Anda di halaman 1dari 24

Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Di Dunia Industri

Contoh Kasus : Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik


Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiapsiap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya tidak ada
yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban meninggal
dunia.
Analisa : TAHAPAN PENYEBAB
a. Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang
sedang berputar.
b. Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan
dan dalam memilih penggunaan pakaian kerja.
c. Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan perhatian
kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan
yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai, kurangnya kepekaan
pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja.
CONTOH KASUS: TERSIRAM UAP AIR PANAS
Seluruh bagian tubuh tersiram air panas 400 derajat Celcius saat membersihkan tangki gula
kristal
Uraian Kejadian
Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada diatas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air
panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada
didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.Ke 4 pekerja
tewas, salah seorangnya menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah. Menurut salah
seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur kedalam tangki setelah tombol kran dibuka
oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan
didalam tangki tersebut belum selesai.
ANALISA:
STRATEGI PENGENDALIAN
Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
Selama melakukan proses pekerjaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah

orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikuci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
Operator mesin ataupun alat produksi lainnya, sebaiknya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelum mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. Sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
Seluruh petugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan
rencana penganggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
http://www.scribd.com/doc/191298247/DKK-Contoh-Kasus-kecelakaan
Diposkan oleh arieherryan di 16.24

Indentifikasi Bahaya di Dunia Industri


16 Selasa Jun 2015

Posted by mnfitra in Profesional


Tinggalkan komentar
Tag
Bahaya, Ceklist, ETA, FMEA, FTA, HAZOP, identifikasi bahaya, jenis identifikasi bahaya, JSA,
Metode Campuran, Metode Deduksi, Metode Induksi, OHSAS 18001:2007, OSHA, PHA, RBI,
What-if
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau
menimbulkan penyakit, ataupun kombinasi keduanya (OHSAS 18001:2007)
Selama ini di dunia Industri, tidak pernah lepas dari kecelakaan baik yang menyebabkan
kerugian maupun tidak. Setiap pekerjaan mempunyai risiko bahaya yang berbeda.Pekerjaan di
waktu malam hari tentu berbeda dengan pekerjaan di waktu siang hari. Pekerjaan di Industri

Kimia tentu berbeda dengan Industri Jasa. Secara umum, bahaya dibagi menjadi 5 jenis, yaitu
bahaya fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomik. Untuk mengendalikannya, kita harus
mengidentifikasinya terlebih dahulu.
Terdapat 3 metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya pada suatu pekerjaan.
1. Metode Induksi
Metode induktif (bottom up) melihat suatu kondisi / aktivitas dari penyebabnya. Dilakukan
dengan cara menuliskan bahaya yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan. Dari bahaya yang
sudah ditentukan, kemudian dicari sumber bahaya dan potensi kejadian yang tak diinginkan dari
bahaya tersebut. Kemudian dilakukan pengendalian. Jadi logika nya yaitu dengan mengetahui
bahaya, kejadian, dan akibatnya, lalu dikendalikan. Misalnya, bahaya hidrokarbon diketahui
dapat menyebabkan kebakaran, maka harus dikendalikan dengan melakukan isolasi sumber
energi, tidak menggunakan alat yang menghasilkan percikan api di sekitar sumber energi,
melakukan pengukuran gas, menggunakan APD, tersedia APAR disekitar sumber energi.
2. Metode Deduksi
Metode deduktif (top down) adalah metode yang melihat suatu aktifitas dari hasil akhirnya
(consequences) barulah kemudian dicari penyebabnya. Simpelnya, yaitu dimulai dari Kejadian,
Akibat/Dampak, Penyebab/Bahaya, dan Pengendalian.
Dari satu pekerjaan, diidentifikasi kecelakaan apa saja yang bisa terjadi, kemudian dicari
penyebabnya. Misalnya, Pekerjaan di atas ketinggian menggunakan scaffolding, kecelakaan yang
bisa terjadi yaitu terjatuh dari scaffolding, struktur scaffolding retak, terlepas, atau runtuh, benda
jatuh menimpa orang, tangan terjepit, terpeleset, dan lain sebagainya. Akibatnya, bisa terjadi
kematian, kecelakaan berat. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak menggunakan full body
harness, tidak memperhatikan posisi tangan, orang, tidak mengecek struktur scaffolding, dan lain
sebagainya. Nah, dari sebab tersebut, diidentifikasi pengendalian yang harus dilakukan. Contoh
penerapan metode ini yaitu Fault Tree Analysis.
3. Metode Kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari induksi dan deduksi, yaitu dengan mencampurkan antara
kejadian dan bahaya menjadi satu, namun fokus pada alur proses suatu pekerjaan.
Contohnya yaitu penggunaan JSA (Job Safety Analysis) atau JHA (Job Hazard Analysis).
Metode ini yang paling sering dipakai di Industri, karena lebih simpel dan mudah dimengerti.
Form Standar yang digunakan yaitu berupa Tugas/Pekerjaan, Bahaya yang ditimbulkan, Tingkat
Keparahan, Frekuensi Pekerjaan, Nilai Risiko (Tingkat Keparahan dikalikan dengan Frekuensi
Pekerjaan), dan Langkah Pengendalian.
Dalam aplikasinya dalam dunia kerja, di berbagai sektor Perusahaan, secara umum Pelaksanaan
Idenifikasi Bahaya dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Identifikasi Bahaya sebelum Pekerjaan, Tahap Perencanaan


a. Job Safety Analysis
Merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja agar dapat dikendalikan,
dianalisa dan direkam. Tahapan dari JSA yaitu mengidentifikasi potensi bahaya yang ada pada
setiap tahapan pekerjaan, menentukan alat atau langkah yang diperlukan untuk setiap potensi
bahaya yang diidentifikasi, dan merekomendasikan cara paling aman untuk melakukan pekerjaan
yang berisiko. JSA dilakukan secara kualitatif.
b. Hazard Operability Study
Merupakan metode kualitatif yang banyak digunakan oleh industri proses untuk mengidentifikasi
bahaya pada tahap desain rekayasa. Tujuannya untuk menganalisis sistem bagian per bagian dan
menjelaskan bagaimana kondisi ideal suatu sistem bekerja (Wachyudi, 2010). Tahapanya yaitu
mengidentifikasi reaksi atau respon dari pabrik dan atau sistem peralatan untuk memproses
masalah dan penyimpangan, menyelidiki dan mengevaluasi pengoperasian dan atau fleksibilitas
proses, mengidentifikasi pengoperasian, ketersediaan, keandalan dan masalah pemeliharaan
peralatan dari pabrik, menilai apakah reaksi dari sistem dan peralatan akan menghasilkan efek
yang merugikan bagi personil, aset, lingkungan, kebijakan publik, dan bisnis Perusahaan, dan
yang terakhir yaitu merekomendasikan tindakan perbaikan, yang akan mengurangi atau
menghilangkan efek merugikan tersebut. Metode Hazop ini perlu dilakukan oleh orang yang ahli,
karena melihat kompleksitas proses nya.
c. Risk Based Inspection (RBI)
RBI merupakan metode identifikasi bahaya yang berfokus pada penilaian risiko yang berkaitan
dengan pengoperasian mesin atau peralatan. RBI memastikan bahwa peralatan harus dalam
kondisi prima saat digunakan, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Setelah RBI
dilaksanakan, maka dapat dijadikan dasar untuk merencanakan jadwal inspeksi dan pemeliharaan
peralatan. Pendekatan RBI secara kualitatif menyediakan dasar analisis untuk memprioritaskan
program inspeksi berdasarkan risiko
d. What-If
Metode identifikas awal untuk meninjau desain dengan menanyakan serangkaian pertanyaan
awal yaitu bagaimana-jika (what-if). Metode What-if merupakan metode identifikasi bahaya
secara kualitatif tertua di dunia
e. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
Analisis Pola Kegagalan dan Akibat (FMEA) adalah metode untuk mengidentifikasi bahaya yang
melibatkan analisis modus kegagalan dari suatu entitas, penyebabnya, dampaknya, dan hubungan
kritikalitas dari kegagalan. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang
mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada sistem operasi, namun tidak ikut
memperhitungkan kesalahan manusia dalam kegagalan tersebut. (Wachyudi, 2010)

f. Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA)


Adalah diagram logika yang digunakan untuk mewakili masing-masing dampak dari suatu
peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa. Diagram ini juga menyatakan ilustrasi bebas dari
rangkaian potensi kegagalan peralatan atau kesalahan manusia yang dapat menimbulkan
kerugian. Ditelusuri penyebab masing-masing kegagalan hingga ditemukan sebab yang paling
dasar. Setelah itu dapat dilakukan pengendalian.
FTA bersifat deduktif dengan memunculkan akibat untuk mencari sebab, sedangkan ETA bersifat
induktif dengan menampilkan sebab (kejadian awal) untuk mencari akibat (kejadian akhir).
(Wachyudi, 2010)
g. Action Eror Analysis (AEA)
Analisis tindakan kesalahan (AEA). Tujuan utama dari melakukan AEA adalah untuk
mengidentifikasi kesalahan manusia selama operasi kritis dan mengurangi risiko ke tingkat yang
dapat diterima melalui tindakan pengurangan risiko. Hal ini dicapai dengan mengidentifikasi
mode kegagalan manusia dalam prosedur, penyebab, konsekuensi, risiko, dan kebutuhan untuk
pengurangan risiko.
2. Identifikasi Bahaya saat pelaksanaan Pekerjaan
a. Observasi / Inspeksi Keselamatan Kerja
Metode ini biasa dilakukan oleh fungsi HSE Officer pada suatu Industri. Tujuannya adalah untuk
melihat pelaksanaan pekerjaan dilapangan, apabila terjadi pekerjaan yang tidak aman, maka
harus segera dihentikan dan dikendalikan agar pekerjaan menjadi aman. Menurut Herbert
Heinrich, dalam penelitiannya pada 750.000 insiden industry, 88 % nya terjadi karena unsafe act
(tindakan tidak aman yang dilakukan seseorang), 10% nya terjadi karena kondisi fisik atau
mekanis yang berbahaya, 2% nya tidak bisa ditentukan, banyak yang menyebutnya sebagai
unlucky (ketidakberuntungan). Nah, Observasi / Inspeksi ini digunakan untuk meminimalisir
insiden yang terjadi dilapangan. Karena sifat dasar manusia yang biasanya lupa, maka harus
sering di ingatkan.
b. Pemeriksaan / Audit Surat Izin Kerja
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan isi surat izin kerja dengan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan. Analisis bagaimana pekerjaan dilakukan, apakah sudah sesui, jika belum
maka hentikan pekerjaan, dan diskusikan dengan pimpinan pekerja. Ada beberapa perusahaan,
yang menggunakan ceklist khusus untuk pemeriksaan pekerjaan. Untuk perusahaan yang high
risk, biasanya ceklist pekerjaan menjadi bagian dari Surat Izin Kerja.
Referensi :

A Guide to Hazard and Operability Studies (UK) Chemical Industries Association 1981

Accident Prevention Manual, National Safety Council, 2001.

HSE (Health Safety Executive) UK, Five Steps to Risk Assessment, June 2006

ISO 31000:2009 about Risk Management

OSHA Job Hazard Analysis 3071 tahun 2002

Wachyudi, Y. (2010). Identifikasi Bahaya, Analisis, dan Pengendalian Risiko dalam


Tahap Desain Proses Produksi Minyak & Gas di Kapal Floating Production Storage &
Offloading (FPSO) untuk Projek Petronas Bukit Tua Tahun 2010 . Depok: Universitas
Indonesia

Contoh-Contoh Kecelakaan Kerja Yang terjadi Di Indonesia

Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh
karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak diharapkan, oleh karena
peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai ke yang paling berat.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga
semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban
jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur
kesengajaan dan perencanaan.
2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai
kerugian baik fisik maupun material.
3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan
proses kerja.

Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Dengan Berbagai Faktor Beserta
Analisanya.
1. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Non-Teknis.
Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas
CilacapEmpat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,
Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu
pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator
kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi
insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek
Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5
pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran
yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan
mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika
dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno
dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun
mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah
tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui
jika

pekerjaan

didalam

tangki

tersebut

belum

selesai.

Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena
semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui
wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut.
Analisis Kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah
human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang
telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati
serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong
serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan

terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri
agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam
bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen
yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki
risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa
dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator
kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila
teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang
sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing,
maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat
orang atau benda asing.

2. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Teknis.


Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri Akibat Tabung Pemanas Meledak
JAKARTA - Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri pukul 13.30
WIB. Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia
dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan pun terjadi
akibat tangki untuk tabung pemanas rusak.
"Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia
kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata Kapuslabfor
Mabes Polri, Brigjen Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011).
Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki untuk
tabung pemanas. Dia (Syarifuddin) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan itu kaca pintu
rusak dan melukai tangannya," kata Budiono.
Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam.
Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian,

sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet," kata
Budiono.
Analisa Kasus
Menurut saya, kecelakaan diatas adalah kecelakaan kerja akibat faktor teknis karena
kecelakaan tersebut terjadi disebabkan oleh ledakan tabung pemanas ketika sedang menganalisa
bahan kimia untuk menganalisa logam. Akibatnya tangan Syarifuddin terluka. Nah ini sebagai
akibat dari minimnya penerapan standar keselamatan kerja di kalangan pekerja. Yang pertama,
tidak melengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja, padahal dengan perlengkapan
keselaman kerja merupakan alat antisipasi terhadap kemungkinan negatif yang timbul saat
bekerja. Kedua, tidak konsentrasi. Dan yang ketiga, kurang memperhatikan alat-alat yang
menunjang pekerjaannya, karena bekerja di laboratorium maka sebelum bekerja sudah
seharusnya memeriksa apakah alat yang akan kita gunakan layak pakai atau tidak, jika rusak
maka lebih baik tidak dipergunakan sebelum diperbaiki terlebih dahulu atau diganti dengan alat
yang baru. Oleh karena itu, dalam bekerja kita harus menerapkan secara tepat konsep-konsep
keselamatan kerja sebagai langkah antisipasi yang sangat penting bagi keamanan dan kesehatan
kita saat bekerja. Dengan langkah ini maka setidaknya kita telah mempersiapkan diri untuk
mencegah terjadinya kecelakaan tersebut.
3. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Alam.
Karyawan PT. Freeport Terjebak Longsor Di Lokasi Penambangan
Jayapura (15/5) Dua karyawan PT Freeport yang terjebak longsoran di areal
Underground QMS Biggosan Mill 74, pada Selasa (14/5) sekitar Pukul 09.00 Wit kemarin,
dinyatakan tewas, yakni atas nama Andarias Msen dan Kenny Wanggai. Dimana dari 40 orang
karyawan yang tertimbun longsor, enam orang berhasil ditemukan, namun dua orang
dinyatakan tewas, sementara empat orang lainnya selamat dan kini sedang dirawat intensif di
rumah sakit setempat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, Didi Agus Prihatno kepada
wartawan, di Jayapura, Rabu (15/5) mengatakan, longsor di areal PT Freeport adalah murni
kecelakaan kerja akibat fenomena alam. Longsoran terjadi di fasilitas pelatihan pertambangan
bawah tanah PT Freeport, tepatnya mill 74. Akibat adanya kejadian itu, ujar Didi, ada laporan
resmi dari PT Freeport, yang isinya adalah sekitar 40 pekerja tambang terjebak didalam areal

fasilitas pelatihan tambang bawah tanah di mill 74. Dimana sementara ini sedang dilakukan
upaya pencarian dan evakuasi. Dari 40 orang, enam orang sudah terevakuasi, empat orang
dinyatakan hidup dan dua orang lainnya meninggal. Saat ini korban selamat sedang dirawat
secara intensif di rumah sakit setempat, ujarnya.
Dikatakannya, disaat longsoran ini diatasi, kondisi 34 orang karyawan yang masih terjebak di
bawah tanah belum diketahui pasti, karena sampai saat ini masih dilakukan pencarian. Yang
paling tahu adalah manajemen Freeport bukan kami, karena ini adalah kecelakaan kerja, maka
menjadi domainnya perusahaan.
Analisa Kasus
Menurut pendapat saya, kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kerja akibat dari faktor
alam karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan adanya longsoran di lokasi penambangan
yang menyebabkan 40 orang penambang terjebak di dalam longsoran tersebut. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja tersebut, sebaiknya perusahaan harus melakukan analisa dan riset
terlebih dahulu tentang keadaan alam yang ada di daerah tersebut meliputi cuaca dan keadaan
dan kontur tanah di tempat sekitar penambangan. Dan bagi penambang haruslah mengikuti
instruksi-instruksi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Diantaranya

dengan

menggunakan helm, baju safety, sepatu boot dan membawa alat komunikasi yang berguna untuk
memberi tahu pekerja yang berada di atas bila terjadi longsoran.
DAFTAR PUSTAKA
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan
kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E
http://hafizhamuliani.blogspot.com/2012/03/tugas-saya-kasus-kecelakaan-kerja.html
Berita SINDO.

Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Di Dunia Industri


Contoh Keselamatan Kerja Pada Dunia Industri
A.

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan

konsekwensi

meningkatkan

intensitas

kerja

yang

mengakibatkan

pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.


Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami
perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk

mengantisipasi

permasalahan

tersebut,

maka

dikeluarkanlah

peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan


sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari


perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.
B.

Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau

kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung
mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi,
seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.
Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin,
tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan
keselamatan.

C.

Contoh Kasus : Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik

Bagian Pakaian Korban yang Tersangkut Puli Dinamo Yang Sedang Berputar
Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel
korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang
bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai
kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher
korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiapsiap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00. Akibatnya tidak ada
yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan mengakibatkan korban meninggal
dunia.
Analisa : TAHAPAN PENYEBAB
a.

Penyebab Umum Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang
sedang berputar.

b.

Penyebab Terperinci Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan
dan dalam memilih penggunaan pakaian kerja.

c.

Penyebab Pokok Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang memberikan pelatihan dan perhatian
kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan
yang beresiko tinggi. Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai, kurangnya kepekaan
pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja.
CONTOH KASUS: TERSIRAM UAP AIR PANAS
Seluruh bagian tubuh tersiram air panas 400 derajat Celcius saat membersihkan tangki gula
kristal
Uraian Kejadian
Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik
tersebut. Tiba-tiba kran yang berada diatas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air
panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada
didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.Ke 4 pekerja
tewas, salah seorangnya menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah. Menurut salah

seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur kedalam tangki setelah tombol kran dibuka
oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan
didalam tangki tersebut belum selesai.
Analisa:
TAHAPAN PENYEBAB
Penyebab Umum
Lingkungan
Kran sumber air panas yang terbuka tombolnya secara tiba-tiba.
Penyebab Terperinci
Kelalaian rekan kerja (Operator Kran)
Sebelum membuka tombol kran air panas, operator tidak memeriksa di dalam tangki apakah
masih ada pegawai yang bertugas atau tidak.
Penyebab Pokok
Kebijakan Pabrik/Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar
tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai.
Kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerja.
ANALISA:
STRATEGI PENGENDALIAN
Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja
guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
Selama melakukan proses pekerjaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan
minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah
orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikuci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.

Operator mesin ataupun alat produksi lainnya, sebaiknya diberi peringatan setiap sesudah dan
sebelum mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. Sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
Seluruh petugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan
rencana penganggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan
pelaksanaan setiap bagian.
Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
http://www.scribd.com/doc/191298247/DKK-Contoh-Kasus-kecelakaan

7 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Secara Umum


October 17, 2014 Armein Hutagaol Kecelakaan Kerja 9 Comments

Kecelakaan kerja bisa terjadi karena berbagai alasan. Dalam sebagian besar industri, orang
cenderung untuk mencari sesuatu untuk menyalahkan ketika kecelakaan kerja terjadi, karena
lebih mudah daripada mencari akar penyebab, seperti yang tercantum di bawah ini.
Pertimbangkan penyebab kecelakaan kerja secara mendasar. Apakah hal-hal berikut pernah atau
sering terjadi di tempat kerja Anda ? Jika demikian, Anda mungkin belum terluka tapi lain kali
Anda bisa tidak begitu beruntung.

Penyebab Kecelakaan Kerja


Berikut adalah hal-hal umum penyebab terjadinya kecelakaan kerja:
1. Melakukan shortcuts
Setiap hari kita membuat keputusan agar pekerjaan lebih effisien dan lancar. Tapi apakah faktor
resiko keselamatan Anda sendiri sudah diidentifikasi, atau anggota kru lainnya ? Melakukan
shortcuts tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan dapat meningkatkan terjadinya
kecelakaan.
2. Menjadi Over-Confident
Keyakinan adalah hal yang baik. Tapi terlalu percaya diri bukanlah hal yang baik. Kecelakaan
tidak akan pernah terjadi pada saya adalah sikap yang dapat menyebabkan prosedur yang tidak
tepat, alat, atau metode dalam pekerjaan Anda. Semua ini dapat menyebabkan cedera.
3. Memulai Tugas Dengan Instruksi yang Tidak Lengkap
Untuk melakukan pekerjaan dengan aman dan benar, pertama kali Anda perlu informasi yang
lengkap. Pernahkah Anda melihat seorang pekerja yang dikirim untuk melakukan suatu
pekerjaan, yang telah diberikan hanya bagian dari instruksi pekerjaan itu ? Jangan malu-malu
meminta penjelasan tentang prosedur kerja dan tindakan keselamatan. Hal ini tidak bodoh untuk
mengajukan pertanyaan, malah kelihatan bodoh kalau kita tidak mau bertanya.
4. Buruknya Housekeeping
Ketika klien, manajer, atau profesional K3 berjalan melalui tempat kerja Anda, faktor
housekeeping adalah salah satu indikator yang akurat untuk menunjukkan attitude pekerja
terhadap masalah kualitas, produksi, termasuk masalah keselamatan. Tempat kerja yang bersih,
rapi, dan teratur mencerminkan tempat kerja yang aman dan selamat.
5. Mengabaikan Prosedur Keselamatan

Mengabaikan prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda
dibayar untuk mengikuti aturan dan kebijakan-kebijakan perusahaan, bukan untuk membuat
aturan Anda sendiri.
6. Gangguan Mental dari Pekerjaan
Memiliki hari yang buruk di rumah dan kuatir tentang hal itu di tempat kerja adalah kombinasi
yang berbahaya. Anda juga dapat terganggu ketika Anda sibuk bekerja dan teman Anda datang
untuk mengajak berbicara. Hal-hal ini dapat mengganggu konsentrasi Anda dalam bekerja dan
bisa juga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
7. Kegagalan Untuk Merencanakan Pekerjaan
Ada banyak pembicaraan hari ini tentang Job Hazard Analysis. Job Hazard Analysis adalah cara
yang efektif untuk mengetahui cara-cara cerdas bekerja dengan aman dan efektif. Menjadi
tergesa-gesa dalam memulai tugas atau tidak berpikir melalui proses dapat menempatkan Anda
dalam cara yang merugikan. Sebaliknya rencanakan kerja Anda, dan kemudian kerjakan rencana
Anda.

Ini Penyebab Pipa Gas Milik Chevron Meledak di Jalan


Lintas Duri-Pekanbaru

Pipa gas milik PT Chevron Pasifik Indonesia meledak setelah tertabrak truk

pembawa kelapa sawit di Jalan Lintas Duri-Pekanbari kilomter 100 Desa Tengganau,
Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau, sekitar pukul 04.30 WIB.
Minggu, 15 Mei 2016 13:50 WIB
Penulis: Eric

DURI - Pipa gas milik PT Chevron Pasifik Indonesia yang berada di Jalan Lintas DuriPekanbaru kilometer 100 Desa Tengganau, Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis, Riau, meledak setelah ditabrak oleh truk yang bermuatan fiber kelapa
sawit, Minggu (15/5/2016).

Informasi yang dirangkum GoRiau.com dari Kepolisian Sektor (Polsek) Pinggir, truk cpo dengan
nomor polisi (nopol) B 9488 GG kehilangan kendali saat pendakian. Sehingga truk pun berjalan
mundur dan menabrak pipa gas tersebut.
"Korban jiwa pada kebakaran pipa gas milik Chevron ini tidak ada. Pengemudi truk dan
keneknya melarikan diri setelah kejadian tersebut. Saat ini personil (Polsek Pinggir, red) kita,
masih melakukan pengamanan untuk mengurai kemacetan dan kemananan di tkp," ujar Kapolsek
Pinggir, Kompol Raden Edi saat dikonfirmasi GoRiau.com.
Ia menjelaskan, kejadian truk menabrak pipa gas milik Chevron itu, sekitar pukul 04.30 WIB.
Sekitar pukul 08.15 WIB, api dapat dipadamkan dan saat ini masih berlangsung perbaikan pipa
gas oleh PT Chevron Pasifik Indonesia.
"Sekitar pukul 05.40 WIB, 4 unit pemadam kebakaran dari Chevron diturukan untuk
pemadaman," tutup Kompol Raden Edi sambil menjelaskan situasi aman terkendali. ***
- See more at: http://www.gosumbar.com/berita/baca/2016/05/15/ini-penyebab-pipagas-milik-chevron-meledak-di-jalan-lintas-duripekanbaru#sthash.RtMHaTZx.dpuf

Senin, 16 Maret 2015 | 21:03

KEBAKARAN DI PABRIK PETROWIDADA


A.
Profil Pabrik Kimia
Pabrik Petrowidada merupakan suatu pabrik yang bergerak dalam perdangang bahankimia.
Pabrik ini didirikan pada tanggal 6 maret 1992 sesuai dengan undang-undanpenanaman modal
dalam negeri No.6 tahun 1968 (telah diubah dengan Undang-undangNo. 12 tahun 1970)
berdasarkan akta notaries Annie Sri Rahmani Hendrotomo S.H, aktaini disahkan oleh Menteri
Kehakiman dalam surat keputusan No. C2-4561.HT.01.01Th.93 tanggal 11 Juni 1993 dan
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 62,Tambahan No. 6835 tanggal 2 Agustus
1996.Perusahaan ini bergerak dalam pembuatan Phthalic Anhydride (PA) dan MaleicAnhydride
(MA). Produk Phathalic Anhydride yang dihasilkan oleh pabrik Petrowidadamerupakan yang
terbesar di Asia Tenggara.Di mana Phthalik Anhydride adalah senyawa organic berupa Kristal
yang tidak berwarna.Senyawa ini merupakan bahan mentah esensial dalam produksi bahan
pelunak plastic(plasticizer), resin polyester takjenuh, resin alkyd, pigmen dan bahan pewarna,
sertaherbisida dan polyester. Saat ini belum ada bahan yang pengganti senyawa
Phthalik Anhydride.Maleic Anhydride adalah senyawa asam organic tak jenuh yang digunaan
padapembuatan resin sintetik, sebagai bahan kertas dan fumaric acid. Bahan ini lebih
lanjutdigunakan sebagai produk hilir seperti cat, vernis, adesif, bahan pengawet makanan,hingga
pemanis buatan.
B.Kronologis Kejadian Kebakaran di pabrik PT

