Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persoalan yang muncul di era industrialisasi adalah kebutuhan pekerja dan

peningkatan produktivitas untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

Kondisi kesehatan dan tersedianya perlindungan keselamatan pekerja akan dapat

mempengaruhi produktivitas kerja. Angka kejadian kecelakaan kerja dengan

berbagai ancaman di bidang keselamatan kerja. Kecelakaan kerja masih sering

terjadi dalam proses produksi (Sirait & Paskarini, 2016).

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak

pekerja maupun pihak perusahaan guna mencegah agar tidak terjadinya

kecelakaan kerja (Peraturan Pemerintah, 2012). Pentingnya pendekatan perilaku

yang didasari keselamatan (behaviour based safety) dalam upaya meningkatkan

keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif. Dalam perspektif

reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang beresiko atau tidak aman

(at risk behaviour) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat diartikan bahwa

upaya reaktif menunggu terjadinya tidak aman dulu. Sedangkan dalam perspektif

proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman (safe behaviour)

yang menghasilkan suatu kesuksesan pencegahan kecelakaan kerja (Yusnandar &

Pratiwi, 2019). Pemeliharaan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya

fasilitas dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Friend & Kohn,

2007).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat

menyebabkan kerugian dan terjadi pada saat jam kerja dan di tempat kerja

(Sujoso, 2012). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak

diinginkan dan sering kali tidak terduga waktunya yang dapat menimbulkan

kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang

berkaitan dengan suatu proses kerja (Tarwaka, 2012).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat,

pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan mencapai 123.041

kasus, sementara sepanjang 2018 mencapai 173.105 kasus. Untuk tahun 2019

menjadi 114.000 kasus, dan mengalami kenaikkan kasus sebanyak 55,2% menjadi

177.000 kasus di tahun 2020.

Kecelakaan terjadi bukan secara kebetulan melainkan ada penyebabnya.

Penyebab kecelakaan tersebut harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu, serta dengan upaya

preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak

terulang kembali. Menurut Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) bahwa 88%

penyebab suatu kecelakaan adalah faktor manusia, yaitu tindakan tidak aman

(unsafe act), sedangkan 10% lainnya disebabkan oleh kondisi tidak aman (unsafe

condition) dan 2% sisanya adalah faktor lain yang tidak diperhitungkan (act of

GOD).
Pada bagian produksi di PT. Pabrik Es Siantar, terdapat proses pembuatan

minuman soda limun sarsaparilla yang melibatkan mesin produksi dan lingkungan

kerja yang meningkatkan risiko terjadi kecelakaan kerja. Berdasarkan survei

pendahuluan di PT. Pabrik Es Siantar terdapat proses pengambilan, pencucian,

dan pengecekan botol. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi adalah terkena

panas dari mesin sterilisasi, tersayat tutup botol yang mempunyai sisi tajam,

tergelincir dikarenakan lantai yang licin. Sedangkan pada proses pembuatan dan

pengisian soda limun sarsaparilla terdapat suara bising, risiko bahaya yang

kemungkinan terjadi adalah berkurangnya fungsi alat pendengaran, terjatuh,

terpeleset dan bahaya pecahan kaca disekitar wilayah kerja.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Pabrik Es Siantar

sudah diterapkan mengikuti aturan yang dibuat oleh Kemenakertrans. Untuk

menunjang penerapan K3 dan SMK3, perusahaan menyediakan penyediaan

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di dua titik, pelatihan K3, Alat Pelindung Diri

(APD), seperti kacamata, sarung tangan, kacamata, sepatu safety, baju kerja

(Uniform), earplug, rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belum

ada di perusahaan ini, hanya ada rambu No Smooking, Jagalah Kebersihan.

Menurut manajer PT. Pabrik Es Siantar, mayoritas kecelakaan yang terjadi

di perusahaan bagian produksi, karena perilaku pekerja yang tidak aman, seperti

tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dan kurang berhati-hati pada saat

bekerja. Apabila pekerja tidak mematuhi apa yang telah diberikan pihak

perusahaan, seperti pemakaian alat pelindung diri (APD) dan merokok diruangan
produksi maka pekerja dikenakan sanksi seperti teguran dan surat peringatan.

Namun pada fakta yang ditemukan penulis, terdapat pekerja yang tidak

menggunakan APD di tempat kerja saat bekerja dan ada juga beberapa pekerja

yang merokok di tempat kerja.

Hasil wawancara awal dengan 3 orang pekerja, bahwa kecelakaan kerja

yang sering terjadi adalah tersayat tutup botol, terpeleset, serta kecelakaan kerja

lainnya tetapi dalam frekuensi kecil. Pekerja juga mengeluhkan suara mesin yang

cukup mengganggu pendengaran serta masih adanya pekerja yang belum

menggunakan APD yang sudah disediakan perusahaan dengan berbagai alasan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui

hubungan kondisi tempat kerja dan faktor personal dengan perilaku aman pada

pekerja bagian produksi PT. Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dan

yang menjadi fokus penelitian adalah apakah ada hubungan kondisi tempat kerja

dan faktor personal dengan perilaku aman pada pekerja bagian produksi PT.

Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor

lingkungan dan faktor manusia dengan perilaku aman pada pekerja bagian

produksi PT. Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar.


Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku aman pada

bagian produksi di PT. Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar.

2. Mengetahui faktor manusia yang mempengaruhi perilaku aman pada

bagian produksi PT. Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan menambah informasi bagi perusahaan PT.

Pabrik Es Siantar Kota Pematangsiantar untuk dapat meningkatkan

lingkungan kerja yang baik bagi perusahaan dan pekerja.

2. Sebagai bahan informasi bagi pekerja khususnya dibagian produksi

mengenai faktor lingkungan dan faktor manusia yang dapat mempegaruhi

dalam melakukan pekerjaan.

3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan melatih pikiran yang

sistematis bagi peneliti dalam menganalisa dan memecahkan suatu

masalah.

4. Sebagai bahan informasi penelitian sejenis dan bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan.


TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan Kerja

Definisi keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah sarana utama

untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan

kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga

kerja. Keselamatan kerja menyangkut subjek atau orang yang melakukan

pekerjaan, objek (material) yaitu benda-benda atau barang-barang yang

dikerjakan, alat-alat kerja yang dipergunakan dalam bekerja berupa mesin-mesin

dan peralatan lainnya, serta menyangkut lingkungannya, baik manusia maupun

benda-benda (Salami, 2016).

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 menerangkan bahwa keselamatan

kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan

tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi

sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Keselamatan kerja juga

meliputi penyediaan alat peindung diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan

jam kerja yang manusiawi, mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of

accident loss), kemampuan untuk mengidentifikasi dan

menghilangkan/mengontrol risiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify

and eliminate unacceptable risks) (Salami, 2016).

Kecelakaan Kerja
Definisi kecelakaan kerja. Kecelakaan dianggap sebagai suatu peristiwa

yang tidak disengaja, tidak direncanakan, terjadi secara kebetulan. Kejadian

kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki dan terasa sebagai sesuatu

yang merugikan. Dalam aktivitas industry, kejadian kecelakaan ini mempunyai

kemungkinan terjadi dan dampak yang lebih besar daripada kecelakaan di tempat

umum lain dengan adanya pemakaian bahan dalam jumlah yang lebih besar,

peralatan khusus, ataupun pergerakkan bahan dan orang dalam jumlah frekuensi

tinggi. (Salami, 2016).

Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi yaitu ketika terjadi kontak antara

manusia dengan alat, material, dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan

dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya.

Kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di

tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli, 2010).

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

kecelakaan kerja adalah suatu kejadiaan yang tidak diduga semula dan tidak

dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di lokasi pekerjaan, termasuk

penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan kerja

yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan

pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.


Penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Secara umum penyebab

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan

2. Kondisi tempat kerja dan pekerjaan yang tidak aman

3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab

awalnya adalah kurang training

4. Karakteristik dari pekerjaan itu sendiri

Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi focus

bahasan yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan

kerja, pekerjaan yang dilakukan secara berulang, pekerjaan-pekerjaan yang harus

diawali dengan “pemanasan procedural”, beban kerja, dan lamanya sebuah

pekerjaan dilakukan adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud dan

penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam

sebuah rangkaian sebab-akibat.

Menurut Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) bahwa 88% penyebab suatu

kecelakaan adalah faktor manusia, yaitu tindakan tidak aman (unsafe act),

sedangkan 10% lainnya disebabkan oleh kondisi tidak aman (unsafe condition)

dan 2% sisanya adalah faktor lain yang tidak diperhitungkan (act of GOD).

Reason (1990) menguraikan kesalahan yang dilakukan pekerja / human factor

menjadi 4 yaitu : kesalahan yang dilakukan berhubungan dengan keahlian yang

dimiliki (Skill Based Error (Slips and Lapses)), kesalahan dalam memenuhi

standard dan prosedur yang berlaku (Rule Based Error (Mistakes)), kurangnya
pengetahuan sehingga menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan dan

asumsi-asumsi / persepsi seseorang (Knowledge-Based Error (Mistake)),

kesalahan yang dilakukan dengan sengaja (Violation).

Perilaku

Definisi perilaku. Perilaku manusia ditentukan oleh kepribadiannya dan

kepribadian manusia ditentukan oleh prinsip pencarian kenikmatan dan

penghindaran ketidaknikmatan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa perilaku

itu sesuatu tindakan yang nyata dapat dilihat dan dirasakan. Manusia memiliki

perilaku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan dikendalikan oleh rasio

dan emosinya . (Notoadmojo, 2010).

Determinan perilaku. Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun dalam memberikan respon

sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang

namun respon setiap orang berbeda, faktor-faktor yang membedakan respon

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku (Triwibowo &

Pusphadani, 2018).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun

eksternal (lingkungan). Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,

sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku Aman
Definisi perilaku aman.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku aman

adalah perilaku manusia dalam melakukan kegiatan yang aman ditempat kerja

guna meminimalisir terjadinya kecelakaan. Perbedaan perilaku aman dengan

perilaku keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku aman hanya berfokus

pada keselamatan saja sedangkan perilaku K3 tidak hanya berfokus pada

keselamatan saja tetapi juga pada kesehatan kerjanya.

Indikator perilaku aman. Menurut Silalahi (1995) indikator perilaku

aman dan mengutamakan keselamatan (safety) antara lain :

a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang telah

diberikan (SOP).

b. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan

kepada atasan.

c. Setiap peraturan dan kesatuan keselamatan dan kesehatan kerja harus

dipatuhi secermat mungkin.

d. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan

perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.

Faktor Lingkungan

Lingkungan tempat kerja yang kondusif dapat mendukung penerapan

program keselamatan kerja dengan optimal atau dapat mengurangi kecelakaan

kerja yang terjadi di tempat kerja. Hal ini bisa optimal bila seluruh pekerja

mengutamakan program keselamatan kerja, dan kondisi tempat kerja yang lebih
kondusif diharapkan akan meningkatkan motivasi dalam bekerja di tempat kerja

(Andi, dkk, 2005). Kondisi lingkungan tempat kerja yang baik dan aman dapat

dimulai dari individual masing-masing pekerja dan juga kebijakan manajemen

dalam menerapkan standart keselamatan dalam bekerja di proyek, baik itu berupa

prosedur-prosedur maupun larangan yang sudah disepakati bersama.

Peralatan. Peralatan adalah barang atau tempat yang digunakan

perusahaan untuk mendukung jalannya pekerjaan. Yang termasuk peralatan

adalah gedung perusahaan, mesin produksi, kendaraan, obeng, dan lainnya. Mesin

yang selamat senantiasa lengkap dengan kontak pengaman, seperti alat

menghentikan beban berlebihan, dan lain sebagainya.

Perlengkapan. Perlengkapan adalah bahan-bahan yang dibeli perusahaan

untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Penggunaan perlengkapan biasanya

hanya akan bertahan selama 1 tahun. Itu karena perlengkapan merupakan benda

yang habis pakai. Yang termasuk dalam perlengkapan adalah APD (Alat

Pelindung Diri).

Tata letak fisik. Layout fisik adalah penataan peralatan di area produksi.

Tata letak adalah salah satu keputusan mengenai penataan letak fasilitas produksi

untuk efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. (Heizer dan Render,

2016). Dalam perencanaan tata letak ini memiliki peran penting bagi perusahaan

industri, karena perusahaan harus dapat mengalokasikan seluruh biayanya dengan

target/tujuan yang telah ditetapkan terutama pada bagian proses produksi. Pada
bagian ini biasanya perusahaan menginginkan efisiensi dan efektivitas yang tinggi

dicerminkan dari produktivitas karyawan yang dimiliki.

Prosedur standar.
Suhu. Suhu mempengaruhi perilaku pekerja. Hal ini dikaitkan dengan

kenyamanan yang dialami para pekerja. Semakin tinggi temperatur akan

berpengaruh pada ketidaknyamanan pekerja, sehingga kecelakaan kerja mungkin

terjadi. Perusahaan harus menyediakan alat pengendali suhu, debu, dan bau.

Udara yang nyaman dan mengalir akan mengurangi bakteri dan bau dari udara,

lebih lanjut dapat meningkatkan daya tahan, kewaspadaan, dan konsentrasi kerja.

Faktor Manusia

Manusia adalah makhluk yang serba mudah berubah sehingga pembinaan

yang serba baik tidak selamanya membawa hasil yang baik. Pencegahaan

kecelakaan dipandang dari manusianya harus bermula dari hari pertama ketika

pekerja mulai bekerja. Setiap pekerja harus dieritahu mengenai tugas,

tanggungjawab, dan syarat-syarat kerjanya (Silalahi & Silalahi, 1995).

Sikap. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

yang lain (Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah determinan paling penting dalam

keselamatan kerja. Pengukuran sikap meliputi komitmen pada keselamatan kerja

teman sekerja, kecelakaan, aturan bekerja yang aman, pencegahan, pemahaman

pada pekerjaan, dan supervise (Winarsunu, 2008).


Kepercayaan. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar

atau salah. Kepercayaan sering dapat bersifat rasional atau irasional. kepercayaan

dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Hal ini dimaksudkan

bahwa orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia mempunyai

peengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan pada pengetahuan

yang benar dan lengkap, akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo,

2010).

Kepribadian. Pada kasus kecelakaan kerja rata-rata yang sering

mengalami kecelakaan kerja adalah pekerja yang memiliki kepribadian

pendendam, penakut, emosi tidak stabil, dan ambisius. Hubungan antara

kepribadian dengan kecelakaan tidaklah terlalu kuat. Sebab tidak ada dasar yang

terlalu kuat. Sebab tidak ada dasar yang kuat untuk membuat kesimpulan apakah

kecelakaan benar-benar terjadi karena kepribadian ataukah karena faktor lain.

Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Geller. Teori

Geller menyatakan bahwa faktor lingkungan (termasuk peralatan, perlengkapan,

layout fisik, prosedur standar dan suhu), faktor manusia (termasuk sikap,

kepercayaan, dan kepribadian orang) mempengaruhi perilaku aman. Faktor lain

seperti faktor perilaku (praktek kerja aman dan berisiko) termasuk mempengaruhi

dalam proses mencapai keselamatan.

Teori lain yang dipergunakan untuk memperkuat landasan dalam

penelitian ini diambil dari buku Winarsunu. Menurut Winarsunu dalam bukunya
yang berjudul Psikologi Keselamatan Kerja yang diterbitkan pada tahun 2008

menyebutkan bahwa kondisi tempat kerja seperti lingkungan fisik, temperatur,

dan disain peralatan, serta faktor personal seperti karakteristik kepribadian

termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan.

Kerangka Berpikir

Faktor Lingkungan :
- Peralatan
- Prosedur Standar
- Suhu
Perilaku aman

Faktor Manusia :
- Sikap
- Kepercayaan
- Kepribadian
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan desain cross

sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan kondisi tempat kerja

dan faktor personal dengan perilaku aman pekerja bagian produksi, pengukuran

atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variable independent

dan dependen (sekali waktu).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di PT. Pabrik Es Siantar,

berlokasi di Jl. Pematang No.3, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara.

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan April 2022 sampai

dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah pekerja bagian produksi di PT.

Pabrik Es Siantar yang berjumlah 30 orang.

Sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total

sampling meliputi seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Adapun yang

menjadi sampel penelitian ini meliputi seluruh pekerja bagian produksi di PT.

Pabrik Es Siantar yaitu sebanyak orang pekerja.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Menurut Sugiyono (2015), variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik

kesimpulannya.

Variabel dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel dependen (variable terikat)

Dalam penelitian ini yang menjadi variable dependen atau variabel terikat

adalah perilaku aman.

2. Variabel independent (variable bebas)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah faktor

lingkungan yang dilihat dari peralatan, prosedur standar dan suhu dan

faktor manusia yang dilihat dari sikap, kepercayaan, dan kepribadian

pekerja.

Definisi operasional

1. Perilaku aman adalah segala perilaku pekerja bagian produksi untuk

menghindari atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Seperti pekerja

bekerja sesuai dengan pedoman pekerjaan (SOP), mematuhi peraturan dan

ketentuan keselamatan kerja, menggunakan alat pelindung diri (APD).

2. Peralatan adalah alat yang digunakan pekerja bagian produksi saat bekerja

seperti alat pelindung diri (APD).

3. Prosedur standar adalah pedoman atau peraturan t

4. Suhu adalah derajat panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja.

5. Sikap adalah tanggapan pekerja bagian produksi tentang keselamatan

kerjadi PT. Pabrik Es Siantar


6. Kepercayaan adalah keyakinan yang kuat pada pekerja bagian produksi

bahwa semua yang diperbuat atau disediakan perusahaan untuk kebaikan

7. Kepribadian adalah variable ditingkat individu yang meliputi kemampuan.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh menggunakan kuesioner, peneliti

akan membagikan kuesioner kepada tenaga kerja yang bersangkutan,

membimbing dan mengawasi selama pengisian jawaban, dan mengumpulkannya

kembali. Kuesioner yang digunakan dari kuesioner adopsi dan dimodifikasi. Data

primer juga di dapat melalui observasi dengan menggunakan checklist.

Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara langsung dengan format

pernyataan yang tersedia untuk masing-masing aspek yang diamati. Observasi

dilakukan ketika kegiatan produksi berlangsung (jam kerja). Terdapat 2 shift kerja

di bagian produksi yaitu :

1. Pagi: 08.00 – 16.00

2. Sore: 16.00 – 24.00

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari PT. Pabrik Es Siantar Kota

Pematangsiantar.

Metode Pengukuran

Kondisi tempat kerja.

Faktor-faktor personal. Faktor-faktor personal terdiri dari :

1. Pengukuran variabel kemampuan kognitif (independent) didasarkan dari 6

pertanyaan dengan alternatif jawaban “benar” diberi skor 1 dan “salah”


diberi skor 0. Total skor sebanyak 6. Kemudian variabel pengetahuan

dikategorikan menjadi :

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75% (jumlah skor 5-6)

2. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (jumlah skor 0-4)

2. Kelelahan

3. Pengalaman kerja.

Indikator

Lamanya waktu masa kerja

Kurangnya pengetahuan

Kuraangnya keterampilan

Penguasaan terhadap

pekerjaan dan peralatan

4. Karakteristik kepribadian. Aspek pengukurannya dengan membuat

pernyataan menggunakan skala likert.

Metode Analisis Data

Dalam suatu penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian

masih mentah dan belum memberikan informasi. Data-data tersebut dianalisis

menggunakan program Statistic Package For The Social Science (SPSS).

Analisis Univariat. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis

univariat, yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Dimana pada umumnya, menghasilkan


distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Hal ini sangat

dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan umum

responden sehingga tidak menimbulkan kerancuan ketika analisis data penelitian

dilakukan.

Analisis Bivariat. Setelah dilakukan analisis univariat dilanjutkan analisis

bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan bermakna antara

variabel dependen dan independen. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini

berskala kategorik (ordinal dan nominal), sehingga jenis uji statistik yang

digunakan adalah chi square. Syarat yang harus dipenuhi dalam uji chi square

adalah: 1. Tidak ada sel yang nilai observed nya bernilai nol. 2. Sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksmimal 20% dari jumlah sel. Untuk

mengetahui hubungan lingkungan kerja, dan faktor manusia dengan perilaku

aman pekerja, digunakan taraf signifikan yaitu a(0,05):

a. Apabila p < 0,05 = Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antar salah satu

faktor dengan perilaku aman pekerja.

b. Apabila p > 0,05 = Ho diterima, berarti tidak terdapat hubungan antar

salah satu faktor dengan perilaku aman pekerja.

Ketentuan yang berlaku pada uji chi square yaitu :

1. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang digunakan adalah

“Continuity Correction”.

2. Bila tabel 2 x 2 dan terdapat nilai E<5, maka uji yang digunakan adalah

“Fisher’s Exact Test”.


3. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb, maka uji yang

digunakan adalah “Pearson Chi Square”.

Analisis Multivarian. Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu

variabel independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi dengan

melalukan analisis multivariat. Analisis multivariat bertujuan untuk mengukur

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel yang terdapat

dalam penelitian ini berskala kategorik (ordinal dan nominal), sehingga jenis uji

statistik yang digunakan setelah penggunaan uji chi square adalah uji regresi

logistik.

Anda mungkin juga menyukai