Anda di halaman 1dari 11

Nama : Zahirah Khairunnisa

NIM : CB191110771
Prodi : Administrasi Bisnis
Mata Kuliah : Manajemen Sumber daya Manusia
Dosen : Dickdick Sodikin SE., MM
Tugas Review Chapter 9
PENGELOLAAN KESEHATAN, KEAMANAN, DAN STRES

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja biasa disingkat K3 adalah suatu


upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang Kesehatan,
Keselamatan dan Keamanan Kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

Melalui pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja ini


diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencermaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Jadi, pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja dapat


meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Peran K3 ini, antara lain sebagai berikut:


1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya,
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, karena sebelumnya sudah ada tindakan
antisipatif dari perusahaan.

Hal.2
Kata Kunci : Pengertian K3 dan Peran K3.
Tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, tepatnya BAB III tentang syarat-syarat K3, yaitu:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurahi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembapan, debu, kotoran, asap, gas, uap, hembudan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10.Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11.Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12.Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13.Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
14.Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
15.Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16.Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
17.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Hal.3
Kata Kunci : Syarat K3.

Jadi, berdasarkan syarat-syarat keselamatan kerja diatas, dapat disimpulkan


bahwa tujuan K3, antara lain sbb:
1. Untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja-pekerja bebas.
2. Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan, mempertinggi
efisiensi dan daya produktivitas kerja, serta meningkatkan kegairahan dan
kenikmatan kerja.

Pada tahun 1908 parlemen Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang


ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement Staatsblad No. 406 tahun
1910. Kemudian pemerintah Kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk
hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja
yang diatur secara terpisah berdasarkan masing masing sektor ekonomi.

Karena pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih dalam masa


peralihan, maka aspek K3 belum menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari
masalah kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, roda ekonomi nasional baru mulai
dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.

K3 baru diperhatikan sekitar tahun 1970 seiring dengan semakin ramainya


investasi modal dan mengapdosian teknologi industry nasional (manufaktur).
Akhirnya pemerintah melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan
termasuk pengaturan masalah K3, yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamtan Kerja.

Hal. 4
Kata Kunci : Tujuan K3 dan Sejarah K3.

Pengenalan Bahaya pada Area Kerja


Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja di
perusahaan/industri, manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena
musibah, namun sebenarnya setiap kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor
baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, yaitu :

Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)


1. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
2. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
3. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
4. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)


1. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman,
bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
2. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi
atau pertukaran udara, bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata
ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).

Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:


1. Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
2. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan, maka kecelakaan
dapat dicegah.
Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?
1. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar
tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau
diperbaiki.
2. Dieleminasi/diisolasi, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar
tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada
mesin diberi tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
3. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis,
misalnya memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi,
memasang alat-alat kontrol dsb.

Hal. 5
Kata Kunci : Faktor Kecelakaan, Alasan Pencegahan Kecelakaan, dan
Mengatasi Lingkungan Yang Tidak Aman.

Pakaian Pengaman
Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:
1. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang
mungkin ada.
2. Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya harus
yang paling minim.
3. Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat diterima.
4. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang
terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
5. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk
panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi
seharusnya tidak dipakai.
6. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel panas
terkait di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
7. Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas dan
karenanya overall katun adalah yang paling banyak digunakan sebagai
pakaian kerja.
8. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang mempunyai
kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena mereka itu dapat dimakan
mesin, dan akan menyebabkan kecelakaan jika para pekerja tetap
memakainya. Jam tangan dan cincin menambah masalah pada bahan kimia
dan panas dengan berhenti menghilangkan bahaya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pakaian kerja:


1. Kenakan pakaian yang tahan terhadap api, tertutup rapat, dan
berkancingkan.
2. Kenakan katun atau wol dan sebagainya guna menghindari bahan buatan
yang mudah terbakar baik baju atas maupun baju bawah.

Hal.6
Kata Kunci : Syarat Pakaian Perlindungan dan Pakaian Kerja.

3. Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi, sabuk
dapat dengan mudah mengait putaran mesin.
4. Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan
permukaan ketika bekerja di atas tonggak atau penyangga dan sebagainya.

Pakaian Kerja
1. Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betul–betul cocok sehingga merasa
senang dalam pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan
kancing yang menonjol yang dapat menyebabkan kerusakan pada
kendaraaan pada waktu bekerja.
2. Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu
tertutup, kecuali terpaksa benar.
3. Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan
kotoran pada pakaian Anda akan mengotori kendaraan.

Sepatu Kerja
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau
alas kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan
sejenisnya lebih memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda.
Dianjurkan memakai sepatu bot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin
serta berkulit keras.

Sarung Tangan
Pada waktu mengangkat benda-benda berat atau memindahkan pipa buang yang
panas dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada
suatu peraturan khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan
pemeliharaan biasa.

Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar mesin
dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung
tangan pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan
jangan dipakai.

Hal. 7
Kata Kunci : Pakaian Kerja, Sepatu Kerja, dan Sarung Tangan.
Alat-alat Pelindung Anggota Badan
Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:

➢ Alat pelindung mata


Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari
debu.

➢ Alat pelindung kepala


Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang
berputar, misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga
rambut terlilit oleh putaran bor atau rambut terkena percikan api.

➢ Alat pelindung telinga


Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga
penahan bising dari letupan-letupan.

➢ Alat pelindung hidung


Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas
beracun.

➢ Alat pelindung tangan


Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan
kebutuhannya, antara lain:
1. Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya
tidak meleset.
2. Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungi tangan
terhadap bahaya panas.
3. Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-
benda tajam pada saat mengangkat suatu barang.
4. Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan
logam, seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah
tangan dari bahaya pembakaran asam atau kepedasan cairan.

Hal. 8
Kata Kunci : Alat Pelindung Anggota Badan.

➢ Alat pelindung kaki


Untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia.
Terdapat dua jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya
sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet
digunakan untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak
terpeleset dan jatuh.

➢ Alat pelindung badan


Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan
terhindar dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas.
Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan
melindungi tangan dari sinar api.

Stres Kerja

Pengertian stres kerja


Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat
memengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.

Jika seorang karyawan mengalami stres yang terlalu besar, maka akan
mengganggu kemampuan seseorang tersebut untuk menghadapi lingkungan dan
pekerjaannya Handoko (dalam Hariyono, W. dkk., 2009: 193).

Menurut Greenberg (dalam Setiyana, V. Y. 2013: 384) stres kerja adalah


konstruk yang sangat sulit didefinisikan, stres dalam pekerjaan terjadi pada
seseorang, di mana seseorang berlari dari masalah, sejak beberapa pekerja
membawa tingkat pekerjaan pada kecenderungan stres, stres kerja sebagai
kombinasi antara sumber-sumber stres pada pekerjaan, karakteristik individual,
dan stresor di luar organisasi.

Hal. 9
Kata Kunci : Alat Pelindung Anggota Badan dan Stress Kerja.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah


kondisi ketegangan yang menyebabkan menciptakan adanya ketidakseimbangan
kondisi fisik, dan psikis pada karyawan yang bersumber dari individu maupun
organisasi sehingga berpengaruh pada fisik, psikologis, perilaku karyawan.

Faktor penyebab stres kerja


Menurut Gibson (dalam Hermita, 2011 :19), ada empat faktor penyebab
terjadinya stres. Stres terjadi akibat dari adanya tekananan (Stressor) di tempat
kerja, stressor tersebut yaitu:
1. Stresor Lingkungan Fisik berupa sinar, kebisingan, temperatur dan udara
yang kotor.
2. Stresor Individu berupa konflik peranan, kepaksaan peranan, beban kerja,
tanggung jawab terhadap orang lain, ketiadaan kemajuan karir, dan
rancangan pengembangan karir.
3. Stresor Kelompok berupa hubungan yang buruk dengan rekan sejawat,
bawahan danatasan.
4. Stresor Keorganisasian berupa ketiadaan partisipasi, struktur organisasi,
tingkat jabatan, dan ketiadaan kebijaksanaan yang jelas.

Adapun pendapat lain dari Hasibuan (2000:201) menyebutkan faktor-faktor yang


menjadi penyebab stres kerja adalah:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau dengan kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.

Hal. 10
Kata Kunci : Pengertian Stress Kerja dan Faktor Penyebab Stress kerja.

Aspek-aspek stres kerja


Menurut Luthans (dalam Setiyana, V.Y., 2013: 385) seseorang yang mengalami
stres pada pekerjaan akan menimbulkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek,
yaitu:
1. Physiology (fisiologi), masalah kesehatan fisik mencakup: masalah sistem
kekebalan tubuh seperti terdapat pengurangan kemampuan untuk melawan
rasa sakit dan infeksi, masalah sistem kardiovaskular seperti tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung, masalah sistem muskulosketal (otot dan rangka)
seperti sakit kepala dan sakit punggung, masalah sistem gastrointestinal
(perut) seperti diare dan sembelit.
2. Psychology (psikologikal), ditandai dengan: ketidakpuasan hubungan kerja,
tegang, gelisah, cemas, depresi, kebosanan, mudah marah, hingga sampai
pada tindakan agresif seperti sabotase, agresi antar pribadi, permusuhan dan
22 keluhan.
3. Behavior (tingkah laku) memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada
produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera
makan, meningkatnya konsumsi rokok, alkohol dan obat-obatan, dan susah
tidur.

Dampak dari stres kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut


Robbins (dalam Michael A: 6) sebagai berikut:
1. Gejala Fisiologis, bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam
metabolisme, meningkatkan laju detak jantung, dan pernapasan,
menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung.
2. Gejala Psikologis, stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat
menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja. Dan dalam bekerja muncul
ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, konsentrasi berkurang
dan menunda-nunda pekerjaan. Gejala Perilaku, mencakup perubahan
dalam kebiasaan hidup, gelisah, merokok, nafsu makan berlebihan, dan
gangguan tidur.

Hal. 11
Kata Kunci : Aspek Stress Kerja dan Dampak Stress Kerja.

Cox dalam Retyaningyas (dalam Fauji, H. 2013 :19) membagi menjadi 5 efek
dari stres kerja yaitu:
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan,
depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali dan emosi, penghargaan diri
yang rendah dan gugup, kesepian.
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol,
penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan atau merokok berlebihan,
perilaku impulsif, tertawa gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk
akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap
kritik, hambatan mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar,
panas dan dingin.
5. Organisasi, berupa angka absensi, omzet, produktivitas rendah, terasing dari
mitra kerja, serta komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja
dapat memberikan beberapa efek pada gejala fisik, perilaku, maupun psikologi.
Sehingga perlu adanya beberapa upaya yang harus dilakukan oleh sebuah
organisasi atau instansi untuk menghindari atau mengurangi tingkat stress pada
karyawan.

Selain sumber stres di atas Thomas H.Holmes dan Richard H. Rahe dalam Jurnal
of Psychosomatic Research (1967:213) menekankan bahwa individu yang
mengalami beban antara 150 mempunyai kesehatan yang baik, skor 150-300
diperkirakan 50% akan mendapat penyakit yang serius, dan pada skor 300 lebih
mempunyai kemungkinan 70% terserang penyakit gawat ke depan. Lebih lanjut
ia mengatakan hanya pribadi yang memiliki ketabahan akan menghadapi beban
dengan kategori:
1. Percaya bahwa masalah yang dihadapi dapat dikendalikan.
2. Menerima kejadian sebagai realita hidup, karena harus bertanggung jawab
atas semua kejadian.
3. Memerlukan perubahan perilaku sebagai jawaban atas masalah yang
dihadapi.

Hal. 12
Kata Kunci : Efek Stress dan Stress Kerja.

Kejadian Kehidupan Sebagai sumber Stres


Nilai Rata-rata
Hal. 13 dan 14
Kata Kunci : Data Kejadian Kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai