMI) SUAKA BAHARI CIREBON

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : PELATIHAN PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI


ATAS KAPAL MV. QIAN YUAN UNTUK
MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT DALAM
MENGHADAPI KEADAAN DARURAT

Nama Taruna : RAIS FETRA FEBRIAN

Jurusan/NIT : NAUTIKA / 15293916

Tugas Akhir dengan judul dan atas taruna tersebut diatas telah disetujui

untuk dapat diujikan, sebagai bagian dari persyaratan untuk menperoleh gelar Ahli

Madya pada jurusan NAUTIKA Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Capt. HERMAWAN, M.Mar HADI PRAMONO, M.Pd

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal : September 2019

Mengetahui,

Ketua Jurusan Nautika

Capt. DEDI NURYAMAN, S.DPO, M.Mar

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : PELATIHAN PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI


ATAS KAPAL MV. QIAN YUAN UNTUK
MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT DALAM
MENGHADAPI KEADAAN DARURAT

Nama Taruna : RAIS FETRA FEBRIAN

Jurusan/NIT : NAUTIKA/15293916

Tugas Akhir dengan judul dan atas taruna tersebut diatas telah disetujui

untuk dapat diujikan, sebagai bagian dari persyaratan untuk menperoleh gelar Ahli

Madya pada jurusan NAUTIKA Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon

DEWAN PENGUJI

Penguji I Penguji II

.................................... ....................................

Pembimbing I Pembimbing II

Capt. HERMAWAN, M.Mar HADI PRAMONO, M.Pd

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal : September 2019

Mengetahui,

Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon


Direktur

ASEP RAHMAT, SH,MM

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : RAIS FETRA FEBRIAN

NIT : 15293916

Jurusan : NAUTIKA

Judul Tugas Akhir : PELATIHAN PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI

ATAS KAPAL MV. QIAN YUAN UNTUK

MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT DALAM

MENGHADAPI KEADAAN DARURAT

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini adalah

betul – betul hasil karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam

Tugas Akhir ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh

sesuai dengan peraturan yang berlaku di Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon.

Demikian surat pernyataan ini saya tulis dan bisa dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Cirebon, September 2019


Yang membuat pernyataan ,

RAIS FETRA FEBRIAN

iv
MOTTO

“ Lakukan apa yang harus anda lakukan, jangan mengada-ada sesuatu yang tak
perlu niscaya kau akan menemukan jalan kebenaran” Prof. Nature

“Selalu ada harapan bagi orang yang berdo’a dan selalu ada jalan bagi orang

yang berusaha”

“Jika engkau benar-benar mencintainya, seberapa besar hatimu terluka itu tidak

akan membuatmu terluka.. Karena hetimu dengan mudah memaafkannya” (Rais

Fetra Febrian )

“Lihatlah ke depan secara lurus dengan seksama jika hujan turun dan menepilah

jika badai menghadang”

“Semakin anda hindari kata-kata kedua orang tua semakin rumit pula kehidupan

anda yang akan datang” Prof. Nature

“Jika hidup terasa sulit, maka lakukanlah hal sederhana mungkin” Prof. Nature

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Taufik
dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah yang telah disusun dengan judul “PELATIHAN
PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI ATAS KAPAL MV. QIAN YUAN
UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT DALAM
MENGHADAPI KEADAAN DARURAT” ini penulis susun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Diploma III.

Penulis juga menyadari bahwa dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak
akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Direktur Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon yang telah

berkenan memberikan kesempatan belajar di Akademi yang dipimpinnya.

2. Segenap Dosen dan Staf Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon yang

senantiasa membimbing kegiatan belajar saya.

3. Bapak Direktur Shun Xin International Shipping Co., Ltd. yang telah

berkenan memberikan izin kepada saya untuk menjalankan Peraktek Laut

4. Nakhoda, KKM, dan segenap crew MV . QIAN YUAN yang dengan

segala kemurahan hatinya menerima dan membimbing saya dalam

melaksanakan Praktek Laut.

5. Bapak Capt. Hermawan, M. Mar yang sudah membimbing saya dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini .

6. Bapak Hadi Permadi, M.Pd yang sudah membimbing saya dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung akan terselesaikan

laporan ini.

vi
8. Desi Yaneu Putri, A.Md. Farm yang selalu mendukung di setiap saat.

9. Seluruh rekan Taruna yang selalu mendukung dan membantu saya

sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini bisa memberikan manfaat kepada

saya sendiri dan semua orang.

Cirebon, 10 Oktober 2019


Penulis,

Rais Fetra Febrian

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

MOTTO........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ......................................................... 3

C. RUANG LINGKUP.................................................................. 4

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN ................................................ 4

1. Tujuan ................................................................................. 4

2. Kegunaan Penelitian ............................................................ 5

E. METODE ................................................................................. 5

1. Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................. 5

2. Metodologi Penelitian .........…............................................ 5

3. Metode Pengumpulan Data .................................................. 6

4. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 7

viii
BAB II LANDASAN TEORI

A. LANDASAN TEORI ............................................................... 10

B. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 21

BAB III PEMBAHASAN

A. OBJEK PENELITIAN ............................................................. 22

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................... 24

C. PEMECAHAN MASALAH..................................................... 32

BAB IV PENUTUP

A. SIMPULAN ............................................................................. 33

B. SARAN .................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 34

RIWAYAT HIDUP PENULIS ……………………………………………. 35

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Life Bouy ..................................................................................... 25
Gambar 3.2 Life Craft ...................................................................................... 26
Gambar 3.3 Life Jacket .................................................................................... 27
Gambar 3.4 Life Boat ...................................................................................... 28
Gambar 3.5 Line Throwing Apparatus ............................................................ 29
Gambar 3.6 Immersion Suit ............................................................................. 30
Gambar 3.7 Thermal protective Aid ................................................................ 30
Gambar 3.8 Isyarat visual ................................................................................ 31
Gambar 3.9 Survival Craft ............................................................................... 32

x
DAFTAR LAMPIRAN

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kapal adalah alat atau tempat yang paling aman untuk berlindung

selama pelayaran di laut, oleh karenanya pelaut wajib senantiasa

mempertahankan untuk tetap tinggal di atas kapal dalam keadaan darurat yang

bagaimanapun parahnya. Namun demikian dalam batas tertentu kapal tidak

dapat lagi dipertahankan sebagai tempat berlindung dan tidak dapat lagi

sebagai tempat tinggal. Satu-satunya yang dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa di laut agar tetap dapat bertahan hidup bila terjadi

musibah, adalah dengan cara meninggalkan kapal (abandon ship).

Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah kerusakan atau

gangguan alam, sehingga semua orang harus meninggalkan kapal dengan

menggunakan alat-alat penolong yang terdapat di kapal, secara langsung

maupun harus terjun suatu keadaan dimana kapal mengalami musibah, ke laut

dan naik ke alat penolong sampai dengan mendapatkan pertolongan dari tim

SAR di darat (PIP Semarang 14:2002) Keadaan darurat di kapal dapat

disebabkan oleh:

1. Kapal terbakar dan ledakan

2. Kapal mengalami tubrukan dengan kapal lain

3. Kapal kandas

1
2

4. Kapal terjadi kebocoran besar pada lambung bawah air

5. Kemungkinan kapal terbalik, baik yang disebabkan oleh stabilitas kapal

maupun cuaca buruk

Teknik menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain dalam keadaan

darurat merupakan suatau pengetahuan praktis yang harus diketahui dan harus

dikuasai oleh seluruh crew kapal. Di dalam proses penyelamatan dan

penanggulagan keadaan darurat awak kapal harus tahu dan paham benar akan

cara mempergunakan alat-alat keselamatan dan alat-alat pemadam kebakaran

yang ada di kapal dan berperan aktif sesuai dengan tugas dan tanggungjawab

masing-masing awak kapal berdasarkan sijil darurat (muster list).

Semua tindakan tersebut dimaksudkan agar awak kapal yang kapalnya

dalam keadaan bahaya dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain

ataupun dapat menyelamatkan kapal dan isinya secara cepat dan tepat, namun

pada kenyataannya banyak awak kapal yang tidak memilki pengetahuan yang

cukup tentang bagaimana cara menyelamatkan diri di laut sehingga pada saat

keadaan bahaya/darurat di kapal, para awak kapal tidak menggunakan semua

peralatan keselamatan dikarenakan pada saat diadakan latihan keselamatan

jiwa di laut, para awak kapal tidak melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan

penuh kesadaran yang tinggi atau latihan dilaksanakan hanya formalitas saja di

atas kertas, tidak dilaksanakan secara sebenarnya di lapangan. Pada saat

kejadian sesungguhnya, kurang disiplin dan kurang kesiapan awak kapal dalam

menghadapi keadaan darurat akan menimbulkan resiko yang sangat fatal.


3

Dengan kenyataan ini penulis terdorong untuk membahas bagaimana

meningkatkan efektifitas dalam melaksanakan latihan keadaan darurat di atas

kapal, dengan tujuan agar para awak kapal terbiasa dan tanggap dalam

menghadapi dan menanggulangi keadaan darurat yang terjadi di atas kapal.

Pelaksanaan latihan tersebut dapat berguna saat kejadian sebenarnya sehingga

jiwa dari awak kapal, penumpang, dan lingkungan di sekitarnya dapat

diselamatkan, dan menumbuhkan kesadaran awak kapal tentang pentingnya

latihan keselamatan dan latihan kebakaran di kapal.

Dari berbagai fenomena di atas, mendorong penulis untuk memilih

judul KTI : “Pelatihan Penggunaan Alat Penolong Di Atas Kapal MV. Qian

Yuan Untuk Menunjang Keselamatan Di Laut Dalam Menghadapi Keadaan

Darurat“.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

akan merumuskan masalah dalam beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagaimana latihan keadaan darurat sudah sesuai dengan ketentuan Safety

of Life at Sea (SOLAS) 1974?

2. Bagaimana para awak kapal dapat memahami pelaksanaan latihan keadaan

darurat dan dapat menggunakan perlengkapan keselamatan dengan benar?


4

C. RUANG LINGKUP

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis memberikan batasan,

mengingat luasnya pengetahuan yang berhubungan dengan masalah ini dan

juga karena keterbatasan ilmu pengetahuan maupun pengalaman penulis yang

hanya melaksanakan praktek laut selama satu tahun. Maka dalam penyusunan

tugas akhir ini tidak mungkin untuk menguraikan secara menyeluruh, hanya

membahas mengenai keselamatan jiwa di laut yang dilaksanakan di atas kapal

MV. Qian Yuan.

