Anda di halaman 1dari 10

BAB III

TATA LAKSANA

A. LANGKAH-LANGKAH PROSES RENOVASI

1. Kasubdiv IPS RS mengajukan permohonan pembangunan kepada Kepala

Rumah Sakit

2. Setelah disetujui oleh Kepala Rumah Sakit, IPS RS melaksanakan renovasi

3. Dalam pelaksanaan pembangunan diatur tentang waktu pelaksanaan

pembangunan, peraturan rumah sakit yang berhubungan dengan ICRA

(upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS) dan K3

pembangunan

4. Dilakukan edukasi sebelum proses pengerjaan

5. Melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi dengan menggunakan

checklist harian

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN ICRA

1. Membuat ICRA dampak dari renovasi

Dalam pembuatan ICRA ini menggunakan tabel yang sudah ditentukan

(Infection Control Risk Assesment Matrix of Precaution for Construction

and Renovation)

a. Langkah Pertama

Menentukan identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan proyek

Dari hasil penentuan sesuai dengan tabel yang ada, proyek renovasi

IPAL ini termasuk Type C, yaitu aktifitas menimbulkan debu dalam

jumlah sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu lebih dari satu

shift kerja untuk penyelesaiannya.

b. Langkah Kedua

Menentukan identifikasi grup resiko


Yang beresiko pada proses ini adalah karyawan yang berada di area

gas medis sehingga identifikasi resiko masuk dalam Resiko Menengah.

c. Langkah Ketiga

Dilakukan perbandingan antara type konstruksi renovasi pada Type C

dengangrup resiko Menengah.

Maka didapatkan tingkat resiko menunjukkan Kelas III sehingga

diperlukan IC (Infection Control) pada proses pembangunan linen

d. Langkah Keempat

Penentuan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan Kelas

III :

- Pastikan system ventilasi di area proyek dinonaktifkan selama

proyek berlangsung untuk menghindarkan kontaminasi debu ke

system aliran udara

- Memastikan semua perlengkapan untuk mengisolir area kerja

(partisi/dinding sementara)

- Pastikan tidak ada aliran udara keluar proyek

- Jangan melepas semua partisi pembatas sebelum aktifitas selesai

dan pembersihan dilakukan

- Lakukan penyedotan debu

- Lakukan pengepelan lantai dengan cairan disinfektan

- Lepaskan semua pertisi pembatas secara hati-hati agar tidak ada

debu berhamburan

- Semua sampah harus dimasukkan dalam kantong yang terikat

sebelum dibawa ke lokasi penampungan

- Tutup kereta pembawa puing

- Pindahkan/pisahkan HVAC diarea proyek selama proyek

berlangsung
e. Langkah Kelima

Identifikasi kegiatan di tempat khusus untuk menilai dampak

potensial

Renovasi IPAL pasti akan menimbulkan dampak bagi kegiatan di

rumah sakit. Area yang terkena dampak dari pembangunan

tersebut adalah gas medis. Partisi dipasang di dinding sebelah barat

pintu IPAL, sehingga debu tidak akan menyebar.

f. Langkah Keenam

Identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa ledeng,

listrik, dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman

Tidak ada gangguan dalam ventilasi, pipa ledeng, dan listrik,

karena pada area pembangunan tersebut tidak terpasang ventilasi,

saluran air maupun sistem perkabelan

g. Langkah Ketujuh

Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian

sebelumnya, apa jenis barrier/partisinya. Apakah HEPA filter

diperlukan?

(Catatan: selama dilakukan konstruksi, maka area konstruksi

seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan

area negatif terhadap daerah sekitarnya)

Sesuai dengan tabel ICRA, resiko renovasi IPAL ini memerlukan

isolasi dalam hal ini dipasang terpal yang dipasang setinggi

dinding yang akan direnovasi. Untuk meminimalisasi penyebaran

debu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan spray air agar

debu tidak menyebar.

h. Langkah Kedelapan

Pertimbangkan potensial resiko dari kerusakan air. Apakah ada

resiko akibat kesatuan struktur

Untuk renovasi IPAL, tidak ada resiko kerusakan air.


i. Langkah Kesembilan

Menentukan jam kerja

Jam kerja yang disepakati adalah pukul 08.00 - 16.00 WIB

j. Langkah Kesepuluh

Membuat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang

isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai

Dalam hal ini tidak diperlukan ruang isolasi/ruang aliran udara

negatif.

k. Langkah Kesebelas

Membuat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe

tempat/bak cuci tangan

Untuk kebutuhan tempat cuci tangan, dipakai kamar mandi

petugas VIP B.

l. Langkah Ke Dua Belas

Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimal bak tempat

cuci tangan tersebut

PPIRS setuju dengan kamar mandi yang disediakan mengingat

perbandingan standar kamar mandi adalah 1:20 orang. Sedangkan

petugas yang bekerja 10 orang, jadi cukup menggunakan kamar

mandi tersebut.

m. Langkah Ke Tiga Belas

Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas

ruangan bersih dan kotor.

n. Langkah Ke Empat Belas

Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut

dengan tim proyek, misalnya arus lalu lintas, rumah tangga, kapan,

dan bagaimana dilakukan pembersihan puing/material yang tidak

terpakai.
Penetapan untuk waktu memasukkan material adalah jam 08.30 –

10.00 WIB

Penetapan untuk waktu membuang material adalah jam 15.00 WIB

2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditandatangani oleh Ketua P2K3,

pimpinan instalasi/unit kerja dan pimpinan proyek.

Dalam kerjasama ICRA ini dibuat peraturan yang berhubungan dengan

pencegahan infeksi yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh koordinator

dan petugas proyek (Perjanjian ICRA dengan koordinator terlampir)

3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan

Personal Protective Equipment (PPE/APD)

a. Tujuan edukasi

- Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja

- Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja

mendapat perlindungan atas keselamatannya

- Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara

aman dan efisien

b. Waktu Pemberian

- Sebelum proyek dimulai

- Setiap kali pergantian pengerjaan proyek berikutnya (jika ada)

c. Edukasi yang diberikan (UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Tempat Kerja)

- Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa saja yang dapat

timbul dari tempat kerjanya.

1) Keselamatan kerja pembongkaran bangunan

a) Merencanakan langkah-langkah pengamanan K3 untuk

semua pekerja yang berada di tempat kerja sebelum memulai

kegiatan pembongkaran bangunan


b) Melakukan engineering survey yang mencakup :

(1) Melihat kondisi struktur yang akan dibongkar termasuk

peninjauan atas kekuatan bangunan, bagian yang tidak

stabil dari bangunan dan kemungkinan collapse

(2) Merencanakan metode, peralatan dan tenaga yang akan

diperlukan untuk pembongkaran serta untuk

kepentingan publik.

(3) Perhitungkan potential hazard seperti terkubur, celaka,

dll.

(4) Menetapkan perangkat K3 kedalam setiap tahap kegiatan

antara lain jaring pengaman, rambu/tanda peringatan,

APD, dll.

(5) Jika bangunan yang akan dibongkar sudah rusak karena

kebakaran, banjir, huru-hara, atau sebab lainnya, maka

perlu direncanakan suatu sistem pengaman, sperti

bracing, shoring, dll. Untuk melindungi pekerja dari

kemungkinan robohnya bangunan.

c) Menetapkan petugas yang kompeten dan berpengalaman

atau ahli melaksanakan pembongkaran bangunan

d) Membuat jalanan yang aman untuk lalu lintas pekerja

e) Memastikan semua aliran listrik dalam kondisi mati (shut off)

sebelum pelaksanaan pembongkaran dimulai dan saluran air

dan gas dalam kondisi mati/tertutup. Jika dipandang

membahayakan, maka aliran listrik, saluran air dan gas dapat

dipindahkan sementara diluar bangunan dan dalam kondisi

aman.

f) Menggunakkan alat pelindung diri yang sesuai dengan

pekerjaannya, helm, sepatu boot, sarung tangan, masker,

kacamata, dsb.
g) Menyiapkan pelayanan kecelakaan kerja, antara lain : petugas

P3K atau tenaga medis bila perlu, denah, dan rujukan rumah

sakit/klinik terdekat, kendaraan untuk mengangkut, dan alat

komunikasi

h) Memasang barikade, pagar pengaman, agar orang lain tidak

melewati area bongkaran

i) Memastikan bangunan yang akan dibongkar sudah tidak

terdapat sisa barang – barang yang berbahaya misalnya bahan

yang mudah terbakar dan meledak, dll.

j) Pembongkaran dimulai dengan :

(1) Memindahkan benda-benda yang mudah dilepas, seperti

pintu dan jendela

(2) Bangunan yang menjorok ke luar

(3) Bagian atas bangunan dan diteruskan kearah bawah

k) Pembongkaran dinding dan pasangan batu bata harus

dilakukan lapis demi lapis dan bertahap

l) Mengarsipkan semua catatan yang terkait dengan proses

pembongkaran bangunan termasuk foto dokumentasi

2) Keselamatan kerja menggerinda

a) Memastikan bahwa tukang gerinda yang melaksnakan

pekerjaan pengelasan konstruksi atau instalasi memiliki

sertifikat yang sesuai dengan pekerjaan yang ditangani

b) Pelaksana harus menjelaskan instruksi kerja penggerindaan

kepada tukang gerinda dan pekerja untuk dimengerti dan

diikuti, serta menjelaskan potensi bahaya pekerjaan

penggerindaan yang ada antara lain ferro oksida, butiran

logam halus (lead), dll.


c) Penggerindaan tidak diperkenankan dilakukan di daerah

yang mudah terbakar atau meledak, apabila terpaksa maka

harus mendapat ijin kerja dari pelaksana terkait

d) Memeriksa alat gerinda sebelum digunakan, semua baut

harus kencang dan penutup/pengaman pada alat gerinda

harus terpasang

e) Menggunakan APD yang sesuai, seperti helm, sepatu boot,

sarung tangan, kacamata pelindung, masker, penutup muka,

dan pelindung dada sebelum melakukan pekerjaan

pembongkaran.

f) Apabila tidak digunakan, alat listrik pada gerinda harus

dimatikan dan hanya dihidupkan apabila diperlukan

g) Kabel/instalasi listrik yang digunakan harus diperiksa

sebelum digunakan, tidak boleh ada kabel yang terkelupas,

sambungan kabel yang tidak diberi penutup (isolasi) dan

kabel diatur rapi tidak ditempatkan di jalur lalu lintas orang

h) Panel listrik yang digunakan harus selalu tertutup/terkunci,

tidak mudah terkena air hujan atau percikan air dari sumber

lain

i) Menyediakan alat pemadam kebakaran portable, dan

ditempatkan di daerah yang mudah dijangkau

j) Semua bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak

harus disingkirkan atau diberi penghalang yang memadai

k) Memastikan alat-alat dalam kondisi stabil, sehingga tidak

mudah bergeser atau terguling saat operasi. Mata gerinda

dipastikan tidak retak/tidak cacat

l) Sisa hasil penggerindaan harus dikumpulkan dan dibuang ke

tempat yang telah ditentukan


m) Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing – masing lokasi

dimana pekerjaan penggerindaan sedang dilakukan.

3) Bekerja di ketinggian

a) Melakukan identifikasi potensi bahaya semua pekerjaan yang

berada di ketinggian dan hasilnya dicatat

b) Merencanakan pengendalian terhadap kemungkinan resiko

yang akan terjadi (risk control) dan mencatat hasilnya

c) Sebelum bekerja, para pekerja harus mendapat ijin dari

pelaksana terkait

d) Memastikan para pekerja yang akan bekerja di ketinggian

harus dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai rasa takut

bekerja di ketinggian

e) Menggunakan APD yang memadai sesuai dengan aspek

keselamatan kerja, harness safety belt, helm, dan sepatu boot

f) Memasang tali pengaman (life line) untuk mengaitkan

harness safety belt/safety belt yang cukup kuat dan aman

untuk menahan beban pekerja bila terjadi bahaya dan tidak

mengganggu pergerakan pekerja

g) Membuat platform untuk pekerja, alat dan bahan yang cukup

kuat dan aman. Tepi platform harus diberi railling/pagar

pembatas yang kuat/mampu menahan dorongan minimal 100

kg.

h) Menempatkan peralatan atau bahan kedalam kantong/wadah

agar tidak mudah jatuh

i) Menutup lubang yang berukuran lebih besar dari telapak kaki

dengan bahan yang cukup kuat.

j) Membersihkan platform yang licin sehabis hujan dan

pekerjaan dapat dimulai setelah platform dipastikan aman


k) Bila dipersyaratkan atau bila dipandang perlu maka jaring

pengaman harus dipasang

l) Penumpukan sementara material harus dibatasi dan

ditempatkan tidak terlalu ke tepi dan disusun sedemikian

rupa sehingga tidak mudah jatuh dan pekerja memiliki ruang

kerja yang cukup leluasa.

m) Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing – masing lokasi

dimana pekerjaan di ketinggian sedang dilakukan

n) Melakukan inspeksi semua pekerjaan di tempat ketinggian

dan hasilnya dicatat, jika ditemukan kondisi maupun

tindakan yang berbahaya segera melaporkan ke pelaksana

terkait, dan segera diamankan/diperbaiki

o) Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam

keadaan bahan yang terpasang mudah terlepas dan peralatan

serta bahan sudah tersimpan rapi di kantong.

- Semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang

diharuskan dalam semua tempat kerjanya

- APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan

- Pencegahan kecelakaan kerja

- Pencegahan kebakaran

- Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan

4. Melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi dengan

menggunakan checklist.

5. Mengikuti pertemuan/rapat-rapat selama proses evaluasi dengan

seluruh tim

Anda mungkin juga menyukai