Anda di halaman 1dari 15

KESELAMATAN PADA BANGUNAN GEDUNG

Trisna Jayati, MKM


Def inisi
 Keselamatan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata benda
yang memiliki arti sebagai suatu perihal keadaan selamat atau menunjukkan
pada suatu kondisi maupun situasi dalam keadaan selamat.

Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung.

 Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagai atau seluruhnya berada di atas
dan/atau didalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus..
 Keselamatan bangunan gedung adalah upaya untuk
memastikan bahwa bangunan gedung dirancang,
dibangun, dan dioperasikan dengan memperhatikan
aspek keamanan dan perlindungan bagi penghuni,
pengguna, serta lingkungan sekitar.
Beberapa aspek penting dalam keselamatan
bangunan gedung mencakup :
1. Struktur Bangunan Keselamatan struktur bangunan melibatkan pemilihan bahan
konstruksi yang aman dan kuat.
2. Sistem Pemadam Kebakaran Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem
pemadam kebakaran yang efektif.
3. Proteksi Penangkal Petir Dalam aspek persyaratan keselamatan, setiap bangunan
gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem proteksi petir yang melindungi
bangunan, manusia, dan peralatan di dalamnya terhadap bahaya sambaran
petir.
4. Instalasi listrik Setiap bangunan gedung yang dilengkapi dengan instalasi listrik
termasuk sumber daya listriknya harus dijamin aman, andal, dan akrab
lingkungan
5. Pendeteksi Alat Bahan Peledak Setiap bangunan gedung yang dilengkapi dengan
pendeteksi bahan peledak termasuk sumber penangkalnya harus dijamin aman,
andal, dan akrab lingkungan.
Fungsi Bangunan Gedung
Fungsi hunian: meliputi bangunan untuk rumah tinggal tungal, rumat
tinggal deret, rumahsusun, dan rumahtinggal sementara.
Fungsi keagamaan: meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan
klenteng. Fungsi usaha: meliputi bangunan gedung untuk perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal, dan penyimpanan.
Fungsi sosial dan budaya: meliputi bangunan gedung untuk Pendidikan,
kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan
umum. Fungsi khusus: meliputi bangunan gedung untuk reactor nuklir,
instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis lainnya yang
ditetapkan oleh menteri.
Resiko Pada
Bangunan Gedung
1. Risiko pada pekerjaan proyek konstruksi: Pekerjaan proyek konstruksi pada bangunan gedung dapat
menimbulkan berbagai risiko, seperti kecelakaan kerja, kesalahan konstruksi, dan kerusakan material.
2. Risiko pada masa operasional bangunan: Bangunan gedung yang telah selesai dibangun juga dapat
mengalami risiko pada masa operasionalnya, seperti kerusakan struktur, kebocoran air, dan kerusakan
fasilitas.
3. Risiko kebakaran: Bangunan gedung berpotensi mengalami risiko kebakaran, terutama jika tidak
memenuhi persyaratan keselamatan terhadap bahaya kebakaran, seperti penggunaan bahan bangunan
yang tidak tahan api atau kurangnya sistem proteksi kebakaran.
4. Risiko bencana alam: Bangunan gedung juga dapat mengalami risiko akibat bencana alam, seperti
gempa bumi, banjir, atau tanah longsor.
5. Risiko keamanan: Bangunan gedung dapat mengalami risiko keamanan, seperti pencurian, perusakan,
atau tindakan kriminal lainnya.
Upaya Keselamatan Dalam
Bangunan Gedung
 setiap bangunan dilengkapi dengan alat
pemadam dan/ atau sistem deteksi kebakaran
yang disesuaikan dengan peruntukan bangunan
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yangberlaku.
 pemeliharaan dan perawatan alat pemadam
dan/ atau sistem deteksi kebakaran dilakukan
secara berkala agar sistem deteksi kebakaran
tersebut berfungsi dengan baik.
Upaya Keselamatan Dalam Bangunan Gedung

1.Perencanaan pembangunan gedung yang memperhatikan


aspek keselamatan, seperti persyaratan keselamatan dan
keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
2. Pelaksanaan pembangunan gedung yang memastikan
keselamatan para pekerja konstruksi, seperti penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proses
pelaksanaan proyek konstruksi.
3. Pengawasan dan pemeliharaan gedung yang dilakukan
secara berkala untuk memastikan keselamatan bangunan
tetap terjaga, seperti pengawasan terhadap struktur
bangunan, sistem proteksi kebakaran, dan fasilitas lainnya.
4. Upaya meminimalkan risiko bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, seperti penggunaan bahan bangunan yang
aman dan tahan terhadap bahaya kebakaran, serta
penerapan sistem proteksi kebakaran.
 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
keselamatan pada bangunan gedung melalui sosialisasi dan
edukasi.
 6. penerapan K3 pada proses pelaksanaan proyek
konstruksi, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD) dan
penerapan standar keselamatan kerja, serta pengawasan
terhadap kondisi kerja para pekerja konstruksi.
 7. Selain itu, perlu juga dilakukan pengawasan dan
pemeliharaan secara berkala untuk memastikan bahwa
bangunan tetap aman dan layak huni, seperti pengawasan
terhadap struktur bangunan dan fasilitas lainnya.
Regulasi Terkait Bangunan Gedung
 Regulasi adalah aturan atau peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga terkait
untuk mengatur suatu hal atau aktivitas. Dalam hal keselamatan pada bangunan gedung,
regulasi dapat berupa peraturan pemerintah atau standar nasional yang mengatur tentang
persyaratan teknis dan keselamatan bangunan gedung, mulai dari perencanaan hingga
pengawasan dan pemeliharaan
 Beberapa regulasi keselamatan dalam bangunan gedung yang perlu diperhatikan antara lain:
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 : Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, yang mengatur persyaratan keselamatan
bangunan gedung, termasuk persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung
beban muatan dan kemampuan untuk mencegah bencana kebakaran.
 Peraturan Menteri PUPR Nomor 29/PRT/2006 : Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung, yang memuat empat persyaratan keselamatan bangunan Gedung
 Kepmen PUPR Nomor 93/KPTS/M/2019 : Tentang Komite
Keselamatan Bangunan Gedung Menteri PUPR, yang membentuk
Komite Keselamatan 6 Bangunan Gedung untuk memastikan
keselamatan bangunan gedung.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 :
Tentang Bangunan Gedung, yang mengatur persyaratan umum
bangunan gedung, termasuk persyaratan keselamatan.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 :
Tentang Bangunan Gedung, yang mengatur tentang persyaratan
keselamatan bangunan gedung dan kewajiban pemilik bangunan
gedung dalam memastikan keselamatan bangunan gedung.
 Peraturan Menteri PUPR Nomor 26/PRT/M/2008 : Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, yang mengatur persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung.
Merujuk penjelasan Levi-Faur, peraturan dapat diterapkan pada setidaknya delapan aspek sistem tata kelola
1. Entry
Regulasi pintu masuk (entry) menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk menawarkan layanan, memasok produk, dan menawarkan saran dan informasi.
2. Exit
Regulasi pintu keluar (exit) dapat diterapkan pada saat keluar dari sebuah bisnis, misalnya ketika izin dicabut.
3. Behavior
Regulasi tentang perilaku (behavior) adalah bentuk umum dari peraturan yang berhubungan dengan masalah tindakan, ucapan atau ekspresi yang tepat.
4. Costs
Regulasi biaya berkaitan dengan biaya layanan atau produk yang dapat diterima (minimum, maksimum). Regulasi biaya dapat datang dalam berbagai bentuk (misalnya, batas harga, tingkat pengembalian).
5. Content
Regulasi konten berkaitan dengan integritas pesan di berbagai platform komunikasi (misalnya, buku, penyiaran massal, surat kabar, internet), terkait isu-isu yang dibahas (misalnya, aturan iklan, bahasa yang
dapat diterima, kekerasan, konten dewasa).
6. Preferences
Regulasi preferensi dimanifestasikan terutama melalui sosialisasi, profesionalisasi dan proses pendidikan.
7. Technology
Regulasi teknologi mengatur penerapan teknologi produksi atau proses tertentu sebagai bentuk kontrol.
8. Performances
Regulasi kinerja (performances) mengarahkan pada pencapaian hasil. Beberapa upaya signifikan dilakukan baru-baru ini dalam literatur untuk mengevaluasi biaya dan manfaat mengatur satu komponen sistem
daripada yang lain.
Peran Komunikasi Dalam
Keselamatan Gedung

• Informasi: Komunikasi yang efektif memastikan bahwa kebijakan keselamatan dan


prosedur yang relevan dipahami oleh semua pekerja.
• Pelatihan: Komunikasi berperan penting dalam menyampaikan informasi tentang
prosedur keselamatan yang relevan kepada pekerja dan memastikan pemahaman
mereka.
• Meningkatkan Kesadaran : Komunikasi dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran tentang keselamatan pada bangunan gedung, baik pada penghuni,
pengelola, maupun pekerja konstruksi.
• Meningkatkan Koordinasi : Komunikasi yang baik antara semua pihak terkait dapat
membantu mengatasi hambatan dan menghindari ketidaksepakatan dalam
memastikan keselamatan pada bangunan gedung.
• Meningkatkan Efektivitas : Komunikasi yang efektif dapat
membantu memastikan bahwa semua pihak terkait
memahami persyaratan keselamatan pada bangunan
gedung dan dapat memenuhinya dengan baik.
• Meningkatkan Responsibilitas : Komunikasi dapat
membantu meningkatkan tanggung jawab semua pihak
terkait dalam memastikan keselamatan pada bangunan
gedung.
• Meningkatkan Penanganan Darurat : Komunikasi yang baik
dapat membantu memastikan penanganan darurat yang
tepat dan efektif dalam situasi keadaan darurat pada
bangunan gedung.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai