MANAJEMEN
SUMBER DAYA
MANUSIA
9
Revisi: 00/2019
Hal. 1 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
CHAPTER 9
PENGELOLAAN KESEHATAN, KEAMANAN, DAN STRES
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang
pengelolaan kesehatan, keamanan, dan stres.
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja biasa disingkat K3 adalah suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian, dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang Kesehatan, Keselamatan dan
Keamanan Kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Melalui pelaksanaan
Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja ini diharapkan tercipta tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencermaran lingkungan sehingga dapat mengurangi atau
terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan Kesehatan,
Keselamatan dan Keamanan Kerja dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Berdasarkan pengertian Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja di atas, kita dapat
menarik kesimpulan mengenai peran K3. Peran K3 ini, antara lain sebagai berikut:
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya, dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipatif dari perusahaan.
Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja atau K3 ini dibuat tentu mempunyai
tujuan. Tujuan dibuatnya K3 secara tersirat tertera dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, tepatnya BAB III tentang syarat-syarat K3, yaitu:
Hal. 2 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Hal. 3 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Di Indonesia K3 sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Pada tahun 1908
parlemen Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan
penerbitan Veiligheids Reglement Staatsblad No. 406 tahun 1910. Kemudian pemerintah
Kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan
bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-
masing sektor ekonomi.
Karena pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan masih dalam masa peralihan,
maka aspek K3 belum menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari masalah
kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, roda ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh
pemerintah dan swasta nasional.
K3 baru diperhatikan sekitar tahun 1970 seiring dengan semakin ramainya investasi
modal dan mengapdosian teknologi industry nasional (manufaktur). Akhirnya pemerintah
melakukan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan termasuk pengaturan masalah K3,
yang dituangkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja.
Hal. 4 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Hal. 5 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yang saksama
terhadap lingkungan kerja.
Pakaian Pengaman
Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:
1. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang mungkin ada.
2. Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya harus yang
paling minim.
3. Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat diterima.
4. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang terlalu
lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
5. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk panas dan
suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi seharusnya tidak
dipakai.
6. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel panas terkait di
celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
7. Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas dan karenanya
overall katun adalah yang paling banyak digunakan sebagai pakaian kerja.
8. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang mempunyai kemungkinan
besar menimbulkan bahaya karena mereka itu dapat dimakan mesin, dan akan
menyebabkan kecelakaan jika para pekerja tetap memakainya. Jam tangan dan cincin
menambah masalah pada bahan kimia dan panas dengan berhenti menghilangkan
bahaya.
Hal. 6 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
3. Baju yang longgar dan tidak berkancing atau t-shirt atau p berdasi, sabuk dapat dengan
mudah mengait putaran mesin.
4. Kancing harus ditutupi bahan penutup untuk mencegah kerusakan permukaan ketika
bekerja di atas tonggak atau penyangga dan sebagainya.
Pakaian Kerja
1. Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betul–betul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
2. Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus selalu tertutup,
kecuali terpaksa benar.
3. Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan kotoran pada
pakaian Anda akan mengotori kendaraan.
Sepatu Kerja
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas
kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya lebih
memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan memakai
sepatu bot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit keras.
Sarung Tangan
Pada waktu mengangkat benda-benda berat atau memindahkan pipa buang yang panas
dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu peraturan
khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan biasa.
Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar mesin
dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung tangan
pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan jangan dipakai.
Hal. 7 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Hal. 8 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Stres Kerja
Pengertian stres kerja
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat memengaruhi kesehatan
fisik manusia tersebut. Stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam
lingkungan kita sendiri. Pengertian lain menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Jika
seorang karyawan mengalami stres yang terlalu besar, maka akan mengganggu
kemampuan seseorang tersebut untuk menghadapi lingkungan dan pekerjaannya
Handoko (dalam Hariyono, W. dkk., 2009: 193). Menurut Gibson Ivancevich (dalam
Hermita, 2011: 17) “Stres sebagai suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perdebatan
individual dan/ atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan
(lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau
fisik yang berlebihan terhadap seseorang”. Menurut Greenberg (dalam Setiyana, V. Y.
2013: 384) stres kerja adalah konstruk yang sangat sulit didefinisikan, stres dalam
pekerjaan terjadi pada seseorang, di mana seseorang berlari dari masalah, sejak
beberapa pekerja membawa tingkat pekerjaan pada kecenderungan stres, stres kerja
Hal. 9 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Adapun pendapat lain dari Hasibuan (2000:201) menyebutkan faktor-faktor yang menjadi
penyebab stres kerja adalah:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau dengan kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
Hal. 10 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Dampak dari stres kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut Robbins (dalam
Michael A: 6) sebagai berikut:
1. Gejala Fisiologis, bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan laju detak jantung, dan pernapasan, menimbulkan sakit kepala, dan
menyebabkan serangan jantung.
2. Gejala Psikologis, stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan
ketidakpuasan dalam bekerja. Dan dalam bekerja muncul ketegangan, kecemasan,
mudah marah, kebosanan, konsentrasi berkurang dan menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku, mencakup perubahan dalam kebiasaan hidup, gelisah, merokok, nafsu
makan berlebihan, dan gangguan tidur.
Hal. 11 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
Cox dalam Retyaningyas (dalam Fauji, H. 2013 :19) membagi menjadi 5 efek dari stres
kerja yaitu:
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi,
keletihan, frustasi, kehilangan kendali dan emosi, penghargaan diri yang rendah dan
gugup, kesepian.
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan
obat, luapan emosional, makan atau merokok berlebihan, perilaku impulsif, tertawa
gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya
konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas dan dingin.
5. Organisasi, berupa angka absensi, omzet, produktivitas rendah, terasing dari mitra
kerja, serta komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat
memberikan beberapa efek pada gejala fisik, perilaku, maupun psikologi. Sehingga perlu
adanya beberapa upaya yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi atau instansi untuk
menghindari atau mengurangi tingkat stress pada karyawan. Sehingga proses kerja
sebuah instansi tidak terhambat.
Selain sumber stres di atas Thomas H.Holmes dan Richard H. Rahe dalam Jurnal
of Psychosomatic Research (1967:213) menekankan bahwa individu yang
mengalami beban antara 150 mempunyai kesehatan yang baik, skor 150-300
diperkirakan 50% akan mendapat penyakit yang serius, dan pada skor 300 lebih
mempunyai kemungkinan 70% terserang penyakit gawat ke depan. Lebih lanjut ia
mengatakan hanya pribadi yang memiliki ketabahan akan menghadapi beban
dengan kategori:
1. Percaya bahwa masalah yang dihadapi dapat dikendalikan .
Hal. 12 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
2. Menerima kejadian sebagai realita hidup, karena harus bertanggung jawab atas
semua kejadian.
3. Memerlukan perubahan perilaku sebagai jawaban ata s masalah yang dihadapi.
2 Perceraian 73
3 Pernikahan pisah 65
4 Menjalani hukuman penjara 63
5 Kematian anggota keluarga dekat 63
6 Kecelakaan pribadi atau sakit 53
7 Perkawinan 50
g Dipecat dari pekerjaan 47
g Rujuk perkawinan 45
10 Pensiun 45
11 Perubahan kesehatan anggota keluarga 44
12 Kehamilan 40
13 Kesukaran dalam sex 39
14 Kehadiran anggota keluarga baru 39
15 Penyesuaian usaha kembali 39
16 Perubahan keadaan keuangan 38
17 Kematian teman dekat 38
18 Perubahan jalur kerja 36
19 Perubahan dalam perbedaan pendapat istri/suami 35
20 Menggadaikan lebih dari $ 10000 31
21 Melunasi barang yang digadaikan/pinjaman 30
22 Perubahan tanggung jawab kerja 29
23 Anak meninggalkan rumah 29
24 Mendapat kesukaran dengan mertua 29
25 Prestasi pribadi luar biasa 28
26 Istri mulai/berhenti kerja 26
27 Mulai/berakhir sekolah 26
28 Perubahan kondisi kehidupan 25
29 Perbaikan kebiasaan pribadi 24
30 Kesukaran dengan atasan 23
31 Perubahan jam kerja dan kondisinya 20
32 Perubahan tempat tinggal 20
33 Perubahan sekolah 20
34 Perubahan rekreasi 19
Hal. 13 dari 14
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter di atas!
Hal. 14 dari 14