Anda di halaman 1dari 40

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan modul bahan ajar paket
keahlian Administrasi Perkantoran untuk mata pelajaran SARANA DAN PRASARANA
ini dengan sebaik-baiknya.
Modul Bahan Ajar ini disusun agar siswa dapat mengetahui dan memahami tentang
“Administrasi sarana dan prasarana” yang disusun berdasarkan berbagai sumber bacaan.
Dalam menyelesaikan modul bahan ajar ini saya telah banyak memperoleh bantuan dan
masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
Ibu Dra. Sri Mutnainnah, M.Si , Selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Bahan Ajar yang telah memberikan tugas modul ini sehingga pengetahuan saya setelah
penyusunan dapat bertambah.
Pihak-pihak yang telah turut ikut serta membantu dalam penyusunan modul bahan ajar ini
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa penyusunan modul bahan ajar ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga modul bahan ajar ini
dapat berguna bagi para siswa pada khususnya dan semua yang berkonstribusi dalam
modul bahan ajar ini yang budiman pada umumnya.

Medan, 03 November 2020

Nurul Hikmah
kelas X | SARANA DAN PRASARANA
A. Deskripsi K3

D
alam rangka memasuki era pasar/ perdagangan bebas tingkat negara negara Asean
yang dikenal dengan istilah Asean Free Trade Agreement (AFTA) dan perdagangan
bebas ting kat asia pasifik (APEC) serta per dagangan bebas tingkat dunia World
Trade Organization (WTO) yang akan diberlakukan pada tahun 2020, dan dalam
perdagangan bebas ter sebut K3 merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi bagi industri di Indonesia.

Yang dimaksud dengan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


adalah langkah atau tahapan yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya berbagai kecelakaan ditempat kerja. Jenis kecelakaan yang terjadi antara
lain karena faktor pekerja itu sendiri (kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan),
faktor salah prosedur penggunaan alat dan faktor lingkungan sekitar proses kerja
berlangsung serta faktor manajemen kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dideskripsikan sebagai persyaratan


untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja atau karyawan perusahaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
dijelaskan bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yaitu untuk :

Mencegah dan mengurangi kecelakaan;


Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadi an lain yang berbahaya;
Memberi pertolongan pada kece lakaan;
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotor an, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran;
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, pe racunan, infeksi dan penularan.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja nya;
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, bina tang, tanaman
atau barang;
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker jaan yang
bahaya kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970


dijelaskan bahwa kewajiban dan atau hak tenaga kerja adalah untuk :

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau keselamatan kerja;
Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat ke selamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan ; Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
dimana syarat kesehatan dan keselamatan ker ja serta alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan diragukan oleh nya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai peng awas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan

Menindaklanjuti upaya untuk menyongsong dan sekaligus memenang kan era


perdagangan bebas, maka pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja dan Trans migrasi (Depnakertrans) telah mener bitkan suatu peraturan yang
berkait an dengan manajemen K3. Peratur an tersebut adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Per.05/MEN /1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Didalam Permenaker di atas, pada pasal 2 ayat (1) dinyatakan
bahwa setiap perusahaan yang memper kerjakan tenaga kerja sebanyak se ratus orang
atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses bahan produksi yang dapat meng akibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib me nerapkan sistem
manajemen K3. Ayat (2) sistem manajemen kese lamatan dan kesehatan kerja wajib
dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu
kesatuan.

Okasatria Novyanto (2008) menjelas kan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang
me liputi struktur organisasi, perencana an, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembang an, penerapan,
pencapaian, pengkaji an dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.

Tujuan dari SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan
segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sedang
kan manfaat yang diperoleh dari penerapan SMK3 bagi industri atau perusahaan
yakni :

Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
Meningkatkan image pasar ter hadap perusahaan.
Menciptakan hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan.
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.
B. Tugas Aplikasi Konsep

B
erdasarkan pembahasan tentang deskripsi K3 di atas, lakukan wawan cara dengan
tenaga kerja dan atau pengusaha dari suatu perusahaan yaitu berkisar tentang :

Apakah pekerja dan atau pe ngusaha mengetahui tentang K3 ?


Apakah pekerja mengetahui ke untungan bagi pekerja bila K3 diterapkan
pada suatu perusaha an?
Apakah pekerja memperhatikan atau menerapkan K3 pada saat bekerja di
tempat kerja?
Apakah pengusaha mengetahui peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang K3?
Apakah pengusaha mengetahui keuntungan bagi perusahaan bila K3
diterapkan pada suatu perusa haan?
Apakah perusahaan memiliki struk tur organisasi K3?
Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memahami K3 dan
tidak memahami K3.
Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memperhati kan atau
menerapkan K3 pada saat bekerja.
Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja belum mengetahui K3?
Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja tidak menerap kan K3?

C. Persyaratan produksi
Keselamatan kerja di tempat kerja
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, ter utama
pada organisasi perusahaan yang bergerak di bidang usaha perta nian atau
perkebunan. Kesadaran tentang penerapan K3LH tersebut sejalan dengan
penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi organisasi
perusahaan yang memerlukan pe ngakuan standar Internasional. Untuk
mempermudah pelaksanaan penerapan K3 LH tersebut, perlu di ketahui beberapa
pengertian atau istilah-istilah umum yang biasa diper gunakan yaitu sebagai berikut :

Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan erat dengan mesin,
peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
serta cara-cara me lakukan pekerjaan.
Sasaran Program K3
Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. Tempat tempat kerja
tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian/ perkebunan,
peternakan, perikanan, industri pengolahan, pertambangan, perhubungan,
jasa dan sebagainya.
Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan
oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut terdapat
sumber-sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air, maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha
atau perusahaan. Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja
adalah tempat dimana kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal
pembibitan, areal penanaman, termasuk laboratorium, dan bengkel pertanian.
Perusahaan
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan
tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik perorangan, kelompok,
swasta maupun milik negara.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di
dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi standar kebutuhan masyarakat.
Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan semua unsur-unsur
yang terdapat da lam suatu instansi atau perusahaan dimana dilakukan
kegiatan kerja. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah
semua personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya
adalah pihak manajer, tenaga kerja dan orang-orang yang terkait dengan
kegiatan perusahaan tersebut.
Penerapan Prosedur K3
Setiap organisasi perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan :
Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap pe nerapan
sistem manajemennya
Merencanakan pemenuhan ke bijakan, tujuan dan sasaran pe nerapan K3
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan
dan mekanisme pen dukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melaku kan tindakan
perbaikan dan pen cegahan.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara
berkesinambungan de ngan tujuan meningkatkan kinerja.

Instruksi Kerja Pengendalian Resiko

Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan dapat terjadi secara tak terduga.


Untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan maka perlu disusun
instruksi kerja. Pembuatan instruksi kerja disesuaikan dengan keadaan peralatan yang
dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau disiapkan oleh perusahaan untuk
menghindari ter jadinya kecelakaan kerja, antara lain :

Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang
harus dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan.
Didalam tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika
melanggar tata tertib.
Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan
instruksi kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau
di tempat-tempat tertentu sedemiki an rupa, sehingga setiap operator alat yang
akan menggunakan alat dapat membaca petunjulk peng operasian alat. Hal ini
untuk meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat.
Selain itu, dengan adanya pe tunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan operator atau kerusakan alat.
Pada setiap ruangan agar dibuat kan poster-poster keselamatan kerja dan
label-label yang me nunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi.
Pem buatan label dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa se hingga
mudah dibaca bagi setiap orang.
Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida,
rodentisida, herbisida, insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan
label dan tanda dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada
wadah adalah suatu tindakan pencegahan yang sangat penting.
Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat ba han yang
ada. Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan
lambang yang sudah diketahui secara umum. Dengan demikian masya rakat
mudah mengenal dan me respon maksud dan tujuan label atau tanda atau
lambang yang telah dipasang.

Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Resiko


Beberapa ketentuan yang mem bahas dasar-dasar keselamatan ker ja dan resiko
adalah sebagai berikut : Persyaratan Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan
Kimia Berbahaya

Mengingat sangat bervariasinya per kakas, mesin, bahan kimia berbahaya dan
cara kerja yang diguna kan dalam bidang pertanian (perkebunan), maka tidak
semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas, mesin dan
bahan kimia berbahaya tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan .

Syarat-syarat umum
Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam
pertanian (perkebunan) harus :

Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ke tentuan dalam


standar internasional atau nasional dan rekomen dari pihak berwenang, apabila
tersedia;
Digunakan hanya untuk pekerja an yang telah dirancang atau dikembangkan,
kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh
seorang yang kompeten dan telah dinyata kan aman penggunaannya.
Digunakan atau dioperasikan oleh para pekerja yang telah dinilai ber
kompeten dan atau memiliki serti fikat keterampilan yang sesuai.
Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai disain dan konstruksi yang
baik, dengan mem pertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan
ergonomik, dan mereka harus dipelihara dengan kondisi yang baik.
Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan
suatu penilaian yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat
pemilihan suatu mesin. Hal ini membantu untuk menciptakan suatu Iingkung
an kerja yang sehat dan produktif serta memastikan bahwa mesin tersebut
tepat untuk tujuan yang dimaksudkan.
Pengusaha atau produsen alat dan mesin harus menyediakan instruksi dan
informasi K3 yang jelas dan menyeluruh tentang penggunaan dan
pemeliharaan perkakas dan bahan kimia ber bahaya bagi operator/ pengguna.
Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam peme liharaan dan
sedikit perbaikan di tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan
pemeli haraan dan perbaikan kecil pada mesin dan peralatan mereka. Jika
tidak bisa dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah dihubungi dari
tempat kerja. Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan pe ralatan dan
perkakas harus di sediakan. Disarankan penyedia an fasilitas perbaikan dan
pemeli haraan peralatan dan perkakas dekat dengan tempat berteduh atau
fasilitas perumahan.
Pada tempat perbaikan harus disediakan fasilitas bengkel de ngan perkakas
dan peralatan pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan re
parasi dilaksanakan dalam kondisi aman, tanpa terganggu oleh kon disi cuaca
yang buruk, serta tidak mengganggu lingkungan di sekitar bengkel.

Peralatan tangan
Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenis-jenis pekerjaan
yang ringan dan memerlu kan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa hal yang
harus diperhati kan dalam penggunaan peralatan tangan, yaitu :

Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari
baja berkualitas baik sehingga menjaga sisi pe motongan dan efektivitasnya de
ngan pemeliharaan minimum.
Bagian alas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang
dengan aman pada tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku
keling atau baut.
Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari
kayu berkualitas baik atau bahan lain yang sesuai
Spesifikasi perkakas, seperti ukur an, panjang tangkai dan berat harus sesuai
untuk memenuhi ke butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat
yang sesuai.

Mesin portable
Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus
ditempatkan dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap
kerja normal.
Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus
serendah mungkin sesuai dengan kemajuan teknologi.
Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan
secara biologis (ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas
buang dan tumpahan.
Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa
kerusakan yang timbul.

Permesinan otomatis atau mesin konvensional


Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat
disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang
sesuai.
Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan
ukuran badan operator yang kemungkinan besar meng gunakan mesin
tersebut.
Cara masuk dan keluar dari me sin, seperti anak tangga, tangga dan pintu,
harus di rancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu
ketinggian dan jarak yang nyaman.
Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, .
Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi
dari obyek yang jatuh.,
Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kem bali sendiri,
mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
Untuk mesin-mesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka
jika tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.
Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat
dioperasikan pada la han yang miring,
Pipa pembuangan harus dileng kapi dengan penangkap percikan. Mesin yang
dilengkapi dengan turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.

Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja


Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, sangat dibutuhkan bagi
pekerja. Kesadaran tersebut per lu dipelihara dan ditingkatkan untuk mencapai
mutu keselamatan dan ke sehatan kerja serta lingkungan hidup.

Pakaian kerja
Pakaian kerja yang dipakai di lapangan, bagi pekerja bidang pertanian, harus
memenuhi beberapa kriteria, secara umum adalah :
Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap
kering dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah
yang ber iklim panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk
menghindari radiasi panas yang berlebihan dan memudah kan pengeluaran
keringat.
Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jilka ada suatu resiko radiasi
UV atau potensi bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan
binatang.
Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian
untuk memastikan bah wa para pekerja kelihatan dengan jelas.
Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagal suatu upaya terakhir,
bila pengurangan resiko dengan cara-cara teknis atau organisatoris tidak
mungkin dilakukan. Hanya dalam keadaan ini alat pelindung diri yang
berhubungan dengan resiko spesifik tersebut digunakan.
Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian dilapangan harus
memiliki fungsi yang spesifik.
Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat
pelindung diri harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan
kimia ditempat kerja.
Alat pelindung diri harus meme nuhi standar internasional atau nasional.

Alat pelindung diri


Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain: sarung tangan, sepatu
lapangan, topi pengaman, penutup muka, penutup mata, penutup telinga, dan
penutup mulut .

Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan


kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebagainya.
Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari
karet tidak tem bus bahan cairan. Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium
biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes tahan
panas.
Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang diguna kan adalah
jenis pekerjaan lapang an. Alat ini digunakan untuk me lindungi kaki pada saat
bekerja di lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berba haya
di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis se patu bot, yang terbuat
dari karet atau plastik.
Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala
dari kemungkinan benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat
memanen buah.
Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika
kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari
debu yang berterbangan pada saat bekerja.
Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata
pada saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari
benda-benda yang berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat
bekerja di laboratorium.
Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan
hidung dari bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan
pestisida, gas be racun atau debu.

Pelaksanaan Kerja Berdasarkan Rekomendasi Aman; Pengujian dan


Sertifikasi Peralatan
Untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat
kegiatan dilaksanakan, maka alat alat yang akan dipergunakan harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan yaitu memastikan bahwa alat-alat tersebut
berfungsi sesuai rancangan dan dibuat memenuhi syarat kese lamatan kerja

Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi yang
berwenang menguji dan me miliki sertifikat untuk peralatan yang menggunakan
mesin dan sensitifitas tinggi. Sedangkan untuk peralatan manual, jika
memungkinkan operator dapat melakukannya sendiri. Pengu jian dilakukan secara
reguler, dan hasil pengujian dilaporkan kepada perusahaan, untuk dilakukan
tindak an semestinya. Peralatan yang me menuhi standar keselamatan kerja
diterbitkan sertifikat. Sedangkan peralatan yang rusak, disarankan untuk
diperbaiki agar dapat berfungsi se bagaimana mestinya.

Resiko Pekerjaan Diidentifikasi dan Tindakan Diambil untuk Mengurangi


Resiko
Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya perkebunan terbagi dalam dua
kategori, yaitu di laboratorium dan di lapangan. Kedua jenis resiko kedua
pekerajan ini berbeda, karena karakteristiknya. Karena itu resiko pekerjaan
dibedakan menjadi; tanpa oksigen kebakaran tidak akan terjadi, dan tanpa bahan
yang mudah ter bakar tak mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas kebakaran
juga tak akan terjadi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya ke
bakaran yaitu :

Nyala api dan bahan pijar


Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
kemudian terbakar dan menyala terus menerus sampai habis. Kemung kinan
terbakar atau tidak suatu bahan tergantung pada :

Sifat bahan padat; yaitu sangat mudah atau agak mudah atau bersifat sukar
terbakar
Ukuran zat; jika suatu zat atau bahan berjumlah sedikit maka tidak cukup
menimbulkan panas sehingga kebakaran tidak akan te jadi.
Keadaan zat padat
Cara menyalakan

Penyinaran
Terbakarnya bahan-bahan yang ber sifat mudah terbakar oleh benda pijar atau
nyala api, tidak harus terjadi karena persentuhan. Semua sumber panas akan
memancarkan gelom bang elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika
gelombang elektromagnetis me ngenai benda, maka pada benda tersebut akan
dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang disinari
akan bertambah panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda
tersebut akan terbakar.

Peledakan uap atau gas


Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api maka kebakaran akan terjadi.
Besar kecilnya kebakaran sangat tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.

Percikan api
Pencikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakar nya
campuran gas, uap atau debu dan udara dapat menyala. Biasanya percikan api
tidak dapat menyebab kan benda terbakar. Karena tidak cukup energi dan panas
yang ditim bulkan. Percikan api dapat ditimbul kan oleh hubungan arus pendek,
ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah benda
yang bergerak.

Terbakar sendiri
Kebakaran yang terjadi secara sendiri disebabkan karena seonggok an bahan
bakar mineral padat atau zat-zat organik. Kebanyakan, minyak mudah terbakar,
terutama minyak tumbuh-tumbuhah. Banyaknya panas yang tejadi ditentukan oleh
luas permukaan yang bersinggungan de ngan udara. Karena itu perlu diiden
tifikasi bahan-bahan yang mudah terbakar untuk ditempatkan pada tempat yang
aman.

Reaksi kimia
Reaksi-reaksi kimia dapat menghasil kan panas yang dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran. Fospor kuning teroksidasi sangat cepat bila bersing gungan
dengan udara. Natrium dan kalium akan cepat bereaksi bila tercampur dengan air,
dan akan me lepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu udara di atas
400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menye babkan
terjadinya nyala api.

Kebakaran karena listrik


Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian
khususnya perkebunan ba nyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja
listrik yaitu pedoman keselamatan kerja listrik; menyangkut tenaga kerja,
organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman per tolongan
terhadap kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi tenaga kerja yang
berkecimpung dengan kelistrikan, harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

Cukup kuat dan tahan gesekan.


Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada bagian ujung lengan.
Celana panjang.
Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator sesuai dengan
tegangan yang dihadapi di lapangan.
Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
Sarung tangan untuk bekerja adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap
kawat penghantar.

Pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan listrik yaitu sebagai berikut:

Pemasangan peralatan listrik


Pemasangan transformator, pa nel, sakelar, motor, dan alat-alat listrik lainnya,
di tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian se hingga tidak terdapat bahaya
kon tak dengan bagian-bagian yang bertegangan.
Manakala ruangan dan persyarat an pelayanan memungkinkan, alat alat dan
pesawat listrik harus di tempatkan dalam ruangan ter pisah yang ukurannya
memadai, dan hanya orang-orang berkom peten boleh masuk ke dalam ruang
tersebut.
Jika alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja dalam
ruang produksi, ha rus dibuat pagar pengaman untuk melindungi bagian atau
penghan tar yang bertegangan.
Pagar pengaman berfungsi men cegah kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat
dari kayu, besi pipa, besi siku, kawat baja, besi pelat berlubang atau plastik.
Dalam hal ini, kayu kering atau plastik me miliki sifat yang lebih bailk, karena
zat-zat tersebut tidak menghantar kan listrik. Namun, kayu memiliki kerugian
karena mudah terbakar. Rangka besi harus disertai hu bungan ke tanah secara
tepat.
Perlu dipasang papan tanda la rangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda
peringatan di pasang pada tempat masuk ke ruangan, de ngan huruf yang jelas
dan mudah dibaca.
Terdapat kesesuaian dalam ba nyak hal mengenai norma-norma bagi pagar
pengaman untuk me sin dan pesawat listrik.
Petugas perawatan peralatan lis trik harus tahu benar bahaya-bahaya yang
berkaitan dengan instalasi listrik dan peralatan lainnya,
Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan
tutup pengaman bagi panel listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan per aturan-peraturan lain tentang
ke selamatan kerja listrik.
Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari
konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian beban, penempatan mesin-mesin,
pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab,
dan lain-lain

Sakelar
Adapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus
memenuhi syarat keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik,
instalasi cahaya dan tenaga, harus ditutup.
Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang
bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat
meng akibatkan loncatan api, bila sakelar diputuskan arusnya.
Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus
dihubungkan ke tanah
Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat
digerakkan dalam ke adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di
luar batas jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan
menggunakan tongkat pengaman.
Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut
harus tertutup atau di pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan
pela yanannya tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman.
Untuk keperluan pemakaian se cara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar
putar dan tombol tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat
tertutup. Sakelar yang dapat me nimbulkan loncatan api harus di pasang dalam
peta penghubung.
Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.

Sekring dan pengaman otomatis


Instalasi atau pesawat listrik di amankan dengan penggunaan se kring atau
pengaman otomatis
Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala ter jadi arus
lebih sebagai akibat ke salahan hubungan tanah, hubung an pendek dan beban
lebih.
Pengaman arus lebih yang di tempatkan pada setiap bagian ins talasi yang
diamankan, harus me miliki jenis dan ukuran yang se suai, yaitu memutus arus
apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.
Pemasangan sekring pada me sin-mesin dan peralatan listrik ti dak hanya
ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari
transformator atau generator, kemung kinan terjadinya hubungan tanah, beban
lebih dan hubungan pen dek yang membahayakan.
Pengaman dengan sekring, melindungi mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
Penggunaan sekring harus dise suaikan dengan kuat arus yang tertera pada
sekring.
Sebelum pemasangan, kabel- kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan
tegangan.
Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera
terhadap faktor penyebab nya seperti adanya hubungan pendek atau beban
lebih.
Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
Dilarang menggunakan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk
arus yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang
disertai perlengkapan perlam batan waktu. Menurut bekerjanya pengaman
otomatis tergantung pada jenis termis dan jenis magnetis. Pengaman otomatis
jenis termis be kerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung pada suhu
ruang an. Sedangkan pengaman otomatis jenis magnetis, bekerja atas dasar kuat
arus yang melalui jaringan instalasi.

AIat listrik memiliki ukuran pengaman otomatis untuk dipasang. Perawatan


terhadap pengaman otomatis dilaku kan oleh tenaga ahli yang berpe ngalaman.

Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya ke bakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan
pencegahan dan per lindungan yaitu :

Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha ke selamatan kerja terhadap bahaya
kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain
gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber
utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat penyimpanan bahan,
baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat cair yang memiliki titik
nyala lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup
dan disimpan dalam tangki dan ditempatkan di tempat yang terpisah atau di luar
gudang dan jauh dari bahan-bahan lain yang mudah terbakar.

Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang
berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau
ditiadakan. Jumlah bahan yang mu dah terbakar sedapat mungkin di kurangi
dalam penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah terbakar harus
diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. Bahan cair
yang mudah terbakar harus disalur kan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur
atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan
pengaturan agar ba han cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan penempatan
drum- drum pada landasan yang me nampung bahan tertumpah.

Meniadakan sumber kebakaran


Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara
bahan-bahan yang mu dah terbakar dan alat pemanas.
Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan
pengendalian proses secara tepat.
Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang
memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan
ventilasi.
Bahan-bahan yang dapat ter ba kar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada
kenaikan suhu.
Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi
standar atau ketentuan yang berlaku
Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
panas akibat gesekan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja

Resiko Bahan-bahan Kimia


Bekerja di bidang pertanian atau per kebunan, penggunaan bahan kimia tidak
bisa dihindarkan, terutama da lam pengendalian organisme peng ganggu tanaman.
Untuk menghindari bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, ada beberapa hal
yang harus diperhati kan, antara lain bacalah etiket kemasan bahan kimia yang
ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia ter sebut, apakah bahan tersebut dapat
menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan guna kan alat
pelindung, baik untuk ta ngan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya
bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya, jika mungkin harus dikurangi.
Jika penggunaannya tidak dapat dihindar kan, maka harus digunakan dalam
batas-batas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi dan lingkungan.

Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen dalikan
hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap
kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau ke matian. Berdasarkan cara
pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan dalam bentuk aerosol
maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida cepat terjadi melalui
beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara melalui hidung. Keracunan
melalui kulit mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena itu, proses pembuatan
larutan dan penyemprotan pestisida harus dilakukan secara hati-hati dan meng
gunakan peralatan pelindung agar pestisida tidak terkena tubuh, seperti
penggunaan masker, sarung tangan, pakaian yang tertutup dan lainya.

Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara
lain :

Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu
harus dijauhkan dari makanan, minuman dan he wan ternak.
Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik
pembuatnya.
Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan
dan cara pencampur annya, dan penggunaan.
Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari
gudang dan dijauhkan dari jangkauan anak anak.
Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan
pestisida tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi
penyerapan melalui kulit.
Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun.
Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekali-kali ditiup atau dihisap
dengan mulut.
Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.

Tugas Aplikasi Konsep


Lakukan pengamatan dan catat hal-hal berkaitan dengan penerapan prosedur
K3 di perusahaan pertanian atau perkebunan.
Berdasarkan data yang Anda kumpulkan berapa jumlah pekerja yang
menerapkan prosedur K3 dan yang tidak menerapkannya.
Kumpulkan keterangan/ alasan tentang pekerja yang tidak me nerapkan
prosedur keselamatan kerja

Hak dan kewajiban tenaga kerja


Hak Dan Kewajiban Buruh/Pekerja Dalam Pelaksanaan K3 (Pasal 12 Uu 1/1970)

Kewajiban pekerja :
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau ahli K3.
Memakai alat pelindung diri.
Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
Hak pekerja :
Meminta kepada pengusaha agar melaksanakan semua syarat K3 yang
diwajibkan.
Menyatakan keberatan untuk bekerja apabila syarat-syarat K3 dan alat
pelindung diri tidak memenuhi syarat.
Hak Perusahaan :
Meminta pekerja untuk mentaati syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk K3
Tindakan Pidana Pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 dengan ancaman
hukuman maksimum 3 (tiga) bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp
100.000,- (Pasal 15 ayat 2 UU No. 1/1970).

Sistem manajemen kerja


Menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP
Penerapan SOP K3
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja para pekerja serta dalam
upaya peningkatan kualitas terhadap tingkat kepuasan pelang gan dari suatu
organisasi perusaha an yang menghasilkan produk ba rang atau jasa maka
diperlukan ada nya Standard Operating Procedure (SOP) atau dikenal dengan
istilah Prosedur Operasi Standar (POS). Produk pertanian atau perkebunan
memiliki sifat relatif mudah rusak, baik pengaruh faktor internal maupun
eksternal. Akibat pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara alamiah produk
pertanian atau perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses penanganan
sejak di kebun/ lahan sampai dengan dipanen terjadi proses metabolisme secara
terus menerus. Sehingga produk tersebut perlu prosedur penanganan atau operasi
kerja terstandar agar produk tidak rusak atau penurunan kualitas. Demikian pula
pengaruh faktor eksternal dapat memicu laju penurunan kualitas produk. Misal
pengaruh kekeringan dapat menimbulkan gangguan fisiologi tanaman yang
diusaha kan sehingga dapat terjadi kematian atau gagal panen. Demikian pula
hasil panen yang tidak ditangani secara baik hingga suhu dan ke lembaban tinggi
dalam suatu ruang pasca panen maka dapat terjadi kerusakan karena infeksi fungi.
Memperhatikan fenomena resiko yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang
tidak baik maka proses kegiatan pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara
kerja yang ber pedoman pada standar. Penanganan proses produksi di kebun harus
memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar
yaitu dikenal dengan istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP.
Perusahaan perkebunan besar biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan
standar prestasi kerja. Pedoman kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk
pekerjaan di kebun atau di lahan dan untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik.
SOP atau POS merupakan uraian tahapan suatu pekerjaan yang harus diikuti oleh
pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan
bagaimana suatu proses pekerjaan yang seharusnya dijalan kan secara konsisten,
efektif dan efisien agar dapat dicapai hasil yang berkualitas. Produk berkualitas
ada lah sesuai harapan pelanggan, har ganya terjangkau dan mudah/cepat
diperoleh.

SOP budidaya pertanian dan SOP pasca panen


SOP budidaya tanaman perkebunan secara prinsip mencakup uraian tahapan
pekerjaan dimulai dari pe kerjaan:

Proses budidaya tanaman


Penyiapan lahan
Pembibitan tanaman
Penanaman tanaman
Pemeliharaan tanaman
Pemanenan
Standarisasi
Sarana budidaya tanaman
Pelestarian lingkungan
Pengawasan

Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:

Proses penanganan pasca panen


Standarisasi
Sarana pasca panen
Pelestarian Lingkungan
Pengawasan

SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda sub


stansinya. Demikian pula SOP pasca panen pada setiap komoditas ber beda
substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka SOP pasca panen kakao.

Anonim ( ) menjelaskan kerangka SOP pasca panen kakao yaitu :

Pendahuluan
Latar belakang
Maksud
Tujuan
Ruang lingkup
Pengertian
III. Proses Penanganan pasca panen kakao

Diagram alir/alur proses


Panen
Sortasi buah
Pemeraman atau penyimpanan buah
Pemecahan buah
Fermentasi biji
Perendaman dan pencucian
Pengeringan biji
Sortasi dan pengkelasan biji kering
Pengemasan dan penyimpanan biji
Standarisasi
Prasarana dan Sarana Penanganan pasca panen kakao
Pelestarian Lingkungan
Pengawasan

Tujuan yang ingin dicapai dari pe nerapan SOP Penanganan Pasca Panen
Kakao adalah:
Mempertahankan dan meningkat kan mutu biji kakao
Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kakao
Memudahkan dalam pengangkut an hasil kakao
Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kakao
Meningkatkan daya saing hasil kakao
Meningkatkan nilai tambah hasil kakao

Tugas Aplikasi Konsep


Setelah menyimak uraian tentang pelaksanaan kerja sesuai dengan
SOP maka jawablah pertanyaan se bagai berikut :

Bila suatu perusahaan perkebun an tidak memiliki SOP kegiatan budidaya


tanaman, kesalahan apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pekerja?
Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman,
apa manfaat bagi pekerja?
Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman,
apa manfaat bagi pengusaha?
Bila Anda mengamati dua ke lompok pekerja yang satu me ngikuti SOP dan
lainya bekerja tanpa SOP. Kelompok manakah yang akan melakukan proses
dan hasil kerja yang berkualitas. Jelaskan!
Bila bekerja sesuai SOP maka akan diperoleh hasil yang ber kualitas dan
waktu yang efisien. Mengapa demikian?Jelaskan !
Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan
Kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat semen tara
(relatif singkat). Misalnya ke celakaan, kebakaran, dan sebagai nya. Dalam
kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak ter lalu lama, maka sangat
diperlukan prosedur untuk mengatasinya

Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan (Pertolongan Pertama pada


Kecelakaan)
Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi
oleh pekerja dalam bidang pertanian, khususnya di bidang perkebunan.
Resiko tersebut mulai dari hal-hal yang kecil seperti anggota tubuh terluka,
digigit hewan berbisa, keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang
mungkin terjadi. Bila bekerja di lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja
jauh dari pemukiman. Jika terjadi kecelakaan maka kepada setiap pekerja
harus dibekali kemampuan untuk memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang
diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-
tiba datang sebelum mendapatkan per olongan dari tenaga medis. Hal Ini
berarti :

Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun pe rawatan


selanjutnya tertunda.
Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan
menambah sakit korban.

Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja


dalam kelompok kecil di lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus
dilatih tentang PP. Beberapa ke trampilan dasar yang perlu dikuasai adalah
bagaimana melakukan resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi
korban tersedak, bagaimana mengatasi korban per darahan, bagaimana
mengatasi kor ban patah tulang, bagaimana me ngatasi korban luka bakar
dan lain sebagainya. Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan secara
berulang pada interval yang teratur, untuk memasti kan bahwa ketrampilan
dan penge tahuan tidak ketinggalan jaman atau dilupakan. Ketetapan
tentang fasilitas PP dan personil yang terlatih harus ditetapkan melalui
peraturan Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus siap
tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran, kelembaban
dan ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain
peralat an PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan
PPPK dan prosedur untuk mem peroleh persediaan. Kotak PPPK
Prosedur Penanganan Darurat di ikuti Berdasarkan Standar Pe rusahaan dan
Persyaratan Kerja
Bagi organisasi perusahaan perke bunan besar, biasanya dalam pe
nanganan kondisi darurat mengguna kan prosedur sesuai standar yang te
lah ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di tempat ker
ja, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain :

Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk


mengidentifikasi resiko keselamat an dan kesehatan kerja secara sistematis
yang mungkin timbul dari pekerjaan di bidang pertanian /perkebunan.
Identifikasi meliputi potensi baha ya dan resiko yang nyata dan potensi
timbulnya kecelakaan ker ja dan situasi darurat.
Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilakukan eva luasi resiko.
Setiap resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari
potensi bahaya yang ter identifikasi, dengan memperhati kan frekuensi
kecelakaan yang sering terjadi.
Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk
menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan
tindakan pen cegahan yang sesuai.
Para manajer, penyelia dan peker ja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan
pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau ling kungan kerja.

Pasmajaya (2008) menjelaskan bah wa prinsip dasar penanganan keada an darurat


di antaranya

Pastikan Anda bukan menjadi kor ban berikutnya. Seringkali lengah atau
kurang berpikir panjang bila menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum menolong
korban, pe riksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam
bahaya.
Pakailah metode atau cara per tolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumber daya yang ada; baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila bekerja dalam tim, buatlah pe rencanaan yang
matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
Buatlah catatan usaha-usaha per tolongan yang telah dilakukan yakni memuat
identitas korban, tempat dan waktu kejadian. Catatan tersebut berguna bagi
penderita untuk mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
Sedangkan tahapan secara umum pertolongan pertama yaitu :

Jangan Panik
Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Perhatikan tanda-tanda shock
Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (pasmajaya, 2008)


yaitu sebagai berikut:

Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak


kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan te naga, dehidrasi
(kekurangan cair an tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala Penanganan

Perasaan limbung Baringkan korban dalam posisi


terlentang

Pandangan berkunang-kunang Tinggikan tungkai melebihi ting gi


jantung

Telinga berdenging Longgarkan pakaian yang me ngikat


dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan

Nafas tidak teratur Beri udara segar

Muka pucat Periksa kemungkinan cedera lain

Biji mata melebar Periksa kemungkinan cedera lain

Lemas Korban diistirahatkan beberapa saat

Keringat dingin Selimuti korban

Menguap berlebihan Beri udara segar

Tak respon (beberapa menit) Korban diistirahatkan beberapa saat

Denyut nadi lambat Bila tak segera sadar, periksa nafas


dan nadi, posisi stabil kemudian rujuk
ke instansi ke
Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan.
Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma
suk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca).
Dehidrasi disebabkan ka rena kurang minum dan disertai kehilangan
cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu
berlebihan.
· Hipotensi

· Mata cekung

· Nadi sangat lemah, sampai tak


terasa

· Kejang-kejang
Asma yaitu penyempitan/ gangguan saluran pernafasan
Gejala Penanganan

· Sukar bicara tanpa berhenti, · Tenangkan korban


untuk menarik nafas
· Bawa ketempat yang luas dan
· Terdengar suara nafas tambah an sejuk

· Otot Bantu nafas terlihat me · Posisikan ½ duduk


nonjol (dileher)
· Atur nafas
· Irama nafas tidak teratur
· Beri (bantu) oksigen bila
· Terjadinya perubahan warna kulit diperlukan
merah/pucat/ kebiruan/ sianosis)

· Kesadaran menurun
(gelisah/meracau)

Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari
benturan keras
Gejala Penanganan

· Warna kebiruan/merah pada kulit · Kompres dingin

· Nyeri jika di tekan · Balut tekan

· Kadang disertai bengkak · Tinggikan bagian luka

Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba
karena kekerasan/injury.
Gejala Penanganan

· Terbukanya kulit · Bersihkan luka dengan anti septic


(alcohol/boorwater)
· Pendarahan
· Tutup luka dengan kasa steril/
· Rasa nyeri
plester

· Balut tekan (jika pendarahan nya


besar)

· Jika hanya lecet, biarkan ter buka


untuk proses pengeringan luka

Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar).
Gejala Penanganan

· Matikan api dengan memutuskan · Luka ditutup dengan perban atau


suplai oksigen kain bersih kering yang tak dapat
melekat pada luka
· Perhatikan keadaan umum
penderita · Penderita dikerudungi kain pu tih

· Pendinginan yaitu dilakukan de · Luka jangan diberi zat yang tak


ngan membuka pakaian penderita/ larut dalam air seperti mentega, kecap
korban. Kemudian, merendam dalam
· Khusus untuk luka bakar di
air atau air mengalir selama 20 atau 30
daerah wajah, posisi kepala harus lebih
menit. Untuk daerah wajah, cukup di
tinggi dari tubuh
kompres air.

Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu
yang me ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua
jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya
resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.
Gejala Penanganan

· Cucilah bagian yang tergigit


dengan air hangat dengan sedikit
antiseptik.

· Bila pendarahan, segera dira wat


kemudian dibalut.
Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban
tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan
ambillah sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun
ular terbagi menjadi 3, yaitu :
Gejala Penanganan

· Hematotoksin (keracunan dalam) · Terlentangkan/ baringkan pen


derita dengan bagian yang ter gigit
· Neurotoksin (bisa/racun menye
lebih rendah dari jantung.
rang sistem saraf)
· Tenangkan penderita, agar pen
· Histaminik (bisa menyebabkan
jalaran bisa/racun ular tidak se makin
alergi pada korban)
cepat

· Cegah penyebaran bisa pende


rita dari daerah gigitan yaitu:

- Torniquet di bagian proximal


daerah gigitan pembengkak an untuk
membendung se bagian aliran limfa
dan vena, tetapi tidak menghalangi alir
an arteri. Torniquet / toniket
dikendorkan setiap 15 menit selama +
30 detik

- Letakkan daerah gigitan dari


tubuh

- Lakukan kompres es

- Usahakan agar penderita se


tenang mungkin, bila perlu berikan
petidine 50 mg/im un tuk
menghilangkan rasa nyeri.

· Perawatan luka

- Hindari kontak luka dengan


larutan asam KMn04, yo dium atau
benda panas

- Zat anestetik disuntikkan sekitar


luka jangan ke dalam lukanya, bila
perlu pengeluar an ini dibantu dengan
pe ngisapan melalui breast pump sprit
atau dengan isapan mu lut sebab bisa
ular tidak ber bahaya bila ditelan
(selama tidak ada luka di mulut).

· Bila memungkinkan, berikan


suntikan anti bisa (antifenin)

· Perbaikan sirkulasi darah

- Kopi pahit pekat

- Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv

· Bila perlu diberikan pula


vasakonstriktor

Gigitan lipan
Gejala Penanganan

· Ada sepasang luka bekas gigit an · Kompres dengan air dingin dan
cuci dengan obat antiseptik
· Sekitar luka bengkak, rasa ter
bakar, pegal dan sakit biasanya hilang · Beri obat pelawan rasa sakit, bila
dengan sendirinya se telah 4-5 jam gelisah bawa ke paramedik

Gigitan Lintah dan Pacet


Gejala Penanganan

· Pembengkakan, gatal dan ke · Lepaskan lintah/pacet dengan


merah-merahan (lintah) bantuan air tembakau/ air garam

· Bila ada tanda-tanda reaksi


kepekaan, gosok dengan obat atau
salep anti gatal
Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan
pertolongan kepada pihak lain dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan
evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan dalam pertolongan
pertama untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman,
agar men dapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip evakuasi adalah :
Dilakukan jika mutlak perlu
Menggunakan teknik yang baik dan benar
Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk me nyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian.

Alat Pengangkutan
Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu,
namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan,
kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pe
ngangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan. Bila petugas
penolong satu orang maka korban dapat dievakuasi dengan cara :

Dipondong; untuk korban ringan dan anak-anak


Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah; untuk korban tanpa luka di bahu atas
Dipanggul/digendong
Merayap posisi miring

Bila petugas penolong dua orang maka korban dapat dievakuasi dengan
memperhatikan yaitu pengangkutannya tergantung cidera penderita tersebut dan
diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk
mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Karena itu cara
evakuasi dapat dilakukan dengan cara:

Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan


Model membawa balok
Model membawa kereta
Alat bantu evakuasi
Selain manusia, alat bantu evakuasi dapat digunakan :

Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
Tali/webbing

Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan


Kecelakaan Kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang kece lakaan
dan penyakit akibat kerja ha rus dilaksanakan untuk :

Menyediakan informasi yang da pat dipercaya tentang kecelakaan dan


penyakit akibat kerja pada tingkat perusahaan.
Mengidentifikasi permasalahan ke selamatan dan kesehatan kerja utama yang
timbul dari kegiatan perkebunan.
Menentukan prioritas tindakan.
Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Memantau keefektifan tingkat ke puasan keselamatan dan kesehat an kerja.

Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh
pengusaha, mengenai pengaturan, pelaporan, pencatatan dan pemberi tahuan
informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keadaan berikut
merupakan hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan :

Semua kecelakaan fatal


Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian
tidak bermakna.
Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang
yang dipekerjakan atau usaha mandiri.

Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan pada


tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas, yaitu
kecelakaan selama per jalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian berbahaya
yang tidak me nyebabkan hilangnya waktu kerja.

Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke celakaan


dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar. Semua kecelakaan
dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan menggunakan
suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disaran kan harus
ditetapkan melalui peratur an secara nasional.

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang


disyaratkan oleh peraturan, antara lain kepada :

Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:


Otoritas yang kompeten;
Otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin
asuransi)
Badan/ instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja
nasional.
Badan/instansi lain yang terkait.

Tugas Aplikasi Konsep


Jelaskan makna dari P3K !
Bila Anda seorang pekerja me mahami tentang K3, persiapan apa saja
berkaitan dengan P3K?
Jenis kecelakaan apa saja yang sering terjadi pada kegiatan bu didaya tanaman
?
Ketrampilan apa saja yang harus Anda miliki agar dapat mengobati diri sendiri
atau menolong orang lain yang mendapat suatu ke celakaan kerja ?

Tugas Penyelesaian Masalah


Para pekerja di perkebunan, biasa nya bekerja secara terpencar sesuai ancak
atau blok-blok tanaman. Da lam melakukan tugasnya, pekerja sering
berhadapan dengan resiko kecelakaan binatang buas dan berbisa. Berkaitan
dengan kondisi di atas, perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan agar
Anda selamat dalam bekerja di lapangan ?
Tindakan apa sebagai pertolongan pertama yang akan Anda berikan kepada
teman saudara bila terluka atau terkena gigitan ular ?
Ali A. & Tanzili, 2006, Pedoman Lengkap Menulis Surat, PT Kawan Pustaka, Depok.

Aviana, 2007, Perbedaan Cara Berkomunikasi Antara Pekerja Jepang dan

Pekerja Indonesia Dalam Penerapan Horenso, tesis S2.

Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Billy, Betty K., 2007,Akuntansi,Arya


Duta, Depok.

Depdiknas, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004


Depdiknas, Jakarta.

________, 2004, Standar Kompetensi Nasional Indonesia Bidang


Sekretaris/Administrasi Bisnis , Depdiknas, Jakarta.

Hamdani D. & Sutisna A., 2002, Surat Niaga & Kearsipan, CV.Yrama
Widya,Bandung.

Hendarto H. & Tulusharyono, 2002, Menjadi Sekretaris Profesional, Penerbit P P M ,


Jakarta.

Katayama T., 2005,Tegami No Kakikata Jiten (Ensiklopedia Korespondensi), Daiso,


Hiroshima Japan.

Kitamura, Hiroaki dkk, 1997, Joohoo To Hyoogen (Informasi Dan Ekspresi),


Sobunsha Shuppan, Tokyo Japan.

Madiana, Gina, 2004, Pengarsipan Surat Dan Dokumen Kantor, Cv.Armico,Bandung.

Maruyama, Keisuke dkk, 1999, Writing Business Letters in Japanese, The Japan
Times, Tokyo Japan.

Mulyana, Deddy, 2004, Komunikasi Efektif, P T Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nakamaki H. & Hioki K.,Ed., 1997, Keiei Jinruigaku Koto Hajime (Antropologi
Administrasi), Toho Shuppasn, Osaka Japan.

Nugroho, Adi, 1996, Penuntun Teknis Surat Menyurat., Penerbit Indah, Surabaya.
Ooishi, Yutaka,1998, Komyunikeeshon Kenkyu, (Suatu Penelitian Tentang
Komunikasi), Keio Gijuku Daigaku Shuppankai, Tokyo Japan.
Puspitasari, Devi, 2007, Menangani penerimaan dan pengiriman Surat/ Dokumen,
Arya Duta, Depok.

________, 2007, Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan, Arya Duta,Depok.

________, 2007, Bekerja Sama Dengan Kolega dan Pelanggan, Arya Duta Depok.

Puspitasari D. & Aulia R., 2007, Berkomunikasi Melalui Telepon, Arya Duta,Depok.

________, 2007, Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi, Arya Duta,


Depok. Sato, Rieko, 2006, Sekkyaku No Kihon Ga Omoshiroi

Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku Pedoman Menarik Tentang Cara Melayani Tamu),
Chukei Shuppan, Tokyo Japan.

Sedarmayanti, 2001,Manajemen Perkantoran, Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Sukoco, Badri M., 2002, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern,Erlangga,


Jakarta.

Suma’mur, 1987, Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kesehatan, CV. Haji Mas

Agung, Jakarta 1980, Sumpriana, Euis, 2004,Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat,


CV. Armico, Bandung.

Sumpriana, Euis, 2004, Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV. Armico, Bandung.

Takashi, Ryuzaki, 2002, Giin Hisho (Sekretaris Anggota Parlemen), PHP Kenkyuujo,
Tokyo, Japan.

Tim Administrasi Perkantoran, 2005, Administrasi Perkantoran 1 A, PT Galaxy Puspa


Mega, Jakarta.

Tsubosaka, Tatsuya, 2005, Seirisuru Gijutsu Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon


(Buku Pedoman Menarik Tentang Teknik Merapikan Barang), Chukei Shuppan,
Tokyo Japan.

UU no.1 Th 1970, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

UU no.13 Th 2003,Ketenagakerjaan.

Woworuntu, Tony, 1991, Manajemen Untuk Sekretaris, Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Wuryantari, Sri, 2007, Melakukan Proses Administrasi Transaksi, Arya Duta Depok.

________, 2007, Melakukan Prosedur Administrasi, Arya Duta, Depok.

________, 2007, Menggunakan Peralatan Kantor, Arya Duta, Depok.


Wuryantari S. & Puspitasari D., 2007, Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Arya Duta, Depok.

Yoshihara, Yasuhiko, 2006, Fairingu No Kihon Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon


(Buku Pedoman Menarik Tentang Pengarsipan Dokumen), Chukei Shuppan, Tokyo J.

Anda mungkin juga menyukai