Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PERTIMBANGAN KESELAMATAN DAN LINGKUNGAN

4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang menerangkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
kemajuan dunia usaha sesuai dengan yang sudah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Menurut UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja menjelaskan
bahwa:
1. Tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas.
2. Keselamatan kerja berguna untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan ataupun terkena aliran listrik
3. Kewajiban dan atau hak tenaga kerja adalah memakai alatalat pelindung diri
yang diwajibkan, memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan yang diwajibkan.
4. Pengurus diwajibkan menempatkan gambar keselamatan kerja pada tempat-
tempat yang mudah terlihat dan terbaca. Selain itu pengurus diwajibkan
menyediakan secara cumacuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja.

56
57

4.2 Kecelakaan kerja


Menurut Peraturan Pemerintah No.11 Th. 1979, kecelakaan dibagi menjadi
4 macam, antara lain :
1. Kecelakaan ringan, kecelakaan yang terjadi tetapi tidak menimbulkan
hilangnya jam kerja.
2. Kecelakaan sedang, kecelakaan yang terjadi sehingga menimbulkan hilangnya
jam kerja tetapi tidak menimbulkan cacat jasmani.
3. Kecelakaan berat, kecelakaan yang terjadi sehingga berakibat fatal dan
menyebabkan cacat jasmani.
4. Kecelakaan mati, kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia.
Berdasarkan teori dari Frank Bird Jr, menyebutkan bahwa kecelakaan
disebabkan atas beberapa faktor berikut :
1. Penyebab langsung (immediate causes) adalah faktor kecelakaan yang secara
langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi lingkungan kerja.
2. Sistem Manajemen
Kecelakaan yang disebabkan oleh manajemen adalah sebagai berikut :
 Kurangnya perhatian manajer terhadap keselamatan kerja.
 Kurangnya penerapan prosedur kerja dengan baik.
 Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan, modifikasi dan
berjalannya penerapan aspek-aspek keselamatan kerja di lapangan.
 Tidak adanya inspeksi peralatan.
 Kurangnya sistem penanggulangan terhadap bahaya.
3. Bahaya Mekanik
Kecelakaan yang disebabkan oleh benda-benda mekanik, antara lain :
 Benda-benda bergerak atau berputar
 Sistem pengamanan tidak bekerja atau tidak terpasang
4. Bahaya Kimia
Bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan
pekerja adalah bahan-bahan bersifat racun dan dapat merusak kulit bila
tersentuh.
58

5. Incident/Accident. Terjadinya kontak dengan suatu benda, energi dan atau


bahan berhazard sebagai efek dari ketiga penyebab diatas yang tidak dapat
dikendalikan.
6. Treshold limit. Adalah nilai ambang batas dimana ketika seluruh penyebab
tadi sudah melebihi nilai yang sudah ditentukan.
7. Kerugian. konsekuensi dari terjadinya incident/accident baik terhadap
manusia sebagai pekerja dan atau kerugian terhadap perlatan yang digunakan
untuk menunjang pekerjaan.
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Bangunan gedung
Bangunan gedung beserta alat-alat konstruksinya harus memenuhi persyaratan
yang telah direkomendasikan oleh para ahli yang bersangkutan untuk
menghindari bahayabahaya kebakaran, perusakan akibat cuaca, gempa, petir,
banjir dan lain sebagainya.
b. Ventilasi
Ruang kerja harus cukup luas, tidak membatasi atau membahayakan gerak
pekerja, serta dilengkapi dengan sistem ventilasi yang baik sesuai dengan
kondisi tempat kerjanya, sehingga pekerja dapat bekerja leluasa, aman,
nyaman, karena selalu mendapatkan udara yang bersih.
c. Alat-alat bergerak
Alat-alat berputar atau bergerak seperti motor pada pompa ataupun kipas
dalam blower, motor pada pengaduk harus selalu berada dalam keadaan
tertutup, minimal diberi penutup pada bagian yang bergerak, serta harus diberi
jarak yang cukup dengan peralatan yang lainnya.
d. Peralatan yang menggunakan sistem perpindahan panas
Peralatan yang memakai sistem perpindahan panas harus diberi isolator,
misalnya: Boiler, Condenser, Heater dan sebagainya. Disamping itu di dalam
perancangan faktor keselamatan (safety factor) harus diutamakan, antara lain
dalam hal pengelasan (pemilihan sambungan las), faktor korosi, tekanan
(stress).
59

