Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN DAN STANDAR-STANDAR MENGENAI KESELAMATAN

TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG

Oleh :
Prof. DR. Ir. Suprapto MSc.(FPE).IPM
Telp : 022. 7798393 Facs: 022. 7798392 E-mail : sprapto@attglobal.net

Abstrak

Bangunan gedung akan selamat terhadap bahaya kebakaran apabila dari sejak tahap
perencanaan telah dirancang secara cermat sistem proteksinya, dipasang secara benar pada
tahap konstruksi-nya dan dilaksanakan manajemen keselamatan secara konsisten pada tahap
pemanfaatannya. Peraturan dan khususnya standar-standar menyangkut sistem proteksi
kebakaran telah tersedia meski sosialisasi dan konsistensi penerapannya masih perlu ditingkatkan
menghadapi tuntutan yang berkembang. Melalui pendekatan STPI dapat di-identifikasi bahwa
bagian yang paling krusial yang perlu dibenahi adalah mekanisme operasional khususnya yang
menyangkut kontrol bangunan. Melalui koordinasi inter-dep atau inter-instansi maka hambatan
atau rintangan yang terjadi dapat diatasi. Implementor terdepan dalam hal ini berada pada
Pemerintah Daerah (Pemda) dengan perangkat instrumen kebijakan dan personil-nya.
Menyangkut standar diperlukan updating dari SNI-SNI yang ada disamping diperlukan penyusunan
pedoman dalam rangka membantu pemahaman masyarakat dalam menerapkan SNI..

Kata kunci : Sistem proteksi kebakaran, standardisasi, mekanisme operasional, koordinasi, update SNI

PENDAHULUAN

Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, baik menyangkut kerusakan
harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, terhentinya proses
produksi barang serta jasa, serta bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Kebakaran yang
terjadi di permukiman padat penduduk bisa menimbulkan akibat-akibat sosial, ekonomi dan
psikologi yang luas. Kebakaran di gedung tinggi sering berakibat fatal akibat sulitnya upaya
pemadaman dari luar gedung. Kebakaran di kawasan kumuh padat bisa langsung memiskinkan
penduduknya. Kebakaran hutan menimbulkan awan asap yang menimbulkan gangguan
pernapasan, dan menyulitkan pendaratan pesawat. Kebakaran di lingkungan industri dapat
mengakibatkan stagnasi usaha dan kerugian investasi. Konon harga minyak dunia yang
melambung disebabkan oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksico
dan di Mumbai, India, pertengahan tahun 2005. Kini kita merasakan dampaknya. Oleh karena itu
aspek penanggulangan kebakaran dan terutama pencegahan kebakaran baik di bangunan

1
maupun di industri merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Hal ini menjadi semakin
penting dan bersifat strategis dengan mengingat kondisi saat ini yang ditandai dengan
meningkatnya kebakaran baik secara kuantitas maupun kualitasnya, seringnya terjadi bencana
alam serta meningkatnya kecenderungan kejadian kebakaran akibat unsur kesengajaan ( arson
fire). Diperlukan peningkatan upaya penanganan kebakaran berbasis potensi bahaya dalam
rangka mencegah terjadinya dan meminimasi dampak-nya secara lebih efektif, termasuk memacu
diterapkannya standar-standar teknis proteksi kebakaran. Sejauh mana peraturan-peraturan akan
keselamatan bangunan dan standarisasi yang menyangkut proteksi kebakaran telah tersedia,
kondisi penerapan standar-standar tersebut, kendala yang dihadapi menghadapi tuntutan yang
berkembang dsb, diuraikan secara singkat dalam makalah ini.

KONSEP PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Puslitbang Permukiman, Balitbang Departemen PU
terhadap berbagai peristiwa kebakaran yang terjadi selama ini di Indonesia, maka konsep
pengamanan terhadap bahaya kebakaran mencakup :
a. Peningkatan upaya pencegahan kebakaran (fire prevention) lebih dari ketergantungan
pada upaya pemadaman kebakaran
b. Penerapan konsep sistem proteksi total artinya memiliki kelengkapan sistem aktif, pasif
dan manajemen keselamatan kebakaran (firesafety management / FSM)
c. Penerapan rancangan sistem proteksi didasarkan pada analisis potensi bahaya kebakaran
d. Pemenuhan persyaratan sesuai standar-standar proteksi kebakaran dari sejak tahap
perencanaan bangunan

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Sesuai Kepmen PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Umum Pengamanan Kebakaran pada


Bangunan dan Lingkungan dan Kepmen no 11/KPTS/2000 mengenai Manajemen Pengamanan
Kebakaran di Perkotaan maka sistem proteksi kebakaran (khususnya) pada bangunan memiliki
prinsip sebagai berikut :
(1) Sistem proteksi kebakaran harus sudah diperhitungkan dari semenjak awal tahapan
penyelenggaraan pembangunan bangunan hingga bangunan di operasikan

2
(2) Persyaratan yang harus dipenuhi mengacu kepada peraturan dan standar-standar (SNI, SKBI)
termasuk pedoman-pedoman teknis yangf berlaku
(3) Elemen-elemen sistem proteksi kebakaran mencakup sistem proteksi aktif, pasif dan
penerapan manajemen keselamatan terhadap kebakaran (FSM)

Sistem proteksi kebakaran dan peralatan atau sarana sub-sistemnya adalah sebagai berikut :
A. Sistem Aktif
a. Sistem deteksi & alarm kebakaran (konvensional atau non-konvensional)
b. Sistem pemadam basis air (sprinkler otomatis, hidran, hose-reel)
c. Sistem pemadam basis bahan kimia (APAR, pemadam khusus) yang harus
mempertimbangkan aspek keamanan lingkungan
d. Sarana penunjang operasi sistem aktif (sumber air pemadam, pompa kebakaran,
sumber daya darurat)
B. Sistem Pasif
a. Sarana jalan ke luar dan komponen-komponennya (exit sign, lighting, sumur tangga
bertekanan, pintu kebakaran, fire shutter, alat bantu evakuasi dsb)
b. Pertimbangan / pembatasan bahan mudah terbakar (combustibility)
c. Konstruksi atau struktur tahan api (fire rating) dan kompartemenisasi termasuk
komponen-nya (fire damper, fire stopping dan fire seal)
d. Sistem pengendalian & manajemen asap baik natural maupun mekanikal
C. Fire Safety Management (FSM)
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran
b. Pembentukan tim fire & emergency
c. Pembinaan dan pelatihan tim fire & emergency
d. Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP)
e. Latihan kebakaran dan evakuasi (fire & evacuation drill)
f. Penyusunan SOP pelaksanaan kerja yang aman (hot works dll)
g. Pelaksanaan fire safety audit (walk-through, preliminary, comprehensive)
h. Penetapan Pusat Kendali keadaan darurat (fire & emergency command post)
Rancangan sarana dan peralatan sistem proteksi kebakaran harus mengacu kepada ketentuan
peraturan dan standar-standar teknis yang berlaku.

3
PERATURAN DAN STANDAR-STANDAR TEKNIS
Peraturan yang harus diperhatikan menyangkut masalah keselamatan terhadap bahaya kebakaran
dan bencana umum lainnya, menurut hierarkinya adalah :
1. UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG)
2. PP nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG
3. Kepmen PU no 10/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4. Kepmen PU no 11/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis tentang Manajemen
penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
5. SNI tentang Proteksi Kebakaran (32 judul), diperlihatkan pada Tabel-1

Undang-undang no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) merupakan peraturan


payung yang memberikan landasan bagi peraturan atau ketentuan pada tingkat dibawahnya.
UUBG terdiri atas 10 bab yakni mencakup ketentuan umum, prinsip, tujuan dan ruang lingkup,
fungsi bangunan, persyaratan bangunan, proses pembangunan, peran masyarakat, pembinaan
teknis, sanksi, ketentuan peralihan dan penutup. Bagian penting dalam UUBG adalah pada Bab IV
yang mengatur mengenai persyaratan bangunan. Terdapat 2 (dua) hal utama pada persyaratan
bangunan yakni persyaratan administrasi (perizinan, status lahan, kepemilikan bangunan) dan
persyaratan teknis (persyaratan intensitas bangunan dan persyaratan kehandalan). Sedang pada
persyaratan kehandalan dicakup persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
persyaratan aksesibilitas.
Proteksi kebakaran termasuk dalam aspek keselamatan disamping gempa dan bahaya petir.
UUBG selanjutnya diuraikan secara lebih rinci menjadi 120 Pasal dan 9 Bab dalam PP no 36
Tahun 2005 tentang Peraturan pelaksanaan UU nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Setingkat dibawah UU dan PP terdapat Kepmen PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis


Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, serta Kepmen PU no
11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
Kedua Kepmen tersebut disusun sebagai acuan bagi Daerah untuk menyusun Peraturan Daerah
masing-masing mengenai proteksi kebakaran. Kedua produk hukum tersebut pada saat ini tengah
dilakukan revisi-nya.

4
Selanjutnya terdapat standar-standar dan pedoman teknis (disebut SPM untuk lingkungan Dep.
PU) mengenai proteksi kebakaran. Mengenai standar-standar proteksi kebakaran yang telah
disusun dan diberlakukan dapat dilihat pada Tabel-1.

TABEL - 1
STANDAR-STANDAR (SNI PROTEKSI KEBAKARAN

No Judul Standar No SNI


1 Perencanaan akses masuk ke bangunan SNI 03-1735-2000
2 Perencanaan sarana Jalan Ke luar SNI 03-1746-2000
3 Perencanaan sistem proteksi pasif SNI 03-1736-2000
4 Perencanaan sistem deteksi & alarm kebakaran SNI 03-3985-2000
5 Perencanaan sistem sprinkler otomatis SNI 03-3989-2000
6 Sistem pipa tegak dan slang kebakaran SNI 03-1745-2000
7 Sarana pembangkit daya listrik darurat SNI 03-XXX-2003
8 Instalasi pompa kebakaran untuk gedung SNI 03-6575-2001
9 Pemasangan alat pemadam api ringan (APAR) SNI 03-1756-1989
10 Sistem pengendalian asap pada bangunan SNI 03-6571-2002
11 Keselamatan kebakaran pada bangunan kesehatan SNI 03-7011-2004
12 Manajemen asap di bangunan mal dan atrium SNI 03-7012-2004
13 Sistem pembuangan asap (smoke venting) SK.SNI 03-XXX-2004
14 Perancangan sistem pemadam khusus jenis gas SNI 19-6772-2002
15 Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000
16 Proteksi kebakaran terhadap sambaran petir SNI 03-6552-2002
17 Penentuan Resiko kebakaran berdasarkan tingkat / karakteristik SNI 03-XXX-2003
penghunian bangunan
18 Metoda evaluasi potensi flashover SNI 03-XXX-2003
19 Proteksi bukaan pada konstruksi tahan api SNI 03-6415-2000
20 Tatacara pemasangan damper api (fire damper) SNI 03-6462-2000
21 Pasokan air untuk pemadaman kebakaran SNI no S-1-2000
22 Penanggulangan keadaan darurat SNI 03-6464-2000
23 Spesifikasi pengolah udara di dapur & ruang parkir untuk SNI 03-6420-2000
pengendalian asap kebakaran
24 Metoda uji sifat bakar bahan bangunan SNI 03-1740-1989
25 Metoda uji jalar api di permukaan bahan bangunan SNI 03-1739-1989
26 Metoda uji ketahanan api (fire resistance test) SNI 03-1741-1989

5
27 Metoda uji pintu kebakaran (fire door) SNI 03-XXX-2003
28 Metoda uji cat penghambat api SNI 03-XXX-2002
29 Proteksi kebakaran di ruang komputer SK.SNI 03-XXX-2004
30 Standar mobil pompa kebakaran (fire pumper) SNI 09-7053-2004
31 Pemeriksaan sarana proteksi kebakaran (sedang diusulkan)
32 Pedoman rancangan sistem pasif (sedang diusulkan)
Ket : XXX = tidak diketahui nomor-nya

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS PROTEKSI KEBAKARAN

Meskipun peraturan dan standar-standar telah disusun namun perkembangan dan tuntutan
kemajuan perlu senantiasa diikuti dengan mengingat antisipasi peningkatan masalah kebakaran
kedepan yang semakin kompleks menyangkut kebakaran di perkotaan, gedung tinggi, konstruksi
bawah tanah dan industri termasuk kebakaran di bangunan dan fasilitas transportasi umum
(terowongan, sarana transportasi massal cepat dsb). Sebagai implementasi dari peraturan dan
standar teknis yang menjamin kualitas produk hasil konstruksi maka beberapa hal perlu dilakukan :
a. Penyusunan Perda mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran
b. Pemberlakuan Perda dengan penegakan hukum dan sanksi yang tegas
c. Pencantuman SNI dalam Perda Kebakaran sebagai acuan persyaratan minimal yang
harus dipenuhi dalam setiap kontrol tahapan proses membangun (Gambar-2)
d. Peningkatan kinerja dan kewenangan institusi pemadam kebakaran (IPK)
e. Peningkatan peran asuransi dalam pengendalian masalah kebakaran
f. Pemberlakuan SNI wajib oleh instansi yang berwenang
g. Pencantuman SNI dalam kontrak kerja konstruksi

Namun di dalam prakteknya hal-hal yang tersebut memerlukan suatu kemauan politis ( political
will) dan kesepakatan dari berbagai pihak yang memiliki komitmen dalam penerapan
standardisasi. Pemberlakuan penggunaan SNI dalam pelaksanaan proyek pembangunan
infrastruktur strategis misalnya, pengaturan sistem insentif dan dis-insentif dalam penerapan
standar-standar keselamatan dsb, kiranya dapat memacu kearah peningkatan penerapan SNI.

6
TITIK TITIK KONTROL
DALAM PROSES MEMBANGUN

Perenca- Pemeliha-
Desain Konstruksi Operasi Demolisi
naan raan

Izin Izin
Perencanaan Izin Rehabilitasi
Mendirikan Hasil evaluasi
Status lahan, Bangunan Sertifikat
kesesuaian Kelaikan dan penaksiran
dengan master Pemenuhan Izin menyatakan
Penggunaan Hasil bahwa
plan, telah persyaratan
Bangunan pemeriksaan bangunan
memiliki Amdal sesuai standar
berkala sesuai harus di-rehab
struktur,
Hasil test & peraturan &
arsitekstur dan atau dibongkar
commissioning standar
M&E
sesuai standar

Gambar-2 Pemenuhan persyaratan sesuai standar dalam setiap proses membangun

PENINGKATAN PENERAPAN STANDAR-STANDAR TEKNIS PROTEKSI KEBAKARAN

Upaya lainnya dalam rangka peningkatan penerapan standar-standar teknis proteksi


kebakaran adalah dengan menggunakan pendekatan STPI (Science Technology and Policy
Implementation) yang mencakup unsur kebijakan, unsur peraturan dan per-undang-undangan,
unsur kelembagaan atau institusi , penyusunan atau penerapan mekanisme operasional dan
peningkatan atau penyebar-luasan pranata. Dalam model STPI ini standar dan pedoman
teknis merupakan unsur pranata.

Ditinjau dari aspek kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas produk dan jasa maka
penerapan standar-standar keselamatan merupakan suatu hal yang wajib. Dari aspek
peraturan dan per-undang-undangan maka pemberlakuan penerapan SNI dapat direalisasi
misal melalui Kep.Men atau Per. Men dari instansi terkait. Melalui peningkatan kinerja
institusi, misalnya Instansi Pemadam Kebakaran (IPK) dapat dirintis pemberlakuan
penggunaan standar-standar dan pedoman teknis yang mendukung operasionalisasi IPK

7
termasuk dalam penerapan fungsi pemeriksaan dan pemeliharaan sarana, sistem dan
peralatan proteksi kebakaran pada bangunan.

MODEL STPI
SCIENCE TECHNOLOGY POLICY
IMPLEMENTATION GBHN, RPJM, Propenas, dsb

KEBIJAKAN
UU, PP, Kepmen, Perda, SK
Gub, SK Walikota, SK Bupati dsb

PERATURAN PER-UU-AN
Instansi, dinas, sub-
dinas, kantor, UPTD, unit INSTITUSI / KELEMBAGAAN
pemadam dsb
SOP,
MEKANISME OPERASIONAL PROTAP

Standar, pedoman
PRANATA teknis, manual,
spesifikasi dsb

KEJADIAN KEBAKARAN & BENCANA LAINNYA

Gambar-3 Pendekatan model STPI dalam meng-analisis kondisi

Apabila hal ini masih sulit maka melalui mekanisme operasional yang melibatkan banyak
institusi, misal dalam bentu Prosedur Tetap (Protap) yang disahkan oleh Pimpinan Daerah
(Gubernur / Walikota / Bupati) dapat saja suatu standar atau pedoman teknis diberlakukan.
Tidak kalah penting dalam hal ini adalah peningkatan sosialisasi standar-standar dan
pedoman teknis agar lebih memasyarakat. Adanya Protap yang didukung oleh berbagai
instansi, badan, lembaga dan asosiasi terkait yang ter-koordinasi akan memberikan akses
lebih prospektif terhadap penerapan standar-standar dan pedoman teknis yang telah disusun.

8
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

1. Konsep proteksi kebakaran meliputi peningkatan sistem pencegahan kebakaran,


penerapan sistem proteksi total, rancangan sistem berbasis potensi bahaya dan
pemenuhan persyaratan sesuai dengan ketentuan dan standar-standar proteksi
kebakaran dari sejak tahap perencanaan bangunan.
2. Peraturan dan standar-standar teknis proteksi kebakaran perlu lebih disosialisasikan dan
dipromosikan dalam setiap pelaksanaan lapangan
3. Sebagai implementasi dari peraturan dan standar teknis yang menjamin kualitas produk
hasil konstruksi maka perlu dilakukan penyusunan dan pemberlakuan Perda Kebakaran
dimana standar / SNI dicantumkan sebagai acuan dalam persyaratan minimal yang harus
dipenuhi dalam setiap kontrol proses membangun.
4. Dalam rangka peningkatan penerapan standar-standar proteksi kebakaran maka dapat
dilakukan melalui pemberlakuan SNI dalam kegiatan konstruksi lewat Kep.Men atau
Per.Men PU, melalui peningkatan peran dan kewenangan IPK, dan melalui mekanisme
operasional / Protap.
5. Dengan mengingat waktu disusunnya SNI Kebakaran yang umumnya tahun 2000,
diperlukan revisi dan updating mengenai standar-standar tersebut.
:
REFERENSI
1. Badan Standardisasi Nasional (2000) ,” SNI-SNI tentang Proteksi Kebakaran,” Jakarta
2. Biro Hukum Pemerintahan DKI, Jakarta (1985),” Kompilasi SK. Gubernur KDKI tentang
Protap-protap dalam rangka Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di DKI,”.
3. Custer, RLP & Meacham, B.J (2001),” Introduction to Performance-based Fire Safety,”
NFPA, Quincy, MA.
4. DKI, Jakarta (1992),” Peraturan Daerah (Perda) no 3 Tahun 1992 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran dalam Wilayah DKI Jakarta,”
5. Departemen PU (2000) ,” Keputusan Menteri PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan
6. Friedman, Raymond (1998),” Principles of Fire Protection Chemistry and Physics ,”
National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA, USA

9
7. Hunt, G (2004),” Australia’s Performance-based Building Regulatory System ,” APEC Fire
Safe use of Timber Seminar, Asia pacific Economic Cooperation, Wellington, New
Zealand, 24-26 th May, 2004.
8. KEPMENEG PU no 10 / KPTS / 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan
9. KEPMENEG PU no 11 / KPTS / 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Pengamanan
Kebakaran di Perkotaan
10. PP nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nonor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
11. Suprapto (2003),” Sistem Proteksi Kebakaran dan Antisipasi Tantangan Pembangunan
Perkotaan Masa Depan,” Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Jakarta, Agustus, 2003.
12. Patterson, James (1995),” Simplified Design for Building Firesafety,” John Wiley & Sons
13. Puslitbang Permukiman (2004),” Laporan Akhir Kajian tentang Kebakaran Besar di
Indonesia,” Proyek Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Tahun 2004
14. Suprapto dan Nugraha, B.R (1997) ,” Tinjauan mengenai riset kebakaran di Indonesia,”
Seminar Manajemen dan Teknologi Proteksi Kebakaran, Jakarta, 5-6 September 1997,
diselenggarakan oleh Inkindo-DKI, Jakarta.
15. Suprapto (2003),” Sistem Proteksi Kebakaran dan Antisipasi Tantangan Pembangunan
Perkotaan Masa Depan,” Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama, Jakarta, Agustus, 2003.
16. Suprapto (2005),” Peran Iptek dalam Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran,” Seminar Nasional Peran Iptek dalam Pembangunan Nasional, Universitas
Pandanaran, Semarang, 10 September 2005
17. Suprapto (2006),” Perkembangan Teknologi Proteksi Kebakaran & Rancangan Perda DKI
tentang Penanggulangan Kebakaran,” Seminar DPP Inkindo DKI dan Masyarakat Profesi
Proteksi Kebakaran Indonesia (MP2KI), Jakarta, 28 Maret 2006.
18. UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Bandung, 10 Mei 2009


Puslitbang Permukiman., Dep. PU

10

Anda mungkin juga menyukai