Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK 5

Eza Wahyu S (2122066)


Rakha Adrian (2122081)
Fatta Nurdiansyah (2122054)
PASAL 60 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
 Kegiatan pengawasan konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b dilakukan
oleh : 

a. penyedia jasa pengawasan konstruksi atau


manajemen konstruksi untuk pengawasan konstruksi Kegiatan pengawasan konstruksi sebagaimana
b. penyedia jasa perencanaan konstruksi untuk dimaksud dalam Pasal 58 huruf b dilakukan
pengawasan berkala. oleh : 

a. pengawasan persiapan konstruksi


b. pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi sampai
Kegiatan pengawasan konstruksi dengan serah terima pertama (provisional hand over)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf pekerjaan konstruksi
a meliputi : c. pengawasan tahap Pemeliharaan pekerjaan
konstruksi sampai dengan serah terima akhir (final
a. pengendalian waktu hand ouer) pekerjaan konstruksi.
b. pengendalian biaya
c. pengendalian pencapaian sasaran fisik
d. tertib administrasi Bangunan Gedung. 
 Pengawasan konstruksi yang
dilakukan oleh penyedia jasa
pengawasan konstruksi atau
manajemen konstruksi sebagaimana Pengawasan pada tahap perencanaan
dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :

Pengawasan persiapan konstruksi

Pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi 
sampai dengan serah terima pertama (provi
-sional hand over) pekerjaan konstruksi

Pengawasan tahap Pemeliharaan pekerjaan 
konstruksi sampai dengan serah terima akhi
r (final hand over) pekerjaan konstruksi.
Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno-
STUDI KASUS Manado
HASIL PENGAMATAN

Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno yang berlokasi di Kota Manado tepatnya melintas diatas
Sungai Tondano dan Pelabuhan Manado merupakan bagian dari Manado Outer Ring Road yang
menghubungkan Boulevard I, Boulevard II dan By Pass Manado. Kontraktor atau pelaksana
proyek ini adalah PT Hutama Karya. Lokasi kantor PT Hutama Karya terletak di kompleks Pasar
Bersehati, Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Sasaran utama pembangunan
Jembatan Dr. Ir. Soekarno adalah: Mengatasi kemacetan lalu lintas dalam kota, melengkapi jalur
MORR , menjadi bagian penataan pusat kota serta menunjang pariwisata
Sistem Manajemen Keselamatan
Kesehatan Kerja (SMK3)

RMK3L merupakan integrasi pemenuhan Sistem Manajemen Mutu , Keselamatan dan Kesehatan


Kerja dan Manajemen Lingkungan yang dituangkan dalam prosedur yang dapat digunakan untuk
melihat, memeriksa, mengkaji, menilai, mengukur efektiifitas, mengetahui ketaatan atau
kepatuhan petugas selama proses pelaksanaan proyek. RMK3L dibuat berdasarkan pada
persyaratan pelanggan , peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan
lainnya. Prosedur dan persyaratan yang digunakan selama pelaksanaan pekerjaan akan ditinjau
kembali secara rutin untuk menjamin kebijaksanaan dan prosedurprosedur yang terkandung
didalamnya memenuhi persyaratan kontrak, peraturan legal dan persyaratan lainnya untuk
mencapai peningkatan yang berkesinambungan.
PASAL 61 Standar Pemanfaatan Bangunan Gedung
 Standar keamanan, keselamatan, kesehatan,
 Setiap pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi harus menerapkan SMKK. 

dan keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada


 Penyedia jasa yang harus menerapkan SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyedia jasa yang memberikan layanan : 
a. konsultansi manajemen penyelenggaraan konstruksi

ayat (3) harus memperhatikan: 


b. konsultansi konstruksi pengawasan
c. pekerjaan konstruksi.

 SMKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan. 

a. keselamatanketeknikankonstruksi 
b. keselamatan dan kesehatan kerja 
c. keselamatan publik 
d. keselamatan lingkungan. 
 Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (21 harus
melakukan: 

a. identifikasi bahaya
b. penilaian risiko dan pengendalian risiko atau peluang (haz,ard
identification nisk assessmenf opportunify) pekerj aan konstruksi
c. sasaran dan program keselamatan konstruksi, yang dibuat
berdasarkan tahapan pekerjaan (w ork bre akdown stntcture) .

 Ketentuan mengenai SMKK dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan. 
PASAL 62 

Bagian Keempat Standar Pemanfaatan


Bangunan Gedung
 Pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan melalui kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan

 Pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan oleh Pemilik atau Pengelola Bangunan Gedung
Bangunan Gedung, serta pemeriksaan berkala bangunan agar Bangunan Gedung tetap laik
fungsi sebagai Bangunan Gedung, melalui kegiatan yang meliputi:
a. penJrusunan rencana Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, serta pemeriksaan berkala

melalui divisi yang bertanggung jawab atas Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung,
b. pelaksanaan sosialisasi, promosi, dan edukasi kepada Pengguna dan/atau Pengunjung Bangunan
Gedung
c. pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, serta pemeriksaan
berkala

serta pemeriksaan berkala, atau penyedia jasa yang kompeten di bidangnya.


d. pengelolaan rangkaian kegiatan Pemanfaatan, termasuk pengawasan dan evaluasi
e. pen5rusunan laporan kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung serta
pemeriksaan berkala.
Keluaran pada tahap Pemanfaatan Bangunan
Gedung terdiri atas: 
a. dokumen rencana Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung serta pemeriksaan berkala beserta
laporannya secara periodik 
b. panduan praktis Penggunaan bagi Pemilik dan
Pengguna
c. dokumentasi seluruh tahap pemanfaatan.
PASAL 63  Pemanfaatan Bangunan Gedu
ngsebagaimana dimaksud dala
m Pasal 13 huruf c harus mem
enuhi standar Bangunan Gedu
ng.
Standar Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: 
a. Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung; dan 
b. pemeriksaan berkala. 
PASAL 64  Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung bertujuan agar
Bangunan Gedung beserta prasarana
dan sarananya tetap laik fungsi. 

Pemeliharaan dan  Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan


Perawatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pemilik atau Pengelola
Gedung  Bangunan Gedung. 

 Pemilik atau Pengelola Bangunan Gedung


sebagaimana dimaksud pada ayat (21dapat menunjuk
Penyedia Jasa Konstruksi untuk melaksanakan
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
 Tata cara dan metode Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan Gedung meliputi:  Lingkup Pemeliharaan dan Perawatan
meliputi komponen: 
a. prosedur dan metode Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung a. arsitektural
b. program kerja Pemeliharaan dan Perawatan b. struktural
Bangunan Gedung c. mekanikal
c. perlengkapan dan peralatan untuk pekerjaan d. elektrikal
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung e. tata ruang luar
d. standar dan kinerja Pemeliharaan dan Perawatan f. tata gerha. 
Bangunan Gedung. 

 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan: 

a. umur bangunan
b. penyusutan
c. kerusakan bangunan
d. peningkatan komponen bangunan. 
PASAL 65

Pekerjaan Pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian,


perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan Bangunan Gedung, dan kegiatan sejenis
lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan Pemeliharaan Bangunan Gedung.

PASAL 66

Pekerjaan Perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan
Bangunan Gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.

Pekerjaan Perawatan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kerusakan Bangunan Gedung


dan bagian yang akan diubah atau diperbaiki.
Tingkat kerusakan Bangunan Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat
(21meliputi kerusakan:
a. ringan
b. sedang
c. berat.

