Anda di halaman 1dari 25

1.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dilaksanakan ditempat kerja dan dipahami
oleh semua pihak yang terlibat dalam perusahaan. Uraikan mengapa?
Jawab :

Pada dasar pada setiap pekerjaan selalu ada bahaya yang mengancam
manusia, mahluk hidup lainnya, aset-aset disekitar. Kerugian / risiko yang
diakibatkan bervariasi dari yang sangat kecil sampai kepada yang terbesar dan
kematian. Kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan
kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan
sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan
kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja
adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan
pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian
sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja
dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan


mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau
tidak.

Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan


kesehatan kerja:
a. Berdasarkan Perikemanusiaan

Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas


dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk
mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka
serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.

b. Berdasarkan undang-undang

Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-


undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.

c. Ekonomis

Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan. Sedangkan menurut
Menurut Mangkunegara (2002,165) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
c. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
d. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.

2. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Sebutkan


dampak yang sering terjadi pada pelaksanaan kegiatan konstruksi?
Jawab
Konstruksi
 Kemungkinan jatuh dari ketinggian
 Kejatuhan barang dari atas
 Terinjak
 Terkena barang yang runtuh, roboh
 Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin, lingkungan yang beradiasi
pengion dan non pengion, bising
 Terjatuh, terguling
 Terjepit, terlindas
 Tertabrak
 Terkena benturan keras

3. Pakaian dan perlengkapan K3 berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami
cedera akibat kerja. Sebutkan serta kegunaan peralatan tersebut secara ringkas dan jelas.
Jawab :
1. Alat pelindung kepala (Head Protection )
Fungsi alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan , terantuk , kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh
radiasi panas, api, , percikan bahan – bahan kimia , jasad renik ( mikro
organisme ) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari
helm pengaman ( safety helm ), topi atau tudung kepala penutup atau
pengamanrambut, dan lain-lain.

2. Alat – alat pelindung mata ( Eyes Protection ) dan muka


Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya ,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air. Percikan
benda-benda kecil panas, atau uap panas,radiasi gelombang elektromagnetik
yang mengion maupun yang tidak mengion , pancaran cahaya , benturan atau
pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman
( spectacles ) goggles, tameng muka ( face shield ). Masker selam , tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan ( full face masker ).
3. Alat pelindung telinga ( Hearing Protection )
Fungsi alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat
pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug ) , penutup telina ( ear
muff ) dan ear helmet.
4. Alat Pelindung Pernafasan Masker (Respirator).
Fungsi alat pelindung pernafasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untukm melindungi organ pernafasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/ atau menyaring cemaran bahan
kimia. Mikro – organisme , partikel yang berupa debu kabut ( aerosol ), uap,
asap, gas/fume, dan sebagainya.
Jenis alat pelindung pernafasan dan perlengkapannya terdiri dari masker ,
respirator ,katrit , canister, Re-breather , Airline respirator, Continues Air
supply Machine = Air Hose Mask Respirator , tangki selam dan regulator ( self-
Contained Underwater Breathing Apparatus / SCUBA), Self- Contained
Breathing Apparatu (SCBA ), dan Emergency Breathing apparatus.
5. Alat pelindung tangan ( Hand Protection )
Fungsi alat pelindung tangan (sarung tangan) adlah alatpelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari – jari tangan dari pajanan api. Suhu
panas , suhu dingin, radiasi elektromagnetik zat pathogen (virus,bakteri) dan
jasad renik.
Jenis penlindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas,kain atau kain berlapis, karet , dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia.
6. Pakaian pelindung (Body Protection)
Fungsi pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas. Percikan bahan-bahan kimia, cairan dan
logam panas, uap panas. Benturan ( impact ) dengan mesin, peralatan dan
bahan. Tergores radiasi, binatang. Mikro-organismepatogen darimanusia,
binatang. Tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompu (vests), clemek (
Apron/Coveralls ), jacket dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau
seluruh bagian badan.
7. Alat Pengaman di Ketinggian ( Harness )
Fungsi alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ketempat yang mempunyai potensi jatuh atau
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan
miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh
sehingga tidak membentur lantai dsar.
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh
( harness ) karabiner, tali koneksi ( lanyard ) , tali pengaman ( safety rope ) ,
alat penjepit tali ( rope clamp ) , alat penurun ( decender ), alat penahan jatuh
bergerak ( mobile fall arrester ) dan lain-lain.
8. Alat pelindung kaki (Footwear Protection)
Fungsi alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa
atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap panas , terpajam suhu yang ekstrim, terkena
bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran , logam, industry, kontruksi bangunan, pekerjaan yang
berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik. Tempat kerja yang basah atau
licin, bahan kimia dan jasad renik. Dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
9. Pelampung
Fungsi pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air
atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau
mengatur keterapungan ( buoyancy ) pengguna agar dapat berada pada posisi
tenggelam ( negative buoyant ) atau melayang ( neutral buoyant ) di dalam ar.
Jenis pelampung terdiri dari jacket keselamatan ( life jacket ) , rompi
keselamatan ( life vest ) rompi pengatur keterapungan ( buoyancy control
device ).

4. Kecelakaan kerja sering terjadi pada pekerjaan konstruksi


a. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja konstruksi?
b. Dari beberapa factor penyebab kecelakaan, factor apa saja yang paling dominan dan
sering terjadi kecelakaan, Jelaskan secara ringkas dan jelas.
c. Apakah Pembinaan dan Pelatihan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja?
Jelaskan secara singkat dan jekas.
d. Apakah seorang Ahli K3 diperlukan dalam setiap kegiatan proyek? Uraikan secara
ringkas dan jelas disertai Nomor Undang – Undang dan Peraturan Pendukungnya.

Jawab :

3a ada yang lebih sedikit dibawah.

a. Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori
tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering
digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut
teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
1. Faktor Manusia
 Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan
mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan
tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh Undang-
Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951
No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda
umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif,
tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi,
dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54). Umum
mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,
pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30
tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat
dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja
usia muda. Efek menjadi tua terhadap terjadinya kecelakaan masih
terus ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan bahwa
beberapa jenis kecelakaan kerja seperti terjatuh lebih sering
terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga
kerja berusia sedang atau muda. 22 Juga angka beratnya
kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan usia
( Suma’mur PK., 1989:305 ).
 Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda.
Pembagian kerja secara sosial antara pria dan wanita
menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang,
sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih
banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara anatomis,
fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan
sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan
kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa
alami wanita itu memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.
 Masa kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya
tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat
mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi
pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa
kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila
dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada
tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang
bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan
menjadi tiga yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja
sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus,
1992:121).
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan
seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah
kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan
praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.
 Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang yang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial
dan kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk.,
2004:33). Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
 Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor
individual yang mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap
kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang aman bisa menjadi
hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang
disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan
mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu
waktu, pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap
memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun
demikian, asumsi ini telah dipertanyakan selama beberapa tahun
terakhir. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik
individual karyawan tampaknya berpengaruh pada kecelakaan
kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan.
 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut
proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan
di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja
biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau
perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya
kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak diharapkan
perusahaan maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah
menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan
kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling
tepat dan harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah
melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan
agar pemeliharaan terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi timbulnya
kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan pemeliharaan
terhadap alat-alat kerja.
 Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang
mewajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-
tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan
perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh
dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan
dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah
dan mengurangi terjadinya kecelakaan
2. Faktor Lingkungan
 Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan
pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja,
mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi
konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-
51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8
jam kerja (Tabel 3).
 Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas
kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada
temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi
dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot. Suhu panas
terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja,
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta
memudahkan untuk dirangsang.
Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas sekeliling
yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan
kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk
menghasilkan panas dengan jumlah yang sangat sedikit.
 Penerangan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber
cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak
obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang
perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi.
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat
obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya
tidak perlu. Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor
keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. Beberapa
penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan penerangan
telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur
sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak
langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan. Faktor
penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan
cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang
gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang
memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan
mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila
karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).
 Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang
keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB.
Silalahi, 1995:228). Karena lantai licin akibat tumpahan air, tahan
minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan,
seperti terpeleset.
3. Faktor Peralatan
 Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas
dapat ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi
dan pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak,
dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. 2.1.7.3.2 Ketersediaan alat pengaman mesin
Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan
pagar dan perlengkapan pengamanan mesin ata disebut pengaman
mesin. Dapat ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin adalah
akibat dari secara meluasnya dipergunakan pengaman tersebut.
Penerapan tersebut adalah pencerminan kewajiban perundang-
undangan, pengertian dari pihak yang bersangkutan, dan
sebagainya.
 Letak mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan
mesin. Fungsi manusia dalam hubungan manusia mesin dalam
rangkaian produksi adalah sebagai pengendali jalannya mesin
tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan efisien
untuk melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono,
2003:65). Termasuk juga dalam tata letak dalam menempatkan
posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka
potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil.
Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin
terjadi.

TAMBAHAN DAN TAMBAHAN LAINNYA DIBAWAHNYA

Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor penyebab terjadinya


kecelakaan kerja konstruksi adalah akibat dari beberapa hal berikut:

 Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan


metode pelaksanaan yang kurang tepat.
 Lemahnya pengawasan K3
 Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan
peralatanpelindung diri
 Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan
mengenai K3.
 Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan kerja
yang pada umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia atau
human error baik aspek kompetensi para pelaksana maupun
pemahaman arti penting penyelenggaraan K3.

Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan kerja


yang pada umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia atau human
error baik aspek kompetensi para pelaksana maupun pemahaman arti
penting penyelenggaraan K3.

Hambatan pelaksanaan K3 tersebut antara lain:

 Terbatasnya persepsi tentang K3


 Kurang perhatian dan pengawasan
 Ada anggapan K3 menambah biaya
 Tanggung jawab K3 hanya pada kontraktor saja
 Kurang aktifnya perusahaan asuransi terhadap K3

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang


memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai
penyebabutama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal
yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat
unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca,
waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik
yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih.Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat
lemah,akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan
konstruksi yang berisiko tinggi.

Penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi dapat ditinjau


dari 3 aspek:

1. Manusia

Mengingat semakin meningkatnya persyaratan kerja dan


kerumitan hidup, manusia harus meningkatkan efisiensinya, dengan
bantuan peralatan dan perlengkapan, semakin canggih peralatan yang
digunakanmanusia, semakin besar bahaya yang mengancamnya.Hal-
hal yang berpengaruh terhadap tindakan manusia yang tidakaman
(kecerobohan) serta kondisi lingkungan yang berbahaya dilokasi
proyek:

 Pembawaan diri
 Persoalan pribadi
 Usia dan pengalaman kerja
 Perasaan bebas dalam melaksanakan tugas
 Keletihan fisik para pekerja

2. Lingkungan dan alat kerja

Lingkungan dan alat kerja. Kondisi lingkungan juga


perludiperhatikan dalam mencegah kecelakaan kerja, terutama
yangdisebabkan oleh:

 Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya: suara bisingyang


berlebihan yang dapat mengakibatkan
terganggunyakonsentrasi pekerja
 Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan
kerja,sehingga menurunkan efektivitas kerja
 Cuaca (panas, hujan)
3. Peralatan keselamatan kerja

Peralatan keselamatan kerjaBerfungsi untuk mencegah dan


melindungi pekerja dari kemungkinan mendapatkan kecelakaan kerja.
Macam-macam dan jenis peralatankeselamatam kerja dapat berupa:
 Helm pengaman (safety helmet)
 Sepatu (safety shoes)
 Pelindung mata (eye protection)
 Pelindung telinga (ear plugs)
 Penutup lubang (hole cover )

Pelaksana proyek harus memperhatikan ketiga faktor tersebut, dimana


ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.

1. Faktor manusia

Manusia memiliki keterbatasan diantaranya lelah, lalai, atau


melakukan kesalahan-kesalahan. Yang disebabkan oleh persoalan
pribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan.

2. Faktor peralatan kerja


Peralatan kerja bisa rusak atau tidak memadai, untuk itu
perusahaan senantiasa harus memperhatikan kelayakan setiap
peralatan yang dipakai dan melatih pegawai untuk memahami
peralatan kerja tersebut.
3. Faktor lingkungan

Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman,


sumpek dan terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya yang tidak
memadai.
Selain hal diatas menurut Abdurrahmat Fathoni ( 2006) penyebab
terjadi kecelakaan yaitu:
a. Berkaitan dengan system kerja yang merupakan penyebab
utama dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu
organisasi. Diantarany tempat kerja yang tidak baik, alat atau
mesin-mesin yang tidak mempunyai system pengamanan yang
tidak sempurna, kondisi penerangan yang kurang mendukung,
saluran udara yang tidak baik dan lain-lain.
b. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang
dalam hal akibat dan sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari
kelalaian manusianya selaku pekerja. Seperti malas, ceroboh,
menggunakan peralatan yang tidak aman dan lain-lain.
TAMBAHAN

a. Unsafe Action (Tindakan tidak aman)


Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya
suatu kecelakaan kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker,
merokok di tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi
peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa berbahaya
dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. UnsafeCondition(Kondisi tidak aman)


Unsafe condition berkaitn erat dengan kondisi lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui
bahwa penyebab terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena
kurang ergonomis. Unsafe condition ini contohnya adalah lantai yang
licin, tangga rusak, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu
bising, dan lain -lain.
Selanjutnya Frank Bird mengembangkan teori Heinrich
tersebut. Frank Bird menggolongkan penyebab terjadinya kecelakaan
adalah sebab langsung (immediate cause) dan faktor dasar (basic
cause). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung
menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, misalkan terpeleset,
kejatuhan suatu benda, dan lain-lain. Sedangkan penyebab tidak
langsung adalah merupakan faktor yang memicu atau memberikan
kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Misalnya
tumpahan minyak yang menyebabkan lantai licin, kondisi penerangan
yang tidak baik, terburu-buru atau kurangnya pengawasan, dan lain-
lain. Meskipun penyebab tidak langsung hanyalah sebagai penyebab
atau pemicu yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, namun
sebenarnya hal tersebutlah yang harus dianalisa secara detail mengapa
faktor pemicu tersebut dapat terjadi.
Disamping faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, teori-
teori modern memasukkan faktor sistem manajemen sebagai salah
satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Ketimpangan dan
kurangnya perencanaan, pengawasan, pelaksanaan, Pemantauan dan
pembinaan menyebabkan terjadinya multiple cause sehingga
kecelakaan kerja dapat terjadi

Nomor 4b

b. Faktor yang paling dominan sebagai penyebab kecelakan adalah faktor dari
manusia yang berasal dari perilaku manusia itu sendiri. Tindakan berbahaya
(unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah laku,
tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya
 Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang
 Gagal untuk memberi peringatan
 Gagal untuk mengamankan
 Bekerja dengan kecepatan yang salah
 Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi
 Memindahkan alat-alat keselamatan
 Menggunakan alat yang rusak
 Menggunakan alat dengan cara yang salah
 Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar
Nomor 4c

c. Pada dasarnya kecelakaan itu 85% nya disebabkan oleh faktor manusia dengan
bertindak yang tidak aman, untuk itu mencegah kecelakaan dilakukan
berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan sehingga kesadaran K3 meningkat sehingga nilai kecelakaan
kerja dapat ditekan. Program K3 untuk Pembinaan terhadap Faktor Manusia,
didalam meningkatkan kesadaran pekerja dapat dilakukan dengan
menggalakkan Program:
 Pembinaan dan Pelatihan.
 Program K3 dan Kampanye.
 Pembinaan Perilaku Aman.
 Pengawasan dan Inspeksi K3 dilapangan.
 Audit K3.
 Komunikasi K3 dalam Bentuk Meeting.
 Pengembangan Prosedure Kerja Aman (Safe Work Practice)\

Pembinaan dan pelatihan K3 untuk semua karyawan dari level terendah


sampai level tertinggi dan dilakukan suatu proyek dimulai dan dilakukan secara
berkala. Materi pembinaan dan pelatihan antara lain:
 Kebijakan K3 Proyek
 Cara bekerja dengan aman
 Cara penyelamatan dan penanggulangan dalam keadaan darurat.
 Dan lain lain.
Nomor 4d

d. Seorang ahli K3 selalu di perlukan dalam setiap proyek yang sedang


dilaksanakan mengingat di Indonesia memang paling banyak berada di sektor
Industri Jasa Konstruksi. Data tahun 2011 kecelakaan kerja terbanyak tetap
dari sektor Jasa Konstruksi (lebih dari 30%), baru menyusul kemudian dari
sektor industri (selain konstruksi) dan baru kemudian di sektor transportasi
(dibawah 10%).
1. Undang-Undang No.1 tahun 1970 , tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3 ).
2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 , tentang Tenaga Kerja.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 , Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1993 , Tentang
Jaminan Kecelakaan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 , Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09 tahun 2008 , tentang
Sistim Manajemen K3.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01 Tahun 1980 , Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
8. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM NOMOR : KEP. 174/MEN/1986 dan NOMOR:
104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi
5. Bagaimanakh pandangan saudara mengenai pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di Indonesia, apakah sudah sudah benar – benar dilaksanakan oleh pengusaha
yang bergerak dalam industry konstruksi? Jelaskan secara ringkas dan jelas.

Jawab :

Diisi sendiri ya pasti jawaban e setiap orang beda2, penulis bingung!!!

6. Uraikan secara ringkas dan jelas kewajiban kontraktor dalam setiap pekerjaan konstruksi
yang dilaksanakan.

Jawab :

Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan tanggung


jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan spesifikasi yang


telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan harian,
mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat antara lain:
 Pelaksanaan pekerjaan.
 Prestasi kerja yang dicapai.
 Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
 Jumlah bahan yang masuk.
 Keadaan cuaca dan lain-lain.
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan alat
pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar yang telah
ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan keamanan
pekerjaan.
4. Bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual (time schedule) yang telah
disepakati.
6. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap kehilangan dan
kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
7. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan jalan
yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut peralatan dan material
ke tempat pekerjaan.
8. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek sehubungan
dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan dengan memberikan
alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di lapangan yang memerlukan
tambahan waktu.
9. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu
pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan pertolongan
pertama pada kecelakaan.

7. Dalam Pelaksanaan kegiatan konstruksi sering dijumpai perancah baik yang dari pipa besi
dan bambu / kayu. Jelaskan secara ringkas dan jelas keterkaitannya dengan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
Jawab :
Perancah atau scafholding merupakan pelataran kerja/ platform yang dibuat
sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
kerja. Perancah digunakan pada pekerjaan-pekerjaan yang memiliki sifat berada pada
ketinggian dari lantai ataupun tanah. Karena sefat pekerjaan itu, bahaya yang mungkin
timbul antara lain: bahaya jatuh, bahaya roboh, bahaya terperosok dan lain-lain.
Pekerjaan perancah digunakan pada perbaikan, perawatan instalasi, dan juga pada
konstruksi.
8. Bagaimana cara mensosialisasikan K3 supaya tenaga kerja yang bergerak dalam
pelaksanaan proyek konstruksi mematuhi peraturan K3? Uraikan jawaban saudara
secara ringkas dan jelas disertai Nomor Undang – Undang dan Peraturan terkait
dengan K3.
Jawab :
Isi sendiri ya, bingung!!!

9. Tindakan apa yang dilakukan bila pengusaha yang bergerak dalam pelaksanaan
proyek tidak melaksanakan K3? Uraikan jawaban anda secara singkat dan jelas
disertai Nomor Undang – Undang dan Peraturan terkait dengan K3.
Jawab :
Belum Ketemu…

10. Kenapa pengusaha yang bergerak dalam pelaksanaan proyek beranggapan bahwa
K3 merupakan beban perusahaan? Uraikan jawaban saudara secara ringkas dan
jelas.
Jawab :
Tidak sedikit perusahaan yang masih belum memberikan pelayanan yang
baik dan benar kepada karyawannya.Padahal tersebut sangat merugikan bagi
pekerja maupun karyawan.Perusahaan berdalih faktor-faktor yang mempengaruhi
mereka kurang dalam melayani pekerjanya karena keterbatasan modal dalam
memberikan pelayanan K3.Untuk memberikan pelayanan K3 yang baik dan benar
tentu memerlukan berbagai keperluan yang sangat beragam untuk memenuhi
sistem manajemen K3 yang baik terhadap para karyawannya.Kondisi seperti inilah
yang menyulitkan perusahaan karena keterbatsan modal untuk peningkatan kualitas
pelayanan K3 sehingga penerapan K3 pun tidak maksimal.
Masalah seperti inilah yang banyak dialami oleh banyak perusahaan yang
ada di Indonesia kebanyakan dari mereka mengalami masalah dengan keuangan
untu peningkatan kualitas K3.Dengan ini perlu terobosan khusus untuk mengatasi
masalah ini yaitu pemrintah harus mendirikan suatu lembaga khusus yang bertugas
untuk memberikan pinjaman modal kepada perusahaan guna peningkatan kualitas
K3 dengan sistem bunga yang serendah mungkin.Sumber keuangan lembaga ini
bisa didapatkan dari denda para pelanggar peraturan K3 yang cukup tinggi sehingga
uang di negara ini bisa merata di semua pihak perusahaan.Pada akhirnya dengan
solusi ini diharapkan para perusahaan atau pengusaha yang belum menerapkan K3
dengan baik bisa memperbaikinya dengan meminjam pada lembaga tersebut dan
untuk para pelanggar akan jerah karena denda yang cukup tinggi.Dengan demikian
kualitas pelayanan K3 terhadap karyawan bisa maksimal.

1. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan keselamatan kerja, syarat

keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan, tentang kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga

kerja, kewajiban memasuki tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup
(ancaman pidana) dan lain-lain.

2. UU No. 21 tahun 2003 yang meratifikasi Konvensi ILO No. 81

Pada 19 Juli 1947, badan PBB International Labour Organization (ILO) telah mengesahkan

konvensi ILO No. 81 tentang pengawasan tenaga kerja bidang industri dan perdagangan
(Labour Inspection in Industry and Commerce). Sebanyak 137 negara atau lebih dari 70 persen
anggota ILO meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia (sumber : www.ILO.org).

3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86

ayat 1 : Setiap Pekerja / Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna mewujudkan


produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Permenakertrans ini adalah landasan Pedoman Penerapan

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika
atau BS 8800 di Inggris.

Anda mungkin juga menyukai