Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerusakan bangunan gedung adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan
beberapa faktor diantaranya, faktor manusia seperti kelalaian dalam pelaksanaan,
baik dari cara pelaksaan mapun dari penempatan kualitas material, kualitas beton
dan faktor bencana alam seperti gempa bumi, banjir maupun pengaruh dari cuaca
dan iklim.
Untuk itu dibutuhkan penanganan pemeliharaan bangunan dimana
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan, kekuatan
serta keawetan bangunan gedung baik dari segi prasarana maupun sarana agar
bangunan gedung selalu layak fungsi sebagimana mestinya. Sedangkan perawatan
bangunan gedung adalah kegiatan perbaikan, renovasi dan rehabilitas serta
mengganti bagian gedung baik dari segi prasarana maupun sarana agar bangunan
gedung bisa dipakai sebagaimana mestinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Kimprawil 1996) bahwasanya Pemeliharaan
bangunan adalah usaha mempertahankan kondisi bangunan agar tetap berfungsi
sebagaimana mestinya atau usaha menghindari kerusakan komponen atau elemen
bangunan akibat keusangan atau kelusuhan bangunan guna meningkatkan wujud
bangunan. Selanjutnya sesuai dengan (Permenpu no. 24/PRT/M/2008)
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan
gedung beserta prasarana dan sarana agar bagngunan gedung selalu laik fungsi
(preventive maintenance). Kerusakan bangunan gedung merupakan deteriorasi
bangunan dengan hilangnya fungsi atau bangunan tidak dapat difungsikan
sebagaimana mestinya (Dardiri 2012).

Terkait dengan kerusakan dimana pada bulan September 2019 bencana alam
yaitu Gempa Bumi melanda pulau ambon yang mencapai ribuan kali
menyebabkan tidak sedikit bangunan yang mengalami kerusakan, salah satunya
adalah gedung-gedung bertingkat yang ada di Kota Ambon tepatnya di Univrsitas
Pattimura Ambon yang menjadi tempat penelitian dimana, dampak gempa

1
mengakibatkan beberapa kerusakan terutama sebagian besar pada pekerjaan
struktur dan arsitekturnya.
Adanya peristiwa atau faktor alam dimaksud maka satuan kerja penyediaan
perumahan Provinsi Maluku merencanakan Rehabilitas Gedung Pendidikan
Jurusan IPS FKIP Universitas Pattimura Ambon yang berlokasi di Kota Ambon
Berdasarkan paparan dari latar belakang di atas setelah peneliti menemukan
berbagai masalah maka peneliti dapat menarik judul, yaitu “Analisis
Pemeliharaan dan Perawatan Terhadap Tingkat Kerusakan Pada
Pembangunan Rehabilitas Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP
Universitas Pattimura Ambon”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat mendapatkan
permasalahan meliputi:
1. Bagaimana Tingkat kerusakan pada bangunan Rehabilitas Gedung
Pendidikan Jurusan IPS FKIP Universitas Pattimura Ambon ?.
2. Berapa biaya kerusakan pemeliharaan dan perawatan terhadap bangunan
Rehabilitas Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP Universitas Pattimura
Ambon?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tingkat kerusakan terhadap pemeliharaan dan perawatan pada
Proyek Revitalisasi Pemabangunan Rehabilitas Gedung Pendidikan Jurusan
IPS FKIP Universitas Pattimura Ambon.
2. Mengetahui Analisis Biaya pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan
terhadap bangunan Rehabilitas Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP
Universitas Pattimura Ambon
1.4. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini diberikan batasan agar lebih terfokus sehingga
mendapatkan hasil maksimal, batasan tersebut di antaranya:
1. Penelitian ini dilakukan Pada Pembangunan Rehabiliasi Gedung
Pendidikan Jurusan IPS FKIP Universitas Pattimura Ambon

2
2. Objek penelitian dilakukan pada bagian struktur dan arsitektur dengan
meninjau bagian bangunan gedung yang mengalami kerusakan ringan,
sedang dan berat.
3. Penelitian ini membahas tentang tingkat kerusakan bangunan serta
menghitung biaya Rehabiliasi Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP
Universitas Pattimura Ambon .

1.5 Sistimatika Penulisan.


Adapun sitimatika penulisan sebagai berikut :
1. BAB. I Pendahuluan meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup dan sistimatika penulisan
2. BAB. II Tinjauan Pustaka meliputi : Tingkat kerusakan bangunan dan
biaya pemeliharaan dan perawatan, ruang linkup pemeliharaan dan
perawatan, serta komponen kerusakan
3. BAB. III Metodologi penelitian meliputi : lokasi penelitian, jenis data,
sumber data, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data dan
bagan alir.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung

Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008,


bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

2.1.1 Klasifikasi Bangunan Gedung

Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


45/PRT/M/2007, ada 3 jenis klasifikasi bangunan gedung berdasarkan
tingkat kompleksitas yang dibedakan berdasarkan fungsi dan
kegunaannya. Berikut adalah tabel klasifikasi bangunan gedung :

Tabel 2.1 Klasifikasi Bangunan Gedung

No Jenis Bangunan Penjelasan


1 Bangunan  Gedung Kantor yang sudah ada desain
sederhana propertinya atau bangunan gedung kantor
dengan jumlah lantai sampai dengan 2
lantai dengan luas sampai 500 m2
 Bangunan rumah dengan tipe C, D dan E
yang tidak bertingkat.
 Gedung pelayanan kesehatan :
Puskesmas.
 Gedung pendidikan tingkat dasar
dan/atau lanjutan dengan jumlah sampai
dengan 2 lantai.
2 Bangunan tidak  Gedung kantor yang belum ada desain
sederhana propertinya atau gedung kantor dengan

4
luas di atas 500 m2 atau gedung kantor
bertingkat di atas 2 lantai.
 Bangunan untuk tipe A dan B atau rumah
dinas C, D dan E yang bertingkat.
Gedung rumah sakit kelas A, B, C dan D.
 Gedung pendidikan tinggi Universitas /
Akademi atau gedung pendidikan dasar
bertingkat di atas 2 lantai
3. Bangunan  Istana Negara dan rumah jabatan presiden
khusus dan wakil presiden.
 Wisma Negara.
 Gedung instalasi nuklir.
 Gedung laboratorium.
 Gedung terminal udara/laut/darat.
 Stasiun kereta api.
 Stadion olah raga.
 Gudang benda berbahaya.
 Gedung bersifat monumental.
 Gedung kantor perwakilan Negara RI di
luar negeri.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2007)

2.1.2 Komponen Bangunan Gedung

Dalam perawatan suatu bangunan memerlukan perhatian yang


serius agar diperoleh hasil yang maksimal dan perawatan ini diharapkan
dapat membuat kondisi bangunan semakin nyaman dengan fasilitas yang
baik. Berikut adalah klasifikasi pemeliharaan komponen bangunan
gedung.

5
Komponen pemeliharaan
bangunan

Arsitektur Utilitas
Struktur
Atap instalasi AC
Balok pelapis lantai
instalasi listrik
pelapis dinding
Kolom
instalasi air
kusen, pintu, dan
Dinding jendela alat - alat sanitasi

penutup langit – langit

Gambar 2.1 Komponen Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan

Sumber : Usman, K. (2009)

2.2 Klasifikasi Kerusakan Bangunan Gedung

Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


24/PRT/M/2008, kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan
atau komponen bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan
atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang
berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis. Klasifikasi
kerusakan bangunan gedung dapat digolongkan atas tiga tingkat
kerusakan, yaitu seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Kerusakan Bangunan Gedung

No Kategori Penjelasan
1 Kerusakan a. Kerusakan ringan adalah kerusakan
ringan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup
lantai, dan dinding pengisi.
b. Tidak menganggu fungsi bangunan dari

6
segi arsitektur, tidak menimbulkan
gangguan fungsi dan estetika, tidak
menimbulkan bahaya sedikitpun kepada
penghuni.
c. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan,
biayanya maksimum adalah sebesar 35%
dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
2 Kerusakan a. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada
sedang sebagian komponen non-struktural, dan
atau komponen struktural seperti struktur
atap, lantai, dan lain-lain.
b. Mengganggu fungsi bangunan dari segi
arsitektur, mengurangi estetika bangunan
dan mengurangi kenyaman pada penghuni.
c. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang,
biayanya maksimum adalah sebesar 45%
dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
3 K erusakan berat a. Kerusakan berat adalah kerusakan pada
sebagian besar komponen bangunan, baik
struktural maupun non-struktural yang
apabila setelah diperbaiki masih dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya.
b. Sangat mengganggu fungsi dan estetika
bangunan, mengakibatkan hilangnya rasa
nyaman dan menimbulkan bahaya kepada
penghuni.
c. Biayanya maksimum adalah sebesar 65%

7
dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/klas dan lokasi yang sama.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2008)

Tabel 2.3 Klasifikasi Kerusakan Bangunan Gedung

No Kategori Penjelasan
1 Kerusakan a. Kusak ringan adalah kerusakan pada
Struktur komponen struktur yang tidak mengurangi
fungsi layan (kekuatan, kekakuan dan
daktilitas) struktur secara keseluruhan,
yaitu retak kecil pada balok, kolom dan
dinding yang mempunyai lebar celah antara
0,075 hingga 0,6 cm;
b. Rusak sedang adalah kerusakan pada
komponen struktur yang dapat mengurangi
kekuatan tetapi kapasitas layan secara
keseluruhan dalam kondisi aman, yaitu
retak besar pada balok, kolom dan dinding
dengan lebar celah lebih besar dari 0,6 cm;
c. Rusak berat adalah kerusakan pada
komponen struktur yang dapat mengurangi
kekuatannya sehingga kapasitas layan
struktur sebagian atau seluruh bangunan
dalam kondisi tidak aman, yaitu terjadi
apabila dinding pemikul beban terbelah dan
runtuh, bangunan terpisah akibat kegagalan
unsur pengikat dan 50% elemen utama
mengalami kerusakan atau tidak layak
huni.
2 Kerusakan a. Rusak ringan adalah kerusakan yang tidak
Arsitektur menganggu fungsi bangunan dari segi

8
arsitektur, seperti kerusakan pada pekerjaan
finishing, yaitu mengelupasnya cat yang
tidak menimbulkan gangguan fungsi dan
estetika serta tidak menimbulkan bahaya
sedikitpun kepada penghuni;
b. Rusak sedang adalah kerusakan yang dapat
mengganggu fungsi bangunan dari segi
arsitektur (fungsi, kenyamanan, estetika),
seperti kerusakan pada bagian bangunan
yaitu pecahnya kaca pada jendela dan pintu
yang dapat mengurangi estetika bangunan
dan mengurangi kenyaman pada penghuni;
c. Rusak berat adalah kerusakan yang sangat
mengganggu fungsi dan estetika bangunan
serta mengakibatkan hilangnya rasa
nyaman dan dapat menimbulkan bahaya
kepada penghuni.
3 Kerusakan utilitas a. Rusak ringan adalah rusak kecil atau tidak
berfungsinya sub komponen utilitas yang
tidak akan menimbulkan gangguan atau
mengurangi fungsi komponen utilitas,
misalnya pada instalasi listrik yaitu
padamnya salah satu lampu pada ruangan;
b. Rusak sedang adalah kerusakan atau tidak
berfungsinya sub komponen utilitas yang
menimbulkan gangguan atau mengurangi
fungsi komponen utilitas, misalnya pada
instalasi telepon yang mengalami gangguan
disalah satu ruangan yang menyebabkan
matinya saluran telepon diruangan tersebut;
c. Rusak berat adalah rusak atau tidak
berfungsinya sub komponen utilitas yang

9
dapat menimbulkan gangguan berat atau
mengakibatkan tidak berfungsinya secara
total komponen utilitas.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2008)

2.3 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan

Gedung Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


24/PRT/M/2008, pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga
keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan
gedung selalu laik fungsi (preventivemaintenance). Sedangkan perawatan
bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti bagian
bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana
agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative maintenance).

2.3.1 Lingkup Pemeliharaan Bangunan

Gedung Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


24/PRT/M/2008, pekerjaan permeliharaan bangunan gedung meliputi jenis
pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan atau
penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung dan kegiatan
sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan
bangunan gedung. Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan
kurang lebih 20 tahun. Oleh karena itu, pekerjaan pemeliharaan sangat
penting dan dilakukan pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca
konstruksi secara rutin, terus menerus danperiodik dengan memperhatikan
spesifikasi teknis bahan. Dengan adanya pemeliharaan yang rutin maka
diharapkan bila terjadi kerusakan tidak memerlukan biaya perbaikan atau
pemeliharaan yang tinggi. Berikut adalah tabel lingkup pemeliharaan
bangunan gedung :

10
Tabel 2.4 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung

No Kategori Penjelasan
1 Arsitektural a. Memelihara secara baik dan teratur jalan
keluar sebagai sarana penyelamat (egress)
bagi pemilik dan pengguna bangunan.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-
unsur tampak luar bangunan sehingga tetap
rapih dan bersih.
c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-
unsur dalam ruang serta perlengkapannya.
d. Menyediakan sistem dan sarana
pemeliharaan yang memadai dan berfungsi
secara baik, berupa perlengkapan /
peralatan tetap dan atau alat bantu kerja
(tools).
e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen
arsitektural dan dekorasi yang benar oleh
petugas yang mempunyai keahlian dan/
atau kompetensi dibidangnya.
2 Structural a. Memelihara secara baik dan teratur unsur-
unsur struktur bangunan gedung dari
pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan
pembebanan diluar batas kemampuan
struktur, serta pencemaran lainnya.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-
unsur pelindung struktur.
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai
bagian dari perawatan preventif (preventive
maintenance).
d. Mencegah dilakukan perubahan dan/ atau
penambahan fungsi kegiatan yang
menyebabkan meningkatnya beban yang

11
berkerja pada bangunan gedung, di luar
batas beban yang direncanakan.
e. Melakukan cara pemeliharaan dan
perbaikan struktur yang benar oleh petugas
yang mempunyai keahlian dan / atau
kompetensi di bidangnya.
f. Memelihara bangunan agar difungsikan
sesuai dengan penggunaan yang
direncanakan.
3 Mekanikal (Tata a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan
Udara, Sanitasi, berkala sistem tata udara, agar mutu udara
Plambing dan dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan
Ransportasi) teknis dan kesehatan yang disyaratkan
meliputi pemeliharaan peralatan utama dan
saluran udara.
b. Memelihara dan melakukan pemeriksaan
berkala sistem distribusi air yang meliputi
penyediaan air bersih, sistem instalasi air
kotor, sistem hidran, sprinkler dan septik
tank serta unit pengolah limbah.
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan
berkala sistem transportasi dalam gedung,
baik berupa lif, escalator, travelator, tangga,
dan peralatan ransportasi vertikal lainnya.
4. Elektrikal (Catu a. Melakukan pemeriksaa periodik dan
Daya, Tata memelihara pada perlengkapan pembangkit
Cahaya, daya listrik cadangan.
Telepon, b. Melakukan pemeriksaan periodik dan
Komunikasi Dan memelihara pada perlengkapan penangkal
Alarm) petir.
c. Melakukan pemeriksaan periodik dan
memelihara sistem instalasi listrik, baik

12
untuk pasokan daya listrik maupun untuk
penerangan ruangan.
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan
memelihara jaringan instalasi tatasuara dan
komunikasi (telepon) serta data.
e. Melakukan pemeriksaan periodik dan
memelihara jaringan sistem tanda bahaya
dan alarm.
5 Tata Ruang Luar a. Memelihara secara baik dan teratur kondisi
dan permukaan tanah dan/ atau halaman
luar bangunan gedung.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-
unsur pertamanan di luar dan didalam
bangunan gedung, seperti vegetasi
(landscape), bidang perkerasan (hardscape),
perlengkapan ruang luar (landscape
furniture), saluran pembuangan, pagar dan
pintu gerbang, lampu penerangan luar,
sertapos/ gardu jaga.
c. Menjaga kebersihan di luar bangunan
gedung, pekarangan dan lingkungannya.
d. Melakukan cara pemeliharaan taman yang
benar oleh petugas yang mempunyai
keahlian dan/ atau kompetensi di
bidangnya.
sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2008)

2.3.2 Lingkup Perawatan Bangunan Gedung

Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :


24/PRT/M/2008, pekerjaan perawatan bangunan gedung meliputi
perbaikan atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan
atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan

13
bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan
konstruksi. Berikut adalah tabel lingkup perawatan bangunan gedung :

Tabel 2.5 Lingkup Perawatan Bangunan Gedung

No Kategori Penjelasan
1 Rehabilitasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian
dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi
tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur
bangunan gedung tetap dipertahankan seperti
semula, sedang utilitas dapat berubah.
2 Renovasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai
fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik
arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
3 Restorasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan untuk
fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah
dengan tetap mempertahankan arsitektur
bangunannya sedangkan struktur dan utilitas
bangunannya dapat berubah.

2.4 Jenis Perbaikan Bangunan Gedung

Keputusan Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta


Karya (1993), untuk melakukan perbaikan pada bangunan gedung pada
dasarnya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu perbaikan arsitektur (repair),
restorasi (restoration) dan perkuatan (strengthening). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.6 Jenis Perbaikan Bangunan Gedung

14
No Kategori Tujuan Tindakan
1 Rehabilitasi Mengembalikan a. Menambal retak - retak pada
bentuk arsitektur tembok, plesteran.
bangunan agar b. Memperbaiki pintu - pintu,
semua jendela - jendela, mengganti
perlengkapan/ kaca.
peralatan dapat c. Memperbaiki kabel - kabel
berfungsi listrik.
kembali. d. Memperbaiki pipa - pipa air,
pipa gas, saluran pembuangan.
e. Membangun kembali dinding
dinding pemisah, cerobong,
pagar.
f. Memplester kembali dinding-
dinding.
g. Mengatur kembali genteng-
genteng.
h. Mengecat ulang.
2 Restorasi Melakukan a. Menginjeksikan air semen atau
(restoration) perbaikan pada bahan-bahan epoxy (bila ada)
elemen-elemen kedalam retak-retak kecil yang
struktur penahan terjadi pada dinding pemikul
beban. beban, balok, maupun kolom.
Retak kecil adalah retak yang
mempunyai lebar celah antara
0,075 cm dan 0,6 cm.
b. Penambahan jaringanm
tulangan pada dinding pemikul,
balok, maupun kolom yang
mengalami retak besar
kemudian diplester kembali.
Retak besar adalah retak yang

15
mempunyai lebar celah lebih
besar dari 0,6 cm.
c. Membongkar bagian-bagian
dinding yang terbelah dan
menggantikannya dengan
dinding baru dengan spesi yang
lebih kuat dan dijangkar pada
portal.
3 Perkuatan Meningkatkan a. Menambah daya tahan
(strengthenin kekuatan struktur terhadap beban lateral dengan
g) dibandingkan jalan menambah dinding,
dengan kekuatan menambah kolom, dll.
semula b. Menjadikan bangunan sebagai
satu kesatuan dengan jalan
mengikat semua faktor
penahan beban satu dengan
lainnya.
c. Menghilangkan sumber-
sumber kelemahan atau yang
dapat menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan di
bagianbagian tertentu
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2003)

2.5 Estimasi Harga Perkiraan (Approximate Estimate)


Suharto (2007), berpendapat bahwa dalam penyelenggaraan proyek
perkiraan biaya memegang peranan penting, dipergunakan untuk
mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan
suatu proyek atau investasi. Selanjutnya juga memiliki fungsi yang sangat
luas yaitu merencanakan serta mengendalikan sumber daya seperti
material, tenaga kerja dan waktu.

