Anda di halaman 1dari 17

Jenis Usaha

Apa Saja
Yang Harus
Menerapkan
Prosedur K3
TAMI / MAY 25, 2021 /
PELATIHAN K3

Segala jenis usaha wajib


menerapkan prosedur K3.
Apalagi jika melibatkan
aktivitasyang berpotensi
memunculkan risiko
bahaya. Selengkapnya,
simak uraian berikut. 

Undang-Undang
Keselamatan Kerja No. 1
Tahun 1970 mengatur
tentang kewajiban
pelaksanaan prosedur K3
bagi perusahaan-
perusahaan di berbagai
sektor industri. Tapi, jenis
usaha apa saja yang
dimaksud? Untuk
mengetahuinya, Anda
perlu menyimak uraian
berikut sampai habis.

Tentang
Prosedur
K3
Namun sebelumnya, ada
baiknya jika Anda juga
memahami maksud dari
prosedur K3 itu sendiri.
Prosedur K3 pada
dasarnya adalah
rangkaian proses
melakukan pekerjaan dari
awal hingga akhir yang
saling terintegrasi,
bertujuan untuk
menghindari risiko
menyangkut keamanan,
keselamatan, dan
kesehatan kerja di
lingkungan kerja
perusahaan.

Pembuatan prosedur K3
diawali dengan analisis
dan penilaian mengenai
risiko dan bahaya yang
mungkin timbul dalam
proses-proses kerja di
lingkungan perusahaan.
Ini berguna untuk
mengetahui berbagai
prosedur yang perlu
dilakukan guna menjamin
keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para
kesehatan kerja bagi para
karyawan dalam aktivitas
pekerjaannya.

Faktor
Penentu
Prosedur K3
Prosedur K3 dituangkan
dalam bentuk dokumen
yang berisi penjelasan-
penjelasan spesifik untuk
menjalankan aktivitas
kerja sesuai dengan
aspek-aspek K3.

Adapun aspek tersebut,


antara lain faktor fisika,
faktor kimia, biologi,
ergonomi, dan psikologi,
seperti tercantum pada
Permenaker No. 5 Tahun
2018 tentang
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja.

Setiap perusahaan
menetapkan kebijakannya
masing-masing dalam
menerapkan prosedur K3.
Namun kebijakan itu
ditentukan berdasarkan
aspek-aspek umum, di
antaranya:

Kesadaran bahwa
keselamatan adalah
masalah semua
orang sehingga
orang, sehingga
semua orang
bertanggung jawab

untuk menciptakan
suasana kerja yang
aman dan produktif.
Penggunaan
ruangan-ruangan di
tempat kerja sesuai
fungsinya masing-
masing secara
disiplin dengan
fasilitas penunjang
yang memadai.
Penyusunan ruang
kerja berikut
berbagai peralatan
yang diperlukan
demi memudahkan
aktivitas pekerjaan,
serta posisi kerja
yang mengutamakan
kenyamanan.
Setiap peralatan dan
instalasi berpotensi
bahaya harus
dipastikan
keamanannya
secara berkala.
Udara di lingkungan
tempat kerja harus
terjamin
kebersihannya.
Ketersediaan alat
pengaman darurat
dan pelindung diri,
serta pelatihan
untuk menghadapi
situasi darurat.
Adanya kiat-kiat
untuk menyegarkan
kembali kondisi
psikologis para
pekerja, mulai dari
kegiatan
rekreasional,
konseling hingga
penetapan waktu
istirahat yang cukup.

Setiap aspek tersebut


mewakili lima faktor
penerapan prosedur K3,
seperti tercantum dalam
Permenaker No. 5 Tahun
2018 di atas. 

Sistem
Manajemen
K3
Jenis-Usaha-Apa-Saja-
Yang-Harus-Menerapkan-
Prosedur-K3

Sistem Manajemen K3

Sistem Manajemen K3
(SMK3) adalah bagian tak
terpisahkan dari sistem
manajemen organisasi
suatu perusahaan yang
merupakan perwujudan
dari prosedur K3.
Penyusunan SMK3
umumnya berdasarkan
aturan yang berlaku di
suatu negara, atau standar

yang berlaku secara


internasional.

Di Indonesia sendiri,
pemerintah telah
mengatur hal ini dalam
Permenaker No. 5 Tahun
1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Sementara standar
internasional yang biasa
digunakan ada dua, yakni
OHSAS 18001:2007 dan
ILO-OSH:2001.

Permenaker No. 5 Tahun


1996 memuat pengertian
SMK3, yaitu bagian dari
sistem secara
keseluruhan. Bagian-
bagiannya, meliputi
perencanaan, pelaksanaan
prosedur, penggunaan
bahan dan sumber daya,
serta struktur organisasi
berikut tanggung
jawabnya.

Sistem tersebut disusun


dalam rangka mengkaji,
menerapkan, memelihara,
mencapai, dan
mengembangkan
kebijakan K3. Tujuannya
tidak lain untuk
mengendalikan atau
mengurangi risiko bahaya
mengurangi risiko bahaya
kerja, demi mewujudkan
keamanan di lingkungan

kerja, serta meningkatkan


efektivitas dan
produktivitas.

Tahap-tahap pelaksanaan
SMK3 menurut
Permenaker No. 5 terdiri
dari lima. Berawal dari
penetapan komitmen dan
kebijakan, lalu tahap
perencanaan, dilanjutkan
dengan penerapan.

Selanjutnya, perusahaan
melakukan pengukuran
dan evaluasi. Apabila
ditemukan kekurangan,
perusahaan akan
meninjau kembali
penerapan tersebut,
kemudian melakukan
peningkatan agar tercipta
sistem manajemen K3
yang efektif dan efisien.

Jenis
Usaha yang
Harus
Menerapka
n Prosedur
K3
K3

Menurut UU No. 1 Tahun


1970, perusahaan yang
mempekerjakan kurang
dari 100 orang juga wajib
menerapkan prosedur K3.
Namun dengan catatan
apabila aktivitasnya
mengandung risiko
bahaya terhadap
keselamatan dan
kesehatan kerja.

Adapun jenis usaha yang


harus menerapkan
prosedur K3 sesuai UU
tersebut, antara lain:

1. Usaha yang
melibatkan
pembuatan,
percobaan, dan
penggunaan mesin,
peralatan, pesawat,
perkakas, atau
instalasi berbahaya
yang bisa
menyebabkan
kecelakaan, memicu
kebakaran dan
ledakan.
2. Usaha yang
melibatkan
pembuatan,
pengolahan,
penggunaan,
perdagangan,
pengangkutan, dan
i
penyimpanan
substansi yang
mudah meledak,
terbakar, menggigit,
beracun,
menyebabkan
infeksi, serta
bersuhu tinggi.
3. Konstruksi, baik
pembangunan,
perbaikan,
perawatan,
pembersihan,
maupun
pembongkaran
konstruksi, seperti
rumah, gedung,
saluran pengairan,
terowongan bawah
tanah, dan
sebagainya,
termasuk masa
persiapannya.
4. Usaha agribisnis,
baik pertanian
maupun peternakan,
pengelolaan hutan,
pengolahan kayu,
dan perikanan.
5. Segala jenis usaha
pertambangan
mineral dan sumber
energi berikut
pengolahannya, baik
di dalam perut bumi,
permukaan tanah,
maupun perairan.
Termasuk
pengangkutan
barang-barang dan
g g
personel melalui
segala jenis jalur

pengangkutan yang
digunakan.
. Usaha-usaha yang
melibatkan proses
bongkar muat
barang kapal atau
perahu yang
dilakukan di
dermaga, terminal
laut, pelabuhan, atau
gudang.
7. Usaha yang
melibatkan
penyelaman dan
aktivitas-aktivitas
dalam air lainnya.
. Usaha atau
pekerjaan di atas
ketinggian dari
permukaan tanah
atau air.
9. Pekerjaan yang
dilakukan dalam
kondisi tekanan
suhu tinggi atau
rendah.
10. Pekerjaan yang
berisiko terkena
timbunan tanah,
kejatuhan atau
terkena pelanting
benda, jatuh, hanyut,
terperosok, atau
terpelanting.
11. Usaha atau
pekerjaan yang
dilakukan dalam
lubang, sumur, atau
tangki.
12. Usaha-usaha yang
mengandung proses
penyebaran suhu,
kelembapan, gas,
uap, api, asap,
kotoran, debu,
embusan angin,
cuaca, sinar, radiasi,
suara, atau getaran.
13. Usaha-usaha yang
memerlukan proses
pembuangan,
pemusnahan
sampah atau limbah.
14. Penyiaran,
pemancaran, dan
penerimaan, baik
radio, televisi,
telepon, atau radar.
15. Bidang pendidikan,
penelitian,
percobaan,
penyelidikan,
pembinaan yang
memanfaatkan
peralatan teknis.
1 . Usaha-usaha
pembangkit,
pengolahan,
pengumpulan,
penyimpanan, atau
penyaluran listrik, air,
minyak, atau gas.
17. Film, pertunjukan
sandiwara, dan
berbagai jenis media
rekreasi lain yang
rekreasi lain yang
memanfaatkan

instalasi peralatan
mekanis dan listrik.

Pemanfaat
an Profesi
K3 di
Sektor
Industri
Jenis-Usaha-Apa-Saja-
Yang-Harus-Menerapkan-
Prosedur-K3

Pemanfaatan Profesi K3 di
Sektor Industri

Tidak semua perusahaan


membutuhkan personel
khusus yang menangani
pelaksanaan prosedur K3.
Berdasarkan UU No. 1
Tahun 1970, ada sejumlah
kriteria yang menentukan
wajib tidaknya penunjukan
ahli K3 di suatu instansi,
yaitu:

1. Tempat kerja yang


mempekerjakan
karyawan di atas
100 orang.
2. Tempat kerja yang
mempekerjakan
karyawan di bawah

100 orang, tetapi


melibatkan proses,
penggunaan bahan,
alat, atau instalasi
yang memiliki risiko
bahaya terhadap
keselamatan dan
kesehatan kerja.

Namun pada dasarnya


prosedur K3 wajib
diterapkan di semua
bidang industri. Wawasan
mengenai K3 pun wajib
diketahui seluruh elemen
industri di sektor apa saja.
Perusahaan wajib
mengawasi dan
bertanggung jawab penuh
atas seluruh implementasi
prosedur K3.

Karyawan pun memiliki


hak dan kewajiban
masing-masing
sehubungan dengan
keselamatan dan
kesehatan kerja mereka
sendiri.

Profesi K3
di Berbagai
Sektor
Industri
Seperti diketahui, prosedur
K3 diwajibkan untuk
segala jenis sektor
industri. Ini berarti bahwa
profesi di bidang K3 juga
menjanjikan kesempatan
kerja yang cukup luas
hingga masa-masa
mendatang.

Ahli K3 sendiri
didefinisikan sebagai
tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk Menteri
Tenaga Kerja untuk
mengawasi pelaksanaan
aturan UU tentang
Keselamatan Kerja dan
membantu penerapannya.

Seseorang baru bisa


menjadi ahli K3 apabila
telah memenuhi kualifikasi
tertentu. Ia haruslah
berpendidikan setingkat
sarjana dengan
pengalaman kerja minimal
dua tahun, atau sarjana
muda berpengalaman
sekurangnya empat tahun
lamanya. 

Selain itu, personel


tersebut harus memenuhi
kualifikasi standar, yaitu
berbadan sehat
berbadan sehat,
berkelakuan baik, bersedia
bekerja penuh di instansi

yang membutuhkan, dan


telah lolos seleksi tim
penilai. 

Seleksi atau sertifikasi


profesi K3 dilakukan oleh
lembaga-lembaga resmi,
baik negeri maupun
swasta. Khusus untuk
lembaga nonpemerintah,
Anda dapat
mempercayakan pelatihan
dan sertifikasi profesi K3
kepada Mutu Institute.

Baca juga: Kepo,


Ternyata Segini
Standar Gaji Profesi
K3. Rp 125 juta?

Mutu Institute telah


mendapatkan
kepercayaan dari banyak
Instansi Nasional dan
juga Internasional.
Tentunya, hal itu
menandakan bahwa Mutu
Institute memiliki kualitas
pelatihan dan sertifikasi
yang layak untuk Anda.

Jika Anda seorang yang


menyukai tantangan dan
ingin mendapatkan
sertifikasi K3, Mutu
Institute menjadi tempat
yang berkualitas
bagi pelatihan K3 Anda
bagi pelatihan K3 Anda.
Tunggu apalagi? Segera
hubungi Mutu Institute

melalui info@mutuinsti
tute.com atau 0819-
1880-0007.

Nama *
Nama Len

Email *

Email And

Telephone *

Telephone

Perusahaan
*

Perusahaa

KTP/ NPWP *

KTP / NPW

Pelatihan
yang Anda
butuhkan *

Pelatihan

Peruntukan *

Individu
Kelompok

Daftar

Anda mungkin juga menyukai