Anda di halaman 1dari 5

SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)

DI LINGKUNGAN KERJA

OLEH :
Debby Dwinanda
2013201093

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2022
Nama : Debby Dwinanda
Nim : 2013201093

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di tempat kerja dan proses
penerapan sesuai sistem manajemen k3.
Jawaban :
Dinas pemuda olahraga dan pariwisata merupakan salah satu instansi pemerintah yang
bergerak serta terjun langsung ke lapangan. Serta yang mengkoordinasikan para atlet muda
untuk menunjukan kemampuan di ajang kompetensi daerah maupun nasional dan internasional
oleh karena itu dispora menjadi salah satu instasi yang memerlukan sistem manajemen k3 baik
itu untuk pegawainya maupun para atlet yang akan bertanding, contoh dalam mengurangi
cedera para atlet, SOP keselamatan apabila terjadi kecelakaan, peletakan APAR pada posisi
yang mudah dijangkau apabila terjadi kebakaran. Berikut merupakan sistem manajemen k3 dan
proses penerapan dilingkungan kerja.
SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Wajib Menerapkan
Telah diatur didalam PP Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya. Kewajiban penerapan SMK3 berlaku bagi perusahaan yang:
1. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
2. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Tujuan SMK3
1. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Manfaat mempelajari Sistem Manajemen K3
Secara umum:
1. Membangun kepedulian terhadap Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja;
2. Memahami persyaratan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
PP NO. 50 TAHUN 2012; dan
3. Mampu menyiapkan, melaksanakan, dan memelihara Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (SMK3) PP NO. 50 TAHUN 2012.
Organisasi/ Perusahaan
SMK3 merupakan sebuah sistem yang membantu organisasi untuk:
1. Mengurangi risiko kecelakaan kerja;
2. Meningkatkan kinerja K3 organisasi;
3. Berpikir dan bertindak proaktif;
4. Memenuhi kepatuhan (hukum);
5. Melibatkan semua pekerja untuk berkontribusi;
6. Sistem penyempurnaan berkelanjutan.
Proses penerapan smk3 di lingkungan kerja
Agar keselamatan pekerja terjamin, maka terdapat beberapa tips yang dapat Anda terapkan di
tempat kerja. Adapun 5 (lima) tips untuk menjamin keselamatan kerja di tempat kerja adalah
sebagai berikut:
1. Patuhi prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bukan hanya diaplikasikan pada perusahaan
yang memiliki risiko kecelakaan tinggi saja. Perusahaan dengan risiko kecelakaan rendah pun
harus memperhatikan dan menerapkan standar keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Bahkan perusahaan dengan sektor jasa diwajibkan untuk melindungi pekerja, keluarga pekerja,
dan orang lain yang juga terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Adapun tujuan K3 dalam lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
2. Menjaga status kesehatan para pekerja pada kondisi yang optimal
3. Menciptakan sistem kerja yang aman
4. Mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupun materil akibat terjadinya
kecelakaan kerja
5. Melakukan pengendalian terhadap risiko yang ada di tempat kerja

2. Lakukan perawatan dan pemeliharaan alat kerja secara rutin


Perawatan dan pemeliharaan peralatan kerja sangatlah penting untuk dijadwalkan secara rutin.
Selain bertujuan untuk efisiensi usia mesin, peralatan kerja yang terawat dengan baik akan
menjamin keselamatan dan keamanan bagi para pekerja yang akan menggunakannya.
Kerusakaan peralatan kerja seperti mesin-mesin produksi kerap terjadi karena buruknya
perawatan. Dengan membuat catatan penggunaan mesin dan memantau aktivitas
operasionalnya secara rutin, maka setiap kegiatan yang berhubungan dengan produksi tidak
akan terganggu produktivitasnya.
3. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, adapun lokasi-lokasi pekerjaan yang
wajib mengenakan APD di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tempat kerja dengan peralatan atau instalasi yang berbahaya dan dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran maupun ledakan
2. Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah
terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah
3. Pekerjaan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
gedung atau bangunan lainnya termasuk juga bangunan perairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah
4. Pekerjaan pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengelolaan
kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan
5. Pekerjaan pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi atau
mineral baik yang dilakukan di permukaan, di dalam, maupun di dasar perairan
6. Pekerjaan pengangkutan barang, binatang dan manusia yang dilakukan di daratan,
melalui terowongan, permukaan air, di dalam air, maupun di udara
7. Pekerjaan bongkar muat barang di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara,
dan gudang
8. Pekerjaan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air
9. Pekerjaan pada ketinggian layaknya di bidang konstruksi bangunan gedung bertingkat
10. Pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah
11. Pekerjaan yang memiliki risiko tertimbun tanah, kejatuhan, terjatuh, hanyut atau
terpelanting
12. Pekerjaan dalam ruang terbatas seperti tangki, sumur, atau lubang
13. Pekerjaan yang memiliki risiko terkena kotoran, api, asap, gas, sinar atau radiasi, suara
atau getaran
14. Pekerjaan pembuangan atau pemusnahan limbah dan sampah
15. Pekerjaan di bidang pemancaran dan penyiaran televisi, radio, atau telepon
16. Pekerjaan di bidang pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat berat, dan
17. Pekerjaan yang menggunakan peralatan atau instalasi listrik dan mekanik
Adapun Alat Pelindung Diri yang wajib dikenakan saat memasuki area kerja seperti yang telah
disebutkan di atas antara lain adalah sebagai berikut:
1. Alat pelindung kepala, yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan atau
kejatuhan benda tajam dan keras
2. Alat pelindung wajah, yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan
bahan kimia berbahaya maupun paparan partikel-partikel yang melayang di udara
3. Alat pelindung telinga, yang berfungsi untuk melindungi telinga terhadap kebisingan
atau tekanan suara yang berisiko merusak pendengaran
4. Alat pelindung pernapasan, yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dari
bahan kimia, mikro-organisme, maupun partikel kecil lainnya seperti debu, asap, dan
gas beracun
5. Alat pelindung tangan, yang berfungsi untuk melindungi tangan maupun jari-jari dari
panas api, radiasi, bahan kimia, dan lainnya, dan
6. Alat pelindung kaki, yang berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau benturan
benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan berbahaya, dan lainnya

4. Ikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi profesional


Kompetensi merupakan suatu hal yang dikaitkan dengan kemampuan, pengetahuan/wawasan,
dan sikap yang dijadikan suatu pedoman dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang
dikerjakan oleh seorang pekerja.
Dalam hal ini, mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga harus relevan terhadap
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi juga dapat menyiapkan
pekerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional sehingga mereka siap
untuk memberikan kontribusinya sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

5. Penuhi persyaratan keandalan bangunan gedung


Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
setiap pekerjaannya. Salah satu cara untuk menjami keselamatan seseorang saat ia sedang
bekerja di dalam bangunan gedung adalah dengan dilakukannya penilaian keandalan bangunan
gedung.
Bukti bahwa bangunan gedung telah andal dan laik secara fungsi dapat ditunjukkan dengan
terbitnya Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Sertifikat ini diterbitkan oleh pemerintah daerah atas
bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan teknis
sesuai fungsi bangunan berdasar hasil pemeriksaan dari instansi maupun penyedia jasa SLF.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa dengan dimilikinya SLF, maka bangunan gedung
yang digunakan sebagai tempat beraktivitasnya manusia telah terjamin keamanannya.
Menerapkan prosedur keselamatan kerja di tempat kerja cukup penting bagi moral, legalitas,
dan finansial sebuah perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menjadi tempat
bekerja memiliki kewajiban dalam memastikan kesehatan, keselamatan, dan keamanan
pekerjanya.

Anda mungkin juga menyukai