Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

ASUHAN PENYAKIT MENULAR DAN IMMUNO-SUPPRESSED

RUMAH SAKIT UMUM


MITRA SEHAT
JL. SEI MERAH NO. 300/21 DUSUN II
DESA DAGANG KARAWANG TANJUNG MORAWA
DELI SERDANG – SUMUT

2019 - 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya “Buku Panduan Transportasi Pasien RSU MITRA SEHAT
dr.Jhon rider” dapat diselesaikan sebagai panduan rujukan pasien yang dilakukan intra
rumah sakit atau antar rumah sakit. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah
memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan buku ini, serta kepada seluruh kepala
dan staf instalasi yang terlibat dalam proses penyelesaian penyusunan buku panduan ini.
Demi kesempurnaan substansi buku ini, maka segala bentuk evaluasi sangat
dibutuhkan terhadap isi buku ini. Semoga buku Panduan Transportasi Pasien RSU Mitra
Sehat dr. jhon rider ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tanjung Morawa, 20 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.1 Penyakit Menular...........................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................................................5
BAB III TATALAKSANA....................................................................................................................6
3.1 PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C.....................................................6
BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................................................10
BAB V PENUTUP................................................................................................................................11

ii
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Penyakit Menular


Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu
atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang
diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari
reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).  Penyakit jenis ini merupakan
masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan
dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit
menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat.
Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah
dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan
berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).
Cara-cara penularan penyakit :
1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
1. Penyakit kelamin
2. Rabies

3. Trakoma

4. Skabies

5. Erisipelas

6. Antraks

7. Gas-gangren

8. Infeksi luka aerobik

1
9. Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV,
agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui
hubungan intim.

2. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne
disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1. TBC Paru
2. Varicella
3. Difteri

4. Influenza

5. Variola

6. Morbili

7. Meningitis

8. Demam skarlet

9. Mumps

10. Rubella

11. Pertussis

2. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
air disebut sebagai water borne disease atau water related disease.
Agen Penyakit :
1. Virus : hepatitis virus, poliomielitis
2. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare

3. Protozoa : amubiasis, giardiasis

4. Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid

5. Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :


 Bermultiplikasi di air :  skistosomiasis (vektor keong)
2
 Tidak bermultiplikasi :  Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor cyclop)

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4 kelompok


menurut cara penularannya, yaitu :
1. Waterborne mechanism
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh kolera, tifoid, hepatitis virus,
disentri basiler dan poliomielitis.
2. Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu
dan umum dapat berupa :
 Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
 Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma.

 Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.


3. Water based mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di
dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air. Contoh
skistosomiasis, Dracunculus medinensis.

4. Water related insect vector mechanism


Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).

2. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel
fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat diklasifikasikan
sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen
yang terkena pada sistem imun tersebut adalah sbb :
1. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik dan
terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala biasanya timbul pada awal
kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. tanpa terapi, bayi dan anak-

3
anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia dewasa. Kelainan
ini dapat mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer dan
kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau akibat dari terapi
terhadap penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi sekunder adalah malnutrisi, stres
kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus, kelainan autoinum tertentu, kontak dengan
obat-obatan serta zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) merupakan imonodefisiensi sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita
imonosupresi dan sering disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya
(immunocompromised host). Intervensi untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup
upaya menghilangkan faktor penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari dan
menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang nyaman

4
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pengelolaan Pasien dengan Hepatitis B dan C


2. Penanganan Pasien HIV/AIDS

3. Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Airborne (Udara)

4. Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Droplet (Percikan)

5. Pengelolaan Pasien dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak

6. Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular Melalui Udara

5
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C


1. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B atau C;
2. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
1. Lakukan hand hygiene
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
 Sarung tangan digunakan :
1. Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
2. Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh
pasien
3. Bila melakukan tindakan invasif.
 Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa, mulut,
hidung dan mata.
 Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau tumpahan
darah atau cairan.
Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :
1. Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas dengan
clorine 0.5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2. Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen infeksius

3. Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi dengan


clorine 0.5%

4. Alat makan sama dengan alat makan pasien umum

6
5. Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk
pasien lain

6. Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.

PENANGANAN PASIEN HIV/AIDS


1. Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan sesuai five
moments
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan

3. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency

4. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan
dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu

5. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang

6. Lakukan perendaman instrumen bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi oleh


darah dan cairan tubuh dengan chlorine 0.5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa

PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


AIRBORNE (UDARA)
1. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negatif
2. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan masker
bedah

3. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan

4. Batasi jumlah pengunjung

5. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan
masuk ruangan pasien

6. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) masker bedah

7
7. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin

8. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol

9. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :

10. Ganti korden pasien dengan korden yang bersih

11. Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang kontak dengan
petugas dan pasien

12. Bersihkan exhaust fan

13. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak terkontamionasi
dengan cairan tubuh pasien

14. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif setelah


pelaksanaan selesai.

PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


DROPLET (PERCIKAN)
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir/pojok, bila
tidak mungkin kohorting
2. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan
ventilasi

3. Batasi gerak dan transportasi pasien

4. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien

5. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dengan benar

6. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien

7. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba
tidak bergerak jarak jauh
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
KONTAK
1. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling
pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
2. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
8
3. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja

4. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien

5. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan
drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut

6. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan
antiseptik

7. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari
kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien.
Lepaskan gaun sebelum ke luar dari ruang pasien

8. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain

9. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama

10. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.

PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI UDARA


1. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini.
2. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.

3. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara
terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau sedang didiagnosis. Bila ditempatkan
dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara
tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.

4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang
dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem
pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi
(filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah
sakit.

5. Jaga pintu tertutup setiap saat.

9
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu masker.
Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.

7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.

8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam ruangan.

9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.

10. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang terkait perawatan pasien meliputi :


1. Anamnese
2. Pemeriksaan fisik
3. Perubahan-perubahan fisiologi
4. Monitoring terhadap respon klinis maupun laboratoris
5. Asuhan keperawatan

10
BAB V
PENUTUP

penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi tersendiri,


mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai pada upaya pencegahan
dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai
penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari
penyebabnya sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada
rantai penularan, diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Immunocompromised (imunitas rendah) adalah kondisi abnormal dimana kemampuan
seseorang untuk melawan infeksi menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh proses penyakit,

11
obat obatan tertentu atau kondisi yang didapat sejak lahir. Pasien dengan keadaan
immunocompromise menderita defisiensi imun dan merupakan sasaran utama berbagai
penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, jamur, virus, atau infeksi nosokomial.

12

Anda mungkin juga menyukai