1. PENDAHULUAN
1.1. Umum
Pada pengadaan bangunan gedung negara, setiap prosesnya akan memerlukan
tindakan Pelaksana konstruksi, sehingga proses pembangunan tersebut dapat
berlangsung dengan arah yang benar dan mengurangi adanya deviasi akibat
penyimpangan yang mungkin terjadi.
Pada tahap PEKERJAAN PEMBANGUNAN FOOD COURT KAMPUS II AKADEMI
TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA, secara umum pekerjaan Pelaksanaan
konstruksi, ditugaskan kepada pihak ketiga, yaitu Kontraktor Pelaksana
Konstruksi.
Kontraktor pelaksana akan Melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan oleh
Kepala Satuan Kerja / Pejabat Pembuat Komitmen, yang menyangkut aspek
mutu, waktu, dan biaya.
Secara kontraktual Kontraktor Pelaksana Konstruksi bertanggung jawab kepada
Kepala Satuan Kerja / Pejabat Pembuat Komitmen PEKERJAAN PEMBANGUNAN
FOOD COURT KAMPUS II AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA, Dalam
kegiatan operasionalnya, Kontraktor Pelaksana akan mendapat bantuan
bimbingan untuk menentukan arah pekerjaan pelaksanaan dari pengelola
Kegiatan yang dibentuk sebagai pembantu dan bertanggung jawab kepada
Pengguna anggaran.
2. PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Hubungan kerja antara penyedia jasa konstruksi dengan Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen sebagai pengguna jasa konstruksi adalah hubungan kerjasama
yang mempunyai kedudukan sama dan berasaskan kemitraan, yang diwujudkan
dalam bentuk kontrak kerja konstruksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29
tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Hubungan kerja antara
penyedia jasa konstruksi dengan Kepala Satuan Kerja / Pejabat Pembuat Komitmen
diatur sebagai berikut:
a. Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab atas
pembayaran semua prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia
jasa konstruksi berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama;
b. Para ahli penyedia jasa konstruksi bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang
dilaksanakan terhitung dari serah terima pekerjaan;
c. Kecuali ditentukan lain, hubungan kerja antara Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen dengan pihak penyedia jasa konstruksi seperti: manajemen
konstruksi/ pengawas konstruksi, perencana konstruksi, dan pelaksana konstruksi,
masing-masing dilakukan secara kontraktual dalam bentuk Kontrak
Lumpsum/Lumpsum Fixed Price Contract;
d. Yang dimaksud dengan Kontrak Lumpsum adalah suatu kontrak pengadaan
barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan jumlah harga total penawaran yang pasti dan tetap. Dengan demikian,
semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa yang melakukan kontrak tersebut,
sepanjang lingkup pekerjaan atau gambar dan spesifikasi tidak berubah;
e. Dalam pelaksanaan Kontrak Lumpsum, khusus untuk pelaksana konstruksi, daftar
volume dan harga (bills of quantity/BQ) bersifat tidak mengikat dalam kontrak
sehingga tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran.
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi fisik pekerjaan yang
kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
7. PENUTUP
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIS YANG BERSIFAT UMUM
Pasal 1
Ketentuan Umum
1.1 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar serta penuh
dengan tanggung jawab dan teliti sesuai dengan ketentuan Kontrak;
1.2 Seluruh cara dan prosedur yang diikuti, termasuk semua pekerjaan sementara yang
akan dilaksanakan, semuanya harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
1.3 Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mentaati peraturan-peraturan
pemerintah dan peraturan daerah yang berlaku yang berhubungan dengan
pekerjaan ini.
Pasal 2
Lokasi dan Lingkup Pekerjaan
2.1 Lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah di Jl. Ring Road Selatan, Glugo,
Panggungharjo, Sewon, Bantul - Yogyakarta
2.2 Lingkup pekerjaan dimaksud adalah Pekerjaan Pembangunan Food Court
Kampus II Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.
Pasal 3
Rencana Kerja
3.2 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah
diajukan tersebut di atas.
3.3 Kelalaian dalam menyerahkan rencana kerja tersebut di atas, dapat menyebabkan
ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan pekerjaan ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 4
Tanggung Jawab Kontraktor Terhadap Pekerjaan
Pasal 5
Setting Out
5.1 Untuk menentukan posisi dan ketinggian bangunan di lapangan Pemborong harus
melakukan pengukuran dilapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan referensi
Benchmark atau titik tetap dilapangan seperti ditunjukkan dalam gambar atau atas
petunjuk Konsultan Pengawas.
5.2 Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai
presisi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
5.3 Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil
pengukuran yang dilaksanakan pemborong dilapangan, maka sebelum melanjutkan
Pasal 6
Daerah Kerja dan Jalan masuk
6.1 Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi
tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa / pinjam berdasarkan ketentuan yang
berlaku dan harus membatasi operasinya dilapangan yang betul-betul diperlukan
untuk pekerjaan tersebut.
6.2 Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan dan
jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
Pasal 7
Material
7.1 Material yang akan dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi
dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
7.2 Jika pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang
disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama dengan yang disyaratkan dalam
dokumen tender. Sebelum pemesanan bahan harus diberitahukan pada Konsultan
Pengawas yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang dipesan, untuk
mendapat persetujuan.
7.3 Penumpukan material harus pada tempat yang baik agar mutu dari material dapat
terjaga.
Pasal 8
Kode, Standard, Sertifikat dan Literatur dari Pabrik
Pasal 9
Lalu Lintas
Pasal 11
Service Sementara
11.1Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
Pasal 12
Shop Drawing, As Built Drawing
12.1Shop Drawing
Shop Drawing adalah gambar-gambar, daftar bengkokan besi, diagram-diagram,
daftar elemen bangunan dan detail gambar, yang disiapkan oleh Kontraktor atau
Sub Kontraktor yang memberikan penjelasan pekerjaan pembangunan dengan
sebaik-baiknya. Kontraktor tidak dapat menuntut akan kerusakan atau
perpanjangan waktu karena keterlambatan sebagai akibat perbaikan gambar kerja.
Kontraktor bertanggung jawab akan adanya kesalahan yang terdapat dalam shop
drawing tersebut.
Pasal 13
Laporan Pekerjaan dan Foto-foto
13.1Laporan Pekerjaan :
a. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan rencana,
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pemberi Tugas.
b. Pemborong harus membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
c. Di dalam Laporan Harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk,
jumlah pekerja / pegawai / karyawan, catatan-catatan tentang perintah-perintah
dari Pemberi Tugas / Direksi atau wakilnya dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
13.2Foto-Foto.
Kontraktor diharuskan mengadakan pengambilan foto di lapangan, yang berkenaan
dengan kemajuan tahap pekerjaan, detail-detail yang akan ditutup, adanya
bencana dan sebagainya. Hasil cetakan foto tersebut harus disampaikan pada
Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) set atas biaya kontraktor.
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Pekerjaan Pembangunan Food Court Kampus II Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
meliputi pekerjaan :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah / Urugan dan Pemadatan
c. Pekerjaan Pondasi dan Sloof
d. Pekerjaan Lantai
e. Pekerjaan Dinding
f. Pekerjaan Konstrusi Beton dan Baja
g. Pekerjaan Atap
h. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jedela
i. Pekerjaab Plafon
j. Pekerjaan Pengecatan
k. Pekerjaan Elektrikal
l. Pekerjaan Plumbing
1.2 Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum untuk semua
pekerjaan, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara khusus.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
2.5 Izin-Izin
a. Kontraktor harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-
izn yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara
lain: izin penerangan/listrik, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin
pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
Pasal 3
PEKERJAAN TANAH / URUGAN DAN PEMADATAN
3.1. U m u m
Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-
peralatan, kegiatankegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan : clearing, stripping, grubbing,penggalian, pengurugan, perataan,
pemadatan, termasuk pembongkaran dan lain-lain sesuai dengan RKS dan gambar-
gambar.
Pekerjaan pada seksi lain yang berhubungan dengan hal ini antara lain pekerjaan
tanah untuk pekerjaan konstruksi.
3.2. Persyaratan
a. Standar Pengujian Tanah : laporan mengenai hal ini dapat diperoleh di kantor
Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik atau Pemberi Tugas.
b. Pemeriksaan lapangan dan melihat kondisi dan bahan-bahan yang akan
dikerjakan sebelum memulai pekerjaan.
c. Pemeriksaan dan pengujian pekerjaan tanah yang dilakukan akan diperiksa dan
diuji pada laboratorium Penyelidikan Tanah yang dipilih oleh Konsultan
Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik.
d. Jasa-jasa laboratorium akan meliputi :
- Pengawasan pekerjaan pengurugan.
- Pengujian pekerjaan pemadatan tanah.
3.3. M a t e r i a l
Bahan-bahan urugan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/pengawas
lapangan/direksi teknik dan Pengelola Proyek yang ditentukan sebagai berikut :
a. Bahan-bahan yang memenuhi syarat dari galian lapangan.
b. Bahan-bahan yang didatangkan dari luar lapangan yaitu jenis tanah yang
berbutir kasar, tidak mengembang dan bebas sampah-sampah, akar dan bahan-
bahan organik lainnya.
c. Lapisan teratas urugan setebal 30cm tidak boleh dimasuki butir-butir yang lebih
besar dari 3cm.
3.4. Pelaksanaan
a. Pengertian Clearing, Stripping dan Grubbing :
Clearing : membersihkan semua sampah-sampah dan barang-barang yang
tidak perlu.
Stripping : memapras semua rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya kecuali
pohon-pohon yang memang dipertahankan.
Grubbing : menyingkirkan dan membuang semua sampah dari tempat kerja.
b. Pengupasan tanah bagian atas :
Semua area bangunan, sesudah stripping dan grubbing diselesaikan, buang
lapisan tanah setebal 20 cm. Tanah lapisan atas ini dapat dipakai untuk bahan
urugan halaman.
c. Pemadatan area bangunan (dengan tanah) sampai 1 meter diluar tembok dan
kolom harus dipakai paling sedikit mencapai 90% dari pemadatan maksimum
dan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimum 30 cm.
d. Pemadatan yang bukan area bangunan
Tanah urug ini harus dipadatkan paling sedikit mencapai 60% dari pemadatan
maksimum.
e. Pemadatan area jalan
Di daerah yang akan dibuat jalan tanahnya harus dipadatkan sampai 95% dari
pemadatan maksimum.
f. Finish Grading :
Tanah di bawah plat beton dan jalan tanahnya harus dengan baik dan
elevasinya tidak boleh berada lebih dari 1,5 cm dengan elevasi yang tercantum
dalam gambar.
Di daerah untuk lanscaping, elevasinya tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm
dengan elevasi yang tercantum dalam gambar.
g. Pekerjaan-pekerjaan untuk melindungi kerusakan :
Kontrol air di permukaan dan dibawah tanah selama masa pembangunan dan
masa pemeliharaan dengan jaminan, lindungilah seluruh lapangan terhadap air
yang menggenang, yang dapat menimbulkan erosi.
Pasal 4
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI
4.3. Penggalian
a. Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan sampai kedlaman dasar lapis pasir
(sesuai gambar)
b. Jika pada kedlaman tersebut ternyata masih ditemukan lapisan tanah jelek, maka
perlu konsultasi dengan perencana untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.
c. Lebar penggalian di bawah minimal lebar pondasi di tambah 2x10cm.
d. Lebar penggalian di sebelah atas disesuaikan dengan keadaan tanah, dengan
pengarahan “hindarkan kelongsoran”
e. Tanah dasar pondasi harus dipadatkan dengan stemper atau vibroroller hingga
mencapai kepadatan 95% standar proctor.
f. Jika penggalian melampaui kedlaman yang ditentukan sedangkan lapis tanah
yang baik sudah mencapai peil yang ditentukan, maka galian yang terlalu dalam
tersebut harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan hingga 95% atas
beban pemborong.