2.4.1 Volume Pekerjaan

16
Volume pekerjaan merupakan jumlah ruang yang diambil oleh
suatu benda, volume digunakan dalam menggambarkan ukuran tiga
dimensi dari suatu objek tertentu. Volume dihitung dengan
mengalikan panjang, lebar dan tinggi dari suatu benda. Volume
adalah menghitung jumlah banyaknya suatu pekerjaan dalam satu
satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Menurut
Civil Engineering Standardization Methods Of Meansurement
(CESMM) satuan pekerjaan yang digunakan adalah meter kubik
untuk volume, meter persegi untuk luas, meter lari untuk panjang,
berikut adalah persamaan yang digunakan dalam menghitung
volume pekerjaan :

V (m3) = p (m) x l (m) x t (m)................................................... (2.1)

Dimana :

t = Tinggi (m)

V = Volume (m3 )

p = Panjang (m)

l = Lebar (m)

2.4.2 Analisa Harga Satuan

Keputusan Badan Standarisasi Nasional (2008), harga satuan


pekerjaan dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan
upah. Analisa harga satuan pekerjaan merupakan harga per satuan
tertentu dari suatu jenis pekerjaan tertentu berdasarkan rincian
komponen-komponen tenaga kerja, bahan, dan peralata. Harga
satuan bahan dan upah dan upah tenaga kerja disetiap daerah
berbeda-beda sehingga dalam menghitung dan menyusun anggaran
biaya suatu bangunan atau proyek harus berpedoman pada harga
satuan dan upah tenaga kerja dipasaran dan lokasi pekerjaan.

2.5 Biaya Permeliharaan Dan Perawatan

17
Keputusan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
24/PRT/M/2008, khusus bangunan negara biaya pemeliharaan
yang dikeluarkan adalah : Biaya pemeliharaan per m2 bangunan
gedung setiap tahun adalah sebesar 2 % dari harga satuan per m2
tertinggi yang berlaku. Besarnya biaya pemeliharaan bangunan
gedung tergantung pada fungsi dan kualifikasi bangunan.

Untuk menghitung harga bangunan yang bertingkat, nilai


harga satuan bangunan per m2 seperti yang terdapat pada tabel 2.8
perlu diselesaikan berdasarkan jumlah lantai dari gedung tersebut.
Adapun koefisien faktor penyesuaian nilai harga satuan bangunan
per m2 yang disebut juga koefisien faktor satuan harga dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7 Koefisen harga satuan harga bangunan

Jumlah Lantai Harga Satuan Per m2 Tertinggi


Bangunan
1 1,000 standar harga gedung bertingkat
2 1,090 standar harga gedung bertingkat
3 1,120 standar harga gedung bertingkat
4 1,135 standar harga gedung bertingkat
5 1,162 standar harga gedung bertingkat
6 1,197 standar harga gedung bertingkat
7 1,236 standar harga gedung bertingkat
8 1,265 standar harga gedung bertingkat
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum (2007)

Untuk menghitung tingkat kerusakan dan persentasenya dapat


diukur dari berapa besar biaya perbaikan yang diperlukan kemudian
dibandingkan dengan nilai proyek berdasarkan prakiraan yang berlaku
tahun sekarang, kemudian dikalikan dengan 100%.

Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung harga


bangunan per jumlah lantai :

18
Harga bangunan = Hb x F x L............................................................... (2.2)

Dimana :

Hb = Harga bangunan per m2 .

F = Koefesien harga satuan bangunan.

L = Luas total bangunan.

Untuk menghitung persentase kerusakan harga tertinggi


menggunakan rumus berikut :

harga perbaikan
Persentasi¿ x100%...........................................
nilai proyek harga tertinggi
(2.3)

Kemudian berdasarkan ketentuan biaya pemeliharaan bangunan gedung


yang harus dikeluarkan untuk bangunan gedung negara menurut Dinas
Pekerjaan umum adalah 2 % dari harga satuan per m2 tertinggi yang
berlaku, maka dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Biaya Pemeliharasan = 2% x harga bangunan satuan per m2 tertinggi (2.4)

BAB III

19
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Dan Lokasi Penelitian


Pada penelitian ini objek yang dijadikan sebagai penelitian adalah pada
Pembangunan Rehabilitas Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP Universitas
Pattimura Ambon.

