Anda di halaman 1dari 23

PERAWATAN

BANGUNAN DAN JALUR


PERKERETAAPIAN

Kelompok 5 :
Afan Hafid Hanafi 2210261
Arrina Saidatur R. 2210302
Mario Yudatama A. 2210381
Rifqi Risqullah 2210441

D-III Teknologi Bangunan & Jalur Perkeretaapian

Politeknik Perkeretaapian Indonesia


Madiun
a. Apa yg dimaksid Pemeriksaan Banhunan
b. Apa saja yg di maksud Bangunan.
c. Apa Parameter pemeriksaannya

1. PEMERIKSAAN BANGUNAN

Menurut KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PERBUKUAN
Pengertian Pemeriksaan Bangunan merupakan upaya untuk mengetahui apakah pekerjaan
konstruksi yang telah dilaksanakan dapat memenuhi persyaratan teknis sesuai yang tercantum
di dalam kontrak kerja dan dapat menghasilkan bangunan yang bermanfaat.
1. Ruang Lingkup Pemeriksaan Bangunan
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaannya, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi harus
mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang handal dan bermanfaat
Tujuan dan Sasaran Pemeriksaan
Menjaga penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sehingga dapat berjalan secara tertib dan
benar sesuai kontrak yang disepakati guna mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang
handal dan bermanfaat. Tanggung Jawab dan Wewenang Pemeriksa
a. Mengumpulkan, menganalisis data dan melakukan pengujian terhadap pelaksanaan dan
hasil pekerjaan konstruksi.
b. Memberikan penilaian berdasarkan hasil pemeriksaan secara tertulis
c. Mempertanggung-jawabkan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berkompeten atau
pemilik proyek.
Prosedur Pemeriksaan
1) Survei Pendahuluan Bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan
awal dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang akan diperiksa.
2) Evaluasi sistem Pengendalian Manajemen Berguna untuk menentukan fokus pemeriksaan
3) Penyusunan Program Kerja dan Jadwal Pemeriksaan Bertujuan untuk menyusun pekerjaan
yang akan diperiksa berdasarkan hasil evaluasi pengendalian manajemen dan dilakukan
sesuai skala prioritas.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Bangunan
a. Pengujian Kelecakan (Workability) Pengujian kelecakan yang paling sering digunakan
adalah pengujian nilai slump beton, karena mudah dikerjakan dengan peralatan uji sederhana.

2. PENGERTIAN BANGUNAN

Menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002


TENTANG BANGUNAN GEDUNG Pada Pasal 1 ayat 1 Bangunan gedung adalah wujud

2
fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempatmanusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Dalam kamus bahasa inggris, Building bisa diartikan bangunan atau rumah. Berikut
ini pengertian bangunan dari beberapa sumber :
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura, Bangunan yang baik
haruslah memiliki keindahan atau estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan
atau fungsi (Utilitas). Sehingga bangunan tidak hanya sekedar berdiri saja, melainkan harus
mempunyai tiga unsur yang disebutkan diatas (Sumoharjo, 2009).
Menurut pernyataan dari kampus Wartawarga Gunadarma, Bangunan biasanya
dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur
dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya
jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, dan sarana telekomunikasi
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id, 2009).
Menurut situs blog “Perbedaan Bangunan dan Arsitektur”, Bangunan adalah
suatu susunan elemen-elemen yang membentuk fungsi untuk mewadahi aktivitas manusia
dengan segala komponen yang dibutuhkan dalam aktivitasnya. Ia memiliki bentuk dan
dimensi yang dapat menaungi dengan memiliki kekakuan dan kekokohan yang dapat
melindungi manusia dan segala aktivitas di dalamnya dari segala gangguan. Karena bangunan
berfungsi untuk mewadahi aktivitas manusia maka ia harus mempunyai keadaan yang
dibutuhkan oleh manusia yaitu kenyamanan, keamanan, dan efisiensi, serta kebutuhan-
kebutuhan manusia yang lain (http://mengerjakantugas.blogspot.com, 2009).
Menurut Dian Ariestadi dalam bukunya Teknik Struktur Bangunan, Bangunan
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik
yang di atas atau di bawah tanah dan menyatu dengan tempat kedudukan di air (Ariestadi,
2008: 1).
Menurut kajian Al-Quran, Bangunan yaitu bangunan untuk tempat berlindung dari
musuh, panas, hujan, dan binatang buas (Q.S 18 Al-Kahfi).
Dari beberapa sumber diatas tentang pengertian bangunan, bisa disimpulkan bahwa bangunan
yaitu tempat hunian yang memiliki bentuk dan dimensi yang dapat menaungi penghuni dan
memiliki kekuatan serta kekokohan. Bangunan juga berfungsi untuk mewadahi kebutuhan
manusia maupun aktivitas yang dikerjakan. Dalam kajian arsitektur, bangunan harus
mempunyai prinsip-prinsip keindahan atau estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan
kegunaan atau fungsi (Utilitas) serta sebagai tempat berlindung bagi penghuni atau user yang
ada didalamnya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia di atas, bangunan diartikan menurut arti
katanya. Bangunan adalah kata benda, dengan kata kerjanya bangun atau membangun,
sehingga bangunan dapat diartikan sebagai yang dibangun atau yang didirikan. Bangunan
adalah segala sesuatu yang dibangun untuk suatu kepentingan tertentu. Dengan definisi
demikian, hampir semua bentuk yang didirikan atau dibangun dapat disebut sebagai
bangunan, seperti gedung, rumah, jembatan, jalan, tugu, kios, warung dan banyak lagi contoh
yang dapat disebutkan. Namun dilihat dari arti yang lebih khusus, bangunan harus memenuhi
syarat- syarat lebih khusus pula, sehingga bangunan benar-benar dapat disebut sebagai
bangunan seperti yang dimaksud dalam perancangan ini.

3
Jenis Bangunan dan Kelas Suatu Bangunan
B. Jenis Bangunan
Jenis bangunan dapat dibedakan menjadi:
a. Bangunan teknik sipil kering, antara lain meliputi: bangunan rumah, gedunggedung.
monumen, pabrik, gereja, masjid dan sebagainya.
b. Bangunan teknik sipil basah, antara lain meliputi: bendungan, bangunan irigasi, saluran air,
dermaga pelabuhan, turap-turap, jembatan dan sebagainya. Untuk sekarang jenis bangunan
dibedakan menjadi 3 bagian besar yang dikelola oleh Direktorat Jenderal meliputi Bangunan
Gedung, Bangunan Air dan Jalan Jembatan. Jenis bahan yang digunakan dalam bangunan
dapat berupa kayu, bata, beton atau baja. Bahkan dewasa ini bahan bangunan yang digunakan
sudah berkembang antara lain dari bahan aluminium atau plastik.

Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan atau diletakkan dalam suatu
lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan atau perairan
secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya (Kepmen
no.10/KPTS/2000).
Berdasarkan definisi bangunan di atas, maka bangunan dibagi menjadi beberapa kelas
bangunan sesuai dengan peruntukan atau penggunaan bangunan sebagai berikut:
Kelas 1 : Bangunan hunian biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan :
Kelas 1a : bangunan hunian tunggal yang berupa: satu rumah tunggal. satu atau lebih
bangunan hunian gandeng, yang masing-masing bangunannya dipisahkan dengan suatu
dinding tahan api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit town house, dan villa.
Kelas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenisnya dengan luas total
lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak
terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat
garasi pribadi.
Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah.
Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan,
termasuk: rumah asrama, rumah tamu, losmen
bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel
bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah
panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak
bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang menampung
karyawan-karyawannya.
Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di dalam
suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam
bangunan tersebut.
Kelas 5 : Bangunan Kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk
tujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar
bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.

4
Kelas 6 : Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yang
dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan kebutuhan
langsung kepada masyarakat, termasuk:
ruang makan, kafe, restoran.
ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel.
tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum.
pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
Kelas 7 : Bangunan Penyimpanan/Gudang, adalah bangunan gedung yang
dipergunakan untuk penyimpanan, termasuk:
tempat parkir umum.
gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang.
Kelas 8 : Bangunan Laboratorium/Industri/Pabrik, adalah bangunan gedung
laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi,
perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang
produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.
Kelas 9 : Bangunan Umum, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk
melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu:
Kelas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari bangunan
tersebut yang berupa laboratorium.
Kelas 9b : bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya
di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya atau
sejenis, tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain.
Kelas 10 : adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:
Kelas 10a : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau
sejenisnya.
Kelas 10b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau
dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.
Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan secara khusus, bangunan atau bagian
dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10 tersebut, dalam
Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai peruntukannya.
Bangunan yang penggunaannya insidentil, bagian bangunan yang penggunaannya
insidentil dan sepanjang tidak mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan lainnya,
dianggap memiliki klasifikasi yang sama dengan bangunan utamanya.
Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian
dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:
bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 % dari luas lantai dari
suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi
bangunan utamanya.
Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah.
Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau sejenisnya
diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang tersebut terletak.
Yang dimaksud dengan bangunan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembuatan maupun perbaikan bangunan.
Dalam penyelenggaraan bangunan diusahakan ekonomis dan memenuhi persyaratan tentang
bahan, konstruksi maupun pelaksanaannya.

5
Bangunan yang dimaksud di atas meliputi:
a. Bangunan merupakan hasil karya orang yang mempunyai tujuan tertentu untuk
kepentingan perorangan maupun untuk umum.
b. Bangunan yang bersifat penambahan atau perubahan dan telah ada menjadi sesuatu yang
lain/berbeda, tetapi juga dengan tujuan tertentu dan untuk kepentingan perorangan maupun
untuk umum.
Adapun tujuan bangunan tersebut didirikan antara lain:
Bangunan rumah tinggal dibuat orang untuk kepentingan tempat tinggal dalam arti yang luas.
Untuk masa sekarang tidak hanya sekedar tempat berlindung atau berteduh tetapi sebagai
tempat pembinaan keluarga. Kantor dibuat untuk pelayanan masyarakat, sedangkan jembatan
dan bendungan dibuat orang untuk tujuan prasarana kemakmuran rakyat. Kesemua hal di atas
disebut dengan bangunan karena tidak dapat dengan mudah dipindahkan mengingat berat
kecuali bila dibongkar.
Lemari dibuat orang juga mempunyai tujuan anatara lain untuk menyimpan barang,
bangku untuk tempat duduk, tetapi bendabenda ini mudah dipindahkan ke tempat lain, untuk
itu benda-benda disini tidak dapat dikatakan bangunan. Dalam pembuatannya bagunan tidak
cukup hanya satu orang pekerja saja, tetapi kadang-kadang memerlukan ratusan sampai
ribuan pekerja tergantung besar kecilnya bangunan yang dibuat.

Fungsi Pokok Pembuatan Bangunan


Fungsi pembuatan bangunan yang terpenting ialah agar setiap bangunan kuat, dan tidak
mudah rusak, sehat untuk ditempati, di samping biayanya relatif murah. Untuk mendapatkan
bangunan kuat dan murah tidak perlu konstruksinya terlalu berlebihan. Bila demikian tidak
sesuai dengan tujuan dan merupakan pemborosan. Konstruksi bangunan harus diperhitungkan
secara teliti berdasarkan syarat-syarat bangunan termasuk perhitungan yang menunjang
misalnya mekanika teknik. Keawetan suatu bangunan juga tergantung bahan bangunan yang
digunakan, pelaksanaan dalam pembuatan dan juga perawatannya. Di samping hal tersebut di
atas faktor lain yang berpengaruh dan perlu mendapatkan perhatian adalah air tanah, gempa
bumi, angina dan sebagainya.
Bagian-bagian Bangunan Gedung
Menurut susunannya pembagian bangunan gedung dibagi menjadi:
a. Bangunan bawah yaitu bagian-bagian yang terletak di bawah muka lantai yang ada
dalam tanah.
b. Bagian atas yaitu bagian-bagian yang ada di atasnya seperti tembok, kolom,
jendela, ring balok dan rangka atap.
Yang termasuk bangunan bawah ialah konstruksi yang dibuat untuk menahan berat
bangunan di atasnya termasuk berat pondasi itu sendiri. Untuk itu bangunan harus

6
kuat, tidak mudah bergerak kedudukannya dan stabil.
Sedang yang termasuk bangunan atas adalah bagian-bagian yang terletak di atas
bangunan bawah, sehingga seluruh beratnya diteruskan kepada bangunan bawah
sampai ke tanah dasar.

3. PARAMETER PEMERIKSAAN

Dokumen administratif dan dokumen teknis pelaksanaan suatu bangunan


dapat diinterpretasikan sebagai suatu data yang tersebar mulai dari awal saat
bangunan mulai direncanakan, pada saat proses perencanaan dan pada saat bangunan
dilaksanakan. Agar bangunan yang dibangun menjadi bangunan yang laik pakai maka
mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan harus memenuhi kaidah, prinsip
dasar, pedoman dan syarat-syarat. Kaidah, prinsip dasar, syarat-syarat yang dimaksud
kesemuanya secara kolektif sudah tercantum di dalam Landasan Administratif dan
Teknis sebagaimana disajikan pada Bab I secara umum juga bisa disimpulkan dari
landasan hukum UU Bangunan Gedung No 28 Tahun 2002 sebagaimana disajikan
pada Gambar di bawah ini.

Gambar Matriks Keandalan Bangunan menurut UU Bangunan Gedung No


28/2002

7
Agar pemeriksaan terhadap kualitas penyediaan bangunan dapat dilakukan
maka disusunlah parameter-parameter berdasarkan standar dan peraturan yang
sudah disebutkan pada Bab I. Parameter-parameter tersebut dipergunakan untuk
menguji dan menilai kualitas bangunan dengan ketentuan/syarat tiap-tiap
parameter dengan data lapangan.
2.1. Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan mengacu terhadap PP Nomor 16 Tahun 2021 Pasal 205
1) Pengkaji Teknis mempunyai tugas
a) Melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung; dan atau
b) Melakukan pemeriksaan berkala Bangunan Gedung
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pengkaji Teknis menyelengarakan fungsi :
a) pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis untuk penerbitan SLF Bangunan
Gedung yang sudah ada (existing);
b) pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis untuk perpanjangan SLF;
c) pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis keandalan Bangunan Gedung
pascabencana; dan/atau
d) pemeriksaan berkala Bangunan Gedung.
3) Pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a, meliputi:
a) pemeriksaan fisik Bangunan Gedung terhadap kesesuaiannya dengan
Standar Teknis; dan
b) pelaksanaan verifikasi dokumen riwayat operasional, Pemeliharaan,
dan Perawatan Bangunan Gedung.
4) Pemeriksaan fisik Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a meliputi:
a) pemeriksaan visual;
b) pengujiannondestruktif; dan/atau
c) pengujian destruktif.
2.1.1. Data Primer
Metode pemeriksaan mengacu terhadap PP Nomor 16 Tahun 2021 Pasal 208

a) Melakukan pengecekan kesesuaian gambar bangunan gedung terbangun


(as built drawing) terhadap dokumen PBG (Jika ada)
b) Melakukan pengecekan kesesuaian fisik bangunan gedung terbangun
terhadap gambar bangunan gedung terbangun (as built drawing)
c) Melakukan pemeriksaan komponen terbangun arsitektural bangunan gedung
d) Melakukan pemeriksaan komponen terbangun struktural bangunan gedung
e) Melakukan pemeriksaan komponen terbangun utilitas bangunan gedung
f) Melakukan pemeriksaan komponen terbangun tata ruang luar bangunan
gedung Pengetahuan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
paling sedikit meliputi pengetahuan mengenai:
a) desain prototipe/purwarupa Bangunan Gedung sederhana 1 (satu) lantai;
b) persyaratan pokok tahan gempa Bangunan Gedung sederhana I (satu) lantai;

8
c) inspeksi sederhana saat pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung;
d) pengisian daftar simak pemeriksaan kelaikan fungsi;
e) pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung secara visual; dan
f) pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung menggunakan peralatan
nondestruktif.
Gambar Bangunan Gedung terbangun (as-built drawing) sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) paling sedikit memuat aspek keselamatan yang meliputi:

a) dimensi balok dan kolom Bangunan Gedung beserta perletakannya;


b) jalur evakuasi (mean of egress);
c) sistem proteksi kebakaran;
d) sistem proteksi petir; dan
e) sistem instalasi listrik.
Proses pemeriksaan kondisi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(71huruf a meliputi:
penyusunan daftar simak pemeriksaan kondisi Bangunan Gedung; dan pemeriksaan
kondisi Bangunan Gedung terhadap daftar simak.
Peralatan yang digunakan sebagai pemeriksaan kelaikan fungsi untuk penyusunan
daftar simak diantara lain adalah :

NO ALAT VISUAL FU
NG
SI
1 Hammer Test Pengujian mutu beton dengan cara
Type : ZC3-A memukul permukaan beton yang akan
Ketahanan tekan: diuji. Dari aksi tersebut, akan
memberikan nilai akibat pemukulan
elastisitas tinggi 10-60
balik dari piston yang disebut
MPa, tahan aus, pegas
Rebound Value
presisi.
(R).

