Anda di halaman 1dari 9

PEMBIAKAN TANAMAN

‘KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)”


OLEH:
IKA ARIYANTI, S.P
Lanjutan Pembelajaran I: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu Memahami, mendeskripsikan dan menerapkan K3 dalam kegiatan
produksi tanaman.

B. Materi Pembelajaran
4. Jenis Peralatan Pelindungan Diri dalam Perkebunan
Peralatan Pelindungan Diri atau biasa di sebut Alat Pelindung Diri merupakan
seperangkat kelengkapan yang wajib digunakan pada saat bekerja sesuai bahaya dan risiko
kerja yang dilakukan baik untuk dirinya maupun orang lain. Alat Pelindung Diri (APD)
sebagai seperangkat peralatan yang berfungsi sebagai peralatan untuk mengantisipasi,
melindungi dan mencegah dari berbagai hal yang berpotensi membahayakan atau
mnimbulkan bahaya, dan resiko kecelakaan pekerja diri sendiri dan sekitarnya pada saat
melakukan aktifitas pekerjaan. Pemakaian APD wajib memenuhi kriteria dan standarisasi
sesuai tingkat potensi bahaya dan resiko pekerjaan. Peraturan kewajiban alat pelindung diri di
Indonesia sudah diatur melalui peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor per
09/Men/VII/2010, dalam Permen ini pengusaha ataupun perusahaan wajib untuk
menyediakan APD sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi seluruh tenaga kerja yang
diperkerjakan. Maka apabila pengusaha ataupun perusahan tidak melengkapi penyediaan
APD, maka dapat diberlakukan sangsi hukum sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 2. Beragam peralatan Keselamatam dan Kesehatan Kerja


Pada komoditas tanaman perkebunan Peralatan Perlindungan Diri yang digunakan, antara
lain sebagai berikut.
1. APD pada tahap pembukaan lahan, antara lain, sepatu boot, helmet, sarung tangan,
penutup telinga.
2. APD pada tahap pembibitan, yaitu caping, sarung-tangan, dan sepatu boot.
3. APD pada tahap penanaman, yaitu topi, kacamata, sarung-tangan, dan sepatu boot.
4. APD pada tahap pemeliharaan dan pengendalian gulma, yaitu, topi, sarung tangan
kain dan karet, sepatu AV, masker, apron/clemet.
5. APD pada tahap pemanenan, yaitu, topi/helm, kacamata, sarung-tangan, dan sepatu
boot AV, sarung egrek, atau dodos.
6. APD pada tahap proses pemupukan, yaitu, topi, masker, apron atau clemet, sarung-
tangan, dan sepatu AV.

Fungsi Alat Pelindung Diri yang digunakan pada komuditas tanaman perkebunan, antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Penutup Kepala
Penutup kepala atau disebut hemlet berfungsi melindungi kepala dan rambut pekerja dari
percikan bahan-bahan atau benda-benda yang berat serta berbahaya pada saat pekerja sedang
bekerja, antara lain pembersihan ranting, kayu, batu, tanah, TBS sebagai berikut.
2. Pelindung Tangan
Pelindung tangan atau sarung-tangan adalah berfungsi untuk mencegah resiko kontak tangan
dengan berbagai benda tajam seperti, parang, ranting berduri, dahan berduri, TBS dan lain
sebagainya. Selain itu untuk melindungi dan mencegah terjadinya kontak langsung dengan
berbagai pestisida yang berbahaya. Berbagai jenis sarung-tangan dapat dipergunakan dengan
menyesuaikan pada jenis pekerjaan yang sedang dilakukan baik pada saat pembukaan lahan
manual, proses tanam, proses pemeliharaan, proses panen ataupun pada saat melakukan
pemupukan dan pengobatan. Penggunaan sarung-tangan harus memenuhi tata cara yang
benar, yaitu, mencuci tangan sebelum memakai sarung-tangan, sarung-tangan sesuai dengan
postur tangan, tidak terlalu kecil, dan tidak terlalu besar, memasukkan jemari sesuai lubang
pada sarung-tangan, dan dilakukan secara bergantian. Setelah selesai melakukan pekerjaan
agar melepaskan sarung-tangan dan mencuci tangan kembali dengan air bersih dan mengalir,
serta mencuci dan menempatkan sarung-tangan yang telah digunakan di tempat aman.
3. Pelindung Tubuh
Pelindung tubuh dalam hal ini dapat berupa apron atau celemek, penggunaan apron atau
celemek pada tubuh pekerja bertujuan untuk melindungi pakaian pekerja dari berbagai
kemungkinan seperti, percikan pestisida yang berbahaya, di samping itu dapat memudahkan
para pekerja untuk membersihkan pakaian yang digunakan. Pemilihan dan penggunaan
pelindung tubuh apron harus dilakukan dengan benar dan sesuai prosedur, yaitu apron
menutupi seluruh pakaian yang digunakan, memasang seluruh kancing apron dan
memastikan apron yang digunakan tidak mengalami kebocoran.
4. Pelindung wajah, mulut, dan hidung
Pelindung wajah, mulut, dan hidung dapat berupa masker. Masker digunakan untuk
melindungi bagian muka yang meliputi wajah, mulut, dan hidung dari berbagai bahan kimia,
bau, ataupun percikan yang berbahaya bagi kesehatan pekerja. Pemilihan masker harus
benar-benar menutupi hidup, dan mulut, serta memasang tali yang mengikat atau melingkar
pada bagian belakang kepala, serta tidak menggunakan masker apabila sudah lembab dan
tidak efektif agar segera dibersihkan/disterilkan.
5. Sepatu Pelindung
Sepatu Pelindung atau safety berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan
kaki para pekerja dari bebatuan tajam, batu kecil, duri, dan bekas penebangan, serta
kemungkinan binatang berbisa yang beresiko dapat mencederai kaki perkeja. Penggunaan
sepatu di perkebunan harus menutupi seluruh ujung kaki, mata kaki, sampai di bawah lutut
serta tidak diperkenankan menggunakan alat kaki terbuka seperti, sandal atau sepatu sandal.
Dalam penggunaan APD harus ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu sebagai
berikut.
a. Simulasi pemakaian yang sesuai prosedur.
b. Penggunaan yang mudah, praktis, nyaman, dan modif.
c. Memahami dalam penggunaan APD.
d. Menekan tingkat resiko kecelakaan dan biaya yang diakibatkan.
e. APD tidak bersifat individualias, tapi dapat diterima oleh pekerja lain.
Persyaratan umum penyediaan Personal Protective Equipment at work Regulation 1992.
Peralatan perlindung diri dikatakan efektif apabila sebagai berikut.
a. Konsitensi, keserasian, dan kesesuian dengan resiko yang dihadapi.
b. Bahan bakunya tahan terhadap bahaya yang akan dihadapi.
c. Sesuai bagi pengguna.
d. Penggunaannya mudah dan praktis tanpa menggagu kinerja.
e. Bahan konstruksinya tahan dan tidak mudah rusak.
f. Tidak menimbulkan masalah apabila digunakaan secara bersamaan dengan alat
pelindung diri yang lain.
a. Tidak berisiko pada pengguna APD.

5. Prosedur Kondisi Darurat


Lahan dan kondisi tanaman komuditas perkebunan yang berada di alam terbuka sangat
memungkinkan terjadinya berbagai resiko dan kecelakaan bagi para pekerja perkebunan,
kondisi lahan yang masih hutan atau semak belukar dapat berisiko tertusuk duri, dan
gangguan binatang berbisa serta berbagai resiko lain yang harus dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya. Kondisi lahan yang jauh dari pemukiman penduduk dan fasilitas kesehatan
mewajibakan seluruh pekerja perkebunan dibekali kemampuan khusus agar dapat
memberikan pertolongan dini apabila terjadi suatu kecelakaan pada saat bekerja.
Kemampuan memberikan pertolongan dini dan pertama apabila terjadi suatu
kecelakaan bagi para pekerja mutlak dilakukan agar resiko lebih jauh dan lebih parah dapat
dilakukan sebelum melakukan perawatan tanaga medis yang sesuai bidangnya. Pemberian
pertolongan pertama pada suatu kecelakaan akan lebih baik apabila sebagai berikut.
1. Secepatnya dilakukan sebelum pertolongan dan perawatan agar kondisinya lebih
cepat dianalisa medis maupun non medis lebih lanjut.
2. Dilaksanakan dan dilakukan dengan tepat yang bertujuan untuk meringankan rasa
sakit atau cidera lebih parah.
Kondisi lahan perkebunan yang luas dan saling berjauhan antara beberapa orang yang
dibagi secara berkelompok merupakan salah satu faktor yang menjadi keharusan setiap
pekerja perkebunan harus dibekali dengan pelatihan untuk dapat melakukan pertolongan
pertama pada suatu kecelakaan atau menanggulangi resiko yang diakibatkan dari suatu
pekerjaan. Kemampuan dalam melakukan resusitasi jantung paru, untuk mengatasi korban
tersedak, menangani korban dalam kondisi pendarahan, korban luka bakar, patah tulang, dan
berbagai jenis cidera kecelakaan, yang mungkin berisiko terjadi di lahan perkebunan.
Pemberian pelatihan pada seluruh pekerja perkebunan tidak diberikan hanya satu kali tetapi
harus dilakukan secara berkala maupun simultan dengan mekanisme dan pengaturan yang
telah ditetapkan menjadi aturan baku yang dibukukan, hal ini bertujuan untuk memastikan
seluruh kemampuan pengetahuan dan keterampilan setiap pekerja perkebunan tetap
berkualitas, produktif dan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Penguasaan seluruh medan areal perkebunan juga merupakan hal penting yang harus
dikuasai, titik-titik yang dijadikan posko penyelamatan atau pemberian pertolongan pertama
jika terjadi kecelakaan dapat diketahui secara pasti oleh seluruh pekerja perkebunan,
termasuk kelengkapan obat-obatan pada kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelaakaan atau
P3K. Pemeliharaan dan perawatan juga harus dilakukan secara berkala pada titik-titik pos
kesehatan dan kotak P3K tersebut aman dari kotoran, pencemaran, maupun kondisi yang
dapat merusak kotak P3K tersebut.
Ada empat prinsip dasar yang harus dilakukan dalam upaya pemberian penanganan
kedaruratan atau kecelakaan di lahan perkebunan, yaitu sebagai berikut.
1. Memastikan situasi kondisi tempat terjadinya kecelakaan sudah aman, dalam hal ini
seorang penyelamat harus tetap fokus dan waspada agar ia tidak menjadi korban
berikutnya, dikarenakan tempat terjadinya kecelakaan masih berisiko untuk dilakukan
penyelamatan.
2. Memastikan terlebih dahulu dengan cepat teknis pertolongan pertama yang akan
diterapkan agar dapat dilakukan dengan mudah dan efesien, tepat sasaran dan tidak
malah semakin memperburuk kondisi korban.
3. Memaksimalkan dengan baik seluruh ketersediaan obat-obatan, peralatan kesehatan,
dan kerjasama tim dalam usaha pertama dalam melakukan penyelamatan korban.
4. Merekomendasikan atau memberikan catatan perihal apa saja yang telah dilakukan
dalam pertolongan pertama, antara lain, penyebab, tempat, dan waktu terjadinya
kecelakaan serta indentitas korban, untuk kemudian dijadikan dasar dalam memberikan
perawatan korban lebih lanjut.

Secara umum teknis pemberian pertolongan pertama pada suatu kecelakaan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Hindari kepanikan terutama bagi penolong korban.
2. Jangkau korban ke tempat yang mudah, aman, dan nyaman untuk dilakukan
pertolongan.
3. Berikan keleluasaan bernafas dan memeriksa denyut jantung korban.
4. Lakukan penenangan bila terjadi tanda-tanda shock.
5. Lakukan pemindahan korban dengan baik dan tidak gegabah.
6. Secepatnya dilakukan rujukan pengobatan yang benar.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dapat dilakukan dengan beberapa contoh tindakan-
tindakan berikut ini.
1. Penanganan Pingsan
Pingsan biasanya disebabkan otak kekurangan oksigen, lapar, anime, dehidrasi,
hiploglikemia, dengan mengalami beberapa gejala, yaitu, perasaan limbung, berkunang-
kunang, nafas tersengal-sengal, pucat, biji mata melebar, lemas, nadi lambat, menguap
berlebihan, keringat dingin. Penanganan dapat dilakukan antara lain, baringkan korban
dengan terlentang, tungkai lebih tinggi dari jantung, longgarkan pakaian dan yang
menghambat pernafasan, berikan udara segar, selimuti, istirahatkan beberapa saat, periksa
nadi, dan pernafasan segera rujuk ke fasilitas kesehatan.
2. Penanganan Dehidrasi
Dehidrasi disebabkan oleh kehilangan cairan yang terlalu banyak, terlalu banyak
mengeluarkan keringat karena udara panas atau aktifitas yang telalu berlebihan, dan kurang
minum atau kurang cairan eloktrolit K, Na, Cl dan Ca. Adapun gejala dehidrasi adalah
merasa haus yang sangat, nadi berdenyut lebih dari 90 x permenit, cairan elektrolit antara
dalam tubuh 5% s.d 10% dari berat badan pada kondisi berat dehidrasi dapat berupa
terjadinya hipotensi, mata cekung, kejang, dan nadi tidak terasa. Penanganan dehidrasi dapat
dilakukan dengan menjaga asupan minum yang cukup, minum pengganti elektrolit, dan
mengatasi komplikasi yang ditimbulkan.
3. Penanganan Asma.
Asma biasanya disebabkan oleh terjadinya gangguan penyempitan saluran penafasan,
terjadinya irama nafas tidak beraturan, meracau gelisah, kulit berubah warna, otot dileher
membesar, susah melakukan tarisan nafas, dan terdengar dua suara bila bernafas. Asma dapat
ditangani dengan menenangkan, mengatur ritme nafas, dudukkan ½ berbaring, berikan udara
segar, dan oksigen bila penting.
4. Penanganan Memar
Memar diakibatkan oleh benturan keras sehingga menyebabkan terjadinya pendarahan
disekitar lapisan bawah kulit, hal ini ditandai dengan bengkak, nyeri, atau warna kulit
menjadi kebiruan. Dengan mengompres menggunakan air dingin, memberi balutan, tekan dan
meninggikan bagian yang memar dapat meringankan sakit akibat memar.
5. Penanganan Luka
Luka atau terputusnya berupa kontinuitas jaringan tubuh secara tiba-tiba karena ketidak
sengajaan/kecelakaan atau kekerasan, yang ditandai pendarahan, kulit/dagung tebuka dan
rasa nyeri. Dengan melakukan penanganan berupa, membersihkan luka dengan anti septik,
membalut atau menutup dengan kain kasa steril, dan melakukan perawatan sampai luka
mengering.
6. Penanganan luka bakar
Luka bakar terjadi karena sentuhan bagian tubuh dengan api atau benda sumber panas, listrik,
dan zat yang bersifat membakar. Api dan sumber api dapat padam dengan menyetop sumber
udara/oksigen atau menutup dengan cairan pemadam api. Penanganan luka bakar dapat
dilakukan dengan menutup luka yang terbakar dan tidak melengket, jangan memberi zat yang
tidak larut dalam air, dan berusaha luka bakar tidak tersentuh benda lain dan tetap streril.
7. Penanganan Gigitan Ular
Tidak semua ular mengandung bisa racun, tetapi yang perlu dicermati adalah diagnosa yang
tepat apakah gigitan ular tersebut beracun atau tidak, sifat racun ular dapat berupa hemat
atoksin atau racun dalam, neurotosin racun sistem syaraf, dan histaminik racun yang hanya
menyebabkan alergi. Tindakan pada penderita gigitan ular, yaitu melentangkan bagian yang
tergigit lebih rendah dari jantung, beri ketenangan pada penderita, cegah penyebaran bisa
dengan ikatan kecil, dan tidak sampai menghambat aliran arteri, hindari luka bisa dengan
larutan asam atau benda/suhu panas, renggangkan sesekali selama 30 detik, kompres dengan
air dingin/es, lakukan pengeluaran bisa secepat mungkin, berikan minum kopi pahit, segera
beri suntikan anti bodi.
8. Penanganan Gigitan Lipan
Lipan memiliki tubuh pipih dan memiliki bentuk segmen menyerupai cacing namun memiliki
kaki banyak, memiliki persendian dan pada bagian kepalanya memiliki racun yang
disuntikkan melalui gigitan. Lipan yang memiliki warna merah adalah lipan yang sengat
berbisa. Gigitannya akan menimbulkan luka dan terasa terbakar, pegal, dan sakit serta
kesemutan. Gigitan Lipan apabila didiamkan dapat bertahan 4-5 untuk kemudian hilang
dengan sendirinya. Melakukan kompres dengan air dingin dan mencuci dengan antiseptik
akan cepat meringankan korban.
9. Gigitan Lintah dan Pacet
Lintah merupakan hewan yang hidup dalam air, bentuk tubuhnya pipih bergelang hitam dan
coklat tua, lintah mengisap darah melalui mulut yang berada diujung tubuhnya. Sementara
pacet adalah binatang sekerabat dengan cacing tanah namun berwarna cokelat kekuning-
kuningan sampai hitam, di bagian kepalanya terdapat lima pasang mata dan alat pengisap dan
pada bagian belakang terdapat alat pelekat, berjalan seperti ulat jengkol, dan dapat mengecil
sampai seukuran benang. Gigitan lintah biasanya akan menimbulkan pembengkakan, gatal
dan kemerah-merahan. Penanganan pertama untuk dapat melepaskan dari tubuh dengan
menggunakan air tembakau atau air garam, dan mengoleskan obat atau salep anti gatal
sebelum dilakukan tindakan lebih lanjut di fasilitas kesehatan. Dalam melakukan proses
pertolongan pertama pada korban dalam kecelakaan kerja di perkebunan penolong harus
memiliki kondisi fisik prima, memiliki kemampuan teknis penyelematan yang baik dan benar
serta memiliki konsenterasi fokus dan tidak mudah panik. Pada sisi lain faktor medan,
keadaan korban serta kelengkapan alat penyelamatan menjadi kunci kecepatan dan
keberhasilan pertolongan pertama pada korban kecelakaan.
Keberadaan jumlah orang dan alat pendukung pertolongan pertama dapat dilakukan
dengan teknik berikut ini.
1. Penolong terdiri dari satu orang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Dipondong atau membawa korban dengan meletakkan di atas kedua belah lengan di
depan dada, hal ini dilakukan jika korban anak kecil atau memiliki tubuh ringan.
b. Digendong atau kondisi korban dalam keadaan sadar dan bukan patah tulang serta
berat badan korban ringan.
c. Dipapah, yaitu apabila korban kecelakaan tidak mengalami luka di atas bahu.
d. Dan berbagai teknik lain seperti, dipanggul, atau dibawa dalam kondisi miring,
dengan melihat kondisi korban
2. Penolong terdiri dari dua orang dapat dilakukan dengan cara diangkut atau dibawa
dengan menggunakan tandu, atau dipondong dengan menyatukan dua tangan saling
berpegangan.
3. Kemudian alat yang dapat dijadikan sebagai pembantu dan pendukung dalam
melaksanakan proses penyelamatan pertama pada kecelakaan dalam perkebunan antara
lain, dapat berupa tali, kain keras, ponco, tandu darurat, baik permanen maupun
portable, dan berbagai jenis peralatan pertolongan lainnya.

Tugas Mandiri
1. Setelah memahami uraian materi diatas, silahkan analisis Alat Perlindungan Diri yang
ada di rumah masing-masing, kumpulkan alat-alat tersebut lalu difoto dan dikirimkan
melalui wa ke no 082280292330.
2. Selanjutnya, lakukan salah satu pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian lengkap
dengan menggunakan APD yang telah dianalisis sebelumnya, fotokan dan dikirimkan
melalui wa ke no 082280292330.
“SELAMAT MENGERJAKAN”

Catatan: seluruh siswa jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan wajib memiliki sepatu boots
(warna bebas) dan helm safety/helm proyek warna kuning. APD tersebut digunakan saat
mengikuti kegiatan praktik.

Anda mungkin juga menyukai