Abstrak
Kontrol terhadap tanaman gulma dan limbah perlu dilakukan untuk menjaga
lingkungan tetap dalam kondisi yang baik. Salah satu tanaman yang dapat
menjadi gulma apabila tidak dikontrol pertumbuhannya adalah Eceng
gondok. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga
tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Selain tanaman gulma, limbah sekam padi juga dapat menjadi
masalah serius apabila tidak tertangani. Proses penghancuran limbah ini
pun secara alami berlangsung lambat dan pemanfaatannya masih sangat
sedikit, sehingga sekam padi tetap menjadi bahan limbah yang
mengganggu lingkungan. Eceng gondok dan sekam padi memiliki
karakteristik yang sama, dimana keduanya memiliki kandungan Silika
(SiO2) dimana senyawa tersebut akan mengikat kapur bebas (kalsium
indroksida) menjadi senyawa kalsium silikat hidrat yang merupakan sumber
kekuatan beton. Pengolahan eceng gondok dan sekam padi dengan cara
dibakar akan menghasilkan abu yang dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan Green Concrete mutu tinggi dengan target fc’ ≥ 41 Mpa dengan
metode mix desain berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Berdasarkan
hasil penetilitan ini diharapkan dapat memberikan solusi terkait kontrol
pertumbuhan eceng gondok agar tidak menjadi gulma dan pengolahan
limbah sekam padi yang tepat serta pembuatan Green Concrete yang lebih
ramah lingkungan dan ekonomis dibanding beton konvensional.
Kata Kunci : Green Concrete, Abu Eceng Gondok, Abu Sekam Padi
BAB I PENDAHULUAN
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material yang bahan
utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air serta
tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas
beton sangat tergantung dari kualitas masing – masing material pembentuk. (Tjokrodimulyo,
1996)
Penelitian ini bukan hanya menghasilkan beton normal sebagai produk penelitian, melainkan
beton yang ramaha lingkungan dengan mutu tinggi. Beton mutu tinggi kadang-kadang disebut
dengan nama lain yaitu beton kinerja tinggi karena memiliki sifat-sifat yang lebih unggul
dibandingkan dengan beton normal. Adapun keunggulan beton mutu tinggi dibandingkan dengan
beton normal antara lain kekuatan tekannya yang tinggi sehingga dimensi dari elemen struktur
dapat menjadi lebih ramping. Beton mutu tinggi sudah banyak diaplikasikan dalam berbagai
ragam struktur, seperti bertingkat, jembatan dengan bentang yang panjang, bendungan, apron,
dermaga, silo, cerobong, terowongan, dan lain sebagainya.
Komposisi beton terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar, air, dan rongga udara. Rongga
udara mempunyai pengaruh terhadap kuat tekan beton. Makin besar volume rongga udara yang
terdapat dalam beton, maka kuat tekan beton akan semakin menurun dan sebaliknya. Dalam
proses pembuatan dibentuk dari semen dan air yang menghasilkan pasta semen yang digunakan
untuk mengikat agregat kasar dan agregat halus. Campuran bahan – bahan pembentukan beton
ditetapkan sedimikan rupa, sehingga menghasilkan beton segar yang mudah dikerjakan dan
memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis. Hingga dekade
terakhir ini, beton telah menjadi salah satu bahan pilihan yang paling utama untuk digunakan
dalam konstruksi bangunan.
Dalam proses pembuatannya, beton sangat tergantung pada penggunaan semen yang memiliki
fungsi sebagai pengikat agregat, ketergantungan beton pada semen disinyalir memiliki resiko
yang besar terhadap lingkungan karena produksinya membutuhkan energi yang besar untuk
pemanasan dan pengeluaran emisi gas karbondioksida yang sangat besar dalam proses
pembuatannya sehingga dapat berdampak negeatif terhadap lingkungan yang tentunya akan
mendukung terjadinya pemanasan global.
Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi ketergantuan penggunaan semen
pada beton adalah mengurangi komposisi semen dengan bahan pengganti yang ramah terhadap
lingkungan, bahan pengganti semen yang ramah terhadap lingkungan berasal dari limbah
organik seperti abu sekam padi, abu eceng gondok, dan abu tongkol jagung. Diantara beberapa
bahan pengganti tersebut yang memiliki kadar silika yang cukup tinggi yaitu abu eceng gondok
dan abu sekam padi.
Berdasarkan hasil analisa BBTPPI Semarang eceng gondok memiliki kadar silika yang memadai
yakni dapat mencapai 13,04 %, eceng gondok memiliki kesamaan unsur penyusun dengan
semen yang sangat jarang dimiliki oleh bahan pengganti lainnya sehingga penambahan abu
eceng gondok pada campuran beton dapat menghasilkan beton mutu tinggi. Untuk itu kami
memadukan kedua unsur tersebut yakni abu sekam padi dan abu eceng gondok sebagai bahan
yang dapat mengurangi komposisi semen sehingga dapat menghasilkan beton mutu tinggi yang
tentunya memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan.
Abu sekam padi memiliki kadar silika yang cukup tinggi yakni dapat mencapai 90% abu sekam
padi juga dapat digunakan sebagai pozzolan karena mengandung SiO2, Fe2O3, Al2O3 lebih dari
70% sesuai dengan mutu pozzolan yang disyaratkan sehingga sangat baik jika digunakan
sebagai campuran pada semen untuk meningkatkan mutu beton. (Putra, 2006)
Berat jenis agregat kasar berdasarkan tabel diatas yaitu 2,698 dengan kadar air sebesar 2,31%
b. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan adalah pasir yang berasal dari Kulon Progo dalam keadaan basah.
Berikut hasil pemeriksaan gradasi butiran agregat halus :
Tabel. Pemeriksaan Gradasi Besar Butiran pada Agregat Halus
Berat jenis agregat kasar berdasarkan tabel diatas yaitu 2,580 dengan kadar air sebesar 6,61%
c. Abu Sekam Padi
Abu sekam padi termasuk kedalam bahan pozzolan karena mengandung silika tinggi yang
bersifat reaktif. Menurut standar ASTM C 618-94a (1993), pozzolan ialah bahan yang mempunyai
silika atau silika alumina yang memiliki sedikit atau tidak ada sifat semen tetapi apabila dalam
bentuk butiran yang halus dan dengan kehadiran kelembaban, bahan ini dapat bereaksi secara
kimia dengan Ca(OH)2 pada suhu biasa untuk membentuk senyawa bersifat semen. Dengan
mencampurkan bahan pozzolan pada jumlah yang sesuai dengan semen, unsur aktif SiO2 akan
bereaksi secara sekunder dengan Ca(OH)2 untuk menghasilkan kalsium hidrosilikat. Lea (1970)
mengatakan peningkatan kandungan SiO2 atau SiO2 + Al2O3 akan meningkatkan reaksi
pozzolan.