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN

Setiap kegiatan pasti dilandasi dengan tujuan yang ingin dicapai, baik

untuk mengembangkan suatu teori atau untuk menguji atau mengkaji ulang

teori yang ada. Demikian juga dengan penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh manfaat yang baik untuk penulis sebagai peneliti maupun pihak

lain yang kompeten dengan penelitian yang dilakukan untuk keselamatan di

atas kapal.

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana latihan darurat di atas kapal sesuai

dengan SOLAS 1974

b. Untuk mengetahui sejauh mana para awak kapal memahami

pelaksanaan latihan keadaan darurat di atas kapal


5

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai acuan bagi penulis dan pelaut maupun calon pelaut saat

melaksanakan pelatihan darurat di atas kapal.

b. Sebagai bekal kemampuan untuk dapat melaksanakan praktek laut di

kapal.

E. METODE

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian mengenai pembahasan masalah ini, penulis

melaksanakannya pada saat praktek laut di perusahaan SHUN XIN

INTERNATIONAL SHIPPING., LTD, Kemudian oleh perusahaan

tersebut penulis ditempatkan di kapal MV. QIAN YUAN.

Penelitian dan pengamatan dilakukan di atas kapal MV. QIAN

YUAN. Lokasi tersebut penulis pilih karena penulis melakukan praktek di

kapal tersebut, sehingga berdasarkan pengalaman yang diperoleh, maka

penulis memilih lokasi tersebut.

2. Metodologi Penelitian

Dalam metode penulisan ini penulis menggunakan metode

deskriptif, untuk mengetahui obyek yang akan diteliti. Oleh karena itu di

dalam pembahasan nanti penulis berusaha menguraikan dan menjelaskan

hasil yang diperoleh mengenai obyek penelitian, baik secara langsung dari

pengalaman penulis selama melaksanakan praktek laut (Prala).


6

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperjelas penulisan tugas akhir ini penulis mengadakan

penelitian di atas kapal MV. QIAN YUAN dan pengumpulan data ini

dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dimengerti, maka penulis

mencari data-data dengan melakukan cara-cara sebagai berikut :

a. Pengamatan (Observasi)

Merupakan suatu Studi yang Sistematis dan yang

dipertimbangkan dengan baik melalui kejadian-kejadian pada saat

terjadi. Penulis mengadakan pengamatan secara langsung untuk

mencari kesesuaian antara keterangan-keterangan yang penulis peroleh

selama duduk di bangku kuliah (teori) dengan kejadian yang

sebenarnya. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian atau

pembuktian di atas kapal MV. QIAN YUAN.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara dipergunakan untuk memperoleh data dari orang-

orang yang merupakan sumber keterangan penulis menanyakan

langsung pada awak kapal yang penulis anggap lebih mengetahui

permasalahan ini.

Orang-orang yang saya wawancarai adalah :

1) Nahkoda

Nahkoda adalah sebagai pemimpin tertinggi di atas kapal

pada umumnya dan juga sebagai penanggung jawab manajemen di


7

atas kapal. Selain itu segala sesuatu yang harus dikerjakan di atas

kapal harus melalui persetujuannya.

2) Kepala Kamar Mesin (KKM)

Sebagai kepala kerja bagian mesin antara lain membimbing

dan mengkoordinir kerja harian dari anak buah kapal. Di samping

tanggung jawab seluruh aktivitas dalam pekerjaan di kamar mesin.

3) Anak Buah Kapal (ABK)

Dalam hal ini adalah anak buah kapal bagian mesin antara

lain :

Serang, Juru Mudi, Panjarwala dan Kelasi yang setiap individu

mempunyai kesadaran dan disiplin serta tanggung jawab yang

tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya masing-masing.

c. Study Pustaka

Merupakan suatu cara study untuk melakukan pengamatan

dengan menggunakan referensi dan membaca buku yang ada

hubungannya dengan objek pengamatan. Di samping itu penulis

mempelajari pemasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan

penggunaan alat penolong di atas kapal.

4. Jenis Dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan yang digunakan dalam penyusunan

tugas akhir ini adalah data yang berupa keterangan dan informasi yang

penulis peroleh melalui observasi langsung, interview dan study pustaka

dengan awak kapal yang bertanggung jawab.


8

Dari sumber–sumber tersebut di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam hal ini

penulis mendapat data primer dengan membaca Modul alat penolong

keselamatan di atas kapal.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data ini diperoleh dari buku–buku

yang penulis baca dan yang berkaitan dengan obyek penulisan tugas

akhir serta informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah di

kampus dari semester satu sampai semester empat.

c. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka dan

merupakan informasi. Dalam penulisan ini yang termasuk data

kualitatif yaitu mengenai alat penolong di atas kapal. Berdasarkan latar

belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, maka penelitian yang penulis lakukan dengan

menggunakan metode observasi di kapal, study pustaka yang

berhubungan dengan topik permasalahan.

d. Rancangan Penelitian

Dalam rancangan penelitian ini untuk penulisan laporan akhir

adalah untuk memudahkan penulisan dalam hal–hal yang berhubungan


9

dengan penelitian. Rancangan penelitian meliputi penelitian yang

terdiri dari pengumpulan data, pembahasan data dan kemudian

tertuang dalam penulisan.