Petrowidada di Gresik, Jawa

dua pekan sebelum kebakaran. Tak pelak, Menteri Tenaga Kerja Jacob Nuwa Wea
yangmenandatangani sertifikat tersebut kecewa.Insiden ini terjadi akibat adanya
kebocoron pada pipa tangki B2994. Menutut KepalaRegu D PT Petrowidada Basuki
Rahmat yang menangani kebocoran tersebut, pihaknyasudah mendekteksi
kebocoran di pipa tangki B2994, sehari sebelum insiden. Basukikemudian
mengurangi isi tangki dan menyiram air di luar tangki. Tujuannya agar tangkidingin,
sehingga menurunkan tekanan. Keesokan harinya, dia kembali menyiapkanselang
hidran di sekitar tangki sesuai prosedur standar keselamatan. Sementara
karyawanbelum diperintahkan mengevakuasi diri. Tapi tanpa diduga, ledakan
mengguncang sekitar pukul 16.00 WIB.Tetapi menurut teknisi pernah menangani
ledakan pada pabrik Petrowidada Oktober 1996, namun dalam skala yang kecil.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkanmeledaknya pabrik
Petrowidada.Proses perbaikan tabung atau pipa yang bocor dilakukan dengan cara
yang tidak mengikuti prosedur atau berdasarkan pada Material Safety Data Sheet
(MSDS).Penerapan MSDS ini merupakan langkah yang menuju pada prosedur
operasi standar pada pengamanan kondisi darurat.Berkaitan dengan kejadian
ledakan pabrik PetroWidada tersebut, saat pengelasan adakemungkinan terjadi
kebocoran pada pipa lain yang berdekatan sehingga memicuterjadinya ledakan.
Penanganan kebakaran bisa juga salah prosedur, terutama bila yangdigunakan

bahan pemadam yang tidak tepat. Ada bahan-bahan kimia tertentu biladisemprot
air ketika terbakar justru memperbesar api.Sementara itu, dijelaskan Kepala Pusat
Penelitian Kimia LIPI Roy Heru TrisnamurtiPhathalik Anhidrate bila terkena kulit
dapat menimbulkan rasa seperti terbakar. Jikaterkena kulit dalam jumlah besar tidak
tertutup kemungkinan menimbulkan kematian.Ledakan pabrik, menurut dugaannya,
karena adanya faktor keusangan pada bagiantabung atau pipa, yang secara
periodik harus diganti. Akan tetapi, hal itu sebenarnyadapat diantisipasi sehingga
tidak terjadi kegagalan sistem atau fungsi dari komponentersebut.

C
.

Jumlah Korban
Kebaran dan ledakan yang terjadi di Pabrik Petrowidada telah menyebabkan
tewasnyadua pekerja.
D.

Bahan-bahan Kimia
Bahan kimia berbahaya akibat kebakaran dan ledakan di pabrik Petrowidada
adalahPhathalic Anhidride itu sendiri
E.

Dampak terhadap Kesehatan dan Lingkungan


Senyawa Phatalic Anhidride sebagai bagian dari rantai hidrokarbon,
bila
terbakar sempurna, akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), namun bila
tidak terbakar dengan sempurnag akan terbentuk gas karbon monoksida (CO) yang
tergolong beracun.Gas CO merupakan gas yang berbahaya bagi tubuh karena daya
ikat CO terhadap Hb 210kali lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen. Apabila gas
CO dalam darah (HBCO)cukup tinggi maka akan akan menyebak pusing kepala
(HBCO 10%), mual dan sesak napas (HBCO 20%), gangguan kesehatan dan
konsentrasi menurun (HBCO 30 %),pinsan dan koma (HBCO 40%), jika (HBCO 4550%) maka akan dapat menyebabkankematian.Gas Phatalic Anhidride sendiri yang
bersifat asam juga akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Ketika
menguap, gas itu akan menyebar ke udara dekat permukaanBumi, mengingat berat

jenisnya lebih besar daripada bensin atau udara.Gas yang keluar ke udara dalam
jumlah
besar pada kasus di pabrik Phatalic Anhidride itudapat turun ke
permukaan Bumi bersama hujan, mengakibatkan hujan asam. Dampak yang
ditimbulkan adalah pencemaran air tanah oleh zat kimia itu dan
terganggunyapertumbuhan hingga matinya tumbuhan yang terkena hujan asam.
Kalau hujan, Ph tanahakan berubah menjadi asam, mengakibatkan tanaman mati.
Namun, dampaknyatergantung arah angin, semakin menyebar, konsentrasi gas
semakin berkurang,
F.

