Anda di halaman 1dari 11

BAB IX

KESEHATAN, KEAMANAN, DAN KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang penting dalam sebuah
perusahaan. Kesehatan merupakan keadaan atau situasi seseorang yang terhindar dari
berbagai macam penyakit baik jasmani maupun rohani. Adapun keselamatan kerja adalah
suatu keadaan di mana para pekerja terjamin keselamatannya pada saat bekerja
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan, tempat kerja, dan
lingkungannya. Jika pekerja-pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani serta di
dukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka prokduktivitas
kerja dapat ditingkatkan.

1. Kesehatan di Tempat Kerja


Kesehatan kerja adalah suatu keadaan dimana para pekerja/masyarakat pekerja
sehat jasmani dan rohani. Kesehatan perusahaan merupakan spesialisasi dalam ilmu
hygiene beserta praktiknya. Kesehatan perusahaan tersebut meliputi factor-faktor
penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan
melalui pengukuran yang hasilnya digunakan sebagai dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut. Selain itu, kesehatan kerja perusahaan mencakup pencegahan
agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya.
Penilaian suatu lingkungan perusahaan dinilai dari kondisi sanitasi dan hygiene
lingkungan perusahaan tersebut. Pada hakikatnya kesehatan kerja suatu perusahaan
meliputi dua hal sebagai berikut:
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,
baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan tenaga kerja.
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan efisiensi dan daya
prokduktivitas factor manusia dalam produksi.
Progam sanitasi higiene perusahaan dan keselamatan kerja harus mencakup
semua aspek produksi. Adapun progam higiene mencakup higiene pekerja, meliputi
aspek kesehatan umum, kebersihan, dan penampilan umum.
Tujuan utama higiene perusahaan dan keselamatan kerja adalah untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Agar tujuan tersebut tercapai
maka diberlakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Agar efisiensi pekerja dapat maksimal, pekerja melakukan kegiatannya dalam
lingkungan dan cara kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cara dan
lingkungan tersebut perlu disesuaikan berdasarkan tingkat kesehatan dan keadaan
gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Biaya atas kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum
yang jumlahnya meningkat karena pengaruh keadaan yang memburuk sangat mahal
dibandingkan dengan biaya pencegahannya. Biaya tersebut meliputi pengobatan,
perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan
dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerja, serta cacat yang menetap.

2. Kondisi Kesehatan Penyebab Rendahnya Prokduktivitas Kerja


1. Penyakit Umum
Penyakit yang paling banyak di sector pertanian, pertambangan, industri, dan lainnya.
Meliputi penyakit infeksi, penyakit endemic, dan penyakit parasit.
2. Penyakit Akibat Kerja
Antara lain dermatosis, pneumoconiosis, keracunan bahan kimia, dan gangguan mental
psikologi. Pneumoconiosis merupakan suatu penyakit saluran pernapasan (paru restriktif)
yang disebabkan oleh debu di daerah tambang. Dermatosis adalah suatu penyakit yang
menyerang organ kulit sehingga kulit mengalami inflamasi. Hal ini disebabkan oleh bahan-
bahan yang bisa menimbulkan iritasi dan alergi.
3. Kondisi Gizi
Kondisi gizi yang kurang baik karena adanya penyakit-penyakit endemis dan parasitis,
kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang remdah, dan beban
kerja yang terlalu besar.
4. Lingkungan Kerja
Keadaan suhu, kelembapan, dan gerak udara yang efektif perlu diperhatikan oleh
perusahaan.
5. Perencanaan
Perencanaan mengenai penyerasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja
sesuai dengan modernisasi yang berprinsip pada seminimal mungkin energi yang
dibutuhkan, tetapi output kerja yang maksimal pada umumnya belum diketahui.

3. Sanitasi Peralatan dan Proses Pengolahan


Sanitasi peralatan dan proses pengolahan meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Lokasi pabrik hendaknya tidak terletak pada arah angin dan sumber pencemaran.
Jarak antara sumber pencemaran dengan pabrik tidak boleh kurang dari 100 meter.
2. Bangunan pabrik harus terpisah dari pemukiman dan terbuat dari bahan yang kokoh.
3. Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik hendaknya selalu dipelihara kebersihannya.
4. Lantai, gang, tangga, dan jalan keluar/masuk ruang pengolahan harus bersih, bebas
sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli dan tidak ada air yang menggenang.
5. Kondisi lantai bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah dibersihkan.
6. Dinding, jendela, tembok, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu-lampu,
dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan harus dalam kondisi bersih.
7. Aspek pencahayaan dan ventilasi bangunan harus diperhatikan dengan baik.
8. Kamar mandi, wc, serta tempat cuci kaki dan tangan sebaiknya selalu dijaga
kebersihannya. Perlu disediakan air yang cukup, tissue/pengering, sabun, dan tempat
sampah. Wc dan kamar mandi hendaknya terletak jauh dari ruang pengolahan.

4. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Baku


Penanganan dan penyimpanan bahan baku meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Alat-alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku baik alat
utama maupun pembantu selalu dalam keadaan baik, utuh, dan bersih.
2. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang pengganggu.
3. Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak atau kemasan lainnya maka
penyimpanannnya perlu disusun dengan baik dan teratur, misalnya menggunakan rak-
rak atau palet. Pengaturan ini bertujuan untuk mempermudah pada waktu
pemeriksaan dan pemeliharaan kebersihan.
4. Tumpahan bahan baku yang tercecer pada lantai hendaknya segera dibersihkan, agar
tidak mengundang binatang maupun serangga yang tidak diinginkan.

5. Fasilitas Penggudangan
Berikut merupakan hal-hal yang harus dipenuhi agar fasilitas penggudangan
memenuhi sanitasi ruangan dan kesehatan yang baik.
1. Ruangan, dinding, bangunan, dan pekarangan bangunan di sekitar gudang harus selalu
bersih serta bebas sampah dan kotoran.
2. Barang-barang yang disimpan di gudang harus diatur dan disusun secara baik dan
teratur dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun
dengan dinding tembok.
3. Barang atau bahan baku yang telah rusak hendaknya diambil dan dipisahkan dari
barang-barang yang masih baik.

6. Peralatan dan Fasilitas Pengolahan


Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada peralatan dan fasilitas
pengolahan.
1. Kebersihan semua peralatan untuk penanganan dan pengolahan harus selalu
diperhatikan. Selain itu alat-alat tersebut dari bahan yang tidak mudah rusak.
2. Peralatan dan ruangan yang telah selesai digunakan sebaiknya dibersihkan dengan
bahan saniter. Saniter adalah senyawa kimia yang membantu membunuh bakteri dan
mokroba.
3. Ketel, wadah pencampuran, tong-tong, drum-drum dan peralatan lain dengan mulut
besar dan terbuka harus dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.
4. Semua platform harus dikontruksi dengan baik sehingga tidak menjadi sumber
kontaminasi bagi proses atau produk di bagian bawahnya.
5. Air yang digunakan untuk pencucian alat hendaknya air yang bersih dan memenuhi
persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi.

7. Pembuangan Limbah
Semakin besar skala suatu usaha maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan limbah. Penanganannya meliputi berikut ini:
1. Saluran pembuangan limbah cair harus dikontruksi dengan baik
2. Seaiknya dibuat tempat penampungan limbah sebelum limbah dibuang.
3. Jika produksi sampah/limbah cair cukup tinggi atau telah mengakibatkan gangguan
pencemaran maka disrankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.
4. Limbah dapat dimanfaatkan sebagai tambahan makanan/minuman ternak.
5. Sampah kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah yang cukup,
baik kebersihan maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah yang diproduksi.

8. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah situasi aman yang dirasakan oleh seseorang pada saat
melakukan pekerjaan. Keadaan yang tidak aman dapat menyebabkan kecelakaan dalam
lingkungan kerja. Beberapa contoh kurangnya keamanan dalam lingkungan tempat kerja
adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya penjagaan pada tempat-tempat yang berbahaya (jalan-jalan sempit,
tanggul, kawat-kawat listrik dll)
2. Penjagaan yang tidak cukup terhadap barang-barang yang berbahaya.
3. Model atau kontruksi yang tidak aman ( mesin-mesin, perlengkapan, bangunan,
fasilitas).
4. Aturan yang berbahaya lazimnya dikenal sebagai “pemeliharaan buruk”
5. Penerangan yang tidak tepat/tidak cukup/ terlalu banyak penerangan/pemilihan
warna cahaya yang salah.
6. Penganginan yang tidak aman, kumpulan uap, debu, gas-gas atau asap, system
penganginan yang kapasitasnya tidak sesuai
7. Pakaian yang tidak aman (sepatu tua, pakaian yang robek, kacamata pengaman, ikat
pinggang pengaman dll yang tidak tersedia).
Ketika berada dalam keadaan yang tidak aman maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyingkirkan segala bahaya
2. Peringatan
3. Anjuran
Cara bekerja yang aman dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Lingkungan Kerja
Agar tercipta lingkungan kerja yang aman maka harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Mengusahakan lingkungan agar memenuhi syarat lingkungan kerja yang baik
(ventilasi, penerangan, cahaya, sanitasi, suhu udara).
b. Meningkatkan pemeliharaan rumah tangga, mengenai penimbunan, pengaturan mesin,
bejana-bejana dll.
c. Memelihara keadaan gedung (memiliki alat pemadam kebakaran, pintu keluar
darurat, lubang ventilasi dan lantai yang baik).
d. Merencanakan lingkungan kerja dengan baik (pengaturan operasi dan pengaturan
tempat mesin).
e. Proses yang selamat, peralatan kerja yang cukup, pedoman pelaksanaan kerja, dan
aturan kerja.
2. Mengadakan Perawatan terhadap Mesin-Mesin dan Alat-Alat Kerja
Kurangnya perawatan terhadap mesin-mesin dan alat-alat kerja sering mengakibatkan
ancaman bagi keamanan dan keselamatan kerja. Salah satu contohnya adalah peledakan
mesin disel.
3. Manusia
Pencapain kondisi tempat kerja yang aman dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kecakapan dan kedisiplinan pekerja
b. Meningkatkan tanggung jawab terhadap pekerjaan, memperbaiki cara kerja melalui
pelatihan/pendidikan.
c. Mengadakan pemeriksaan kesehatan.
d. Menyelaraskan keadaan fisik atau kemampuan seseorang dengan bidang kerja atau
alau yang digunakan.
4. Menggunakan Alat Pelindung
Contoh-contoh alat pelindung kerja adalah helm kerja, pakaian kerja, kaca mata, sarung
tangan, sepatu kerja, dan alat pelindung pendengaran.

9. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan denga mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja mencakup proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa.
Secara umum keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang
lain yang berada di tempat kerja, dan sebagai sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien.

10.Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja


Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan, moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama. Jadi keselamatan kerja merupakan salah satu segi
penting dari perlindungan tenaga kerja.

11.Keselamata Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas


Keselamatan kerja berhubungan dengan peningkatan produksi dan produktivitas.
Produktivitas adalah perbandingan diantara hasil kerja (output) dan upaya yang digunakan
(input). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas
dasar hal-hal sebagai berikut:
1. Dengan adanya tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan
penyebab sakit, cacat, dan kematian dapat dikurangi sehingga pembiayaan yang tidak
perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan
peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien. Hal ini berhubungan dengan
tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha
dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenagaan kerja. Hal ini akan
membantu hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi
terciptanya kelancaran produksi.

12.Standard Operating Process (SOP)


Penggunaan peralatan atau mesin dalam perusahaan harus mengikuti Standard
Operating Process (SOP). Berikut merupakan beberapa SOP Penggunaan peralatan
perusahaan:
1. Keselamatan Kerja Penanggulangan Kebakaran
Standard operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan penanngulangan kebakaran
yang ditimbulkan oleh kayu, minyak, kain, kertas, gas, konslet listrik dan kecerobohan.
Resikao yang dapat ditimbulkan dari kebakaran akan menyebabkan kerugian baik materi
maupun nyawa. Pencegahan yang harus dilakukan meliputi dilarang merokok, dilarang
membawa/menggunakan korek api, dilarang menggunakan kalkulator yang tidak flame
proof.
Berikut adalah langkah-langkah kerja penanggulangan kebakaran yang harus diikuti
sesuai SOP:
a. Bila sendirian segera padamkan api dengan alat pemadam terdekat.
b. Bila berdua atau lebih maka salah seorang membunyikan alarm yang lainnya
memadamkan.
c. Bila ada korban yang terluka lakukan P3K sesuai prosedur.
d. Segera hubungi dinas kebakaran apabila tidak dapat menanggulangi kebakaran dan
sebutkan identitas, nama lokasi, serta korban.
e. Ikuti prosedur darurat dan evakuasi.

2. Keselamatan Kerja Peralatan Uap Panas Bertekanan


Standard operasi peralatan uap panas bertekanan digunakan untuk kegiatan sterilisasi,
misalnya pengalengan, sterilisasi media, peralatan gelas menggunakan suhu 121 ∘C dengan
tekanan 15 Psi.
Berikut merupakan langkah-langkah kerja yang harus diikuti untuk keselamatan kerja
dalam penggunaan peralatan uap panas bertekanan:
a. Periksa kondisi alat sehingga siap untuk dioperasikan (aliran listrik, stop kontak,
steker, panel, voltage, kabel dll).
b. Periksa kebersihan alat yang akan digunakan
c. Masukkan bahan/alat yang akan disterilisasi kedalam alat kemudian tutup dan kunci
dengan benar.
d. Pemasangan skrup pengaman yang tidak benar akan mengakibatkan uap keluar lewat
celah-celah penutup.
e. Operasikan alat sesuai prosedur.
f. Uap dan tekanan yang terbentuk pada alat dibuang dengan cara membuka saluran
pembuangan uap sampai indicator menunjukan angka 0.
g. Buka tutup dank unci dengan hati-hati
h. Gunakan sarung tangan anti panas.
i. Setelah alat dingin, alat dibersihkan dengan cara membuang dan mencuci sisa air pada
alat dan keringkan.
j. Jangan sekali-kali membuka tutup dan sekrup pengaman sebelum uap panas dan
tekanan dikeluarkan sampai manometer ke posisi 0.
3. Kesehatan Kerja Pelaksanaan Proses Pengolahan
Prosedur operasional pelaksanaan proses pengolahan yang sesuai dengan SOP adalah
sebagai berikut:
a. Bersihkan tempat kerja dan lingkungannya
b. Cuci tangan dengan air bersih sebelum melakukan pekerjaan
c. Gunakan pakaian kerja dengan lengkap yang sesuai SOP
d. Bersihkan semua peralatan yang akan digunakan
e. Sterilkan semua alat yang akan dipakai dalam oven
f. Periksa persediaan bahan meliputi bobot, volume, kesegaran, dan keutuhan
g. Lakukan proses sesuai dengan petunjuk kerja pengolahan dan proses produksi
h. Setelah proses produksi dihentikan sebaiknya tempat kerja dirawat sesuai dengan
standar pemeliharaan tempat kerja
M. Peraturan yang Mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Berikut adalah hal-hal yang menyangkut tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3):
1. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 UU No.1 Tahun 1970 Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja dan
menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.
 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan KKesehatan Kerja (K3)
Sistem manajemen K3 dinyatakan dalam UU No.13 Tahun 2003 Pasal 86 dan Pasal 87.
 Pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja., perlindungan
atas moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martbat
manusia, serta nilai-nilai agama.
 Pasal 87 menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus menerapkan sistem
manajemen K3 untuk diintegrasikan dalam sistem manajemen umum perusahaan.
Direktur pengawasan Norma K3 dari DEPNAKERTRANS mengidentifikasi dua
prioritas utama yaitu sebagai berikut:
a) Pembentukan administrasi K3 nasional yang lebih terpadu
b) Upaya mempromosikan/memasyarakatkan Sistem Manajemen K3

3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


BPJS dibedakan menjadi 2 yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS
ini memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut didasarkan pada Undang-Undang BPJS Nomor
24 Tahun 2011 Pasal 6 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf a
menyelenggarakan progam jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf b
menyelenggarakan progam:
a. Jaminan kecelakan kerja
b. Jaminan hari tua
c. Jaminan pension
d. Jaminan kematian
a. BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan progam
jaminan kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan beberapa pelayanan
sebagai berikut:
1) Penyukuhan kesehatan
2) Imunisasi dasar
3) Keluarga Berencana
4) Skrining
5) Jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga gagal ginjal
Ada beberapa pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan antara lain
pelayanan kesehatan tingkatn pertama, pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
(rawat jalan dan rawat inap), serta pelayanan lain yang ditetapkan oleh menteri.

b. BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum public yang bertanggung jawab
kepada presiden, dimana BPJS Kesehatan memberikan perlindungan kepada seluruh
pekerja Indonesia baik sector formal maupun informal dan orang asing yang bekerja di
Indonesia sekurang-kurangnya 6 bulan. Beberapa perlindungan yang diberikan BPJS
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1) Jaminan Kecelakan Kerja (JKK)
Menurut PP no.44 Tahun 2015 JKK adalah manfaat berupa uang tunai atau pelayanan
kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit
yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Beberapa manfaat JKK antara lain:
 Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan)
 Santunan berupa uang
 Progam kembali bekerja (Return to Work)
 Kegiatan promotif dan preventif
 Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) atau alat ganti (prothese)
2) Jaminan Kematian (JK)
Menurut PP No.44 Tahun 2015 adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. Progam ini memberikan manfaat
kepada keluarga tenaga kerja sebagai berikut:
 Santunan kematian : Rp 14.200.000,-
 Biaya pemakaman : Rp 2.000.000,-
 Santunan berkala : Rp 200.000,-/bulan (selama 24 bulan)
3) Jaminan Hari Tua (JHT)
JHT diatur dalam PP no.46 Tahun 2016, jaminan hari tua adalah manfaat uang tunai
yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia,
atau mengalamai cacat total tetap. Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat
diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun. Jika setelah mencapai usia 56
tahun peserta masih bekerja dan memilih menunda pembayaran JHT maka JHT
dibayarkan saat peserta berhenti bekerja. Apabila peserta meninggal dunia urutan ahli
waris yang berhak atas manfaat JHT.
4) Jaminan Pensiun (JP)
Sessauai dengan PP No.45 Tahun 2015, Jaminan pensiun adalah jaminan social yang
bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dana tau
ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun,
mengalami mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Beberapa manfaat JP
meliputi:
a) Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta. Masa iuran minimum 15
tahun yang setara dengan 180 bulan saat memasuki usia pensiun smpai dengan
meninggal dunia.
b) Manfaat Pensiun Cacat (MPC)
Berupa uang tunai yang diberikan kepada peserta (kejadian yang menyebabkan cacat
total tetap) akibat kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit
sampai meninggal dunia. MPC ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau
peserta bekerja kembali.
c) Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda yang menjadi ahli
waris (terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan) sampai dengan meninggal dunia atau
menikah lagi.
d) Manfaat Pensiun Anak (MPA)
Berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi ahli waris
peserta (maksimal 2 anak yang terdaftar dalam progam pensiun) sampai dengan usia
anak 23 tahun atau bekerja, atau menikah.
e) Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT)
Manfaat yang diberikan kepada orang tua (bapak/ibu) yang menjadi ahli waris
peserta lajang, bila masa iur peserta lajang kurang dari 15 tahun.
f) Manfaat Lumpsum
Peserta tidak berhak atas manfaat pensiun bulanan, akan tetapi berhak mendapatkan
manfaat berupa akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya apabila:
 Peserta memasuki usia pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15
tahun.
 Mengalami cacat total tetap dan tidak memenuhi kejadian cacat setelah minimal 1
bulan menjadi peserta dan minimal density rate 80%
 Peserta meninggal dunia dan tidak memanuhi masa kepesertaan minimal 1 tahun
menjadi peserta dan minimal density rate 80%

Anda mungkin juga menyukai