KESELAMATAN KEBAKARAN
Jawab :
2. Apa yang dimaksud peraturan berbasis kinerja? Apa yang dimaksud kriteria
kinerja? Untuk memenuhi keselamatan jiwa dari bahaya kebakaran sebagai
salah satu tujuan kita merancang bangunan rumah susun, simulasi apa saja
yang harus dilakukan, dan menggunakan tool apa?
Jawab :
Peraturan berbasis kinerja adalah peraturan yang lebih menekankan
pada tingkat keselamatan dan faktor keselamatan, daripada bagaimana
mencapai keselamatan itu sendiri sehingga dapat diperoleh rancangan yang
inovatif dan optimum dengan tingkat keselamatan yang lebih baik dan biaya
yang lebih rendah.
Peraturan berbasis kinerja dicirikan oleh adanya tujuan (goals), sasaran
(objectives), dan kriteria kinerja (Performance criteria). Tujuan (goals)
menggambarkan prioritas perlindungan yang diinginkan atau ingin dicapai oleh
pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), Sasaran atau sasaran kinerja
adalah persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Sasaran
kinerja juga menggambarkan tingkat resiko yang dapat diterima oleh
stakeholders, karena itu dapat disebut dengan sasaran kerugian (loss
objectives). Kriteria kinerja digunakan sebagai acuan untuk menilai kesesuaian
sebuah solusi desain dengan tujuan dan sasaran kinerja yang ditetapkan
sebelumnya. Kepatuhan terhadap peraturan sendiri bergantung pada
bagaimana menentukan kritera kinerja yang akan digunakan dalam
merencanakan atau mengevaluasi.
Jawab :
1. Sistem Proteksi Pasif
Yaitu usaha – usaha pasif yang dilakukan untuk memproteksi kebakaran
pada bangunan dengan desain. Sistem proteksi ini meliputi :
Perencanaan Tapak
Akses mobil sesuai dengan kubikasi bangunan
Perencanaan eksit minimal 2, dengan jarak eksit lebih besar daripada
panjang setengah diagonal bangunan
Harus mencukupi dan andal
Sarana Jalan Keluar
Unsur sarana jala keluar : Akses Eksit, Eksit, dan Pelepasan eksit
Ketahanan Api dan Stabilitas
Proteksi terhadap Bukaan
Kompartemeniasasi dan Pemisahan
2. Sistem Protekis Aktif
Yaitu usaha – usaha untuk pemadaman api langsung pada kebakaran.
Sistem proteksi ini meliputi
APAR
Perencanaan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
Memperhatikan jenis dan tipe detector
Perletakan detector
Perencanaan Sistem Hidran Kebakaran
Perencanaan Hidran
Hydrant box
Hydran pillar
Perencanaan Sistem pompa untuk Hidran
Perencanaan Sprinkler
Sistem Pemadam Khusus
Sistem Pengendalian asap
Lift kebakaran
3. Manajemen Keselamatan Kebakaran
Yaitu suatu sistem penataan dini dalam rangka mencegah dan
mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan
jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik
berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti
inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi
penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran,
maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran. Manajamen
keselematan kebakaran melilputi :
Perencanaan pengamanan kebakaran
Perencanaan tindak darurat kebakaran
4. Download, lalu coba baca SNI 03-1736-2000 tentang tata cara perencanaan
sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
Coba bandingkan antara UU 20 Th 2011, Permen 26/2008 dengan SNI 03-
1736-2000, seandainya teman-teman diminta merancang tangga kebakaran
(eksit) di rumah susun:
- Mana yang lebih detil dalam menetapkan ketentuan perancangan.
- Apakah eksit (tangga kebakaran) harus kedap asap. Adakah ketentuannya
disebutkan di ketiga peraturan tadi (UU, Permen, dan SNI).
- Dari ketiga peraturan tadi (UU, Permen, dan SNI) coba kritisi dan usulkan
kekuarangan apa yang harus diperbaiki untuk mendapatkan pengaturan
yang memenuhi keselamatan kebakaran seiring perkembangan jaman.
Jawab :
UU No. 20 Tahun 2011
- Di dalam UU No. 20 Tahun 2011 tidak dijelaskan mengenai perencanaan
tangga kebakaran (eksit), melainkan rumah susun harus memiliki bagian
bersama seperti tangga.
SNI 03-1736-2000
- Di dalam SNI ini Konstruksi dibagi menjadi 3 Tipe, yaitu Tipe A, B, dan C.
Masing – masing Tipe memiliki spesifikasi konstruksi tahan api yang
berbeda.
- Dalam merencanakan tangga kebakaran (eksit) diperlukan dinding dalam
dengan nilai TKA yang berbeda – beda tiap tipe konstruksinya.
- Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani suatu daerah
yang memiliki beban hunian lebih dari 30 perlu dipisahkan dari bagian lain
dari bangunan dengan dinding yang mempunyai tingkat ketahanan api 60/
60/ 60.
- Apabila eksit disyaratkan terpisah dari bagian lain bangunan, konstruksi
pemisah harus memenuhi ketentuan yaitu pemisah mempunyai tingkat
ketahanan api sedikitnya 60/ 60/ 60 atau pada eksit yang menghubungkan
tiga lantai atau kurang, sedangkan yang menghubungkan empat lantai atau
lebih pemisah mempunyai tingkat ketahanan api sedikitnya 120/ 120/ 120.
- Di dalam bangunan tidak bertingkat yang sudah ada, ruang tertutup untuk
tangga eksit harusmempunyai tingkat ketahanan api paling sedikit 60/ 60/
60. Bangunan yang sudah ada terproteksi menyeluruh oleh satu sistem
sprinkler otomatis yang terawasi dan disetujui serta dipasang, ruang
tertutup untuk tangga yang ada harus memiliki tingkat ketahanan api tidak
kurang dari 60/ 60/ 60.
Setelah dilakukan pembahasan SNI dan Permen terkait standar dan peraturan
keselamatan kebakaran di Indonesia mengikuti National Fire Protection
Association (NFPA). Perlu dilakukan sejumlah revisi pada Permen PU No
26/2008 agar sepenuhnya dapat mengikuti definisi teknis NFPA yang
mengkategorikan secara tegas unsur akses eksit, eksit, dan pelepasan dari eksit
dalam suatu sistem Sarana Jalan Keluar untuk keselamatan evakuasi dari
bahaya kebakaran. Standar dan SNI tersebut perlu dilengkapi dengan rincian
ketentuan pada masing-masing kelas bangunan agar penerapan di lapangan
lebih mudah dan juga fleksibilitas alternatif pemenuhan keselamatan bisa
diperoleh.
Perencanaan Tapak
Perencanaan Tapak untuk proteksi kebakaran pada Gedung Hotel Sahid
Skyland yaitu Akses jalan utama memiliki lebar kurang lebih 6 meter dimana
lebar tersebut sudah cukup untuk kendaraan pemadam kebakaran sehingga
dapat mempermudah petugas untuk langsung menuju ke tempat terjadinya
kebakaran. Persyaratan ketinggian ruang akses untuk unit damkar juga
terpenuhi karena tidak ada penghalang permanen pada akses ini, namun unit
damkar hanya bisa menjangkau 2 gedung yang berada sejajar dengan jalur
akses. Jalur keluar dan masuk gedung hanya satu, sehingga jalur akses yang
tersedia hanya sebatas itu dan jalan tersebut tidak mengelilingi keseluruhan
gedung dan belum ada penandanya sebagai jalur pemadam kebakaran. Saf
untuk petugas kebakaran belum nampak pada bangunan ini. Secara peraturan
tinggi bangunan bangunan ini seharusnya sudah dilengkapi dengan saf untuk
petugas pemadam kebakaran