Anda di halaman 1dari 21

TEKNOLOGI BANGUNAN

ANALISA KELAYAKAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA LT 9-10
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teknologi bangunan yang Dipimpin
oleh :
Prof. Dr. Ir. James E.D. Rilatupa, M.Si.

Disusun oleh :
Amelia Indriani S.P Nggumbe : 1754050017
Sarah Grace Srimega : 1754050018
Firminus : 175450500

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………….


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………......
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….
A. Ltarar Belakang ……………………………………………....................................................
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………..
D. Manfaat Penulisan …………………………………………....................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………………..

A. Pengertian Bangunan Gedung……………………………………………………………….


B. Perawatan Dan Perbaikan Gedung…………………………………………………………..
C. Jenis Pemeliharaan Gedung dari Lantai 9-10……………………………………………….
D. Perawatan elemen Bangunan………………………………………………………………..
BAB III LANDASAN TEORI ………………………………………………………………….....
A. Penyebab Kerusakan Bangunan……………………………………………………………
B. Teknk Perawatan Gedung…………………………………………………………………...
C. Jadwal Perbaikan Kerusakan Bangunan……………………………………………………..
BAB IV METODOLOGI PENELITAN …………………………………………………………..
A. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………………………………………
B. Penetapan Sumber daya……………………………………….............................................
C. Teknik Pengambilan Data…………………………………..................................................
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………………...
A. Komponen Arsitektur Fakultas Kedokteran Lt 9-10…………………………………………
B. Data Hasil Kerusakan ………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………..
A. Simpulan …………………………………………………………………………………….
B. Saran …………………………………………………………….…………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan
/ atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian, atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus (Permen PUNomor 30/PRT/M/2006). Pada Proses pembangunan
Gedung membutuhkan banyak biaya serta komponen-komponen yang dibangun.
Komponen-komponen yang dimaksud adalah komponen struktur, arsitektur, maupun
mekanikal elektrikal. Bangunan gedung perlu dilakukan pengecekan dan perawatan secara
berkala dari pihak pengelola agar bangunan gedung tersebut memenuhi syarat administrasi
dan teknis sehingga gedung layak fungsi. Dilatar belakangi kebutuhan akan berfungsinya
gedung secara optimal pada gedung perkuliahan kampus fakultas kedokteran, UKI. maka
perlu disusun rencana pengembangan dan perawatan gedung yang optimal. Dengan kondisi
kampus yang memiliki gedung kuliah yang lebih dari sebelas unit, maka evaluasi dan
pemeliharaan gedung mutlak dilakukan agar gedung bisa tetap layak beroperasi dan
memenuhi kriteria keandalan fisik bangunan gedung, serta diharapkan kegiatan
perkuliahan tidak terganggu dengan kondisi gedung yang ada. Dengan adanya kegiatan
evaluasi pemeliharaan gedung, diharapkan Gedung menjadi layak fungsi dan sesuai standar
yang ada, baik dari keamanan gedung, kenyamanan gedung, hingga kenyamanan gedung
berdasarkan luasan gedung dan jumlah pengguna gedung.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang terjadi pada bangunan Gedung fakultas kedokteran Universitas
Kristen Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi fisik bangunan pada lantai 9 dan lantai 10 pada gedung fakultas
kedokteran ?
2. Bagaimana kondisi sistem utilitas gedung FK UKI dan cara mengatasinya?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini untuk :
1. Mengetahui kondisi kerusakan serta tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada
bangunan gedung fakultas kedokteran Universitas Kristen Indonesia?
2. Mengetahui cara perbaikan gedung sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
1.4. Batasan Masalah
1. Mengidentifikasi kerusakan serta tindakan perbaikan yang akan di lakukan pada
bangunan di gedung FK UKI dari aspek arsitektural,structural, mekanikal,
elektrikal, serta sanitasi dan plumbing.
2. Membut skematik kerusakan dari kurun waktu 3 tahun terakhir dan membuat
kesimpulan.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kerusakan yang terjadi berserta
dengan tindakan yang akan di lakukan pada gedung FK UKI
2. Memberikan infromasi tentang skematik tabel tentang kerusakan yang terjadi dari
kurun waktu 3 tahun yang lalu hingga sekarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bangunan Gedung


Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu
lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan
secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia untuk melakukan kegiatan bertempat
tinggal, berusaha, bersosial-budaya, dan kegiatan lainnya. (PERMEN PU PU
24/PRT/M2008).

2.2. Perawatan dan Perbaikan Gedung


Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti bagian
bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar
bangunan tetap layak fungsi. (PERMEN PU 24/PRT/M2008).

2.3. Jenis Pemeliharaan Gedung di Fakultas Kedokteran Lt 9-10


Berdasarkan rujukan kurung waktu 3 tahun yang lalu kami membagi jenis pemeliharaan
gedung di bagi menjadi dua, yaitu: pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak
terencana, :
I. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)
a) Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan yang menyebabkan komponen tersebut
mengalami kerusakan saat digunakan.
b) Predictive Maintenance
Predictive Maintenance adalah tindakan perbaikan berdasarkan informasi dari
hasil inspeksi yaitu ada bagian komponen yang perlu diganti.
c) Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah proses
kerusakan terjadi. Perbaikan ini bertujuan agar kondisi bangunan menjadi
seperti semula.

II. Pemeliharaan tidak terencana (Breakdown Maintenance)


Breakdown Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang terjadi tiba-tiba di luar
prediksi maupun jadwal akibat kerusakan atau tidak berfungsinya suatu sistem
maupun peralatan.
2.4. Perawatan Elemen Bangunan
Perawatan elemen bangunan harus diperhatikan serius agar diperoleh hasil yang maksimal
yang menyebabkan bangunan gedung menjadi terpelihara dengan baik, serta
menguntungkan pemilik bangunan dan pengguna bangunan. Agar perawatan elemen
bangunan terselenggara dengan baik, maka tinjauan perawatan elemen bangunan dibagi
berdasarkan elemennya seperti terlihat pada gambar berikut ini :
Tabel 2.1 Perawatan elemen – elemen bangunan
Arsitektur Sipil Mekanikal Elektrikal Sanitasi dan
Plumbing
1. Sarana jalan 1. pondasi 1. instalasi tata udara 1. instalasi sanitas air
keluar
2. Dinding 2.struktur 2. instalasi listrik 2. saluran air bersih
bangunan
3. Penutup 3.instalasi proteksi 3. saluran air kotor
kebakaran
4. Plafon 4. instalasi transport
5.Kusen,
Jendela, Pintu
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PERMEN) No 24/PRT/M/2008
Menurut Ditjen Cipta Karya (2006) mengklasifikasikan kerusakan yang ada dibagi menjadi
4 (empat) kondisi, yaitu kerusakan ringan non struktur, rusak ringan (Rr), rusak sedang
(Rs), dan rusak berat (Rb). Batasan mengenai kriteria kerusakan tersebut didefinisikan
sebagai berikut:
1. Kerusakan ringan non struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan non struktur apabila terjadi
hal-hal sebagai berikut:
i. retak halus (lebar celah lebih dari 0,075 cm) pada plesteran,
ii. serpihan plesteran berjatuhan,
iii. mencakup luas yang terbatas.

2. Kerusakan ringan struktur


Rusak ringan adalah kerusakan pada komponen bangunan struktur yang tidak
mengurangi fungsi layanan suatu gedung (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas)
struktur secara keseluruhan. Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan
struktur tingkat ringan apabila terjadi hal-hal berikut:
a. retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding,
b. plester berjatuhan,
c. mencakup luas yang besar,
d. kerusakan bagian-bagian non struktur seperti cerobong, lisplang, dsb
e. kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang,
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur
agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan
pada struktur dapat dilakukan tanpa mengkosongkan bangunan.
3. Rusak Sedang
Rusak sedang adalah tingkat kerusakan pada komponen struktur yang dapat
mengurangi kekuatan, tetapi kapasitas layanan secara umum dalam kondisi aman.
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang
apabila terjadi hal-hal berikut:
a. retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding,
b. retak menyebar luas di banyak tempat, seperti dinding pemikul beban, kolom,
cerobong miring, dan runtuh,
c. kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi kerusakan struktur tingkat sedang
adalah memperbaiki bagian struktur dan perkuatan untuk menahan gempa dan
perbaikan secara arsitektur. Selama proses perbaikan berlangsung, bangunan
dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses perbaikan selesai
4. Rusak berat
Rusak berat adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi
kekuatannya sehingga kapasitas layan struktur sebagian atau seluruh bangunan
dalam kondisi tidak aman. Suatu truktur dikatakan mengalami kerusakan tingkat
berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
i. dinding pemikul beban terbelah dan runtuh,
ii. bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat,
iii. 50 % (lima puluh persen) elemen bangunan mengalami kerusakan,
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan atau dilakukan
restorasi dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali.
Dalam kondisi bangunan mengalami kerusakan struktrut tingkat berat, bangunan
menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan.
5. Kerusakan total
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan total apabila terjadi hal-hal
berikut:
a bangunan roboh seluruhnya (>65%),
b sebagian besar komponen utama struktur mengalami kerusakan,
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Penyebab Kerusakan Bangunan
Bangunan gedung sebagaimana barang konstruksi lainnya akan mengalami kerusakan.
Salah satu faktor kerusakan disebabkan adanya komponen yang telah mencapai umur
rencana. Komponen yang umurnya tidak mencapai umur rencana, tetapi mengalami
kerusakan akan diganti dengan komponen yang baru.

3.2. Teknik Perawatan Gedung


Teknik perawatan gedung untuk kurung waktu 3 tahun kami memiliki tahapan proses
gedung secara menyeluruh terdiri dari perencanaan, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan, serta perobohan. Pada proses pemeliharaan gedung, dilakukan proses
pendataan jumlah aset serta pendataan jumlah dan jenis kerusakan untuk menentukan jenis
perbaikan yang sesuai untuk kerusakan tersebut.
Untuk menentukan perbaikan yang diperlukan suatu elemen, harus dilakukan identifikasi
terlebih dahulu terhadap kondisi komponen bangunan tersebut. Langkah untuk
menentukan jenis perbaikan yang sesuai dengan kerusakan, pihak pengelola gedung harus
berpegang pada acuan standar kerja yang menjelaskan tentang metode serta
langkahlangkah yang harus dilakukan :
1. Perawatan terencana sebelum terjadi kerusakan Perawatan terencana
dilakukandengan cara pemantauan rutin sesuai jadwal yang telah dibuat untuk
memantau kondisi komponen bangunan untuk mencegah timbulnya kerusakan dan
Perawatan terencana setelah terjadi kerusakan Perawatan ini dilakukan setelah
terjadinya kerusakan komponen gedung. Perawatan ini bertujuan memulihkan
kondisi komponen bangunan agar berfungsi dengan baik.
2. Perawatan Tidak Terencana adalah perawatan yang dilakukan setelah terjadinya
kerusakan. Dalam hal ini, kerusakan yang diperbaiki merupakan kerusakan yang
tidak diprediksi sebelumnya.

3.3. Jadwal Prosedur Perbaikan


Untuk tetap mempertahankan agar komponen bangunan berjalan normal sesuai fungsinya,
maka dilakukan perawatan sesuai jadwal yang telah dibuat. Jadwal prosedur pelaksanaan
pemeliharaan setiap komponen bangunan terdiri atas:
1. Pelaksanaan Rutin
a Pelaksanaan Harian/mingguan
b Pelaksanaan Bulanan
2. Pelaksanaan Periodik
a Periodik tahunan
b Periodik lima tahunan
3. Pelaksanaan Insedental
a. Keadaan darurat
b. Opsi khusus
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Gedung fakultas kedokteran Kristen Idonesia, kampus
Cawang,Jl.Mayjen Sutoyo No 2. Jakarta Timur, 13630 lantai 9-10.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei hingga April,
Berlangsung selama kurang lebih 2 jam untuk melakukan penelitian dan kurang lebih 1
bulan untuk pengumpulan data.
4.2. Penetapan Sumber Daya
Karena penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, maka sebagian data dalam
penelitian ini diperoleh langsung dari identifikasi di lapangan (survey) serta data yang
diperoleh dari pihak-pihak yang terlibat dalam pemeliharaan gedung fakultas kedokteran
Universitas Kristen Indonesia.
4.3. Teknik Pengambilan Data
Data penelitian ini terdapat dua jenis data, yang terdiri dari:
1) Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak
yang berkompeten dan pihak yang terlibat dalam pemeliharaan gedung fakultas
kedokteran Universitas Kristen Indonesia, serta data dari hasil survey di lapangan.
2) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh memalui jurnal, buku refrensi,
makalah, serta literatur yang terkait dengan pembahasan pada penelitian ini.
Sedangkan untuk teknik pengumpulan data pada penelitian ini, kelompok kami
melakukan dengan cara:
a) Metode wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan
pihak yang terlibat langsung dalam pemeliharaan Gedung fakultas
kedokteran Uiversitas Kristen Indonesia.
b) Metode survey
Metode survey dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di
lokasi penelitian
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Komponen Arsitektur Gedung Fakultas Kedokteran Lantai 9 – Lantai 10

1. Dinding
Jenis kerusakan dinding yang kami temui di Gedung FK UKI. Kerusakan yang terjadi
pada lantai 9, yaitu banyaknya noda – noda hitam pada bagian dinding, terkelupasnya
cat diruang janitor dan Tidak melekatnya lem penghubung antara partisi dan dinding
bata, sedangkan pada lantai 10 kerusakan yang terjadi, yaitu terdapat noda – noda
hitam, retaknya dinding pada ruang janitor. Kerusakan ini kami perkirakan karena
dinding yang tidak pernah dicat dan tidak mengunakan cat dasar. Cara mengatasinya
dengan cara:

▪ Pada bagian dinding di lakukan pengecatan kembali


▪ Di tambahkan kembali lem perekat untuk dinding partisi
2. Plafond

Pada bagian plafond lantai 9 dan 10 terdapat kerusakan, seperti berlubang dan rembes. Hal
ini kami perkirakan terjadi akibat pembetulan pipa–pipa yang tidak ditutup kembali, dan
terjadinya pembocoran pada bagian pipa air. Cara mengatasinya:
• plafond ditutup kembali
• pipa–pipa yang bocor sebaiknya dibetulkan, dan dicat kembali.
3. List Plafond

Pada bagian list terdapat kerusakan, seperti Putusnya list plafon antara 1 dengan yang
lainnya,Timbulnya bercak kotoran di list plafon. Cara mengatasinya : dengan di pasang
kembali list plafon baru.
4. Pintu

Terletak di ruang janitor, Kerusakan yang terjadi yaitu pada bagian pintu terdapat noda
hitam dan terkelupasnya kayu pintu. Kerusakan itu kami perkirakan terjadi akibat pintu yang
sudah lama. Material yang digunakan yaitu kusen. Cara mengatasinya dengan mengganti
pintu lama dengan pintu baru.

5. Transportasi Vertikal ( Lift )

Terdapat 3 lift pada Gedung FK UKI, 2 untuk penumpang dan 1 untuk pasien. Kondisi lift
baik hanya saja pada lift barang kurannya pendingin, tidak adanya pewangi dan pencahayaan
lift terlalu terang. Cara mengatasinya dengan cara ditambahkan freon pada bagian pendingin
lift, diberikan pewangi dan dikurangkan pencahayaan lift.
6. Ruang Plumbing
Ruangan yang terletak pada lantai dasar, ruangan disini cukup baik, hanya saja ruang
plumbing ini kotor dan kabel-kabelnya tidak tertata rapih. Cara mengatasinya dengan
membersihkan ruang plumbing dan menyusun kabel-kabel dengan rapih.

5.2 Data Hasil Kerusakan


1. Lantai 9

a. Tanggal 22 agustus 2015 – 31 agustus 2015:


 Pengecatan ruang
 Perbaikan rolling blank
2. Lantai 10

a. Tanggal 8 Agustus 2015 – 14 Agustus 2015 :


 Penambalan plafond ruang manikin
 Pengecatan
b. Tanggal 18 agustus 2015 – 21 agustus 2015 :
 Penambalan plafond ruang manikin
 Pengecatan
c. Tanggal 22 agustus 2015-31 agustus 2015 :
 Perbaikan rolling blank
 Pengecatan interior area koridor
d. Tanggal 1 april 2016 – 10 april 2016 :
 Cek ac yang bermasalah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kerusakan Gedung fakultas kedokteran Lantai 9 dan10
ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gedung FK dapat dikatakan banguan yang memiliki utilitas yang lengkap, hanya saja
kurang terawatnya utilitaas bangunan.

2. komponen arsitektur pada setiap lantai terdapat kerusakan.

5.2. Saran
Saran dari kelompok kami sebaiknya Gedung FK, khususnya pada lantai 9 dan 10, agar
dapat dipertimbangkan:
 Kerusakan yang terjadi harus segera ditangani dalam watu secepatnya, supaya
kerusakan tidak semakin meluas dan bertambah parah.
 Melakukan perawatan dan pengecekan secara rutin dengan baik dan terus menerus
agar komponen yang ada dapat berfungsi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.workbreakdownstructure.com
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle
http://imagebali.net/detail-artikel/1050-beberapa-penyebab-kerusakan-bangunan-dan-cara-
mengatasinya.php2
https://www.academia.edu/8872326/Waluyo_ANALISIS_JENIS_KERUSAKAN_PADA_BAN
GNAN_PERUMAHAN_Studi_Kasus_pada_Perumahan_Pondok_Pasir_Mas_Palangka_Raya

Anda mungkin juga menyukai