Anda di halaman 1dari 15

JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO.

1, APRIL 2014 89

PENERAPAN PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT


(ALAT PELINDUNG DIRI) PADA
LABORATORIUM PENGELASAN

Oleh:
Solichin1, Farid Eka Wahyu Endarto2, Desy Ariwinanti3
1
Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
1,2
Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
email: solichindoellah@yahoo.com

Abstrak, menurut Undang Undang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 Personal
Protective Equipment (Alat Pelindung Diri) adalah wajib dipakai oleh operator las saat melakukan
pengelasan. Alat Pelidung Diri adalah merupakan bagian penting dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam laboratorium, kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan prinsip
"Unsave condition dan unsave action". Sesuai dengan standard laboratorium pengelasan telah
memenuhi syarat kondisi yang aman misalnya dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengelasan Universitas Negeri Malang. Populasi dalam
penelitian ini meliputi mahasiswa D3 yang memprogram praktikum pengelasan yang terdaftar di
Tahun 2013/2014 Semester ganjil berjumlah 60 orang. Penelitian ini merupakan penelitian survey.
Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi, sedangkan analisis data
menggunakan persentase. Hasil: persentase penggunaan alat pelindung diri (APD) yaitu APD masih
layak digunakan sebesar 87%, masing-masing alat pelindung diri dapat dirinci sebagai berikut:
respirator yang digunakan mahasiswa mencapai 68%, topi logam/plastik mencapai 60%, googles,
kacamata bahan khusus mencapai 88%, sarung tangan karet, plastik, kulit 91%, pakaian bahan
khusus lapron mencapai 88%, sepatu karet boot mencapai 60%, peralatan memenuhi standar
minimal mencapai 80%, kondisi laboratorium memenuhi standar minimal mencapai 86% .kondisi
laboratorium terdapat simbol/isyarat keselamatan kerja mencapai 89%. Sebagian besar peralatan
laboratorium termasuk Alat Pelindung Diri yang digunakan dalam praktikum pengelasan termasuk
kakegori baik dan alat pelindung diri di laboratorium pengelasan sudah digunakan sesuai dengan
standard yang dipersyaratkan.

Kata Kunci: K3, Alat Pelindung Diri, Pengelasan

Menurut Undang-Undang Keselama- menyebabkan sakit, cacat, kerusakan mesin,


tan dan kesehatan kerja (K3) tahun 1970 terhentinya proses produksi, kerusakan ling-
Personal Protective Equipment (Alat Pelin- kungan, dan pengeluaran-pengeluaran biaya
dung Diri) adalah wajib dipakai oleh opera- kecelakaan kerja. Secara umum kecelakaan
tor las saat melakukan pengelasan. Alat Pe- kerja terjadi karena dua hal penyebab yaitu
lindung Diri adalah merupakan bagian pen- keadaaan lingkungan yang tidak aman dan
ting dalam penerapan Keselamatan dan tindak perbuatan manusia yang tidak meme-
kesehatan kerja dalam laboratorium, kece- nuhi keselamatan dan kesehatan kerja.
lakaan kerja bisa terjadi jika tidak memper- Penerapan sesuai aturan keselamatan
hatikan prinsip "Unsave condition dan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan pada
unsave action". Kecelakaan kerja dapat semua pekerjaan yang berguna untuk
90 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Tujuan K3 adalah mewujudkan ling-


misalnya kecelakaan kerja. Para tenaga kerja kungan kerja yang aman, sehat, sejahtera
terdiri dari orang-orang terdidik dan terlatih. sehingga akan tercapai suasana lingkungan
Orang-orang terdidik yang dimaksud salah kerja yang aman, sehat dan nyaman,
satunya adalah lulusan D3 Teknik Univer- mencapai tenaga kerja yang sehat fisik,
sitas Negeri Malang, karena salah satu sosial, dan bebas kecelakaan, peningkatan
pengisi tenaga kerja di dunia kerja adalah produktivitas dan efisien perusahaan,
lulusan Perguruan Tinggi, maka proses peningkatan kesejahteraan masyarakat tena-
pembelajaran selama di laboratorium harus ga kerja. Usaha-usaha K3 meliputi perlin-
menjadi perhatian yang serius guna men- dungan terhadap tenaga kerja, perlindungan
dapatkan calon tenaga kerja yang ber- terhadap bahan dan peralatan produksi agar
kualitas, khususnya memahami tentang pe- selalu terjamin keamanannya dan efisien,
nerapan pelaksanaan keselamatan dan perlindungan terhadap orang lain yang ber-
kesehatan kerja (K3) khususnya pemakaian ada di tempat kerja agar selamat dan sehat
alat pelindung diri sehingga tidak terjadi (Suma’mur, 1989:3).
hambatan-hambatan langsung maupun tidak Dalam Undang-Undang keselamatan
langsung dalam pekerjaan, seperti halnya dan kesehatan kerja No. 1 tahun 1970 ini
terjadi kecelakaan kerja, kerusakan mesin, memberikan perlindungan hukum kepada te-
terhentinya proses produksi, kerusakan naga kerja yang bekerja agar tempat dan
lingkungan, dan pengeluaran-pengeluaran peralatan produksi senantiasa berada dalam
biaya kecelakaan kerja. keadaan selamat dan aman bagi mereka.
Faktor-faktor yang memungkinkan Selain itu pasal 86, paragraf 5 keselamatan
dapat mempengaruhi pelaksanaan kesela- dan kesehatan kerja, bab X Undang-Undang
matan dan kesehatan kerja adalah faktor Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga-
penerapan yang salah antara lain mahasiswa kerjaan antara lain menyatakan bahwa setiap
salah dalam menggunakan Alat Pelindung pekerja mempunyai hak untuk memperoleh
Diri dan kondisi bengkel yang tidak sehat. perlindungan atas K3; untuk melindungi ke-
Penelitian ini untuk mengetahui apakah selamatan pekerja guna mewujudkan pro-
penerapan alat pelindung diri sudah diguna- duktivitas kerja yang optimal diselengga-
kan sesuai yang dipersyaratkan. Target lu- rakan upaya K3, dan perlindungan sebagai-
aran hasil penelitian ini adalah memaparkan mana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan
jenis dan jumlah alat pelindung diri, besar- peraturan perundangundangan yang berlaku.
nya prosentase pemakaian dalam penerapan Penjelasan pasal 86, ayat 2 menyatakan
alat pelindung diri secara benar. Hasil pene- upaya K3 dimaksudkan untuk memberikan
litian ini akan disebarluaskan melalui jaminan keselamatan dan meningkatkan
seminar dan tulisan dalam jurnal nasional derajat kesehatan para pekerja dengan cara
maupun jurnal internasional. pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 91

kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, perti trolleys (kereta) dan drumlifters
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabi- untuk bergerak di dalam dan area sekitar
litasi (Suma’mur, 1989). gudang.
Dasar hukum keselamatan dan 2. Bahan dapat disimpan pada rak, laci, dan
kesehatan kerja, Undang-Undang Nomor 1 kotak-kotak
Tahun 1970 yaitu tentang keselamatan kerja 3. Fasilitas penyimpanan khusus, seperti
meliputi: lemari tahan api dan kaleng/ teromol ke-
1. Bahwa setiap tenaga kerja berhak amanan, diperlukan untuk barang-barang
mendapat perlindungan atas keselamatan- berbahaya.
nya dalam melakukan pekerjaan untuk 4. Bahan kimia, secara jelas ada label dan
kesejahteraan hidup dan meningkatkan disimpan di tempat aman, yaitu kering,
produksi serta produktivitas nasional. ventilasi baik, area jauh dari pekerja.
2. Bahwa setiap orang lainnya yang berada 5. Jenis bahan kimia seharusnya dipisah.
di tempat kerja perlu terjamin pula 6. Batas tingkatan asap, debu dan radiasi
keselamatannya. seharusnya dimonitor pada lokasi gudang
3. Bahwa setiap produksi perlu dipakai dan dan area kerja.
dipergunakan secara aman dan efisien. 7. Bau yang menyengat, gumpalan awan
Hal ini bahwa segala aspek dapat dan debu dari asap seharusnya diselidiki.
menimbulkan resiko kecelakaan kerja harus Alat pelindung diri (APD) merupa-
benar-benar diperhatikan, seperti tempat kan peralatan pengaman pekerja yang harus
kerja harus menjamin keselamatannya agar dipakai saat bekerja. Berikut ini adalah
tidak terjadi suatu kecelakaan begitu juga jenis-jenis APD menurut bagian tubuh yang
dengan pengaman alat, mesin dan bahan- dilindungi (Suma’mur, 1989).
bahan produksi. Bengkel Praktikum yang a. Kepala: topi, helm, penutup rambut
lazim disebut laboratorium merupakan tem- b. Mata: kacamata dari berbagai jenis kaca,
pat terselenggaranya proses belajar menga- googles
jar praktikum, dimana disana juga ditempat- c. Muka: topeng (mask) las
kan, disimpan, dipelihara sarana dan pra- d. Telinga: sumbat telinga, tutup telinga
sarana pendukung proses pembelajaran be- e. Alat pernafasan: masker khusus, respira-
rupa peralatan praktikum. Dalam peraturan tor
Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/ f. Tangan dan jari: sarung tangan
1996 tentang keselamatan kerja juga dijelas- g. Kaki: sepatu, boot
kan bahwa : h. Tubuh: apron, overall
Beberapa hal penting penyimpanan Pada umumnya pakaian yang patut
bahan adalah : dipakai ketika bekerja adalah baju kerja
1. Seharusnya mudah bagi pekerja, forklift, yang dalam keadaan rapi dan baik. Bagian
dan peralatan penanganan mekanik se- pakaian yang sobek dapat mengakibatkan
92 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

tersangkutnya pada bagian-bagian mesin spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh
yang berputar. Hendaklah selalu meng- tenaga kerja
hindarkan diri dari sangkutan pada bagian- 2. Berat alat hendaknya seringan mungkin
bagian mesin yang berputar. Lipatan lengan dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
baju di atas siku dengan serapi-rapinya ketidaknyamanan yang berlebihan
adalah suatu cara menghindarkan tersang- 3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
kutnya lengan baju itu pada bagian mesin 4. Bentuknya harus cukup menarik
yang berputar, atau lebih baik lengan baju 5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian
itu dibuat pendek di atas siku. yang lama
Baju kerja berlengan panjang juga 6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya
sangat penting untuk perlindungan kulit tambahan bagi pemakainya yang
tangan dari sinar api waktu mengelas, me- dikarenakan bentuk dan bahayanya yang
nempa dan perlindungan terhadap luka-luka tidak tepat atau karena salah dalam
kecil pada waktu kerja pelat. Pemakaian menggunakannya
cincin hiasan jari dan pemakaian arloji pada 7. Alat pelindung harus memenuhi standar
pekerjaan tertentu dapat mengakibatkan yang telah ada
kecelakaan. Tutup kaki atau sepatu harus 8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan
dibiasakan dipakai. Menurut ketentuan Balai dan persepsi sensoris pemakainya. Suku
Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri cadangnya harus mudah didapat guna
adalah sebagai berikut. mempermudah pemeliharaannya.
1. APD harus dapat memberikan perlin- Berikut ini disajikan tabel pengguna-
dungan yang kuat terhadap bahaya yang an APD menurut keperluannya.

Tabel 1 Jenis Alat Pelindung Diri Menurut Kebutuhan


Bagian Tubuh yang Perlu
Faktor Bahaya APD yang Digunakan
Perlindungan
Benda berat Kepala, betis, tungkai, Topi logam atau plastik, lapisan
pelindung dari kain kulit, logam
Pergelangan kaki, kaki, dan Sepatu steelbox toe (berujung baja)
jari kaki
Benda tidak terlalu berat Kepala Safety helm, topi dari bahan keras
Benda kecil berterbangan Kepala Topi
Mata Kacamata
Hidung Respirator, masker
Tubuh Overall
Tangan dan jari Sarung tangan
Kaki Sepatu, boot
Debu Mata Kacamata
Alat pernafasan Respirator atau masker
Terpeleset Kaki Sepatu anti slip (bersol karet)
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 93

Bagian Tubuh yang Perlu


Faktor Bahaya APD yang Digunakan
Perlindungan
Terpotong, tergosok Kepala Safety helm
Tangan dan jari Sarung tangan berlengan panjang
Tubuh Overall,
Kaki Sepatu berujung baja, boot
Mesin-mesin Kepala Topi
Tangan dan jari Sarung tangan
Tubuh Overall
Kaki Sepatu
Listrik Kepala Topi dari bahan plastik atau karet
Tangan dan jari Sarung tangan karet
Tubuh Overall bahan apron
Kaki Sepatu bahan karet
Bahan kimia Kepala Topi karet, plastik
Mata Googles, kacamata bahan khusus
Muka Topeng
Hidung Respirator, masker
Tangan dan jari Sarung tangan karet, plastik
Tubuh Pakaian bahan khusus
Kaki Sepatu karet, boot
Sumber: Suma’mur, 1980

Di tempat kerja, pengendalian baha- 1. Lingkungan tempat bekerja menunjuk-


ya secara teknis seringkali tidak bisa dilaku- kan atau akan menunjukkan keberadaan
kan secara sempurna. Pada keadaan ini potensi bahaya (hazard) yang dapat
pekerja harus bekerja bersama-sama dengan mengakibatkan cidera pada badan atau
kehadiran bahaya itu sendiri. Contoh: anggota tubuh yang lain
pekerjaan las listrik maka pekerja harus 2. Proses kerja yang dilakukan menunjuk-
bekerja di bawah ancaman sinar radiasi, kan atau akan menunjukkan keberadaan
debu las, panas, sengatan listrik dan lain potensi bahaya (hazard) yang dapat
sebagainya. Dalam situasi seperti ini maka mengakibatkan cidera pada badan atau
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal anggota tubuh yang lain
Protective Equipment (PPE) memegang 3. Selama bekerja, pekerja mempunyai
peranan yang sangat penting. kemungkinan terkena bahan kimia baha-
Pimpinan perusahaan atau petugas ya (hazardous chemicals), fisika, radiasi
keselamatan kerja yang mewakili harus me- maupun iritasi mekanik
lakukan penilaian tentang keberadaan po- 4. Potensi bahaya yang timbul tidak dapat
tensi bahaya (hazard assesment) sebagai dieliminasi dengan pengenda-lian teknik
langkah awal untuk menentukan APD apa dan pengendalian administrasi.
yang harus dipakai oleh pekerja. APD Secara garis besar dan umum APD
mutlak diperlukan apabila: terdiri dari: (1) Pelindung kepala, (2) pelin-
94 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

dung mata dan muka, (3) pelindung telinga, UU No 1 Th. 1970 menyatakan:
(4) pelindung tangan dan lengan, (5) pelin- Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan
menyediakan secara cuma-cuma, semua
dung pernafasan, (6) pelindung badan dan
alat perlindungan diri yang diwajibkan
(7) pelindung kaki. Pada kondisi tertentu pada tenaga kerja yang berada di bawah
APD tersebut dapat dipakai secara bersama- pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki
an. Pemakaian APD dilakukan hanya jika tempat kerja tersebut, disertai dengan
pengendalian keselamatan secara teknis petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk-petunjuk yang
(engineering control) dan pengendalian ad- diperlukan; menurut petunjuk pegawai
ministrasi tidak bisa memberikan perlin- pengawas atau ahli keselamatan kerja.
dungan keselamatan secara optimal. Pasal 12 butir e: Pekerja berhak
Topik dalam pelajaran ini hanya menyatakan keberatan kerja pada
pekerjaan dimana syarat kesehatan dan
membatasi APD secara umum. APD untuk keselamatan kerja serta alat-alat
pekerjaan khusus seperti kebakaran, penye- perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-
laman, instalasi nuklir dan lain sebagainya hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
dibahas bersama dengan keselamatan kerja pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung jawabkan.
pekerjaan khusus tersebut.
Sebelum pekerjaan dilakukan maka
Pekerja harus mengenakan pelindung mata
pekerja harus sudah mendapat bekal seperti:
dan muka apabila ada ancaman bahaya luka
pelatihan tentang bahaya yang ada, diberi
pada mata atau muka di dalam pekerjaan-
peringatan bahaya secara tertulis, diyakini
nya. Ancaman bahaya untuk mata dan muka
dapat menggunakan APD dengan baik dan
tersebut dapat digolongkan seperti Tabel
lain sebagainya. Hak pekerja ini dijamin
berikut ini:
oleh Undang-undang.

Tabel 2 Ancaman Bahaya Untuk Mata dan Muka


Jenis Bahaya Ancaman Bahaya Contoh Lingkungan Kerja
Pukulan dan Material yg terlempar seperti Gerinda, sand blasting, mesin bubut, bor,
benturan (impact) debu, pasir, serpihan logam dll skrap, pekerjaan kayu, dll
Panas Semua yang memancarkan Dapur logam, las, pengecoran, dll
panas berbahaya
Bahan Kimia Percikan bahan kimia, iritasi Semua pekerjaan yg berkaitan dengan zat
mata, uap dan asap kimia, uap dan asap
Debu Debu masuk ke mata atau Kerja dgn mesin kayu, lingkungan pasir,
mengenai muka semen, kapur dll
Radiasi optik Radiasi dan kesilauan (glare) Las, kerja laser, solder dll
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 95

Syarat dasar dari APD mata paling tidak melindungi mata, (6) dapat dipakai bersama
harus memenuhi kriteria (1) memenuhi sama dengan APD lain yang diperlukan dan
terhadap kriteria bahaya yang ada, (2) (7) apabila pekerja memakai kacamata
nyaman dipakai di mata atau muka, (3) tidak ukuran maka APD mata dan muka harus
menghalangi pandangan atau gerakan disesuaiakan berdasarkan ukuran lensa
pandangan, (4) mudah dibersihkan dan tidak maupun ukuran kacamata (pada keadaan ini
beracun, (5) tahan terhadap beban untuk dapat merujuk kepada standar ANSI. Z87.1)

Tabel 3 Parameter Pemilihan Kaca Pelindung Kerja Pengelasan


Dia. Elektroda Minimum Protective
Operasion Current (A)
(mm) Shade
Shielded metal arc welding > 2,4 < 60 7
2,4 – 4 60 – 160 8
4 – 6,4 160 – 250 10
> 6,4 250 – 550 11
Gas metal-arc welding < 60 7
60 – 160 10
160 – 250 10
250 – 550 10
Gas tungsten-arc welding < 50 8
50 – 150 8
150 – 500 10
Air carbon arc cutting < 500 10
500 – 1000 11
Plasma arc welding < 20 6
20 – 100 8
100 – 400 10
400 – 800 11
Torch blazing 3
Torch soldering 2
Gas Welding
Light < 0,8 < 3,2 4
Medium 0,8 – 12,5 3,2 – 12,7 5
Heavy > 12,5 > 12,7 6
Oxygen cutting
Light < 0,8 3
Medium 0,8 – 4,8 4
Heavy > 4,8 5

Dari power density tersebut kemudian pemilihan menurut OSHA 3151 (2000), 29
dipilih jenis lensa pelindung yang sesuai. CFR 1926.102 (b) (2) (i)
Tabel berikut menyajikan panduan
96 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

Tabel 4 Petunjuk Pemilihan Kaca Pelindung Laser


Intensity. CW Maximum Power
Optical Density (OD) Attenuation Factor
Density (watt/cm 2)
10 -2 5 10 5
-1
10 6 10 6
1 7 10 7
10 8 10 5

Secara umum pelindung kepala paling tidak kepala. Secara umum maka pelindung
harus (1) tahan terhadap benda jatuh, (2) kepala yang dipakai harus memenuhi
menyerap enerji benturan, (3) tahan air atau standar ANSI Z89.1-1986 atau standar lain
bahan kimia tertentu, (4) tidak mudah diakui.
terbakar dan (5) enak dipakai dan bisa distel. Pekerja harus memakai alat
Antara bagian pengencang kepala pelindung kaki apabila berdasarkan analisis
dengan pelindung benturan harus ada jarak potensi bahaya (hazard analysis)
antara 1 sampai 1 ¼ inchi (2,54 cm sampai menunjukkan kemungkinan pekerja terkena
3,18 cm) yang dimaksudkan untuk menye- luka, cacat atau penurunan kesehatan
rap gaya benturan dan ventilasi. Secara melalui kaki akibat kerja. Beberapa contoh
umum klasifikasi pelindung kepala dibagi potensi bahaya tersebut antara lain (1) benda
menjadi 3 yaitu klas A, B dan C. Klas A berat jatuh atau menggelinding mengenai
direncanakan untuk menanggulangi bahaya kaki, (2) berbagai benda tajam yang dapat
benturan dan sedikit aliran listrik. Klas ini melukai kaki, (3) percikan materi panas
dipergunakan misalnya pada industri seperti pada pengecoran atau las, (4)
konstruksi, tambang, mesin umum dan lain permukaan kerja panas, dingin, atau licin (5)
sebagainya. Klas B direncanakan untuk tumpahan bahan kimia berbahaya dan lain
bahaya listrik yang besar. Klas ini kecuali sebagainya. Selain dari itu pertimbangan
dapat melindungi dari bahaya benturan juga pelindung kaki harus berbahan konduktor
dapat melindungi pekerja dari bahaya listrik atau non-konduktor juga harus ditentukan
yang besar (tegangan tinggi) sehingga sesuai melalui analisis potensi bahaya.
untuk kerja perlistrikan. Sedangkan klas C Jenis dan tipe alat pelindung kaki
adalah pelindung kepala yang yang diperlukan sangat tergantung dari hasil
mengutamakan enak dipakai meskipun analisis potensi bahaya yang dilakukan. Alat
kurang dalam perlindungan terhadap pelindung kaki harus memenuhi kriteria
benturan dan tidak bisa menahan sengatan yang telah ditetapkan oleh standar
listrik. Klas ini tidak boleh dipakai pada keselamatan kerja pelindung kaki. Misalnya
kerja listrik maupun kerja dengan ancaman ANSI Z41-1991 (Amerika) atau CSA
kejatuhan benda. Klasifikasi pelindung Standard Z195-02 (Kanada). Perlindungan
kepala ini menurut peraturan harus tersebut dapat meliputi (1) kaki bagian
dicantumkan pada sebelah dalam pelindung bawah, (2) permukaan kaki bagian atas
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 97

(metatarsal), (3) jari-jari kaki, (4) sepatu potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
keselamatan kerja dan (5) kombinasi dari ke Alat pelindung kaki yang terstandarisasi
empat item tersebut. Bahan sepatu yang selalu mencantumkan label pada
konduktif (mengantar listrik) diperlukan produksinya (biasanya pada lidah sepatu).
untuk melindungi pekerja dari bahaya listrik Label tersebut bisa berupa tulisan, gambar
statik dan lingkungan bahan yang mudah maupun gambar dan tulisan. Sebagai contoh
meledak (explosive subtanzes). Bahan untuk Standarisasi Kanada Tabel 4 berikut
sepatu yang konduktif akan mengurangi dapat dijadikan arahan dalam pemilihan
terjadinya loncatan bunga api karena listrik sepatu keselamatan kerja.
yang dapat memicu terjadinya api api dan Pekerja harus memakai alat
ledakan pada bahan mudah terbakar. Pekerja pelindung tangan dan atau lengan apabila
harus di latih untuk tidak menggunakan berdasarkan analisis potensi bahaya (hazard
semir sepatu atau kaos kaki berbahan woll analysis) menunjukkan kemungkinan peker-
atau nilon. Semir sepatu dapat menghambat ja terkena luka, cacat atau penurunan kese-
konduksi dan kaos kaki wol atau nylon hatan melalui tangan dan lengan akibat
dapat memicu terjadinya listrik statis. kerja. Beberapa contoh potensi bahaya
Bahan sepatu non-konduktif diperlu- tersebut antara lain terbakar, tertusuk, ter-
kan untuk menghalang-halangi terjadinya gores, abrasi, amputasi atau terpotong,
hubungan pendek lewat pekerja. Sepatu bahan kimia berbahaya dan lain sebagainya.
dengan kriteria ini harus dilengkapi dengan Alat pelindung ini terpaksa harus dipakai
peralatan pelindung diri lain yang non- apabila pengendalian bahaya secara teknis
konduktif (misal sarung tangan, topi/ helm, tidak bisa dilakukan maksimal. Untuk
pakaian) untuk memastikan pekerja permesinan, pengendalian secara teknis
terlindung dari sengatan listrik. Pekerja dengan memberi berbagai pelindung mesin
harus dilatih untuk memelihara pelindung terbukti sangat mengurangi terjadinya luka
kaki dan memastikan tahu bahwa perlin- atau cacat pada tangan pekerja.
dungan kaki dapat berkurang apabila sepatu Sarung tangan yang ada di pasaran
basah, sol karet rusak/aus, pelindung metal- tersedia dengan berbagai variasi material
nya lepas dan lain sebagainya. Untuk keper- dan model. Setiap variasi dan model
luan ini atasan pekerja dapat membuat check diperuntukan bagi potensi bahaya tertentu.
list sebagai alat untuk mempermudah Secara umum dapat dikategorikan menjadi 4
pengecekan pelindung kaki. (empat) golongan yaitu (1) sarung tangan
Alat pelindung kaki yang dijual di yang terbuat dari rajutan logam, kulit atau
pasaran bebas biasanya tidak dapat melin- kanvas, (2) kain dengan lapisan pelindung,
dungi kaki untuk semua potensi bahaya (3) sarung tangan tahan bahan serta cairan
yang ada. Oleh karena itu pemilihan kimia dan (4) sarung tangan karet dengan
pelindung kaki yang tepat harus berdasarkan isolasi. Sarung tangan kulit. Sarung tangan
98 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

ini dapat melindungi pekerja dari percikan tahan irisan. Dengan sifat ini maka sarung
api, panas menengah, benda kasar, serpihan tangan aramid cocok untuk kerja dengan
tajam dan pukulan ringan. Sarung tangan potensi bahaya abrasif dan teriris baik pada
aluminium, biasanya dipakai untuk kerja kondisi panas maupun dingin.
pengecoran, las, tempa, dan dapur api Berbagai bahan sintetik lain dibuat
(furnace), karena dapat memantulkan dan untuk sarung tangan dengan potensi bahaya
mengisolasi panas. Sarung tangan jenis ini khusus. Misalnya berbagai bahan kimia
harus memakai lapisan material di dalamnya yang berbahaya bagi kesehatan. Tabel 5
untuk mengisolasi panas pada pemakainya. menunjukkan contoh daya tahan bahan
Sarung tangan dengan serat aramid. sarung tangan dari berbagai bahan kimia
Serat aramid adalah bahan sintetis yang yang diambilkan sebagian dari OSHA 3151
dapat melindungi panas, dingin, abrasif dan (2000).

Tabel 5 Contoh Tabel Untuk Pemilihan Sarung Tangan


Bahan Material Sarung Tangan
Bahan Kimia
Neoprene Latex atau Karet Butyl Nitril Latex
Acetaldehyde* SB B SB B
Acetic acid SB SB SB SB
Acetone B SB SB J
Ammonium hydroxide SB SB SB SB
Amy acetate* C J C J
Aniline B C C J

Carbon disulfide C C C C
Carbon tetrachloride* C J J B
Castor oil C J C SB
Chlorobenzene* C J J J
Chloroform* B J J C
Chloronaphthalene C J C C
Chromic acid (50%) C J C C
Citric acid (10%) SB SB SB SB
Cyclohexanol B C B SB

Kerosene SB C C SB
Ketones SB SB SB SB
Lacquer thinners SB C C J

Catatan:
1. SB = Sangat baik; B = Baik; C = Cukup; J = Jelek (tidak direkomendasikan)
Untuk material lain dapat dilihat di buku referensi
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 99

Pabrik pembuat sarung tangan biasanya Pakaian pelindung dari wool atau
mencantumkan penggunaan dari sarung ta- cotton sangat baik dipakai oleh pekerja da-
ngan yang diproduksi. Petunjuk yang dican- lam beradaptasi dengan cuaca lingkungan
tumkan ini harus diikuti dan merupakan dan nyala api. Bahan ini dapat juga me-
prioritas utama pemilihan lindungi pekerja dari abrasif, debu, iritasi
Pekerja harus memakai alat pelin- dan permukaan yang kasar
dung badan apabila berdasarkan analisis po- Pakaian pelindung dari kain cocok
tensi bahaya menunjukkan kemungkinan pe- dipakai oleh pekerja dalam melindungi diri
kerja terkena luka, cacat atau penurunan dari debu, benda tajam, material kasar atau
kesehatan melalui badan akibat kerja. Be- pekerja dengan tugas membawa benda berat.
berapa contoh potensi bahaya tersebut an- Pakaian dari kulit melindungi pekerja dari
tara lain percikan material, pukulan ringan, panas dan nyala api. Sedangkan pakaian pe-
terbakar, tertusuk, tergores, abrasi, amputasi lindung dari karet, plastik, kain-karet, neo-
atau terpotong, percikan bahan kimia prene dapat melindungi pekerja dari ber-
berbahaya, darah dan lain sebagainya. Alat bagai bahan kimia berbahaya. Dalam hal
pelindung ini terpaksa harus dipakai apabila pemilihan pakaian pelindung maka petunjuk
pengendalian bahaya secara teknis dan dari pabrik pembuat pakaian harus diper-
administrasi tidak bisa dilakukan maksimal. hatikan dan merupakan prioritas utama da-
Bentuk dan model alat pelindung ba- lam pemilihan.
dan sangat tergantung dari hasil analisis po- Pekerja harus memakai alat pelin-
tensi bahaya, yang dapat menunjukkan ba- dung telinga apabila berdasarkan analisis
gian mana dari tubuh yang mempunyai ke- potensi bahaya menunjukkan kemungkinan
mungkinan terkena bahaya. Gambaran be- pekerja terkena luka, cacat atau penurunan
rikut dapat menjadikan ilustrasi berbagai kesehatan melalui melalui telinga akibat
model alat pelindung tubuh yang sering di- kerja. Berbagai pertanyaan yang harus
pergunakan. Pakaian pelindung badan di- dijawab sebelum memilih alat pelindung
buat dengan material yang sangat bervariasi. telinga antara lain (1) seberapa besar tingkat
Untuk menentukan material apa yang cocok kebisingan (dalam dB) yang harus dielemi-
harus berdasarkan penilaian potensi bahaya nasi, (2) berapa lama paparan bising ber-
yang sudah dilakukan. Apabila dipandang langsung, (3) apakah pekerja bergerak dari
alat pelindung badan saja tidak cukup untuk lokasi satu ke lokasi lain yang mempunyai
melindungi pekerja maka harus ada pelin- tingkat paparan bising berbeda, dan (4)
dung tambahan lain yang dapat merupakan apakah sumber bising hanya dari satu atau
pelindung primer atau sekunder. Misalnya banyak sumber bising. Biasanya peraturan
pada pekerjaan las, pekerja harus memakai perundangan menetapkan semakin besar
pelindung badan bersama sama dengan paparan bising semakin pendek waktu papar
pelindung mata dan muka. yang diperkenankan. Menurut Keputusan
100 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep- di mana:


51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999, nilai Fe = Faktor Ekivalen Paparan Bising
ambang batas bising (NAB) adalah sebesar C1 = Selang waktu paparan yang melebihi
85 dBA sedangkan batas paparan bising batas NAB ( > 85 dBA)
yang diperkenankan sebelum pekerja T1 = Selang waktu paparan menurut
diharuskan memakai pelindung telinga Keputusan Menteri No Kep-
adalah sebagai berikut. 51/Men/99
Tabel 6 Paparan Bising Menurut Kep-
51/MEN/1999 Bila Faktor Ekivalen melebihi satu maka
Waktu Satuan Intensitas Bising
pekerja tersebut harus memakai alat
Paparan (dBA)
8 Jam 85 pelindung telinga. Untuk paparan kurang
4 88 dari 85 dBA tidak diperhitungkan karena
2 91
tidak melebihi batas ijin.
1 94
Bentuk dan bahan dasar alat
30 Menit 97 pelindung sangat bervariasi. Dilihat dari
15 100 bentuknya secara garis besar ada tiga
7,5 103
3,75 106 macam yaitu (1) sumbat telinga atau ear
1,88 109 plug, (2) penutup telinga atau ear muffs dan
0,94 112 (3) terintegrasi dengan APD yang lain
misalnya pernafasan, mata, muka dan lain
28,12 Detik 115
14,06 118 sebagainya. Sumbat telinga dapat terbuat
7,03 121 dari cotton, fibreglass wool, foam, campuran
3,52 124 karet dan lain sebagainya. Dari sisi tata cara
1,76 127
0,88 130 pemakaian maka sumbat yang ada di
0,44 133 pasaran dibagi dua, yaitu (1) disposable atau
0,22 136 sekali pemakaian dan non-disposable. Pada
0,11 139
Catatan: Tidak boleh terpapar 140 dBA pemakaian sumbat telinga non-disposable
walaupun sesaat perlu diperhatikan kebersihan. Sesudah
dipakai harus dibersihkan dengan baik. Pada
Apabila pekerja terpapar intensitas bising alat pelindung telinga berbentuk tutup
yang berbeda dengan selang waktu yang telinga harus diperhatikan perapat (seal)
berlainan maka untuk menentukan kelayak- yang menempel dan melingkari daun
an pemakaian alat pelindung telinga harus telinga. Kebocoran pada seal akan
dihitung terlebih dahulu Faktor ekivalensi mengurangi efektifitas perlindungan. Penu-
paparan bising dengan rumus: tup telinga biasanya non-disposable oleh
C1 C2 Cn karena itu harus sangat diperhatikan
e
F 
T
T
T
 1  2  n kebersihannya.
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 101

METODE mempunyai karakteristik yang sama atau


Berdasarkan rumusan masalah yang hampir sama. Hal ini dilakukan untuk me-
telah dijelaskan, maka penelitian ini terma- ngetahui layak atau tidak instrumen diguna-
suk jenis penelitian survey. Desain ini ber- kan untuk mencapai tujuan penelitian. Uji
upaya untuk mengetahui fasilitas APD yang coba instrumen yang dimaksud adalah uji
tersedia di laboratorium pengelasan dan be- coba terhadap instrumen angket yang digu-
rapa besar persentase penggunaan APD oleh nakan untuk pengumpulan data.
mahasiswa selama praktikum pengelasan.
Adapun penggambilan data dilaku- HASIL
kan dengan menggunakan angket dan doku- Hasil penelitian ini disajikan pada
mentasi digunakan untuk mengetahui berapa Tabel 5 berikut,
jumlah dan jenis APD yang tersedia di labo- Tabel 5 Hasil analisis tiap indikator
No Indikator Persentase Kategori
ratorium pengelasan, kemudian dihitung 1. Tersedia APD 95% Baik
persentase penggunaan APD mahasiswa se- 2. Topi logam atau 60% Cukup
plastik
lama pengelasan Populasi adalah seluruh 3. Googles, kacamata 88% Baik
mahasiswa D3 yang memprogram Praktik- bahan khusus
um pengelasan semester ganjil 2013/2014 4. Respirator, masker 68% Cukup
5. Sarung tangan karet, 91% Baik
berjumlah 60 orang. plastik
Untuk mendapatkan data yang 6. Pakaian bahan 88% Baik
benar-benar mencerminkan kondisi labora- khusus
7. Sepatu karet, boot 60% Cukup
torium yang diteliti, maka diperlukan ada- 8. APD masih layak 87% Baik
nya instrumen pengumpul data. Instrumen digunakan
9. Peralatan memenuhi 80% Baik
ini dikembangkan berdasarkan indikator pe- standar minimal
nelitian sehingga benar-benar dapat meng- 10. Kondisi laboratorium 86% Baik
memenuhi standar
gali sejumlah data yang diperlukan. Penyu- minimal
11. Kondisi laboratorium 89% Baik
sunan angket menggunakan angket terstruk- terdapat simbol/
tur dengan bentuk jawaban tertutup, mak- isyarat keselamatan
kerja
sudnya setiap pertanyaan sudah tersedia al-
ternatif jawaban dan responden tinggal me- Deskripsi data variabel fasilitas
milih jawaban yang tersedia. alat pelindung diri yang digunakan diper-
Angket/kuesioner tentang persentase oleh melalui angket dengan 5 (lima) indi-
penggunaan APD mahasiswa selama penge- kator yang dikembangkan menjadi 20 per-
lasan ini dibuat dengan memberi pernyata- tanyaan. Masing-masing pernyataan memili-
an-pernyataan sesuai indikator-indikator ki 4 alternatif jawaban, sehingga secara ke-
yang telah dikembangkan. Sebelum instru- seluruhan nilai harapan tertinggi untuk tiap-
men digunakan untuk meneliti, maka diuji- tiap subjek penelitian sebesar 100 dan nilai
cobakan terlebih dahulu kepada subjek yang harapan terendah sebesar 10.
102 Solichin, Farid Eka Wahyu Endarto, Desy Ariwinanti, Penerapan Personal Protective Equipment ...

Tabulasi persentase penggunaan alat sampaikan oleh mahasiswa, diantaranya


pelindung diri (APD) yaitu APD masih la- adalah cuaca yang dinilai panas sehingga
yak digunakan sebesar 87% kategori baik, pekerja merasa risih, gerah dan tidak dapat
masing-masing alat pelindung diri dapat di- bergerak leluasa jika bekerja dengan meng-
rinci sebagai berikut: respirator yang digu- gunakan APD. Hasil penelitian menyatakan
nakan mahasiswa mencapai 68% kategori bahwa ketersediaaan APD dan alat yang
cukup, topi logam/plastik mencapai 60% ka- tersedia dan terstandar sangat menggembira-
tegori cukup. Googles, kacamata bahan khu- kan karena mencapai 80% dan 86% hal ini
sus mencapai 88% kategori baik, sarung ta- menunjukkan komitmen laboratorium dalam
ngan karet. Plastik, kulit 91% kategori baik, penerapan K3 di laboratorium dengan baik,
pakaian bahan khusus lapron mencapai 88% Fasilitas K3 dilaboratorium penge-
kriteria baik. Sepatu karet boot mencapai lasan yang pertama yaitu alat pelindung diri
60%, kategori baik. Peralatan memenuhi atau biasa disebut dengan APD sudah
standar minimal mencapai 80% kategori standar yang telah ditetapkan oleh pemerin-
baik. Kondisi laboratorium memenuhi stan- tah tentang penyediaan APD secara cuma-
dar minimal mencapai 86% kategori baik. cuma bagi mahasiswa, pelindung kaki ini
Kondisi laboratorium terdapat simbol/ isya- sangat penting digunakan disetiap aktifitas
rat keselamatan kerja mencapai 89% kate- kerja di laboratorium pengelasan untuk
gori baik. menghindari cedera kaki dari benda jatuh
Jadi dapat disimpulkan bahwa se- atau tergelincir pada saat bekerja mengelas.
bagian besar peralatan laboratorium ter-
masuk Alat Pelindung Diri yang digunakan KESIMPULAN DAN SARAN
dalam praktikum pengelasan termasuk kate- Berdasarkan hasil penelitian, maka
gori baik dan selebihnya kategori cukup. dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengertian alat pelindung diri menurut 1. Fasilitas alat pelindung diri (APD) dila-
Permenaker No.08 tahun 2010 bahwa, “Alat boratorium pengelasan telah disediakan
Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD dengan cuma-cuma dan dapat digunakan
adalah suatu alat yang mempunyai kemam- oleh mahasiswa dalam praktikum penge-
puan untuk melindungi seseorang yang lasan dengan aman sesuai dengan yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh dipersyaratkan peraturan pemerintah.
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja”. 2. Persentase pemakaian alat pelindung diri
Kenyataan yang sering dijumpai pada yang digunakan mahasiswa dalam prak-
mahasiswa saat praktikum masih ada yang tikum pengelasan adalah sebagai berikut,
kurang disiplin dalam mengenakan APD yaitu APD masih layak digunakan se-
baik itu karena faktor ketersediaan APD besar 87% kategori baik, masing-masing
maupun faktor manusianya yang tidak mau alat pelindung diri dapat dirinci sebagai
mengenakan APD. Banyak alasan yang di- berikut: respirator yang digunakan maha-
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 1, APRIL 2014 103

siswa mencapai 68% kategori cukup, topi pelindung diri di laboratorium penge-
logam/plastik mencapai 60% kategori lasan sudah digunakan sesuai dengan
cukup. Googles, kacamata bahan khusus standard yang dipersyaratkan
mencapai 88% kategori baik. Sarung
tangan karet, plastik, kulit 91% kategori Saran
baik. Pakaian bahan khusus /apron Hasil penelitian bisa dipakai sebagai
mencapai 88% kriteria baik, sepatu tambahan referensi yang berhubungan
karet.boot mencapai 60% , kategori baik. dengan pelaksanaan keselamatan dan kese-
Peralatan memenuhi standar minimal hatan kerja dan dapat memberikan informasi
mencapai 80% kategori baik. Kondisi serta gambaran mengenai penerapan kese-
laboratorium memenuhi standar minimal lamatan dan kesehatan kerja di laboratorium
mencapai 86% kategori baik. Kondisi praktikum pengelasan.
laboratorium terdapat simbol/ isyarat Hasil penelitian ini dapat digunakan
keselamatan kerja mencapai 89% kate- sebagai pengembangan ilmu keselamatan
gori baik. Sebagian besar peralatan labo- dan kesehatan kerja (K3) khususnya di
ratorium termasuk Alat Pelindung Diri laboratorium pengelasan, serta sebagai
yang digunakan dalam praktikum penge- bahan referensi dalam penelitian selanjutnya
lasan termasuk kategori baik dan alat yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Pe- Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan
nelitian Suatu Pendekatan Praktek. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
Jakarta: PT Rineka Cipta CV. Haji Mas Agung
Daryanto. 2007. Keselamatan dan Keseha- Permenaker. 2010. Alat Pelindung Diri.
tan Kerja Bengkel. Jakarta: Rineka Jakarta: Menteri Tenaga Kerja dan
Cipta Transmigrasi Republik Indonesia.
Kustono dkk 2008, Modul Alat pelindung
Diri. Malang : Jurusan Teknik
Mesin

Anda mungkin juga menyukai