e. Sistem perpipaan
Pipa-pipa harus dipasang secara efektif supaya mudah menghantarkan fluida
proses atau utilitas tanpa adanya kehilangan energi atau massa, dalam waktu
yang tepat. Pipa-pipa tersebut juga harus diletakkan di tempat yang terjangkau
dan aman sehingga mudah diperbaiki dan dipasang. Untuk pipa yang dilalui
fluida panas harus diberi isolasi (berupa sabut atau asbes) dan diberi
sambungan yang dapat memberikan fleksibilitas seperti (U–bed), tee, juga
pemilihan valve yang sesuai untuk menghindarkan peledakan yang
diakibatkan oleh pemuaian pipa.
f. Sistem kelistrikan
Penerangan di dalam ruangan harus cukup baik dan tidak menyilaukan agar
para pekerja dapat bekerja dengan baik dan nyaman. Setiap peralatan yang
dioperasikan secara elektris harus dilengkapi dengan pemutusan arus
(sekering) otomatis serta dihubungkan dengan tanah (ground) dalam bentuk
arde, untuk menjaga apabila sewaktu-waktu terjadi hubungan singkat.
Pemeriksaan peralatan listrik secara teratur perlu dilakukan.
g. Karyawan
Seluruh karyawan dan pekerja, terutama yang menangani unit-unit vital,
hendaknya diberi pengetahuan dan pelatihan khusus dalam bidang masing-
masing, juga dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja secara umum.
Disamping itu pihak pabrik harus gencar memberikan penyuluhan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.3 Alat Pelindung Diri (APD)


Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenega Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Peraturan 08 Tahun 2010 yang menerangkan bahwa Alat
Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib
menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja dan harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku seperti yang sudah
diatur dalam UU No.08 tahun 2010. APD yang dimaksud meliputi :
60

1. Alat Pelindung
Kepala Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh
radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia dan suhu yang ekstrim. Jenis
alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau
tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat Pelindung Mata dan Muka
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-
benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis
alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman, goggles,
tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atautekanan. Jenis alat pelindung telinga
terdiri dari sumbat telinga (ear plug) yang digunakan di daerah bising dengan
tingkat kebisingan sampai dengan 95 dB, dan penutup telinga (ear muff)yang
digunakan di daerah bising dengan tingkat kebisingan lebih dari 95 dB.
4. Alat Pelindung
Pernafasan Beserta Perlengkapannya Alat pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa
debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Jenis alat
pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator,
katrit, canister filter, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply
Machine (Air Hose Mask Respirator), tangki selam dan regulator (Self-
61

Contained Underwater Breathing Apparatus/SCUBA), Self-Contained


Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus.
5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan
jasad renik. Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia.
6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis Pelindung kaki berupa sepatu
keselamatan pada pekerjaan peleburan,pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat
kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya
binatang dan lain-lain.
7. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap
panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi,
binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri
dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung
yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
8. Alat Pelindung Jatuh Perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada
pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung
62

dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai
dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh
(harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat
penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
9. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air. Jenis
pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan (life
vest), rompi pengatur keterapungan (bouyancy control device).

4.4 Instalasi Pemadam Kebakaran


Unit Pemadam Kebakaran mutlak untuk setiap pabrik karena bahaya
kebakaran mungkin terjadi dimanapun, terutama di tempat-tempat yang
mempunyai instalasi pelistrikan. Kebakaran dapat disebabkan karena adanya api
kecil, kemudian secara tidak terkontrol dapat menjadi kebakaran besar. Untuk
meminimalkan kerugian material akibat bahaya kebakaran ini setiap pabrik harus
memiliki dua macam instalasi pemadam kebakaran, yaitu :
 Instalasi tetap : hydran, sprinkel, dry chemical power
 Instalasi tidak tetap : fire extinguisher
Untuk instalasi pemadam tetap perangkatnya tidak dapat dibawa-bawa,
diletakkan ditempat-tempat tertentu yang rawan bahaya kebakaran, misalnya:
dekat reaktor, boiler, diruang operasi (Operasi Unit), atau power station.
Sedangkan instalasi pemadam kebakaran tidak tetap perangkatnya dapat dibawa
dengan mudah ke tempat dimana saja.
63

