Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan dan keselamatan kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-Nya sampai akhir zaman.
Dalam Panduan Penempatan Pasien di Rumah Sakit Umum Permata Bunda ini
diuraikan tentang penempatan pasien dengan penurunan imunitas (immunocompromised) dan
pasien dengan penyakit menular sesuai dengan metode transmisi, penyakit yang memerlukan
isolasi, kewaspadaan standar dan tambahan kewaspadaan isolasi serta edukasi pada pasien dan
pengunjung mengenai pencegahan infeksi.
Buku Panduan Penempatan Pasien Rumah Saikit Umum Permata Bunda ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan dalam
melaksanakan penempatan pasien di Rumah Sakit Umum Permata Bunda.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Penempatan
Pasien Penyakit Menular Rumah Sakit Umum Permata Bunda.
Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah dan ridho dari Allah SWT. Aamiin.

Ciamis, Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I DEFINISI .............................................................................................................


BAB II RUANG LINGKUP
2.1 Pasien Immunocompromised...................................................................
2.2 Pasien dengan Penyakit Menular.............................................................
BAB III TATA LAKSANA
3.1 Penempatan Pasien Immunocompromised ............................................
3.2 Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Udara ...........................
3.3 Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Percikan ......................
3.4 Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Kontak ........................
3.5 Pertimbangan pada Saat Penempatan Pasien ........................................
3.6 Pilihan Kewaspadaan Standar Sebelum Diagnosis Pasti ......................
3.7 Strategi Transportasi Pasien dengan Penyakit Menular ........................
3.8 Pemulangan Pasien ................................................................................
3.9 Pemulasaraan Jenazah ...........................................................................
3.10 Tatalaksana Penempatan Pasien Penyakit Menular di
Area Front Office, Poliklinik/IGD, Area Penunjang,
Farmasi, Rawat Inap .............................................................................
3.11 Komponen Kewaspadaan Pencegahan Infeksi .....................................
BAB IV DOKUMENTASI ...........................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,


Kemenkes RI, 2017;
Modul Pelatihan IPCN (Infection Prevention And Control Nurse) Berbasis Kompetensi,
HIPPI Jabar, 2018;
Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan, Kemenkes RI, 2010.
BAB I

DEFINISI

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah merupakan tempat pelayanan pasien
dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan
sampai yang terberat. Infeksi silang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
keluarga maupun dari petugas kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui
peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya.

Immunocompromised adalah kondisi dimana sistem kekebalan tubuh terdepres


sehingga memudahkan masuknya agen-agen patogen lainnya. Kasus penurunan ketahanan
tubuh atau imunosupresif sangat berarti dalam memunculkan berbagai jenis penyakit.
Immunocompromised adalah pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh yang dapat
disebabkan oleh berbagai hal misalnya pengobatan dengan steroid dosis tinggi, sitostatika
(kemo dan lain-lain.

Seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap
penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh pasien yang relatif menurun. Penularan
dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan sebagainya.

Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen
biologis (virus, bakteri, atau parasit) bukan disebabkan oleh faktor fisik (seperti luka bakar)
atau kimia (seperti keracunan). Penyakit Menular adalah penyakit yang dapat menular ke
manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur dan parasit.
BAB II

RUANG LINGKUP

2.1. Pasien Immunocompromised

Immunocompromised adalalah pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh


yang disebabkan oleh berbagai hal misalnya pengobatan dengan steroid dosis tinggi,
sitostatika (kemo) dan lain-lain. Keadaan lainnya Compromised Host Infection
Precaution adalah pasien yang mengalami penurunan daya tahan akibat penyakit
misalnya Granulositopenia atau keadaan lain termasuk AIDS. Kedua kelompok tersebut
memiliki resiko infeksi dari petugas kesehatan lain atau pengunjung. Kategori tersebut
adalah sebagai (CHIP). Tubuh pasien yang berada dalam kondisi imunosupresi rentan
terhadap infeksi karena tidak mampu mengeluarkan respon pertahanan terhadap
pathogen. Maka dari itu untuk mencegah infeksi silang antara pasien yang
imunocompromised dengan pasien lain dari petugas maka pasien di isolasi dalam kamar
perawatan.

Yang disebut pasien immunocompromised diantaranya adalah pasien dengan :

1. Kelainan darah
2. Kanker/keganasan
3. Penerima transplantasi organ
4. HIV/AIDS
5. Alkoholisme
6. Gagal ginjal atau hati
7. Gangguan autoimun seperti lupus eritematosus sistemik atau rheumatoid arthritis
8. Infeksi SSP

2.2. Pasien dengan Penyakit Menular

Ruang lingkuo pasien dengan penyakit menular dibedakan berdasarkan cara


penularan penyakit infeksi yang dikenal dengan istilah transmisi, terdiri dari tiga
transmisi utama :

1. Transmisi kontak
Transmisi kontak dibagi menjadi dua jenis yaitu kontak langsung dan tidak
langsung.
a. Transmisi/penularan kontak langsung adalah melalui kontak langsung dengan
permukaan tubuh dimana terjadi perpindahan organisme secara fisik dari
orang yang terinfeksi atau terkolonisasi kepada pejamu yang rentan. Seperti
ketika seseorang mengubah posisi tubuh pasien, memandikan pasien atau
melakukan aktivitas perawatan dan pemeriksaan lainnya yang mengharuskan
terjadinya kontak langsung. Penularan kontak langsung juga dapat terjadi di
antara dua pasien, yang satu berperan sebagao pejamu yang rentan.
b. Penularan kontak tidak langsung adalah melalui kontak antara pejamu yang
rentan dengan benda yang terkontaminasi, biasanya bukan makhluk hidup,
seperti instrument yang terkontaminasi, jarum atau pembalut luka, tangan
terkontaminasi yang tidak dicuci, sarung tangan yang tidak diganti pada
tindakan lebih dari satu pasien.
2. Transmisi droplet/percikan (mikroorganisme berukuran ≥ 5µ)
Secara teoritis juga merupakan bentuk penularan kontak, tetapi mekanisme
perpindahan pathogen ke pejamu yang berbeda. Droplet/percikan dikeluarkan
oleh orang yang menjadi sumber, terutama pada saat batuk, bersin dan
berbicara, serta selama melakukan suatu prosedur tertentu seperti suction dan
bronkoskopi. Penularan terjadi ketika droplet yang mengandung
mikroorganisme dari orang yang terinfeksi terlontar dalam jarak yang pendek
(<1m) di uadara dan menempel pada konjungtiva, mukosa hidung atau mulut
pejamu. Droplet tidak dapat bertahan di udara, namun jatuh ke permukaan
benda-benda di sekitar, kulit tubuh/tangan atau jatuh ke lantai.
3. Transmisi Airbone/udara (mikrorganisme berukuran ≤ 5µ)
Terjadi karena penyebaran nucleus droplet melalui udara (residu partikel kecil
≤5, droplet yang menguap dan mengandung mikroorganisme yang tetap
bertahan di uadara selama periode waktu yang panjang) atau partikel debu yang
mengandung agen infeksi.
Mikroorganisme yang terbawa melalui cara ini dapat tersebar luas melalui
aliran udara dan terhisap oleh pejamu yang rentan, yang berada di ruangan yang
sama meskipun dalam jarak cukup jauh dari orang sumber, bergantung pada
faktor lingkungan.
Karena hal-hal tersebut maka penanganan dan ventilasi khusus (tekanan negatif,
exhaust fan dengan HEPA filter) diperlukan untuk mencegah penularan melalui
udara.

Pasien yang diduga mengalami penyakit infeksi dilakukan tatalaksana yang


mencegah terjadinya penularan pada ornag lain dan pada lingkungan, mulai dari area
front office, IGD, area penunjang (lab, radiologi), rawat inap ataupun farmasi.

BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Penempatan Pasien Immunocompromised


a. Tujuan
Untuk melindungi pasien yang mengalami imunitas rendah dari penularan
penyakit/mikroorganisme yang berasal dari pasien lain, petugas atau pengunjung.
b. Tata Laksana
Penempatan pasien dengan immunocompromised adalah sebagai berikut :
1) Penempatan pasien di ruang isolasi tekanan positif, dengan pintu harus selalu
tertutup ;
2) Tekanan positif terpantau:
3) Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan udara dari
dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara ke
ruangan isolasi sehingga udara isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar;
4) APD yang digunakan masker, sarung tangan apabila menangani darah dan cairan
tubuh pasien, alas kaki dan gaun;
5) Pembatasan pengunjung;
6) Bila tidak tersedia ruang isolasi tekanan positif, tempatkan pasien diruangan
tersndiri (single room);
7) Bila ruangan tersendiri tidak tersedia, komunikasikan dahulu dengan komite PPI
RSPB untuk penempatan pasien;
8) Setelah dan sebelum ruangan digunakan didekontaminasi dengan cairan klorin
0,005%;
9) Setelah pasien pulang, maka dilakukan pembersihan ruangan sebagai berikut:
 Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dan peralatan psien dengan klorin
0,05%;
 Buang semua sampah sesuai dengan ketentua;
 Ganti gordyn dan sampiran kotor dengan yang baru/bersih.

3.2. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Udara


a. Tujuan
Untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang berupa bintik
percikan di udara (airbone droplet nucleus, ukuran 5µm atau lebih kecil) atau partikel
debu yang berisi agen infeksi.
b. Tata laksana
Penempatan pasien untuk penularan melalui udara dengan cara :

1) Tempatkan pasien di ruang isolasi tekanan negatif dengan ventilasi alami;


2) Tekanan negatif yang terpantau;
3) Pergntian udara minimal 6-12 kali setiap jam;
4) Pergantian udara keluar yang memadai, atau bila tidak terpasang pada ruang
isolasi, gunakan filter udara tingkat tinggi termonitor sebelum udara beredar ke
seluruh rumah sakit;
5) Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalan ruangan;
6) Bila tidak ada ruang isolasi tekanan negatif, tempatkan pasien di ruangan
tersendiri (single room) dengan pntu selalu terutup, dan jendela terbuka ke area
luar rumah sakit, serta masuk sinar matahari;
7) Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah
dikonfirmasi secara terpisah di dalam ruangan atau bangsal dengan beberapa
tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedng di diagnosis
(kohorting). Bila ditempatkan dalam 1 ruangan, jarak antar tempat tidur harus
lebih dari 2 meter dan dianata tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik
seperti tirai atau sekat atau konsultasikan dulu dengan Komite Ppi sebelum
menempatkan pasien.
8) Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut di aliri udara bertekanan
negatif dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara
keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi tinggi (filter
HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah
sakit.
9) Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem penyaringan
udara partikulasi efisiensi tinggi, buat tekanan negatif di dalam ruang pasien
dengan memasang pendingin negatif di dalam ruangan pasien dengan
memasang pendingin ruangan atau kipas angin di jendela sedemikian rupa agar
aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus membuka keluar dan
tidak mengarah ke area publik. Uji untuk tekanan negatif dapat dilakukan
dengan menempatkan sedikit bedak tabur dibawah pintu dan amati apakah
terhisap ke dalam ruangan. Jika diperlukan, kipas angin tembahan di dalam
ruangan dapat meningkatkan aliran udara.
10) Jaga pintu tertutup setip saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya
tindakan pencegahan ini.
11) Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai;
12) Jangan masuk ruangan pasien yang diketahui atau diduga menderita campak
atau varisela bagi orang yang rentan terhadap infeksi tersebut;
13) Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya unuk hal-hal penting saja.
Bila pemindahan atau pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari
penyebaran droplet nucleus dengan memberi pasien masker bedah.

3.3. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Percikan


a. Tujuan
Untuk menghindari transmisi melalui percikan dimana transmisi percikan memerlukan
kontak yang dekat anatar sumber dan penrima, karena percikan besar tidak dapat
bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat.
b. Tata Laksana
1) Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi akif
organisme yang sama dan tidak ada infeksi lain;
2) Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara kohort dan bila
ruang untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah minimal 1 meter
antara pasien terinfeksi dengan pasien lain dan pengunjung;
3) Pakai masker bedah bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 1 meter dari
pasien;
4) Batasi pemindahan dan trnasport pasien hanya untuk keperluan mendesak. Bila
terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker bedah untk pasien.

3.4. Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Kontak


a. Tujuan
Untuk menimalkan penularan penyakit melalui kontak langsung atau kontak tak
langsung.
b. Tata Laksana
1) Tempatkan pasien di ruang tersendiri bila mungkin, bila tidak tersedia dapat
diletakkan di ruang umum dengan pasien sjenis.
2) Gunakan alat pelindung diri : sarung tangan dan harus diganti setelah menyentuh
bahan yang mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (misalnya
tinja atau cairan luka). Segera buka sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
dan kemudian harus cuci tangan sesuai dengan SPO cuci tangan.
3) Gunakan gaun pelindung yang bersih dan non steril bila diduga terjadi kontak
yang cukup rapat dengan pasien. Seegra lepas gaun sebelum meninggalkan
ruangan.
4) Untuk transport pasien, batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal
yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar kamar, usahakan tetap
melaksanakan kewaspadaan dengan menggunakan alat peiindung.
5) Untuk perawatan lingkungan, usahakan agar alat perawatan pasien, di sekitar
tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering tersentuh dibersihkan setiap
hari.
6) Peralatan perawatan pasien bila mungkin, gunakan peralatan pasien non kritis dan
peralatan seperti stetoskop, tensimeter, termometer rektal masing0masing satu
untuk satu atau sekelompok pasien kohort untuk menghindari pemakaian bersama.
Bila pemakaian bersama tidak dapat dihindari, peralatan tersebut harus selalu
dibersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai satu atau sekelompok pasien,

3.5. Penimbangan pada Saat Penempatan Pasien


a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan, misalnya
luka lebar dengan cairan yang merembes keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak,
misalnya luka dengan infeksi kuman gram positif.
c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area
tidak ada orang lalu lalang, misalnya pada TBC.
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airbone luas,
misalnya varicella.
e. kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak, gangguan
mental)
f. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan, dapat dilakukan sistem kohorting. Bila
pasien infeksi dicampur dengan pasien non infeksi, petugas dan pengunjung menjaga
kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.
Keluarga pendamping pasien di rumah sakit harus di edukasi oleh petugas agar
menjaga kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah
penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain. Kewaspadaan
seperti yang dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan.

3.6. Pilihan Kewaspadaan Standar Sebelum Diagnosis Pasti Ditegakkan


Gejala Klinis Patogen Potensial Jenis Kewaspadaan
Diare
 Diare akut, dengan Enteropatogen Penularan melalui kontak
kemungkinan infeksi
pada pasien yang
memakai popok atau
penderita
inkotinensia.
 Diare pada orang
dewasa yang baru Clostridium difficle Penularan melalui kontak
saja menggunakan
antibiotik.
Meningitis Nelsseria meningitidis Penularan melalui percikan
Ruam atau eksantem pada
umumnya, penyebab tidak
diketahui:
Nelsseria meningitidis Penularan melalui percikan
 Petekiae/ekimosis Penularan melalui udara
dengan demam Varisela dan kontak
 Vesikuler Rubella Penularan melalui udara
 Makulopapular dan (measless)
demam
Infeksi pernafasan
 Batuk, demam, Mycobacterium Penularan melalui udara
infiltrat lobus atas tuberculosis
paru pada pasien
HIV-seronegatif
(pasien dengan resiko
rendah HIV)
 Batuk, demam, Mycobacterium Penularan melalui udara
infiltrat di semua tuberculosis
bagian paru pada
pasien terinfeksi HIV
(pasien dengan risiko
tinggi HIV)
 Batuk paroksismal Bordetella pertusis Penularan melalui udara
atau batuk parah yang
terus menerus selama
pertusis aktif.
 Infeksi saluran nafas, Respiratory Penularan melalui udara

terutama bronkhiolitis synctial/virus

dan croup pada bayi parainfluenza

dan anak kecil


Risiko adanya
mikroorganisme yang kebal
terhadap berbagai obat
- Pernah terinfeksi atau - Bakteri resisten Penularan melalui kontak
terkontaminasi oleh
organisme yang kebal
terhadap berbagai
obat
- Infeksi kulit, luka - Bakteri resistem Penularan melalui kontak
atau saluran kemih
pada pasien yang baru
dirawat di rumah
sakit yang pernah
dijumpai organisme
kebal obat

Infeksi kulit atau luka Abses Staphylococcus aureus, Penularan melalui kontak
atau luka yang terbuka group A Streptococcus

3.7 Strategi Transportasi pasien dengan penyakit menular


a. Tujuan
Untuk meminimalkan penularan penyakit melalui kontak langsung atau kontak tak
langsung terhadap orang lain
b. Tata Laksana
1. Petugas kesehatan memastikan bahwa rute dan ruangan/unit kerja yang dituju dalam
kondisi siap
2. Semua petugas kesehatan memakai APD
3. Pasien disiapkan dan lakukan transportasi dengan cepat dan tepat

3.8 Pemulangan Pasien


a. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa penularan
b. bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena penyakit
menular melalui udara/airbone harus diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut
mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosa alternatif dibuat
atau hasil uji diagnosa menujukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit
tersebut. Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan
pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
c. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan infeksi yang diderita
pasien.
d. Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar harus dilakukan setelah pemulangan
pasien.

3.9 Pemulasaraan Jenazah


a. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien
yang meninggal akibat penyakit menular.
b. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
c. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus
sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
d. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
e. Segera pindahkan ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
f. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunkan APD.
g. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus
bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat
istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seseorang dengan penyakit menular
meninggal dunia.
h. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
i. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
j. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di pemulasaraan jenazah.

3.10 Tata Laksana Penempatan Pasien Penyakit Menular Di Area Front Office,
Poliklinik/IGD, Area Penunjang (Laboratorium, Radiologi), Farmasi, Rawat
Inap
a. Panduan penatalaksanaan pasien penyakit menular di area front office, klinik/IGD,
area penunjang (Lab, Radiologi) serta farmasi:
Pasien yang diduga mengalami infeksi dengan penularan melalui
batuk/bersin (transmisi droplet dan airbone) seperti TBC paru, influenza, cacar air,
campak dll yang berada di area front office, klinik/IGD, area penunjang (lab,
radiologi) serta farmasi:
1) Mendapat prioritas antrian awal dengan tujuan meminimalisir penyebaran
pathogen pada lingkungan padat pengunjung.
2) Penempatan dengan jarak >1 meter antar pasien untuk mengurangi dampak
transmisi droplet.
3) Mendapat edukasi etika batuk dan kebersihan tangan.
4) Difasilitasi/dihimbau menggunakan masker selama berada di area umum.
b. Panduan penempatan pasien penyakit menular di rawat inap disesuaikan dengan
jenis/sifat transmisi masing-masing mikroorganisme penyebabnya.

1) Hal umum
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang perawatan pasien penyakit menular
diantaranya:
a) Idealnya pasien ditempatkan pada ruang isolasi yang memiliki persyaratan
khusus.
b) Dalam kondisi jumlah arus masuk pasien infeksi melebihi kapasitas ruang
isolasi yang tersedia, maka diberlakukan kebijakan penempatan pasien
kohorting.
c) Metoda kohorting adalah bentuk pengelompokkan pasien dengan jenis
infeksi yang sama dirawat dalam satu ruangan yang sama. Caranya adalah
dengan menempatkan pasien dengan jarak antar tempat tidur minimal 1
meter. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan antar
pasien. Pasien lain tanpa pathogen yang sama dilarang masuk. Syarat
umum ruang kohorting sama dengan ruang isolasi.
d) Pasien dengam infeksi airbone yang tidak ditempatkan pada ruang isolasi
bertekanan negatif atau ruangan dengan system filtrasi HEPA, maka
diberlakukan kebijakan dan prosedur perawatan singkat/sementara yang
aman dari resiko penularan bagi lingkungan sampai pasien mendapat ruang
isolasi, kohorting atau alih rawat.
e) Dalam keadaan pasien mengalami kombinasi transmisi airbone dan lainnya
maka pasien ditempatkan di ruang isolasi airbone.
f) Pasien immunosupressed ditempatkan pada ruangan bertekanan netral
(negatif atau positif), tergantung ada tidaknya penyakit infeksius yang
menyertai.
3.11 Komponen Kewaspadaan Pencegahan Infeksi

Standar Kontak Droplet Airbone


Penempatan pasien Tempatkan diruang rawat terpisah, Tempatkan di ruang rawat terpisah, Tempatkan di ruang rawat terpisah :
bila tidak mungkin, kohorting. bila bila tidak mungkin, kohorting. Bila 1. Tekanan negatif
tidak mungkin, pertimbangkan tidak mungkin, buat pemisah dengan 2. Pertukaran udara 6-12x/jam
epidemiologi mikrobanya dan jarak > 1 meter antar tempat tidur 3. Pengeluaran udara tertitrasi
populasi pasien. Tempatkan dengan dan jarak dengan pegunjung. sebelum udara mengalir ke ruang
jarak >1 meter antar tempat tidur, jaga Pertahankan pintu terbuka, tidak atau tempat lain di RS.
agar tidak ada kontaminasi silang ke perlu penanganan khusus terhadap Usahakan pintu ruang pasien tertutup.
lingkungan dan pasien lain udara dan ventilasi. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien
dengan pasien lain yang mengidap
mikroba yang sama jangan dicampur
dengan infeksi lain (kohorting)
dengan jarak >2 meter.
Transport pasien Batasi gerak, transport pasien hanya Batasi gerak dan transportasi untuk Batasi gerak, transport pasien hanya
kalau perlu saja. Bila diperbolehkan batasi droplet dari pasien dengan kalau perlu saja. Bila perlu untuk
pasien keluar ruangan, perlu mengenakan masker pada pasien dan pemeriksaan, pasien dapatdiberi
kewaspadaan agar resiko minimal menerapkan etika batuk. masker bedah untuk mencegah
transmisi ke pasien lain atau penyebaran droplet nukleus.
lingkungan.
Cuci tangan Ya Ya Ya Ya
Sarung tangan Hanya jika akan Memakai sarung tangan bersih non Hanya jika akan menyentuh darah, Jika akan menyentuh darah, cairan
menyentuh darah, steril saat masuk ke ruang pasien. cairan tubuh dan benda yang tubuh dan benda yang terkontaminasi
cairan tubuh dan Ganti sarung tangan setelah kontak terkontaminasi. dan bila melakukan tindakan.
benda yang dengan bahan infeksius (feeces, cairan
terkontaminasi. drain). Lepaskan sarung tangan
sebelum keluar dari kamar dan cuci
tangan dengan antiseptik.
Masker Selama prosedur Selama prosedur yang memungkinkan Pakailah bila bekerja dalam radius 1 Disarankan kenakan masker respirator
yang kontaminasi dengan darah dan cairan meter terhadap pasien (kontak erat). (N95/ kategori N pada efisiensi 96%)
memungkinkan tubuh Masker seyogyanya melindungi saat masuk ke ruang pasien atau
kontaminasi hidung dan mulut dipakai saat suspek TB Paru. Orang yang rentan
dengan darah dan memasuki ruang rawat pasien seharusnya tidak boleh masuk ke
cairan tubuh dengan infeksi saluran nafas. ruang pasien yang diketahui atau
petugas yang telah imun. Bila terpaksa
harus masuk, maka harus mengenakan
masker respirator untuk pencegahan.
Orang telah pernah sakit campak atau
cacar air tidak perlu memakai masker.
Kacamata (googles) Selama prosedur Selama prosedur yang memungkinkan Bila melakukan tindakan dengan Bila melakukan tindakan dengan
yang kontaminasi dengan darah dan cairan kemungkinan timbul aerosol. kemungkinan timbul aerosol.
memungkinkan tubuh
kontaminasi
dengan darah dan
cairan tubuh
Gaun Selama prosedur Pakai gaun pelindung barsih dan tahan Bila melakukan tindakan dengan Bila melakukan tindakan dengan
yang air, saat masuk ke ruang pasien untuk kemungkinan timbul aerosol. kemungkinan timbul aerosol.
memungkinkan melindungi baju dari kontak dengan
kontaminasi pasien, permukaan lingkungan barang
dengan darah dan di ruang pasien, cairan diare pasien,
cairan tubuh. lieostomy, colostomy, luka tebuka.
Lepaskan gaun sebelum keluar
ruangan. Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan
pasien lain.
Peralatan untuk Bila memungkinkan peralatan non Tidak perlu penanganan udara secara Transmisi pada TB sesuai pedoam TB
perawatan pasien kritikal dipakai untuk 1 pasien atau khusus karena mikroba tidak CDC “Guldeline for Preventing of
pasien dengan infeksi mikroba yang bergerak. Tuberculosis in Heathcare Facilities”
sama. Bersihkan dan disinfektan
sebelum dipakai untuk pasien lain.
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Monitoring penempatan pasien dengan immunocompromised


2. Monitoring penempatan pasien dengan penyakit menular berdasarkan jenis transmisi.
3. Monitoring penempatan pasien di ruang isolasi tekanan negatif.
4. Pendokumentasian kegiatan pendidikan staf/petugas.

Kegiatan audit kepatuhan khusumya standar prosedur operasional untuk penempatan


pasien dengan penyakit immunocompromised dan penyakit menular ini dilakukan secara
periodik setiap tiga bulan. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh IPCN selanjutnya
dievaluasi dan dilaporkan kepada Komite PPI Rumah Sakit Umum Permata Bunda. Melalui
Komite PPIRS akan dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Permata Bunnda.

Anda mungkin juga menyukai