Gambar : Gedung Pendidikan Jurusan IPS FKIP Universitas Pattimura Ambon.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Data merupakan sekumpulan keterangan atau masukan yang diperoleh dari
suatu pengamatan yang selanjutnya mendukung analisis hasil dan pembahasan
hasil serta kesimpulan. Dalam penelitian ini sumber data yang digunaka ada 2
yaitu berupa data sekunder dan data primer. Adapun penjelasan mengenai
pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
3.2.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang dikumpulkan atau
diproduksi oleh lembaga/instansi melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan data yang diperoleh atau dikumpulkan
dari berbagai sumber. Adapun data sekunder tersebut yaitu sebagai
berikut:
 Peta Lokasi Penelitian
 Gambar Rencana

20
 Analisa Harga Satuan
3.2.2 data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya berupa wawancara maupun hasil observasi
dari suatu objek di lapangan. Langkah pengambilan data dilapangan yaitu
sebagai berikut :
1. Mengambil gambar lokasi objek penelitian dan mengambil gambar
bagian bagian dari gedung yang mengalami kerusakan
2. Kemudian mengamati tingkat kerusakan terhadap dua komponen
gedung yaitu arsitektur dan utilitas.
a. Untuk komponen arsitektur dilakukan pengecekan kerusakan
secara visual terhadap beberapa elemen berikut yaitu penutup
dinding, penutup lantai, langit-langit, kusen, pintu dan jendela;
b. Untuk komponen utilitas dilakukan pemerikasaan visual terhadap
alat-alat sanitasi apakah masih berfungsi secara baik.

3,3 Metode Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data

Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data dalam menetukan


biaya pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, yaitu sebagai berikut

3.3.1 Menganalisis jenis kerusakan dan biaya rehabilitas

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan jenis


kerusakan dan biaya revitalisasi bangunan gedung adalah sebagai berikut :

1. Menentukan klasifikasi bangunan gedung menurut Peraturan Departemen


Pekerjaan Umum, dapat dilihat pada Tabel 2.1
2. Menganalisis dan menentukan tingkat kerusakan bangunan gedung yang
dibagi atas 3 (tiga) klasifikasi, yaitu : R (ringan), S (sedang) dan B (berat).
Tujuannsya adalah untuk memudahkan dalam menggolongkan tipe
kerusakan sesuai dengan jenis kerusakan masing-masing komponen
bangunan gedung;
3. Menghitung volume masing-masing bagian bangunan gedung yang
mengalami kerusakan dan menentukan jenis-jenis kerusakan pada masing-

21
masing komponen bangunan gedung. Kemudian menghitung biaya
masing-masing komponen bangunan gedung yang mengalami kerusakan
sehingga didapat persentase biaya perawatan bangunan gedung;
4. Untuk mengetahui harga bangun baru pada bangunan gedung terlebih
dahulu hal yang harus diketahui yaitu luas bangunan gedung tersebut. Lalu
diketahui juga harga bangunan per m2 berdasarkan jenis dan klasifikasi
bangunan gedung tersebut,. Kemudian harga bangunan tersebut dikali juga
dengan koefisien faktor penyesuaian nilai harga satuan bangunan per m2
yang disebut faktor satuan harga bangunan, dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Selanjutnya untuk menghitung biaya bangun baru menggunakan
persamaan 2.2
5. Kemudian untuk memperoleh tingkat kerusakan dan persentasenya dapat
diukur dari seberapa besar biaya revitalisasi yang diperlukan dan
kemudian dibandingkan dengan biaya bangun baru bangunan gedung
berdasarkan prakiraan (approximateestimate) yang berlaku sekarang yaitu
tahun sekarang menggunakan persamaan 2.3. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kategori kerusakan bangunan gedung apakah tergolong ringan,
sedang atau berat sesuai kategori kerusakan pada Tabel 2.4

3.4 Diagram Alir Penelitian

22
MULAI

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Menentukan Obyek Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


 Observasi  Peta proyek
 Dokumentasi  Gambar rencana
 Analisa harga satuan

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

23

Anda mungkin juga menyukai