Anda di halaman 1dari 24

 

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

  BAB II

  TINJAUAN PUSTAKA

 
2.1 Bangunan Gedung
 
Bangunan gedung merupakan hasil wujud dari pekerjaan konstruksi yang
 
berada di atas tanah dan/atau air, yang dapat digunakan sebagai tempat manusia
  melakukan aktivitas atau kegiatannya. Terdapat beberapa fungsi dari bangunan
gedung
  yaitu sebagai tempat hunian, tempat berwirausaha, tempat keagamaan dan
sosial budaya serta tempat dengan fungsi khusus. Bangunan gedung tersebut harus
 
dibuat kokoh, aman dan nyaman agar mendukung tercapainya tujuan-tujuan dan
 
terlaksananya fungsi-fungsi pokok organisasi pemakai atau pengguna bangunan
secara optimal.

2.1.1 Komponen Bangunan Gedung


Berikut klasifikasi mengenai komponen yang terdapat pada bangunan
gedung dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Komponen Bangunan

Struktur Arsitektur Mekanikal dan Elektrikal Plambing

 Balok  Sistem Tata Udara  Sistem Instalasi


 Kolom  Dinding Air Bersih
 Sistem Transportasi
 Pelat Lantai  Pelapis Dinding  Sistem Instalasi
Gedung
 Tangga  Penutup Lantai Air Kotor
 Sistem Pencegah dan
 Pondasi  Penutup Atap  Sistem Instalasi
Pemadam Kebakaran
 Jendela Air Limbah
 Sistem Instalasi
 Pintu  Alat Sanitasi
Listrik
 Kusen
 Sistem Komunikasi

Gambar 2.1 Komponen Bangunan Gedung


(Sumber: Permen PU No. 24 Tahun 2008)

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  6
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.1.2
  Persyaratan Bangunan Gedung
Salah satu persyaratan bangunan yang harus dipenuhi adalah persyaratan
 
rencana kerja dan syarat sesuai dengan fungsi bangunan. Persyaratan teknis
 
berupa persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Dalam
Undang-Undang
  Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung menjelaskan

  bahwa persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi:


 Keselamatan
 
Persyaratan keselamatan meliputi bangunan gedung yang stabil dan kokoh
 
dalam menahan beban muatan yang dihitung berdasarkan fungsi bangunan
  gedung dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban

  muatan hidup dan beban muatan mati, serta mampu mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran melalui sistem proteksi kebakaran pasif
dan aktif dan mampu memberi keamanan terhadap bahaya petir melalui
sistem penangkal petir.
 Kesehatan
Persyaratan kesehatan pada bangunan meliputi sistem penghawaan yang
dibutuhkan sebagai kebutuhan sirkulasi udara melalui ventilasi alami atau
ventilasi buatan, sistem pencahayaan yang perlu disediakan melalui
pencahayaan alami dan pencahayaan darurat, dan sistem sanitasi yang perlu
disediakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan pembuangan air kotor
atau limbah agar tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.
 Kenyamanan
Persyaratan kenyamanan meliputi kenyamanan ruang gerak merupakan
tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang,
hubungan antar ruang untuk kenyamanan sirkulasi antar ruang dalam
bangunan tersebut, kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban ruangan, serta
tingkat getaran dan tingkat kebisingan yang ditentukan oleh suatu keadaan
dimana pengguna bangunan tidak terganggu oleh getaran atau kebisingan
yang timbul baik dari dalam bangunan maupun lingkungannya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  7
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
  Kemudahan
Persyaratan kemudahan pada bangunan meliputi tersedianya fasilitas dan
 
aksesbilitas yang mudah, aman dan nyaman untuk masuk dan keluar gedung
 
termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia serta kelengkapan prasarana
  dan sarana seperti penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang

  ganti, ruang bayi, toilet/wc, tempat parkir serta fasilitas komunikasi dan
informasi.
 

 
2.1.3 Daur Hidup Bangunan Gedung
  Setiap komponen yang berada di dalam bangunan gedung akan mengalami
  penurunan mutu dan kualitas disepanjang masa pakainya. Penurunan kualitas dan
perbaikan yang terjadi berulang-ulang dimulai dari awal pemakaian hingga masa
kadaluarsanya sering disebut siklus hidup bangunan.
Siklus hidup bangunan di mulai dari tahap perancangan, tahap pelaksanaan
konstruksi, masa pemeliharaan dan yang terakhir tahap pemeliharaan/perawatan
seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tahap pemeliharaan dan perawatan bangunan
dilakukan untuk setiap komponen yang terdapat pada bangunan tersebut sampai
dengan umur bangunan yang telah direncanakan. Pada setahun pasca konstruksi
pemeliharaan dan perawatan dilakukan oleh kontraktor sebagai tahap
pemeliharaan dan perawatan. Setelah lebih dari satu tahun, pemeliharaan dan
perawatan akan dilakukan oleh pemilik bangunan dengan metode kerja dan
anggaran biaya yang terencana. Sehingga dalam masa pakainya, bangunan gedung
tersebut akan terjaga keandalannya agar tetap laik fungsi.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  8
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.2 Daur Hidup Bangunan Gedung

2.2 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Menurut The Committe on Building Maintenance, pemeliharaan bangunan
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dan memperbaiki
fasilitas yang tersedia dalam suatu bangunan agar tetap sesuai dengan standar yang
berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut.
Pemeliharaan bangunan sangat penting untuk menjaga kondisi bangunan agar tetap
terjaga dalam kondisi optimal sesuai dengan rencana.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  9
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.2.1
  Maksud dan Tujuan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Menurut Sjafei Amri, ST., Dipl. E.Eng (2006) menyebutkan bahwa maksud
 
dari pekerjaan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kualitas suatu
 
komponen konstruksi pada bangunan, sedangkan perawatan atau perbaikan adalah
untuk
  mencegah penurunan mutu serta mengembalikannya pada kondisi semula.

  Selain itu, ada pula tujuan dari pekerjaan pemeliharaan dan perawatan ini adalah
untuk mengupayakan tercapainya umur pakai rencana komponen bangunan serta
 
meningkatkan fungsi serta kekuatan bangunan.
 

  Konsep Dasar Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


2.2.2
  Konsep dasar dari kegiatan pemeliharaan dan perawatan adalah sebagai
berikut:
1. Suatu konstruksi atau bahan akan mengalami penurunan kualitas sesuai
dengan waktu maksimum yang akan dicapai konstruksi atau bahan tersebut.
2. Pemeliharaan direncanakan sesuai dengan spesifikasi bahan yang digunakan
dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi bahan
tersebut selama masa pakainya.
3. Kurangnya pemeliharaan dapat meningkatkan kerusakan bahan atau
komponen konstruksi.
4. Pemilihan mutu bahan dan metode pelaksanaan yang tepat dapat mengurangi
interval jadwal pemeliharaan karena bahan atau konstruksi tersebut memiliki
umur pakai yang lebih panjang.
5. Pekerjaan perbaikan hanya dapat dilakukan apabila telah dilaksanakan
identifikasi kerusakan sehingga didapatkan penyebab dari kerusakan tersebut.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  10
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.2.3
  Lingkup Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
A. Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung
 
Pekerjaan pemeliharaan yaitu meliputi jenis pembersihan, pemeriksaan,
 
perbaikan dan penggantian perlengkapan bangunan gedung berdasarkan
  pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.

   Arsitektural
Lingkup pemeliharaan komponen arsitektural yaitu meliputi
 
pemeliharaan sarana dan prasarana bagi penghuni bangunan, pemeliharaan
 
lingkungan sekitar bangunan agar tetap bersih, pemeliharaan perlengkapan
  ornamen arsitektural dan dekorasi.
  a. Plafon
Plafon adalah bagian konstruksi yang merupakan lapis pembatas
antara rangka bangunan dengan rangka atapnya. Plafon juga biasa
disebut langit-langit yang merupakan bidang atas bagian dalam
ruangan bangunan. Fungsi dari plafon adalah melindungi ruangan dari
rembesan air yang masuk dari atap dan juga sebagai isolasi panas yang
datang dari atap. Plafon untuk ruangan pada umumnya menggunakan
papan gypsum, tripleks, metal dan kayu. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 24 Tahun 2016 menyatakan bahwa langit-langit pada
rumah sakit harus kuat, memiliki warna terang, mudah dipelihara dan
dibersihkan, tidak mengandung unsur yang membahayakan pasien
dan tidak mudah berjamur. Tinggi langit-langit untuk ruangan
minimal 2,8 meter dan untuk selasar (koridor) minimal 2,4 meter.
b. Lantai
Lantai adalah bagian dasar dari sebuah ruang yang memiliki
peranan penting untuk ruangan tersebut. Fungsi lantai adalah
menunjang aktivitas dan membentuk karakter suatu ruangan. Lantai
harus terbuat dari bahan yang tahan lama, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, mudah dibersihkan dan berwarna netral. Pada lantai rumah
sakit tidak menggunakan lapisan permukaan lantai yang memiliki
nilai porositas tinggi yang dapat menyimpan debu. Pada umumnya
lantai ditutupi oleh keramik, tetapi untuk fungsi tertentu ada beberapa

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  11
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
yang menggunakan kayu, batu dan marmer. Pada bangunan rumah
sakit, lantai dengan ruangan yang memiliki tingkat kebersihan yang
 
tinggi maka pertemuan antara lantai dengan dinding dibuat
 
melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai (hospital plint).
  Selain itu, pada ruangan yang terdapat peralatan medik dengan

  muatan listrik yang sangat besar, lantai pada ruangan tersebut harus
dapat menghilangkan muatan listrik dari peralatan tersebut sehingga
 
tidak membahayakan petugas kesehatan
 
c. Pintu dan Jendela
  Pintu dan jendela adalah sebuah bukaan pada dinding/bidang yang
  memudahkan sirkulasi antar ruang-ruang yang dilingkupi oleh
dinding tersebut. Pintu berfungsi sebagai jalan keluar masuknya
manusia atau barang. Sedangkan jendela berfungsi sebagai jalan
keluar masuknya cahaya matahari kedalam ruangan untuk membantu
sirkulasi udara. Sistem pencahayaan alami pada rumah sakit harus
direncanakan sesuai fungsi ruangan tersebut dengan
mempertimbangkan efisiensi, hemat energi dan penempatan yang
tidak menimbulkan silau pada mata atau pantulan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.24 Tahun 2016
menyebutkan bahwa pintu utama dan pintu yang dilalui tempat tidur
pasien memiliki lebar bukaan minimal 120 cm dan pintu yang tidak
dilalui tempat tidru pasien memiliki lebar bukaan 90 cm. Disekitar
pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai dan tidak
boleh ada ram. Pada pintu kamar mandi harus dibuat terbuka ke luar
dan lebar, daun pintu minimal 85 cm.
d. Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
sebagai pembatas ruang. Dinding bangunan dapat dibuat dari
beberapa jenis material sesuai kebutuhan antara lain: dinding batu
bata, dinding batu alam, dinding kayu dan dinding beton. Pada
umumnya untuk bangunan gedung pencakar langit jenis material yang
digunakan adalah dinding beton. Dinding dibuat bertujuan untuk

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  12
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
melindungi manusia atau harta benda terhadap gangguan dari luar
seperti: sinar matahari, isolasi terhadap suhu, air hujan, dan hembusan
 
angin. Selain itu, dinding juga dapat berfungsi untuk penahan
 
kebisingan antar ruang dan penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu
  khususnya rumah sakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 24

  Tahun 2016 menyebutkan bahwa dinding yang digunakan untuk


rumah sakit dibuat rata, tidak berpori, kedap air, tahan api, tahan karat,
 
mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur. Pada area yang
 
membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi pertemuan antar dinding
  dibuat melengkung untuk memudahkan pembersihan. Serta pada
  ruangan yang berkaitan dengan bahan kimia atau mudah terbakar
maka dinding tersebut harus dibuat dari bahan yang mempunyai
Tingkat Ketahanan Api minimal 2 jam dan tahan terhadap bahan
kimia. Untuk ruangan yang memiliki tingkat kebisingan tinggi seperti
ruang pompa atau ruang mesin genset, maka dinding harus terbuat dari
bahan yang kedap suara.
Dinding terdiri dari dua macam yaitu dinding interior dan dinding
exterior. Dinding interior adalah dinding yang digunakan sebagai
penyekat ruangan, sedangkan dinding exterior adalah dinding yang
letaknya diluar ruangan berfungsi sebagai pelindung terhadap bahaya
gangguan luar. Dinding exterior harus dibuat lebih kuat dibandingkan
dinding interior, karena dinding exterior akan mengalami kontak
langsung dengan kondisi lingkungan disekitar.

 Mekanikal dan Elektrikal


Lingkup pemeliharaan komponen mekanikal yaitu melakukan
pemeriksaan sistem tata udara agar penghawaan pada setiap ruangan
didalam gedung tersebut memenuhi persyaratan, serta air untuk sistem
pemadam kebakaran, melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi
gedung.
Lingkup pemeliharaan komponen elektrikal yaitu melakukan
pemeriksaan perlengkapan pembangkit daya listrik, melakukan

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  13
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
pemeriksaan instalasi listrik dan penerangan, melakukan pemeriksaan,
serta melakukan pemeriksaan jaringan tanda bahaya.
 
a. Air Conditioner (AC)
 
Pengkondisian udara di dalam gedung rumah sakit mempunyai
  peranan penting terhadap kenyamanan dan keselamatan penghuninya

  terutama untuk pasien yang mengidap beberapa penyakit. Perbedaan


yang paling mendasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakir
 
dengan jenis bangunan lain yaitu kebutuhan untuk membatasi
 
pergerakan udara di dalam dan luar rumah sakit; persyaratan khusus
  ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan menghilangkan
  kontaminasi dalam bentuk bau, mikroorganisme, virus dan zat kimia
berbahaya lainnya; dan kelembaban udara setiap ruangan berbeda
disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut. Air conditioner atau yang
sering disebut AC adalah alat pendingin yang dapat mensirkulasikan
udara di dalam ruangan. Selain itu AC juga berfungsi mengatur
kelembaban dan memperlancar distribusi oksigen agar mempunyai
komposisi ideal bagi pernafasan manusia. Pemilihan jenis AC
dilakukan dengan memperhatikan fungsi ruangan dan ukuran
ruangan. Pada umumnya jenis AC yang digunakan adalah AC Split.
AC split yaitu AC yang evaporator dan kondensornya berada pada 2
mesin yang berbeda. Mesin evaporator terletak di dalam ruangan
sedangkan mesin kondensor terletak di luar ruangan.
b. Kipas Angin
Kipas angin pada ruangan berfungsi sebagai penyegar udara di
dalam ruangan dan dapat meningkatkan sirkulasi udara untuk
meningkatkan kenyamanan pada sebuah ruangan. Kipas angin ini
merupakan alat penyegar tradisional yang sistem kerjanya hanya
menggunakan listrik. Motor listrik yang terdapat didalam kipas angin
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi tenaga penggerak
yang akan memutar baling-baling kipas. Putaran baling-baling kipas
tersebut akan menghasilkan udara yang telah tersirkulasi sehingga

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  14
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
ruangan yang terdapat kipas angin udaranya akan lebih segar dan
bersih.
 
c. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
 
Alat pemadam api ringan atau APAR merupakan alat yang
  digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran.

