Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga
Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PERMENAKER NO.5 TAHUN 2018).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yang selanjutnya disebut


dengan K3 Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui pengendalian
Lingkungan Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja
(PERMENAKER NO.5 TAHUN 2018).

Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana Tenaga Kerja bekerja atau yang sering dimasuki Tenaga Kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan Tempat Kerja tersebut
(PERMENAKER NO.5 TAHUN 2018).

Kecelakaan dapat dicegah dengan cara menghilangkan penyebab dari


kecelakaan tersebut. Penyebab kecelakaan kerja, dapat diketahui dengan cara
mengidentifikasi kondisi suatu lingkungan pekerjaan melalui pemeriksaan
atau kajian dan disimpulkan telah menunjukkan melampaui batas aman, atau
disebut juga bahaya (Heriyanto, 2008).

Bahaya juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memiliki potensi
mengakibatkan terjadinya kerusakan atau cedera. Sumber bahaya (hazard) yang
teridentifikasi, harus dikendalikan ke tingkat yang memadai agar tercipta suatu
kondisi aman (safe). Pengendalian tersebut dilakukan dengan cara, mengukur
kemungkinan kerugian yang akan timbul jika sumber bahaya terjadi, atau
disebut juga resiko (Heriyanto, 2008).

2. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Salah satu standar Siste`m Manajemen K3 yang banyak dikenal di Indonesia
adalah OHSAS (Occupational Health and Safety Management Systems) 18001
yang diterbitkan oleh BSI (British Standards Institutions) dengan badan-badan
sertifikasi dunia pada tahun 1999. Indonesia juga memiliki Sistem Manajemen K3
yang sejenis, yaitu Permenaker 05/Men/1996 dibawah tanggung jawab Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan sertifikasi dilakukan oleh Sucofindo (Kania
Astri, 2009).

Menurut Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya  tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.

Manajemen resiko dalam Sistem Manajemen K3, OHSAS 18001 maupun


Permenaker 05/Men/1996, adalah berupa pengelolaan resiko. Organisasi atau
perusahaan dapat menerapkan metode pengelolaan atau penge`ndalian resiko
apapun sejauh metode tersebut dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
memilih prioritas resiko dan mengendalikan resiko dengan melakukan
pendekatan jangka pendek dan jangka panjang (Suardi, 2005). Konsep K3
harus diterapkan pada industri untuk mencapai kondisi aman. Konsep
ini disebut juga Safe Project Execution (Heriyanto, 2008).

Menurut Suardi (2005), suatu organisasi atau industri sering mengalami


kesulitan dalam menentukan bahaya. Hal ini disebabkan begitu banyak
kegiatan-kegiatan yang harus diidentifikasi. Cara sederhana untuk
memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja
berdasarkan kelompok, seperti :
1. Kegiatan-kegiatannya (seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data)
2. Lokasi (kantor, gudang, lapangan)
3. Aturan-aturan (pekerja kantor, atau bagian elektrik)
4. Fungsi atau proses produksi (administrasi, pembakaran,
pembersihan,
penerimaan, finishing). Aktivitas – aktivitas lainnya yang bisa digunakan
dalam mengidentifikasi bahaya, antara lain :
1. Berkonsultasi dengan pekerja. Memberikan beberapa pertanyaan
tentang berbagai masalah yang mereka temukan, keadaan terkena
bahaya dan kecelakaan kerja yang tidak terdokumentasi.
2. Konsultasi dengan tim K3.
3. Mempertimbangkan :
a. Bagaimana pekerja menggunakan peralatan dan material
b. Bagaimana kesesuaian peralatan tersebut yang digunakan pada aktivitas-
aktivitas dan lokasinya
c. Bagaimana pekerja dapat terluka baik secara langsung maupun
tidak
langsung oleh berbagai aspek tempat kerja
4. Melakukan safety audit.
5. Pengujian, bagian dari perusahaan atau peralatan kerja dan kebisingan.
6. Evaluasi teknis dan keilmuan.
7. Menganalisis rekaman dan data, seperti insiden keluhan pekerja, dan
tingkat penyakit.
8. Informasi dari desainer, konsumen, supplier, dan organisasi-organisasi
seperti serikat pekerja, KADIN dan sebagainya.
9. Pemantauan lingkungan dan kesehatan.
10. Survei yang dilakukan pada pekerja.

Jeynes (2000) menjelaskan bahwa identifikasi keadaan yang tidak aman pada
industri atau usaha kecil dan menengah dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa bahaya dan resiko terhadap kesehatan
yang
signifikan. Bahaya dan resiko tersebut adalah :
 Penanganan bahan
 Tingkat kebisingan
 Tingkat pencahayaan
 Suhu
 Kualitas udara
 Penggunaan komputer dan unit visual lain
 Mikroorganisme dan kontaminan pada udara
 Radiasi
 Penggunaan bahan kimia dan unsur lain
 Penggunaan material dan serat
 Merokok
 Organisasi kerja

Tujuan dari adanya SMK3 ini yaitu guna untuk mengurangi atau
menurunkan resiko kecelakaan kerja yang kerap terjadi pada sebuah
industri dan menurunkan angka kecelakaan kerja. Berbagai upaya-
upaya yang dilakukan untuk pencegahan bahaya yang mungkin terjadi
antara lain:
a) Upaya pencegahan terhadap bahaya listrik
- Setiap instalasi dan alat listrik diamankan dengan pemutus
arus listrik atau sekering otomatis;
- Perkabelan listrik harus dipasang sebaik mungkin sehingga
mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan;
- Adanya apapn peringatan pada daerah dengan tegangan tinggi
- Kabel yang terletak didekat alat yang beroperasi dengan suhu
tinggi harus dipasang dengan tingkat keamanan dan isolasi
yang baik;
- Pemasangan penangkal petir pada bangunan dan alat yang
menjulang tinggi.
b) Upaya pencegahan terhadap kebakaran
Kebakaran dapat disebabkan dari beberapa hal salah satunya
adalah terjadinya hubunga arus pendek atau konsleting listri yang
dapat memicu kebakaran dan beberapa proses lainnya yang
menggunakan panas dapat memicu terjadinya kebakaran pada
suatu pabrik salah satunya adalah unit penghasil uap ( boiler)
dimana menggunakan bahan bakar yang dapat memicu kebakaran
apabila terjadi pengendalian yang tidak sesuai. Dari beberapa
kemungkinan diatas maka dalam suatu pabrik perlu dilakukannya
upaya pencegahan dan penanggulangan pada bahaya kebakaran
dengan car:
- Pemasangan alarm kebakaran pada unit proses atau
laboratorium;
- Menyediakan mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di
pos yang siap siaga;
- Bahan-bahan yang dapat memicu kebakaran disimpan pada
tempat yang dikontrol secara teratur
- Penyediaan APAR disetiap bangunan
- Penyediaan detektor kebakaran seperti smoke detector, gas
detector dan alaram kebakaran (Peraturan Ketenagakerjaan No.
Per/02/Men/1983)
- Panel indikator kebakaran yang dapat mengendalikan kerja
sistem yang terletak pada ruang operator (Peraturan
Ketenagakerjaan No. Per/02/Men/1983)

c) Penyediaan klinik di lokasi pabrik


Klinik yang tersedia di lokasi pabrik yaitu berfungsi sebagai
tempat pertolongan pertama pada kecelakaan kerja seperti
menghirup gsd beracun, luka bakar dan lain sebagainya. Apabila
cidera dianggap serius maka pasien/pekerja akan dilarikan
kerumah sakit.

d) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai standar pad saat
bekerja sangat dinajurkan bahkan diwajibkan pada suatu pabrik.
Penggunaan APD ini merupakan suau upaya yang dilakukan untuk
melindungi pekerja dari potensi bahaya yang kemungkinan akan
teradi pada saat melakukan pekerjaan. Alat pelindung diru (APD)
yang digunakan beserta fungsinya sebagai berikut:

No Alat Pelindung Diri Fungsi

1. Safety helmet Melindungi kepala dari


benda jatuh ataupun alat
yang dapat melukai kepala

2. Sarung tangan Melindungi tangan dari


potensi bahaya seperti
terkena tumpahan bahan
kimia berbahaya dan benda
panas

3. Safety shoes Melindungi kaki dari benda


berat atau tumpahan bahan
kimia dan benda panas yang
ada pada suatu proses

4. Safety glasses Untuk melindungi mata dari


percikan bahan kimia
ataupun melindungi mata
pada saat proses pengelasan

5. Ear plug Melindungi telinga dari


kebisingan pada saat berada
di area proses dengan tingkat
kebisingan yang tinggi

6. Masker/respirator Melndungi dari kemungkinan


terhirupya udara kotor dan
gas beracun.

7. Safety harness Melindungi pekerja apabila


bekerja di ketinggian

8. Baju pelindung Melindungi tubuh dari


berbagai bahan berbahaya
pada saat bekerja

9. Rompi safety Agar pekerja dapat saling


mengetahui di kondisi gelap.

3. Proses Produksi Bioetanol

Bioetanol merupakan hasil fermentasi suatu mengandung gula baik berupa


glukosa, fruktosa maupun sukrosa difermentasi dengan menggunakan ragi (yeast)
salah satunya yaitu Sccharomyces Cerevisiae. Pada proses fermentasi dimana gula
akan dikonversi menjadi etanol dan gas karbondioksida bahan yang mengandung
gula. Dimana pada proses pembentukan bioetanol bahan yang.

Proses pembentukan bioetanol dari bahan baku jagung dimulai dari persiapan
bahan baku yaitu untuk memperkecil ukuran dari biji jagung dengan
menggunakan crusher dan screening. Setelah proses pengecilan ukuran maka
dilanjutkan dengan proses pencampuran tepung jagung dan air hangat pada
mixing tank dengan penmabhan sedikit enzim alfa amylase dan asam untuk
menjaga Ph agar tetap pada kondisi optimum. Setelah proses mixing yang
menghasilkan slurry maka dilanjutkan dengan proses pemasakan slurry dimana
pada proses ini menggunakan cooker dengan suhu 100 0C dan dari proses ini
menghasilkan mash. Setelah proses cooker maka mash diturunkan suhu nya
dengan menggunakan cooler hingga mencapai suhu 850C.

Setelah proses pendinginan maka mash akan diumpankan kedalam liquifikasi tank
untuk mengubah pati menjadi dekstrin yang lebih sederhana. Pada proses ini
menggunakan suhu 850C dengan tekanan 1 atm dan proses terjadi selama 45
menit. Pada proses ini ditambahkan enzim alfa amylase untuk mengkonversi pati
menjadi dextrin dengan persentase 95%. Setelah proses liquifikasi yang
mengubah pati menjadi dekstrin yang masih dalam bentuk gula kompleks maka
disederhanakan lagi dalam proses sakarifikasi desngan menggunakan enzim gluco
amylase yang memutus rantai cabang untuk mengubah dekstrin menjadi glukosa
agar pada proses fermentasi lebih mudah untuk dikonversi menjadi etanol. Pada
proses sakarifikasi menggunakan suhu operasi yaitu 60 0 C dengan tekanan 1 atm
dan waktu 60 menit.

Setelah proses ini maka dilanjutkan dengan proses fermentasi untuk mengubah
glukosa menjadi etanol dengan bantuan mikroorganisme yaitu saccharomyces
cereviseae dengan suhu operasi yaitu 320C dengan lama 48 jam dan Ph dijaga
tetap asam dengan cara pemnambahan asam sulfat yang ditambahkan langsung
melalui tanki penampung dan tekanan 1 atm.

Setelah 48 jam pembentukan bioetanol pada tanki fermentor maka etanol yang
dihasilkan dimurnikan terlebih dahulu untuk dipisahkan dengan pengotornya
menggunakan proses distilasi. Pada proses ini suhu yang digunakan yaitu titik
didih dari etanol yaitu 80-820C dengan hasil bawah berupa slude (padatan) yang
disebut degan DDGS akan dioalh kembali untuK pakan ternak dan by product
yaitu CO2 yang akan diolah dan dijadikan CO2 cair.