Pasal 5
PEKERJAAN KONTRUKSI BETON
5.1 Umum
a. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pejkerjaan ini harus
memenuhi ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia.
b. Kode-kode dan standar-standar berikut harus diperhatikan :
Peraturan beton Bertulang Indonesia berdasarkan SKSNI T-15-1991-03
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1983, NI-18
Publikasi dari American Concrete Institute (ACI)
Publikasi dari JIS
Publikasi dari American Society for Testing and Material (ASTM)
Publikasi dari American Welding Society (AWS)
Publikasi dari British Code CP-110 dan BS-8110
5.2 Semen
a. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah
Portland Cement yang memenuhi syarat-syarat SII 0013 - 81.
b. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan
baru. Kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan.
c. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup dan harus
terlindung dari pengaruh hujan, lembab udara dan tanah. Semen ditumpuk di
dalamnya di atas lantai panggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi
penumpukan maksimal adalah 15 lapis. Semen yang kantongnya pecah tidak
boleh dipakai dan harus segera disingkirkan keluar proyek.
d. Semen yang dipakai harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas
sebelumnya. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari
proyek. Urutan pemakaian harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di
lapangan sehingga untuk itu. Kontraktor diharuskan menumpuk semen
berkelompok menurut urutan tibanya di lapangan.
e. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkan dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya struktural.
f. Bilamana Konsultan Pengawas memandang perlu, Kontraktor harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen
memenuhi syarat, atas biaya Kontraktor.
5.3 Agregat
a. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir
keras, bersih dari kotoran-kotoran dan zat-zat kimia
organik dan anorganik yang dapat merugikan mutu beton ataupun
baja tulangan, dan bersudut tajam. Susunan pembagian butir harus memenuhi
persyaratan seperti dalam table di bawah ini.
b. Persentase berat fraksi butiran yang lebih halus dari 0,074 mm dan atau
kotoran atau lumpur tidak boleh lebih dari 5 % terhadap
berat keseluruhan. Kecuali ketentuan di atas, semua ketentuan agregat halus
beton (pasir) pada SKSNI T-15-1991-03 harus dipenuhi.
c. Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maksimal 2,5 cm, dan
mempunyai bidang pecah minimum 4 buah, dan mempunyai bentuk lebih
kurang seperti kubus.
d. Batu pecah harus diperoleh dari batu keras yang digiling oleh mesin pemecah
batu sesuai dengan persyaratan PBI, bersih, serta bebas dari kotoran-kotoran
yang dapat mengurangi kekuatan mutu beton maupun baja. Pembagian butir
harus memenuhi ketentuan seperti di bawah ini.
5.7 Tulangan
a. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian, diajukan oleh Kontraktor kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang
dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut
SKSNI T-15-1991-03.
b. Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar
kerja dan bila mana diameter tersebut akan diganti maka jumlah luas tulangan
persatuan lebar beton minimal harus sama dengan luas penampang rencana
semula dan persyaratan jarak minimal antara tulangan menurut SKSNI T-15-
1991-03 dipenuhi. Sebelum melakukan perubahan-perubahan, Kontraktor harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
c. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum penyetelan atau
penempatan. Tidak diperkenankan membengkokkan tulangan bila sudah
ditempatkan kecuali apabila hal ini terpaksa dan mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
d. Penulangan baja sebelum ditempatkan, keseluruhan harus dibersihkan dari
karat yang lepas dari flaky, millscale, lapisan atau bahan lain yang dapat
menghancurkan atau mengurangi pelekatan dengan beton.
e. Tebal selimut beton untuk memberi perlindungan pada baja tulangan harus
sesuai dengan gambar rencana.
f. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus
dijaga jarak antara tulangan dan bekesting untuk mendapatkan tebal selimut
PASAL 6
PEKERJAAN KONTRUKSI BAJA
6.1 Material
a. Seluruh material baja yang digunakan adalah baja dengan tegangan leleh
minimal 2400 kg/cm² (ASTM-36 atau baja BJ-37). Khusus untuk bolt structural
digunakan baja muto tinggi (STM-325) dan untuk bagian lainnya digunakan bolt
biasa (ASTM-307).
b. Material baja hrus bersih dari karat dan kotoran lainnya.
c. Las yang digunakan adalah electrode yang sesuai dengan ASTM-5.1.
6.5 Pengelasan
a. Pengelasan hanya boleh dilakukan oleh tukang las yang berpengalaman yang
memiliki sertifikat pengelasan.
b. Pengelasan tidak boleh dilakukan bila kondisi cuaca hujan, berangin kencang
dan permukaan kotor.
c. Ukuran dan panjang las tidak boleh kurang atau lebih dari yang ditentukan
dalam gambar tanpa persetujuan pemberi kerja/pengawasangan.
d. Base metal dengan tebal kurang dari 3mm tidak boleh digunakan untuk
pengelasan yang bersifat structural.
e. Permukaan yang akan dilas harus rata dan bebas dari kotoran, material lepas
dan lain-lain.
f. Semua bahan las (filler metal) yang telah diambil dari tempat aslinya harus
dilindungi dan disimpan dengan baik sehingga sifat-sifat yang berhubungan
dengan pengelasan tidak berubah. Elektroda dalam keadaan basah dan tidak
dibenarkan untuk digunakan. Elektrode type low hydrogen harus dikeringkan
terlebih dahulu menurut petunjuk dari pabrik sebelum digunakan.
g. Bagian las yang cacat harus dihilangkan tanpa merusak base metal.
Penambahan las untuk mengganti yang dibuang harus dilakukan dengan
menggunakan elektroda dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan
elektroda yang digunakan untuk pengelasan utama dan tidak boleh berdiameter
lebih dari 4mm. Cacat base metal atau las lemah harus dibetulkan dengan
membuang dan mengganti seluruh las atau dengan petunjuk sebagai berikut:
Overlap atau cembung yang berlebihan yaitu dengan membuang weld
metal yang berlebihan.
Las terlalu cekung, under seize atau under cutting yaitu dengan
menambah las.
Las keropos, kemasukan kotoran, pencampuran base dan weld metal
yang tak sempurna yaitu dengan membuang dan melakukan las ulang.
Retak las atau base metal yaitu dengan membuang retak dan perkuat
dengan metal 50mm pada ujung-ujung retak dan lakukan pengelasan ulang.
PASAL 7
PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis keramik
pada tempat-tempat sesuai petunjuk gambar kerja Spesifikasi Teknis ini, yang
diakibatkan karena pembongkaran lantai sebagai pembuatan konduit listrik / kabel-
kabel lainnya. Jenis keramik yang digunakan haruslah sama dengan jenis, type dan
motif yang sama dengan sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.
2. Prosedur Umum.
a Contoh bahan dan data teknis.
Contoh bahan dan data teknis atau brosur yang akan digunakan harus
diserahkan kepada MK untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke
lokasi proyek. Contoh bahan ubin harus diserahkan sebanyak 3(tiga) buah
PASAL 8
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
PASAL 9
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA
9.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan Pengecatan
a. Referensi
2. Quality Insurance:
3. Kualifikasi pekerja :
Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki skill
yang dibutuhkan.
b. Submittals (Pengiriman)
Reinforcing
Anchorage system
Bagian-bagian yang rusak tidak akan diterima, item-item dengan cacat atau
goresan kecil akan dipertimbangkan sebagai kerusakan, kecuali yang terjadi
adalah kondisi sebaliknya atau kondisi baik.
e. System Requirements
Design requirements
f. Test
1. Typical Window
Ketebalan material
Staining test
Weight test
Corrosion test
2. Maintenance Period
9.2. Bahan
6. Ketebalan profil : 1,4; 1,6; 2;3 mm sesuai yang ditunjukkan dalam shop
drawing.
8. Sistem pintu-pintu :
- Engsel
- Sekrup
Atau sesuai penjelasan dalam pasal Alat Pengunci dan Penggantung, atau
sesuai rekomendasi manufaktur.
b. Fastener
1. Steel galvanized, aluminium, atau material non core lain yang cocok
dengan item-item fastener, dan harus memiliki kekuatan yang cukup.
c. Finish Coating
1. Harus sesuai dengan tipe dan material hardware yang ditunjukkan dalam
pasal spesifikasi hardware.
e. Aksesori
a. Persiapan
b. Fabrication / Assembly
1. Shop Assembly
3. Sambungan-sambungan / Joints
c. Pemasangan
1. Erection Tolerances:
b. Set unit-unit dengan tegak, level dan garis yang benar, tanpa terkelupas
atau merusak trame.
e. Set sill members pada bantalan sealant. Set member-member lain dengan
intemal sealant dan baffles untuk memberi konstruksi yang weathertight.
g. Potongan aluminium profit harus dibuat dengan dasar yang baik untuk
menghindari kerusakan, tergores atau rusak pada permukaannya dan harus
dijauhkan dari material-material baja / besi untuk menghindari debu-debu
besi menempel pada permukaan aluminium,
i. Buatlah match joints members dengan sekrup yang cocok, rivets, las,
untuk mendapatkan bentuk dan kualitas yang dibutuhkan atau sesuai yang
terlihat dalam gambar.
k. Fastener harus dari stainless steel atau material non corrosive lain,
concealed type. Paskan frame bersama-sama pada titik-titik contact joints
dengan hairline joints, waterproof joints dari bagian belakang dengan
sealant untuk menahan (watertight) 1000 kg/cm2.
Perubahan fixed-window
q. Tepi-tepi akhir frame pada dinding harus di set dengan sealant untuk
membuatnya sound proof dan watertight.
r. Lower sill pada frame aluminium exterior harus diberi flashing untuk
menahan air hujan.
d. Adjusting
Test fungsi operasi pintu-pintu setelah operasi penutupan daun pintu, latching
speeds dan hardware-hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk
memastikan operasi daun pintu yang halus (smooth).
e. Protection
2. Protective material tersebut hanya boleh dibuka bila diperlukan pada saat
protective material akan dipakai pada aluminium.
3. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate
primer (transparent varnish) pada saat plasteran akan dilaksanakan. Bagian-
bagian lain harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai seluruh
pekerjaan selesai.
PASAL 10
PEKERJAAN PLAFON
PASAL 11
PEKERJAAN FINISHING
b. Untuk dinding luar, cat yang gunakan adalah sekualitas ICI eksterior
atau setara.
Data Teknis :
- Type : Pure Acrylic Emulsion.
- Warna : Ditentukan Kemudian.
- Kepadatan : 49%
- Daya sebar teoritis : 11 m2/ liter.
Proyek.
PASAL 12
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Sistim penerangan
Sistim penerangan terdiri darii lampu lampu beserta fixturenya, sakelar, kabel
kabel dan conduit, serta material bantuannya.
d. Saklar Dinding
Saklar seri merk Broker/setara
e. Kabel Instalasi
Kode warna insulasi kabel harus menglkuti ketentuan PUIL sebagai berikut:
• Fasa 1 merah
• Fasa 2 kuning
• Fasa. 3 hitam
• Netral biru
• Tanah (ground) hijau kuning
• Merek kabel Kabelindo, Kabel metal, Supreme / standar PLN
g. Lain lain
Pengetesan
a. Pemborong pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua. testing dan
pengukuran pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/mengetahui
apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi dengan balk dan memenuhl
semua persyaratan.
b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapannya yang perlu untuk testing
tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong. Termasuk peralatan khusus
yang perlu untuk testing dari seluruh sistim ini, seperti dianjurkan oleb
pabrik, harus disediakan Pemborong.
c. Semua pengetesan dan atau. pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
team pelaksana. pembangunan.
1. MCCB
2. Miniatur Circuit Breaker
- Rated sesuai gambar
- Operating Voltage 200 V, 380 V
- Frequency 50 Hz
- Breaking capacity 5 KA
- Permitted ambient temp. 550 C
- Overload release sesual gambar
h. Komponen komponen pengukuran yang dapat dipakal
1. Current Transformator
2. Ampermeter
3. Voltmeter
4. Frequency meter
PASAL 13
PEKERJAAN PLUMBING
Pedoman dasar teknis yang dipakai pada prinsipnya adalah PEDOMAN PLUMBING
INDONESIA 1979.
PASAL 16
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG
16.2. Bahan-bahan
a. Kunci 2 (dua) slag harus berkotak baja dengan finish akan ditentukan
kemudian, baut-baut dan ungkitnya harus dari kuningan. Tiap kuncl harus
mempunyai 3 anak kunci yang berselaput nikel dijadikan satu dengan ring dari
kawat baja.
b. Type-type kunci harus sesual dengan fungsi ruangannya
c. Engsel dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun pintu
dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan
engselnya, jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban
berat daun pintu. Tiap engsel memikul beban maksimum 20 kg.
16.4. Pelaksanaan
a. semua kuncl, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat
aslinya setelah dicoba. Pemasangan dilakukan setelah bangunan selesai dicat.
b. Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, jangan
memukul sekrup, cara. pengokohan hanya diputar sampai ujung. Sekrup yang
rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti
c. Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah,
sedangkan engsel ketiga dipasang di tengah-tengah
d. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu
dipasang setinggi 90 cm dari lantal atau sesuai gambar.
PASAL 17
12.2. Referensi
2. Quality Assurance:
c.Sistem akan dites oleh laboratorium testing independent yang dipilih oleh
Pemberi Tugas dengan mock-up system yang harus dibuat oleh Kontraktor.
3. Kualifikasi pekerja :
b. Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki skill
yang dibutuhkan.
12.4. Bahan
h. Sistem pintu-pintu :
Engsel
Sekrup
Atau sesuai penjelasan dalam pasal Alat Pengunci dan Penggantung, atau
sesuai rekomendasi manufaktur.
2. Fastener
a. Steel galvanized, aluminium, atau material non core lain yang cocok dengan
item-item fastener, dan harus memiliki kekuatan yang cukup.
3. Finish Coating
a. Harus sesuai dengan tipe dan material hardware yang ditunjukkan dalam
pasal spesifikasi hardware.
5. Aksesori
12.5. Penerapan
1. Persiapan
2. Fabrication / Assembly
a. Shop Assembly
b. Sambungan-sambungan / Joints
3. Pemasangan
a. Erection Tolerances:
d. Set unit-unit dengan tegak, level dan garis yang benar, tanpa terkelupas
atau merusak trame.
g. Set sill members pada bantalan sealant. Set member-member lain dengan
intemal sealant dan baffles untuk memberi konstruksi yang weathertight.
i. Potongan aluminium profit harus dibuat dengan dasar yang baik untuk
menghindari kerusakan, tergores atau rusak pada permukaannya dan harus
dijauhkan dari material-material baja / besi untuk menghindari debu-debu
besi menempel pada permukaan aluminium,
k. Buatlah match joints members dengan sekrup yang cocok, rivets, las,
untuk mendapatkan bentuk dan kualitas yang dibutuhkan atau sesuai yang
terlihat dalam gambar.
m.Fastener harus dari stainless steel atau material non corrosive lain,
concealed type. Paskan frame bersama-sama pada titik-titik contact joints
dengan hairline joints, waterproof joints dari bagian belakang dengan
sealant untuk menahan (watertight) 1000 kg/cm2.
o Perubahan fixed-window
s. Tepi-tepi akhir frame pada dinding harus di set dengan sealant untuk
membuatnya sound proof dan watertight.
t. Lower sill pada frame aluminium exterior harus diberi flashing untuk
menahan air hujan.
Test fungsi operasi pintu-pintu setelah operasi penutupan daun pintu, latching
speeds dan hardware-hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk
memastikan operasi daun pintu yang halus (smooth).
12.7. Protection
b. Protective material tersebut hanya boleh dibuka bila diperlukan pada saat
protective material akan dipakai pada aluminium.
c. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate
primer (transparent varnish) pada saat plasteran akan dilaksanakan. Bagian-
bagian lain harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai seluruh
pekerjaan selesai.