Anda di halaman 1dari 14

CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJEMEN
SUMBER DAYA
MANUSIA

9
Revisi: 00/2019
Hal. 1 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

CHAPTER 9
PENGELOLAAN KESEHATAN, KEAMANAN, DAN STRES

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang
pengelolaan kesehatan, keamanan, dan stres.

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja biasa disingkat K3 adalah suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Melalui pelaksanaan
Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja ini diharapkan tercipta tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencermaran lingkungan sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan Kesehatan,
Keselamatan dan Keamanan Kerja dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Berdasarkan pengertian Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja di atas, kita dapat
menarik kesimpulan mengenai peran K3. Peran K3 ini, antara lain sebagai berikut:
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya, dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipatif dari perusahaan.

Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja atau K3 ini dibuat tentu mempunyai
tujuan. Tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, tepatnya BAB III tentang syarat-syarat K3, yaitu:

Hal. 2 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurahi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan,
debu, kotoran, asap, gas, uap, hembudan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Hal. 3 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Jadi, berdasarkan syarat-syarat keselamatan kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa


tujuan K3, antara lain sbb:
1. Untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani,
nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja-pekerja bebas.
2. Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja,
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mempertinggi efisiensi dan daya
produktivitas kerja, serta meningkatkan kegairahan dan kenikmatan kerja.

Di Indonesia K3 sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Pada tahun 1908
parlemen Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan
penerbitan Veiligheids Reglement Staatsblad No. 406 tahun 1910. Kemudian pemerintah
Kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan
bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-
masing sektor ekonomi.

Karena pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih dalam masa peralihan,
maka aspek K3 belum menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari masalah
kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, roda ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh
pemerintah dan swasta nasional.

K3 baru diperhatikan sekitar tahun 1970 seiring dengan semakin ramainya investasi
modal dan mengapdosian teknologi industry nasional (manufaktur). Akhirnya pemerintah
melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan termasuk pengaturan masalah K3,
yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja.

Pengenalan Bahaya pada Area Kerja


Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja di perusahaan/industri,
manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya
setiap kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama, yaitu:

Hal. 4 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)


1. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
2. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
3. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
4. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)


1. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman, bising dan
alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
2. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi atau
pertukaran udara, bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/
kebersihan dan lain-lain)

Apakah kecelakaan dapat dicegah?


Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang merugikan itu dapat dicegah? Pada
prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
1. Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
2. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan, maka kecelakaan dapat
dicegah.

Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?


1. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
2. Dieleminasi/diisolasi, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi tutup/
pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
3. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat kontrol
dsb.

Hal. 5 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang saksama
terhadap lingkungan kerja.

Pakaian Pengaman
Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:
1. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang mungkin ada.
2. Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya harus yang
paling minim.
3. Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat diterima.
4. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang terlalu
lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
5. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk panas dan
suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi seharusnya tidak
dipakai.
6. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel panas terkait di
celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
7. Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas dan karenanya
overall katun adalah yang paling banyak digunakan sebagai pakaian kerja.
8. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang mempunyai kemungkinan
besar menimbulkan bahaya karena mereka itu dapat dimakan mesin, dan akan
menyebabkan kecelakaan jika para pekerja tetap memakainya. Jam tangan dan cincin
menambah masalah pada bahan kimia dan panas dengan berhenti menghilangkan
bahaya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pakaian kerja:


1. Kenakan pakaian yang tahan terhadap api, tertutup rapat, dan berkancingkan.
2. Kenakan katun atau wol dan sebagainya guna menghindari bahan buatan yang mudah
terbakar baik baju atas maupun baju bawah.

Hal. 6 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

3. Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi, sabuk dapat dengan
mudah mengait putaran mesin.
4. Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan permukaan ketika
bekerja di atas tonggak atau penyangga dan sebagainya.

Pakaian Kerja
1. Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betul–betul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
2. Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu tertutup,
kecuali terpaksa benar.
3. Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan kotoran pada
pakaian Anda akan mengotori kendaraan.

Sepatu Kerja
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas
kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya lebih
memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan memakai
sepatu bot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit keras.

Sarung Tangan
Pada waktu mengangkat benda-benda berat atau memindahkan pipa buang yang panas
dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu peraturan
khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan biasa.
Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar mesin
dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung tangan
pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan jangan dipakai.

Hal. 7 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Alat-alat Pelindung Anggota Badan


Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:

Alat pelindung mata


Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.

Alat pelindung kepala


Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang berputar,
misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh
putaran bor atau rambut terkena percikan api.

Alat pelindung telinga


Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga penahan bising
dari letupan-letupan.

Alat pelindung hidung


Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun.

Alat pelindung tangan


Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya, antara
lain:
1. Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak meleset.
2. Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya
panas.
3. Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam
pada saat mengangkat suatu barang.
4. Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti
vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran
asam atau kepedasan cairan.

Hal. 8 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Alat pelindung kaki


untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua
jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya dibagian
ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan untuk menginjak permukaan
yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.

Alat pelindung badan


Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar dari
percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju yang panjang akan melindungi tangan dari sinar api.

Stres Kerja
Pengertian stres kerja
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat memengaruhi kesehatan
fisik manusia tersebut. Stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam
lingkungan kita sendiri. Pengertian lain menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Jika
seorang karyawan mengalami stres yang terlalu besar, maka akan mengganggu
kemampuan seseorang tersebut untuk menghadapi lingkungan dan pekerjaannya
Handoko (dalam Hariyono, W. dkk., 2009: 193). Menurut Gibson Ivancevich (dalam
Hermita, 2011: 17) “Stres sebagai suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perdebatan
individual dan/ atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan
(lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau
fisik yang berlebihan terhadap seseorang”. Menurut Greenberg (dalam Setiyana, V. Y.
2013: 384) stres kerja adalah konstruk yang sangat sulit didefinisikan, stres dalam
pekerjaan terjadi pada seseorang, di mana seseorang berlari dari masalah, sejak
beberapa pekerja membawa tingkat pekerjaan pada kecenderungan stres, stres kerja

Hal. 9 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

sebagai kombinasi antara sumber-sumber stres pada pekerjaan, karakteristik individual,


dan stresor di luar organisasi.

Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya


ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
kondisi seorang karyawan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres
kerja adalah kondisi ketegangan yang menyebabkan menciptakan adanya
ketidakseimbangan kondisi fisik, dan psikis pada karyawan yang bersumber dari individu
maupun organisasi sehingga berpengaruh pada fisik, psikologis, perilaku karyawan.

Faktor penyebab stres kerja


Menurut Gibson (dalam Hermita, 2011 :19), ada empat faktor penyebab terjadinya stres.
Stres terjadi akibat dari adanya tekananan (Stressor) di tempat kerja, stressor tersebut
yaitu:
1. Stresor Lingkungan Fisik berupa sinar, kebisingan, temperatur dan udara yang kotor.
2. Stresor Individu berupa konflik peranan, kepaksaan peranan, beban kerja, tanggung
jawab terhadap orang lain, ketiadaan kemajuan karir, dan rancangan pengembangan
karir.
3. Stresor Kelompok berupa hubungan yang buruk dengan rekan sejawat, bawahan dan
atasan.
4. Stresor Keorganisasian berupa ketiadaan partisipasi, struktur organisasi, tingkat
jabatan, dan ketiadaan kebijaksanaan yang jelas.

Adapun pendapat lain dari Hasibuan (2000:201) menyebutkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab stres kerja adalah:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau dengan kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.

Hal. 10 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain.

Aspek-aspek stres kerja


Menurut Luthans (dalam Setiyana, V.Y., 2013: 385) seseorang yang mengalami stres
pada pekerjaan akan menimbulkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu: Physiology,
Psychology dan Behavior:
1. Physiology (fisiologi), masalah kesehatan fisik mencakup: masalah sistem kekebalan
tubuh seperti terdapat pengurangan kemampuan untuk melawan rasa sakit dan infeksi,
masalah sistem kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung,
masalah sistem muskulosketal (otot dan rangka) seperti sakit kepala dan sakit
punggung, masalah sistem gastrointestinal (perut) seperti diare dan sembelit.
2. Psychology (psikologikal), ditandai dengan: ketidakpuasan hubungan kerja, tegang,
gelisah, cemas, depresi, kebosanan, mudah marah, hingga sampai pada tindakan
agresif seperti sabotase, agresi antar pribadi, permusuhan dan 22 keluhan.
3. Behavior (tingkah laku) memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok, alkohol dan obat-obatan, dan susah tidur.

Dampak dari stres kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut Robbins (dalam
Michael A: 6) sebagai berikut:
1. Gejala Fisiologis, bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan laju detak jantung, dan pernapasan, menimbulkan sakit kepala, dan
menyebabkan serangan jantung.
2. Gejala Psikologis, stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan
ketidakpuasan dalam bekerja. Dan dalam bekerja muncul ketegangan, kecemasan,
mudah marah, kebosanan, konsentrasi berkurang dan menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku, mencakup perubahan dalam kebiasaan hidup, gelisah, merokok, nafsu
makan berlebihan, dan gangguan tidur.

Hal. 11 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Cox dalam Retyaningyas (dalam Fauji, H. 2013 :19) membagi menjadi 5 efek dari stres
kerja yaitu:
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi,
keletihan, frustasi, kehilangan kendali dan emosi, penghargaan diri yang rendah dan
gugup, kesepian.
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan
obat, luapan emosional, makan atau merokok berlebihan, perilaku impulsif, tertawa
gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya
konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas dan dingin.
5. Organisasi, berupa angka absensi, omzet, produktivitas rendah, terasing dari mitra
kerja, serta komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat
memberikan beberapa efek pada gejala fisik, perilaku, maupun psikologi. Sehingga perlu
adanya beberapa upaya yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi untuk
menghindari atau mengurangi tingkat stress pada karyawan. Sehingga proses kerja
sebuah instansi tidak terhambat.

Selain sumber stres di atas Thomas H.Holmes dan Richard H. Rahe dalam Jurnal
of Psychosomatic Research (1967:213) menekankan bahwa individu yang
mengalami beban antara 150 mempunyai kesehatan yang baik, skor 150-300
diperkirakan 50% akan mendapat penyakit yang serius, dan pada skor 300 lebih
mempunyai kemungkinan 70% terserang penyakit gawat ke depan. Lebih lanjut ia
mengatakan hanya pribadi yang memiliki ketabahan akan menghadapi beban
dengan kategori:
1. Percaya bahwa masalah yang dihadapi dapat dikendalikan .

Hal. 12 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

2. Menerima kejadian sebagai realita hidup, karena harus bertanggung jawab atas
semua kejadian.
3. Memerlukan perubahan perilaku sebagai jawaban ata s masalah yang dihadapi.

Kejadian Kehidupan Sebagai sumber Stres


Nilai Rata-rata
1 Kematian isteri/suami 100

2 Perceraian 73
3 Pernikahan pisah 65
4 Menjalani hukuman penjara 63
5 Kematian anggota keluarga dekat 63
6 Kecelakaan pribadi atau sakit 53
7 Perkawinan 50
g Dipecat dari pekerjaan 47
g Rujuk perkawinan 45
10 Pensiun 45
11 Perubahan kesehatan anggota keluarga 44
12 Kehamilan 40
13 Kesukaran dalam sex 39
14 Kehadiran anggota keluarga baru 39
15 Penyesuaian usaha kembali 39
16 Perubahan keadaan keuangan 38
17 Kematian teman dekat 38
18 Perubahan jalur kerja 36
19 Perubahan dalam perbedaan pendapat istri/suami 35
20 Menggadaikan lebih dari $ 10000 31
21 Melunasi barang yang digadaikan/pinjaman 30
22 Perubahan tanggung jawab kerja 29
23 Anak meninggalkan rumah 29
24 Mendapat kesukaran dengan mertua 29
25 Prestasi pribadi luar biasa 28
26 Istri mulai/berhenti kerja 26
27 Mulai/berakhir sekolah 26
28 Perubahan kondisi kehidupan 25
29 Perbaikan kebiasaan pribadi 24
30 Kesukaran dengan atasan 23
31 Perubahan jam kerja dan kondisinya 20
32 Perubahan tempat tinggal 20
33 Perubahan sekolah 20
34 Perubahan rekreasi 19

Hal. 13 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH

9 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

35 Perubahan kegiatan keagamaan 19


36 Perubahan kegiatan sosial 18
37 Gadaianlpinjaman kurang dari $ 10.000 17
38 Perubahan kebiasaan tidur 16
39 Perubahan jumlah anggota keluarga yang kumpul 15
40 Perubahan kebiasaan makan 15
41 Liburan 13
42 Natalan/Lebaran 12
43 Pelanggaran kecil atas peraturan 11
Sumber: Psychosomatic Research (1967:213)

BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter di atas!

Hal. 14 dari 14

Anda mungkin juga menyukai