Gaga Dima Arianto (2114030042) Rizki Fimanzah Putra (2114030095) Brama Magrobi H (2113030047) Pandu Fajar P (2112030055) Dadang Triawan (2112030089) Kasus Lumajang - Seorang karyawan pengolahan limbah tewas saat mengecek volume limbah tetes Pabrik Gula (PG) Djatiroto di kolam penampungan. Wahyudi (43) tewas tenggelam setelah terjatuh dari tangga, Senin (5/1/2009). Peristiwa ini terjadi, saat korban warga Dusun Persil Desa/Kecamatan Jatiroto bersama dua temanya, Sutrino (55) dan Bagong (57) warga Desa/Kecamatan Jatiroto mengecek limbah tetes. Korban yang berada tepat di belakang Sutrisno yang memegang tali ukur ke dalam limbah, terpeleset dan jatuh. "Dia terjatuh terlentang dan sempat melambaikan tangan meminta tolong," kata Sutrisno teman korban saat ditemui detiksurabaya.com di kamar mayat RS PG Djatiroto. Menurut Sutrisno, korban tidak bisa diselamatkan. Karena limbah tetes pekat seperti lumpur dan terus menenggelamkan korban. "Limbah tetes ini kalau bergerak orang akan tenggelam dengan sendirinya," tutur Sutrisno. Sementara informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com dari sejumlah karyawan PG Djatiroto, korban tidak dilengkapi alat pengaman untuk mengecek limbah tetes. Bahkan pihak PG Djatiroto tidak menyediakan alat keselamatan bagi pekerjanya. Sementara Kanit Reskrim Polsek Jatiroto Aiptu Hariyanto, pihaknya masih memeriksa saksi- saksi yang mengetahui kejadian. Sedangkan korban saat ini dilakukan visum untuk mengetahui apakah ada unsur pembunuhan. "Korban kami visum, hal ini menghindari kekhawatirkan keluarga korban yang masih meragukan kematiannya," kata Hariyanto. Analisis Kasus Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah tidak tersedianya alat keselamatan bagi pekerjanya. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada pihak pabrik. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan seorang karyawan tersebut, seharusnya pihak pabrik membuat kebijakan baru dengan menyediakan alat keselamatan bagi pekerja dan memastikan setiap karyawan menggunakan APD saat bekerja, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Konstruksi kolam harus dibuat berpagar agar menghindari kecelakaan kerja apabila tangga licin. Pihak pabrik perlu juga memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Karyawan saat memasuki kolam penampungan limbah seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri meski tidak disediakan agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja. Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap pekerjaan ini menyadari pekerjaan ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis pekerjaannya. Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada pabrik tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut. Pabrik harus mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini dengan memperbaiki penyediaan alat pelindung diri bagi seluruh karyawan. Jika tidak dilakukan berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada pabrik yang sama maupun pada pabrik sejenisnya. Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja 1. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning. Jalan yang berhubungan langsung dengan kolam diberi pagar. Tangga dan lantai diusahakan tidak licin. 2. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya. 3. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, pabrik memang tidak menyediakan dan para pekerja tidak mempunyai inisiatif menyediakan sendiri karna terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Strategi Pengendalian Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi. Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya kecelakaan yang sama. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan pelaksanaan setiap bagian. Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. Pencegahan yang efektif Pekerjaan pemeliharaan konstruksi tempat kerja mempunyai sifat bahaya secara alamiah terhadap pekerja. Oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara, keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya standar keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia (mencapai 85%). Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam berkerja. Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis. Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu: Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para karyawan secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya. Penggunaan pakaian pelindung Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya mengecek volume limbah tetes Pabrik Gula (PG) Djatiroto SOP KOLAM LIMBAH a. Persiapan kegiatan 1. Pastikan jumlah pekerja yang mengawasi kegiatan pada kolam pengolahan limbah cukup. 2. Periksa semua kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerja (Helm, Masker, Sarung tangan karet, sepatu safety) 3. Pengawas harus dilengkapi alat komunikasi (HT) 4. Berikan briefing singkat sebelum memulai pekerjaan (Safety Talks). APD Pengawasan ALAT KOMUNIKASI HT SAFETY TALK b. Pelaksanaan kegiatan 1. Periksa ketinggian maksimum limbah pada masing-masing kolam. Periksa semua saluran antar kolam. 2. Periksa semua tanggul kolam pastikan tidak terdapat rembesan dan kebocoran. 3. Lakukan pengambilan sampel limbah pada kolam c. Penghentian kegiatan 1. pastikan semua peralatan dalam kondisi tidak aktif
2. pastikan semua peralatan kerja
dikumpulkan dan terawat dengan baik. d. Pelaporan 1. Jumlah limbah harian yang dihasilkan 2. pH harian limbah yang dihasilkan 3. Pengambilan sampel limbah dan analisis dari kolam limbah kontrol setiap 1 bulan sekali. Ketentuan K3 1. Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan secara penuh perhatian terhadap K3 2. Peralatan K3 yang sesuai (helm, safety shoes, sarung tangan dan masker) harus dipakai selama bekerja Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.