Anda di halaman 1dari 36

BAB 3 GAMBARAN UMUM

Bab 3
GAMBARAN UMUM

Halaman
1
3.1 7Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Bendungan Bener merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional dalam sektor
bendungan dan irigasi yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya berada di Desa
Guntur Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo, dengan jarak kurang lebih 12 Km ke arah
utara dari pusat kota. Area kawasan genangan dan greenbelt Bendungan Bener meliputi
Desa Limbangan, Desa Guntur dan Desa Ngalris di Kecamatan Bener, Desa Kemiri di
Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, dan Desa Gadingrejo, Desa Burat dan Desa
Bener di Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo. Serta Desa Wadas Kabupaten Purworejo
khususnya pada area yang dilakukan pembebasan dan diambil material batunya untuk
bahan timbunan tubuh bendungan (Quarry).
Bendungan Bener didesain dengan tipe Urugan Batu Membran Beton ( Concrete Face
Rock Fill Dam) dengan dominan timbunan batuan dengan kebutuhan volume 8,5 juta m 3
yang membendung Sungai Bogowonto, dengan rencana manfaat Bendungan Bener
meliputi untuk:
1. Irigasi
Mengairi lahan irigasi 15.519 Ha di Kabupaten Purworejo (DI Guntur, Penungkulan,
Kedungputri, Mranti, Jrakah, Loning, Kragilan & Boro) Qrerata = 4.675 ltr/dtk
2. Air Baku
Penyediaan air baku sebesar 1.500 ltr/dtk (Purworejo 500 ltr/dtk , Kebumen 300
ltr/dtk & Kulon Progo 700 ltr/dtk
3. Sumber Listrik
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 10 MW
4. Reduksi Banjir
Mereduksi debit puncak banjir dari 583,94 m 3/dtk menjadi 178,00 m3/dtk pada Q25
(69,52%)
5. Pariwisata
Pemanfaatan untuk pariwisata, perikanan, dan konservasi Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bogowonto

Akses Main Dam ke Quarry Wadas kurang lebih berjarak 10,5 Km. Untuk lebih jelasnya
mengenai gambaran wilayah perencanaan yaitu pada Bendungan Bener dan Area Quarry
dapat dilihat pada gambar berikut.

Halaman
2
Gambar 3.1 Peta Orientasi Bendungan Bener Dan Area Quarry

Halaman
3
3.2 Gambaran Umum Bendungan Bener
Lokasi Bendungan Bener terletak di Desa Guntur Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.
Secara geografis lokasi Bendungan Bener terletak pada 7°35' 54.59" LS dan 112° 1'12.94"
BT atau dengan koordinat X = 391927.12 m E dan Y= 9159959.76 m S. Bendungan
Bener saat ini sedang dalam tahap pelaksanaan oleh SNVT Pembangunan Bendungan
BBWS Serayu Opak, pelaksanaan konstruksinya dilakukan pada tahun 2018-2023.
Kondisi ketinggian kawasan genangan dan greenbelt Bendungan Bener berkisar antara
400 mdpl sampai dengan 550 mdpl, dengan dominasi kemiringan lereng lebih dari 15%.
Area kawasan genangan dan greenbelt Bendungan Bener meliputi sebagian wilayah Desa
Limbangan, Desa Guntur dan Desa Ngalris di Kecamatan Bener, Desa Kemiri di
Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, dan Desa Gadingrejo, Desa Burat dan Desa
Bener di Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo mempunyai volume tampungan efektif
sebesar 68,34 juta m3.
Untuk lebih jelasnya mengenai delineasi, kondisi ketinggian, dan kemiringan lereng
kawasan genangan dan greenbelt Bendungan Bener dapat dilihat pada gambar berikut.

Halaman
4
Gambar 3.2 Peta Area Greenbelt Dan Bendungan Bener

Halaman
5
Gambar 3.3 Peta Kemiringan Lereng Area Greenbelt Dan Bendungan Bener

Halaman
6
Gambar 3.4 Peta Ketinggian Area Greenbelt Dan Bendungan Bener

Halaman
7
3.2.1 Data Teknis Bendungan
A. Hidrologi
Daerah Tangkapan Air : 114,33 km2
Debit Rerata Tahunan (80 %) : 8,98 m3/dtk
Curah Hujan Tahunan : 3.712 mm
Debit Puncak Banjir
No Debit Kala Ulang Q (m3/dt)
1 Q-2 184,51
2 Q-5 273,83
3 Q-10 326,77
4 Q-25 410,18
5 Q-50 463,25
6 Q-100 531,70
7 Q-1000 807,64
8 Q-PMF 2008,88

B. Waduk
 Tampungan Efektif : 68,34 juta m3
 Tampungan Mati : 13,31 juta m3
 Tampungan Banjir : 8,73 juta m3
 Tampungan Maksimum : 90,39 juta m3
 Elv. NWL : +350,00 m
 Elv. LWL : +260,00 m
 Luas Genangan : 209,75 Ha
C. Bendungan
 Tipe Bendungan : Urugan Batu Membran Beton,
(Concrete Face Rock Fill Dam)
 Tinggi Bendungan Utama : 169,00 m (dari dasar pondasi
terdalam)
 Elevasi Puncak Bendungan Utama : +356,00 m
 Panjang Bendungan Utama : 534,00 meter
 Lebar Puncak Bendungan Utama : 12,00 m
 Elevasi Dasar Sungai : +200,00 m
 Elevasi Dasar Pondasi Terdalam : +187,00 m
 Kemiringan Lereng Hulu : 1 : 1,5
 Kemiringan Lereng Hilir : 1 : 1,4
 Perlindungan Lereng Hulu : Beton

Halaman
8
 Perlindungan Lereng Hilir : Rip-rap
 Volume Timbunan : 8,46 Juta m3
D. Bangunan Pengelak
 Diameter Terowongan : 7m
 Panjang Terowongan : 849,44 m (1 Buah)
 Bentuk : Tapal Kuda
 Material : Beton bertulang
 Elevasi Inlet : + 225.00 m
 Elevasi Outlet : + 220.50 m
 Kapasitas (Q 25 th) : 410,18 m3/det
E. Bangunan Pelimpah
Pelimpah
 Tipe Ambang Pelimpah Bebas Tipe Ogee
 Elevasi Mercu Pelimpah +350.00 m
 Kemiringan Hulu Tegak
 Lebar Pelimpah 90,00 m
Saluran Samping
 Panjang Saluran 90,00 m
 Lebar Saluran Hulu 24,00 m
 Lebar Saluran Hilir 36,00 m
 Elevasi Dasar Saluran Hulu +334,50 m
 Elevasi Dasar Saluran Hilir +334,30 m
 Kemiringan Lereng Saluran z1 = 0,7 dan z2 = 0,2
Saluran Transisi 1
 Panjang Saluran 80,00 m
 Lebar Saluran Hulu 36,00 m
 Lebar Saluran Hilir 20,00 m
 Kemiringan Lereng Saluran z1 = 0.0 dan z2 = 0.0
 EL.Dasar Saluran Ujung Hulu +337,3 m
 EL.Dasar Saluran Ujung Hilir +337,17 m
Saluran Transisi 2
 Panjang Saluran 12,00 m
 Lebar Saluran Hulu 20,00 m
 Lebar Saluran Hilir 20,00 m
 Kemiringan Lereng Saluran z1 = 0.0 dan z2 = 0.0

Halaman
9
 EL.Dasar Saluran Ujung Hulu +337,17 m
 EL.Dasar Saluran Ujung Hilir +335,99 m
 L.ambang Sal. Ujung hilir +337,17 m
Saluran Peluncur
 Lebar Saluran 20,00 m
 EL.Dasar Saluran Ujung Hulu + 335,99 m
 EL.Dasar Saluran Ujung Hilir + 189,50 m
 Panjang Saluran Peluncur 298,7 m
Kolam Olak
 Type Kolam olak USBR II
 Panjang Kolam Olak 147,90 m
 Lebar Kolam Olak 20,00 m
 Tinggi Kolam Olak 24,00 m

Halaman
10
Gambar 3.5 Tata Letak Bendungan Bener

Halaman
11
3.2.2 Geologi Lokasi Bendungan
3.2.2.1 As Bendungan
Rencana bendungan Bener pada alur sungai Bogowonto di Kabupaten Purworejo – Jawa
Tengah, kondisi batuan pondasi terdiri endapan vulkanik produk dari kegiatan gunung api
pada Gunung Sumbing yang berlokasi di Kabupaten Temanggung/ Kabupaten Wonosobo,
dengan posisi rencana lokasi bendungan terletak di lereng sebelah selatan. Dari hasil
pemboran inti yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi batuan pondasi adalah
sebagai berikut :
 Litologi pada lokasi As Bendungan Bener didominasi oleh litologi Breksi Andesit
Piroklastik dengan tingkat pelapukan ringan hingga sedang. Pada sandaran kanan
maupun kiri disusun oleh batuan breksi andesit piroklastik. Berdasarkan hasil
pengeboran, breksi andesit mempunyai ketebalan hingga 100 meter. Kemudian
dibawahnya dijumpai breksi tuff setebal 75 meter dan kemudian dibawahnya
dijumpai tuff. Breksi andesit memiliki daya dukung dengan nilai hasil uji UCS 165,63
kg/cm2. Sampel yang diuji adalah batuan yang berada dibawah lapisan tanah
penutup. Nilai parameter koefisien permeabilitas batuan pondasi berkisar antara 10-
5 - 10-4 cm/det.
 Kondisi batuan pondasi pada kedua bukit sandaran relatif baik, tanah penutup
mempunyai ketebalan bervariasi antara 3 – 7 meter, endapan residual hasil lapukan
batuan yang berada di bawahnya. Lapisan tanah penutup perlu dikupas dengan
kedalaman paling dalam 7 meter untuk mendapatkan permukaan batuan yang
relatif segar – lapuk ringan sehingga diperoleh batuan dengan daya dukung yang
baik.
 Pada lokasi as tidak dijumpai struktur geologi mayor yang dapat menyebabkan
deformasi batuan yang akan mempengaruhi kestabilitasan bangunan as bendungan.
Pada penampang memanjang geologi as bendungan dan log bor pada lokasi
tersebut, dapat dilihat bahwa litologi yang dominan masih sama dengan permukaan
yaitu breksi andesit piroklastik.
 Hasil pengeboran pada titik BH-02 (2015) dengan sudut inklinasi 50 derajat, dapat
dikonfirmasikan bahwa ketebalan endapan sungai pada palung sungai Bogowonto
pada lokasi as bendungan yaitu setebal 26,8 meter.
3.2.2.2 Pondasi Plint
Mengingat posisi “Concrete Face” dalam bendungan type CFRD ( Concrete Face Rock Fill
Dam) harus betul-betul stabil, maka bangunan ini harus bertumpu pada batuan pondasi

Halaman
12
yang keras dan stabil atau tidak terdapat struktur geologi yang dapat menimbulkan
instabilitas terhadap konstruksi tersebut.
Dari hasil pemboran inti yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi batuan pondasi
jalur Plint adalah sebagai berikut:
 Pada penampang memanjang geologi plint bendungan dan log bor pada lokasi
tersebut, dapat dilihat bahwa litologi yang dominan masih sama dengan permukaan
yaitu breksi andesit piroklastik.
 Pada sandaran kiri dijumpai lapisan tuff setebal 51 meter berdasarkan dari hasil
pengeboran. Lapisan tuff yang dijumpai pelamparannya tidak terlalu luas dan
kondisi batuan cukup keras. Berdasarkan hasil uji UCS, nilai yang didapatkan cukup
tinggi yaitu 350 kg/cm2. Sedangkan pada sandaran kanan batuan penyusunnya
berupa breksi andesit piroklastik dengan nilai hasil uji UCS 210 kg/cm 2.
 Pada rencana lokasi plint, ketebalan tanah penutup antara 5 hingga 13 meter.
Penggalian tanah penutup dilakukan hingga batuan keras.
 Setelah dilakukan pengeboran pada titik BH-04 (2015) dengan sudut inklinasi 41
derajat, dapat dikonfirmasikan bahwa ketebalan endapan sungai pada palung
sungai Bogowonto pada lokasi as plint yaitu setebal 15 meter sehingga diperlukan
penggantian material river deposit dengan beton siklop. Pada lokasi plint tidak
dijumpai struktur geologi mayor yang dapat menyebabkan deformasi batuan yang
akan mempengaruhi kestabilitasan bangunan plint bendungan.
 Pada titik bor BH-04 Ki (180 meter), dijumpai mata air artesis pada kedalaman 98
meter. Pada kedalaman tersebut, litologi yang menjadi aquifer adalah breksi tuff.
Jenis aquifer tersebut merupakan aquifer tertekan (confined aquifer) dimana pada
bagian atas breksi tuff merupakan litologi breksi andesit piroklastik dan bagian
bawahnya adalah batulempung karbonatan tuffan yang keduanya merupakan
batuan berporositas lebih kecil sehingga air tertahan pada lapisan breksi tuff.
 Lapisan aquifer atau breksi tuff tersebut dijumpai sebanyak 3 lapis. Debit terukur
pada saat dijumpai mata air artesis pada kedalaman 98 meter adalah 7 liter/detik.
Debit terukur setelah dijumpai lapisan breksi tuff lapisan kedua (dibawahnya)
menjadi lebih besar yaitu 20 liter/detik. Kemudian debit terukur saat dijumpai
lapisan breksi tuff lapisan ketiga pada kedalaman 170 meter, menjadi lebih besar
lagi yaitu 30 liter/detik.
 Kehadiran mata air artesis ini tidak mempengaruhi atau tidak mengganggu
kestabilitasan batuan di atasnya dikarenakan porositas tersebut merupakan
porositas primer yang mengisi pori-pori batuan dan batuan breksi tuff yang

Halaman
13
berperan sebagai aquifer ini bersifat sangat keras dan sangat kompak. Begitu juga
dengan lapisan batuan diatasnya yaitu breksi andesit piroklastik yang mempunyai
sifat sangat keras dan sangat kompak. Pada lokasi ini diharuskan untuk ditutup
dengan injeksi semen pada saat pelaksaaan grouting tirai.
3.2.2.3 Bendungan Pengelak
Bendungan pengelak (cofferdam) direncanakan berada di hulu Main Dam dengan jarak
500 meter, bertumpu pada lapisan breksi andesit piroklastik. Tanah penutup diatas
batuan pondasi berupa pasir kerakalan dan kerakal bongkah perlu dikupas terlebih dahulu
untuk mendapatkan tumpuan pada breksi andesit piroklastik sebelum dilakukan
penimbunan pertama.
Kedalaman endapan sungai diperkirakan sedalam 12 meter. Kedalaman tersebut
merupakan hasil interpretasi geologi bawah permukaan didasarkan pada asumsi hasil
pemboran inti yang dilakukan pada lokasi pondasi plinth yang berjarak kurang lebih 100
meter ke arah hilir (BH-04 2015) dengan ketebalan endapan sungai 15 meter. Timbunan
bendungan pengelak direncanakan menggunakan timbunan tanah.
3.2.2.4 Terowongan Pengelak (Tunnel)
Terowongan pengelak Waduk Bener direncanakan berupa terowongan bawah permukaan
(subsurface tunnel) pada bukit sandaran kanan di luar tubuh dan timbunan waduk. Inlet
pengelak direncanakan pada elevasi 225 meter dengan panjang 767,70 meter dan keluar
pada outlet pada elevasi 217 meter.
Terowongan bangunan tersebut akan melalui satuan batuan breksi andesit piroklastik
sebagai produk dari kegiatan vulkanik pada zaman kuarter, dimana secara fisik batuan
mempunyai kekerasan yang cukup keras. Nilai hasil uji UCS yang di dapatkan adalah
sebesar 78 kg/cm2. Dapat terlihat juga pada profil geologi bahwa pada bagian outlet
terowongan atau bagian hilir, batuan penyusunnya berupa lava andesit dimana bangunan
PLTA akan dibangun pada lokasi tersebut. Pada sepanjang terowongan pengelak tidak
ditemukan struktur geologi berupa sesar maupun struktur geologi mayor lainnya
Pada perencanaan konstruksi terowongan, dilakukan pengklasifikasian massa batuan yang
bertujuan untuk mengetahui perilaku massabatuan untuk berbagai jenis rekayasa dan
jenis perkuatan yang dibutuhkan atas dasar basis data empiris ( support requirements
based on empirical database).
3.2.2.5 Bangunan Pelimpah (Spillway)
Bangunan pelimpah akan ditempatkan pada bukit sandaran sebelah kiri. Pondasi saluran
pengarah, as pelimpah, saluran transisi dan saluran peluncur akan bertumpu diatas
lapisan breksi andesit piroklastik dengan melakukan pengupasan tanah dengan

Halaman
14
kedalaman bervariasi antara 4-13 meter. Pada bagian hulu bangunan pelimpah, tepatnya
pada daerah lokasi Perhutani, tanah penutup cukup tebal yaitu setebal 13 meter hingga
mencapai batuan breksi andesit piroklastik dibawahnya.
Interpretasi dari daya dukung batuan breksi andesit piroklastik cukup baik dengan nilai
hasil uji UCS 70 kg/cm2 dan nilai kualitas batuan minimal CM, sehingga hanya perlu
perbaikan tingkat kekedapan batuan pondasi di bawah pelimpah menjadi 10-5 cm/det
atau lebih rendah melalui grouting konsolidasi.
Pelaksanaan penggalian cukup dilakukan dengan alat-alat mekanis, bilamana diperlukan
untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan, peledakan diijinkan dengan daya ledak
minimum agar tidak merusakkan struktur batuan. Mengingat pada segmen bangunan
peluncur terdapat lapisan tanah atau batuan yang tipis dan perlu dikupas, sehingga perlu
perbaikan dengan mengganti menggunakan beton siklop (K-125) sepanjang kurang lebih
100 meter.
3.2.2.6 Bangunan Pengambilan (Intake)
Struktur bangunan pengambilan akan bertumpu pada breksi andesit. Pondasi intake
tower disarankan untuk diletakkan pada litologi breksi andesit dengan melakukan
penggalian guna mendapatkan posisi batuan yang relatif segar dengan daya dukung serta
kekedapan yang relatif baik. Saluran pengambilan direncanakan berupa terowongan
intake yang akan disambungkan langsung dengan saluran pengelak. Batuan dinding
terowongan perlu diperkuat dengan sementasi konsolodasi dan pengisian ( backfill
grouting) untuk memperbaiki kontak dengan lining terowongan dan mencegah rembesan
air.

3.2.3 Kondisi Status Tanah


Total luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan Bendungan Bener yaitu seluas
5.853.530 m2 atau kurang lebih 585,35 Ha yang terdiri dari 5.403 bidang tanah, progres
pengadaan tanah untuk Bendungan Bener sudah sangai signifikan dengan nilai ganti rugi
yang sudah dibayarkan sebesar Rp1.617.490.803.906 seluas 5.613.781 m2 terdiri 5.279
bidang tanah atau jika dipersentasekan progresnya sudah mencapai 95,90%. Masih
terdapat bidang-bidang tanah yang belum dilakukan pembayarannya karena beberapa
alasan diantaranya retur dan perbaikan administrasi, penyelesaian tanah wakaf yang
beum selesai, belum dilakukan penilaian dan alasan-alasan lainnya. Untuk lebih jelasnya
mengenai progres pengadaan tanah di Bener dapat dilihat pada tabel berikut.

Halaman
15
Tabel 3.1 Progres Pengadaan Tanah Di Bener
Jumlah Luas Tanah Persentase
No Status Pembebasan Lahan
Bidang (m2) (%)
1 Selesai Pembayaran (Termasuk IPPKH) 5.279 5.613.781 95,90
2 Siap Bayar -
3 Proses SPP 4 1.134 0,02
4 Retur Dan Perbaikan Administrasi 1 607 0,01
5 Tanah Wakaf 1 2.618 0,04
Belum Menerima (Musyawarah 22 Mei
6 114 232.909 3,98
2023)
7 Belum Musyawarah 1 2.107 0,04
8 Belum Penilaian 3 374 0,01
Total 5.403 5.853.530 100,00
Sumber: Bahan Paparan Progres Pembangunan Bendungan Bener, 2023

Proses SPP
0.02%
Retur Dan Per-
baikan Adminis-
trasi
0.01%
Selesai Pemba- Tanah Wakaf
yaran (Termasuk 0.04%
IPPKH)
95.90% Belum Menerima
(Musyawarah 22
Mei 2023)
3.98%
Belum
Musyawarah
Belum Penilaian 0.04%
0.01%

Gambar 3.6 Distribusi Persentase Progres Pengadaan Tanah Di Bener

3.2.4 Progres Pembangunan


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan progres pembangunan
Bendungan Bener saat ini baru mencapai 30%, salah satu persoalan yang membuat
progres pembangunan bendungan tidak bisa cepat adalah karena masih adanya masalah
mengenai quarry di Desa Wadas.

Halaman
16
Gambar 3.7 Progres Pembangunan Bendungan Bener
3.3 Gambaran Umum Quarry
3.3.1 Kondisi Wilayah
Quarry adalah lokasi pertambangan tanah atau batuan yang digunakan untuk keperluan
proyek seperti tanah material timbunan, dan batu. Dalam hal ini quarry berada di Desa
Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Dari segi ekonomi kualitas dan kuantitas
material yang tersedia dekat dengan lokasi rencana bendungan merupakan faktor yang
penting dalam menentukan tipe bendungan, pada hakikatnya material beton berupa
kerikil-kerikil pasir merupakan bagian dari kontruksi bendungan yang ketersediaannya
mudah didapatkan di dalam site genangan, namun bahan pasir dan kerikil sangat terbatas
jumlahnya di daerah genangan Waduk Bener.
Tidak terdapatnya material untuk timbunan tanah sebagai material kedap air dalam
jumlah yang cukup di sekitar lokasi bendungan sehingga disarankan untuk mencari lokasi
quarry batu dengan jarak paling dekat dengan lokasi bendungan, maka selanjutnya
Bendungan Bener direncanakan dengan tipe Zona Rockfill dengan lapis kedap air berupa
membrane beton, yang umumnya disebut CFRD ( Concrete Face Rockfill Dam) atau UBM
(Urugan Batu Membran Beton). Di tebing kiri dan kanan lokasi bendungan merupakan
perbukitan dengan penyusun batuan dasar merupakan breksi vulkanik dengan ketebalan
tanah penutup 5 sampai 10 m. Material hasil galian, riverbed, pondasi bangunan,
terowongan pengelak dan lainnya yang masuk dalam klasifikasi batu, secara umum dapat
dipakai sebagai material timbunan batu.
Rencana area quarry yang dibebaskan status lahannya di Desa Wadas seluas 114 Ha,
dengan rencana quarry yang digali seluas 64 Ha, dan rencana quarry yang tidak digali
seluas 50 Ha dengan rencana volume galian sebesar 9 juta m 3. Sedangkan total luas
lahan perencanaan yang dibebaskan untuk quarry di Desa Wadas yaitu seluas 1.189.726
m2 atau kurang lebih 118,97 Ha yang terdiri dari 770 bidang tanah, progres pengadaan
tanah untuk quarry saat ini yaitu seluas 951.485 m2 terdiri 650 bidang tanah atau jika
dipersentasekan progresnya sudah mencapai 79,98%. Masih terdapat bidang-bidang

Halaman
17
tanah yang belum dilakukan pembayarannya karena beberapa alasan diantaranya retur
dan perbaikan administrasi, penyelesaian tanah wakaf yang dalam proses izin tukar
menukar, belum dilakukan penilaian dan alasan-alasan lainnya. Untuk lebih jelasnya
mengenai progres pengadaan tanah di Desa Wadas dan permasalahannya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Progres Pengadaan Tanah Di Desa Wadas


Jumlah Luas Tanah Persentase
No Status Pembebasan Lahan
Bidang (m2) (%)
1 Perencanaan 770 1.189.726 100,00
2 Teridentifikasi 770 1.189.726 100,00
a Terbayar 650 951.485 79,98
b Siap Bayar -
c Penundaan/Retur Pembayaran 1 607 0,05
d Wakaf*) 1 2.618 0,22
Belum Menerima (Musyawarah 22 Mei
e 114 232.909 19,58
2023)
f Belum Musywarah 1 2.107 0,18
g Belum Penilaian 3 374 0,03
Ket : *) Proses Izin Tukar Menukar
Sumber: Bahan Paparan Progres Pembangunan Bendungan Bener, 2023

Penundaan/Retur
Pembayaran
0.05%

Wakaf*)
0.22%
Terbayar
79.98% Belum Menerima
(Musyawarah 22
Mei 2023)
19.58%
Belum
Musyawarah
0.18%

Belum Penilaian
0.03%

Gambar 3.8 Distribusi Persentase Progres Pengadaan Tanah Di Desa Wadas

Tabel 3.3 Permasalahan Dan Tindak Lanjut Pengadaan Tanah di Desa


Wadas

Halaman
18
Permasalahan Tindak Lanjut
Terdapat 114 bidang tanah yang belum a. Melakukan mediasi dengan pihak-pihak
bersedia melaksanakan musyawarah terkait
penetapan ganti kerugian dengan b. Melakukan kroscek data tanaman oleh
menyampaikan tuntutan: P2T
a. Menyelesaikan bidang tanah yang c. Pengkajian ketercukupan bahan material
terdapat indikasi overlap dengan bidang quarry yang dibutuhkan
tanah yang telah dibayar;
b. Terdapat bidang tanah yang jumlah
tanaman hasil inventarisasi yang belum
sesuai;
c. Permohonan kesepakatan batas aman
pengambilan quarry dari rumah
penduduk terdekat

Halaman
19
Gambar 3.9 Peta Area Quarry

Halaman
20
Jarak lokasi rencana area quarry yang digali dengan permukiman sekitarnya yaitu berkisar
antara 300 m sampai dengan 305 m dengan permukiman warga, sehingga salah satu
permasalahan yang timbul dari masyarakat pada area quarry yaitu adanya permohonan
kesepakatan batas aman pengambilan quarry dari rumah penduduk terdekat. Untuk lebih
jelasnya mengenai jarak permukiman dengan area quarry yang digali dapat dilihat pada
gambar berikut.

Halaman
21
Gambar 3.10 Peta Kawasan Permukiman Di Sekitar Area Quarry

Halaman
22
3.3.2 Metode Galian
Berdasarkan bahan paparan Quarry Wadas dari PT. PP metode galian yang akan
dilaksanakan pada lokasi quarry yaitu dengan metode batuan digali bertingkat
menyesuaikan konturnya yang berbukit. Dalam rujukan yang tersedia metode ini
dikategorikan sebagai Side Hill Type Quarry yaitu sistem penambangan yang diterapkan
untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lereng bukit
atau endapannya berbentuk bukit, dikarenakan hanya sebagian area quarry yang dihagali
maka jalan masuk (acces road) memakai jalan masuk langsung, yang di mana cara ini
digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang akan digali. Front kegiatan dibuat
memanjang sepanjang lereng yang akan digali dan jalan masuk dari salah satu sisinya
dari depan (straight ramp).
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa kondisi sebagian besar lahan pada pada
quarry yaitu tanah tandus, terdapat material-material batu di permukaan tanah,
ditumbuhi pohon-pohon liar dan ditumbuhi pohon-pohon sengon dan albasia. Lokasi
Quarry merupakan lokasi yang berbukit-bukit dan terjal dengan elevasi tertinggi elevasi
+443 dan terendah +280 , dan beda tinggi 163 m. Pada area quarry tidak semua lahan
yang dibebaskan digali, galian terlokalisir dalam satu tempat, pekerjaan galian dengan
blasting dilakukan dengan metode khusus sehingga bentuk permukaan sesuai yang
diinginkan dengan jarak aman dari permukiman masyarakat sekitar yaitu 300 m, batuan
digali berkisar sedalam ± 37 m sampai dengan ± 42 m, dengan top soil sedalam 6 dan 11
m. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana galian pada quarry di Desa Wadas dapat
dilihat pada gambar berikut.

Halaman
23
Halaman
24
Gambar 3.11 Delineasi Rencana Area Yang Digali Dibebaskan

Halaman
25
Gambar 3.12 Rencana Area Yang Digali, Area Disposal, dan Jalan Hauling

Halaman
26
Gambar 3.13 Perspektif Quarry Wadas

Halaman
27
Gambar 3.14 Perspektif Pemanfaatan Quarry

Halaman
28
Gambar 3.15 Rencana Pemanfaatan Quarry

Halaman
29
Gambar 3.16 Potongan Melintang Pot 1-1 Rencana Area Galian

Halaman
30
Gambar 3.17 Potongan Melintang Pot A-A Rencana Area Galian

Halaman
31
Gambar 3.18 Potongan Melintang Pot B-B Rencana Area Galian

Halaman
32
Gambar 3.19 Potongan Melintang Pot C-C Rencana Area Galian

Halaman
33
3.1 Isu Wilayah Perencanaan
Dalam proses pembangunannya Bendungan Bener tidak lepas dari permasalahan yang
terjadi di masyarakat seperti salah satunya yaitu adanya konflik dengan masyarakat
terkait quarry di Desa Wadas yang mengakibatkan progres pembangunan Bendungan
Bener kurang berjalan lancar sehingga dalam proses pembangunan dan pemanfaatan
bendungan kedepannya perlu kehati-hatian.
Dalam upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan kawasan genangan dan
greenbelt Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO) telah menjalin kerja sama
dengan wilayah terdampak yang berada di Kabupaten Wonosobo meliputi Pemerintah
Desa Burat, Pemerintah Desa Bener, dan Pemerintah Desa Gadingrejo di Kecamatan
Kepil.
Pola Kerjasama pemanfaatan lahan green belt di Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo
yaitu warga terdampak di tiga desa membentuk Koperasi Tirto Mulyo Bogowonto sebagai
upaya menampung aspirasi warga terdampak Bendungan Bener di Wonosobo untuk
dapat dilakukan pemberdayaan sosial paska pengadaan tanah Bendungan Bener, seperti
arahan Gubernur Provinsi Jawa Tengah pada kegiatan Tasyakuran pembentukan Koperasi
Tirto Mulyo Bogowonto dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah pada 11 Juni 2022 yaitu
supaya disusun mekanisme Kerjasama secara professional antara BBWS Serayu Opak
dengan desa terdampak dalam mengelola kawasan green belt. Perjanjian Kerja Sama
selesai disusun antara BBWS Serayu Opak dengan Kepala Desa setempat, untuk
selanjutnya Kepala Desa bisa menggandeng koperasi warga terdampak dalam
pelaksanaannya. Kerjasama antara BBWS Serayu Opak dengan Pemerintah Desa
terdampak menghasilkan matriks Kersama sebagai berikut.

Tabel 3.4 Matriks Kerjasama Pengelolaan Greenbelt


Uraian BBWS Serayu Opak Kepala Desa
Hak  Menentukan lokasi penanaman  Mendapatkan pembinaan dari
dan jenis pohon/tanaman yang BBWS SO*) untuk peningkatan
akan ditanam di kawasan sabuk kapasitas masyarakat dalam
hijau (green belt) Waduk Bener pengelolaan kawasan sabuk hijau
(masukan dan usulan dari (green belt) Waduk Bener sebagai
masyarakat sekitar akan menjadi bagian dari upaya perlindungan
bahan pertimbangan) dan pelestarian Waduk Bener
 Memperoleh laporan dari Kepala Kabupaten Wonosobo
Desa tentang pelaksanaan  Memperoleh manfaat berupa hasil
kegiatan secara berkala setiap 6 dari pohon/tanaman yang
(enam) bulan sekali ditanam dan
dipelihara
Kewajiban  Bersama dengan para Kepala  Bersama dengan BBWS SO
Desa menyusun rencana kerja menyusun rencana kerja

Halaman
34
Uraian BBWS Serayu Opak Kepala Desa
penanaman dan pemeliharaan penanaman dan pemeliharaan
pohon/tanaman serta rencana pohon/tanaman serta rencana
kerja lainnya dengan melibatkan kerja lainnya dengan melibatkan
masyarakat terdampak masyarakat terdampak pada
 menyediakan pohon/tanaman kawasan sabuk hijau (green belt)
yang akan ditanam di kawasan waduk bener di desa terdampak
sabuk hijau (green belt) Waduk  menyediakan sumber daya
Bener Kabupaten Wonosobo manusia (tenaga kerja)
 Memberikan pembinaan dan  melaksanakan penanaman dan
pemberdayaan kepada para pemeliharaan pohon/tanaman di
kepala desa untuk peningkatan kawasan sabuk hijau (green belt)
kapasitas masyarakat dalam Waduk Bener di wilayah desa
pengelolaan sabuk hijau (green terdampak
belt) Waduk Bener sebagai bagian  Membuat dan menyampaikan
dari upaya perlindungan dan laporan pelaksanaan penanaman
pelestarian Waduk Bener dan pemeliharaan
Kabuparen Wonosobo) tahun pohon/tanaman, serta rencana
sekali kepada BBWS SO kerja lainnya secara berkala setiap
1 (satu
Ket : *) Diperlukan Pembinaan Oleh Instansi Teknis Terkait Dalam Peningkatan Kapasitas
Masyarakat Dan Pelaksanaan Kegiatan Yang Dipilih

Bendungan Bener memiliki potensi menjadi objek wisata yang sangat menarik untuk
dikunjungi, jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan Candi Borobudur yaitu berjarak ±18
Km diharapkan adanya integrasi antara Bendungan Bener dengan Candi Borobudur, di
mana wisatawan yang mengunjungi Candi Borobudur tertarik juga untuk dapat
mengunjungi Bendungan Bener. Selain main dam yang akan menjadi salah satu objek
wisata baru untuk dikunjungi, area waduk dan sekitarnya, dan ex quarry di Desa Wadas
bisa dioptimalkan juga sebagai destinasi baru sebagai alternatif pengunjung untuk
berwisata. Sehingga penuansaan pada area waduk dan sekitarnya dan ex quarry nanti
kedepannya senada dengan Candi Borobudur, dilain itu juga dalam proses penataan dan
pengembangannya harus dapat mengakomodir aspirasi masyarakat pada desa-desa yang
terdampak bendungan.

Halaman
35
Gambar 3.20 Jalan Akses Candi Borobudur-Bendungan Bener Dan Quarry
Wadas

Halaman
36

Anda mungkin juga menyukai