Anda di halaman 1dari 20

Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3)

Riska Amayalinda Y (201560046)


Fauzul Muna (201560048)
Nanda Vita Noor F (201560062)
Dodik Budiarno (2014600)
Galih Suryono (2014600)

- Kelompok 4 -
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

• Keselamatan kerja adalah


perlindungan karyawan dari
• Kesehatan kerja menurut
luka-luka yang disebabkan Mondy (2008) adalah
oleh kecelakaan yang terkait kebebasan dari kekerasan
dengan pekerjaan. Resiko fisik. Resiko kesehatan
keselamatan merupakan aspek- merupakan faktor-faktor
aspek dari lingkungan kerja dalam lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan yang bekerja melebihi
kebakaran, ketakutan aliran periode waktu yang
listrik, terpotong, luka memar, ditentukan, lingkungan yang
keseleo, patah tulang, kerugian dapat membuat stres emosi
alat tubuh, penglihatan dan
atau gangguan fisik.
pendengaran.
• Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan
merupakan tujuan dan efisiensi perusahaan juga akan tercapai apabila
semua pihak melakukan pekerjaannya masing – masing dengan
tenang dan tenteram, tidak khawatir akan ancaman yang mungkin
menimpa mereka. Selain itu, akan dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi juga akan
membawa kerugian bagi semua pihak.
• Menurut Slamet Saksono (1988), kerugian tersebut adalah hilangnya
jam kerja selama terjadi kecelakaan, pengeluaran biaya perbaikan,
atau penggantian mesin dan alat alat kerja, serta pengeluaran biaya
pengobatan bagi korban kecelakaan kerja.

Lanjutan . . .
Tujuan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk


mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
• Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan
dan perusahaan
• Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
• Menghemat biaya premi asuransi
• Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan kepada karyawannya
• Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang
dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul
dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya
peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang
merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja
di dalam perusahaan.
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992,
menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga
berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya
perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik.

Dasar Pemberlakuan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1,
syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan
pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahayakecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.

Lanjutan . . .
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi
Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:

• Keselamatan dan kesehatan kerja


• Moral dan kesusilaan
• Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah
berbagai ketentuan yang mengatur tentang kesehatan dan
keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor
14 tahun 1969 tentang pokok-pokok ketenagakerjaan yang di
nyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat, martabat, manusia, moral dan agama” Undang-Undang
tersebut kemudian diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Urgensi Kesehatan dan


Keselamatan Kerja
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun1970 ada
beberapa hal yang di atur, antara lain:

• Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja ,


baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang berada dalam wilayah hokum
kekuasaan RI. (Pasal 2).
• Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamakan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi peledakan
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan
e. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
g. Memelihara kesehatan dan ketertiban
h. Dll (Pasal 3 dan 4)
• Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan
pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja di tugaskan menjalankan
pengawasan langsun terhadap pelaksanaannya. (Pasal 5).

• Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan


Kesehtan dan Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi yang efektif dari pengusaha atau
pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas berama dalam rangka
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi. (Pasal 10)

• Setiap kecelakaan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang di


tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait (Pasal 11 ayat 1).

Lanjutan . . .
Masalah dan Solusi
Mencapai Keselamatan
Kerja
Masalah Kecelakaan Kerja
• Keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan
yang berhubungan dengan pelaksanaan kerja yang di
sebabkan factor melakukan pekerjaan.

Faktor-faktor Kecelakaan Kerja


• Kecelakaan kerja di sebabkan oleh beberapa factor.
Factor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat
mendatangkan kecalakaan disebut sebagai bahaya kerja.
Husni secara lebih jauh mengklarifikasi beberapa factor
penyebab kecelakaan kerja, yaitu sebagai berikut:

• Factor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau


pengetahuan tentang industry dan kesalahan penempatan
tenaga kerja.
• Factor materiel atau peralatannya, misalnya bahan yang
seharusnya dibuat dari besi dibuat dengan bahan lain yang
lebih murah sehinggan menyebabkan kecelakaan kerja.
• Factor sumber bahaya, meliputi :
a. Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap
kerja yang teledor serta tidak menggunakan alat
pelindungan diri;
b. Kondisi atau keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja
yang tidak aman dan pekerjaan yang membahayakan.
c. Factor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya
kurangnya cahaya, ventilasi pergantian udara yang tidak
lancer, dan suasana yang sumpek.
Beberapa factor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu
sebagai berikut.
• Keadaan tempat lingkungan kerja
• Pengaturan udara
• Pengaturan penerangan
• Pemakaian peralatan kerja
• Kondisi fisik dan mental pegawai

Penyebab Kecelakaan Kerja


Secara lebih terperinci, akibat dari kecelakan kerja disebut
dengan 5K, yaitu:
• Kerusakan
• Kekacauan organisasi
• Keluhan dan kesedihan
• Kelainan dan cacat
• Kematian

Akibat dan Masalah dalam


Kecelakaan Kerja
Hambatan tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional) dan ada
pula yangbersifat mikro (dalam perusahaan).
• Masalah Makro
Di tingkat makro (nasional), faktor yang merupakan kendala yang
menyebabka kurang berhasilnya program keselamatan kerja adalah :
a. Pemerintah
b. Teknologi
c. Sosial budaya

• Masalah mikro
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan, antara lain:
a. Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
b. Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja
c. Standard, code of practice
Masalah Kesehatan Karyawan
• Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para
karyawan adalah:
a. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
b. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang
diberikan kepada tubuh tersebut. Penyebab stress, diantaranya
adalah:
• Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan
itu sendiri, dan kondisi kerja
• Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah
finansial
• Burnout, adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi
psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi
kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan
kebutuhan dan harapan.
Upaya Mencapai Keselamatan Kerja
• Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai
keselamatan kerja dan menghindari kecelakaan kerja antara
lain:
a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)
Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan
menganalisa suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan
tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan bahaya yang
mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah
yang perlu dilakukan:
• Melibatkan Karyawan.
• Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
• Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
• Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk
Pekerjaan Berbahaya.
• Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan
dengan program keselamatan dan penanganan hukum.

c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan
menghilangkannya

d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat
dan perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
• Job Rotation
• Personal protective equipment
• Penggunaan poster/propaganda
• Perilaku yang berhati-hati

Lanjutan . . .

Anda mungkin juga menyukai