2 Meteran Roll Untuk mengetahui jarak dan a


Panjang maks. 50m dimensi (panjang, lebar, tinggi).
Satuan yang digunakan
yaitu (m)

Meteran tangan
Type CPT National

9
Meteran digital
Merk SNDWAY Type :
SW-DS70
Jarak: 70 Meter
Akurasi: +- 2 mm

3 Senter Untuk bantuan pencahayaan disaat


mengecek rangka atap.
Merk : TAFF
Type : 568D
90 Degree Rotation
Headlamp dapat
digerakkan keatas
bawah hingga 90 derajat
sehingga jangkauan
cahaya semakin besar.
4 Anemometer Untuk mengetahui kecepatan angin
pada fungsi ruang area gedung.
Merk : BENETECH
Type : GM816
Spesifikasi Kecepatan
Udara:
Jangkauan: 0 - 30 m/dtk, 0
- 90 km/j,

5 Luxmeter Untuk mengetahui besarnya


pencahayaan pada fungsi ruang area
Merk : SENSOR
gedung.
SMART
Type : AS803
Rentang pengukuran: 1
untuk 200.000lux
Tingkat pengambilan
sampel: 1.5 kali/detik
Akurasi: ± 4% + 10
Unit Seleksi: Lux/Fc

10
6 Termometer suhu dan Digunakan untuk mengetahui
kelembaban kelembaban ruangan dan mengetahui
suhu dengan satuan ℃.
Merk : UNI-T
Type : UT333
Range Pengukuran
Suhu : -10°C ~ 60°C
(+- 1°C)
Resolusi Pengukuran
Suhu : 0.1°C
Range Pengukuran
Kelembaban : 0 ~
100%RH (+- 5%RH)
7 Tongkat kamera Digunakan untuk mempermudah saat
Merk :RoSH memfoto ruangan maupun di luar
ruangan seperti area parkir, tampak
depan, area sales dan area gudang.
Selain itu juga untuk mengetahui situasi
area area yang sulit dijangkau seperti
rangka atap.
8 TDS&ECmeter Digunakan untuk mengukur berat total
semua padatan (mineral, garam atau
logam) yang dilarutkan dalam sejumlah
volume air, dinyatakan dalam miligram
per liter (mg/L) atau part per million
(PPM). pengengecekan dilakukan pada
air yang digunakan setiap hari untuk
keperluan kamar mandi.
9 pH meter Digunakan untuk mengukur pH (derajat
Merk : ATC keasaman atau kebasaan)
pengengecekan digunakan pada air
yang digunakan setiap hari untuk
keperluan kamar mandi.
10 Digital Clamp meter Untuk mengetahui berapa daya listrik
Merk : UNI-T yang mengalir dari PLN ke bangunan
gedung.
Type : UT202A+
AC current (A) 600A
±(2%+10)
AC current frequency
(Hz) 50Hz~100Hz ±(1%
+5)

11
AC voltage (V) 600V
±(0.8%+5)
AC voltage
frequency(Hz)
10Hz~10kHz ±(1%+5)
DC voltage (A) 600V
±(0.5%+2)
Resistance (Ω) 60MΩ
±(0.8%+2)

Data Sekunder
Metode pemeriksaan mengacu terhadap PP Nomor 16 Tahun 2021 Pasal 282
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (9) meliputi:
g) dokumen data umum Bangunan Gedung;
h) dokumen PBG dan atau rencana teknis; dan
i) dokumen pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung atau gambar
terbangun (as-built drawing);
Pemeriksaan kesesuaian dokumen dengan Bangunan Gedung terbangun
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b dilakukan terhadap:
a) identitas Pemilik;
b) kondisi Bangunan Gedung;
c) kesesuaian dengan KRK;
d) dokumen PBG atau rencana teknis atau gambar terbangun (as-built
drawing) diperiksa kesesuaiannya dengan Bangunan Gedung terbangun;
dan
e) informasi pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.
Pemeriksaan Administratif
a) Nama Bangunan
b) Lokasi/Alamat
c) Data Pemilik Bangunan Gedung atau Surat Bukti Kepemilikan Bangunan
Gedung
d) Data Status Kepemilikan Tanah : Bukti Status Hak atas
tanah atau Izin pemanfaatan Tanah dari pemegang Hak atas tanah
e) Data Status Kepemilikan Bangunan Gedung : Hak atas Gedung dan
atau Izin pemanfaatan dari pemegang Hak atas Gedung
f) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang terdiri dari SK IMB dan
gambar lampiran IMB.

g) SLF terdahulu bila perpanjangan


h) Keterangan Rencana Kota (KRK) bila belum memiliki IMB
i) Gambar Perencanaan Teknis
Pemeriksaan Data Konstruksi Bangunan Gedung (data sekunder)

12
a) Tahun Pembangunan
b) Sejarah kepemilikan, kerusakan, dan fungsi Bangunan Gedung
c) Data Perencana dan /atau
d) Data Kontraktor
e) Gambar Sesuai Terbangun (As Built Drawing)
f) Dokumen Pendukung pelaksanaan konstruksi:
i. Dokumentasi setiap Tahap Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Gedung
ii. Laporan Inspeksi berkala pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung
iii. Dokumen Ikatan Kerja
iv. Laporan Pengawasan Konstruksi Bangunan Gedung
v. Rekomendasi Teknis dari Perangkat Daerah terkait
vi. Manual Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Perawatan
Pemeriksaan Kesesuaian Tata Bangunan dan Lingkungan
Mengidentifikasi kesesuaian peruntukan lokasi berdasarkan tata ruang yang ada
(RTRW, RDTR, RTBL, PKKPR dll) Intensitas Bangunan Gedung:
e) KDB
f) KLB
g) GSB
h) Jarak Bebas Bangunan Gedung
i) Pemisah di Sepanjang Halaman Depan/Samping/ Belakang Gedung
Pemeriksaan Parameter Teknis Bangunan Gedung dan Lingkungan
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan Bangunan Gedung. Persyaratan tata bangunan dan
lingkungan meliputi persyaratan peruntukan, intensitas, arsitektur bangunan
gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan persyaratan
keandalan meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.

Intensitas Bangunan Gedung (Kepadatan dan Ketinggian Bangunan Gedung)


j) Bangunan Gedung yang didirikan harus memenuhi persyaratan
kepadatan dan ketinggian Bangunan Gedung berdasarkan rencana tata
ruang wilayah daerah yang bersangkutan, rencana tata bangunan dan
lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan setempat
k) Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang,
dan renggang
l) Ketinggian bangunan, meliputi ketentuan tentang Jumlah Lantai
Bangunan (JLB), dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang dibedakan
dalam tingkatan KLB tinggi, sedang, dan rendah
m) Persyaratan kinerja dari ketentuan kepadatan dan ketinggian
bangunan ditentukan oleh
i. kemampuannya dalam menjaga keseimbangan daya dukung lahan
dan optimalnya intensitas pembangunan
ii. kemampuannya dalam mencerminkan keserasian bangunan dengan
lingkungan
kemampuannya dalam menjamin kesehatan dan kenyamanan pengguna
serta masyarakat pada umumnya

13
Ketinggian bangunan pada kawasan atau lingkungan tertentu diatas tidak
diperkenankan mengganggu lalu-lintas udara
Garis Sempadan (Muka) Bangunan Gedung
n) Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana
tata bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat
o) Dalam mendirikan atau memperbarui seluruhnya atau sebagian dari suatu
bangunan,
Garis Sempadan Bangunan yang telah ditetapkan tidak boleh dilanggar
p) Apabila Garis Sempadan Bangunan sebagaimana dimaksud pada butir a.
tersebut belum ditetapkan, maka Kepala Daerah dapat menetapkan GSB
yang bersifat sementara untuk lokasi tersebut pada setiap permohonan
perizinan mendirikan bangunan
q) Penetapan Garis Sempadan Bangunan didasarkan pada pertimbangan
keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan
serta ketinggian bangunan
r) Daerah menentukan garis-garis sempadan pagar, garis sempadan muka
bangunan, garis sempadan loteng, garis sempadan podium, garis
sempadan menara, begitu pula garis-garis sempadan untuk pantai, sungai,
danau, jaringan umum dan lapangan umum
s) Dalam hal garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan
berimpit (GSB sama dengan nol), maka bagian muka bangunan harus
ditempatkan pada garis tersebut
t) Ketentuan besarnya GSB dapat diperbarui dengan pertimbangan
perkembangan kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan,
maupun pertimbangan lain dengan mendengarkan pendapat teknis para
ahli terkait.
Jarak Bebas Bangunan Gedung
Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas
samping dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
u) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum 4 m
pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat bangunan,
jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di
bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m, kecuali untuk
bangunan rumah tinggal, dan sedangkan untuk bangunan gudang serta
industri dapat diatur tersendiri;
v) Sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang
tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian
belakang yang berbatasan dengan pekarangan.
1. Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun.
2. Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai berikut:
a) Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal dua
kali jarak bebas yang ditetapkan;
b) Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding
tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau

14
berlubang, maka jarak antara dinding tersebut minimal satu kali jarak
bebas yang ditetapkan;
i. Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling
berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas
yang ditetapkan
Pemisah di Sepanjang Halaman Depan/Samping/ Belakang Gedung
w) Halaman muka dari suatu bangunan harus dipisahkan dari jalan menurut
cara yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, dengan memperhatikan
keamanan, kenyamanan, serta keserasian lingkungan.
x) Kepala Daerah menetapkan ketinggian maksimum pemisah halaman muka.
y) Untuk sepanjang jalan atau kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat
menerapkan desain standar pemisah halaman yang dimaksudkan dalam
butir
z) Dalam hal yang khusus Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan
dari ketentuan-ketentuan dalam butir i dan ii, dengan setelah
mempertimbangkan hal teknis terkait.
aa) Dalam hal pemisah berbentuk pagar, maka tinggi pagar pada GSJ dan
antara GSJ dengan GSB pada bangunan rumah tinggal maksimal 1,50 m
di atas permukaan tanah, dan untuk bangunan bukan rumah tinggal
termasuk untuk bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan
tanah pekarangan.
bb) Pagar harus tembus pandang, dengan bagian bawahnya dapat
tidak tembus pandang maksimal setinggi 1 m di atas permukaan tanah
pekarangan.
cc) Untuk bangunan-bangunan tertentu, Kepala Daerah dapat menetapkan
lain terhadap ketentuan.
dd) Penggunaan kawat berduri sebagai pemisah disepanjang jalan-jalan
umum tidak diperkenankan.
ee) Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan
belakang untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan
tanah pekarangan, dan apabila pagar tersebut merupakan dinding
bangunan rumah tinggal bertingkat tembok maksimal 8 m dari
permukaan tanah pekarangan, atau ditetapkan lebih rendah setelah
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan lingkungan.
ff) Antara halaman belakang dan jalur-jalur jaringan umum kota harus
diadakan pemagaran. Pada pemagaran ini tidak boleh diadakan pintu-
pintu masuk, kecuali jika jalur-jalur jaringan umum kota direncanakan
sebagai jalur jalan belakang untuk umum
gg) Kepala Daerah berwenang untuk menetapkan syarat-syarat lebih lanjut
yang berkaitan dengan desain dan spesifikasi teknis pemisah di
sepanjang halaman depan, samping, dan belakang bangunan.
hh) Kepala Daerah dapat menetapkan tanpa adanya pagar pemisah halaman
depan, samping maupun belakang bangunan pada ruas-ruas jalan atau
kawasan tertentu, dengan pertimbangan kepentingan kenyamanan,
kemudahan hubungan (aksesibilitas), keserasian lingkungan, dan
penataan bangunan dan lingkungan yang diharapkan

Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung


Ketentuan Umum

15
a. Denah Bangunan Gedung berbentuk sentris (bujur sangkar, segi banyak,
atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang berbentuk
memanjang dalam mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa
b. Dalam hal denah Bangunan Gedung berbentuk T, L, atau U, maka harus
dilakukan pemisahan struktur atau dilatasi untuk mencegah terjadinya
kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah
c. Penempatan Bangunan Gedung tidak boleh mengganggu fungsi
prasarana kota, lalu lintas dan ketertiban umum
d. Pada lokasi-lokasi tertentu Kepala Daerah dapat menetapkan secara
khusus arahan rencana tata bangunan dan lingkungan
e. Pada jalan-jalan tertentu, perlu ditetapkan penampang- penampang
(profil) bangunan untuk memperoleh pemandangan jalan yang
memenuhi syarat keindahan dan keserasian
f. Bentuk denah Bangunan Gedung sedapat mungkin simetris dan
sederhana, guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa

Kurang Baik Sebaiknya

16
g. Atap Bangunan Gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang
ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa
h. Bangunan yang didirikan sampai pada batas samping persil, tampak
bangunannya harus bersambungan secara serasi dengan tampak
bangunan atau dinding yang telah ada di sebelahnya
i. Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan
terciptanya
ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap lingkungannya
j. Bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan harus
dirancang memenuhi syarat keindahan dan keserasian lingkungan yang
telah ada dan/atau yang direncanakan kemudian, dengan tidak
menyimpang dari persyaratan fungsinya
k. Bentuk Bangunan Gedung sesuai kondisi daerahnya harus dirancang
dengan mempertimbangkan kestabilan struktur dan ketahanan nya
terhadap gempa
l. Syarat-syarat lebih lanjut mengenai tinggi/tingkat dan segala sesuatunya
ditetapkan berdasarkan ketentuan- ketentuan dalam rencana tata ruang,
dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan untuk
daerah/lokasi tersebut
Tapak Bangunan
ii) Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga
keserasian lingkungan serta tidak merugikan pihak lain
jj) Penambahan lantai atau tingkat suatu Bangunan Gedung diperkenankan
apabila masih memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang kota, dengan ketentuan tidak melebihi KLB, harus memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku dan keserasian lingkungan
kk) Penambahan lantai/tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan struktur
ll) Pada daerah/lingkungan tertentu dapat ditetapkan :
 Ketentuan khusus tentang pemagaran suatu pekarangan kosong atau
sedang dibangun, pemasangan nama proyek dan sejenisnya dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian
lingkungan;
 Larangan membuat batas fisik atau pagar pekarangan;
 Ketentuan penataan bangunan yang harus diikuti dengan
memperhatikan keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian
lingkungan;
 Perkecualian kelonggaran terhadap ketentuan butir di atas dapat
diberikan untuk bangunan perumahan dan bangunan sosial dengan
memperhatikan keserasian dan arsitektur lingkungan
Bentuk Bangunan

17
mm) Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang sedemikian rupa
sehingga setiap ruang- dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan
dan penghawaan alami.
nn) Ketentuan pencahayaan dan penghawaan alami di atas tidak berlaku
apabila sesuai fungsi bangunan diperlukan sistem pencahayaan dan
penghawaan buatan.
oo) Ketentuan pencahayaan dan penghawaan buatan harus tetap mengacu
pada prinsip- prinsip konservasi energi.
pp) Aksesibilitas bangunan harus mempertimbangkan kemudahan bagi
semua orang, termasuk para penyandang cacat dan lansia.
Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan dengan Lingkungan
Ketentuan Umum Keseimbangan, keserasian dan keselarasan
dengan lingkungan Bangunan Gedung adalah perlakuan terhadap lingkungan di
sekitar Bangunan Gedung yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan
Bangunan Gedung baik dari segi sosial, budaya, maupun dari segi ekosistem.
qq) Persyaratan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP)

 Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara makro berfungsi untuk kepentingan


ekologis, sosial, ekonomi maupun estetika dari suatu kota. Secara
ekologis dimaksudkan sebagai upaya konservasi air tanah, paru-paru
kota, dan dapat menjadi tempat hidup dan berkembangnya plasma
nutfah (flora fauna dan ekosistemnya)
 Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan Bangunan
Gedung dan terletak pada persil yang sama disebut Ruang Terbuka
Hijau Pekarangan (RTHP)RTHP berfungsi sebagai tempat tumbuhnya
tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur- unsur estetik, baik sebagai
ruang kegiatan dan maupun sebagai ruang amenity
 Sebagai ruang transisi, RTHP merupakan bagian integral dari
penataan Bangunan Gedung dan sub-sistem dari penataan lansekap
kota
 RTHP yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata
bangunan tidak boleh dilanggar dalam mendirikan atau memperbaharui
seluruhnya atau sebagian dari bangunan
 Apabila RTHP belum ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata
bangunan, maka dapat dibuat ketetapan yang bersifat sementara untuk
lokasi/lingkungan yang terkait dengan setiap permohonan bangunan
 Ketinggian maksimum/minimum lantai dasar bangunan dari muka jalan
ditentukan untuk pengendalian keselamatan bangunan, seperti dari
bahaya banjir, pengendalian bentuk estetika bangunan secara
keseluruhan/ kesatuan lingkungan, dan aspek aksesibilitas, serta
tergantung pada kondisi lahan
rr) Persyaratan Ruang Sempadan Bangunan Gedung

 Pemanfaatan Ruang Sempadan Depan Bangunan harus


mengindahkan keserasian lansekap pada ruas jalan yang terkait sesuai
dengan ketentuan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada.
Keserasian tersebut antara lain mencakup pagar dan gerbang, vegetasi
besar/pohon, bangunan penunjang seperti pos jaga, tiang bendera, bak
sampah dan papan nama bangunan

18
 Ruang terbuka hijau pekarangan sebanyak mungkin diperuntukkan bagi
penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir
dengan lantai perkerasan masih tergolong RTHP sejauh ditanami pohon
peneduh yang ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah/ kontainer
yang kedap air
 Bila diperlukan dapat ditetapkan karakteristik lansekap jalan atau ruas
jalan dengan mempertimbangkan keserasian tampak depan bangunan,
ruang sempadan depan bangunan, pagar, jalur pejalan kaki, jalur
kendaraan dan jalur hijau median jalan berikut utilitas jalan lainnya
seperti tiang listrik, tiang telepon di kedua sisi jalan/ruas jalan yang
dimaksud
Hijau Pada Bangunan
 Daerah Hijau Bangunan dapat berupa taman-atap maupun penanaman pada sisi-
sisi bangunan seperti pada balkon dan cara-cara peletakan tanaman lainnya pada dinding
bangunan
 DHB merupakan bagian dari kewajiban pemohon bangunan untuk menyediakan
RTHP. Luas DHB diperhitungkan sebagai luas RTHP namun tidak lebih dari 25% luas
RTHP
Tata Tanaman

 Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter tanaman


sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya yang mungkin
ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu yang sistem
perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah terbakar serta
bagian- bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia
 Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air, kestabilan
tanah/wadah sehingga memenuhi syarat-syarat keselamatan pemakai
 Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman dengan
struktur daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebih diutamakan
Sirkulasi dan Fasilitas Parkir
 Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara sirkulasi eksternal
dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan sarana
transportasinya. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah dan jelas, baik
yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi
 Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan kepentingan bagi
aksesibilitas pejalan kaki
 Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan lebar jalan
yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan
kendaraan pelayanan lainnya
 Setiap bangunan bukan rumah hunian diwajibkan menyediakan area parkir kendaraan
sesuai dengan jumlah
 area parkir yang proporsional dengan jumlah luas lantai bangunan
 Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang
telah ditetapkan
 Prasarana parkir untuk bangunan tidak diperkenankan mengganggu kelancaran lalu
lintas, atau mengganggu lingkungan di sekitarnya

19
 Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti untuk jalan,
pedestrian dan penghijauan
Pertandaan (Rambu)

 Rambu – rambu dalam setiap bangunan gedung komersil harus di


sesuaikan dengan estetika lingkungan dan lalu lintas lingkungan.
 Pertandaan (rambu) harus terpasang sesuai kaidah dalam keselaran
estetika arsitektural dan keamanan dan keselamatan pengguna
 Pemasangan Rambu Harus sesuai standar perundang – undangan
dalam K3 lingkungan kerja

 Berikut adalah jenis pertanda atau rambu dalam Kawasan toko


modern :

Pemeliharaan Bangunan
Pengertian pemeliharaan bangunan
Menurut Peraturan Nomor 16/PRT/M/2010, pemeliharaan bangunan gedung
merupakan kegiatan menjaga keutuhan bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya
agar bangunan gedung selalu memaksimalkan fungsinya. Perawatan bangunan gedung
merupakan kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti sebagian bangunan gedung dan/atau
komponen penunjang bangunan gedung. Perawatan dilakukan dengan cara pemeriksaan
bangunan secara berkala.
Pemeriksaan bangunan dilakukan dengan memeriksa keandalan seluruh/sebagian bangunan
gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana prasarana secara berkala dalam
tenggang waktu tertentu.
Lingkup pemeliharaan properti
Lingkup pemeliharaan properti menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung terdiri
atas arsitektural, struktural, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, dan tata graha.
Arsitektural
Pemeliharaan arsitektural meliputi pemeliharaan akses jalan keluar, jalur
penyelamatan, pemeliharaan unsur-unsur arsitektural pembentuk tampak luar bangunan,
pemeliharaan unsur-unsur dalam ruang serta perlengkapannya.Pemeliharaan sistem berarti
memastikan komponen arsitektural berfungsi 12 dengan baik, yaitu berupa perlengkapan atau
peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja dan pemeliharaan ornamen arsitektural.

20
Struktural
Pemeliharaan struktural meliputi pemeliharaan struktur bangunan dari korosi akibat
kelembapan udara dan keretakan akibat pembebanan, pemeliharaan unsur-unsur struktur
bangunan, pencegahan atas dilakukannya perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya beban bangunan gedung.
Mekanikal
Pemeliharaan mekanikal meliputi tata udara, sanitasi, pemipaan (plumbing), dan
transportasi. Pemeliharaan mekanikal terdiri atas pemeliharaan dan pemeriksaan berkala
terhadap sistem tata udara, pemeliharaan dan pemeriksaan berkala terhadap sistem distribusi
air, serta pemeliharaan dan pemeriksaan berkala terhadap sistem transportasi dalam gedung.
Elektrikal
Lingkup elektrikal meliputi telepon, alarm, daya listrik, komunikasi, dan tata cahaya.
Pemeliharaan elektrikal meliputi pemeliharaan dan pemeriksaan berkala atas perlengkapan
pembangkit daya listrik cadangan, pemeliharaan dan pemeriksaan berkala atas perlengkapan
penangkal petir, pemeliharaan dan pemeriksaan berkala atas sistem instalasi listrik,
pemeliharaan dan pemeriksaan berkala atas jaringan instalasi tata suara, komunikasi (telepon)
dan data, serta13 pemeliharaan dan pemeriksaan berkala atas jaringan sistem tanda bahaya
dan alarm.
Tata Ruang Luar
Pemeliharaan properti terkait tata ruang luar terdiri atas pemeliharaan kondisi
permukaan tanah dan/atau halaman luar gedung, pemeliharaan unsur unsur pertamanan di
luar maupun dalam bangunan gedung, menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, dan
pemeliharaan ruang terbuka hijau.
Tata Graha
Tata graha meliputi seluruh kegiatan housekeeping terkait sistem pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung, seperti pemeliharaan kebersihan (cleaning service), hygiene
service (kesterilan), pest control (pencegahan serangga), dan general cleaning pada bangunan
gedung.
Pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dilakukan untuk menjaga beban
muatan suatu gedung dan melindungi isi bangunan dari bahaya yang sewaktu-waktu bisa
menimpa bangunan, seperti kebakaran, banjir, keruntuhan struktur bangunan, dan aksi
kejahatan. Hal tersebut menjadi tujuan pemeliharaan properti yang pertama yaitu keselamatan
bangunan gedung.
Tujuan pemeliharaan properti yang kedua adalah kesehatan bangunan gedung yang
terdiri atas penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.
Sistem penghawaan antara lain berupa ventilasi, baik ventilasi alami maupun ventilasi buatan
yang dapat menjadi tempat pertukaran udara. Dalam hal kesehatan bangunan gedung,
pencahayaan yang dimaksud 14 adalah pencahayaan alami yaitu sinar matahari, pencahayaan
buatan yaitu lampu, maupun pencahayaan darurat seperti emergency lamp. Sebuah gedung
harus memiliki sirkulasi pencahayaan sinar matahari yang cukup. Pencahayaan dapat
melewati pembatas seperti kaca, maupun langsung menembus masuk ke dalam gedung.

21
Sistem sanitasi gedung antara lain air bersih, pembuangan air limbah, dan pembuangan
kotoran dan sampah. Sistem sanitasi tidak boleh mengganggu kenyamanan pengguna gedung.
Dengan adanya keselamatan pengguna gedung yang terjamin dan ditambah dengan sirkulasi
udara (thermal) dan pencahayaan yang cukup (visual) akan menghasilkan kenyamanan bagi
pengguna bangunan gedung. Dengan adanya cahaya yang cukup, maka pengguna gedung
dapat berpindah dengan mudah dan terarah. Kenyamanan yang dimaksud adalah kenyamanan
bergerak, kenyamanan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruangan, pandangan,
tingkat getaran, dan tingkat kebisingan.
Tujuan pemeliharaan properti yang terakhir adalah kemudahan bangunan gedung. Menurut
Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2017 bahwa kemudahan bangunan gedung
dapat diimplementasikan pada tersedianya kemudahan aksesibilitas perpindahan pengguna
bangunan gedung. Aksesibilitas yang dimaksud adalah hubungan horizontal dan vertikal baik
antarruang, antarbangunan, maupun sarana evakuasi dalam bangunan gedung. Kemudahan
bangunan juga tercermin dalam ketersediaan kelengkapan sarana dan prasarana dalam
gedung. Kelengkapan bangunan gedung untuk kepentingan umum antara 15 lain toilet,
mushola, lahan parkir, tempat sampah umum, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
2.4 Kantor
Kantor dalam arti statis adalah tempat melakukan proses kegiatan pengumpulan, pencatatan,
pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian/pendistribusian data/informasi. Kantor
merupakan lokasi seorang pegawai melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan penghasilan
atau melaksanakan kewajiban dalam suatu organisasi. Dalam pengertian secara dinamis,
kantor merupakan tempat mengolah suatu data informasi mulai dari menerima, memproses,
menyimpan dan menyalurkan suatu data demi kepentingan organisasi. Menurut Mills (2014),
fungsi kantor adalah tempat pelayanan suatu organisasi ke masyarakat, baik yang
berhubungan langsung dengan masyarakat dalam hal pelayanan lapangan maupun dalam hal
manajerial yang secara tidak langsung berhubungan dengan masyarakat. Dari pengertian
yang telah disebutkan, fungsi kantor dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Menerima informasi;
2. Merekam dan menyimpan data-data serta informasi;
3. Mengatur informasi;
4. Memberi informasi; dan
5. Melindungi aset;16

Pedoman Pemeliharaan Bangunan


Berikut merupakan jangka waktu pemeliharaan properti berkala menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan
Berkala Bangunan Gedung

22
D-III Teknologi Bangunan &
Jalur Perkeretaapian

23

Anda mungkin juga menyukai