Anda di halaman 1dari 29

LATAR BELAKANG

Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat
kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss).
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

Kelelahan (fatigue)
Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya

(pre-cause) adalah kurangnya training


Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di
tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah
menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda
berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan
masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada
implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau
bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya
mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat
laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja
yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk
mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan progrma, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta membuat
laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi para
pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas
(AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota
termasuk Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun
1

multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan
terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen
lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor
telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta
Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap
penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar
internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja
yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Ruang Lingkup SMK3


Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setia p pekerjaan, kapanpun dan di manapun.
Tindakan keselamatan kerja dilakukan di tempat kerja, di lingkungan keluarga /rumah
tangga, lingkungan masyarakat. Adapun syarat-syarat pelaksanaan K3 diperuntukan
untuk:
1)Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2)Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
3)Memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK),
4)Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja,
5)mempertimbangkan factor-faktor kenyamanan kerja,
6)Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis
7)Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja,
2

8)Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas,lingkungan dan proses kerja

Dasar Hukum Referensi


3

1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
ketenagakerjaan.
Pasal 3 Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan.
Pasal 9 Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
Pasal 10 Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi :
1. norma keselamatan kerja
2.

norma kesehatan kerja

3.

norma kerja

4.

pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal

kecelakaan kerja
3. UU No.13 tahun 2003 pasal 86
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

keselamatan dan kesehatan kerja

moral dan kesusilaan dan

perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia

serta nilai-nilai agama.

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja


yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4. UU No. 13 tahun 2003 pasal 87
1.

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.


2.

Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
UU No. 13 tahun 2003 pasal 190
1. Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi administratif atas pelanggaran
ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal
38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126
ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

teguran

peringatan tertulis

pembatasan kegiatan usaha

pembekuan kegiatan usaha

pembatalan persetujuan

pembatalan pendaftaran

penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi

pencabutan ijin

3. Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut oleh Menteri.

A.PERENCANAAN
Alat Pelindung Diri
Menurut Tarwaka (2008) Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Program pengendalian yang terakhir adalah APD dimana dalam penggunaannya dapat
menimbulkan masalah, misalnya rasa ketidaknyamanan, membatasi gerakan dan persepsi
sensoris dari pemakainnya. Jenis APD adalah banyak macamnya menurut bagian tubuh
yang dilindunginya.
Beberapa perusahaan ada yang menggunakan beberapa macam alat pelindung diri, hal ini
disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada. Namun ada juga perusahaan yang tidak
juga menyediakan alat pelindung diri tertentu walaupun terdapat potensi bahaya yang
dapat dicegah dengan alat pelindung diri tersebut. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya
biaya ataupun disebabkan kurangnya pengertian dari perusahaan akan pentingnya
penggunaan alat pelindung diri tersebut.

Alat Pelindung Diri

Berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi dari kontak dengan potensi bahaya, terdapat
beberapa macam alat pelindung diri:
1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi kepala dari terbentur dan
terpukul yang dapat menyababkan luka juga melindungi kepala dari panas, radiasi, api
dan bahan-bahan kimia berbahaya serta melindungi agar rambut tidak terjerat dalam
mesin yang berputar. Jenis alat pelindung kepala ini antara lain:

Topi Pelindung (safety helmets)


berfungi untuk melindungi kepala dari benda keras yang terjatuh, benturan kepala,
terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak
mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus
listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik (bakelite), serat gelas (fiberglass)
maupun metal. Topi pelindung dari bahan plastik enak dipakai karena ringan, tahan
terhadap benturan dan benda keras serta tidak menyalurakn alur listrik, sedangkan topi
pelindung dari serat gelas tahan terhadap asam dan basa kuat. Bagian dalam dari topi
pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk
menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.

Tutup Kepala digunakan untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas
atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api, kulit dan kain
tahan air.

Topi (hats/cap) berfungi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran, debu, mesin
yang berputar.
2. Alat Pelindung Mata (eye protection)

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak
bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif, partikel melayang,
atau terkena raidasi gelombang elektromagnetik.
Terdapat dua bentuk alat pelindung diri mata:

Kacamata (spectacles) berfungi untuk melindungi mata dari partikel kecil, debu dan
radiasi gelombang elektromagnetik.

Goggles berfungi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan bahan
kimia. Goggles ini biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt
untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
3. Alat Pelindung Telinga
Selain berguna untuk melindungi pemakainya dari bahaya percikan api atau logam panas,
alat ini juga bekerja untuk mengurangi intensitas suara yang masuk dalam telinga.
Ada dua macam alat pelindung telinga:

Sumbat Telinga (ear plug), Ukuran dan bentuk telinga setiap individu atau bahkan untuk
kedua telinga dari orang yang sama berbeda, untuk itu ear plug ini harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya.
Pada umumnya diameter 5 11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong
dan tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis,
untuk ear plug yang terbuat dari kapas, spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan
sekali pakai (disposable), sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang
dicetak (molded rubber/plastic) dapat digunakan beberapa kali (non disposable). Alat ini
dapat mengurangi intensitas suara sampai 20 dB(A).

Tutup Telinga (ear muff), Alat pelindung telinga ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi
untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian waktu yang cukup lama,
efektifitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut
sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit.
8

Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB(A) dan dapat melindungi bagian
luar telinga dari benturan benda keras dan percikan bahan kimia.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara
yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun, korosi maupun rangsangan.
Beberapa jenis alat pelindung pernafasan:

Alat Pelindung Pernafasan berupa Masker, Alat pelindung ini berguna untuk mengurangi
debu atau partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernafasan. Masker ini
biasanya terbuat dari kain.

Alat Pelindung Pernafasan berupa Respirator, Alat pelindung ini berguna untuk
melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas. Respirator ini dapat
dibedakan atas:

Chemical Respirator merupakan catridge respirator ynag digunakan untuk melindungi


pernafasan dari gas dan uap dengan toksisitas rendah. catridge ini berisi adsorban dan
karbon aktif, arang dan silica gel, sedangkan canister digunakan untuk mengadsorbsi
khlor dan gas atau uap zat organik.

Mechanical Respirator, Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel zat padat,
debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang
berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu
tinggi atau partikel tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglass atau
woll dan serat sintesis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.
5. Alat Pelindung Tangan (hand protection)
Alat pelindung ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam, bahanbahan kimia, benda panas atau dingin dan kontak arus listrik. Alat pelindung ini berupa
sarung tangan yang terbuat dari berbagai bahan, sarung tangan terbuat dari karet untuk
melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik, sarung tangan dari kulit
9

untuk melindungi dari benda tajam dan goresan, sarung tangan dari kain katun untuk
melindungi dari kontak dengan panas dan dingin.

6. Alat Pelindung Kaki (feet protection)


Alat pelindung ini berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam, larutan kimia,
benda panas dan kontak listrik. Menurut pekerjaan yang dilakukan.
Sepatu keselamatan dapat dibedakan sebagai berikut:

Sepatu Pengaman pada Pengecoran Baja (foundry leggings), sepatu ini terbuat dari bahan
kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya 35 cm, pada pemakaian sepatu ini
celana dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkan dengan tali pengikat sepatu;

Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung Bahaya Peledakan. Sepatu ini tidak
boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api;

Sepatu pengaman pada pekerjaan yang berhubungan dengan Listrik. Sepatu ini terbuat
dari karet anti elektrostatik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar 10.000 volt selama
tiga menit;

Sepatu pengaman pada pekerjaan Bangunan Konstruksi, sepatu ini terbuat dari bahan
kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya (steel box toe).
7. Pakaian Pelindung (body protection)
Alat pelindung ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan
api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Pakaian pelindung ini dapat berbentuk apron
yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut,
atau overall yaitu menutupi seluruh tubuh. Apron dapat terbuat dari kain drill, kulit,
plastik PVC/Polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Apron tidak
boleh digunakan di tempat kerja dimana terdapat mesin yang berputar.

10

8. Sabuk Pengaman Keselamatan (safety belt)


Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari
ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan konstruksi
bangunan.

2. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


2.1. Identifikasi Bahaya
1.1. Sekretaris P2K3 melaksanakan identifikasi bahaya terhadap seluruh aktivitas perusahaan
meliputi :
a.

Aktivitas kerja rutin dan non-rutin.

b.

Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.

c.

Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

d.

Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.

e.

Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/material di tempat kerja baik yang disediakan


Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.

f.

Perubahan ataupun usulan perubahan dalam Perusahaan baik perubahan aktivitas


maupun bahan/material/mesin yang digunakan.

g.

Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya


terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.

h.

Penerapan perundang-undangan, persyaratan dan peraturan yang berlaku.

i.

Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur


organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
11

1.2. Sekretaris P2K3 melaksanakan identifikasi bahaya berdasarkan 5 (lima) faktor bahaya
berikut
a.

Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).

b.

Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah


meledak/menyala/terbakar, korosif, pemicu iritasi (irritant), bertekanan, reaktif,
radioaktif, oksidator, pemicu kanker, berbahaya bagi pernafasan,
membahayakan/mencemari lingkungan, dsb).

c.

Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,


ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).

d.

Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta


ergonomi tempat kerja/alat/mesin).

e.

Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,


lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

1. Penilaian Resiko
2.1. Sekretaris P2K3 melaksanakan penilaian resiko menggunakan tabel matriks resiko
berikut :

Ringan

Sedang

Berat

Sangat
Berat

Sangat Sering
Sering
Sedang
Jarang
Sangat Jarang

Sangar
Ringan
Frekuensi

Keparahan

Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah

Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah

Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang

Ekstrim
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang

Ekstrim
Ekstrim
Ekstrim
Tinggi
Tinggi

2.2. Sekretaris P2K3 menghitung nilai frekuensi dan keparahan berdasarkan kriteria berikut :
Frekuensi

Kriteria
12

Sangat Sering
Sering
Sedang
Jarang
Sangat Jarang

Kemungkinan kejadian 1x dalam 1 minggu


Kemungkinan kejadian 2x dalam 1 bulan
Kemungkinan kejadian 1x dalam 6 bulan
Kemungkinan kejadian 1x dalam 1 tahun
Kemungkinan kejadian 0x dalam 1 tahun

13

Keparahan
Sangat Parah

Kriteria
1. Terdapat kematian.

Parah

1. Terdapat cacat permanen pada korban.


2. Biaya pengobatan lebih dari Rp. 10.000.000.

Sedang

1. Korban memerlukan penanganan lanjutan di luar Perusahaan


dengan biaya tidak lebih dari Rp. 1.000.000.

Ringan

2. Tidak terdapat cacat permanen.


1. Korban mendapatkan perawatan ringan di lokasi namun tidak
bisa langsung bekerja.

Sangat Ringan

2.
kerja hilang tidak melebihi 1x24 jam.
1. Terdapat
Tidak adajam
korban.
2. Korban dapat langsung bekerja.
3. Korban hanya memerlukan penanganan ringan di lokasi dan
langsung dapat bekerja.

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Ekstrim

Upaya minimal yang dilaksanakan


Membuat aturan/prosedur/rambu/petunjuk K3, dsj.
Membuat modifikasi kecil di terhadap lokasi/proses.
Pembatasan area/perencanaan (perancangan) sistem keselamatan.
Tinjauan manajemen terhadap bahaya dan resikonya.

2. Menentukan langkah pengendalian resiko berdasarkan 5 (lima) hierarki pengendalian


resiko berikut :
2.1 Eliminasi (menghilangkan bahaya).
2.2 Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman).
2.3 Perancangan (perancangan/perencanaan/modifikasi instalasi
sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
2.4 Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di
tempat kerja).

14

2.5 Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan
bahaya/resiko tinggi).
3. Membuat laporan hasil dan dokumentasi laporan identifikasi bahaya dan penilaian
resiko kepada Pimpinan Perusahaan.

1. Konsep Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Gedung Bertingkat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta
karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga
kerja pada khususnya.
Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan dengan
pelaksanaan K3 gedung bertingkat, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal
yaitu indoor dan outdoor :
1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya
kebakaran serta kode pelaksanaannya.
2. Jaringan elektrik dan komunikasi.
3. Kualitas udara.
4. Kualitas pencahayaan.
5. Display unit (tata ruang dan alat).
6. Hygiene dan sanitasi.
7. Psikososial.
8. Pemeliharaan.
9. Penggunaan Komputer.
3.1

Persyaratan Kesehatan Gedung Bertingkat


1. Air Bersih
Persyaratan :Memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai
dengan kepmenkes no. 907/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum.
2. Udara Ruangan
15

Penyehatan udara ruangan adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban,
debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja
memenuhi persyaratan kesehatan.
Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upayaupaya sebagai berikut:
1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.
2) Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner
(AC), kipas angin, dan lain-lain
3) Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas ruangan
4) Bila kelembaban ruang kerja :
a) > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.
b) < 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya: mesin pembentuk
aerosol).
3. Limbah

Limbah padat/sampah Adalah sebuah buangan yang berbentuk padat

termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran.


1) Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah yang kuat, cukup
ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada
2)
3)
4)
5)

bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.


Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang terpisah.
Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat.
Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 (dua) kali sehari.
Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan dengan

menggunakan kantong plastik warna hitam.


6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.

Limbah cair adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.


1) Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
2) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir
dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.
3) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang
kelingkungan minimal dengan septik tank.
4. Pencahayaan.
a.Jumlah penyinaran pada bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.
b. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.
c.Agar memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

16

1) Pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan kesilauan dan


memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola
lampu harus sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5. Vektor penyakit
Tata cara pelaksanaan:

Pengendalian secara fisika.


Konstruksi bangunan tidak

memungkinkan masuk dan berkembangbiaknya vektor reservoar penyakit


kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah
masuknya serangga dan tikus.
Menjaga kebersihan lingkungan,

sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan.


Pengaturan peralatan dan arsip secara
teratur.
Meniadakan tempat perindukan

serangga dan tikus.

Pengendalian dengan bahan kimia.

Yaitu dengan melakukan: penyemprotan, pengasapan, memasang umpan,


abatesasi pada penampungan air bersih.
6. Ruang dan Bangunan
Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan

terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.


Lantai terbuat dari bahan ang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak

licin, dan bersih.


Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.
Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu

terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.


Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50

m dari lantai.
Atap kuat dan tidak bocor.
Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya
cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

17

2. Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lain


Perusahaan menjamin kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
secara menyeluruh. Peraturan perundang-undangan dapat berupa undangundang yang
dikeluarkan oleh pemerintah, keputusan menteri ataupun pejabat terkait mengenai
peraturan K3 di perusahaan, perizinan yang diwajibkan maupun peraturan-peraturan
lainnya yang dikeluarkan oleh instansi resmi pemerintah. Sedangkan persyaratan lain
dapat berupa persyaratan kontrak & kerjasama,maupun perjanjian-perjanjian lainnya
dengan pihak ke tiga.
Perusahaan menjamin peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
digunakan dapat dengan mudah diidentifikasi, dievaluasi kesesuaiannya, diakses dan
merupakan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terbaru dan
absah berlaku.
Perusahaan menjamin peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
sesuai dengan sektor bisnis yang dijalankan, aktivitas operasional perusahaan, produk,
proses, fasilitas, peralatan/mesin, bahan/material, tenaga kerja dan lokasi perusahaan.
Perusahaan menginformasikan dan mengomunikasikan kepada seluruh pihak yang berhubungan
dengan penerapan K3 di Perusahaan (termasuk tenaga kerja, kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu) mengenai peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain
yang digunakan oleh Perusahaan dalam menerapkan K3 di lingkungan Perusahaan.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/002 - Prosedur Identifikasi Peraturan PerundangUndangan dan
Persyaratan K3.
3. Target (Sasaran) dan Program-Program K3
Perusahaan menetapkan target dan program-program K3 berdasarkan kebijakan K3 yang
ditetapkan, hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 serta
identifikasi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diperlukan guna
penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.
Target dan program-program K3 Perusahaan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Teknologi yang digunakan.
2. Finansial/Keuangan.
3. Persyaratan Bisnis/Usaha dan Operasional.
4. Tinjauan Pihak Lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
Berikut ialah Target dan Program-Program K3 Perusahaan :
18

1. Tidak ada kecelakaan kerja yang menghilangkan waktu kerja tenga kerja melebihi 2x24
jam dan atau terhentinya proses melebihi shift berikutnya.
2. Meningkatkan derajat kesehatan kerja tenaga kerja.
3. Meningkatkan pengetahuan tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerjadi
tempat kerja.
4. Meningkatkan dan memelihara kinerja K3Perusahaan.

B.PENERAPAN
Penerapan Sistem Manajemen K3
Sesuai dengan Pasal 3 Per. Menaker No.05/Men/1996, sistem keselamatan dan kesehatan kerja
diterapkan sesuai dengan kriteria dari perusahan. Pada umumnya K3 wajib diterakpan pada
perusahaan jika tenaga kerja berjumlah lebih dari 100 orang atau perusahaan memiliki beberapa
potensi bahaya seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Adapun ketentuan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan untuk menerapkan sistem keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3), antara lain :
1. Penetapan kebijakan dan menjamin komitmen
2. Perencanaan K3
3. Penerapan K3
4. Pengukuran dan evaluasi
5. Peninjauan ulang dan peningkatan K3 oleh manajemen

Pengawasan dan Sistem Manajemen K3

Menurut UU Ketenagakerjaan, aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah K3


dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki kompetensi dan
independensi. Pegawai pengawas perlu merasa bebas dari pengaruh berbagai pihak dalam
19

mengambil keputusan.
Di samping itu, unit kerja pengawasan ketenagakerjaan baik pada pemerintah propinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan kepada
menteri tenaga kerja. Pegawai pengawasan ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya wajib
merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan dan tidak menyalah
gunakan kewenangannya.
Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-perusahaan tidak dapat
diselesaikan dengan pengawasan saja. Perusahaan-perusahaan perlu berpatisipasi aktif dalam
penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3.
SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seluruh
tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam pelaksanaan pekerjaan, agar seluruh
pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk melaksanakan program K3 sekaligus bekerja dengan
lebih produktif. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu
perusahaan secara keseluruhan.
SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga inspektor/pengawas untuk memeriksa
perusahaan-perusahaan dalam menerapkan aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu
melalukan audit paling tidak satu kali dalam tiga tahun. perusahaan yang memenuhi
kewajibannya akan diberikan sertifikat tanda bukti. Tetapi peraturan ini kurang jelas dalam
mendifinisikan sanksi bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.
Mekanisme dan Teknik Audit SMK3
20

a. Mekanisme audit SMK3


Adapun mekanisme dalam melakukan audit SMK3 dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

Mekanisme Audit SMK3

b. Unsur-unsur dalam pengertaian audit SMK3

Alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat
kerja

Pemeriksaan secara sistimatik

Audit dilakukan secara independen

Audit SMK3 dilakukan oleh Badan Audit independen

c. Badan audit SMK3

Status Perusahaan BUMN atau Swasta Nasional

Memiliki Kacab di Tingkat Provinsi

Memiliki bukti Wajib Lapor Ketenagakerjaan

21

Memiliki minimal 10 Auditor eksternal senior dan 20 Auditor junior

Pengalaman dalam audit sistem

d. Teknik audit SMK3


1) Prinsip Dasar

Penetapan Kebijakan K3

Perencanaan Penerapan K3

Penerapan K3

Pengukuran, Pemantauan, dan Evaluasi Kinerja K3

Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan

2) Pedoman Penerapan
a) Komitmen dan kebijakan

Kepemimpinan dan komitmen

Initial Review

Kebijakan K3

b) Perencanaan

Perencanaan identifikasi bahaya,

Penilaian resiko dan pengendalian resiko

Perundang-undangan dan persyaratan lainnya

Tujuan dan sasaran

Indikator kinerja
22

Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang berlangsung

c) Penerapan

Jaminan kemampuan

Kegiatan pendukung

Identifikasi sebab, penilaian dan pengendalian resiko

3) Pengukuran dan evaluasi

Inspeksi dan pengujian

Audit SMK3

Tindakan perbaikan dan pencegahan

4) Tinjauan ulang dan peningkatan pihak manajemen

e. Elemen audit
1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
2. Pendokumentasian Strategi
3. Peninjauan Ulang Desain dan Kontrak
4. Pengendalian Dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
7. Standar Pemantauan
8. Pelaporan dan Perbaikan
9. Pengelolaan material dan perpindahannya
23

10. Pengumpulan dan penggunaan data


11. Audit SMK3
12. Pengembangan Ketrampilan dan Kemampuan

Sertifikasi SMK3
1. Sertifikat SMK3 adalah bukti pengakuan tingkat pemenuhan penerapan peraturan
perundangan SMK3
2. Proses sertifikasi SMK3 suatu perusahaan dilakukan oleh Badan Audit Independen
melalui proses audit SMK3
3. Sertifikat SMK3 diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Adapun mekanisme sertifikasi SMK3 dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Sertifikasi SMK3

Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3


24

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (pasal
27 ayat 2 UUD 1945)
2. Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi
perdagangan global
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
7. Meningkatkan pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem
8. Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang tekait dengan
penerapan K3

25

C. PEMERIKSAAN
1. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan
1.1
Investigasi Insiden
Perusahaan melaksanakan investigasi insiden untuk mencegah terulangnyakembali kejadian
insiden di kemudain hari serta untuk mengidentifikasipeluang untuk peningkatan
K3 di tempat kerja.Investigasi kecelakaan dilaksanakan dengan pendekatan
metode untukmenyelidiki akar penyebab terjadinya suatu insiden. Sekretaris
PanitiaPembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkewajiban
untukmelaksanakan investigasi insiden sesuai jadwal yang telah ditetapkan
olehpimpinan perusahaan (Manajemen Puncak ataupun Direktur)
menggunakanpendekatan/metode yang diketahui untuk mengetahui akar
penyebabterjadinya suatu insiden.Seluruh hasil insiden didokumentasikan
(termasuk gambar, foto, video sertamedia lain yang berkaitan dengan terjadinya
inside) dan dipelihara olehSekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Dokumen Terkait : P/SOP/K3/010 - Prosedur Investigasi Insiden/KecelakaanKerja.
1.2
Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan
Perusahaan melaksanakan identifikasi terhadap potensi-potensiketidaksesuaian ataupun
adanya ketidaksesuaian, tindakan perbaikan danpencegahan untuk menjamin
keefektifan penerapan Sistem ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja.Permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan
ketidaksesuaianantara lain :
1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Kesalahan Pimpinan Perusahaan (Direktur) dalam membangunkomitmen
Kebijakan K3.
c. Kesalahan dalam membangun Target K3.
d. Kesalahan dalam menentukan peran, wewenang, tanggung-jawab,fungsi dan
kecakapan personil yang dibutuhkan untuk menerapkanSistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
26

e. Kesalahan dalam menilai kesesuaian dengan peraturan


perundangundangandan persyaratan lainnya secara berkala.
f. Kesalahan dalam menyesuaikan kebutuhan pelatihan personil ditempat kerja.
g. Dokumentasi yang kadaluarsa dan yang tidak valid.
h. Kesalahan dalam menjalankan komunikasi.
2. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
a. Kesalahan dalam menerapkan program-program K3 yang
b.

telahdirencanakan untuk tujuan peningkatan kinerja K3.


Kesalahan dalam konsistensi tujuan peningkatan kinerja K3.
c. Kesalahan dalam memenuhi peraturan perundang-undangan danpersyaratan
lain yang berkaitan dengan resiko K3.
d. Kesalahan dalam laporan insiden.
e. Kesalahan penerapan tindakan perbaikan menurut jadwal yangditentukan.
f. Tidak terdapatnya tindakan terhadap tetap tingginya tingkatkejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
g. Penyimpangan prosedur K3.
h. Penggunaan bahan/material/alat/proses baru tanpa melaksanakanpenilaian
resiko K3 terlebih dahulu.

Penutup

27

Sistem manajemen adalah suatu set elemen yang saling terkait, digunakan untuk
menetapkan kebijakan dan objektif dan untuk mencapai objektif tersebut Sistem
Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produkatif.
Sistem Menajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.5 Tahun 1996 adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resikoyang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempatkerja yang aman.
Saran
Penerapan budaya K3 harus diintegrasikan pada setiap jenjang manajemen
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. Integrasi penerapan
budaya K3 di perusahaan dapat dilakukan melalui pendekatan prinsip-prinsip
manajemen agar tidak hanya mengurangi kecelakaan kerja, tapi juga menekan
tingkat keparahan dan pencapaian kecelakaan nihil.

DAFTAR RUJUKAN

28

2013. Editor Metro TV News. Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi.


http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/01/15/2/122976/Kecelakaan-Kerjadi-Indonesia-masih-Tinggi. Online
2008. Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3). PT TIRA AUSTENITE Tbk
Rahimah Azmi D. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja oleh
P2K3 untuk 2008. Meminimalkan Kecelakaan Kerja di PT Wijaya Karya Beton Medan.
Universitas Sumatra Utara
Wirahadikusumah D. Reini. Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB

29

Anda mungkin juga menyukai