4.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area Pabrik Urea Formaldehid


A. Sistem yang Digunakan pada Pabrik Urea Formaldehid
1. Sistem Manajemen
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang menjelaskan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Adapun tujuan dari penerapan SMK3 bertujuan untuk :
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
2. Sistem Komunikasi
Yaitu tersedianya alat komunikasi yang menghubungkan antar unit baik
dengan sistem telepon maupun dengan sistem wireless yang di setting berdasarkan
tempat-tempat yang telah ditentukan untuk start, stop, dan emergency
pengoperasian.
3. Sistem Alarm Pabrik
Sistem alarm dalam pabrik digunakan untuk mendeteksi asap jika terjadi
kebakaran atau tanda bahaya. Sehingga apabila terjadi bahaya sewaktu-waktu
pada karyawan dapat segera mengetahui.
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Tabel 4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Urea Formaldehid
No. Daerah Bahaya Alat Pelindung
1. Perpipaan  Kebocoran pipa,  Safety helmet (melindungi
sehingga aliran kepala dari benturan/
panas steam kejatuhan bendabenda
64

ataupun bahan keras)


panas dapat  Welding glass (menggunakan
keluar welding glass yang dapat
melindungi mata jika terjadi
kebocoran pipa
 Air respirator
 Safety shoes (menggunakan
sepatu yang tahan terhadap
bahaya kejatuhan
bendabenda berat, percikan
aliran panas)
 Pakaian pelindung (cattle
pack)
2. Pompa  Menimbulkan  Safety helmet
panas  Welding glass
 Terjadi kebocoran  Sarung Tangan
 Safety shoes (menggunakan
sepatu yang tahan terhadap
bahaya kejatuhan
bendabenda berat, percikan
aliran panas)
 Pakaian pelindung (cattle
pack)
3. Heater  Menimbulkan  Welding glass
panas  Air respirator
 Terjadi kebocoran  Sarung tangan
 Safety shoes
 (menggunakan sepatu yang
tahan terhadap bahaya
kejatuhan bendabenda berat,
percikan aliran panas)
 Pakaian pelindung (cattle
pack)
4. Reaktor  Bertemperatur  Safety helmet
65

tinggi  Welding glass


 Berisi gas  Air respirator
berbahaya  Sarung tangan
 Terjadi kebocoran  Sepatu (safety shoes)
 Pakaian pelindung/ cattle
pack (melindungi badan dari
radiasi panas perpipaan yang
mempunyai suhu lebih dari
100ºC, dan dapat melindungi
dari percikan bahan yang
korosif dan aliran panas)
5. Absorber  Terjadi  Safety helmet
kebocoran  Welding glass
 Berisi zat yang  Air respirator
cukup berbahaya  Sarung tangan
(menggunakan sarung tangan
yang terbuat dari karet untuk
melindungi dari bahaya
listrik, larutan asam maupun
basa)
 Sepatu
 Pakaian
6. Tangki Penampung  Terjadi kebocoran  Pemberian label dan
 Berisi zat yang spesifikasi bahannya
cukup berbahaya  Pengecekan secara berkala
 Mudah meledak oleh petugas K3
 Air respirator
 Pakaian pelindung (cattle
pack)
7. Bahan Baku Metanol  Mudah terbakar  Air respirator tahan bahan
 Korosif kimia yang lengkap
 Bau menyengat (pelindung wajah penuh dan
selongsong untuk uap
organik)
66

