2019 - 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya “Buku Panduan Transportasi Pasien RSU MITRA SEHAT
dr.Jhon rider” dapat diselesaikan sebagai panduan rujukan pasien yang dilakukan intra
rumah sakit atau antar rumah sakit. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah
memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan buku ini, serta kepada seluruh kepala
dan staf instalasi yang terlibat dalam proses penyelesaian penyusunan buku panduan ini.
Demi kesempurnaan substansi buku ini, maka segala bentuk evaluasi sangat
dibutuhkan terhadap isi buku ini. Semoga buku Panduan Transportasi Pasien RSU Mitra
Sehat dr. jhon rider ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.1 Penyakit Menular...........................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................................................5
BAB III TATALAKSANA....................................................................................................................6
3.1 PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C.....................................................6
BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................................................10
BAB V PENUTUP................................................................................................................................11
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
3. Trakoma
4. Skabies
5. Erisipelas
6. Antraks
7. Gas-gangren
1
9. Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV,
agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui
hubungan intim.
2. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne
disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1. TBC Paru
2. Varicella
3. Difteri
4. Influenza
5. Variola
6. Morbili
7. Meningitis
8. Demam skarlet
9. Mumps
10. Rubella
11. Pertussis
2. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
air disebut sebagai water borne disease atau water related disease.
Agen Penyakit :
1. Virus : hepatitis virus, poliomielitis
2. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
2. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel
fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat diklasifikasikan
sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen
yang terkena pada sistem imun tersebut adalah sbb :
1. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik dan
terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala biasanya timbul pada awal
kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. tanpa terapi, bayi dan anak-
3
anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa. Kelainan
ini dapat mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer dan
kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau akibat dari terapi
terhadap penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stres
kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus, kelainan autoinum tertentu, kontak dengan
obat-obatan serta zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan imonodefisiensi sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita
imonosupresi dan sering disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya
(immunocompromised host). Intervensi untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup
upaya menghilangkan faktor penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari dan
menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang nyaman
4
BAB II
RUANG LINGKUP
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
5. Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk
pasien lain
4. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan
dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
5. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan
masuk ruangan pasien
6. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) masker bedah
7
7. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
8. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol
11. Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang kontak dengan
petugas dan pasien
13. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak terkontamionasi
dengan cairan tubuh pasien
6. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
7. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba
tidak bergerak jarak jauh
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
KONTAK
1. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling
pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
2. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
8
3. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
4. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
5. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan
drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
6. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan
antiseptik
7. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari
kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien.
Lepaskan gaun sebelum ke luar dari ruang pasien
8. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
9. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama
10. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.
3. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara
terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau sedang didiagnosis. Bila ditempatkan
dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara
tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang
dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem
pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi
(filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah
sakit.
9
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu masker.
Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam ruangan.
9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
10. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.
BAB IV
DOKUMENTASI
10
BAB V
PENUTUP
11
obat obatan tertentu atau kondisi yang didapat sejak lahir. Pasien dengan keadaan
immunocompromise menderita defisiensi imun dan merupakan sasaran utama berbagai
penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, jamur, virus, atau infeksi nosokomial.
12