Manusia merupakan unsur yang paling penting dan paling menentukan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak contoh yang membuktikan bahwa terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak diakibatkan oleh kesalahan manusia dibandingkan dengan diakibatkan oleh faktor di luar manusia seperti peralatan maupun alam. Beberapa persyaratan yang wajib dipunyai pelaku kegiatan pekerjaan konstruksi agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik seperti: Terampil dalam menjalankan pekerjaannya; Sehat jasmani dan rohani; Tekun; Disiplin; Mematuhi ketentuan peraturan keselamatan kerja; Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai bidang tugasnya; dan Berkonsentrasi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Lingkungan atau Tempat kerja Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah suatu areal atau tempat kerja dan sekelilingnya beserta segala fasilitas yang mendukung proses bekerja. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan lingkungan/tempat kerja dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja antara lai 1. Syarat-syarat Umum Tempat Kerja Terhindar dari kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan Terhindar dari kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit yang disebabkan oleh proses jalannya pekerjaan Kebersihan dan ketertiban lingkungan terjaga Mempunyai penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan Mempunyai suhu yang baik dan ventilasi yang cukup sehingga peredaran udara cukup baik Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau- bauan yang tidak mengenakkan 2. Syarat-syarat Umum Lingkungan Sekitar Tempat Kerja Halaman harus bersih, teratur, dan tidak becek serta cukup luas untuk kemungkinan perluasan Jalan halaman tidak berdebu Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga kebersihannya dan tidak ada genangan air Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga kebersihannya dan tidak ada genangan air Tempat buangan/tumpukan sampah dijaga untuk tidak menimbulkan sarang lalat atau binatang serangga lainnya Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin masuk 3. Syarat-syarat Ruang Tempat Kerja Konstruksi bangunan gedung harus kuat dan cukup aman dari bahaya kebakaran Tangga harus cukup kuat, aman dan tidak licin
Kebersihan ruangan termasuk dinding, lantai dan atap
harus selalu dijaga Potensi kecelakaan pada persiapan pelaksanaan pekerjaan antara lain: 1. Pada pekerjaan mobilisasi peralatan, antara lain: Kecelakaan lalu lintas (menabrak, tertabrak, tergelincir, dan sebagainya) Kecelakaan pada saat penurunan peralatan (tergelincir, jatuh, dan tertimpa) 2. Pada pekerjaan pembuatan base camp dan barak kerja, antara lain Kecelakaan pada pembuatan bangunan (jatuh, tersandung, tergelincir, tertimpa benda, tersetrum, dan sebagainya) 3. Pada pekerjaan pemasangan peralatan Kecelakaan pada kegiatan pengangkatan dan perakitan (jatuh, tersandung, tergelincir, tertimpa benda, tersetrum, dan sebagainya). Dari potensi bahaya kecelakaan tersebut, maka upaya pencegahan kecelakaan yang berasal dari pelaku konstruksi terutama terhadap faktor manusia adalah: Meningkatkan kesadaran K3 dengan kampanye- kampanye dan penyuluhan. Mengadakan pelatihan kerja dan peragaan K3. Mengadakan pemeriksaan berkala secara teratur. Memasang poster, rambu dan tanda K3. Memberikan “reward and punishment” yakni memberikan penghargaan bagi yang patuh dan menjatuhkan sanksi bagi nyang melanggar peraturan dan ketentuan K3. Mengadakan pertemuan, diskusi, dialog mengenai K3 secara teratur sebelum dan selama pelaksanaan konstruksi. 4. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari material konstruksi Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari material konstruksi antara lain meliputi pada kegiatan: Pengangkutan, seperti: jatuh, kebakaran, dan ledakan.
otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan ledakan. Pemindahan, seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan ledakan. Penggunaan dan pemasangan, seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan ledakan. Pembuangan,seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan ledakan. 5. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari metode dan peralatan konstruksi 5.1.Potensi kecelakaan kerja berasal dari metode konstruksi Metode konstruksi memiliki peran yang besar dalam proses konstruksi. Oleh karena itu, pemilihan metode konstruksi yang akan diterapkan harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan aman. Setiap metode yang ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: -Secara teknis aman. -Peralatan yang dipakai adalah sesuai dan cukup aman. -Pelaku-pelakunya sudah biasa melaksanakan. -Sudah mempertimbangkan aspek keamanan. Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari metode konstruksi antara lain: Bahaya tertimbun longsoran tanah sebagai akibat pemilihan metode penggalian tanah yang tidak tepatnya pemilihan metode penggalian dan pembuatan perkuatan tebing. Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang dalam proses pengecoran sebagai akibat pemilihan metode pembuatan perancah yang tidak memenuhi aspek kekuatan. Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang dalam proses pemelihaarn sebagai akibat pemilihan metode pengurangan konstrusksi perancah yang salah. Bahaya tertabrak kendaraan lalu lintas pada pekerjaan peningkatan jalan yang ada sebagai akibat kesalahan dalam metode rekayasa lalu lintas. Upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang berasal dari metode konstruksi antara lain: Pencegahan terhadap kecelakaan kejatuhan benda, berupa: Melakukan pemasangan jaring pengaman. Melakukan pembuangan benda tidak dilakukan secara langsung ke bawah. Melakukan pemasangan alat pengaman. Melakukan pemasangan perancah yang cukup kuat dan kokoh. Memastikan pemakaian topi pengaman bagi pekerja. Pencegahan terhadap kecelakaan akibat tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras, antara lain: Melakukan pemeliharaan kebersihan dan keamanan tempat/lokasi kerja. Memastikan dan mengawasi pekerja bekerja dengan sikap dan posisi badan yang benar. Memastikan pekerja telah memakai peralatan pengaman seperti: sepatu pengaman, topi pengaman, rompi pengaman dan sarung pengaman Pencegahan terhadap kecelakaan terjatuh dari ketinggian, seperti: Memastikan perancah telah dipasang dengan baik dan kokoh. Memastikan perancah telah terkait pada bangunan. Memastikan lantai injakan tidak terdiri atas satu papan dan cukup kuat. Memastikan muatan pada lantai tidak melebihi dari 80% kemampuan daya tampung. Memastikan lantai injakan telah diberi pagar pengaman. Memastikan kebersihan lantau perancah tetap terjaga dan tidak licin. Memastikan pekerja telah memakai sabuk dan tali pengaman. Pencegahan terhadap kecelakaan akibat aliran listrik, kebakaran dan ledakan, adalah: Memastikan petugas adalah benar-benar ahli dalam bidangnya. Memberi tanda-tanda pada tempat yang mengandung aliran listrik. Memastikan bahwa dari saat pemasangan sampai dengan uji coba peralatan listrik harus benar-benar aman. Memberi tanda pada setiap bahan yang mudah terbakar. Memastikan tempat penyimpanan telah cukup aman dari bahaya kebakaran. Melarang siapa saja merokok di tempat yang berbahaya. Memastkan pengamanan terhadap daerah ledakan dengan cara; mendapatkan izin peledakan dari berwenang, memeberikan pemberitahuan kepada masyarakat, dan melakukan penjagaan yang ketat pada saat peledakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang diakibatkan darin penggunaan peralatan konstruksi meliputi: Melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan dan lalu lintas angkutan sebaik mungkin. Melakukan penempatan peralatan sesuai dengan situasi/lokasi pekerjaan dengan memperhatikan keamanan peralatan dari bahaya meluncur/bergerak sendiri. Memastikan perlengkapan dan peralatan dalam konsdisi lengkap dan berfungsi dengan baik. Memastikan bahwa operator telah memenuhi persyaratan keterampilan dan memakai perlengkapan keamanan dan alat pelindung operator sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 6. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu mendapatkan perhatian dalam pengoperasiannya agar terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan peralatan tersebut antara lain: Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap untuk dioperasikan; Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan maupun kerusakan-kerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil pengoperasiannya; dan Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti produksinya dalam rangka menjaga mutu hasil pekerjaan, peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa berhenti (misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup). Semua peralatan yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku dan harus selalu diperbarui apbila telah kadaluwarsa sebelum peralatan tersebut digunakan. Alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat layak pakai yang masih berlaku. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi:
Tergulingnya peralatan sebagai akibat kesalahan
pengoperasian peralatan. Tergulingnya peralatan sebagai akibat ketidak-stabilan temapt peralatan berpijak. Terbakarnya peralatan sebagai akibat kesalahan pengoperasian atau tidak sempurnanya kondisi peralatan. Terkena sengatan aliran listrik akibat konsdisi peralatan listrik yang tidak memenuhi aspek keselamatan.’ Terkena sengatan aliran listrik akibat kesalahan penggunaan peralatan listrik. 7. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari metode dan peralatan konstruksi 7.1. Potensi kecelakaan kerja berasal dari metode konstruksi Metode konstruksi memiliki peran yang besar dalam proses konstruksi. Oleh karena itu, pemilihan metode konstruksi yang akan diterapkan harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan aman. Setiap metode yang ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Secara teknis aman.
Peralatan yang dipakai adalah sesuai dan cukup aman.
Pelaku-pelakunya sudah biasa melaksanakan.
Sudah mempertimbangkan aspek keamanan.
Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari metode
konstruksi antara lain: Bahaya tertimbun longsoran tanah sebagai akibat pemilihan metode penggalian tanah yang tidak tepatnya pemilihan metode penggalian dan pembuatan perkuatan tebing. Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang dalam proses pengecoran sebagai akibat pemilihan metode pembuatan perancah yang tidak memenuhi aspek kekuatan. Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang dalam proses pemelihaarn sebagai akibat pemilihan metode pengurangan konstrusksi perancah yang salah. Bahaya tertabrak kendaraan lalu lintas pada pekerjaan peningkatan jalan yang ada sebagai akibat kesalahan dalam metode rekayasa lalu lintas. Upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang berasal dari metode konstruksi antara lain: Pencegahan terhadap kecelakaan kejatuhan benda, berupa:
Melakukan pemasangan jaring pengaman.
Melakukan pembuangan benda tidak dilakukan secara langsung ke bawah. Melakukan pemasangan alat pengaman. Melakukan pemasangan perancah yang cukup kuat dan kokoh. Memastikan pemakaian topi pengaman bagi pekerja. Pencegahan terhadap kecelakaan akibat tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras, antara lain: Melakukan pemeliharaan kebersihan dan keamanan tempat/lokasi kerja. Memastikan dan mengawasi pekerja bekerja dengan sikap dan posisi badan yang benar. Memastikan pekerja telah memakai peralatan pengaman seperti: sepatu pengaman, topi pengaman, rompi pengaman dan sarung pengaman Pencegahan terhadap kecelakaan terjatuh dari ketinggian, seperti: Memastikan perancah telah dipasang dengan baik dan kokoh. Memastikan perancah telah terkait pada bangunan. Memastikan lantai injakan tidak terdiri atas satu papan dan cukup kuat. Memastikan muatan pada lantai tidak melebihi dari 80% kemampuan daya tampung. Memastikan lantai injakan telah diberi pagar pengaman. Memastikan kebersihan lantau perancah tetap terjaga dan tidak licin. Memastikan pekerja telah memakai sabuk dan tali pengaman. Pencegahan terhadap kecelakaan akibat aliran listrik, kebakaran dan ledakan, adalah: Memastikan petugas adalah benar-benar ahli dalam bidangnya. Memberi tanda-tanda pada tempat yang mengandung aliran listrik. Memastikan bahwa dari saat pemasangan sampai dengan uji coba peralatan listrik harus benar-benar aman. Memberi tanda pada setiap bahan yang mudah terbakar. Memastikan tempat penyimpanan telah cukup aman dari bahaya kebakaran. Melarang siapa saja merokok di tempat yang berbahaya. Memastkan pengamanan terhadap daerah ledakan dengan cara; mendapatkan izin peledakan dari berwenang, memeberikan pemberitahuan kepada masyarakat, dan melakukan penjagaan yang ketat pada saat peledakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. 7.2. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu mendapatkan perhatian dalam pengoperasiannya agar terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan peralatan tersebut antara lain: Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap untuk dioperasikan; Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan maupun kerusakan-kerusakan yang dapat menyebabkan terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil pengoperasiannya; dan Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti produksinya dalam rangka menjaga mutu hasil pekerjaan, peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa berhenti (misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup). Semua peralatan yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku dan harus selalu diperbarui apbila telah kadaluwarsa sebelum peraltan tersebut digunakan. Alat berat, terutama alat angkut, harus memiliki sertifikat layak pakai yang masih berlaku. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi: Tergulingnya peralatan sebagai akibat kesalahan pengoperasian peralatan. Tergulingnya peralatan sebagai akibat ketidak-stabilan temapt peralatan berpijak. Terbakarnya peralatan sebagai akibat kesalahan pengoperasian atau tidak sempurnanya kondisi peralatan. Terkena sengatan aliran listrik akibat konsdisi peralatan listrik yang tidak memenuhi aspek keselamatan.’ Terkena sengatan aliran listrik akibat kesalahan penggunaan peralatan listrik. Berdasarkan uraian di atas, upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang diakibatkan darin penggunaan peralatan konstruksi meliputi: Melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan dan lalu lintas angkutan sebaik mungkin. Melakukan penempatan peralatan sesuai dengan situasi/lokasi pekerjaan dengan memperhatikan keamanan peralatan dari bahaya meluncur/bergerak sendiri. Memastikan perlengkapan dan peralatan dalam konsdisi lengkap dan berfungsi dengan baik. Memastikan bahwa operator telah memenuhi persyaratan keterampilan dan memakai perlengkapan keamanan dan alat pelindung operator sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 8. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari desain konstruksi Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari desain konstruksi antara lain adalah terjadinya kegagalan pekerjaan konstruksi sebagai akibat: Kesalahan pengembangan konsep mendasar pembangunan; Kesalahan pemilihan dan penetapan lokasi pekerjaan konstruksi; Kesalahan perencanaan teknis struktur bangunan; Terjadi kesalahan pada pembuatan gambar rencana Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana atau komponen konstruksi. Terjadi kesalahan perhitungan perencanaan. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang berlaku. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya beban rencana) dalam perencanaan. 9. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari pengguna jalan Hal ini menjadi penting mengingat dalam ketentuan Undang- Undang No. 22 Tahun 2010 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 24 dinyatakan adanya kewajiban penyelenggara jalan untuk segera memperbaiki setiap kerusakan jalan yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan apabila hal tersebut belum dapat dilakukan maka penyelenggara jalan diwajibkan untuk memasang tanda atau rambu pada jalan yang rusak. Terkait dengan hal tersebut pada pelaksanaan pekerjaan jalan yang ada, maka pelaksana perlu mengantisipasi potensi kecelakaan kerja yang berasal dari pengguna jalan antara lain berupa: Tertabraknya peralatan kerja yang sedang bekerja. Tertabraknya pekerja yang sedang bekerja. Masuknya kendaraan pengguna jalan ke dalam hasil pekerjaan yang belum selesai masa perawatan dan perlindungan. Tertimpanya pengguna jalan oleh peralatan kerja dan material konstruksi Pelaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan harus dlakukan tanpa atau sekecil mungkin mengganggu kelancaran lalu lintas. Untuk maksud tersebut maka perlu diperhatikan pelaksanaan pengaturan lalu lintas dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang layak dan memadai sehingga kelancaran dan keselamatan lalu lintas tetap terjaga serta pengaturan lalulintas dengan ketentuan seperti: : Ketika terpasang rambu sementara, rambu tetap mejadi
tidak berlaku (rambu tetap harus ditutup kain).
Tidak perlu menambah marka baru
Pengaturan Lalu lintas harus dipandu dengan tenaga orang
(flagman), yang dilengkapi bendera, baterei dan rompi pengaman. Jika pekerjaan selesai, perambuan sementara harus ditiadakan dari jalan. THANKS FOR YOU