Rancangan penelitian terdiri dari beberapa uraian yaitu :

1) Penulis mengumpulkan data dari buku-buku yang berkaitan dengan

masalah penelitian ini.

2) Penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan wawancara

maupun tanya jawab dengan mualim jaga.

3) Penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan dan membuat

kesimpulan.

4) Pada bagian akhir penyimpulan hasil analisa data.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Pelaksanaan latihan keselamatan di atas kapal harus sesuai dengan

konvensi Internasional tentang jiwa di laut ( SOLAS ) 1974 pada bab III

membahas tentang persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh kapal-kapal,

baik kapal penumpang dan kapal barang.

1. Sijil Darurat/ Muster List

Sesuai ketentuan keselamatan jiwa dilaut (SOLAS 1974 : 180-182)

peraturan 25 : sijil kumpul dan petunjuk-petunjuk keadaan darurat

a. Tugas-tugas khusus dilakukan di dalam keadaan darurat harus

dibagikan kepada masing-masing anggota awak kapal.

b. Sijil kumpul harus memperlihatkan semua tugas khusus dan

harus memperlihatkan, khususnya, posisi-posisi mana yang harus

diambil oleh tiap anggota dan tugas-tugas yang harus dilakukan .

c. Sijil kumpul untuk tiap kapal penumpang harus dalam bentuk

yang disetujui oleh badan pemerintah.

d. Sebelum kapal berlayar, sijil kumpul harus sudah dirampungkan.

Turunan-turunannya harus digantungkan di berbagai bagian dari kapal,

dan terutama di tempat-tempat kediaman awak kapal.

e. Sijil kumpul harus memperlihatkan tugas-tugas yang ditetapkan

untuk berbagai anggota awak kapal berkenan dengan :

10
11

1. Penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan

mekanisme penutupan lubang-lubang pembuangan, ruang abu dan

pintu-pintu kebakaran.

2. melengkapi sekoci-sekoci penolong ( termasuk pesawat

radio jinjing ) dan alat-alat penyelamatan lain.

3. peluncuran sekoci penolong

4. persiapan umum alat-alat penyelamat lain.

5. meng-apel para penumpang

6. pemadam kebakaran, dengan memperhatikan bagan-bagan

pemadam kebakaran.

f. Sijil kumpul harus memperhatikan berbagai tugas yang

dibebankan kepada para anggota bagian pelayanan tehadap para

penumpang di dalam keadaan darurat.

g. Tugas-tugas yang ditujukan oleh sijil kumpul yang berkaitan

dengan pemadam kebakaran sesuai dengan subparagraf (e:6).

h. Sijil kumpul harus perinci isyarat-isyarat tertentu untuk

memanggil semua awak kapal untuk ke stasiun-stasiun sekoci, stasiun

rakit penolong dan stasiun pemadam kebakaran dan harus memberikan

perincian isyarat-isyarat ini secara lengkap.

Peraturan 26 : wajib berkumpul dan gladian

a. Kewajiban gladian sekoci dan gladian kebakaran bagi kapal penumpang

dan kapal barang.


12

1) Di kapal-kapal penumpang, mengumpulkan awak kapal untuk

gladian sekoci dan gladian kebakaran harus dilaksanakan setiap

minggu, jika dapat dilaksanankan dan berkumpul demikian itu harus

dilaksanakan bilamana sebuah kapal penumpang meninggalkan

pelabuhan terakhir untuk mulai suatu pelayaran Internasional yang

bukan pelayaran Internasional jarak dekat.

2) Di kapal-kapal barang, mengumpulkan para awak kapal untuk

latihan gladian sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan dengan

selang waktu tidak lebih dari satu bulan, dengan ketentuan bahwa

dengan mungumpulkan para awak kapal untuk gladian sekoci dan

gladian kebakaran itu harus dilaksanakan dalam waktu 24 jam sejak

kapal meninggalkan pelabuhan jika dari 25 persen awak kapal telah

diganti di pelabuhan tersebut.

3) Pada kejadian berkumpul bulanan di kapal-kapal barang,

perlengkapan-perlengkapan sekoci harus diperiksa untuk memperoleh

kepastian bahwa benar-benar lengkap.

4) Tanggal pada waktu dilaksanakan, perincian–perincian dari setiap

latihan dan untuk memadamkan kebakaran yang dilakukan di kapal

harus dicatat di dalam buku harian sebagaimana yang ditetapakan oleh

badan pemerintah. Jika di suatu minggu (untuk kapal penumpang)

atau bulan ( untuk kapal barang) tidak dilaksanakan brekumpul atau

hanya berkumppul saja, pencatatan harus dilakukan yang menyatakan

keadaan-keadaan dan keluasan berkumpul yang telah dilaksanakan itu.


13

b. Di kapal-kapal penumpang, kecuali yang digunakan dalam pelayaran-

pelayaran Internasional jarak dekat, pengumpulan penumpang harus

dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kapal meninggalkan pelabuhan.

c. Kelompok-kelompok sekoci penolong yang berlainan harus digunakan

secara bergiliran dalam gladian-gladian sekoci yang dilaksanakan secara

beruntun dan setiap sekoci penolong harus diayun keluar dan jika praktis

dapat dilaksanakan dan wajar. Diturunkan sekurang-kurangnya satu kali

sebulan.

d. isyarat darurat untuk memanggil para penumpang ke pos berkumpul harus

terdiri dari tujuh tiup pendek atau lebih secra beruntun disusul satu tiup

panjang suling atau sirena. Isyarat ini harus dilengkapkan di kapal-kapal

penumpang, kecuali yang digunakan dalam pelayaran-pelayaran

Internasional jarak dekat oleh isyarat-isyarat yang harus dijalankan

dengan listrik.

Berdasarkan keterangan di atas (peraturan 25, SOLAS 1974) maka

penulis menarik kesimpulan pengertian dari Muster List/Sijil Darurat adalah

daftar yang berisi nama dan jabatan serta tugas khusus dan tanggung jawab

yang harus dilaksanakan pada saat terjadi keadaan darurat/latihan keselamatan

meninggalkan kapal dan kebakaran, serta posisi sekoci mana yang harus

ditempati dan adanya tambahan tentang isyarat-isyarat tertentu untuk

memanggil semua awak kapal ke stasiustasiun sekoci (muster station).


14

2. Latiahan Keadaan Darurat

a. Pengertian Keadaan Darurat

Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah suatu keadaan di

mana kapal mengalami musibah, sehingga semua orang harus

meninggalkan kapal dengan menggunakan alat-alat penolong yang

terdapat di kapal, secara langsung maupun harus trejun ke laut dan

naik ke alat penolong sampai dengan mendapat pertolongan dari tim

SAR di darat.

Keadaan darurat adalah keadaan lain dari keadaan normal yang

mempunyai kecenderungan atau potensi ingkat yang membahayakan

baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan di

sekitarnya, (Agus Hadi,PIP Semarang : 7).

b. Faktor-faktor Penyebab Keadaan darurat

1) Faktor Alam

Yaitu keadaan darurat yang disebabkan karena adanya cuaca buruk

dan keadaan lainnya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

2) Faktor Manusia

Yaitu keadaan darurat yang disebabkan karena kelalaian manusia

yang dapat mengakibatkan kebakaran atau ledakan yang disertai

kebakaran dan sebagainya.

3) Faktor Teknis

Yaitu keadaan darurat yang diakibatkan misalnya yang ada

kaitannya dengan kelaik lautan kapal, sehingga kapal tidak mampu


15

meneruskan pelayaran dengan aman, akibat yang ditimbulkan

boleh jadi kapal bocor, terbalik atau mesin rusak.

c. Jenis-jenis Keadaan Darurat

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang

dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari

pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan

semua anak buah kapal harus terlibat untuk mengatasi gangguan

tersebut atau untuk harus meninggalkan kapal. Keadaan gangguan

pelayaran tersebut harus sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi

keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri,

menurut Agus Hadi (PIP Semarang : 9) keadaan darurat dapat disusun

sebagai barikut :

1) Tubrukan (collusion).

2) Kebakaran/Ledakan (fire).

3) Kandas (grounded).

4) Kebocoran/Tenggelam (flooding).

5) Orang jatuh kelaut (man over board).

6) Pencemaran (oil pollution).

d. Isyarat Keadaan Darurat

Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal,

isyarat bahaya yang umumnya dapat terjadi adalah:


16

1) Isyarat Kebakaran

Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang di

atas kapal yang pertama kali melihat adanya bahaya kebakaran

wajib melaporakan kejadian tersebut pada mualim jaga di

anjungan. Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya

pemadam kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat

diatasi dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang perlu

menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta

membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan

dan perintah Nahkoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan

kode suling atau bel yaitu satu tiup pendek dan satu tiup panjang

secara terus-menerus.

Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran

wajib melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil

kebakaran dan segara menuju ketempat tugasnya untuk menunggu

perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.

2) Isyarat Sekoci

Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nahkoda dan

seluruh anak buah kapal maka kode isyarat untuk mengumpulkan

seluruh awak kapal ke tempat kumpul (muster ststion) maka kode

isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling kapal

sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus.


17

Setelah semua awak kapal kumpul di muster station

menunggu perintah dari kepala regu dan apabila harus

meninggalkan kapal isyaratnya adalah VERBAL ORDER BY

MASTER (perintah lansung yang diucapkan secara lisan oleh

Nahkoda dari kapal yang bersangkutan).

3) Isyarat Orang Jatuh kelaut

Bila terdapat orang jatuh ke laut, maka isyaratnya adalah

terdiri dari tiga tiupan panjang yang dibunyikan secara terus

menerus.

Seorang awak kapal yang melihat orang jatuh ke laut, maka

tindakan yang dilakukan adalah:

a) Berteriak “orang jatuh kelaut”sekeras-kerasnya dan dilambung

mana orang tersebut jatuh.

b) Lemparkan pelampung yang dilengkapi dengan lampu

apung/asap sedekat orang yang jatuh tersebut.

c) Melaporkan ke mualim jaga yang dan terus mengamati

letak/posisi dari pelampung/orang jatuh.

Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang

jatuh ke laut dapat melakukan manouver kapal untuk berputar

mengikuti ketentuan “Willemson Turn” atau

“Carnoevan”untuk melakukan pertolongan, dan bila korban

tiadak dapat ditolong maka kapal yang brsangkutan wajib

menaikkan bendera Internasional huruf “O“.


18

4) Isyarat kapal kandas

Isyarat yang harus dibunyikan bila kapal mengalami kandas

adalah dengan membunyikan lonceng jangkar yang dibunyikan

secara terus merus disusul dengan gong yang berada diburitan (bila

panjang kapal >100 m).

3. Definisi-definisi

Beberapa istilah menurut Achmad Wahyudiono (Peraturan

Keselamatan Pelayaran dan Pencegahan Pencemaran 1994 :3-4).

1. SOLAS 1974

Internasional Convention for the Safety of Life at Sea,1974 (SOLAS).

Adopted 1974 dan mulai diberlakukan 1980 SOLAS dilengkapi dengan

tambahan beberapa prosedur mengenai survey, sub division

andstability, construction, fire fighting, life saving, radio

communication dan sebagainya.

2. MARPOL 73/78

International Convention for the Prevention on Pollution Ship

1973,dimodifikasikan dengan Protocol 1978 dan menjadi Marpol

73/78.

Adopted 1973 dan dimulai berlaku 1983.

Sebagai senjata utama mencegah tumpahan minyak dari kapal.

Memuat cara untuk mencegah pencemaran datangnya dari tanker dan

kapal selain tanker (Annex I). Empat Annexes lainnya, menurut


19

penanganan pencemaran dari naxious subtances in bulk, chemical in

package form, sewage, dan sampah (gerbage).

3. STCW 1978

International Convention on Standard of Training, Certification and

Watchkeeping for seafarers, 1978 (STCW), Adopted 1978 dan mulai

diberlakukan 1984.

Pertama kali diperkenalkan persetujuan Internasional mengenai

standard minimun training dan sertifikasi untuk Nahkoda, Perwira

kapal, dan ABK. Juga membuat standard pengawasan di kapal.

4. ISM Code

International Safety Management (ISM) Code adalah peraturan

manajemen Internasional mengenai pengoperasian yang aman bagi

kapal-kapal dan dapat mencegah pencemaran seperti yang oleh sidang

IMO, di mana masih ada kemungkinan disempurnakan lebih lanjut

oleh IMO.

5. Kapal

Kata “kapal” meliputi semua jenis pesawat air termasuk pesawat yang

tidak memindahkan air dan pesawat-pesawat terbang laut yang dipakai

atau dapat dipakai sebagai alat pengangkut di atas air (PIMTL 1972:3).

6. Sekoci

Sekoci adalah alat penolong yang dapat digunakan untuk evakuasi

seluruh awak kapal dan penumpang karena memiliki konstruksi yang

lebih kuat dari alat penolong lainnya dan kapasitasnya sampai dengan
20

max 150 orang tergantung ukuran sekoci yang kontruksi, daya angkut,

spesifikasi serta perlengkapannya sesuai dengan ketetapan

International Convention For the Safety of Life at Sea, 1974 (SOLAS),

Program Diklat keterampilan Khusus Pelaut (2002:20).

7. Live Saving Eqiupment

Adalah segala jenis alat-alat perlengkapan keselamatan, Sutiyar

(1996:260).

8. Muster Station

Tempat berkumpulnya regu pemadam kebakaran untuk menerima

perintah lebih lanjut dari komandan regu.

Rencana keselamatan atau bagan kapal keseluruhan yang menunjukkan

tempat atau posisi semua alat-alat keselamatan (safety appliances)

yang ada di atas kapal tersebut.

9. Portable Fire Extinguishers

Alat-alat pemadam kebakaran jinjing yang terdiri dari fire extinguisher

dry powder, portable fire extinguisher dry podwer, portable fire

extinguisher CO2.

10. Fixed Fire Extinguisher Equipment

Sistem pemadaman tetap (Fixed Fire Extinguisher) adalah sistem

pemadaman kebakaran yang instalasinya dipasang tetap, baik secara

keseluruhan maupun sebagian, (AFF 2002:115)


21

11. Emergenci Drill

Program latihan yang dilaksanakan di atas kapal untuk melatih awak

kapal agar selalu siap dalam menghadapi keadaan darurat.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran dalam pemecahan masalah pada kasus

“PELATIHAN PENGGUNAAN ALAT PENOLONG DI ATAS KAPAL MV.

QIAN YUAN UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN DI LAUT DALAM

MENGHADAPI KEADAAN DARURAT” mencangkup hal-hal sebagai

berikut :

1. Peningkatan keterampilan ABK menggunakan alat penolong saat

menghadapi keadaan darurat.

Selama kapal itu masih difungsikan sebagaimana peruntukkannya

maka selama itu pula alat keselamatan diterapkan. Akan tetapi selama

penulis praktek laut penulis sering melihat ABK jarang menggunakan alat

penolong di atas kapal saat melakukan latihan.

2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan semua ABK dalam usaha

penggunaan alat penolong di atas kapal untuk menunjang jiwa di laut.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Objek Penelitian

Taruna telah melaksanakan praktek pada kapal MV. Qian Yuan

dengan awak kapal berjumlah 19 orang. Dengan data-data kapal sebagai

berikut:

Name of Vessel : Qian Yuan

Port of Registry : Lome

Official No. : 42254-Pext

Imo No. : 8819691

Call Sign : 5vez8

Mmsi No. : 354005000

Inmarsat-C : 435400510

Type of Vessel : Ref

Class : Pmds

Construction : 1988

Builder : Yawatahama, Japan

Owner : Hongkong (Chenyu)Marineco., Limited

Operator : Fuzhou Lucky Ocean Shpg Services Ltd

Service Area : World Wide

Gross Tonnage : 1891

Net Tonnage : 656

22
23

Dead Weight : 1753

L.O.A : 84.36

LBP : 77.70

Breadth : 13.0

Depth : 7.45

Draft 4.36 Summer 4.32

Height of Ship : 26.2

Displacement : 3056.6

Light Ship : 1304

M/Eng. Type : Akasaka-A34 1471kw(2000hp)

Service Speed : 13.0

Hold Capacity : 2617.67

1. Kejadian Pertama

Pada saat MV. Qian Yuan berlayar dari pelabuhan mawei ke

Shandong, pada hari Kamis 21 Februari 2019 diadakan latihan

penggunaan alat penolong sekoci dikarenakan pada bulan tersebut

keadaan laut sedang ekstrim, jadi untuk menghindari hal yang tidak

diinginkan saat berlayar, kapten memutuskan untuk melaksanakan latihan

sekoci untuk menunjang jiwa di laut dalam menghadapi keadaan darurat.

2. Kejadian Kedua

Pada saat kapal berlayar dari Shandong menuju Mokpo diadakan

kembali latihan penggunaan alat penolong yaitu, life bouy, latihan ini
24

dilakukan karena dapat informasi dari kapten bahwa sebelum taruna

bergabung bersama kapal MV. Qian Yuan ada kejadian orang jatuh ke laut

pada saat kapal akan bersandar di pelabuhan Jeju Korea. Latihan ini

dilakukan dengan tujuan jika ada orang jatuh ke laut kita dapat segera

menolongnya.

B. Analisis Dan Pembahasan

Alat-alat penolong di atas kapal merupakan hal yang sangat perlu

diperhatikan dalam pelayaran. Oleh karena itu, perlengkapan keselamatan

harus sudah tersedia pada tempat yang ditentukan ketika terjadi terjadi

kecelakaan.

Banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di atas kapal

misalnya, orang jatuh ke laut, kebakaran, tubrukan kapal, dan kapal

mengalami kebocoran. Sehingga menjadikan para awak kapal harus

meninggalkan kapal.

Untuk meninggalkan kapal atau mambantu orang yang jatuh ke laut

maka diperlukan sebuah alat keselamatan sehingga kita bisa bertahan hidup

dengan ganasnya gelombang samudera atau kapal, berikut beberapa alat

penolong di atas kapal:


25

1. Life Bouy

Gambar 3.1 Life Bouy

Life Bouy merupakan alat penolong yang umumnya digunakan

untuk orang yang tercebur ke laut, jumlahnya tergantung pada tipe dan

panjang kapal. Life Bouy terbuat dari bahan gabus padat dan dibungkus

dengan terpal, pada keempat tempat diberikan ban kain yang menjadi

ikatan bagi tali pegangan yang terbuat dari tali manila ataupun nylon.
26

2. Life Craft

Gambar 3.2 Life Craft

Alat penolong Life Craft dibuat sedemikian rupa dengan bentuk

atas dan bawah yang sama sehingga dalam keadaan darurat dapat

dilemparkan ke dalam air secara cepat dan aman.

Alat penolong di atas kapal berupa rakit penolong merupakan peti-peti

kayu yang kuat dan di dalamnya ditempatkan tabung-tabung udara sebagai

daya apungnya. Pada sisi rakit harus diberi tali pegangan serta tali penahan

sepanjang paling sedikit 10 meter dan berat rakit tidak boleh lebih dari 160

kg.
27

3. Life Jacket

Gambar 3.3 Life Jacket

Alat penolong ini terbuat dari gabus sintetis yang biasanya

dinamakan styrophom, pemakaiannya harus benar-benar aman melingkar

ke badan dengan mengikatkan pitanya. Alat ini harus dilengkapi berupa

peluit, harus diberi warna yang terang, dan kekuatannya tidak dapat

dipengaruhi oleh minyak atau bahan minyak lainnya.


28

4. Life Boat

Gambar 3.4 Life Boat

Life Boat atau Sekoci Sekoci merupakan alat penolong di atas

kapal yang dirancang untu menyelamatkan nyawa manusia jika terjadi

masalah di laut. Sekoci umunya merujuk pada kendaraan yang dibawa

oleh kapal yang lebih besar untuk digunakan oeh penumpang dan awak

kapal di dalam keadaan darurat.


29

5. Line Throwing Apparatus

Gambar 3.5 Line Throwing Apparatus

Merupakan alat yang digunakan untuk menolong orang yang jatuh

ke laut dengan cara melemparkan tali kepada orang yang jatuh ke laut.
30

6. Immersion Suit

Gambar 3.6 Immersion Suit

Alat ini berfungsi sebagai pelindung atau pencegah suhu tubuh

yang hilang akibat dinginnya air laut.

7. Thermal Protective Aid

Gambar 3.7 Thermal Protective Aid


31

Alat ini digunakan untuk mengembalikan suhu tubuh yang tadinya

sempat turun akibat cuaca ekstrim atau dingin.

8. Isyarat Visual

Gambar 3.8 Isyarat Visual

Digunakan sebagai isyarat tanda bahaya apabila penyelamat

menyaksikan ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat dilihat oleh mata

pada siang hari dipakai isyarat asap apung (buoyant smoke signal). Saat

tengah malam dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor

parasut (parachute signal).


32

9. Survival Craft

Gambar 3.9 Survival Craft

Alat ini berfungsi untuk menolong atau mempertahankan jiwa

orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut

meninggalkan kapal.

C. Pemecahan Masalah

1. Drill atau latihan alat penolong di atas kapal

Drill atau latihan perlu dilakukan setiap satu bulan sekali atau tiga

bulan sekali, drill ini dilakukan dengan tujuan untuk mengantisipasi

kejadian agar seluruh crew kapal bisa sigap menghadapi kejadian yang

menyebabkan crew harus meninggalkan kapal atau ada orang jatuh ke laut.

2. Permintaan Nahkoda untuk melakukan latihan penggunaan alat penolong

di atas kapal
33

Nahkoda di tempat taruna praktek laut meminta agar seluruh crew

yang ada di kapal mengikuti kegiatan latihan penggunaan alat penolong

setiap satu bulan sekali, nahkoda memberitahu tentang pentingnya latihan

atau drill di atas kapal karena di lautan luas tidak ada yang tahu akan

seperti apa keadaan yang akan dihadapi.

3. Penggunaan Alat Penolong Life Boat (Sekoci)

Untuk menunjang keselamatan jiwa di laut misalnya dalam

keadaan yang tidak diinginkan seperti tubrukan kapal, kebocoran kapal

atau kebakaran kapal yang menyebabkan semua crewnya harus

meninggalkan kapal maka perlu diadakannya latihan penggunaan alat-alat

penolong di atas kapal, dan semua crew diharuskan untuk mengetahui dan

terampil dalam menggunakan alat-alat penolong di atas kapal.

4. Penggunaan Alat Penolong Life Bouy

Untuk menghindari kejadian orang menghilang pada orang jatuh ke

laut, perlu kita ketahui bagaimana cara untuk menolongnya dan bagaimana

cara kita menghadapi situasi tersebut.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kapal sebagai salah satu alat transportasi mempunyai beberapa

fasilitas. Fasilitias yang tidak bisa diremehkan adalah fasilitas keamanan dan

keselamatan kapal berupa alat-alat penolong yang ada di atas kapal. Fasilitas

ini harus mendapat perhatian lebih karena menyangkut dengan nyawa

manusia, kapal, bisnis, bahkan sampai masalah hokum.

Simpulan yang dapat diambil dari hasil Karya Tulis di atas adalah:

1. Latihan/Drill penggunaan alat penolong di atas kapal MV. Qian Yuan

sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan SOLAS 1974.

2. Pelaksanaan latihan/Drill yang diikuti oleh seluruh awak kapal telah

dilaksanakan dan dipahami seluruhnya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil diatas, maka didapatkan beberapa

saran yang mungkin dapat berguna bagi semua crew kapal, sebagai berikut:

1. Latihan/Drill penggunaan alat penolong di atas kapal harus rutin dilakukan

setiap 1 atau 3 bulan sekali dengan tujuan untuk meningkatkan

keselamatan jiwa di laut.

2. Diharapkan semua crew di atas kapal dapat memahami tentang tugas dan

tanggungjawabnya di atas kapal, sehingga saat mengalami kejadian yang

tidak diinginkan seluruh crew dapat dengan sigap menangani situasi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Radiks Purba, “Angkutan Muatan Laut” Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1981.

Soetopo Sudjatmiko, “Pokok Pokok Pelayan Niaga”, PT. Gunung Agung, Jakarta 1997

Subandi, “Penuntun Claim Laut”, Jilid 2. Penerbit Jembatan Jakarta, 1968.

Rahadi Danar, “Klarifikasi Perawatan” Adi Ghuna Chandra wijaya, Surabaya, 2009.

Yaneu Putri, “Sistem- Sistem Perawatan”, Penerbit Jembatan Jakarta, 2006

35
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : RAIS FETRA FEBRIAN


NIT / Jurusan : 15293916 / Nautika
Tempat / Tanggal Lahir : Kuningan/ 21 Februari 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. SMP N 1 Cilimus No. 140 RT/RW 18/06 Desa
Bojong Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan
(45556)
Nama Orang Tua
a. Ayah : Arun
b. Ibu : Sopiah

Riwayat Pendidikan
a. SDIT AL-MULTAZAM : 2004 - 2009
b. SMPN 1 CILIMUS : 2009 - 2012
c. SMAN 1 CILIMUS : 2012 - 2015
d. AKADEMI MARITIM SUAKA BAHARI CIREBON : 2015 - 2019

Pengalaman Praktek di Kapal


Nama Kapal : MV. QIAN YUAN
Jenis Kapal : CARGO
Nama Perusahaan : PT. SHUN XIN INTERNATIONAL SHIPPING
Alamat Perusahaan : GUI YUAN YI JING NO. 150 AOFENG ROAD, TAI
JIANG, FUZHOU, CHINA.

32

Anda mungkin juga menyukai