  Pada umumnya alat pemadam api ringan ini berbentuk tabung yang
diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Jenis alat
 
pemadam api ringan di sesuaikan dengan klasifikasi bahaya
 
kebakaran yang telah ditentukan. Alat ini merupakan peralatan yang
  wajib dimiliki pada setiap bangunan untuk keselamatan para
  pengguna bangunan tersebut. Menurut Pedoman Teknis Prasarana
Rumah Sakit untuk Sistem Proteksi Kebakaran Aktif menyebutkan
bahwa jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari setiap
titik didalam bangunan tidak lebih dari 25 meter. Selain itu setiap
ruangan pada bangunan rumah sakit harus dilengkapi minimal sebuah
alat pemadam api ringan berukuran 2kg sesuai klasifikasi ruangan.
d. Generator Set (Genset)
Genset atau generator set merupakan suplai cadangan listrik yang
dapat membantu ketika terjadi pemadaman catu daya utama (PLN)
terjadi. Sistem kerja genset ini otomatis, sehingga apabila pada suatu
waktu terjadi padam listrik, genset ini akan otomatis menyala dan
berfungsi sebagai sumber listrik. Genset ini seringkali ditemukan pada
bangunan gedung rumah sakit dan industri yang membutuhkan
pasokan daya tinggi.
e. Lampu
Lampu merupakan sumber utama penerangan buatan pada
ruangan. Lampu tersebut dapat menjadi pendukung manusia dalam
menjalani aktivitasnya di dalam ruangan. Dalam operasinya lampu
menggunakan listrik sebagai sumber utamanya. Pada lampu rumah
sakit terutama pada ruangan-ruangan yang membutuhkan tingkat
kebersihan tinggi maka lampu tersebut dipasang tertanam pada plafon.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  15
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
f. Stop Kontak dan Saklar
Stop kontak berfungsi sebagai tempat sumber tegangan listrik
 
sedangkan saklar berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
 
rangkaian listrik. Keduanya merupakan komponen instalasi listrik
  yang selalu digunakan pada ruangan-ruangan.

   Plambing
  Lingkup pemeliharaan komponen plambing yaitu melakukan

  pemeriksaan dan pembersihan sistem distribusi air bersih, sistem distribusi


air kotor dan alat sanitasi.
 
a. Instalasi Saluran Air Bersih
 
Instalasi pipa air bersih pada bangunan tinggi berfungsi untuk
mengalirkan air bersih ke seluruh bagian gedung. Pada umumnya
instalasi air bersih menggunakan pompa untuk menyalurkan air ke
tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah.
Air bersih merupakan suatu kebutuhan primer yang sangat
dibutukan dalam setiap kegiatan di rumah sakit. Oleh karena itu,
kualitas dan kuantitas dari air bersih tersebut perlu diperhatikan agar
tidak menimbulkan penyakit baru terhadap pasien, pengunjung
pasien, dokter maupun karyawan rumah sakit tersebut. Oleh karena
itu, perancangan instalasi air bersih pada rumah sakit harus memenuhi
debit air dan tekanan minimal yang telah disyaratkan. Selain itu, bak
penampung air bersih pada rumah sakit diupayakan sedemikian rupa
agar tetap menjaga kualitas air agar tetap baik.
Pengolahan air bersih pada rumah sakit dilakukan dengan
pengawasan secara terus menerus untuk melindungi kualitas air bersih
agar tetap aman dan mencegah terjadinya penurunan kualitas yang
dapat membahayakan kesehatan. Kegiatan pengawasan kualitas
dilakukan sebagai berikut:
1. Inspeksi sanitasi yaitu kegiatan untuk melakukan pemeriksaan
keadaan atau kondisi air beserta sarananya. Pemeriksaan ini
memberikan infomarsi bagaimana keadaan di lapangan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  16
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2. Pengambilan sampel yaitu kegiatan untuk mengetahui keadaan
air secara detail dengan memeriksakannya pada laboratorium
 
terdekat untuk mengetahui bau, rasa, kekeruhan, suhu
 
air,kejernihan, Ph, dan sisa chlor.
  3. Pencatatan analisis yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjadi

  tolak ukur keadaan air tersebut apakah terjadi penyimpangan atau


telah sesuai dengan standar yang berlaku.
 
Jenis distribusi air bersih didistribusikan secara horizontal dan
 
vertikal. Jenis distribusi tersebut teridir dari berbagai macam seperti
  berikut:
  1. Sambungan langsung dari sumber
Distribusi ini melakukan sambungan langsung dari sumber
menuju alat sanitasi. Pipa induk yang digunakan diberi tekanan
untuk mendistribusikan air ke seluruh gedung rumah sakit.
2. Sambungan langsung dan booster
Distribusi ini tidak jauh berbeda dengan sambungan langsung
dari sumber, hanya saja pada distribusi ini menggunakan alat
bantu booster yang akan memberi tekanan sangat besar agar
memudahkan pendistribusian air. Untuk sistem ini merupakan
kombinasi antara pompa dan booster.
3. Sistem Reservoir
Sistem reservoir ini pada umumnya seringkali digunakan pada
gedung-gedung bertingkat. Pada sistem ini air dari sumber
dipompakan menuju reservoir lalu ditampung selanjutnya
didistribusikan menuju alat sanitasi tiap ruangan dengan bantuan
gravitasi. Tangki yang digunakan arus kedap air, tahan korosi dan
anti serangga.
b. Instalasi Saluran Air Limbah
Air limbah rumah sakit adalah air buangan yang berasal dari proses
kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak dapat digunakan kembali.
Air limbah yang berasal dari buangan rumah sakit merupakan salah
satu sumber pencemaran air yang sangat potensial karena air limbah

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  17
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
tersebut mengandung senyawa organik yang sangat tinggi sehingga
dapat menimbulkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya.
 
Secara umum, air limbah rumah sakit mengandung buangan kotoran
 
pasien, buangan alat kesehatan bekas pasien, bahan buangan
  laboratorium yang mengandung bahan kimia, dan sisa makanan

  dapur. Oleh karena itu, air limbah rumah sakit diperlukan pengolahan
khusus agar air limbah yang tersebar di lingkungan masyarakat telah
 
memenuhi persyaratan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
 
bahaya penyakit.
  Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit terbagi menjadi 2 jenis
  limbah yaitu sebagai berikut:
1. Limbah Domestik yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan di
luar medis yang berasal dari dapur, buangan kamar mandi serta
kegiatan pengunjung pasien dan karyawan perkantoran.
Penyimpanan limbah ini menggunakan tempat sampah berplastik
hitam.
2. Limbah Medik yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan medis
rumah sakit terutama kegiatan dalam penyembuhan pasien.
Limbah ini terdiri dari dua jenis yaitu limbah padat dan limbah
cair. Limbah ini berbahaya sehingga dalam pengolahannya
diperlukan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan.
Pengolahan air limbah rumah sakit diolah dan diproses pada satu
unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengelolaan air limbah
tersebut dilakukan pada bak penampung yang dibuat untuk mengelola
air limbah agar tidak mencemari lingkungan dan tidak berbahaya.
Berikut dapat dilihat pada Gambar 2.3 diagram pengelolaan air limbah
rumah sakit.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  18
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

  Gambar 2.3 Diagram Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit


(Sumber: https://www.google.co.id/search?q=diagram+pengelolaan+limbah+rumah+sakit )
 

Terdapat beberapa perbedaan antar pengolahan air limbah rumah


sakit dengan pengolahan air limbah gedung pada umumnya. Pada
rumah sakit terdapat limbah yang bersifat pencemar lingkungan.
Sehingga perlu dilakukan pengolahan secara tepat agar air limbah
tersebut tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.

B. Lingkup Perawatan Bangunan Gedung


Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian
komponen bangunan serta sarana prasarana bangunan.
 Rehabilitasi
Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang
mengalami rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi
tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap
dipertahankan seperti awal semula, sedang utilitas dapat berubah.
 Renovasi
Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang
mengalami rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan fungsi
tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun
utilitas bangunannya.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  19
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

   Restorasi
Memperbaiki dan/atau mengganti komponen bangunan yang
 
mengalami rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan fungsi
 
tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan
  arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat
  berubah.

 
2.2.4 Klasifikasi Jenis Kerusakan
 
Menurut Ditjen Cipta Karya (2006) dalam jurnal Kristianto Usman
(2009:159)
  menyebutkan bahwa klasifikasi identifikasi komponen terbagi
  menjadi 3 kondisi atau keadaan yaitu rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat.
Klasifikasi kerusakan pada bangunan untuk kerusakan komponen arsitektur dan
kerusakan komponen utilitas sebagai berikut :
1. Kerusakan Arsitekur
 Rusak ringan yaitu kerusakan yang dialami komponen dengan tidak
mengganggu fungsi dari segi arsitektur bangunan tersebut serta tidak
menimbulkan gangguan dan bahaya kepada penghuni bangunan. Contoh:
cat yang mengelupas.
 Rusak sedang yaitu kerusakan yang dialami komponen dan dapat
menggangu fungsi arsitektur yaitu mengurangi kenyamanan dan estetika
pada bangunan tersebut. Contoh: pecah pada kaca jendela dan pintu yang
rusak.
 Rusak berat yaitu kerusakan pada komponen yang sangat menggangu
fungsi arsitektur bangunana serta menghilangkan rasa nyaman dan nilai
estetika dari bangunan tersebut.

2. Kerusakan Utilitas
 Rusak ringan yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen
yang tidak mengakibatkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen
utilitas bangunan tersebut. Contoh: kerusakan pada instalasi listrik yaitu
tidak berfungsinya salah satu lampu pada suatu ruangan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  20
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

   Rusak sedang yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen
yang mengakibatkan gangguan dan mengurangi fungsi utilitas bangunan
 
tersebut. Contoh: kerusakan pada instalasi telepon sehingga menyebabkan
 
matinya saluran telepon pada ruangan tersebut.
   Rusak berat yaitu rusak atau tidak berfungsinya suatu bagian komponen

  utilitas yang mengakibatkan gangguan sangat berat atau mengakibatkan


tidak berfungsi seluruh komponen utilitas.
 

 
2.2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung
  Menurut Sjafei Amri, ST., Dipl. E.Eng (2006) bangunan mulai dari awal
  perencanaan, pelaksanaan hinga dengan masa penggunaannya akan mengalami
kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor Umur Bangunan
2. Faktor Kondisi Tanag dan Air Tanah
3. Faktor Angin
4. Faktor Gempa
5. Faktor Longsor
6. Faktor Kebakaran
7. Faktor Petir
8. Faktor Kualitas Bahan
9. Faktor Hama
10. Faktor Kualitas Perencanaan
11. Faktor Kesalahan Pelaksanaan
12. Faktor Perubahan Fungsi dan Bentuk Bangunan

2.2.6 Jenis Pemeliharaan Bangunan Gedung


Pekerjaan pemeliharaan dapat dilakukan ke dalam dua kondisi, yaitu:
1. Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance)
Pekerjaan yang dilakukan secara terorganisis untuk mengantisipasi
kerusakan yang terjadi. Pekerjaan ini dibagi menjadi dua kategori:

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  21
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
a. Pencegahan (Preventive)
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
 
kerusakan yang tidak terduga dan tidak terprediksi serta menentukan
 
kondisi atau keadaan yang menyebabkan suatu komponen mengalami
  kerusakan sehingga tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

  Pemeliharaan ini telah direncanakan dan akan dilakukan secara rutin atau
berulang untuk setiap jangka waktu tertentu. Kegiatan ini biasanya berupa
 
inspeksi, pembersihan, pelumasan untuk peralatan-peralatan dan
 
sebagainya.
  b. Korektif (Corrective)

  Pemeliharaan ini dilakukan untuk rencana jangka pendek, termasuk


reparasi minor, misalnya untuk perawatan tahunan. Pemeliharaan ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi dari utilitas dan fasilitas
bangunan

2. Pemeliharaan Tanpa Perencanaan


Pekerjaan ini dilakukan apabila diperlukan untuk mencegah akibat yang
lebih besar, misalnya pemeliharaan untuk kerusakan besar peralatan atau
keselamatan kerja. Pekerjaan ini dibagi menjadi 3 kategori:
a. Servis
Merupakan kegiatan pemeliharaan kebersihan yang dilakukan secara
rutin dengan interval waktu tertentu dan biasanya disebut dengan
pemeliharaan harian.
b. Perbaikan
Merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal usia gedung yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, ketidaksesuaian komponen, kerusakan
pada saat instalasi dan kesalahan pemasangan.
c. Penggantian
Merupakan kegiatan yang tidak bisa dihindari karena kondisi layan
material yang menurun pada tingkat yang berbeda.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  22
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.2.7
  Program Kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Beberapa program pemeliharaan dan perawatan dilakukan agar umur
 
bangunan sesuai dengan yang telah direncanakan. Program tersebut dilakukan
 
sebagai berikut:
1.
  Pengujian

  Pengujian harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi


komponen bangunan, karena pada sepanjang pemakaiannya setiap komponen
 
bangunan pasti akan mengalami penurunan kualitas yang disebabkan
 
beberapa faktor. Setiap komponen memiliki interval pengujian yang berbeda-
  beda sesuai dengan perhitungan yang telah direncanakan. Data pengujian ini

  akan berpengaruh pada pelaksanaan berikutnya yaitu pengkajian dan


penelitian.
2. Pengkajian dan Penelitian
Pekerjaan pengkajian dan penelitian ini dilakukan apabila terjadi hal yang
menyimpang dari perencanaan awal yang ditentukan berdasarkan hasil uji.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui penyebab dari kerusakan yang
terjadi. Berdasarkan penyebab kerusakan yang terjadi, kemudian dilakukan
penyusunan rencana pemeliharaan untuk mengurangi kerusakan yang terjadi.
Selain itu, apabila diperlukan peningkatan fungsi bangunan dilakukan
penyusunan upaya perbaikan dan perkuatan.
3. Pemeliharaan
Pekerjaan pemeliharaan merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam
upaya menjaga agar setiap komponen yang terdapat di dalam bangunan sesuai
memiliki umur sesuai yang telah direncanakan. Pekerjaan ini dilakukan
secara rutin dan berkala sepanjang umur bangunan, dengan ada atau tidaknya
kerusakan pada bangunan.
4. Perbaikan
Pekerjaan perbaikan dilakukan apabila terjadi penyimpangan dari rencana
semula, baik akibat kesalahan pada saat perencanaan, pelaksanaan,
kurangnya pemeliharaan dan bencana alam. Dalam pelaksanaan perbaikan
perlu adanya pemilihan metode kerja yang tepat dengan mempertimbangkan
aspek ekonomi.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  23
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
5.
 
Perkuatan
Pekerjaan perkuatan dilakukan apabila komponen bangunan tidak
 
berfungsi sesuai yang direncanakan sehingga diperlukan perkuatan agar
 
komponen tersebut dapat kembali sesuai dengan fungsinya. Perkuatan
  tersebut harus dipertimbangkan secara matang agar tidak merusak atau

  mengubah perilaku struktur yang telah ada.

 
2.3 Metode Kerja Pemeliharaan dan Perawatan
 
2.3.1 Metode Kerja Pemeliharaan
 
a. Pemeriksaan Komponen
  Pemeriksaan komponen atau sering kali disebut dengan inspeksi adalah
kegiatan pemeliharaan rutin yang telah direncanakan untuk memeriksa
kondisi suatu komponen. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara detail dan
menyeluruh disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi komponen. Hasil
inspeksi atau pemeriksaan tersebut ditulis dalam suatu dokumen yang
berbentuk form untuk mengetahui siklus keadaan komponen sepenuhnya.
Didalam pemeriksaan atau inspeksi terdapat hal yang harus diperhatikan
yaitu jadwal pemeriksaan. Pemeriksaan dalam suatu komponen dapat
dijadwalkan pada hitungan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Pemeriksaan tersebut ditentukan berdasarkan jenis dan spesifikasi
komponen serta paduan dari pedoman pemeliharaan bangunan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.16 Tahun 2010. Pembuatan jadwal ini akan
memberi kemudahan kepada petugas untuk melakukan pemeliharaan secara
berkala.

b. Pembersihan Komponen
Pembersihan komponen dilakukan secara rutin untuk membersihkan
komponen dari debu dan kotoran. Pada umumnya pembersihan ini
dilakukan oleh tim kebersihan atau sering disebut cleaning service. Dalam
pembersihan ini alat dan bahan yang sering digunakan adalah sapu, kain lap
dan sabun pembersih.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  24
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
Pada bangunan rumah sakit kebersihan merupakan faktor utama yang
harus selalu diperhatikan. Setiap komponen yang ada dilakukan
 
pembersihan secara rutin agar tetap bersih dan steril sehingga tidak menjadi
 
sumber penyebaran penyakit terhadap pasien, pengantar pasien maupun
  karyawan rumah sakit

 
2.3.2 Metode Kerja Perawatan
 
a. Perbaikan Komponen
 
Perbaikan merupakan suatu kegiatan memperbaiki komponen yang
  mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sehingga dapat digunakan
  kembali sebagaimana mestinya. Perbaikan ini dilakukan secara emergency
atau tak terduga sehingga tidak dapat dijadwalkan. Setiap komponen yang
mengalami kerusakan harus dengan cepat dilakukan perbaikan agar tidak
mengganggu kegiatan. Pada umumnya perbaikan dilakukan pada komponen
yang mengalami kerusakan ringan dan sedang.
Dalam hal perbaikan yang perlu diperhatikan adalah metode perbaikan
yang baik dan benar, apabila dilakukan metoda perbaikan yang tidak tepat
maka akan menimbulkan kerusakan baru. Sehingga pemilihan metode yang
tepat merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu perbaikan.
Pemilihan metode dilakukan berdasarkan jenis kerusakan dan spesifikasi
komponen tersebut. Oleh karena itu, sebelum dilakukan perbaikan maka
diperlukan identifikasi kerusakan terlebih dahulu untuk mengetahui
kerusakan yang terjadi. Setelah itu, dilakukan pemilihan metode sesuai
dengan hasil identifikasi. Selain itu, hal yang harus diperhatikan pada saat
perbaikan adalah waktu pengerjaan. Dimana pada saat melakukan pekerjaan
perbaikan tersebut tidak boleh mengganggu aktivitas rumah sakit sehingga
diperlukan pemilihan waktu yang tepat.

b. Penggantian Komponen
Penggantian merupakan kegiatan mengganti suatu komponen yang lama
atau yang tidak berfungsi dengan yang baru. Penggantian ini dilakukan
apabila terjadi kerusakan yang signifikan atau kerusakan yang terjadi akibat

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  25
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
umur pemakaian yang telah melampaui batas. Setiap komponen memiliki
umur pemakaian yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas komponen
 
tersebut. Sebagai contoh komponen lampu. Pada umumnya komponen
 
lampu hanya kuat digunakan 1 tahun. Sehingga pada saat umur
  pemakaiannya telah lebih dari 1 tahun maka perlu dilakukan penggantian

  dengan yang baru.

 
Pemeliharaan dan Perawatan
Komponen Bangunan
 

 
Preventive Corrective
Maintenance Maintenance
 
Pemeliharaan
Perawatan Komponen
Komponen

Memperbaiki dan/atau
Menjaga keandalan
mengganti bagian
komponen bangunan
komponen bangunan
gedung agar tetap
gedung agar tetap
layak fungsi
layak fungsi

Pembersihan Pemeriksaan Perbaikan Penggantian

 Perbaikan plafon
 Kebersihan
yang bocor
Housekeeping
 Perbaikan keramik
 Kebersihan alat-
pecah
alat sanitair
 Perbaikan AC
 Pemeriksaan alat
tidak menyala
pemadam
 Penggantian
kebakaran ringan
lampu
 Pemeriksaan
 Penggantian kipas
genset
angin

Gambar 2.4 Metode Kerja Pemeliharaan dan Perawatan

2.4 Rancangan Anggaran Biaya Pemeliharaan dan Perawatan


Rancangan anggaran biaya ini dihitung dengan tujuan untuk membuat
anggaran biaya yang akan dikeluarkan pada saat melakukan pekerjaan
pemeliharaan dan perbaikan. Sebelum menghitung rencana anggaran biaya, ada
beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu penguraian item pekerjaan (WBS),
perhitungan volume pekerjaan dan analisa harga satuan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  26
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.4.1
  Work Breakdown Structure (WBS)
WBS merupakan suatu metode pemecahan tiap item pekerjaan menjadi
 
lebih detail agar saat pelaksanaan menjadi lebih mudah. Pada prinsipnya WBS ini
 
membagi suatu pekerjaan ke dalam bagian terkecil (sub bagian). WBS disusun
berdasarkan
  gambar dan spesifikasi tiap komponen. Setiap item pekerjaan

  diuraikan menjadi bagian-bagian dengan pola struktur dan hirarki tertentu menjadi
item pekerjaan yang terperinci. Manfaat dari penggunaan WBS adalah
 
mempermudah pekerjaan, menjadi dasar penjadwalan dan anggaran biaya, serta
 
dapat membantu mempercepat suatu pekerjaan.
 

  2.4.2 Volume Pekerjaan


Pada umumnya volume pekerjaan merupakan banyaknya jumlah
pekerjaan dalam satu satuan. Volume pekerjaan dapat dihitung secara rinci dengan
melihat gambar rencana yang telah dibuat. Volume dapat berbentuk satuan
panjang (m), luas (m2), buah (bh) atau unit.

2.4.3 Harga Satuan


a. Daftar Harga Satuan
Daftar harga satuan pekerjaan ini akan digunakan sebagai basis
perhitungan besarnya harga satuan pekerjaan. Daftar harga satuan ini
terdiri dari harga satuan upah pekerja dan upah material.
1. Harga satuan material
Material dan alat ini merupakan peralatan utama yang digunakan
dalam membantu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan.
Harga material dan peralatan sangat bergantung pada jenis, spesifikasi
dan mutu yang direncanakan. Sebelum membeli material dan alat, harus
diadakan pengkajian terlebih dahulu agar material dan alat yang telah
dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Setelah jenis, spesifikasi
dan mutu telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah
menghitung kuantitas material dan alat yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan pemeliharaan dan perawatan. Dalam
menentukan kuantitas harus dilakukan secara teliti agar material dan

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  27
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
alat yang telah dipilih tidak terbuang atau tidak terpakai karena terlalu
berlebih.
 
2. Harga satuan tenaga kerja
 
Satuan tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah dan dihitung dalam
  satu hari. Besarnya upah tenaga kerja telah ditentukan oleh peraturan

  setiap daerah.

 
b. Analisa Harga Satuan (AHS) Pekerjaan
 
Analisa harga satuan (AHS) memiliki fungsi sebagai pedoman pemula
  atau awal perhitungan rancangan anggaran biaya (RAB) yang di dalamnya
  terdapat tabel yang berisikan angka koefisien alat, bahan dan tenaga kerja
serta harga satuan pekerjaan. Secara umum proses perhitungan analisa
harga satuan pekerjaan dengan metode lapangan adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar harga satuan material dan harga satuan upah
2. Menghitung koefisien bahan atau upah tenaga kerja dalam satu
pekerjaan
3. Mengkalikan koefisien dengan daftar harga satuan yang telah dibuat
Penentuan koefisien analisa harga satuan pekerjaan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu melihat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
menghitung sendiri koefisien dengan rumus sebagai berikut:
1
Koefisien =
Produktivitas

Menurut Ervianto (2004) definisi dari produktivitas adalah rasio antara


output dan input atau dapat pula disebut sebagai rasio antara produk yang
dihasilkan dengan total sumber daya yang dipakai atau digunakan.
Produktivitas secara umum dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
Hasil Pekerjaan
Produktivitas =
Waktu Pekerjaan

Hasil perhitungan harga satuan pekerjaan selanjutnya akan digunakan


untuk menghitung rancangan anggaran biaya seluruh pekerjaan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  28
 
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

 
2.4.4
  Rekapitulasi Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Pekerjaan
Untuk menghitung rancangan anggaran biaya digunakan rumus sebagai
 
berikut:
 
RAB = Σ(Volume Pekerjaan x Harga Satuan Pekerjaan)
 
Pada rekapitulasi ini semua item pekerjaan dijabarkan untuk dilakukan
 
perhitungan dengan mengkalikan volume pekerjaan dengan harga satuan
  pekerjaan yang telah dihitung pada analisa harga satuan. Rekapitulasi ini
merupakan
  jumlah atau total biaya yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan.

 
2.4.5 Future Value (FV)
 
Future value merupakan nilai uang di masa yang akan datang dengan
memperhitungkan tingkat bunga pada setiap periode selama jangka waktu
tertentu. Future value atau nilai yang akan datang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

FV = PV x (1 + i)ⁿ
Keterangan:
PV = Nilai sekarang pada tahun ke-0
i = Interest Rate = 47.5 % = 0.0475
n = Jangka waktu (tahun)

JURUSAN TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG
  29

Anda mungkin juga menyukai