K3 Pada Industri Bioetanol

Industri etanol merupakan salah satu industri yang dapat dikatakan meiliki tingkat
keamanan yang tinggi, meskipun terdapat beberapa masalah keamanan yang
masih terjadi pada industri tersebut maka perlu diambil langkah pertama yang
tepat untuk mencegah kecelakaan kerja yang kerap terjadi. Langkah awal yang
dapat diterapkan yaitu dengan mengembangkan keamanan manual internal.
Keamanan manual ini akan bertindak sebagai panduan penentapan program
keamanan efektif untuk meminimalisir cidera pekerja.

Rekomendasi keamanan yang dapat diterapkan pada industri etanol yaitu sebagai
berikut:

1. Manual keamanan pabrik sebaiknya meliputi dugaan keamanan dasar,


memaksakan syarat dan prosedur operasional kritis lain, termasuk:
o Tanda pengenal
o Pintu masuk yang dibatasi
o Penggunaan perlengkapan keselamatan personil
o Tindakan darurat
o Rintangan komunikasi (hak pegawai untuk tahu)
o Pekerjaan dengan barang yang panas
o Pengamanan pernapasan
o Pengamanan dari kejatuhan
o Isu manajemen lainnya yang berhubungan dengan fasilitas
2. Adanya pelatihan untuk pegawai baru sebelum dipekerjaan yaitu mengenai
tentang program keamanan, dugaan keamanan dan tanggung jawab pekerja
saat terjadi bahaya.
3. Pemahaman mengenai bahaya yang ada di pabrik dan fungsi dari setiap
alat keamanan yang digunakan.
4. Semua pekerja wajb tahu dimana bisa mendapatkan MSDS dan dapat
memahaminya dengan baik.
5. Mengadakan pelatihan penggunaan perlengkapan keselamatan yang tepat.
6. Melakukan simulasi untuk keadaan darurat dan evakuasi serta
penyelamatan.
7. Menyediakan MSDS dan informasi bahan berbahaya yang ada di pabrik

Untuk menghindari ketidaksesuaian dalam bekerja perlu adanya kondisi dan


material yang harus dihindari selama proses produksi berlangsung. Kondisi yang
harus dihindari tersebut yaitu suhu tinggi, percikan api, nyala api, penambahan
tenaga listrik statis, dan sumber nyala api lainnya. Material atau bahan yang harus
dihindari yaitu adanya material pengoksidasi (CHS Inc Material Safety Data
Sheet, 2003).

Menurut Farizi (2006) faktor-faktor utama yang harus diperhatikan didalam


ergonomika yaitu kebisingan, suhu, cahaya, sirkulasi udara, kelembaban, bau-
bauan dan ruang posisi kerja. Kondisi lingkungan yang sesuai dalam bekerja
adalah kondisi dengan suhu yang baik atau suhu optimal lingkungan. Suhu
optimal yang aman untuk digunakan dalam bekerja yaitu pada suhu 24-27°C.
Proses produksi bioetanol banyak melibatkan panas antara lain pada proses
cooking, distilasi, liquifikasi dan sakarifikasi.

Tabel x. Efek kontak antara komponen bioetanol dan organ tubuh

Organ Efek pada kesehatan


Kulit  Memerah
 Gatal-gatal
 Radang
Kontak pada kulit dapat menyebabkan efek bahaya pada bagian
tubuh lain
Mata  Rasa sakit
 Memerah
 Radang komjungtiva
Jika dalam jangka waktu lama dan terjadi berulang kali akan
semakin parah.
Pernapasan  Berbahaya dihirup dalam konentrasi tinggi
 Terjadi penurunan pada sistem saraf pusat
 Gejala yang terjadi antara lain sakit kepala, perasaan
terlalu senang, hilang kesadaran, pusing, bingung,
mengantuk, pandangan buram, kelelahan, kejang, koma,
susah bernafas bahkan meninggal
Pencernaan  Iritasi pada mulut, tenggorokan dan lambung
 Gejala yang muncul adalah rasa sakit, mual, muntah dan
diare
 Penyerapan kedalam paru-paru dapat mengakibatkan
radang dan kerusakan paru-paru
Sumber : Flint Hills Resources Material Safety Data Sheet. (Mei 2007 : 3)

Bahaya lain yang harus diperhatikan pada industri bioetanol antara lain:

a) Kebisingan
Merupakan suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
pendengaran termasuk suara yang tidak beraturan yang berasal dari
pengoperasian alat yang dapat mengganggu konsentrasi bahkan
membahayakan telinga. Kebisingan ini dapat diatasi dengan cara
mereduksi sumber suara maupun menggunakan ear plug pada penerima
suara. Kebisingan tingkat rendah dalam industri bioetanol yaitu berasal
dari pengoperasian kompresor, crusher, proses cooking, distilasi dan pipa
pembuangan steam (Farizi, 2006).
b) Penglihatan
Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penglihatan.
Dengan kurangnya cahaya pada area kerja dapat mengganggu penglihatan
pada sekitar area dan dapat menyebabkan kecelakaan. Cahaya yang cukup
sangat dibutuhkan pada saat melakukan pekerjaan yang memerlukan
persepsi secara visual, seperti membaca ukura pada alat. Pencahayaan
yang berlebihan pun tidak dinjurkan karena dapat menyebabkan
penglihatan menjadi silau dan penglihatan yang kurang jelas. Pencahayaan
yang terlalu berlebihan pun dapat menyebabkan kelelahan pada mata dan
tidak berefek baik.

c) Aroma
Bau-bauan yang bersifat polusi udara pada proses produksi bioetanol
banyak ditemukan pada fermentor, terutama pada saat pengeluaran
drain. Sirkulasi udara yang baik dapat mengatasi masalah polusi dan suhu
yang ada pada proses produksi. (Farizi, 2006)

d) Ketinggian
Bahaya yang sering terjadi pada suatu industri yaitu terjatuh dari
ketinggian. Beberapa kasus terjatuh karena tidak adanya pengaman yang
digunakan pada saat menaiki tangki seperti tangki fermentasi, pemasakan,
dan lain-lain.

Identifikasi Hazardous Material Process


Explosive

Toxic

Irritant
Flamable

Corrosive

Radioactive
Oxidizing

Komponen Penanganan
Urea Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup, jauh
dari sumber panas,
oksidator kuat, serta air.
  Storage berbentuk silinder
untuk menampung gas
ammonia bertekanan
tinggi. Temperature
storage tidak melebihi
52°C
Penyimpanan tidak boleh
dilakukan dalam silo,
karena dapat menyebabkan
gypsum menempel ada
 dinding silo. Sirkulasi
udara pada storage
diperlukan untuk menjaga
ambang batas debu pada
udara
Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup,
kering, dan sirkulasi udara
  yang cukup. Jauh dari
sumber panas, asam kuat,
basa kuat, dan senyawa
pengoksidasi.
Asam sulfat Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup,
kering, dan sirkulasi udara
  yang cukup. Jauh dari
sumber panas, material
mudah terbakar, senyawa
alkali, oksidator, amina,
dan basa.
Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup,
 kering, dan sirkulasi udara
yang cukup. Jauh dari
sumber panas dan senyawa
pengoksidasi
Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup,
kering, dan sirkulasi udara
yang cukup. Jauh dari air,
asam, dan basa

H2O Penyimpanan dilakukan
pada tempat tertutup
dengan suhu standar, jauh
dari asam, dan basa.

Identifikasi Hazard Equipment Process

No Peralatan Alat Pelindung Diri


.
1 Mixer - Safety helm
- Respirator
- Sarung tangan
- Safety Shoes
- Ear plug
2 Cooker - Safety helm
- Sarung tangan/Gloves
- Masker/Respirator
- Safety Shoes
- Ear plug
3 Reactor - Safety helm
- Masker/Respirator
- Safety Shoes
- Ear plug
- Sarung tangan
4 Distilation - Safety helm
- Masker/Respirator
- Safety Shoes
- Ear plug
5 Crusher - Safety helm
- Masker/Respirator
- Safety Shoes
- Ear plug
6 Screening - Safety helm
- Respirator
- Ear plug
- Safety shoes

https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf

Suwardi dan Daryanto. 2018. Pedoman Praktis K3LH. Gava Media. Yogyakarta
Rudi Suardi ( 2005 ) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Jakarta :
penerbit PPM

Anda mungkin juga menyukai