Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(K3)”

Mata Kuliah
Kesling Kesehatan Kerja

Dosen Pengampu :

Prof. Yahya Thamrin, SKM, M. Kes, M. Si, Ph.D

Disusun Oleh :
Amina
2213101054

UNIVERSITAS FORT DE KOCK


BUKITINGGI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di


Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu
kasus kecelakaan kerja (”K3 Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni
2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia
usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting
perusahaan.

Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya


anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya
perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar
keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan
dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya,
yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan
kerja yang berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931
kasus, sementara di Bangladesh 11.768 kasus.

Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan


konstruksi dan bangunan. Sektor jasa konstruksi dan bangunan adalah salah
satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor
utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan.
Jumlah tenaga kerja di sektorkonstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang,
53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat
Sekolah Dasar, bahkan sekitar1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah
mendapatkan pendidikan formal apapun. Kenyataan ini tentunya mempersulit
penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan
dan penjelasan-penjelasan mengenai
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi dan
bangunan.

1.2 Rumusan Masalah

a) Pengertian K3 ?

b) Hukum Dasar K3 ?

c) Tujuan Program K3 ?

d) Kecelakaan Kerja dan Penyebabnya ?


e) Proses yang dilalui dalam manajemen risiko
f) Pengendalian Risiko K3
g) Penanganan /Mitigasi Terhadap Resiko
h) Hal – Hal Yang Mendukung Manajemen Resiko Berjalan Dg Baik

1.3 Tujuan

Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami isi materi tentang


bagaimana Menganalisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program


yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Menurut Mondy dan Noe (2005:36) keselamatan kerja adalah
perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang
terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, konslet dari aliran
listrik, luka memar, keseleo, dan lain-lain.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah hal yang sangat penting
bagi setiap orang yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang
bergerak di bidang produksi khususnya, dapat pentingnya memahami arti
kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya untuk
kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut
untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Menurut Mondy dan Noe (2005:360) kesehatan adalah kebebasan dari
kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan
yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Kesehatan pekerja
bisa terganggu karena penyakit, stress, maupun karena kecelakaan. Program
kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material,
selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman,
sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif.

2.2 Hukum Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum


tentang lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada beberapa dasar hukum
yang sering menjadi acuan mengenai K3, yaitu :
1. Dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup


Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja, Pengawasan, Pembinaan,
Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan Hak
Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban
Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari
UUini adalah, Ruang lingkup pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3
unsur :
 Adanya tempat kerja untuk keperluan suatu usaha,

 Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana,

 Adanya bahaya kerja di tempat itu.

2. UU No. 21 tahun 2003

Tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour


Inspectionin Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli
1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO
meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam
Undang-Undang, termasuk Indonesia.
3. (Spealisasi) UU No. 13 tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat
1 berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk
memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.”
Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi
keselamatan Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.”
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap
Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Perusahaan.”
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996

Tentang Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang


terdiri dari 10 bab dan 12 pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen K-3(SMK3), mirip OHSAS 18001 di
Amerika atau BS 8800 di Inggris.
5. Undang-Undang No.8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen

6. Undang-Undang No.19 Tahun 1999 tentang Jasa Konstriksi

7. Prinsip Beban Berlebih Undang-Undang No.28 Tahun 2002


tentang Bangunan Gedung
8. Undang-Undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

2.3 Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin


kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil
karya dan budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja adalah sebagaai berikut :
1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.

2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat


pekerjaan sewaktu bekerja.
3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.

4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang


timbul dari kerja.
5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan.

6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan


perlindungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.

Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan


sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Adapun yang
menjadi tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam


melakukan pekerjaan untukkesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat
kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan


efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan


kerja dinilai seperti berikut :

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,


cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja,
kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga
merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung, yakni kerusakan
mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa
saat, kerusakan pada lingkungan kerja dan lain-lain. Biaya-biaya
sebagai akibat kecelakaan kerja, baik langsung ataupun tidak langsung,
cukup bahkan kadang-kadang terlampau besar sehingga bila
diperhitungkan secara nasional hal itu merupakan kehilangan yang
berjumlah besar.
2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang
masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya,
dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya
jam kerja tenaga kerja.
3. 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia, maka dari itu
usaha-usaha keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik

juga harus memperhatikan secara khusus aspek manusiawi. Dalam


hubungan ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada
tenaga kerja merupakan sarana yang sangat penting.

2.4 Kecelakaan Kerja dan Penyebabnya

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga/


tiba- tiba yang dapat menimbulkan korban manusia dana atau kerugian harta
benda baik pribadi maupun perusahaan.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena
hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.
Kecelakaan dinas adalah kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja
baik karena pekerjaan langsung atau pun dalam pekerjaan menuju tempat
kerja sampai kembali rumah melalui jalan normal.
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerjaa

 Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang


berbahaya kurangdiperhitungkan keamanannya.
 Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
 Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.

2. Pengaturan Udara

 Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang


kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).
 Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan Penerangan

 Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak


tepat.

 Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian Peralatan Kerja

 Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

 Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan


yang baik.
 Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

 Stamina pegawai yang tidak stabil.

 Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang


rapuh, cara berpikirdan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.

Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat

kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 3 (tiga). Pada pasal tersebut disebutkan 18 (delapan belas) syarat

penerapan keselamatan kerja di tempat kerja di antaranya sebagai berikut :


1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.

2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.

3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.

5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.

6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.

7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.

9. Penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.

11. Menyediakan ventilasi yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.

13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.

14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang,

tanaman & barang.

15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan

barang

17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.

18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya

bertambah tinggi.
Budaya Keselamatan di Tempat Kerja / Safety di tempat kerja

1. Desain area kerja yang aman.

Di area kerja terdapat banyak peralatan. Dimulai dari peralatan yang


paling sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Seperti:
bangku, lemari dan meja kerja; furnitur; konveyor; peralatan ringan s/d
berat; dan kendaraan. Pengaturan tata letak sangat penting untuk
membantu mencapai efisiensi dan efektifitas kerja, mencegah error, dan
terakhir menekan kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat kecelakaan.

2. Selalu Menjaga kebersihan area kerja.

Ini adalah bagian cara kerja yang aman dan sehat, area kerja yang bersih
adalah wilayah kerja yang aman dan sehat. Banyak usaha usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja yang dapat dilakukan. Pada area kerja yang
bersih bahaya tersingkirkan, disamping itu area kerja yang bersih akan
meningkatkan produktivitas yang lebih bersar dari karyawan.

3. Libatkan karyawan.

cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman yaitu salah satunya
dengan cara melibatkan karyawan anda dalam proses perencanaan safety.
Karyawan adalah orang pertama yang paling memahami situasi ditempat
kerja. Mereka juga akan termotivasi dengan baik untuk safety.

4. Memberikan Instruksi kerja yang jelas.

Pesan pesan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi karyawan.


Berikan instruksi kerja yang jelas. Berikan pelatihan untuk
memperjelas dan meningkatkan pemahaman. Instruksi diberikan
dalam bentuk tertulis dan pastikan mereka karyawan membaca, mempelajari
dan memahaminya. Dan yang terakhir pastikan karyawan anda mengakui
sebagai penerimaan terhadap program kerja safety anda.

5. Fokus pada hal-hal yang feasible atau masuk akal dilakukan.

Fokuskan upaya keselamatan anda pada masalah yang paling


mungkin bisa dilakukan. Memberikan fokus kepada masalah yang
besar adalah penting, namun hal tsb termasuk yang tidak mungkin bisa
dilaksanaan oleh karyawan dan hal ini akan berkontribusi kepada terjadi
pelanggaran yang berdampak kepada cidera atau kecelakaan.

6. Membuka diri untuk menerima masukan, kritikan dari bawahan.

Ini bagian dari cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak nyaman bagi
karywan. Mendorong karyawan untuk melaporkan
kepada anda tentang kekurangan, isu-isu, wawasan dalam masalah
safety. Hal ini akan berdampak terhadap membudayakan safety di tempat
kerja. Pimpinan tempat kerja harus membuka diri untuk menerima masukan,
kritikan dari bawahan.

7. Melakukan Observasi.

Anda harus melakukan observasi dan mempelajari setiap karyawan


melakukan pekerjaan mereka. Perhatikan dan lakukan koreksi pada mereka
yang melakukan jalan pintas, dan memberikan pengharggan kepada mereka
yang melakukan tugas-tugas secara baik dan mereka di jadikan sebagai
teladan bagi staf yang lain.
8. Menjaga semua mesin dan peralatan dalam keadaan baik.

Adalah tanggung jawab majikan untuk memastikan bahwa semua mesin dan
peralatan kerja berada didalam kondisi yang baik. Pastikan juga memelihara
shift kerja, roster kerja dengan sebaik-baiknya.

9. Hazard, bahaya.

Hindari bahaya yang tidak perlu. Untuk hal itu lakukan pemeriksaan
rutin atau sesering mungkin tempat kerja anda. Adalah perlu
pemahaman, kemahiran untuk melakukan Identifikasi Bahaya dengan
baik dan benar.

10. Melakukan Review.

Setiap tahun, atau tiap ada perubahan di tempat kerja harus dilakukan
peninjauan kembali pedoman kerja keselamatan di tempat kerja. Mulailah
review tahunan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja anda, dan
penelaahan menyeluruh terhadapa Sistem, program keselamatan anda.

2.5 Proses yang dilalui dalam manajemen risiko


1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah
memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas
manajemen risiko untuk proyek./kegiatan
2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko
adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya)
dihadapi oleh setiap pelaku bisnis.
3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah
proses menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang
sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek/kegiatan
4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric
probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.
5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang
dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas
yang dapat diterima.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses mengawasi
risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan
mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk
management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi
risiko.

2.6 Pengendalian Risiko K3

a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber


bahaya (hazard).
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda
peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin,
cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety,
coverall, kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan
Manajemen K3 pda dasarnya mendeteksi dan menghindari
kerentanan yang terjadi pd saat operasional yg dapat menyebabkan
bencana atau kecelakaan. Kejadian ini bisa dilakukan dengan
mengidentifikasi pemicu masalah dan memeriksa apakah dapat
dikendalikan demi keselamatan. Kecelakaan dapat disebakan krn
kesalahan operasional yang tidak lengkap, keputusan yang salah, salah
perhitungan dan salah urus.

A. Potensi bahaya K3

Potensi bahaya K3 ada 5, yaitu:


• Fisik: bising, getaran, pencahayaan, radiasi layer komputer, elektrik, dll.
• Kimia: partikel debu, cairan desinfektan, uap, vapour, mist, dll.
• Biologi: mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, vector dll.
• Infrastruktur : bangunan bertingkat, tiang, atap, sanitasi, ruangan dll
• mesin : alat ,kendaraan, mesin konslet, rusak dan tajam dll

B. Skala pengukuran resiko

1. Skala pengukuran yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian


Standard/New Zealand Standard (AS/NZS)
Skala pengukurannya sebagai berikut:
A :Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)

2. Skala pengukuran analisa konsekuensi menurut NA/NZS 4360:2004


• Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
• Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
• Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang
cukup tinggi.
• Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi.
• Bencana kematian : bahaya radiasi dengan
• efek penyebaran yang luas, kerugian yang sangat besar.
Sumber : Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014
(229-238) ISSN: 2087-93342314360:2004
2.7 PENANGANAN /mitigasi TERHADAP RESIKO

STRATEGI KETERANGAN

Menghindar/menolak menolak Tidak mengambil risiko


Mengurangi Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
Mendanai/menerima Mendanai risiko apabila terjadi
Menanggulangi Meminimalkan akibat dari resiko
Mengalihkan Mengalihkan risiko ke pihak lain

A. Hal – Hal Yang Mendukung Manajemen Resiko Berjalan Dg Baik :

1. Perusahaan memperhatikan penerapan K3 yang baik bagi pekerjanya


agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko yang sangat
tinggi (Very High Risk).
2. Perusahaan melakukan pemeriksaan yang rutin terhadap pekerja, alat
dan berbagai hal yang menyangkut Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).
3. Pekerja mengikuti setiap instruksi ataupun aturan yang ditetapkkan
oleh pihak manajemen secara berkesinambungan sehingga target zero
accident dapat tercapai.

2.8 BPJS Ketenagakerjaan


Berbagai jenis jaminan BPJS Ketenagakerjaan dan manfaat yang bisa
didapatkan peserta sebagai berikut:
1. Jaminan kecelakaan kerja (JKK) Program ini untuk memberikan
perlindungan dalam rangka menanggulangi hilangnya sebagian atau
seluruh penghasilan akibat adanya risiko sosial seperti kematian, atau
cacat akibat kecelakaan kerja. Jaminan kecelakaan kerja ini
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial yang meliputi:
Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan
sakit, yang tua dan muda, yang berisiko tinggi dan rendah
Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif Iuran berdasarkan
presentase upah/penghasilan Bersifat nirlaba Nantinya, jika peserta
mengalami kecelakan kerja, maka bisa mendapatkan manfaat berupa
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medisnya, serta mendapatkan
manfaat berupa uang tunai jika terjadi cacat total tetap atau
meninggal dunia.
2. Jaminan hari tua (JHT) Jaminan hari tua ditujukan guna menjamin
supaya peserta mendapatkan uang tunai apabila: Memasuki masa
pensiun Mengalami cacat total tetapMeninggal dunia/ Jaminan hari tua
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan
wajib. Manfaatkan yang akan didapatkan peserta nantinya berupa
uang tunai yang berasal dari akumulasi iuran dan hasil
pengembangannya.
3. Jaminan pensiun Jaminan pensiun diberikan untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak bagi peserta saat kehilangan atau
berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau
mengalami cacat total tetap. Jaminan pensiun diselenggarakan
berdasarkan manfaat pasti dan prinsip asuransi sosial atau tabungan
wajib. Nantinya manfaat jaminan ini adalah berupa uang tunai yang
akan diterimakan setiap bulan (untuk peserta dengan masa iur
minimal 15 tahun) atau uang tunai yang merupakan akumulasi iuran
ditambah hasil pengembangan bagi peserta dengan masa iur kurang
dari 15 tahun. Manfaat ini akan dibayarkan kepada peserta, janda
atau duda, anak peserta, orang tua atau ahli waris yang
bersangkutan.
4. Jaminan kematian (JKM) Program jaminan kematian bertujuan untuk
memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris
peserta yang meninggal dunia. Jaminan kematian diselenggarakan
berdasarkan prinsip asuransi sosial. Manfaat jaminan kematian yakni
akan mendapatkkan uang tunai yang dibayarkan kepada ahli waris
peserta yang meninggal dunia.
5. Jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) Dikutip dari laman
KemenkopPMK, sejak Februari 2022 pemerintah telah mulai
menerapkan adanya Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP). JKP adalah
jaminan yang diberikan kepada seluruh pekerja atau buruh yang
mengalami pemutusan hubungan kerja. Nantinya manfaat yang
didapatkan yakni berupa manfaat uang tunai maupun akses informasi
pasar kerja dan pelatihan kerja. Sebagaimana dikutip dari laman
resminya, program ini bertujuan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak saat pekerja kehilangan pekerjaan. Pekerja bisa
memenuhi kebutuhan dasar hidup layak saat terjadi risiko akibat
pemutusan hubungan kerja seraya berusaha mendapatkan pekerjaan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program


yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerjadan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan,
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja,
Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana).

Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin


kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil
karya dan budayanya. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada
seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya
yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.

3.2 Saran

Apa bila terdapat kesalahan dalam pengetikan terlebih dahulu penulis


minta maaf serta beri lah kritikan dan saran terhadap makalah ini agar bisa
jadi panutan bagi penulis dalam membuat makalah selanjutnnya serta bisa
membuat makalah yang lebih baik dari makalah yang sebelumya,dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, atas kritikan dan sarannya penulis
mengucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Mondy, Wayne R., (2005). Human Resource Management. New


Jersey. PearsonEducation,.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber


Daya Manusia.Yogyakarta:Andi.

Michael . 2013 http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/makalah-


kesehatan- dan-keselamatan-kerja.html

Ida M. 2013. http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/analisa-


kasus- kecelakaan-kerja-k3.html
10

Anda mungkin juga menyukai