Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang penting dalam sebuah
perusahaan. Kesehatan merupakan keadaan atau situasi seseorang yang terhindar dari
berbagai macam penyakit baik jasmani maupun rohani. Adapun keselamatan kerja adalah
suatu keadaan di mana para pekerja terjamin keselamatannya pada saat bekerja
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan, tempat kerja, dan
lingkungannya. Jika pekerja-pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani serta di
dukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka prokduktivitas
kerja dapat ditingkatkan.
5. Fasilitas Penggudangan
Berikut merupakan hal-hal yang harus dipenuhi agar fasilitas penggudangan
memenuhi sanitasi ruangan dan kesehatan yang baik.
1. Ruangan, dinding, bangunan, dan pekarangan bangunan di sekitar gudang harus selalu
bersih serta bebas sampah dan kotoran.
2. Barang-barang yang disimpan di gudang harus diatur dan disusun secara baik dan
teratur dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun
dengan dinding tembok.
3. Barang atau bahan baku yang telah rusak hendaknya diambil dan dipisahkan dari
barang-barang yang masih baik.
7. Pembuangan Limbah
Semakin besar skala suatu usaha maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan limbah. Penanganannya meliputi berikut ini:
1. Saluran pembuangan limbah cair harus dikontruksi dengan baik
2. Seaiknya dibuat tempat penampungan limbah sebelum limbah dibuang.
3. Jika produksi sampah/limbah cair cukup tinggi atau telah mengakibatkan gangguan
pencemaran maka disrankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.
4. Limbah dapat dimanfaatkan sebagai tambahan makanan/minuman ternak.
5. Sampah kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah yang cukup,
baik kebersihan maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah yang diproduksi.
8. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah situasi aman yang dirasakan oleh seseorang pada saat
melakukan pekerjaan. Keadaan yang tidak aman dapat menyebabkan kecelakaan dalam
lingkungan kerja. Beberapa contoh kurangnya keamanan dalam lingkungan tempat kerja
adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya penjagaan pada tempat-tempat yang berbahaya (jalan-jalan sempit,
tanggul, kawat-kawat listrik dll)
2. Penjagaan yang tidak cukup terhadap barang-barang yang berbahaya.
3. Model atau kontruksi yang tidak aman ( mesin-mesin, perlengkapan, bangunan,
fasilitas).
4. Aturan yang berbahaya lazimnya dikenal sebagai “pemeliharaan buruk”
5. Penerangan yang tidak tepat/tidak cukup/ terlalu banyak penerangan/pemilihan
warna cahaya yang salah.
6. Penganginan yang tidak aman, kumpulan uap, debu, gas-gas atau asap, system
penganginan yang kapasitasnya tidak sesuai
7. Pakaian yang tidak aman (sepatu tua, pakaian yang robek, kacamata pengaman, ikat
pinggang pengaman dll yang tidak tersedia).
Ketika berada dalam keadaan yang tidak aman maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyingkirkan segala bahaya
2. Peringatan
3. Anjuran
Cara bekerja yang aman dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Lingkungan Kerja
Agar tercipta lingkungan kerja yang aman maka harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Mengusahakan lingkungan agar memenuhi syarat lingkungan kerja yang baik
(ventilasi, penerangan, cahaya, sanitasi, suhu udara).
b. Meningkatkan pemeliharaan rumah tangga, mengenai penimbunan, pengaturan mesin,
bejana-bejana dll.
c. Memelihara keadaan gedung (memiliki alat pemadam kebakaran, pintu keluar
darurat, lubang ventilasi dan lantai yang baik).
d. Merencanakan lingkungan kerja dengan baik (pengaturan operasi dan pengaturan
tempat mesin).
e. Proses yang selamat, peralatan kerja yang cukup, pedoman pelaksanaan kerja, dan
aturan kerja.
2. Mengadakan Perawatan terhadap Mesin-Mesin dan Alat-Alat Kerja
Kurangnya perawatan terhadap mesin-mesin dan alat-alat kerja sering mengakibatkan
ancaman bagi keamanan dan keselamatan kerja. Salah satu contohnya adalah peledakan
mesin disel.
3. Manusia
Pencapain kondisi tempat kerja yang aman dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kecakapan dan kedisiplinan pekerja
b. Meningkatkan tanggung jawab terhadap pekerjaan, memperbaiki cara kerja melalui
pelatihan/pendidikan.
c. Mengadakan pemeriksaan kesehatan.
d. Menyelaraskan keadaan fisik atau kemampuan seseorang dengan bidang kerja atau
alau yang digunakan.
4. Menggunakan Alat Pelindung
Contoh-contoh alat pelindung kerja adalah helm kerja, pakaian kerja, kaca mata, sarung
tangan, sepatu kerja, dan alat pelindung pendengaran.
9. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan denga mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja mencakup proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa.
Secara umum keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang
lain yang berada di tempat kerja, dan sebagai sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien.
b. BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum public yang bertanggung jawab
kepada presiden, dimana BPJS Kesehatan memberikan perlindungan kepada seluruh
pekerja Indonesia baik sector formal maupun informal dan orang asing yang bekerja di
Indonesia sekurang-kurangnya 6 bulan. Beberapa perlindungan yang diberikan BPJS
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1) Jaminan Kecelakan Kerja (JKK)
Menurut PP no.44 Tahun 2015 JKK adalah manfaat berupa uang tunai atau pelayanan
kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Beberapa manfaat JKK antara lain:
Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan)
Santunan berupa uang
Progam kembali bekerja (Return to Work)
Kegiatan promotif dan preventif
Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) atau alat ganti (prothese)
2) Jaminan Kematian (JK)
Menurut PP No.44 Tahun 2015 adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. Progam ini memberikan manfaat
kepada keluarga tenaga kerja sebagai berikut:
Santunan kematian : Rp 14.200.000,-
Biaya pemakaman : Rp 2.000.000,-
Santunan berkala : Rp 200.000,-/bulan (selama 24 bulan)
3) Jaminan Hari Tua (JHT)
JHT diatur dalam PP no.46 Tahun 2016, jaminan hari tua adalah manfaat uang tunai
yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia,
atau mengalamai cacat total tetap. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat
diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun. Jika setelah mencapai usia 56
tahun peserta masih bekerja dan memilih menunda pembayaran JHT maka JHT
dibayarkan saat peserta berhenti bekerja. Apabila peserta meninggal dunia urutan ahli
waris yang berhak atas manfaat JHT.
4) Jaminan Pensiun (JP)
Sessauai dengan PP No.45 Tahun 2015, Jaminan pensiun adalah jaminan social yang
bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dana tau
ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun,
mengalami mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Beberapa manfaat JP
meliputi:
a) Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta. Masa iuran minimum 15
tahun yang setara dengan 180 bulan saat memasuki usia pensiun smpai dengan
meninggal dunia.
b) Manfaat Pensiun Cacat (MPC)
Berupa uang tunai yang diberikan kepada peserta (kejadian yang menyebabkan cacat
total tetap) akibat kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit
sampai meninggal dunia. MPC ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau
peserta bekerja kembali.
c) Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda yang menjadi ahli
waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan) sampai dengan meninggal dunia atau
menikah lagi.
d) Manfaat Pensiun Anak (MPA)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi ahli waris
peserta (maksimal 2 anak yang terdaftar dalam progam pensiun) sampai dengan usia
anak 23 tahun atau bekerja, atau menikah.
e) Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT)
Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak/ibu) yang menjadi ahli waris
peserta lajang, bila masa iur peserta lajang kurang dari 15 tahun.
f) Manfaat Lumpsum
Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak mendapatkan
manfaat berupa akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya apabila:
Peserta memasuki usia pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15
tahun.
Mengalami cacat total tetap dan tidak memenuhi kejadian cacat setelah minimal 1
bulan menjadi peserta dan minimal density rate 80%
Peserta meninggal dunia dan tidak memanuhi masa kepesertaan minimal 1 tahun
menjadi peserta dan minimal density rate 80%