Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI I

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN KARBOHIDRAT

Disusun oleh :
WIDDY PANGESTU
1804277075

Dosen Pembimbing :

Siti Rahma, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Jawa Barat 45353
2020
PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN KARBOHIDRAT

A. Tujuan Praktikum

1. Uji pendahuluan karbohidrat


2. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi

B. Teori
Karbohidrat merupakan senyawa organik dengan moleku besar terdiri dari atom
carbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), dengan rumus umum Cm( H2O)n. Karbohidrat
merupakan nutrisi penting dalam makanan. Selama fotosintesis karbohidrat terbentuk dari
karbondioksida dan air dengan adanya klorofil dan sinar matahari. Dalam tubuh manusia
karbohidrat terbentuk melalui reaksi yang terjadi dari beberapa asam amino dan gliserol
. Karbohidrat yang berasal dari makanan kita sehari-hari, dalam tubuh mengalami
perubahan atau metabolism. Hasil metabolism karbohidrat antara lain yaitu Glukosa yang
terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan
digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Energi yang terkandung
dalam karbohidrat itu pada dasarnya berasal dari energi matahari, yaitu glukosa yang
dibentuk dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam
daun. Dan selanjutnya glukosa yang terjadi di ubah menjadi amilum dan disimpan dalam
bagian lain, misalnya pada buah, dan umbi-umbian.
Karbohidrat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Monosakarida atau gula sederhana, yaitu karbohidrat paling sederhana sehingga
tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat jenis lain. Yang termasuk
monosakarida: Glukosa, fruktosa, galaktosa
2. Oligosakarida, yaitu karbohidrat yang terbentuk dari 2-10 monosakarida saling
berikatan. Contoh
 Oligosakarida dengan 2 monosakarida: sukrosa, maltoa, laktosa
 Oligosakarida dengan 3 monosakarida: rafinosa, maltotriosa
3. Polisakarida, yaitu karbohidrat yang terbentuk lebih dari 10 monosakarida.
Contoh polisakarida: amilum, amilosa, glikogen.
Berdasarkan strukturnya karbohidrat digolongkan menjadi monosakarida
oligosakarida, atau polisakarida. Ketiga golongan karbohidrat ini berkaitan satu dengan
lainnya lewat hidrolisis. Monosakarida (kadang disebut gula sederhana) ialah karbohidrat
yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Polisakarida
mengandung banyak unit monosakarida, ratusan bahkan ribuan. Oligosakarida mengandung
sekurang-kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang
bertautan (Hart Harold et al, 2003)

Untuk uji Kualitatif pada karbohidrat digunakan beberapa pereaksi :


1. Uji Molish
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji
Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari
Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin
ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut
dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan
dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan
atau hanya membentuk lapisan. (Lehninger, 1982, hal : 312)
2. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa.
Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley Rossiter
Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati dan studi di
University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University untuk
mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological Chemistry.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka
fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium
carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate
pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter. Untuk mengetahui
adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan
dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi
biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat
(kandungan glukosa tinggi).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian
rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa
juga tidak bersifat pereduksi.
3. Uji Tollens
Pereaksi tollens merupakan pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk
mengoksidasi gugus aldehid., -CHO menjadi asam karboksilat, –COOH. Senyawa-
senyawa yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui uji tollens adalah
foemalin, asetaldehid dan glukosa.
Uji tollens ini dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa yang mengandung
gugus karbonil, senyawa karbonil ini berupa aldehid, -CHO jika gugus karbonilnya
terletak di ujung (atom C nomor 1), dan dapat berupa keton –CO- jika gugus karbonil
berada ditengah rantai C. karna sifat pengoksidasinya lemah, maka tollen tidak dapat
mengoksidasi senyawa keton.
4. Uji Fehling
Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan
dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa
tartarat). Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida,
laktosa, maltosa), Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada
sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat.
5. Uji Iodium
Uji pati-iodium berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu polisakarida yang
menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati
dengan iodium mengahasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur,
glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membantuk warna
merah coklat. (Sumardjo, 2006)
Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan
warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada
tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna
biru tua pada kompleks tersebut (Fessenden, 1986).
Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih
bening. Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan
berwarna ungu didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati
pada saat pemanasan. Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini disebabkan
karena proses hidrolisis pati yang tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari
butir-butir
amilum (Diwan, 2012).

Pemerian Sampel

1. Glukosa (FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)

Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih,
tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alcohol

2. Laktosa (FI III hal. 338)

Pemerian : Serbuk atau hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P,
dan dalam eter P.
3. Sukrosa (Farmakope Indonesia IV hal 762, Handbook of Pharmaceutical Excipient
edisi 6 hal 704).

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
medidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform
dan dalam eter.

4. Amilum

Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih tidak


berbau, tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95 %.

C. Bahan dan Alat


- Glukosa, sukrosa, laktosa, amilum
- Pereaksi molish
- Pereaksi benedict’s
- Pereaksi Tollen’s
- Larutan Iodin
- Spatel
- Tabung reaksi
- Beaker glass

D. Prosedur kerja

Uji pendahuluan karbohidrat

 Dalam pemeriksaan golongan karbohidrat ini, lakukan uji pendahuluan pada


glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum, dengan melakukan uji organoleptik
meliputi warna, bau dan rasa.

 Lakukan uji kelarutan glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum, yaitu dengan
memasukkan 1 gram karbohidrat ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5 ml
aquades dingin dan panas kemudian kocok perlahan. Amati kelarutannya

Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi molish

 Ambil sedikit zat uji karbohidrat ( glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum) asing-
masing masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D.

 Tambahkan masing-masing 5 ml aquades kocok sampai larut.

 Masukkan masing-masing 5 tetes pereaksi molish ke dalam tabung reaksi A,B,C


dan D

 Panaskan di dalam waterbath mendidih

 Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi molish terjadi
perubahan warna menjadi cincin berwarna ungu.

Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Fehling


 Ambil sedikit zat uji, masukkan ke dalam tabung reaksi tambahka 5 tetes pereaksi
fehling A dan 5 tetes pereaksi fehling B

 Panaskan di atas waterbath

 Glukosa dan laktosa akan berwarna merah, sedangkan sukrosa dan amilum
berwarna biru

Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Benedict’s

 Ambil sedikit zat uji karbohidrat ( glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum) asing-
masing masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D.

 Tambahkan masing-masing 5 ml aquades kocok sampai larut.

 Masukkan masing-masing 5 tetes pereaksi benedict’s ke dalam tabung reaksi


A,B,C dan D

 Panaskan di dalam waterbath mendidih

 Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion tembaga dari pereaksi benedict’s
terjadi perubahan warna menjadi merah bata .

Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Tollen’s

 Ambil sedikit zat uji karbohidrat ( glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum) asing-
masing masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D.

 Tambahkan masing-masing 5 ml aquades kocok sampai larut.

 Masukkan masing-masing 5 tetes pereaksi Tollen’s ke dalam tabung reaksi


A,B,C dan D

 Panaskan di dalam waterbath mendidih

 Tabung reaksi A dan B akan mereduksi ion perak dari pereaksi tollen’s dan
terjadi perubahan warna menjadi silver.

Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Iodin


 Ambil sedikit zat uji karbohidrat ( glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum) asing-
masing masukkan ke dalam tabung reaksi A,B,C dan D.

 Tambahkan masing-masing 5 ml aquades kocok sampai larut.

 Masukkan masing-masing 5 tetes larutan iodin dalam tabung reaksi A,B,C dan
D

 Panaskan di dalam waterbath mendidih

 Iodin akan mereduksi amilum menjadi senyawa kompleks Iodin-amilum dan


berubah warna menjadi biru.
E. Hasil Pengamatan

1. Uji Pendahuluan Karbohidrat


 Uji Organoleptik

Sampel Hasil

Glukosa Warna : putih

Bau : tidak berbau

Rasa : manis

Sukrosa Warna : putih

Bau : tidak bau

Rasa: manis

Laktosa Warna : putih, kekuningan

Bau : tidak berbau

Rasa : manis

Amilum Warna : putih

Bau : tidak berburu

Rasa : manis
 Uji Kelarutan

Aquadest dingin Aquadest Panas

Sampel Pelarut Hasil

Glukosa Aquadest dingin Larut

Aquadest panas Larut

Laktosa Aquadest dingin Larut

Aquadest panas Larut

Sukrosa Aquadest dingin Larut

Aquadest panas Larut

Amilum Aquadest dingin Tidak larut

Aquadest panas Larut

2. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Molish


Sampel Hasil

Glukosa -

Sukrosa Ungu

Laktosa -

Amilum Ungu

3. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Fehling

Sampel Hasil

Glukosa Merah Bata

Sukrosa Biru

Laktosa Merah coklat

Amilum Biru

4. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Benedict


Sampel Hasil

Glukosa Hijau Kekuningan

Sukrosa Merah

Laktosa Merah bata

Amilum Merah

5. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Tollen’s

Sampel Hasil

Glukosa Kecoklatan

Sukrosa Orange

Laktosa Pink orange

Amilum Silver

6. Identifikasi karbohidrat dengan pereaksi Iodin


Sampel Hasil

Glukosa Biru

Sukrosa -

Laktosa -

Amilum Biru

F. Pembahasan
Pada praktikum Uji Identifikasi Senyawa Karbohidrat kami menggunakan glukosa,
laktosa, sukrosa, amilum sebagai sampel dengan beberapa pereaksi yaitu : Molish, Fehling,
Benedict, Tollens, Iodin.
Uji Pendahluan Karbohidrat terdiri dari Uji Organoleptik dan Uji Kelarutan. Pada Uji
organoleptik menggunakan sampel karbohidrat A,B,C,D yang kemudian diamati dari bau,
warna dan rasanya.
Hasil pengamatan sesuai dengan literatur yakni glukosa berwarna putih, tidak berbau,
rasa manis, Sukrosa berwarna putih, tidak berbau, rasa manis, Laktosan berwarna putih
kekuningan, tidak berbau, rasa manis, Amilum berwarna putih, tidak berbau, rasa manis.
Selanjutnya untuk Uji kelarutan dengan melarutkan sampel A,B,C,D masing-masing
sebanyak 1 gram dengan 5ml aquadest, lalu amati kelarutannya.
Hasil Pengamatan sesuai dengan literatur yakni Glukosa, Laktosa, Sukrosa larut
dalam aquadest dingin dan panas sedangkan Amilum tidak larut dalam aquadest dingin.
Pada uji molish, pertama-tama ambil sedikit karbohidrat A,B,C,D ke dalam tabung
reaksi kemudian larutkan dengan 5 ml aquadest lalu 5 tetes peraksi molish, panaskan di
waterbath lalu amati.
Prinsip dari uji molisch ini adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat dan
alfa naftol yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dimana asam sulfat
berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Uji positif
dari uji ini adalah terbentuknya cincin berwarna ungu. Uji molisch ini sendiri adalah untuk
menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel, jadi semua sampel yang mengandung
karbohidrat hasil ujinya positif
Hasil pengamatan sukrosa dan amilum berwarna ungu ini menunjukan adanya
karbohidrat dalam sampel tersebut.
Pada Uji Fehling, pertama memasukan ambil sedikit karbohidrat A,B,C,D ke dalam
tabung reaksi, kemudian larutkan dengan air 5 ml dan 5 tetes pereaksi fehling A dan 5 tetes
pereaksi fehling B. Masukkan ke dalam air yang mendidih, amati hingga perubahan warna.
Hasil pengamatan glukosa berwarna merah bata, sukrosa berwarna merah coklat,
Laktosa dan amilum berwarna biru. Sehingga hasil percobaan tersebut dinyatakan sesuai
dengan literatur.
Pada uji benedict, pertama-tama ambil sedikit karbohidrat A,B,C,D ke dalam tabung
reaksi kemudian larutkan dengan 5 ml aquadest lalu 5 tetes peraksi benedict, panaskan di
waterbath lalu amati.
Uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Hasil pengamatan
glukosa berwarna hijau kekuningan, Sukrosa berwarna merah, Laktosa berwarna merah bata,
Amilum berwarna merah.
Hasil percobaan sesuai karena karena uji benedict positif ditandai dengan
terbentuknya warna hijau, kuning, atau merah bata, bergantung pada konsentrasi karbohidrat.
Pada Uji Tollens, pertama ambil sedikit karbohidrat A,B,C,D ke dalam tabung reaksi,
kemudian larutkan dengan air 5 ml dan 5 tetes pereaksi tollens. Masukkan ke dalam air yang
mendidih, amati hingga perubahan warna.
Hasil pengamatan didapat hanya Amilum yang berwarna Silver Hasil tidak sesuai
dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung perak nitrat akan bereaksi positif
dengan karbohidrat yang diujikan (glukosa, laktosa, sukrosa dan amilum) dan setelah
dipanaskan karbohidrat yang diuji akan mereduksi Ag2+ menjadi Ag+ dan menghasilkan
endapan yang menempel pada dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak
terjadi pada semua sampe; karena bisa saja kami melakukan kesalahan pada saat proses
pembuatan larutan ini sehingga tidak terbentuk cermin perak.
Pada Uji Iodin, pertama ambil sedikit karbohidrat A,B,C,D ke dalam tabung reaksi,
kemudian larutkan dengan air 5 ml dan 5 tetes pereaksi Iodin. Masukkan ke dalam air yang
mendidih, amati hingga perubahan warna.
Hasil Pengamatan Glukosa dan Amilum berwarna biru sedangkan Sukrosa dan
Laktosa tidak berubah warna. Bila suatu senyawa/larutan dipanaskan dan diberi iodium
menjadi biru, maka senyawa itu adalah polisakarida. Apabila senyawa itu dipanaskan
membentuk koloid, yang jika ditambah iodium, warna menjadi bening (tidak berwarna) hal
ini menandakan bahwa polisakarida itu telah terhidrolisis sempurna menghasilkan glukosa
(monosakarida).

G. Kesimpulan
1. Dalam uji molisch, sampel,sukrosa dan amilum terjadi reaksi positif warna ungu.
2. Dalam uji fehling Hasil pengamatan glukosa berwarna merah bata, sukrosa berwarna
merah coklat, Laktosa dan amilum berwarna biru. Sehingga hasil percobaan tersebut
dinyatakan sesuai dengan literatur.
3. Dalam uji benedict, Hasil percobaan sesuai karena karena uji benedict positif
ditandai dengan terbentuknya warna hijau, kuning, atau merah bata, bergantung
pada konsentrasi karbohidrat
4. Dalam uji Tollens, hanya Amilum yang menunjukan warna silver.
5. Dalam uji iodium, Glukosa dan Amilum berwarna biru sedangkan Sukrosa dan
Laktosa tidak berubah warna.

DAFTAR PUSTAKA
 Anonim.2010. Uji Fehling.
http://monruw.wordpress.com/2010/03/12/uji_fehling/ . Diakses tanggal 1 juni
2014.
 Anonim. 2012. Gula Reduksi dan Metode Deteksinya.
http://bisakimia.com/2012/11/24/gula-reduksi-dan-metode-deteksinya/ .
Diakses tanggal 1 juni 2014.
 Rohmawati, Ria.2015.Laporan Uji Karbohidrat –
Biokimia.https://www.slideshare.net/RiaRohmawati/laporan-uji-
karbohidrat-biokimia (diakses pada tanggal 28 juli 2020)
 Anonim.2008.Preformulasi
Infus.http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/preformulasi-
infus.html (diakses pada tanggal 28 juli 2020)
 A. Puspita, “LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOKIMIA_IDENTIFIKASI.” .
 “Uji identifikasi karbohidrat#edisi reaksi kimia percobaan,” pp. 3–6.
 D. R. Febrianti and R. M. Sari, “Analisis Kualitatif Formalin Pada Ikan
Tongkol Yang Dijual Di Pasar Lama Banjarmasin,” vol. 03, no. 02, pp. 64–68,
2016.
 B. A. B. Ii and T. Pustaka, “BAB II TINJAUAN PUSTAKA,” pp. 4–26, 2007.
 S. dan D. N. Rahmah, “Buku_praktikum_kimia_farmasi_I.”

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai