Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RANGKUMAN

KONSEP DASAR BANGUNAN BERTINGKAT

1. Bangunan Bertingkat
Secara logika bangunan bertingkat yaitu adalah suatu sistem bangunan yang
mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Menurut Johan dan Kloft (2004),
bangunan bertingkat tinggi adaah bangunan yang relatif ketinggianya, dimana
bangunan tinggi apabila skala dari bangunan lebih dari bangunan sekitar. Misalnya, jika
bangunan di lingkungan perktotaan memiliki ketinggian rata rata dua hingga tiga lantai,
bangunan 5 lantai yang menjulang di atasnya dapat dianggap sebagai bangunan tinggi.
Bangunan bertingkat dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Setiap struktur yang dapat menjadi dampak serius pada evakuasi (konferensi
internasional mengenai kebakaran pada gedung bertingkat tinggi).
b. Untuk sebagian tujuan, titik batas untuk gedung bertingkat adalah sekitar tujuh
lantai. Terkadang, tujuh lantai atau lebih tinggi mendefinisikan sebuah gedung
tinggi, dan terkadang didefinisikan lebih dari tujuh lantai.

Gambar 1. 0 Deretan Bangunan Bertingkat tertinggi di indonesia


Sumber : goodstats.id

Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No: 24/PRT/M/2008 Pasal 1,


bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukanya, sebagian atau selurunya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatanya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.

2. Fungsi Bangunan Bertingkat

Fungsi Bangunan gedung berdampak pada perencanaan struktur dikarenakan akan


berpengaruh pada perencananaan pembebanan. Bangunan bertingkat tinggi dibagi
berdasarkan fungsi dan klasifikasinya, berikut merupakan pembagian berdasarkan
peraturan yang berlaku :
Klasifikasi bangunan gedung perkantoran menurut Permen PU RI No.29 (2006)
berdasarkan fungsinya adalah bangunan gedung yang seluruhnya atau sebagian besar
dari ruanganya difungsikan sebagai ruang perkantoran dan ruang fasilitas pendukung
pelaksanaan fungsi perkantoran, seperti ruang rapat dan ruang penyimpanan arsip.
Menurut Permen Keuangan RI Nomor 7 (2016) mengenai standart ketinggian bangunan
gedung perkantoran adalah :
a. Gedung perkantoran Type A dan Type
B paling tinggi 20 lantai, Bangunan
gedung perkantoran Type A adalah
gedung perkantoran yang di tempati
secara permanen oleh lembaga tinggi
negara. Sedangkan bangunan gedung
perkantoran type B adalah gedung yang
ditempati secara permanen oleh
Kantor Kementrian Koordinator,
Kementrian Negara, Penjabat setingkat
Menteri dan Lembaga Pemerintahan
Non Kementrian dengan wilayah kerja
nasional. Disamping berikut Contoh
gambar Gedung Perkantoran Type A.

Gambar 1. 1 Gedung Type A, Gedung Mar’ie


Muhammad
Sumber: kompasiana.com
b. Gedung perkantoran Type C dan Type D paling tinggi 8 lantai. Bangunan gedung
perkantoran Type C adalah gedung perkantoran yang ditempati secara permanen
oleh instansi Pemerintah Pusat dengan pejabat tertinggi setingkat Eselon I. Contoh
Gedung Kantor setingkat Direktorat Jenderal. Bangunan gedung Type D adalah
perkantoran yang ditempati secara permanen oleh Instansi Pemerintahan Pusat
dengan penjabat tertingi setingkat Eselon II. Contoh Gedung Kantor Direktorat,
Wilayah dan Balai Besar. Contoh Bangunan gedung Perkantoran Type C sebagai
berikut :

Gambar 1. 2 Gambar Gedung Type C, Gedung Papua Direktorat Jenderal Bea Cukai
Sumber: Bonsernews.com

c. Gedung perkantoran Type E1 paling


tinggi 4 lantai. Bangunan gedung
perkantoran yang termasuk Type E1
adalah gedung perkantoran yang
ditempati secara permanen oleh Instansi
Vertikal Pemerintah Pusat dengan
penjabat tertinggi setingkat Eselon III.
Contoh, Gedung Kantor Pelayanan,
Kantor Daerah, dan Kantor Balai.
Berikut Contoh gedung Perkantoran
Type E1 :
Gambar 1. 3 Gedung Type E1, KPP Malang
Sumber: Majalah Pajak
d. Gedung perkantoran Type E2 paling tinggi 2 lantai. Bangunan gedung perkantoran
Type E2 adalah gedung perkantoran yang ditempati secara permanen oleh Instansi
Vertikal Pemerintahan Pusat dengan pejabat tertinggi setiggi Eselon IV. Contoh,
Gedung Kantor Urusan Agama, Gedung Kantor Unit Pelaksana Teknis.

Bangunan Gedung terbagi lagi menjadi beberap fungsi. Menurut Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung tidak hanya
sebatas digunakan sebagai tempat hunian, tetapi bangunan juga sekarang didirikan
untuk menjawab fungsi sebagai fungsi keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta
khusus. Di bawah merupakan penjelasn lengkap dari masing – masing fungsi bengunan
tersebut :
1. Fungsi Hunian
Pembuatan bangunan rumah tinggal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan papan/tempat tinggal. Oleh karena itu, pembuatan bangunan ini harus
memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan. Contoh – contoh gedung hunian
antara lain rumah susun, apartemen, mess, kontrakan, kos – kosan, dan asrama.

Gambar 1. 4 Gedung Apartemen Green Pramuka, Jakarta


Sumber: greenpramukacity.com

2. Fungsi Usaha
Bangunan dengan fungsi usaha didirikan untuk mendukung aktifitas komersial
meliputi jual, beli, dan sewa, bangunan koersial ditujukan untuk keperluan bisnis
sehingga faktor lokasi yang strategis memegang peran penting bagi kesuksesan
bangunan tersebut. Contoh – contoh bangunan bangunan koersial diantaranya pasar,
supermarket, mall, retail, pertokoan, perkantoran, dan komplek kios.

Gambar 1. 5 Gedung Pakuwon City Mall, Surabaya


Sumber: pakuwonjati.com

3. Fungsi Sosial dan Budaya


Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya
yang mliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,
kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum.
Gambar 1.6 Gedung Malang Creative Center (MCC)
Sumber: mcc.or.id

4. Fungsi Keagamaan
Masjid, gereja, kelenteng, pura, dan vihara ialah contoh – contoh dari bangunan
fasilitas peribadatan. Semua bangunan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
batin manusia sebagai mahluk yang memiliki Tuhan. Bangunan peribadatan
biasanya digunakan sebagai tempat beribadah dan upacara keagamaan.

Gambar 1. 7 Masjid Istiqlal, Jakarta


Sumber: liburdulu.com

5. Fungsi Khusus
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai
tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraanya dapat
membahayakan masyarakat di sekitarnya dan atau mempunyai resiko bahaya tinggi
yang meiputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalansi pertahanan dan
keamanan, dan bangunan sejenisnya yang ditetapkan oleh mentri.
Gambar 1. 8 China’s new 3rd Generation Nuclear Reactor
Sumber: global.chinadaily.com.cn
3. Sistem Struktur Bangunan Bertingkat

Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem
struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding geser
membentuk struktur kerangka yang disebut juga dengan sistem struktur portal. Sistem
struktur yang tidak dibedakan unsur elemennya, seperti pelat, cangkang, atau tangki
dinamakan sistem struktur kontinum. Setiap elemen – elemen struktur mempunyai
fungsi dan karasteristik yang berbeda. Pada suatu sistem struktur, elemen – elemen
struktur mempunyai suatu mekanisme penyaluran beban dari atas ke tanah (sistem
fondasi ) (Nasution, 2009).

Gambar 1. 9 Struktur bawah dan atas bangunan


Sumber: upj.ac.id

Berdasarkan SNI 1726: 2012, 7.1, struktur bangunan gedung terdiri dari struktur
atas dan bawah. Struktur atas adalah bagian dari struktur gedung yang berada di atas
muka tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak
di bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur
fondasinya. Berikut komponen – komponen struktur atas (Upper Structure) gedung :
1. Kolom
Kolom adalah komponen yang memiliki kiprah dalam suatu bangunan.
Keruntuhan pada kolom artinya lokasi paling kritis yang dapat menyebabkan
keruntuhan pada bangunan. Fungsi kolom ialah penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan serta
beban lain mirip beban hayati, serta beban hembus angin. Struktur pada kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya adalah material yang tahan tarikan serta
tekanan.

Gambar 2. 0 Struktur Kolom


Sumber:pengadaan.web.id

Berdasarkan SNI 2847: 2013, pasal 8.10 dijelaskan bahwa kolom harus
dirancang untuk menahan beban aksial dan beban terfaktor pada semua lantai atau
atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang lantai atau atap
bersebelahan yang ditinjau. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada
runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengan kolom. Umumnya
kegagalan atau keruntuhan komponen desak bersifat mendadak, tanpa diawali
dengan tanda peringatan yang jelas. Oleh karena itu, merencanakan strutur kolom
harus diperhitungkan secara cermat cadangan kekuatan yang lebih tinggi daripada
komponen struktur lainya.
2. Balok
Balok merupakan elemen vertikal struktur rangka yang berfungsi meneruskan
beban – beban seluruh elemen bangunan ke fondasi. Balok juga merupakan bagian
struktur yang digunaan sebagai dudukan lantai dan pengkiat kolom lantai atas. Balok
memiliki beberapa jenis yaitu :
a. Balok sederhana : balok yang bertumpu pada kolom ujung – ujungnya, dengan
satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainya nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana
adalah tidak tergantung bentuk penampang material
b. Balok Kanteliver : balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung
dengan hanya satu ujung tetap.
c. Balok Teritisan : balok sederhana yang memanjang yang melewati kolom
tumpuanya.
d. Balok Bentang Tersuspensi : balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari
dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
e. Balok Kontinu : balok yang memanjang secara menerus melewati lebih dari dua
kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan beban yang sama.

Gambar 2. 1 Struktur Balok


Sumber:asdar.id

Balok terbagi menjadi beberapa macam yaitu :


- Balok Kayu
Balok kayu menopang papan atau structural. Balok dapat ditopang oleh balok
induk, tiang, atau dinding penopang.
- Balok Baja
Balok baja menopang dek atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh
balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban.
- Balok Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk
cetakanya.
3. Plat Lantai
Pelat merupakan elemen struktur lantai dimana beban layan bekerja. Pelat
adalah elemen struktur yang akan dikenai beban layan pertama kali sebelum
terdistribusi ke elemen struktur yang lain. Elemen pelat mempunyai fungsi sebagai
penopang langsung beban atau tumpuan beban (Nasution, 2009). Ketebalan plat
lantai ditentukan oleh besar lendutan yang diijinkan, lebar bentang atau jarak antara
balok – balok pendukung, dan bahan konstruksi plat lantai.

Gambar 2. 2 High rise buiding slab construction


Sumber: reinforcementproductsonline.co.uk

Struktur pelat terbagi menjadi dua. Pelat 1 arah yaitu struktur pelat yang
mempunyai satu sisi yang pendek dan sisi yang lain panjang. Sistem pelat ini bila
ditumpu pada dua ujungnya disebut pelat sederhana. Apabila pelat ditumpu pada sisi
memanjangnya pada lebih dari dua tumpuan, sisyem pelat tersebut merupakan pelat
menerus.
Selanjutnya yaitu pelat 2 arah merupakan panel beton bertulang yang
perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2 (Nasution, 2009). Pada
pelat dua arah, tipe – tipe tumpuan pada keempat sisinya menentukan perhitungan
momen lentur pada setiap arahnya. Tumpuan pada setiap sisi bisa merupakan
tumpuan bebas (tidak ditumpu), sendi elastis atau terjepit penuh (Budiadi,22008).
Bila slab dua arah tanpa balok ditujukan sebagi bagian dari sistem penahan gaya
gempa, defleksi lateral yang dihasilkan dari beban lateral terfaktor diijinkan untuk
dihitung menggunakan analisis linier.
4. Dinding Geser
Bangunan tinggi tahan gempa umunya menggunakan elemen – elemen struktur
kaku berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen dan gaya
aksial yang timbul akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku
pada bangunan, sebagai besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser
tersebut. SNI 2847: 2013 menyebutkan dinding struktural merupakan dinding yang
dipromosikan untuk menahan gaya geser, momen, dan aksial. Dinding geser adalah
dinding struktur.

Gambar 2. 3 Types and Location of Shear Wall


Sumber:dailycivil.com

Perencanaan geser pada dinding structural untuk bangunan tahan gempa


didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Namun,
dalam prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding
geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebabkan masih disyaratkan konsep desain
kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di
indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, kuat geser dinding didesain
berdasarkan momen maksimum yang paling mungkin terjadi di dasar dinding.
5. Atap
Atap adalah bagian paling atas dari satu bangunan, yang melindungi gedung dan
penghuninya secara fisik maupun metafisik. Atap memiliki fungsi sebagai pencegah
pengaruh hembusan angin, melindungi ruagan bawah dari pengaruh cuaca,sinar
matahari dan petir. Konstruksi kuda kuda adalah suatu komponen rangka batang
yang berada di atap dan berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga
beratnya sendiri sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Umumnya kuda
– kuda terbuat dari :
a. Kuda – kuda Kayu :
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12m

b. Kuda – kuda Baja :


Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat
mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 m,seperti pada hanggar
pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dan lain – lain.
c. Kuda – Kuda dari Beton Bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.

Struktur Bawah Bangunan (Sub Structure)

1. Pondasi
Pondasi merupakan bagian bangunan (bawah) yang menghubungakan
bangunan/gedung dengan tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban – beban dari
semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke dasar/lapisan tanah. Pondasi
harus diperhitungkan sedimikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beban berat sendiri, beban bangunan, dan gaya – gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi dan lain – lain.
Gambar 2. 4 Pengertian Pondasi Dan Pembagianya
Sumber: transrumah.com

Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
dietakan pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan
tanpa menimbulkan penururnan yang berlebih. Pondasi merupakan struktur dari
bangunan yang sanngat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan
diatasnya. Maka proses pembangunan nya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
- Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak kebawah.
- Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
- Tahan terhadap perubahan cuaca dan pengaruh kimia.
2. Struktur Basement
Konstruksi basement merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi
keterbatasan lahan dalam membangun gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah,
desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan
memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri,
tidak kalah pentingnya aspek lingkungan.

Gambar 2. 5 Multi Family Residential Basement Construction


Sumber: powerconstruction.net
Mutu pekerjaan pada konstruksi basement akan sangat mempengaruhi umur dari
basement tersebut. Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk
mencapai produk konstruksi mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang
berkaitan dengan galian Basement yang perlu diperlihatkan adalah beban dan
metode gaian. Beban tersebut biasanya berupa beban terbagi rata, beban titik, beban
garis, dan beban terbagi rata memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi
menjadi: open cut, cantilever, angker, dan strut.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement,
seperti penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan
kerusakan structural pada bangunan dekat galian, dan retaknya saluran dan sarana
yang lain. Salah satu penyebabnya adalah penururnan permukaan air tanah disekitar
galian akibat pemompaan selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul
aka metode pemilihan dewatering sangat menentukan.

Sumber:
- https://booksite.elsevier.com/samplechapters/9781856175555/02~Chapter_1.pdf
- https://peraturan.bpk.go.id/Details/104487/permen-pupr-no-29prtm2006-tahun-
2006
- https://peraturan.bpk.go.id/Details/144767/pmk-no-7pmk062016
- https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/5269/7/UNIKOM_M.%20PANJI
%20WIRATAMA_BAB%20II.pdf
- https://e-journal.uajy.ac.id/2024/3/2TS12564.pdf
- https://e-journal.uajy.ac.id/12662/3/TS150222.pdf
- https://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-CVL109-CVL109-Slide-09.pdf
- https://sipil.uma.ac.id/struktur-atas-dan-struktur-bawah/

Anda mungkin juga menyukai