Senyawa silika (SiO2) pada abu sekam padi akan mengikat kapur bebas (kalsium indroksida)
menjadi senyawa kalsium silikat hidrat yang merupakan sumber kekuatan beton. (Subakti,1994)
Reduksi kalsium hidroksida oleh silika (SiO2) akan mengurangi sensifitas beton terhadap agresi
sulfat, sehingga dengan demikian tidak mudah menimbulkan kerusakan pada beton. (Putra,
2006)
Sekam padi dioven pada suhu antara 600o C - 700o C di laboratorium Transportasi Politeknik
Negeri Sriwijaya sehingga menghasilkan Abu. Dari hasil pengujian abu sekam padi yang
dilakukan di laboratorium Dinas Pertambangan Dan Energi Sumetera Selatan didapat hasil
berikut:
Tabel. Hasil Pengujian Abu Sekam Padi
Jenis
No Satuan Hasil
Pengujian
1 SiO2 % 89,64
2 Al2O3 % 0,73
3 Fe2O3 % 0,06
4 CaO % 3,54
Sumber: Dharma Putra, 2006
Dilihat dari kandungan senyawa diatas, maka abu sekam padi dapat digunakan sebagai pozzolan
karena mengandung SiO2 + Fe2O3 + Al2O3 lebih dari 70 % sesuai dengan mutu pozzolan yang
disyaratkan. (Putra, 2006)
d. Abu Eceng Gondok
Abu eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan beton mutu tinggi karena
mengandung unsur silica SiO2, kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na),
Chlorida (Cl), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Ferum (Fe). Dengan memiliki unsur tersebut
terdapat kesamaan dengan unsur pembentuk dari semen yaitu Trikalsium Silikat (C3S) atau
3CaO.SiO2, Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2, Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3,
Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO3. (Simanjuntak, 2013)
Menurut Hasil analisa BBTPPI Semarang, kandungan Abu Eceng Gondok per 125 gram adalah
sebagai berikut:
Tabel. Kandungan Abu Eceng Gondok per 125 gram
120
45.286
40
20 21.346
7.182
0
0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.80 10.00
HS 0% 1 HS 0% 2 HS 0% 3 HS 0% 4 HS 0% 5 0%
HS 3% 1 HS 3% 2 HS 3% 3 HS 3% 4 HS 3% 5 3%
HS 5% 1 HS 5% 2 HS 5% 3 HS 5% 4 HS 5% 5 5%
HS 7% 1 HS 7% 2 HS 7% 3 HS 7% 4 HS 7% 5 7%
Gambar. Kurva Nilai Rata – rata Slump dengan Substitusi Abu Eceng Gondok dan Abu Sekam
Padi
Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa bila campuran beton ditambah dengan abu eceng gondok
dan abu sekam padi akan menurunkan slump, sehingga pada campuran beton normal dengan
penggantian abu eceng gondok dan abu sekam padi 10% terhadap semen terjadi perbedaan
slump yang jauh yaitu dari 9,50 cm dengan 2,80 cm, sehingga akan mempersulit pengerjaan.
4.4. Hasil Uji Kuat Tekan
Berdasarkan SNI 03 – 1974 – 1990 yang dimaksud dengan kuat tekan beton adalah besarnya
beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Secara umum kuat tekan beton dihtung dengan
rumus :
𝑃 𝑘𝑔
𝑓𝑐𝑖 = ( )
𝐴 𝑐𝑚2
Dimana :
fci = Kuat tekan beton (kg/cm2)
A = Luas penampang benda uji yang mengalami tekanan (cm2)
P = Beban yang bekerja (kg)
Benda uji yang digunakan dalam uji kuat tekan beton berupa silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Berikut hasil uji kuat tekan beton normal dan beton dengan campuran abu
eceng gondok dan abu sekam padi dalam MPa :
Tabel. Hasil Kuat Tekan Beton Umur 7 Hari
60
Kuat Tekan Beton Umur 28 hari
53.84
50 49.82 50.04 48.73
44.61
40
(MPa)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Persentase Subtitusi Abu Eceng Gondok dan Sekam Padi
terhadap Semen (%)
Gambar. Kurva Hubungan Persentase Subtitusi Abu Eceng Gondok dan Abu Sekam Padi
terhadap Kuat Tekan
Berdasarkan data tabel diatas dapat disimpulkan dengan penambahan 5% abu aceng gondok
dan abu sekam padi merupakan titik tertinggi pengikatan abu eceng gondok dan abu sekam
padi terhadap campuran beton dengan kenaikan sebesar 20.69 %.
4.5. Tingkat Keekonomisan
Harga Jumlah
Spesifikasi Justifikasi Pemakaian Kuantitas Satuan
Satuan (Rp) harga (Rp)
Sekam Bahan pengganti sebagian 15,69 Kg 1 Kg 50,- 784,-
Padi komposisi semen
Eceng Bahan pengganti sebagaian 10,46 Kg 1 Kg 2.000,- 20.920,-
Gondok komposisi semen
Semen Sebagai pembanding dan 496,85 1 Kg 1.350,- 670.747,-
Gresik bahan campuran Kg
pembuatan beton
Pasir Bahan campuran 747,3 Kg 1 Kg 59,51,- 44,471,-
pembuatan beton
Kerikil Bahan campuran 842,7 Kg 1 Kg 65,72,- 55,382,-
pembuatan beton
Sub Total 792.304,-
Biaya yang dibutuhkan untuk tiap 1 m3 beton dengan berat beton 238 Kg yaitu Rp. 792.304,- lebih
ekonomis jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan tanpa bahan pengganti sebagian
komposisi semen (abu sekam padi dan abu eceng gondok) yaitu Rp. 805.903,-
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal serta
rekomendasi yang diberikan terkait pelaksanaan pembuatan beton maupun untuk penelitian
berikutnya. Berikut kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian ini :
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian terkait nilai slump dapat disimpulkan penambahan abu eceng gondok dan abu
sekam padi akan mengurangi nilai slump dari 9.5 cm menjadi 2.8 cm, semakin ditambah kadar
abu eceng gondok dan abu sekam padi maka akan semakin kecil nilai slump, sehingga akan
mempersulit pengerjaan pengecoran beton.
Dilihat dari grafik hubungan antara persentase penggunaan abu eceng gongok dan abu sekam
padi terhadap kuat tekan beton didapatkan komposisi optimum penambahan abu eceng gondok
dan abu sekam padi. Penambahan abu eceng gondok dan abu sekam padi sebesar 5 % akan
menghasilkan kuat tekan yang paling besar dengan kuat tekan rata – rata 53.84 Mpa.
5.2. Rekomendasi
Penelitian ini hanya memperhitungkan kuat tekan beton setelah dilakukan penambahan
beberapa kadar abu eceng gondok dan abu sekam padi sebagai bahan pengganti semen untuk
campuran beton, belum dilakukan perbandingan kuat tarik beton antara beton normal dan beton
yang sudah ditambah abu eceng gondok dan abu sekam padi.
Perlu adanya penelitian lanjutan terkait dampak penambahan abu eceng gondok dan abu sekam
padi terkait berkurangnya nilai slump dan akan mempersulit pengerjaan beton, sehingga
penambahan abu eceng gondok dan abu sekam padi ke dalam campuran beton dapat
diaplikasikan ke dalam dunia konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 618-94a. (1993). Standard Specification for Fly Ash and Raw Calcined Natural Pozzolan
for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete. Philadelphia, USA: Annual
Book of ASTM Standards Vol. 04.02 American Society for Testing and materials.
Bali, I., & Prakoso, A. (2002). Beton Abu Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Konstruksi.
Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
Lea, F. (1970). The Chemistry of Cement and Concrete (3rd edition). New York: Chemical
Publishing Co. Inc.
Murdock, L., & Brook, K. (1991). Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Terjemahan oleh
Stephanus Hindarko. Jakarta: Erlangga.
Putra, D. (2006). Penambahan Abu Sekam Pada Beton dalam Mengantisipasi Kerusakan Akibat
Magnesium Sulfat pada Air Laut. Jurnal Imiah Teknik Sipil Vol. 10.
SNI 03 - 1972 - 1990. (1990). Metode Pengujain Slump Beton. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
SNI 03 - 1974 - 1990. (1990). Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
SNI 03 - 2834 - 2000. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Subakti, A. (1994). Teknologi Beton Dalam Praktek. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS.
Suhirkam Djaka, A. (2013). Pengaruh Penggantian Sebagian Semen dengan Abu Sekam Padi
Terhadap Kekuatan Beton K-400. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil;.
Tjokrodimuljo, K. (1992). Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Yogyakarta: PT Naviri.