Anda di halaman 1dari 27

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3

OLEH, KOILAL ALOKABEL, SST.,MT


Akibat Kecelakaan Kerja (K3)
 Manusia

Manusia merupakan unsur yang paling penting dan paling menentukan


dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak contoh yang membuktikan
bahwa terjadinya kecelakaan kerja lebih banyak diakibatkan oleh kesalahan
manusia dibandingkan dengan diakibatkan oleh faktor di luar manusia
seperti peralatan maupun alam.
Beberapa persyaratan yang wajib dipunyai pelaku kegiatan pekerjaan
konstruksi agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik
seperti:
 Terampil dalam menjalankan pekerjaannya;
 Sehat jasmani dan rohani;
 Tekun;
 Disiplin;
 Mematuhi ketentuan peraturan keselamatan kerja;
 Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai bidang tugasnya; dan
 Berkonsentrasi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Lingkungan atau Tempat kerja
 Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah
suatu areal atau tempat kerja dan sekelilingnya
beserta segala fasilitas yang mendukung proses
bekerja.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan
dengan lingkungan/tempat kerja dalam rangka
terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja
antara lai
1. Syarat-syarat Umum Tempat Kerja
 Terhindar dari kemungkinan bahaya kebakaran dan
kecelakaan
 Terhindar dari kemungkinan bahaya keracunan,
penularan penyakit yang disebabkan oleh proses
jalannya pekerjaan
 Kebersihan dan ketertiban lingkungan terjaga
 Mempunyai penerangan yang cukup dan memenuhi
syarat untuk melakukan pekerjaan
 Mempunyai suhu yang baik dan ventilasi yang cukup
sehingga peredaran udara cukup baik
 Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau-
bauan yang tidak mengenakkan
2. Syarat-syarat Umum Lingkungan Sekitar Tempat Kerja
 Halaman harus bersih, teratur, dan tidak becek serta cukup
luas untuk kemungkinan perluasan
 Jalan halaman tidak berdebu
 Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga
kebersihannya dan tidak ada genangan air
 Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga
kebersihannya dan tidak ada genangan air
 Tempat buangan/tumpukan sampah dijaga untuk tidak
menimbulkan sarang lalat atau binatang serangga lainnya
 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan
pedoman teknis
 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan
pembatasan izin masuk
3. Syarat-syarat Ruang Tempat Kerja
 Konstruksi bangunan gedung harus kuat dan cukup aman
dari bahaya kebakaran
 Tangga harus cukup kuat, aman dan tidak licin

 Kebersihan ruangan termasuk dinding, lantai dan atap


harus selalu dijaga
Potensi kecelakaan pada persiapan pelaksanaan pekerjaan
antara lain:
1. Pada pekerjaan mobilisasi peralatan, antara lain:
 Kecelakaan lalu lintas (menabrak, tertabrak, tergelincir,
dan sebagainya)
 Kecelakaan pada saat penurunan peralatan (tergelincir,
jatuh, dan tertimpa)
2. Pada pekerjaan pembuatan base camp dan barak
kerja, antara lain
 Kecelakaan pada pembuatan bangunan (jatuh,
tersandung, tergelincir, tertimpa benda, tersetrum,
dan sebagainya)
3. Pada pekerjaan pemasangan peralatan
 Kecelakaan pada kegiatan pengangkatan dan
perakitan (jatuh, tersandung, tergelincir, tertimpa
benda, tersetrum, dan sebagainya).
Dari potensi bahaya kecelakaan tersebut, maka upaya
pencegahan kecelakaan yang berasal dari pelaku
konstruksi terutama terhadap faktor manusia adalah:
 Meningkatkan kesadaran K3 dengan kampanye-
kampanye dan penyuluhan.
 Mengadakan pelatihan kerja dan peragaan K3.
 Mengadakan pemeriksaan berkala secara teratur.
 Memasang poster, rambu dan tanda K3.
 Memberikan “reward and punishment” yakni
memberikan penghargaan bagi yang patuh dan
menjatuhkan sanksi bagi nyang melanggar peraturan
dan ketentuan K3.
 Mengadakan pertemuan, diskusi, dialog mengenai K3
secara teratur sebelum dan selama pelaksanaan
konstruksi.
4. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari material
konstruksi
Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari material
konstruksi antara lain meliputi pada kegiatan:
 Pengangkutan, seperti: jatuh, kebakaran, dan ledakan.

 Penyimpanan, seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang


otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan
ledakan.
 Pemindahan, seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang
otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan
ledakan.
 Penggunaan dan pemasangan, seperti: tertimpa, jatuh,
terhirup debu, kejang otot, terkontak dengan bahan kimia,
kebakaran, dan ledakan.
 Pembuangan,seperti: tertimpa, jatuh, terhirup debu, kejang
otot, terkontak dengan bahan kimia, kebakaran, dan
ledakan.
5. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari metode
dan peralatan konstruksi
5.1.Potensi kecelakaan kerja berasal dari metode konstruksi
Metode konstruksi memiliki peran yang besar dalam
proses konstruksi. Oleh karena itu, pemilihan metode
konstruksi yang akan diterapkan harus benar-benar
dapat dilaksanakan dengan aman.
Setiap metode yang ditetapkan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
-Secara teknis aman.
-Peralatan yang dipakai adalah sesuai dan cukup aman.
-Pelaku-pelakunya sudah biasa melaksanakan.
-Sudah mempertimbangkan aspek keamanan.
Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari metode
konstruksi antara lain:
 Bahaya tertimbun longsoran tanah sebagai akibat pemilihan
metode penggalian tanah yang tidak tepatnya pemilihan
metode penggalian dan pembuatan perkuatan tebing.
 Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang
dalam proses pengecoran sebagai akibat pemilihan metode
pembuatan perancah yang tidak memenuhi aspek kekuatan.
 Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang
dalam proses pemelihaarn sebagai akibat pemilihan metode
pengurangan konstrusksi perancah yang salah.
 Bahaya tertabrak kendaraan lalu lintas pada pekerjaan
peningkatan jalan yang ada sebagai akibat kesalahan dalam
metode rekayasa lalu lintas.
Upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang berasal
dari metode konstruksi antara lain:
 Pencegahan terhadap kecelakaan kejatuhan benda, berupa:
 Melakukan pemasangan jaring pengaman.
 Melakukan pembuangan benda tidak dilakukan secara langsung ke bawah.
 Melakukan pemasangan alat pengaman.
 Melakukan pemasangan perancah yang cukup kuat dan kokoh.
 Memastikan pemakaian topi pengaman bagi pekerja.
 Pencegahan terhadap kecelakaan akibat tergelincir, terpukul, terkena benda
tajam/keras, antara lain:
 Melakukan pemeliharaan kebersihan dan keamanan tempat/lokasi kerja.
 Memastikan dan mengawasi pekerja bekerja dengan sikap dan posisi badan yang
benar.
 Memastikan pekerja telah memakai peralatan pengaman seperti: sepatu pengaman,
topi pengaman, rompi pengaman dan sarung pengaman
 Pencegahan terhadap kecelakaan terjatuh dari ketinggian, seperti:
 Memastikan perancah telah dipasang dengan baik dan kokoh.
 Memastikan perancah telah terkait pada bangunan.
 Memastikan lantai injakan tidak terdiri atas satu papan dan cukup kuat.
 Memastikan muatan pada lantai tidak melebihi dari 80% kemampuan daya tampung.
 Memastikan lantai injakan telah diberi pagar pengaman.
 Memastikan kebersihan lantau perancah tetap terjaga dan tidak licin.
 Memastikan pekerja telah memakai sabuk dan tali pengaman.
 Pencegahan terhadap kecelakaan akibat aliran listrik, kebakaran
dan ledakan, adalah:
 Memastikan petugas adalah benar-benar ahli dalam
bidangnya.
 Memberi tanda-tanda pada tempat yang mengandung aliran
listrik.
 Memastikan bahwa dari saat pemasangan sampai dengan uji
coba peralatan listrik harus benar-benar aman.
 Memberi tanda pada setiap bahan yang mudah terbakar.
 Memastikan tempat penyimpanan telah cukup aman dari
bahaya kebakaran.
 Melarang siapa saja merokok di tempat yang berbahaya.
 Memastkan pengamanan terhadap daerah ledakan dengan
cara; mendapatkan izin peledakan dari berwenang,
memeberikan pemberitahuan kepada masyarakat, dan
melakukan penjagaan yang ketat pada saat peledakan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, upaya pencegahan terhadap
bahaya kecelakaan yang diakibatkan darin penggunaan
peralatan konstruksi meliputi:
 Melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan dan lalu
lintas angkutan sebaik mungkin.
 Melakukan penempatan peralatan sesuai dengan
situasi/lokasi pekerjaan dengan memperhatikan
keamanan peralatan dari bahaya meluncur/bergerak
sendiri.
 Memastikan perlengkapan dan peralatan dalam
konsdisi lengkap dan berfungsi dengan baik.
 Memastikan bahwa operator telah memenuhi
persyaratan keterampilan dan memakai perlengkapan
keamanan dan alat pelindung operator sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
6. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan
konstruksi
Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu
mendapatkan perhatian dalam pengoperasiannya agar
terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan. Hal-hal
yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan peralatan
tersebut antara lain:
 Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap
untuk dioperasikan;
 Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan
maupun kerusakan-kerusakan yang dapat menyebabkan
terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil
pengoperasiannya; dan
 Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti
produksinya dalam rangka menjaga mutu hasil pekerjaan,
peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa
berhenti (misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup).
Semua peralatan yang menggunakan ukuran berat, volume,
temperatur dan lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih
berlaku dan harus selalu diperbarui apbila telah kadaluwarsa
sebelum peralatan tersebut digunakan.
 Alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat
layak pakai yang masih berlaku.
 Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi:

 Tergulingnya peralatan sebagai akibat kesalahan


pengoperasian peralatan.
 Tergulingnya peralatan sebagai akibat ketidak-stabilan
temapt peralatan berpijak.
 Terbakarnya peralatan sebagai akibat kesalahan
pengoperasian atau tidak sempurnanya kondisi peralatan.
 Terkena sengatan aliran listrik akibat konsdisi peralatan
listrik yang tidak memenuhi aspek keselamatan.’
 Terkena sengatan aliran listrik akibat kesalahan
penggunaan peralatan listrik.
7. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari metode dan
peralatan konstruksi
7.1. Potensi kecelakaan kerja berasal dari metode konstruksi
 Metode konstruksi memiliki peran yang besar dalam
proses konstruksi. Oleh karena itu, pemilihan metode
konstruksi yang akan diterapkan harus benar-benar
dapat dilaksanakan dengan aman.
 Setiap metode yang ditetapkan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 Secara teknis aman.

 Peralatan yang dipakai adalah sesuai dan cukup aman.

 Pelaku-pelakunya sudah biasa melaksanakan.

 Sudah mempertimbangkan aspek keamanan.

Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari metode


konstruksi antara lain:
 Bahaya tertimbun longsoran tanah sebagai akibat
pemilihan metode penggalian tanah yang tidak
tepatnya pemilihan metode penggalian dan pembuatan
perkuatan tebing.
 Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang
dalam proses pengecoran sebagai akibat pemilihan metode
pembuatan perancah yang tidak memenuhi aspek kekuatan.
 Bahaya tertimbun kejatuhan konstruksi beton yang sedang
dalam proses pemelihaarn sebagai akibat pemilihan metode
pengurangan konstrusksi perancah yang salah.
 Bahaya tertabrak kendaraan lalu lintas pada pekerjaan
peningkatan jalan yang ada sebagai akibat kesalahan dalam
metode rekayasa lalu lintas.
Upaya pencegahan terhadap bahaya kecelakaan yang berasal dari
metode konstruksi antara lain:
 Pencegahan terhadap kecelakaan kejatuhan benda, berupa:

 Melakukan pemasangan jaring pengaman.


 Melakukan pembuangan benda tidak dilakukan secara langsung ke
bawah.
 Melakukan pemasangan alat pengaman.
 Melakukan pemasangan perancah yang cukup kuat dan kokoh.
 Memastikan pemakaian topi pengaman bagi pekerja.
 Pencegahan terhadap kecelakaan akibat tergelincir, terpukul, terkena
benda tajam/keras, antara lain:
 Melakukan pemeliharaan kebersihan dan keamanan tempat/lokasi
kerja.
 Memastikan dan mengawasi pekerja bekerja dengan sikap dan posisi
badan yang benar.
 Memastikan pekerja telah memakai peralatan pengaman seperti:
sepatu pengaman, topi pengaman, rompi pengaman dan sarung
pengaman
 Pencegahan terhadap kecelakaan terjatuh dari ketinggian, seperti:
 Memastikan perancah telah dipasang dengan baik dan kokoh.
 Memastikan perancah telah terkait pada bangunan.
 Memastikan lantai injakan tidak terdiri atas satu papan dan cukup
kuat.
 Memastikan muatan pada lantai tidak melebihi dari 80% kemampuan
daya tampung.
 Memastikan lantai injakan telah diberi pagar pengaman.
 Memastikan kebersihan lantau perancah tetap terjaga dan tidak licin.
 Memastikan pekerja telah memakai sabuk dan tali pengaman.
 Pencegahan terhadap kecelakaan akibat aliran listrik,
kebakaran dan ledakan, adalah:
 Memastikan petugas adalah benar-benar ahli dalam
bidangnya.
 Memberi tanda-tanda pada tempat yang mengandung
aliran listrik.
 Memastikan bahwa dari saat pemasangan sampai dengan
uji coba peralatan listrik harus benar-benar aman.
 Memberi tanda pada setiap bahan yang mudah terbakar.
 Memastikan tempat penyimpanan telah cukup aman dari
bahaya kebakaran.
 Melarang siapa saja merokok di tempat yang berbahaya.
 Memastkan pengamanan terhadap daerah ledakan
dengan cara; mendapatkan izin peledakan dari
berwenang, memeberikan pemberitahuan kepada
masyarakat, dan melakukan penjagaan yang ketat pada
saat peledakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
7.2. Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan
konstruksi
Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu
mendapatkan perhatian dalam pengoperasiannya agar
terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan.
 Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan
peralatan tersebut antara lain:
 Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap
untuk dioperasikan;
 Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan
maupun kerusakan-kerusakan yang dapat menyebabkan
terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil
pengoperasiannya; dan
 Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti
produksinya dalam rangka menjaga mutu hasil pekerjaan,
peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa
berhenti (misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup).
Semua peralatan yang menggunakan ukuran berat, volume,
temperatur dan lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih
berlaku dan harus selalu diperbarui apbila telah kadaluwarsa
sebelum peraltan tersebut digunakan.
 Alat berat, terutama alat angkut, harus memiliki sertifikat
layak pakai yang masih berlaku.
 Potensi kecelakaan kerja berasal dari peralatan konstruksi:
 Tergulingnya peralatan sebagai akibat kesalahan
pengoperasian peralatan.
 Tergulingnya peralatan sebagai akibat ketidak-stabilan
temapt peralatan berpijak.
 Terbakarnya peralatan sebagai akibat kesalahan
pengoperasian atau tidak sempurnanya kondisi
peralatan.
 Terkena sengatan aliran listrik akibat konsdisi peralatan
listrik yang tidak memenuhi aspek keselamatan.’
 Terkena sengatan aliran listrik akibat kesalahan
penggunaan peralatan listrik.
 Berdasarkan uraian di atas, upaya pencegahan
terhadap bahaya kecelakaan yang diakibatkan darin
penggunaan peralatan konstruksi meliputi:
 Melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan dan lalu
lintas angkutan sebaik mungkin.
 Melakukan penempatan peralatan sesuai dengan
situasi/lokasi pekerjaan dengan memperhatikan
keamanan peralatan dari bahaya
meluncur/bergerak sendiri.
 Memastikan perlengkapan dan peralatan dalam
konsdisi lengkap dan berfungsi dengan baik.
 Memastikan bahwa operator telah memenuhi
persyaratan keterampilan dan memakai
perlengkapan keamanan dan alat pelindung
operator sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
8. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari desain konstruksi
Potensi kecelakaan kerja yang berasal dari desain konstruksi antara lain
adalah terjadinya kegagalan pekerjaan konstruksi sebagai akibat:
 Kesalahan pengembangan konsep mendasar pembangunan;
 Kesalahan pemilihan dan penetapan lokasi pekerjaan konstruksi;
 Kesalahan perencanaan teknis struktur bangunan;
 Terjadi kesalahan pada pembuatan gambar rencana
 Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan
data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana atau
komponen konstruksi.
 Terjadi kesalahan perhitungan perencanaan.
 Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan
yang berlaku.
 Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang
perencanaan yang cukup.
 Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik.
 Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana
(misalnya beban rencana) dalam perencanaan.
9. Antisipasi potensi kecelakaan kerja berasal dari pengguna jalan
Hal ini menjadi penting mengingat dalam ketentuan Undang-
Undang No. 22 Tahun 2010 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dalam Pasal 24 dinyatakan adanya kewajiban penyelenggara
jalan untuk segera memperbaiki setiap kerusakan jalan yang
dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dan apabila hal
tersebut belum dapat dilakukan maka penyelenggara jalan
diwajibkan untuk memasang tanda atau rambu pada jalan yang
rusak.
Terkait dengan hal tersebut pada pelaksanaan pekerjaan jalan
yang ada, maka pelaksana perlu mengantisipasi potensi
kecelakaan kerja yang berasal dari pengguna jalan antara lain
berupa:
 Tertabraknya peralatan kerja yang sedang bekerja.
 Tertabraknya pekerja yang sedang bekerja.
 Masuknya kendaraan pengguna jalan ke dalam hasil
pekerjaan yang belum selesai masa perawatan dan
perlindungan.
 Tertimpanya pengguna jalan oleh peralatan kerja dan material
konstruksi
Pelaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan harus dlakukan
tanpa atau sekecil mungkin mengganggu kelancaran lalu
lintas. Untuk maksud tersebut maka perlu diperhatikan
pelaksanaan pengaturan lalu lintas dengan pemasangan
rambu-rambu lalu lintas yang layak dan memadai sehingga
kelancaran dan keselamatan lalu lintas tetap terjaga serta
pengaturan lalulintas dengan ketentuan seperti: :
 Ketika terpasang rambu sementara, rambu tetap mejadi

tidak berlaku (rambu tetap harus ditutup kain).


 Tidak perlu menambah marka baru

 Pengaturan Lalu lintas harus dipandu dengan tenaga orang


(flagman), yang dilengkapi bendera, baterei dan rompi
pengaman.
 Jika pekerjaan selesai, perambuan sementara harus
ditiadakan dari jalan.
THANKS FOR YOU

Anda mungkin juga menyukai