Penangan yang dilakukan


Dari kejadian meledak dan terbakarnya Pabrik Petrowidada pada tanggal 29 Januari
2004tersebut, belum ada penanganan serius dari pemerintah dan khususnya dari
pabrik

Petrowidada itu sendiri. Penangannya hanya sekedar penggantian alat-alat proses


pabrik yang rusak, dan pemberian santunan kepada korban jiwa. Karena pada
tangal 29 April2004 pabrik Petrowidada kembali mengalami ledakan.Seharusnya
pabrik Petrowidada menerapkan standar Material Safety Data Sheet (MSDS).MSDS
ini merupakan langkah yang mengacu pada prosedur operasi standar
padapengamanan kondisi darurat. Karena ada beberapa bahan dari pabrik tersebut
yangterkena dengan air akan menyebabkan terjadinya ledakan.

TUGASKESELAMATAN PABRIK

YAHDI AKBAR 06071


35568

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU2010 2011

Tabung Kimia Meledak, 14 Mahasiswa UI Luka Saat


Praktikum
Ilustrasi garis polisi (Istimewa)
Depok - 14 mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indoesia mengalami luka saat melakukan
praktik di Laboratorium Kimia Analis, Senin (16/3). Diduga para mahasiswa terkena ledakan
saat tabung kimia meledak dalam praktikum desilasi (pemisahan cairan kimia). Hingga kini,
polisi belum menerima laporan terkait kejadian tersebut.
Akibat ledakan labu destilasi itu dua mahasiswa mengalami luka berat, dan 12 korban lainya
mengalami luka ringan. Ledakan gas kimia itu terjadi hari ini, sekitar pukul 10.30 WIB. Staf
Humas Universitas Indonesia, Egi Etha Tarigan menerangkan, ledakan tersebut terjadi saat 10
kelompok mahasiswa Fakultas Farmasi UI sedang melakukan destilasi terhadap beberapa bahan
kimia pada tabung destilasi di Laboratorium Kimia Kualitatif Fakultas Farmasi UI.
Tabung berisi campuran asam, fenol dan alkohol 95 persen yang sedang dididihkan di atas kasa
ashes dengan alat pemanas, "Diduga mahasiswa lupa diangkat dan meledak dan membuat
beberapa mahasiswa kami terluka," terangnya.
Namun, ledakan tersebut langsung ditangani oleh tim pembimbing fakultas agar tidak meluas,
"12 korban sudah boleh dipulangkan, dan yang dua luka berat belum boleh. Salah satu
korbannya terkena pecahan kaca di bagian mata. Keduanya dirawat di RS Bunda Margoda,
Depok," katanya.

Dari data, 14 korban itu merupakan mahasiswa Fakultas Farmasi UI angkatan 2013. Dua korban
luka berat bernama Delvika Yessi Chumala dan Citra Sari Purbandini. Sedangkan luka ringan,
Dawami Arijan, Apriantika Sari, Chareza Lutfi Ramadhan, Della Syariyana, Chavella Avatar,
Aulika Desthahrina Dareswara, AA Sagung W Kumala Dewi, Adam Arditya Fajriawan, dan
Agung Kristiyanto, Arini Adriani, Andini Gahayati B R, serta Adhnina Fithra Azzahra.
"Mereka terkena serpihan kaca tabung di bagian leher, wajah. Ledakan tergolong sedang, tidak
menghancurkan ruangan. Insiden ini murni human eror," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Beji, Komisaria Ni Gusti Ayu mengaku, belum
mendapatkan laporan atas kasus ledakan yang terjadi di Laboratorium Farmasi UI tersebut.
Sehingga mereka belum bisa menyelidiki kasus ledakan bahan kimia pada labu destilasi yang
dilakukan mahasiswa UI pada saat praktikum.
"Justru kami baru tau informasi adanya ledakan di lab UI. Belum sama sekali kami mendapatkan
laporan dari pihak kampus dan korban," tambahnya.

Anda mungkin juga menyukai