 Pelindung mata
(menggunakan kacamata
yang tahan pecahan yang
dilengkapi dengan pelindung
wajah, menyediakan kran air
pencuci mata untuk keadaan
darurat)
 Pakaianpelindung
(menggunakan pakaian
pelindung tahan bahan kimia
yang sesuai)
 Sarung tangan
(menggunakan sarung tangan
karet/ yang tahan bahan
kimia)
 Sepatu (menggunakan sepatu
tahan bahan kimia yang
sesuai)
8. Bahan Baku Urea  Mudah terbakar  Menyediakan peralatan
 Korosif penyedot udara (sistem
 Bau menyengat ventilasi proses tertutup)
 Toksik bagi  Air respirator tahan bahan
kehidupan kimia yang lengkap
(pelindung wajah penuh dan
selongsong untuk uap
organik)
 Pelindung mata
(menggunakan kacamata
yang tahan pecahan yang
dilengkapidengan pelindung
wajah, menyediakan kran air
pencuci mata untuk keadaan
darurat)
 Pakaian pelindung
(menggunakan pakaian
67

pelindung tahan bahan kimia


yang sesuai)
 Sarung tangan
(menggunakan sarung tangan
karet/ yang tahan bahan
kimia)
 Sepatu (menggunakan sepatu
tahan bahan kimia yang
sesuai)

4.6 Sifat dan Bahaya


Urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air dan
kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan
monomer-monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk polimer.
Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk formaldehid atau formalin. Jika
terpapar formaldehid dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa
menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehid dikonversi jadi asam
format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan
sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan
yang menghisap formaldehid terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan
tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan
papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehid dalam kadar
yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan
pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Bahan berbahaya adalah bahan yang dapat menghasilkan gas, debu atau
radiasi yang dapat menimbukan iritasi, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya
lainya atau merusak bahan lain selama pembuatan, pembuatan, pengolahan,
pengangukutan, penyimpanan atau penggunaan bahan tersebut.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
- Faktor kimia termasuk debu dan uap logam
68

- Faktor fisik termasuk kebisingan/ getaran, radiasi, penerangan, suhu dan


kelembaban
- Faktor spikologis karena tekanan mental atau stres.
Berkaitan dengan hal diatas, perlu diketahui beberapa hal yaitu :
- Sifat-sifat dari jenis bahan kimia yang digunakan
- Jenis bahan yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut
- Cara penanganan bahan-bahan kimia tersebut
- Pencegahan dan cara pertolongan pertama bia terjadi kecelakan yang di
Timbulkan oleh bahan kimia tersebut
- Lambang atau sombol yang digunakan sebagai peringatan atau pemberitahuan
untuk menjamin keselamatan kerja para pekerja.
- Alat perlengkapan yang digunakan
- Penyimpanan yang melebihi kapasitas harus dihindari
Proses produksi diatur sedemikian rupa sehingga kontak langsung perkerja
dengan bahan berbahaya dapat dihindari seminimal mungkin.

4.6 Dampak Lingkungan dan Penanganan Limbah


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
menjelaskan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbuhan. Kemudian dijelaskan mengenai kewajiban
untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya
kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup yang berupa terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, mengingat B3 mempunyai
potensi yang cukup besar untuk menimbulkan dampak negatif.
69

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah


B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Pengolahan
Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya
dan/atau sifat racun. Upaya pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan
melaksanakan konsep 4R, yaitu:
 Reduce, minimalisasi sampah dari sumber
 Reuse, memanfaatkan kembali sampah
 Recovery, melakukan upaya untuk perolehan kembali bahan-bahan yang
berguna.
 Recycle, melakukan pemrosesan sehingga menghasilkan produk lainnya
Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan
karena akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan
hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, kerusakan materi yang rendah, dan
yang penting adalah kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar
dan hal tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan
ke lingkungan, kondisi geografis sumber pencemar, dan kondisi meteorologis
lingkungan. Limbah yang dikeluarkan pabrik berupa limbah produksi yang
dihasilkan industri dan bahan bangunan cair yang berasal dari :
1. Limbah produksi
2. Buangan air sanitasi
3. Sisa regenerasi
4. Blow down cooling tower
5. Campuran air dan H2O2,
Air yang diperlukan dilingkungan pabrik adalah untuk :
1. Air untuk proses
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam air proses adalah :
 Kesadahan yang menyebabkan kerak
 Besi yang dapat menimbulkan korosi
 Minyak yang menyebabkan terbentuknya lapisan film yang menyebabkan
koefisien transfer panas serta menimbulkan endapan.
2. Air sanitasi
70

Air sanitasi diperlukan untuk keperluan kantor, rumah tangga, laboratorium


dan lain-lain
Syarat air sanitasi meliputi :
a. Syarat fisik
 Suhu normal
 Warna jernih
 Tidak berasa dan tidak berbau
b. Syarat kimia
 Tidak mengandung zat organik maupun anorganik
 Tidak beracun
 Tidak mengandung bahan kimia berlebihan

Tabel 4.2 Klasifikasi Limbah dan Penanganannya


No Jenis Limbah Asal Penanganan

1 Limbah cair - Air domestik yang berasal Air buangan ini di tampung kemudian
dari toilet dan air diolah didalam Instalasi Pengolahan Air
perkantoran Limbah (IPAL) dengan metode filtrasi,
- Blow down cooling tower terkecuali oli bekas yang akan
ditampung didalam penampungan yang
selanjutnya dikirim kebadan yang
berwenang
2 Limbah padat Berupa padatan tersaring Limbah padat ditampung dalam suatu
yang berasal dari filter bak penampung kemudian dijual sebagai
produk samping industri lain
3 Limbah gas Berasal dari absorber yang Dengan metode flare stack
berupa CO2

Sumber dari limbah gas: Kementrian Industri, (2017)

A. Pengolahan Limbah Cair


1. Pengolahan limbah minyak pelumas bekas
71

Pengolahan limbah cair berupa oli dapat dilakukan dengan cara mendaur ulang
oli bekas menjadi pelumas dasar. Pengolahan ini dilakukan oleh perusaahaan
pengolah oli bekas. Sehingga pada pabrik urea formaldehyde, oli bekas yang telah
digunakan untuk mesin pabrik ditampung pada tempat khusus. Oli bekas harus
ditampung pada tempat khusus dan terhindar dari kotoran lainnya sebab oli ini
akan didaur ulang. Tercampurnya oli bekas dengan sampah lain akan menurunkan
kualitasnya dan meningkatkannya biaya untuk proses pemurniannya. Alat
penampung oli harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap karat dan tertutup
rapat serta diberi label yang jelas. Dalam jangka waktu tertentu oli bekas ini dapat
dijual ke para pengumpul oli bekas yang selanjutnya akan dikirim ke perusahaan
pengolah oli.

B. Pengolahan Limbah Gas


Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila
konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal. Senyawa
pencemar udara itu digolongkan menjadi :
a. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung
dibebaskan dari sumber.
b. Senyawa pencemar sekunder adalah senyawa pencemar yang baru
terbentuk akibat terjadinya reaksi antara dua atau lebih senyawa primer
selama berada di atmosfer. Limbah gas hasil buangan absorber dibakar
melalui flare stack.

C. Air buangan maintenance, sanitasi dan laboratorium


1. Air buangan sanitasi berasal dari sisa maintenance toilet di lingkungan pabrik
dan kantor. Air tersebut dikumpulkan dan diolah dalam unit stabilisasi dengan
menggunakan lumpur aktif, aerasi dan suntikan klorin yang berfungsi sebagai
disinfektan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menimbulkan
penyakit. Air sisa regenerasi dari unit deminerisasi yang mengandung NaOH
dan HCl dinetralkan dalam tangki penetralan. Penetralan dilakukan dengan
larutan HCl bila pH lebih besar dari 7 dan NaOH bila pH lebih kecil dari 7.
72

Tabel 4.2 Material safety data sheet (MSDS)


Produk Utama
No Bahan Baku Produk
1 Metanol Urea Formaldehid
2 Urea
Utilitas
3 Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al(HO3 + 3CaSO3 + 6CO2
4 CaSO4 + Na2CO3 Na2SO4 + CaCO3
5 klor atau kaporit Asam hipoklorit
6 Resin asam Pengikat basa
7 Resin basa Pengikat asam
8 hidrazin (N2H2) 2 N2 + 2 H2O

4.7 Pencegahan terhadap bahaya mekanis


Upaya pencegahan kecelakaan terhadap bahaya mekanis adalah :
1. Menggunakan dasar lantai yang terbuat dari plat baja dengan permukaan
yang agak sedikit kasar untuk mengurangi tergelincir.
2. Memasang alat-alat dengan penahan yang cukup kuat untuk mencegah
kemungkinan terguling atau terjatuh,
3. Membersihkan area produksi khususnya lantai secara periodik untuk
menghilangkan kotoran.
4. Membuat system ruang gerak karyawan yang cukup lebar dan tidak
menghambat kegiatan karyawan.
5. Meletakkan jalur perpipaan berada diatas permukaan tanah atau atap lantai
pertama kalau di dalam gedung atau setinggi 4,5 meter bila di luar gedung
agar tidak menghalangi kendaraan lewat.
6. Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja
dengan tenang dan tidak menyulitkan apabila ada perbaikan atau
pembongkaran.
7. Memberikan tutup pelindung pada alat-alat yang bergerak atau berputar
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
8. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran yang dilengkapi dengan
pompa-pompa hindari pada tiap jarak tertentu.
73

9. Memasang sprinkler, yaitu system yang bekerja dengan memancarkan air


bertekanan kesegala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-
tidaknya mencegah meluas nya kebakaran, khususnya di ruang kantor.

4.8 Keselamatan kerja terhadap listrik


Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja
terhadap listrik, antara lain:
1. Memasang sekring pemutus arus listrik otomatis pada setiap instalasi dan
peralatan listrik dan merancang secara terpadu sengan tata letak pabrik untuk
menjaga keselamatan kerja dan kemudahan jika harus dilakukan perbaikan.
2. Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan
tinggi.
3. Menempatkan motor-motor listrik pada tempa yang tidak mengganggu lalu
lintas pekerja.
4. Mengisolasi kawat hantaran listrik yang sesuai dengan keperluan, khususnya
kabel listrik yang berdekatan dengan alat-alat yang bekerja pada suhu tinggi.
5. Memasang penang kalpetir yang dibumikan pada setiap peralatan atau
bangunan yang menjulang tinggi.

4.10 Pencegahan terhadap gangguan kesehatan


1. Mewajibkan setiap karyawan memakai pakaian kerja selama berada di dalam
lokasi pabrik.
2. Mewajibkan karyawan memakai sarung karet serta penutup hidung dan mulut
saat menangani bahan-bahan kimia.
3. Menyediakan poliklinik yang memadai di lokasi pabrik.

4.11 Kesadaran dan pengetahuan yang memadai bagi karyawan


Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja
adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan
pentingnya usaha menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan.
74

2. Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan member
sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin.
3. Membekali karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan secara
benar dan cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.
Untuk mencapai keselamatankerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai-nilai
disiplin bagi para karyawan yaitu:
1. Mengikuti pedoman-pedoman yang sesuai dalam bertugas.
2. Mematuhi setiap peraturan dan ketentuan yang ada.
3. Memiliki keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan
peralatan yang ada.
4. Melaporkan dengan segera setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan
pada atasan.
5. Mengingatkan antara karyawan akan perbuatan yang dapat menimbulkan
bahaya.
6. Mengontrol secara periodic terhadap alat instalasi pabrik oleh petugas
maintenance.

4.12 Stabilitas dan Reaktivitas


1. Stabilitas
Dalam bentuk gas kering, formaldehida monomer anhidrat, relatif stabil pada
suhu 80-100°C, tetapi pada suhu lebih rendah mudah mengalami
polimerisasi. Jika terdapat udara, uap formaldehida teroksidasi menjadi asam
formiat. Dalam penyimpanan, terutama jika dingin, mungkin menjadi keruh.
Jika menguap pada suhu rendah sebagian uap berubah menjadi trioksimetilen.
Sensitif terhadap sinar. Dengan adanya air dalam jumlah sedikit, gas
formaldehida secara lambat mengalami trimerase menjadi metaformaldehida.
2. Peruraian yang berbahaya
Jika uapnya dipanaskan akan terurai serta melepaskan uap dan asap yang
tajam. Hasil urai pada pemanasan adalah karbon monoksida dan
dioksida. Peruraian yang tidak dikatalisasi sangat lambat pada suhu < 300°C,
dengan hasil utama karbon monoksida dan hydrogen. Logam seperti platina,
75

tembaga, kromium dan aluminium mengkatalilsasi pembentukan metanol,


metilformat, asam format, karbon dioksida dan metan.
3. Polimerisasi
Formaldehida murni tidak tersedia di pasar karena cenderung mengalami
polimerisasi. Biasanya dilarutkan dalam air hingga berkadar 37-50% b/b
dengan penambahan metanol untuk mencegah polimerisasi. Runutan bahan
polar seperti asam, alkali dan air mempercepat polimerisasi. Jika larutan
formaldehida dalam ampul dipanaskan hingga suhu kamar akan mangalami
polimerisasi dengan cepat dengan melepaskan panas. Polimerisasi dapat
dihambat dengan penambahan metanol atau distabilisasi dengan
hidroksipropil metal selulosa, logam dan etil selulosa atau isoftalobis
guanamin. Polimerisasi dalam air berupa trioksimetilen (hal ini tergantung
penambahan metanol). Formaldehid dengan senyawa azo menimbulkan reaksi
eksotermik yang mengeluarkan gas N2, panas dan polimerisasi hebat.
4. Kondisi untuk dihindar
Hindarkan dari panas, nyala api, percikan dan sumber api lain. Hindari kontak
dengan bahan tidak boleh dicampurkan
5. Inkompatibilitas
Tidak boleh dicampurkan (incompatible) dengan asam, basa, bahan pereduksi,
logam, garam-garam logam, halogen, bahan mudah terbakar, peroksida, bahan
pengoksidasi, halokarbon dan karbida logam

4.13 Strategi Pengendalian Dan Penanggulangan Limbah


Limbah dari suatu pabrik harus diolah sebelum dibuang ke badan atau
atmosfer, karena limbah tersebut mengandung bermacam-macam zat yang dapat
membahayakan alam sekitar maupun manusia itu sendiri. Demi kelestarian
lingkungan hidup, maka setiap pabrik harus mempunyai unit pengolahan limbah.
1. Pencengahan terjadinya insiden pencemaran
 House keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau tetesan
bahan pencemar
 Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP
 Operasi penanggulangan keadaan darurat
76

 Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang (recycling),


penggunaan kembali (reuse).
2. Memasang dan mengoperasikan alat pengolahan limbah
3. Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai
Program pemantauan lingkungan untuk menjaga kualitas air limbah dan
badan air penerima (sungai) dilakukan secara kontinyu oleh bagian ekologi
yang dianalisasi oleh laboratorium intern, dan laboratorium instansi
pemerintah yang terkait dengan pemantauan lingkungan.
Pada pabrik Urea Formaldehid menghasilkan limbah cair. Sumber-
sumber limbah pada pabrik meliputi :
a. Gas buang dari Absorber
Limbah gas dihasilkan dari off gas absorber. Off gas absorber
mengandung oksigen (O2), nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan karbon
monoksida (CO).Flare stack sebagai unit pengendali cemaran udara yang
merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan sebagai unit pengendali
cemaran udara, terutama partikulat yang diemisikan oleh unit proses boiler,
heater, maupun tunggu pemanas (Lee, dkk 2013). Berikuta dalah skema
penanggulangan gas buang CO2, CO, dan N2 :

Gambar 4.1 Skema Pengolahan gas buang Absorber


77

Fungsi flare Stack adalah alat untuk membakar gas yang tidak diperlukan atau gas
sisa dari hasil penyulingan minyak atau alkohol dan sebagai antisipasi keadaan
emergensi jika ada ada kebocoran atau shutdown, maka gas akan otomatis
terbuang dan terbakar di flare stack. Gas flare digunakan untuk menghilangkan
limbah gas yang mana tidak mungkin untuk digunakan atau di angkut. Digunakan
juga untuk system keamanan gas dan pembebasannya menggunakan pressure
relief valve ketika dibutuhkan untuk menurunkan tekanan dalam peralatan.
Menurut Amirsyam, dkk (2018) Flare stake digunakan untuk membakar gas
yang mudah terbakar agar meminimalisir pencemaran lingkungan. Setelah
melewati absorber gas akan memasuki flare stack. Gas yang masuk kedalam flare
stack terakhir dari suatu proses pengolahan cairan pada sektor upstream dimana
semua gas yang telah dipisahkan akan dialirkan ke flare stack tersebut untuk dibakar.
Menurut Kepmen Kementerian Lingkungan Hidup No.5 (2016), Baku mutu
emisi ditetapkan untuk pencemaran yaitu NO2 (Nitrogen oksida), SO2 (Sulfur
oksida), hidrokarbon non-metana dan, partikulat.
Dibawah ini merupakan Baku mutu limbah gas pabrik;
Tabel 4.3 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Emisi cerobong Parameter Baku mutu emisi Satuan

NO2 1000 Mg/m3

SO2 800 Mg/m3


Boiler
Debu 350 Mg/m3

Kepekatan asap 20 %

Sumber : Kepmen Kementrian Lingkungan Hidup No.5, 2016

Limbah buangan maintenance ini berasal dari sisa proses produksi berupa
bahan-bahan sisa dari proses yang tidak dipergunakan seperti air pencucian alat
produksi.
Limbah sanitasi merupakan pembuangan air yang berasal dari kantin,
mushola, keperluan kantor dan pabrik lainnya seperti pencucian, air masak dan
lain-lain (Metcalf dan Eddy, 2003). Penanganan limbah ini tidak memerlukan
penanganan khusus karena seperti limbah rumah tangga dan lainnya, air buangan
78

ini tidak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya, yang perlu


diperhatikan disini adalah kapasitas buangan yang diijinkan dan kemana
pembuangan air limbah ini.

Pada pengolahan limbah cair, semua limbah cair yang berasal dari
limbah domestik diolah didalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
kecuali oli bekas yang akan ditampung di dalam penampungan yang
selanjutnya dikirim ke badan yang berwenang. Limbah dari berbagai sumber
sebelum masuk ke IPAL dilewatkan melalui bak ekualisasi untuk
menyamakan beban dalam pengolahan dengan jalan melakukan pengadukan
pada limbah sehingga menjadi homogen, dari bak ekualisasi limbah masuk ke
bak netralisasi untuk menetralkan pH, karena pH yang netral selain tidak
mengganggu lingkungan juga dapat berguna untuk mempermudah proses
pengendapan pada bak sedimentasi. Penetralan pH dilakukan dengan jalan
penambahan Na2CO3/H2SO4, setelah netral limbah dialirkan ke bak
sedimentasi untuk mengendapkan kandungan solid yang terdapat di dalamnya
dengan bantuan koagulan. Dari bak sedimentasi selanjutnya dilakukan
penyaringan dengan menggunakan media penyaring berbutir seperti kerikil,
pasir, dan juga ditambahkan karbon aktif untuk menghilangkan bau. Limbah
setelah melalui proses filtrasi dimasukkan ke dalam bak Bio Control yang
bertujuan untuk menguji apakah limbah tersebut sudah benar–benar tidak
mencemari lingkungan, pengujian dilakukan dengan memasukkan ikan ke
dalam bak Bio Control, bila ikan tersebut tetap hidup normal maka proses
pengolahan air limbah dapat dikatakan sudah berhasil dan air yang dihasilkan
selanjutnya akan dibuang ke badan penerima air baik di selokan, ataupun
dilaut.

Air Buangan Bak Ekualisasi

Bak Netralisasi

Padatan
Drying Bed Bak Sedimentasi
Cairan

Filtrasi

Bak Bio

Badan Penerima Air

Gambar 4.2 Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah


79

Pada limbah laboratorium berasal dari kegiatan-kegiatan laboratorium


Limbah laboratorium mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
menganalisa mutu bahan baku yang dipergunakan dan mutu produk yang
dihasilkan, serta yang dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan proses.
Diperkirakan jumlah air buangan pabrik :
Menurut standar WHO, kebutuhan air untuk 1 orang adalah 100-120 liter/hari.
 Buangan sanitasi
 Diperkirakan air buangan tiap orang = 100 ltr/hari
 Jumlah pekerja = 112 orang
 Total air buangan domestik = 112 x 2 liter = 224 ltr/jam
 Laboratorium dan maintenance diperkirakan = 200 kg/jam
 Total air buangan = 224 + 200
= 424 liter/hari
Dibawah ini merupakan baku mutu limbah cair pabrik ;
Tabel 4.4 Baku mutu limbah cair
No. Parameter Satuan Baku mutu
1. Ph - 6,0-9,0
2. BOD5 Mg/L 100
3. TSS Mg/L 100
4. Minyak & Lemak Mg/L 10
Sumber : UPT Badan Lingkungan Hidup, 2016

Anda mungkin juga menyukai