Anda di halaman 1dari 9

TUDAS INDIVIDU

KESELAMATAN KEBAKARAN

FAHREZA ALVIAN NANDA


199505132019031003
TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN AHLI PERTAMA / CPNS TA 2018

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2019
1. Perbandingan kelengkapan pengaturan keselamatan kebakaran pada
bangunan rumah susun menurut UU No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
dengan Permen 26 Tahun 2008 tentang Peraturan Keselamatan Kebakaran
pada bangunan Gedung.

Jawab :

No. Permen PU No. 26 Tahun 2008 UU No. 20 Tahun 2011


1 Permen PUPR No 26 Tahun 2008 UU No. 20 Tahun 2011
membahas tentang Sistem Proteksi membahas tentang
Kebakaran pada bagunan gedung pemabungunan dan peruntukan
rumah susun, belum secara
lengkap menjelaskan tentang
sistem proteksi kebakaran
2 Ruang lingkup persyaratan teknis Ruang lingkup persyaratan
dalam permen ini secara umum teknis undang – undang ini
menerangkan tentang Sistem secara umum menerangkan
proteksi kebakaran, seperti Akses tentang pembangunan rumah
dan Pasokan Air untuk susun, seperti tata bangunan
Pemadaman Kebakaran, Sarana yang meliputi persyaratan
Penyelamatan, Sistem Proteksi peruntukan lokasi serta
Kebakaran Pasif, Sistem Proteksi intensitas dan arsitektur
Kebakaran Aktif, Utilitas Bangunan bangunan, dan keandalan
Gedung, Pencegahan Kebakaran bangunan yang meliputi
pada Bangunan Gedung, persyaratan keselamatan,
Ketentuan Umum Pengelolaan kesehatan, kenyamanan, dan
Sistem Proteksi Kebakaran Pada kemudahan.
Bangunan Gedung, Pengawasan
dan Pengendalian.
3 Fitur arsitektur dijelaskan dengan Belum secara jelas yang
memperhatikan keselamatan menerangkan gambar – gambar
kebakaran, seperti penandaan rencana arsitektur yang
lintasan jalur pintu, jalur jalan,
berhubungan dengan
koridor, dll.
keselamatan. Didalam UU
hanya menjelaskan denah
tampak dan potongan.

4 Keselamatan masyarakat yang Yang dimaksud dengan “asas


berada di dalam bangunan dan keselamatan, kenyamanan, dan
lingkungannya harus menjadi kemudahan” adalah
pertimbangan utama khususnya memberikan landasan agar
terhadap bahaya kebakaran, agar bangunan rumah susun
dapat melakukan kegiatan, dan memenuhi persyaratan
meningkatkan produktivitasnya keselamatan, yaitu kemampuan
serta meningkatkan kualitas bangunan rumah susun
hidupnya. mendukung beban muatan,
pengamanan bahaya
kebakaran, dan bahaya petir;
persyaratan kenyamanan ruang
dan gerak antar ruang,
pengkondisian udara,
pandangan, getaran, dan
kebisingan.

serta persyaratan kemudahan


hubungan ke, dari, dan di dalam
bangunan, kelengkapan
prasarana, dan sarana rumah
susun termasuk fasilitas dan
aksesibilitas bagi penyandang
cacat dan lanjut usia.

Berbicara mengenai sistem proteksi kebakaran, Permen PU No.26


Tahun 2008 lebih detail daripada UU No. 20 Tahun 2011 dikarenakan UU No.
20 Tahun 2011 lebih merincikan perencanaan dan peruntukan rumah susun,
hanya disebutkan jika rumah susun perlu memperhatikan asas keselamatan
terhadap bencana kebakaran, tetapi belum menjelaskan secara detail
komponen – komponen apa saja yang berhubungan dengan kebakaran.

2. Apa yang dimaksud peraturan berbasis kinerja? Apa yang dimaksud kriteria
kinerja? Untuk memenuhi keselamatan jiwa dari bahaya kebakaran sebagai
salah satu tujuan kita merancang bangunan rumah susun, simulasi apa saja
yang harus dilakukan, dan menggunakan tool apa?

Jawab :
Peraturan berbasis kinerja adalah peraturan yang lebih menekankan
pada tingkat keselamatan dan faktor keselamatan, daripada bagaimana
mencapai keselamatan itu sendiri sehingga dapat diperoleh rancangan yang
inovatif dan optimum dengan tingkat keselamatan yang lebih baik dan biaya
yang lebih rendah.
Peraturan berbasis kinerja dicirikan oleh adanya tujuan (goals), sasaran
(objectives), dan kriteria kinerja (Performance criteria). Tujuan (goals)
menggambarkan prioritas perlindungan yang diinginkan atau ingin dicapai oleh
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), Sasaran atau sasaran kinerja
adalah persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Sasaran
kinerja juga menggambarkan tingkat resiko yang dapat diterima oleh
stakeholders, karena itu dapat disebut dengan sasaran kerugian (loss
objectives). Kriteria kinerja digunakan sebagai acuan untuk menilai kesesuaian
sebuah solusi desain dengan tujuan dan sasaran kinerja yang ditetapkan
sebelumnya. Kepatuhan terhadap peraturan sendiri bergantung pada
bagaimana menentukan kritera kinerja yang akan digunakan dalam
merencanakan atau mengevaluasi.

Kriteria kinerja adalah kriteria yang digunakan dalam menilai kinerja


suatu subjek yang diamati sehingga kinerja tersebut dapat mengikuti perarutan
yang sudah disusun. Kriteria kinerja juga digunakan sebagai acuan agar tujuan
dan sasaran kinjera yang ditetapkan dapat tercapai.

Dalam merancang rumah susun, perlu dilakukan simulasi terkait bahaya


tentang kebakaran terhadap perencanaan akses bangunan dan lingkungan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan / dipersiapkan dalam
mengevaluasi desain yang direcanakan sebagai berikut:
1. RSET (waktu evakuasi yang aman yang diperlukan) adalah jumlah waktu
aktual yang diperlukan untuk melakukan evakuasi yang aman bagi
penghuni dari ruangan yang ditempati jika terjadi kebakaran.
2. Dilakukan pemodelan kebakaran dan mengevaluasinya dengan
memperhatikan kriteria kinerja dengan kondisi penghuni masih berada
didalam ruangan
3. ASET (waktu evakuasi yang aman yang tersedia) adalah jumlah waktu yang
tersedia untuk evakuasi yang aman bagi penghuni dari ruangan yang
ditempati jika terjadi kebakaran. Ini dihitung dengan mensimulasikan
skenario kebakaran (simulasi kebakaran & asap) dan mengevaluasi waktu
yang tersedia bagi penghuni untuk secara aman mengevakuasi lokasi yang
terkena kebakaran sebelum kondisinya menjadi tidak dapat dipertahankan
dalam hal suhu, visibilitas dan karbon monoksida.
4. Dari penjelasan diatas, maka penghuni dapat terhindar dari kondisi yag
mengancam dirinya apabila ASET lebih besar dari atau sama dengan 1,5
kali RSET (ASET > RSET).

3. Dalam merencanakan proteksi kebakaran pada Rusun Jatinangor, coba


sebutkan dan uraikan unsur-unsur proteksi kebakaran yang harus disediakan.

