Anda di halaman 1dari 7

REKOMENDASI

PRCA (PRE CONSTRUCTION RISK ASSESSMENT)


PEMBANGUNAN GEDUNG UTAMA 3 LANTAI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK MIRIAM
1. PENDAHULUAN
Tim Pre Construction Risk Assessment - PCRA merupakan tim yang bertugas untuk mengkaji
risiko yang terkait dengan proyek konstruksi baru, renovasi maupun penghancuran (demolis).
Pengkajian risiko yang dilakukan sebelum dan selama proses pembangunan meliputi
pengkajian terkait dengan kualitas udara, pengendalian inspesi, utilitas, tingkat kebisingan,
getaran, bahan berbahaya dan beracun, pelayanan kedaruratan seperti kode-kode darurat dan
risiko lain yang akan mempengaruhi perawatan, penyembuhan dan pelayanan.Pengkajian
isiko terkait kegiatan renovasi atau pembangunan di Gedung 4 LT RSI “Aisyiyah Nganjuk
dilakukan oleh tim PCRA yang merupakan tim gabungan yang berasal dari Komite PPI,
Komite K3RS, PS, Sanitasi Lingkungan, bagian rumah tangga dan unit terkait lainnya, yang
turut berperan aktif dalam memberikan masukan berkaitan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi serta kesehatan dan keselamatan kerja mulai dari tahap perencanaan,
proses sampai sampai dengan finishing dengan melakukan kajian terhadap PCRA (Pre
Construction Risk Assessment) dan ICRA (Infection Control Risk Assessmen)t yang
dikeluarkan oleh Tim PCRA Gedung 4 LT RSI 'Aisyiyah Nganjuk pada setiap akan
melaksanakan konstruksi/renovasi bangunan.

2. TUJUAN
a. Mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yg didapat dan ditularkan di antara pasien,
staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, dan pengunjung yang ada di lingkungan
Gedung Utama “Anagata” Rumah Sakit Ibu dan Anak Miriam
b. Mengidentifikasi risiko yang terkait dengan keselamatan dan fasilitas yang ada di Gedung
Utama “Anagata” Rumah Sakit Ibu dan Anak Miriam
c. Mengidentifikasi jenis aktivitas dengan mempertimbangkan pasien, petugas kesehatan dan
resiko terhadap pengunjung.
3. ASESMEN KONTRUKSI
a. Penataan Alur
 Jalan dan pintu masuk diberi tanda petunjuk arah atau rambu rambu dan papan nama.
 Mudah terlihat dan tidak terhalang gampang dicari bagi setiap pengunjung dan
karyawan
 Jalan dan pintu keluar pintu keluar yang cukup untuk penyelamatan segera arah pintu
keluar diberi tanda yang jelas pintu harus bisa dibuka keluar tanda tanda pada pintu
harus bercahaya, supaya terlihat pada saat listrik padam pencapaian pintu keluar yang
tidak terhalang dan mudah dijangkau ukuran pintu keluar yang cukup sesuai dengan
kebutuhan ruangan yang apabila terjadi bahaya atau keadaan darurat pintu dalam
keadaan tidak terkunci -bahan bahan yang mudah terbakar tidak boleh didepan pintu.
b. Penanganan terhadap debu yang timbul
 Terhadap sumbernya isolasi sumber debu dengan cara , pemberian local exhauser
dan pemberian water sprayer pada cerobong asap.
 Pencegahan terhadap trasmisi memakai metode basah yaitu penyiraman lantai
pengeboran basah (wet drilling) dengan alat (scrubb-r electropresipirato- ventilasi
umum.
 Pencegahan terhadap tenaga kerja dan masyarakat rumah sakit, dengan
menggunakan pelinung diri (APD )
c. Penyiapan terhadap kondisi tempat kerja
Kondisi lantai harus cukup bersih ,teratur dan rapi bebas dari bahaya terpeleset
tersandung atau jatuh. Lantai tidak boleh banyak lobang sehingga mengganggu
transportasi pasien dan karyawan pada lantai kamar operasi dan laboratorium dipasang
lantai poxy atau vynyl agar tidak ada celah untuk kuman
d. Keselamatan pada petugas
 Menggunakan alat pelindung diri yang benar
 Penyimpanan APD yang benar
 Pemeliharaan APD yang baik
4. PERENCANAAN
Lokasi : Gedung Utama “Anagata” RSIA Miriam
Kegiatan sebagai berikut.
 Lantai 1 : Pelebaran Drof IGD, Perluasan IGD, Perubahan Ruang Pendaftaran,
Instalasi Farmasi, Kasir, Ruang RM aktif.
 Lantai 2 : Perluasan Kamar Operasi, Relokasi VK
 Lantai 3 : Tetap seperti konsep awal
5. ANALISIS ICRA
Aktifitas kontruksi bangunan berdasarkan
a. Tipe : .......
 Aktifitas membutuhkan waktu lebih dari satu kali jaga
 Mengganti sistem kabel secara lengkap
 Kontruksi baru
b. Kelompok Resiko : resiko Menengah-Tinggi
c. Level ICRA : Level IV
Tipe Proyek Pembangunan Gedung Utama RSIA Miriam termasuk ke dalam : Level
IV.
Dimana rekomendasi yang dapat disampaikan dan beberapa hal yang harus
diperhatikan serta dilakukan selama proses pembangunan berlangsung, adalah sebagai
berikut :
a. Jauhkan system HVAC dari area kerja untuk mencegah kontaminasi system
duktus.
b. Pasang penghalang debu (terpal atau triplek yang rapat) untuk menutup area
kerja dengan area non kerja sebelum melakukan konstruksi.
c. Jaga tekanan udara negative dalam area kerja dengan menggunakan HEPA.
d. Lakukan proses penutupan pada lubang-lubang seperti angin-angin yang ada
dilokasi proyek, untuk mencegah lolosnya debu dari lokasi proyek ke non lokasi
area proyek, juga saluran, pipa, celah dengan benar.
e. Bangun anteroom dan minta semua personil melewati anteroom sehingga
mereka bisa divakum menggunakan HEPA sebelum meninggalkan area kerja
atau mereka dapat memakai baju atau kain kertas yang menutupi yang dapat
diganti setiap mereka meninggalkan area kerja.
f. Semua personil yang memasuki area kerja diminta menggunakan pelindung
sepatu. Pelindung sepatu harus diganti setiap pekerja keluar area kerja
g. Jangan pindahkan penghalang debu dari area kerja sampai proses konstruksi di
inspeksi oleh Tim
h. Pindahkan material dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran
dan debu terkait konstruksi.
i. Pasang safety net dilokasi proyek atau kegiatan berlangsung, untuk aspek
keselamatan yang ada dilingkungan proyek dari kejatuhan material selama
proses pembangunan berlangsung.
j. Pergunakan alat perancah yang memenuhi standard keselamatan
k. Petugas proyek wajib menggunakan APD (Safety shoes, masker, safety glass
dan helmet selama beraktivitas dilokasi proyek.
l. Survei lapangan akan dilakukan oleh Tim ICRA saat pembangunan berlangsung,
saat post kontruksi untuk memantau kepatuhan pekerja terhadap rekomendasi
yang ditentukan serta akan dilakukan pemeriksaan kultur oleh petugas sanitasi
sebelum
m. Semua petugas proyek dilarang merokok selama melakukan aktivitas dan selama
berada dilingkungan Gedung Utama RSIA Miriam.
n. Semua petugas wajib menggunakan Identitas (ID Card) selama melakukan
aktivitas atau pekerjaan di lingkungan Gedung Utama RSIA Miriam.
o. Selama menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) konstraktor wajib
memiliki material safety data sheet (MSDS).
p. Jika melakukan kegiatan pengelasan (hot work), maka konstraktor wajib
menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) disamping kegiatan pengelasan
q. Jika dalam aktivitasnya terjadi kondisi darurat, seperti kebakaran, maka kode
yang berlaku di RSIA Miriam yaitu kode red atau dapat memadamkan api
dengan menggunakan APAR dengan teknis T-A-T-S (Tarik Arahkan Tekan dan
Sapukan).
r. Apabila dalam hal teknis, dimana membutuhkan hal hal yang berkaitan dengan
listrik dan air selama proses pembangunan, maka wajib menghubungi instalasi
sanitasi lingkungan (ISL) untuk air dan pemeliharaan sarana untuk listrik.
s. Apabila api tidak dapat dikendalikan dan tambah membesar, maka wajib
berjalan menuju ke lokasi titik kumpul yang ada di depan Gedung Utama RSIA
Miriam.
t. Tutup limbah konstruksi sebelum diangkut dalam wadah yang tertutup, Tutup
troly angkutan dengan rapat.
u. Pel basah lantai dan dinding dengan desinfektan Klorin 0,057.

No Kategori Nama Daerah Potensial Risiko


1 Selatan Bangunan bekas TPA RSB debu
Miriam
2 Utara Kawasan Ruko Jl. Jend. Ahmad Bising,debu, getaran
Yani
3 Barat Jl. Jend. Ahmad Yani Bising,debu, getaran
4 Timur Rumah Yayasan Bising, debu.
Ketentuan Tambahan :

1. Memastikan ada SDM dan peralatan untuk kebersihan lingkungan termasuk pel
untuk debu, pel basah, sapu, ember, dan sikat debu terutama untuk membersihkan
debu dari lantai dan area yang dihuni
2. Memastikan barrier dengan area kerja disekitar area kontruksi melingkupi area
secara keseluruhan sampai area langit-langit menggunakan barier yang disegel
dengan ketat.
3. Segera bersihkan debu hasil konstruksi yang terlihat di luar area konstruksi.
4. Konstruksi barier dan penutup sementara di atas langit-langit harus mencegah
debu menyebar.
5. Pembuangan serpihan bangunan harus pada kontainer tertutup.
6. Tentukan rute alternatif untuk lalu lalang orang di sekitar lokasi pembangunan.
7. Tentukan rute dan pintu masuk khusus untuk pekerja konstruksi dan bahan
material/ sampah.
8. Tentukan area penyimpanan material dan pengumpulan sampah.

6. KESIMPULAN.
Pembangunan Gedung Utama RSIA Miriam bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan
potensi Risiko Infeksi bagi petugas, pasien dan lingkungan Gedung Utama RSIA Miriam.
7. PENUTUP
Demikian rekomendasi dari Tim PCRA Gedung Utama RSIA Miriam yang dapat
disampaikan dan agar menjadi perhatian utama sebelum dilakukan proses pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai