Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekurangan sumber daya minyak mentah telah menyebabkan peningkatan
produksi biofuel. Biofuels adalah berbagai jenis bahan bakar yang berasal dari
biofarmasi. Bahan bakar nabati yang paling umum di Eropa adalah biodiesel.
Biodiesel dibuat dari minyak nabati, hewan lemak atau cairan olahan. Peningkatan
jumlah produksi biodiesel - sejumlah gliserol limbah dalam jumlah besar - satu
bagian glikol diproduksi untuk setiap 10 bagian biodiesel. Fakta ini memiliki
pengaruh negatif terhadap harga biodiesel. 2009, produksi biodiesel naik menjadi
10 juta ton per tahun di UE, dan 1,5 juta ton di Polandia (Papani kolaou et al.,
2000; Komider et al., 2009).
Cameron et al. (1994) melaporkan bahwa konversi biodiesel terhadap
gliserol yang dihasilkan berkisar 7% (b/b) dari produk yang dihasilkan. Selama ini
gliserol hanya digunakan untuk industri kosmetik, obat-abatan dan makanan,
sehingga diperlukan suatu penelitian untuk meningkatkan nilai tambah gliserol,
salah satunya dengan melakukan biokonversi gliserol menjadi 1,3-propanadiol
oleh mikroba. Senyawa 1,3-propanadiol yang dihasilkan antara lain dapat
digunakan sebagai pengganti poliol untuk pelapis resin dan juga untuk sintesis
termoplastik.
Senyawa 1,3-propanadiol disintesis komersial secara kimiawi melalui dua
jalur, yaitu jalur melalui oksida etilena yang dihidroformilasi dilanjutkan dengan
hidrogenasi, dan jalur hidrasi akrolein yang dilanjutkan dengan hidrogenasi (Zeng
et al. 2002). Biokonversi gliserol menjadi 1,3-propanadiol oleh bakteri
fermentatif seperti Klebsiella pneumonia, Clostridium butyricum, Clostridium
diolis dan Clostridium acetobutyricum melibatkan dua reaksi enzimatik. Reaksi
enzimatik pertama dikatalisis oleh gliserol dehidratase untuk mengkonversi
gliserol menjadi 3-hidroksipropionaldehid dan air. Reaksi enzimatik kedua yaitu
3-hidroksipropionaldehid direduksi menjadi 1,3-propanadiol oleh katalis enzim
1,3-propanadiol dehidrogenase (Zeng et al. 2002).

1
Proses fermentasi gliserol menjadi 1,3-propanadiol menghasilkan produk
yang masih bercampur antara lain etanol, 2,3-butanadiol, asam asetat, asam
suksinat dan asam formiat serta produk samping lainnya berupa sel atau biomasa,
sehingga diperlukan metode untuk mengisolasi 1,3-propanadiol dari produk
samping. (Baniel et al, 2006)

1.2 Garis besar historis


1,3-Propandiol merupakan salah satu produk fermentasi tertua yang telah
diidentifikasi pada tahun 1881 oleh Agustus Freund, sebagai produk fermentasi
gliserol oleh Clostridium pasterium. Selanjutnya, pada tahun 1914, Bacillus
ssp.which menghasilkan zat ini yang kemudian dijelaskan oleh Voisenet. Pada
tahun 1928, Microbiology School of Delft memulai analisis fermentasi. Proses
dengan Enterobacteriaceae yang berbeda menghasilkan 1,3-Propandiol. Penelitian
ini kemudian dilanjutkan di Ames, Iowa, di AS. Namun, Clostridium pertama
ssp.producing 1,3-Propandiol digambarkan sampai pada tahun 1983. Pada tahun
1990an, tiga teknologi Proses ical untuk produksi 1,3-PD dikembangkan: yang
pertama menggunakan acrolein, etilena oksida kedua, dan glukosa ketiga
digunakan sebagai bahan baku. Saat ini, ada peningkatan minat pada produksi
menggunakan mikroba pada pembuatan 1,3-Propandiol terutama dari industri
minyak (Katrlk et al., 2007) .

1.3 Kegunaan Produk


Kegunaan dari 1,3 Propandiol adalah sebagai bahan baku pembuatan
polimer, kosemtik, makanan, pelumas hingga obat-obatan. Pemanfaatan 1,3
Propandiol yang paling utama adalah pada industri polimer dimana 1,3 Propandiol
digunakan dalam produksi polyurethane, atau polyester. Salah satu penelitian
mengenai kegunaan 1,3 Propandiol yang sedang berkembang adalah penelititan
mengenai pemanfaatan 1,3 Propandiol sebagai salah satu monomer dalam
pembuatan polytrimethylene terepthalate (PTT), yang merupakan jenis polimer
biodegrable.

2
1.4 Ketersediaan Bahan Baku
Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi cukup besar
untuk pengembangan industri 1,3 Propandiol terutama yang berbahan baku
gliserol. Hal ini disebabkan Indonesia sedang menjalankan program
pengembangan sumber energi alternatif dimana biodiesel adalah salah satu
sasaran utama untuk dijadikan sumber energi alternatif. Dengan diadakannya
program tersebut maka jumlah pabrik biodiesel di Indonesia akan terus bertambah
sehingga jumlah gliserol yang merupakan produk samping biodiesel nuga akan
meningkat. Saat ini, pabrik biodiesel di indonesia terdapat di serpong (kapasitas
1.5 ton/hari), di Riau (8 ton/hari). Dan yang terbesar saat ini terdapat di gresik
dengan kapasitas (50 ton/hari). Pada tahun 2009, telah terdapat 25 unit pabrik
biodiesel dengan kapasitas masing-masing minimal 30.000 ton/hari. Hal tersebut
semakin memperkuat bahwa pendirian pabrik 1,3 Propandiol mempunyai prospek
yang cerah karena jumlah bahan baku yang melimpah. Jingga sekarang di
Indonesia masih belum terdapat pabrik 1,3 Propandiol.

3
BAB II
ISI

2.1 Limbah Biodiesel


Hasil samping produksi biodiesel minyak nabati biasanya terdiri dari
gliserol, metanol, sisa minyak, katalis basa dan asam, pelarut dan air. Gliserol
diperoleh sebagai produk samping ketika minyak nabati disaponifikasi dalam
proses pembuatan sabun, dan proses pembuatan metil ester atau biodiesel.
Konversi biodiesel terhadap gliserol yang dihasilkan berkisar 7-10% (b/b), di
antaranya Cameron et al. (1994) sekitar 7% (b/b), Bondioli yang diacu dalam
Setyaningsih et al. (2007) sekitar 10% (b/b) dan Dasari et al. (2005) yang diacu
dalam Pachauri et.al (2006) sekitar 10% (b/b).
Metanol adalah salah satu reaktan dari dua reaktan utama dalam produksi
biodiesel, seperti reaksi kimia biasanya, efiesiensinya tidak 100%, sehingga pada
akhirnya masih ada sisa metanol yang tidak bereaksi. Sisa metanol ini dapat
dipakai kembali dengan cara memanaskan limbah biodiesel sehingga metanol
akan teruapkan dan dapat dipakai kembali sebagai reaktan untuk produksi
biodiesel. Katalis yang digunakan selama proses transesterifikasi untuk produksi
biodiesel adalah katalis basa (NaOH atau KOH), katalis asam (H2SO4, H3PO4).

2.2 Gliserol
Gliserol (trivial) disebut juga 1,2,3-propanatriol (IUPAC) dan nama lainnya
adalah gliserin. Gliserol adalah cairan yang jernih, water-white, kental (viscous),
manis dan titik lelehnya di atas temperatur ruang (Knothe et al. 2005).
Reaksi transesterifikasi produksi biodiesel dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi pada produksi biodiesel

4
2.3 Sintesis 1,3-Propandiol
Senyawa 1,3-propanadiol disintesis komersial secara kimiawi dengan dua
jalur (Gambar 2), yaitu jalur melalui oksida etilena yang dihidroformulasi
dilajutkan dengan hidrogenasi yang dilakukan oleh Shell, dan jalur hidrasi
akrolein yang dilanjutkan dengan hidrogenasi yang dilakukan oleh DuPont sejak
1998 (Zeng et al. 2002).

Gambar 2. Sintesis 1,3 propanadiol secara kimiawi (Zeng et al. 2002)

Sintesis pada jalur pertama menghasilkan rendemen 80%. Sintesis pada


jalur kedua menghasilkan rendemen kurang dari 65% dan produk yang dihasilkan
bercampur dengan 1,2-propanadiol. Kedua jalur ini sangat bergantung pada
ketersediaan petroleum dan biasanya produksi dan pemurnian 1,3-propanadiol
berbasis petroleum dibutuhkan usaha dan biaya yang sangat besar. Selain itu
akrolein ini merupakan senyawa yang beracun terhadap manusia melalui
pernafasan. Oleh karena itu perlu dikembangkan sintesis 1,3-propanadiol melalui
proses biologi (Zeng et al. 2002).
Fermentasi gliserol dengan mikroba menjadi alternatif dalam sintesis 1,3-
propanadiol yang selanjutnya dapat disebut sebagai biosintesis. Proses biosintesis
ini perlu dikembangkan karena mudah ditangani dan biaya produksinya rendah.
Fermentasi ini melibatkan dua reaksi enzimatik (Gambar 3). Reaksi enzimatik
pertama dikatalisis oleh gliserol dehidratase untuk mengkonversi gliserol menjadi
3-hidroksipropionaldehid dan air. Reaksi enzimatik kedua yaitu
3-hidroksipropionaldehid direduksi menjadi 1,3-propanadiol oleh propanadiol
dehidrogenase.

5
Gambar 3. Biokonversi gliserol menjadi 1,3-propanadiol (Zeng et al. 2002)

Pachauri et al. (2006) merangkum beberapa penelitian terakhir mengenai


penggunaan crude glycerol (hasil samping produksi biodiesel). Rangkuman ini
melaporkan bahwa belum ada penelitian tentang sintesis 1,3-propanadiol secara
kimiawi dengan bahan baku gliserol, penelitian-penelitian sebelumnya hanya
melalui proses fermentasi dengan bahan baku gliserol atau glukosa.
Analisis biaya produksi dari sintesis 1,3-propanadiol dari gliserol oleh
mikroba Citrobacter, Klebsiella dan Clostridia strains pada reaktor berukuran
lebih dari 2 m3, menyimpulkan bahwa proses mikrobial lebih menguntungkan
dari segi biaya daripada melalui proses kimiawi (Deckwer et al. 1995).

2.4 Jenis jenis Proses


Terdapat dua jenis proses 1,3 Propandiol menurut proses produksinya yaitu
chemical 1,3 Propandiol dan bio-1,3 Propandiol, dimana 1,3 Propandiol disintesis
secara kimiawi dari bahan baku yaitu etylene oxide dan acrolein, sedangkan bio-
1,3 Propandiol disintesis secara fermentasi dari bahan baku gliserol.
1,3 Propandiol atau trimetilen glikol adalah senyawa kimia yang berharga
sekaligus mahal. Senyawa ini dapat digunakan sebagai aditif terhadap bahan
tertentu untuk meningkatkan mutu kerja maupun sifat fisik bahan tersebut. Selain
itu, 1,3 Propandiol juga merupakan monomer untuk pembuatan berbagai macam
polimer berharga di dunia. Beberapa proses yang dapat digunakan untuk
menghasilkan 1,3 Propandiol adalah sebagai berikut :
1) 1,3 Propandiol dari ethylene oxide
Proses pertama menggunakan etilen oksida sebagai bahan mentah
untuk kemudian diubah menjadi 1,3 Propandiol melalui penggunaan
katalis dengan tambahan phosphine, air, karbon monoksida, hidrogen, dan
asam. Kondisi operasi pada suhu 25-250oC tekanan 200-600 psig. Jumlah

6
hidrogen yang dikontakkan dengan 1,3 Propandiol sekitar 0,05-100
cm3/gram 1,3 Propandiol. Konversi mencapai 50-70%. Katalis yang
digunakan adalah golongan VIII A pada sistem periodik dengan komposisi
2-20% katalis.
2) 1,3 Propandiol dari acrolein
Proses kedua terdiri atas reaksi hidrolisi dan hidrogenasi katalitik
acrolein. Penyiapan bahan baku dilakukan dengan hidrasi dalam fasa
larutan kemudian menggunakan katalis asam untuk membnetuk HPA (3-
hydroxypropanal). Setelah menyingkirkan akrolein yang tidak bereaksi,
kemudian campuran reaksi dihidrogenasikan untuk membentuk 1,3
Propandiol. Kemudian 1,3 Propandiol direcovery dengan destilasi untuk
memperoleh 1,3 Propandiol murni. Katalis yang digunakan yaitu AlSO3,
SiO3 atau TiO2. Suhu operasi 30-80oC, dan konversi mencapai 50%.
3) 1,3 Propandiol dari gliserol
Proses pembentukan 1,3 Propandiol dengan menggunakan proses
biologis menggunakan mikroorganisme secara langsung maupun enzim
yang dihasilkan oleh sumber sumber biologis. Mikroorganisme yang
sudah digunakan secara komersil adalah klebsiella pneumoninae.
Fermentasi berlangsung pada suhu 25-30oC serta pH dijaga pada nilai 6-7.
Proses fermentasi berlangsung dalam kondisi anaerobik dengan
mengalirkan gas N2 kedalam fermentor. Konversi yang diperoleh yaitu
69%.
2.5 Pemilihan Proses
1) Perbandingan Proses
Berdasarkan ketiga proses tersebut, maka perbandingan proses pembuatan
1,3 Propandiol dapat dilihat seperti pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan proses pembuatan 1,3 Propandiol
PROSES
NO SIFAT 1,3
1,3 Propandiol dari 1,3 Propandiol
Propandiol
ethylene oxide dari acrolein
dari gliserol
Bahan
1 Ethylene oxide Acrolein Gliserol
baku
2 Katalis Golongan VIII A AlSO3, SiO3 Biokatalis

7
atau TiO2
3 Temperatur 100-250C 100C 25-30C
4 Tekanan 200-600 psig 400 psig 14,7 psig
5 Konversi 50-70% 70% 69%

1,3 Propandiol yang berasal dari proses kimia dapat diproduksi dari acrolein
dan etilen oksida. Acrolein dihidrasi pada temperatur dan tekanan tinggi untuk
membentuk 3-hydroxypropionaldehid. Kemudian dihidrogenasi menjadi 1,3
Propandiol menggunakana katalis rubidium dibawah tekanan tinggi (400 psig).
Ethylene oxide dibentuk dengan gas sintetik melalui hydroformulation
membentuk 3-hydroxypropanol, tetapi reaksi berlangsung dalam tekanan tinggi
(150 bar). Hasilnya kemudian diesktrak dari fasa organik dengan air dan
kemudian dihidrogenasi menggunakan katalis nikel dibawah tekanan tinggi (200
psig).
Dari Tabel 2.1 diatas dapat disimpullkan bahwa proses yang dipilih dalam
mensistesis 1,3 Propandiol yaitu dengan bahan baku gliserool dengan proses
fermentasi. Hal ini dikarenakan proses kimia dengan bahan baku ethlene oxide
dan acrolein membutuhkan tekanan tinggi, temperatur yang tinggi, dan katalis
sehingga akan mengakibatkan mahalnya biaya produksi, sedangkan proses
fermentasi tidak memerlukan tekanan dan temperatur yang tinggi, dan juga tidak
menghasilkan by-product yang bersifat racun. Disamping itu gliserol yang
digunakan merypakan sumber bahan baku yang terbarukan.
Selain berdasarkan kondisi operasi, juga ditinjau berdasarkan potensi
ekonomi 1,3 Propandiol dari gliserol lebih besar dibandingkan dengan potensial
ekonomi 1,3 Propandiol dengan bahan baku acrolein dan ethylene oxide yang
menghasilkan keuntungan yang kecil, karena mahalnya bahan baku dan katalis
yang digunakan. Sehingga dipilih proses pembuatan 1,3 Propandiol dari gliserol
yang menghasilkan potensial ekonomi yang besar dengan kondisi operasi yang
tidak terlalu tinggi.

2.6 Mikroorganisme
Banyak organisme yang bisa digunakan untuk membuat 1,3-Propandiol,
salah satunya adalah Enterobacter aerogenes. Enterobacter aerogenes

8
menghasilkan 1,3-propanadiol melalui proses metabolisme dengan bantuan enzim
gliserol dehidratase dan direduksi menjadi 1,3-propanadiol dengan bantuan enzim
1,3-propanadiol dehidrogenase.
Ito et al. (2005) melaporkan fermentasi dengan substrat limbah biodiesel
menggunakan bakteri E. aerogenes HU-101 menghasilkan 1,3-propanadiol
dengan rendemen produksi bervariasi dari 0,12, 0,17, 0,2 dan 0,22 mol/mol
gliserol dengan konsentrasi gliserol berurutan dari 1,70, 3,30, 10 dan 25 g/l.

2.7 Uraian Proses


2.7.1 Persiapan Bahan Baku
Berikut ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penyiapan umpan.
Tahap-tahap tersebut terdiri dari penyiapan bahan baku utama berupa gliserol,
penyiapan inokulum (Klebseilla pneumoniae), penyiapan nutrisi (garam garam
mineral dan amonia) dan penyiapan nitrogen.
a. Gliserol yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam produksi 1,3
Propandiol ini adalah crude glycerol yang dihasilkan sebagai limbah pada
industri biodiesel. Agar dapat digunakan sebagai bahan baku, gliserol
harus melalui proses strelisasi terlebih dahulu.gliserol yang digunakan
memiliki spesifikasi 80%, gliserol 6,5%, K3PO4 7,5% serta sabun dan air
sebesar 6%. Kondisi optimum untuk proses fermentasi adalah konsentrasi
awal gliserol sebesar 700mmol/L dengan konversi sebesar 69%. Sehingga
perlu dilakukan pengenceran dengan menggunakan air agar konsentrasi
gliserol dapat mencapai kondisi optimum. Proses strelilsasi perlu untuk
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme lain yang
mungkin ada. Sterilisasi daopat dilakukan dengan uap jenuh bertekanan
rendah (low pressure) namun penggunaan steam dalam sterilisasi dapat
mengakibatkan terjadinya pelarutan bahan baku walaupun dalam jumlah
sedikit. Selain dengan steam, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan
memenfaatkan panas dari unit heat exchanger. Pada pabrik ini proses
sterilisasi menggunakan heat exchanger pada suhu 1200C dimana proses
dilakukan secara kontiniu, kemudian dilakukan pendinginan hingga suhu
fermentasi yaitu 37oC.

9
b. Penyiapan inokulum
Tahap penyiapan inokulum dilakukan dengan tujuan untuk
memperbanyak jumlah sel bakteri (klebseilla pneumoniae) serta untuk
mempersingkat waktu fermentasi di fermentor utama.
Tahap tahap yang harus dilakukan untuk menyiapkan inokulum
meliputi pemindahan biakan bakteri dari agar miring ke labu erlenmeyer
dan pemindahan dari labu erlenmeyer ke fermentor berskala laboratorium.
Komposisi pada medium agar dan medium pembiakan sama dengan
komposisi medium yang akan digunakan untuk fermentasi pada fermentor
utama.
Bakteri Klebseilla pneumoniae yang berada di dalam labu erlenmeyer
dibiakkan selama 1 hari. Setelah pembiakan selesai, kultur kemudian
dipindahkan secara aseptis ke fermentor berukuran kecil (skala
laboratorium) dan dibiakkan selama 12 jam (Zeng, 1993).
c. Penyiapan Nutrisi
Selain menggunakan gliserol sebagai bahan baku utama, terdapat pula
bahan baku lain berupa garam garam yang dilarutkan (K2HPO4, KH2PO4,
NaCl, MgSO4.7H2O) serta larutan amoniak sebagai sumber nutrisi. Seperti
halnya gliserol, sebelum digunakan dalam proses fermentasi, garam garam
yang telah dilarutkan tersebut serta larutan amoniak harus disterilkan.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam proses sterilisasi bahan
bahan baku untuk produksi 1,3 Propandiol ini adalah proses sterilisasi
bahan baku gliserol dan proses sterilisasi nutrisi dilakukan secara terpisah
untuk mencegah terjadinya proses karamelisasi. Sterilisasi untuk nutrisi ini
juga dilakukan secara kontiniu. Setelah disterilisasi, larutan larutan garam
serta larutan amoniak tersebut kemudian dipisahkan secara aseptis
kedalam fermentor yang tentunya telah di sterilisasi juga.
d. Penyiapan Lautan Amoniak (NH4OH)
NH4OH yang digunakan dalam reaksi berasal dari amoniak yang
dilarutkan dengan air. Amoniak berasal dari produk petrokimia yang
memiliki spesifikasi NH3 99,5% dan h20 sebesar 0,5%. Penambahan air

10
hingga konsentrasi NH3 75% kemudian disterilisasi melalui inlet heat
exchanger pada suhu 120oC, kemudian didinginkan hingga 37oC.
e. Penyiapan Nitrogen
Nitrogen merupakan senyawa substansial dalam produksi 1,3
Propandiol pada pabrik ini. Hal ini dikarenakan proses produksi 1,3
Propandiol dengan memanfaatkan bakteri klebseilla pneumoniae
merupakan salah satu proses yang memanfaatkan reakri anaaerobik. Oleh
karena itu untuk memastikan tidak adanya oksigen dalam fermentor
utama, maka dialirkan gas nitrogen kedalam fermentor secara kontiniu.
2.7.2 Fermentasi
Proses fermentasi dalam teknologi bioproses merupakan tahap yang paling
penting serta merupakan tahap utama. Temperatur, pH, konsentrasi, substrasi,
ketiadaan oksigen merupakan faktor faktor yang harus diperhatikan agar produksi
1,3 Propandiol optimum. Fermnetasin dilakukan secara batch. Sedangkan untuk
kondisi operasi , fermentasi dilakukan pada suhu 37oC serta nilai pH dijaga pada
pH netral (pH 7) dengan penambahan larutan KOH 30%. ( Deckwer, 1995).
Jumlah kebutuhan amoniak stoikiometris yang diperlukan untuk
pembentukan satu mol 1,3 Propandiol adalah 0,062 mol amoniak atau 35,14 kg
amoniak terlarut dalam satu m3 volume kerja. Jumlah amoniak harus dibuat
berlebih agar pembentukan produk 1,3 Propandiol dapat optimum. Suplai
amoniak kedalam fermentor utama diberikan excess sebesar 30% dari kebutuhan
amoniak secara stoikiometris.
Selain itu, hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses fermentasi ini
adalah untuk menjaga kondisi proses tetap dalam keadaan anaerobik sepenuhnya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah pembentukan etanol sebagai hasil reaksi
samping untuk produk yang dihasilkan selama fermentasi, dari reaksi dapat
diketahui bahwa selain 1,3 Propandiol, dihasilkan pula asam asetat, karbon
dioksida dan biomassa.
2.7.3 Proses Pemisahan dan Pemurnian Produk
Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, produk yang dihasilkan
kemudian dialirkan ke tahap mikrofiltrasi. Pada tahap ini, seluruh biomassa
(bakteri klebseilla pneumoniae) dipisahkan dari air broth-nya dengan

11
memanfaatkan driving force berupa beda tekan dan perbedaan ukuran partikel
yang dapat melewati pori pori membran.
Selain berhasil memisahkan biomassa, tahap ini juga berhasil memisahkan
ash dan soap (berasal dari crude glycerol) yang terdapat pada aliran produk.
Setelah keluar dari membran mikrofiltrasi, aliran (permeat) kemudian memasuki
evaporator. Larutan yang mengandung produk dialirkan ke unit ion exchanger.
Pada tahap ini, garam garam CO2 yang terlarut serta asam asetat yang terkandung
didalam aliran akan dihilangkan dengan memanfaatkan resin resin penukar ion.
Pertukaran ion dilangsungkan dalam 2 tahap, pada 2 kolom penukar ion berisi
jenis resin yang berbeda. Tahap pertama adalah pertukaran ion menggunakan
resin kation untuk memisahkan kation berupa K+, Na+, Mg2+, dan NH4+.
Selanjutnya anion anion dipisahkan menggunakan resin anion seperti SO42-,
PO43-, dan Cl-. Hasil proses pertukaran ion ini dapat dianggap hanya terdiri dari
1,3 Propandiol dan gliserol.
Keluaran dari ion exchanger kemudian diproses lebih lanjut pada tahap
destilasi vakum. Pada proses destilasi ini dengan memanfaatkan perbedaan titik
didih senyawa senyawa yang ada, maka akan dipisahkan antar produk 1,3
Propandiol (top product) dan gliserol (bottom product). Akhirnya setelah tahap
tahap pemisahan dan pemurnian tersebut didapatkan produk 1,3 Propandiol.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Peningkatan jumlah pembuatan produk Biodiesel juga meningkatan jumlah
gliserol sehingga gliserol dapat dimanfaatkan menjadi produk yang
bermanfaat seperti 1,3 Propandiol
2. 1,3-Propanadiol (1,3-PD) adalah salah satu produk penting yang digunakan
dalam industri kimia, khususnya untuk produksi poliester (misalnya polieter
dan poliuretan).
3. Pembuatan 1,3-Propandiol menggunakan metode fermnetasi dengan
bantuan mikroorganisme merupakan metode yang efektif dan juga
mempunyai biaya murah dibandingkan metode menggunakan akrolein dan
dihidrasi oksida etilena.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baniel AM, Jansen RP, Vitner A, Baiada A. 2006. Process for Producing 1,3-
Propanediol. http://www.freepatensonline.com/7056439.html. [5 Juni 2007].
Cameron DC, Koutsky JA. 1994. Conversion of Glycerol from Soy Diesel
Production to1,3-Propanediol. Di dalam: Final Report National Biodiesel
Development Board: Madison, 1994. Madison: Department of Chemical
Engineering. hlm 1-18. WI 53706-1691.
Deckwer WD. 1995. Microbial Conversion of Glycerol to 1,3-Propanediol.
Federation of European Microbiological Societes (FEMS) reviews 16:143-
149.
Ito T, Nakashimada Y, Senba. K, Matsui T, Nishio NY. 2005. Hydrogen and
Ethanol Production from Glicerol-Containing Wastes Discharged
after Biodiesel Manufacturing Process. Journal of Bioscience and
Bioengineering 100:260-265.
Katrlk J., Vostiar I., Sefcovicov J., Tkc J., Mastihuba V., Va-lach M., Stefuca
V., Gemeiner P. (2007) A novel micro-bial biosensor based on cells of
Gluconobacter oxydans fortheselective determination of 1,3-propanediol in
the presence of glycerol and its application to bioprocess monitoring. Anal.
Bioanal. Chem. 388(1): 287-295.
Knothe G, Gerpen JV, Krahl J. editor. 2005. The Biodiesel Handbook.
Champaign, Illinois: AOCS Press.
Pachauri N, He B. 2006. Value-added Utilization of Crude Glycerol from
Biodiesel Production: A Survey of Current Research Activities. 2006 Di
dalam: ASABE Annual International Meeting. Oregon, 9-12 Juli 2006.
Oregon: American Society of Agricultural and Biological Engineers. 1-16.
066223.
Papanikolaou S., Ruiz-Sanchez P., Pariset B., Blanchard F., Fick M. (2000) High
production of 1,3-propanediol from industrial glycerol by a newly isolated
Clostridium butyri-cum strain. J. Biotech. 77: 191-208
Setyaningsih, D. Hambali, E. Farobie, O. 2007. Pembuatan Pupuk Potassium dari
Proses Pemurnian Gliserol Hasil Samping Industri Biodiesel. Di dalam:

14
Pemanfaatan Hasil Samping Industri Biodiesel dan Industri Etanol serta
Peluang Pengembangan Industri Integratednya. Prosiding Konferensi
Nasional 2007: Jakarta, 13 Maret 2007. Bogor: Pusat Penelitian Surfaktan &
Bioenergi dan LPPM-IPB. hlm 290-304.
Zeng AP, Biebl H. 2002. Bulk Chemicals from Biotechnology: The Case of 1,3-
propanediol and The New Trends. Advance in Biochemical
Enineering/Biotechnology. 74:239-259.

15

Anda mungkin juga menyukai