Jawab :
1. Sistem Proteksi Pasif
Yaitu usaha – usaha pasif yang dilakukan untuk memproteksi kebakaran
pada bangunan dengan desain. Sistem proteksi ini meliputi :
 Perencanaan Tapak
 Akses mobil sesuai dengan kubikasi bangunan
 Perencanaan eksit minimal 2, dengan jarak eksit lebih besar daripada
panjang setengah diagonal bangunan
 Harus mencukupi dan andal
 Sarana Jalan Keluar
 Unsur sarana jala keluar : Akses Eksit, Eksit, dan Pelepasan eksit
 Ketahanan Api dan Stabilitas
 Proteksi terhadap Bukaan
 Kompartemeniasasi dan Pemisahan
2. Sistem Protekis Aktif
Yaitu usaha – usaha untuk pemadaman api langsung pada kebakaran.
Sistem proteksi ini meliputi
 APAR
 Perencanaan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
 Memperhatikan jenis dan tipe detector
 Perletakan detector
 Perencanaan Sistem Hidran Kebakaran
 Perencanaan Hidran
 Hydrant box
 Hydran pillar
 Perencanaan Sistem pompa untuk Hidran
 Perencanaan Sprinkler
 Sistem Pemadam Khusus
 Sistem Pengendalian asap
 Lift kebakaran
3. Manajemen Keselamatan Kebakaran
Yaitu suatu sistem penataan dini dalam rangka mencegah dan
mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan
jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik
berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti
inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi
penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran,
maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran. Manajamen
keselematan kebakaran melilputi :
 Perencanaan pengamanan kebakaran
 Perencanaan tindak darurat kebakaran

4. Download, lalu coba baca SNI 03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan
sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
Coba bandingkan antara UU 20 Th 2011, Permen 26/2008 dengan SNI 03-
1736-2000, seandainya teman-teman diminta merancang tangga kebakaran
(eksit) di rumah susun:
- Mana yang lebih detil dalam menetapkan ketentuan perancangan.
- Apakah eksit (tangga kebakaran) harus kedap asap. Adakah ketentuannya
disebutkan di ketiga peraturan tadi (UU, Permen, dan SNI).
- Dari ketiga peraturan tadi (UU, Permen, dan SNI) coba kritisi dan usulkan
kekuarangan apa yang harus diperbaiki untuk mendapatkan pengaturan
yang memenuhi keselamatan kebakaran seiring perkembangan jaman.
Jawab :
UU No. 20 Tahun 2011
- Di dalam UU No. 20 Tahun 2011 tidak dijelaskan mengenai perencanaan
tangga kebakaran (eksit), melainkan rumah susun harus memiliki bagian
bersama seperti tangga.

Permen PU No. 26 Tahun 2008


- Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani suatu daerah
yang memiliki suatu beban hunian lebih dari 30 harus dipisahkan dari
bagian lain bangunan gedung dengan dinding yang mempunyai tingkat
ketahanan api 1 jam dan sesuai ketentuan tentang “penghalang
kebakaran”, kecuali cara lain yang diizinkan, yaitu Persyaratan ini tidak
diterapkan untuk bangunan gedung yang sudah ada, asalkan klasifikasi
huniannya tidak berubah, Persyaratan ini tidak diterapkan pada seluruh
klasifikasi hunian bangunan gedung bila bangunan gedung tersebut sudah
mempunyai persyaratan sendiri.
- Apabila persyaratan teknis ini mempersyaratkan eksit untuk dipisahkan dari
bagian lain bangunan gedung, konstruksi pemisahnya harus memenuhi
ketentuan yang berlaku tentang “konstruksi dan kompartemenisasi” dan
berikut Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-
kurangnya 1, jam apabila eksit menghubungkan tiga lantai atau kurang.
Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam, apabila eksit
menghubungkan empat lantai atau lebih.
- Pemisah dengan TKA 2 jam yang disyaratkan butir 3.5.1.(2) harus
dibangun dengan pasangan konstruksi yang tidak mudah terbakar atau
bahan yang mudah terbakarnya terbatas dan harus ditunjang dengan
konstruksi yang mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 2
jam. Dalam konstruksi tipe III, IV dan V, kayu yang diolah agar terbakarnya
lambat terlindung dalam bahan tidak mudah terbakar atau bahan mudah
terbakarnya terbatas diizinkan.
- Bukaan dalam pemisah harus dilindungi oleh pasangan konstruksi pintu
kebakaran yang dipasang dengan penutup pintu.
- Bukaan pada eksit terlindung harus terbatas untuk pintu dari tempat yang
biasa dihuni dan koridor dan pintu untuk jalan ke luar dari tempat terlindung.

SNI 03-1736-2000
- Di dalam SNI ini Konstruksi dibagi menjadi 3 Tipe, yaitu Tipe A, B, dan C.
Masing – masing Tipe memiliki spesifikasi konstruksi tahan api yang
berbeda.
- Dalam merencanakan tangga kebakaran (eksit) diperlukan dinding dalam
dengan nilai TKA yang berbeda – beda tiap tipe konstruksinya.
- Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani suatu daerah
yang memiliki beban hunian lebih dari 30 perlu dipisahkan dari bagian lain
dari bangunan dengan dinding yang mempunyai tingkat ketahanan api 60/
60/ 60.
- Apabila eksit disyaratkan terpisah dari bagian lain bangunan, konstruksi
pemisah harus memenuhi ketentuan yaitu pemisah mempunyai tingkat
ketahanan api sedikitnya 60/ 60/ 60 atau pada eksit yang menghubungkan
tiga lantai atau kurang, sedangkan yang menghubungkan empat lantai atau
lebih pemisah mempunyai tingkat ketahanan api sedikitnya 120/ 120/ 120.
- Di dalam bangunan tidak bertingkat yang sudah ada, ruang tertutup untuk
tangga eksit harusmempunyai tingkat ketahanan api paling sedikit 60/ 60/
60. Bangunan yang sudah ada terproteksi menyeluruh oleh satu sistem
sprinkler otomatis yang terawasi dan disetujui serta dipasang, ruang
tertutup untuk tangga yang ada harus memiliki tingkat ketahanan api tidak
kurang dari 60/ 60/ 60.

Berdasarkan penjelasan diatas, peraturan terkait perencanaan tangga


kebakaran pada SNI 03-1736-2000 lebih detail dibanding Permen PU No. 26
Tahun 2008 dikarenakan ada beberapa parameter seperti Minimum TKA,
Kelaikan Struktur / Integritas / Isolasi dan Maksimum PT/M. Serta pada SNI 03-
1736-2000 juga menjelaskan ketahanan api elemen bangunan untuk Tipe – tipe
bangunan.

Dari penjelasan singkat diatas, UU No. 20 Tahun 2011 belum menjelaskan


apakah tangga kebakaran harus kedap asap atau tidak, tetapi bedasarkan
Permen PU No 26 Tahun 2008 Bab 3 butir 3.8.1.1 dan SNI 03-1736-2000 melalui
pendetailan di SNI 0-1746-2000 butir 5.2 menjelaskan bahwa semua tangga
darurat, terutama pada bangunan tinggi harus aman dan terlindung dari api
dan gas panas yang beracun.

Setelah dilakukan pembahasan SNI dan Permen terkait standar dan peraturan
keselamatan kebakaran di Indonesia mengikuti National Fire Protection
Association (NFPA). Perlu dilakukan sejumlah revisi pada Permen PU No
26/2008 agar sepenuhnya dapat mengikuti definisi teknis NFPA yang
mengkategorikan secara tegas unsur akses eksit, eksit, dan pelepasan dari eksit
dalam suatu sistem Sarana Jalan Keluar untuk keselamatan evakuasi dari
bahaya kebakaran. Standar dan SNI tersebut perlu dilengkapi dengan rincian
ketentuan pada masing-masing kelas bangunan agar penerapan di lapangan
lebih mudah dan juga fleksibilitas alternatif pemenuhan keselamatan bisa
diperoleh.

5. Coba amati hotel tempat menginap. Uraikan kondisi keselamatan kebakaran


yang ada mencakup: perencanaan tapak, sarana jalan keluar, sistem proteksi
pasif, sistem proteksi aktif, dan manajemen keselamatan kebakaran.

CPNS Kementerian PUPR Batch III menempati Hotel Sahid Skyland


Jatinangor, Sumedang. Gedung Hotel memiliki 24 lantai dan 1 lantai Semi
Basement. Hotel ini memiliki 3 tower yang terpisah dimana disetiap tower
terdapat 3 tangga kebakaran (eksit). Akses vertikal pada gedung hotel ini
menggunakan 3 host lift dan 1 lift barang. Proteksi Kebakaran gedung pada
hotel ini antara lain:

Perencanaan Tapak
Perencanaan Tapak untuk proteksi kebakaran pada Gedung Hotel Sahid
Skyland yaitu Akses jalan utama memiliki lebar kurang lebih 6 meter dimana
lebar tersebut sudah cukup untuk kendaraan pemadam kebakaran sehingga
dapat mempermudah petugas untuk langsung menuju ke tempat terjadinya
kebakaran. Persyaratan ketinggian ruang akses untuk unit damkar juga
terpenuhi karena tidak ada penghalang permanen pada akses ini, namun unit
damkar hanya bisa menjangkau 2 gedung yang berada sejajar dengan jalur
akses. Jalur keluar dan masuk gedung hanya satu, sehingga jalur akses yang
tersedia hanya sebatas itu dan jalan tersebut tidak mengelilingi keseluruhan
gedung dan belum ada penandanya sebagai jalur pemadam kebakaran. Saf
untuk petugas kebakaran belum nampak pada bangunan ini. Secara peraturan
tinggi bangunan bangunan ini seharusnya sudah dilengkapi dengan saf untuk
petugas pemadam kebakaran

Sarana Jalan keluar


Sarana Jalan Keluar pada gedung Hotel Sahid Skyland yaitu koridor- koridor
pada hotel bertipe Double Loaded koridor. Jalur mengenai Emergency Exit
sudah tersedia dan mengarahkan pada tangga kebakaran yang dilengkapi
dengan lampu yang menyala untuk memudahkan dalam keadaan darurat.
Pintu kebakaran masih menggunakan lever handle dan belum ada jendela intai.
Tangga kebakaran pada gedung telah memenuhi ketinggian pijakan dan lebar
anak tangga sesuai dengan SNI. Tangga kebakaran telah dilengkapi dengan
shaft yang memberikan tekanan saat terjadi kebakaran sehingga tidak ada
asap yang masuk ke dalam kompartemen tangga kebakaran.

Sistem Proteksi Aktif


Sistem proteksi aktif yang ada pada gedung hotel Sahid Skyland antara lain
Hydrant box terpasang pada masing-masing koridor dan dilengkai dengan
selang sebagai saluran penyemprot air. Sprinkler, fire alarm dan smoke
detector terpasang di sepanjang koridor dan masing-masing unit kamar. Pipa-
pipa yang mensuplai air pemadam kebakaran berwarna merah dapat dilihat
dari shaft yang berada di belakang hydrant box. Alat pemadam api ringan
disediakan pada area umum seperti lobby utama dan runag makan / restoran.
Gambar 1. Hydrant dan Sprinkle

Sistem Proteksi Pasif


Sistem proteksi kebakaran pasif pada hotel Skyland yaitu dengan
menggunakan pintu kebakaran yang tahan api. Kompartemen tangga
kebakaran belum dilengkapi dengan lobby penahan asap maupun api, masih
langsung menuju tangga kebakaran.

Manajemen Keselamatan kebakaran


Manajemen keselamatan kebakaran pada hotel skyland adalah menyusun
sistem informasi penanggulangan kebakaran, seperti peta evakuasi dll, strategi
– strategi sistem pengaman, pemeriksaan berkala peralaan proteksi
kebakaran, latihan evakuasi yang dilakukan oleh Damkar Pemda Sumedang.

Gambar 2. Peta Evakuasi

Anda mungkin juga menyukai