 Pekerjaan Perawatan sebagaimana  Pekerjaan Perawatan pada Bangunan Gedung


dimaksud pada ayat (21meliputi:  bersejarah atau BGCB harus dikonsultasikan dengan
a. rehabilitasi Pemerintah Daerah kabupaten/kota. 
b. renovasi
c. restorasi.
KOMPLEK PERKANTORAN BINA
STUDI KASUS PRAJA ROKAN HULU-RIAU
PENDAHULUAN

Sebagai suatu kabupaten muda di propinsi Riau, Kabupaten Rokan Hulu menata pemerintahan
dalam peningkatan performa sebagai indikator dari aktivitas pemerintahan di Rokan Hulu
dibutuhkan bangunan gedung dengan berbagai fasilitas dimana estetika dan kelengkapan fasilitas
bangunannya merupakan representasi dari aktivitas pemerintah daerah setempat yang diwujudkan
dengan sentralisasi bangunan pemerintahan ditandai dengan dibangunnya Komplek Perkantoran
Pemerintah Daerah Bina Praja. Pemeliharaan atau maintenance bangunan secara konsisten sudah
menjadi persyaratan yang harus dipenuhi, apalagi bagi bangunan yang merupakan aset
daerah. Pemeliharaan yang minimal dan perawatan yang ditunda mengakibatkan komponen
bangunan mengalami kerusakan sehingga mengeluarkan biaya perbaikan besar dikemudian hari
serta mengakibatkan produktifitas dan aktifitas pengguna menjadi berkurang yang seharusnya
dalam pengelolaan harus mendapatkan perhatian yang lebih serius.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Teknis Kondisi Fisik Bina Praja

Dilakaukan pemerikasaan kondisi fisik bangunan gedung di Bina Praja yang terdiri dari: Dinas
Cipta Karya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas
Pertanian Ketahanan Pangan dan Holtikultura, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, dan
Inspektorat. Pengamatan terhadap kondisi fisik bangunan gedung kantor Bina Praja dilakukan
pada komponen arsitektur, mekanikal dan elektrikal serta utilitas bangunan untuk mengetahui
kondisi eksisting yang ada. Item yang diamati yaitu: dinding, cat dalam/ luar bangunan, plafond,
tangga/ railing tangga, kamar mandi, pintu jendela. Berikut adalah beberapa gambar pengamatan
fisik di Bina Praja.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Kodisi Fisik Bina praja yang diamati berada dalam andal sedang, terdapat sedikit kekurangan/ kerusakan
tetapi tidak mempengaruhi fungsi bangunan. 

2. Kinerja pengelola Bina Praja menilai 53,42% kondisi Bina Praja masih baik. Hal ini disebabkan karena
pemeliharaan Bina praja maksimal sehingga kondisi arsitektur, mekanikal, elektrikal, prasarana sarana masih
dalam keadaan baik.

3. Kepuasan pengguna/ user Bina Praja dengan nilai Performance yaitu 3,38 (Cukup Puas) dan nilai
Importance 4,12 (Penting).
PASAL 67 
 Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (5) huruf a dilakukan dalam
rangka memperbaiki Bangunan Gedung yang telah rusak sebagian tanpa mengubah
fungsi Bangunan Gedung. 

 Dalam kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), komponen arsitektur
maupun struktur Bangunan Gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedangkan
komponen utilitas dapat berubah.

PASAL 68
 Renovasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (5) huruf b dilakukan dalam
rangka memperbaiki bangunan yang telah rusak berat dengan mengubah atau tanpa
mengubah fungsi Bangunan Gedung, baik arsitektur, struktur, rnaupun utilitas
bangunannya.
 Dalam kegiatan renovasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), komponen
arsitektur, komponen struktur, komponen
mekanikal, komponen elektrikal, dan
komponen pemipaan Bangunan Gedung
tetap dipertahankan seperti semula.

PASAL 69
 Restorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (5) huruf c dalam rangka
memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan
untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan
arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
 Pemeriksaan berkala dilaksanakan secara
teratur dan berkesinambungan dengan
rentang waktu tertentu, untuk menjamin
semua komponen Bangunan Gedung dalam
kondisi laik fungsi. 
PASAL 70
 Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan pada tahap
Pemanfaatan Bangunan Gedung untuk
proses perpanjangan SLF. Pemeriksaan Berkala  
 Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara rinci dan sistematik pada seluruh komponen Bangunan Gedung.

 Lingkup pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 


a. tata cara pemeriksaan berkala Bangunan Gedung
b. daftar simak dan evaluasi hasil pemeriksaan berkala
c. jenis kerusakan komponen Bangunan Gedung.

 Komponen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:


a. arsitektural Bangunan Gedung
b. struktural Bangunan Gedung
c. mekanikal Bangunan Gedung
d. elektrikal Bangunan Gedung
e. tata ruang luar Bangunan Gedung.
 Pemilik atau Pengelola  Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pemilik atau
Bangunan Gedung dapat pengelola Bangunan Gedung.
menunjuk penyedia jasa untuk
melaksanakan pemeriksaan
berkala Bangunan Gedung.
Gempa bumi Jawa Barat pada tanggal
STUDI KASUS
2 September 2009 terjadi pada skala 7,4 SR
PENDAHULUAN

   Dalam beberapa kejadian bencana besar di Indonesia, dampak bencana yang besar dirasakan
adalah kerusakan perumahan milik penduduk. Sejalan dengan itu, Barakat memandang
rekonstruksi rumah pasca bencana merupakan kebutuhan dasar merupakan bentuk dari hak asasi
manusia. Pembangunan kembali perumahan tentunya akan menyediakan kebutuhan dasar bagi
masyarakat sehingga dapat mendorong kembali pemulihan di sektor-sektor lain, seperti
perekonomian dan sumber pendapatan yang terpengaruh oleh bencana. Jawa Barat termasuk salah
satu wilayah yang memiliki tingkat rawan bencana yang tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dana bantuan ini diberikan sesuai dengan kategori kerusakan rumah yang dialami masyarakat pasca gempa bumi Jawa
Barat tahun 2009. Selanjutnya, masyarakat dilibatkan dalam penilaian dan pendataan kerusakan dan kerugian rumah
masyarakat yang bersama-sama dilakukan dengan pemerintah pusat dan provinsi serta bantuan relawan. Di Kecamatan
Pangalengan, pendataan rumah rusak dilakukan tiga hari setelah peristiwa gempa bumi. Kategori kerusakan rumah
masyarakat pasca gempa bumi di bagi menjadi tiga, yaitu rusak berat, sedang dan ringan.

Karena pengkategorian rumah rusak dilakukan dalam waktu yang cepat, mengakibatkan acuan yang digunakan oleh
masyarakat dalam pendataan pun didasarkan pada asumsi masing-masing. Namun, untuk kategori rusak ringan, pemerintah
menetapkan kebijakan besarnya dana bantuan yang diberikan disesuaikan dengan APBD Kabupaten/Kota masing-masing
dengan jumlah bantuan maksimum Rp 5 juta/unit rumah. BNPB mengaloksikan dana hibah untuk kategori rumah rusak
berat dan sedang. BPBD Provinsi Jawa Barat, untuk fase rekonstruksi tahap pertama di Kabupaten Bandung, jumlah unit
rumah yang dibantu melalui dana hibah BNPB sebanyak 1380 unit rumah untuk kategori rumah rusak berat, 1624 unit
rumah rusak sedang, bantuan lauk pauk dan family kit untuk 15.588 KK.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan dana bantuan untuk rumah rusak sedang sebanyak 4790 unit rumah dan 2
unit rumah rusak ringan di Kabupaten Bandung. Pada tahap 2 pelaksanaan rekonstruksi, dana bantuan khusus dialosikan
untuk kategori rumah rusak berat dan sedang. BPBD Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung menyalurkan dana
bantuan ditujukan kepada 10.331 unit rumah rusak berat dan 7372 unit rusak sedang dengan total bantuan yang diberikan
sebesar Rp 228.685.000.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

   Penelitian ini berfokus pada proses pemulihan pasca bencana di fase rekonstruksi perumahan. Penelitian ini meninjau
empat faktor utama yang mempengaruhi proses rekonstruksi perumahan dalam upaya mencapai keberhasilan proses
pemulihan pasca bencana seutuhnya. Keempat faktor tersebut dianggap penting dalam menentukkan seberapa cepat proses
rekonstruksi dapat berlangsung. Keikutsertaan masyarakat secara aktif sangat diperlukan dalam membantu pemerintah
mengimplementasikan rencana program rekonstruksi di lokasi bencana, karena masyarakat dianggap sebagai aktor utama
yang paling mengetahui situasi dan kondisi dilokasi bencana. Kemudian diperlukannya koordinasi antarstakeholder -
masyarakat, pemerintah dan lembaga non-pemerintah- agar dapat terbentuknya proses rekonstruksi yang saling
terintegrasi. Keterlibatan seluruh stakeholder dapat mempercepat proses rekonstruksi pasca bencana karena dengan
masing-masing wewenang yang dimiliki para stakeholder diharapkan pelaksanaan rekonstruksi dapat dilakukan secara
tertib dan tidak tumpah tindih satu dan lainnya yang dapat mengakibatkan konflik di lokasi bencana.
 Standar Pembongkaran Bangunan
Gedung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf d terdiri atas: 

PASAL 71 
a. penetapan Pembongkaran Bangunan
Gedung
b. peninjauan Pembongkaran

Standar Pembongkaran Bangunan Gedung 


Bangunan Gedung
c. pelaksanaan Pembongkaran
Bangunan Gedung
d. pengawasan Pembongkaran
Bangunan Gedung
e. pasca Pembongkaran Bangunan
Gedung.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


Pembongkaran Bangunan Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam peraturan Menteri.
 Ketentuan peninjauan Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7l huruf b meliputi:
a. peninjauan Bangunan Gedung
b. peninjauan struktur Bangunan Gedung PASAL 72
c. peninjauan nonstruktur Bangunan Gedung
Peninjauan Pembongkaran
 Pemenuhan terhadap ketentuan peninjauan Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
mewujudkan pelaksanaan Pembongkaran yang mempertimbangkan keamanan, keselamatan Masyarakat, dan lingkungannya.
PASAL 73

Peninjauan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 72 ayat (1) huruf a dilakukan terhadap:
 Peninjauan sebagaimana dimaksud pada
a. fungsi dan klasilikasi Bangunan Gedung
ayat (1) dilakukan oleh penyedia jasa
b. material konstruksi
perencanaan Pembongkaran dalam rangka
c. limbah Pemanfaatan Bangunan Gedung penyusunan RTB. 
d. area berbahaya
e. bagian yang beririsan dengan lingkungan bangunan
f. kondisi lingkungan
g. kondisi prasarana atau sarana bangunan
h. keamanan
i. rencana area penimbunan limbah sementara. 
Peninjauan Bangunan Gedung terhadap limbah Pemanfaatan bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan untuk menentukan jenis Iimbah yang ada
di Bangunan Gedung dan di sekitar bangunan beserta lokasinya.

Peninjauan Bangunan Gedung terhadap area Peninjauan Bangunan Gedung terhadap bagian
berbahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang beririsan dengan lingkungan bangunan
huruf d dilakukan untuk menentukan tapak tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
aman atau lubang yang tertutup sehingga dilakukan untuk menentukan letak komponen
mempengaruhi rencana Pembongkaran.  atau elemen yang beririsan dengan bangunan
lain atau prasarana atau sarana termasuk utilitas
bangunan yang terhubung dengan jaringan
publik
Peninjauan Bangunan Gedung terhadap kondisi lingkungan Peninjauan Bangunan Gedung terhadap kondisi keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h dilakukan untuk
untuk identifikasi lingkungan sekitar Bangunan Gedung menentukan rekayasa lalu lintas, ketertiban lingkungan, dan
terhadap potensi polusi air, suara atau kebisingan, udara Masyarakat sekitar dalam penetapan waktu pelaksanaan
atau debu, pandangan, dan gangguan aktivitas. Pembongkaran. 

Peninjauan Bangunan Gedung terhadap rencana


area penimbunan limbah sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf i melihat potensi
lokasi dalam hal terdapat limbah yang perlu
diamankan pada saat Pembongkaran.
STUDI KASUS Proyek Bangunan Rukan Bahu Mall Manado
PENDAHULUAN

  
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai