PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu
melakukan penataan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berjenjang dan
berkesinambungan melalui mekanisme alur rujukan yang efektif dan efisien, serta
berpedoman kepada sistem rujukan pelayanan kesehatan dan sistem rujukan
pelayanan kesehatan perlu diatur di dalam sebuah Peraturan sebagai pedoman bagi
petugas kesehatan, penjamin dan masyarakat dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, kewenangan pelayanan, serta
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
Penataan penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pengaturan sistem
rujukan merupakan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang dilakukan secara
berjenjang, berkesinambungan, efektif dan efisien. Dengan penataan sistem rujukan,
masyarakat akan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kebutuhan masing-masing individu. Pengaturan sistem rujukan dimaksudkan untuk
meminimalisir ketidaktepatan tingkat pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyebabkan biaya tinggi di dalam pemeliharaan kesehatan. Untuk memberikan
tingkat pelayanan kesehatan yang sesuai tersebut maka jenjang rujukan perlu diatur
dan dilaksanakan secara baik. Dengan pengaturan tersebut fasilitas pelayanan
kesehatan diharapkan dapat memberi pelayanan terbaik dan cepat memberi
penanganan terhadap pasien atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih lengkap.
Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan
rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat
bersifat vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya. Rujukan
kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang
terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang
mendukungnya.
BAB II
TUJUAN
1. Umum
a. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-
baiknya.
b. Agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan.
c. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
d. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of
knowledge & skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat
pendidikan dan daerah perifer.
Rumah sakit yang merujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima
dapat menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk. Kerjasama
yang resmi atau tidak resmi dibat dengan rumah sakit penerima
terutama apabila pasien sering dirujuk ke rumah sakit penerima.
2. Khusus
a. Mencegah penularan kepada petugas, pasien lain, pengunjung dan
keluarga pasien di RS AL Dr. Mintohardjo.
b. Mencegah alat transportasi/ambulans dan alat-alat yang dipergunakan
menjadi reservoir penyebaran penyakit.
c. Pasien mendapatkan perawatan yang baik selama menjalani transfer ke
rumah sakit rujukan.
BAB III
DEFINISI
A. Definisi
1. Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas
suatu kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun
harizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan
rasional (Depkes RI, 1991).
2. Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih
kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional (Hatmoko, 2000).
3. Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus yang berkaitan
dengan diagnosis, terapi, tindakan medik berupa pengiriman pasien,
rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dan
rujukan ilmu pengetahuan tentang penyakit.
4. Rujukan kesehatan masyarakat adalah rujukan sarana dan logistik, rujukan
tenaga dan rujukan operasional dalam upaya kesehatan masyarakat
5. Pasien rujukan adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan,pengobatan
atau fasilitas khusus yang tidak tersedia di Rumah Sakit. Pasien pindah
rawat adalah pasien yang dikirim ke rumah sakit lain karena permintaan
pasien atau keluarga, atau karena tempat rawat inap Rumah Sakit penuh.
6. Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit
penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang
yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan;
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan
atau binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah
penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria
atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia
(seperti keracunan). Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang
besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang
semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian
yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor
yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).
Agen Penyakit :
Virus : hepatitis virus, poliomielitis
Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
Protozoa : amubiasis, giardiasis
Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit
hidatid
Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :
Bermultiplikasi di air : skistosomiasis (vektor keong)
Tidak bermultiplikasi : Guinea’s worm dan fish tape worm
(vektor cyclop)
1) Waterborne mechanism
Kuman patogen yang berada dalam air dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut
atau sistem pencernaan. Contoh kolera, tifoid, hepatitis virus,
disentri basiler dan poliomielitis.
B. Penyakit Imunosuppresed
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada
sel-sel fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat
diklasifikasikan sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah
berdasarkan komponen yang terkena pada sistem imun tersebut adalah sbb :
1. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya
bersifat genetik dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala
biasanya timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi
maternal menurun. tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang menderita kelainan
ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa. Kelainan ini dapat
mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan
defisiensi primer dan kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang
mendasarnya atau akibat dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum
imonodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stres kronik, luka bakar, uremia,
diabetes mellitus, kelainan autoinum tertentu, kontak dengan obat-obatan serta
zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan imonodefisiensi sekunder yang paling sering
ditemukan. Penderita imonosupresi dan sering disebut sebagai hospes yang
terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Intervensi untuk
mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup upaya menghilangkan faktor
penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari dan menggunakan prinsip-
prinsip pengendalian infeksi yang nyaman
BAB II
RUANG LINGKUP
b) Prosedur klinis
1) Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding.
2) Memberikan instruksi tindakan pra rujukan sesuai kasus.
Instruksi mencakup kapan mendapatkan pelayaann yang
mendesak.
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
medis / paramedis yang berkompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas
keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap
menunggu pasien di UGD tujuan sampai ada kepastian pasien
tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau
rawat jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien
selalu dimonitor dan kompetensi staf yang melakukan monitor
sesuai dengan kondisi pasien.
c) Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan
rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama
dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
Mencatat identitas pasien pada buku registrasi rujukan
pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin
menjalin komunikasi dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah
diselesaikan administrasi yang bersangkutan.
D. Persiapan Rujukan
1. Rujukan Pasien
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
1. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi
kondisi pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan
kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama
pelaksanaan rujukan
2. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga
didampingi oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau
perawat) yang kompeten.
3. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi
terakhir pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota
keluarga yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat
rujukan.
4. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang
telah diberikanpada pasien.
5. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang
diperlukan.
6. Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan
selama perjalananmerujuk.
7. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik,
yang memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman
dan dapat mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan
ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan.
8. Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan
yang diperlukan di tempat rujukan.
9. Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan
darah pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang
berjaga - jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor
darah.