1. Bangunan Bertingkat
Secara logika bangunan bertingkat yaitu adalah suatu sistem bangunan yang
mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Menurut Johan dan Kloft (2004),
bangunan bertingkat tinggi adaah bangunan yang relatif ketinggianya, dimana
bangunan tinggi apabila skala dari bangunan lebih dari bangunan sekitar. Misalnya, jika
bangunan di lingkungan perktotaan memiliki ketinggian rata rata dua hingga tiga lantai,
bangunan 5 lantai yang menjulang di atasnya dapat dianggap sebagai bangunan tinggi.
Bangunan bertingkat dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Setiap struktur yang dapat menjadi dampak serius pada evakuasi (konferensi
internasional mengenai kebakaran pada gedung bertingkat tinggi).
b. Untuk sebagian tujuan, titik batas untuk gedung bertingkat adalah sekitar tujuh
lantai. Terkadang, tujuh lantai atau lebih tinggi mendefinisikan sebuah gedung
tinggi, dan terkadang didefinisikan lebih dari tujuh lantai.
Gambar 1. 2 Gambar Gedung Type C, Gedung Papua Direktorat Jenderal Bea Cukai
Sumber: Bonsernews.com
2. Fungsi Usaha
Bangunan dengan fungsi usaha didirikan untuk mendukung aktifitas komersial
meliputi jual, beli, dan sewa, bangunan koersial ditujukan untuk keperluan bisnis
sehingga faktor lokasi yang strategis memegang peran penting bagi kesuksesan
bangunan tersebut. Contoh – contoh bangunan bangunan koersial diantaranya pasar,
supermarket, mall, retail, pertokoan, perkantoran, dan komplek kios.
4. Fungsi Keagamaan
Masjid, gereja, kelenteng, pura, dan vihara ialah contoh – contoh dari bangunan
fasilitas peribadatan. Semua bangunan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
batin manusia sebagai mahluk yang memiliki Tuhan. Bangunan peribadatan
biasanya digunakan sebagai tempat beribadah dan upacara keagamaan.
5. Fungsi Khusus
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai
tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraanya dapat
membahayakan masyarakat di sekitarnya dan atau mempunyai resiko bahaya tinggi
yang meiputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalansi pertahanan dan
keamanan, dan bangunan sejenisnya yang ditetapkan oleh mentri.
Gambar 1. 8 China’s new 3rd Generation Nuclear Reactor
Sumber: global.chinadaily.com.cn
3. Sistem Struktur Bangunan Bertingkat
Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem
struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding geser
membentuk struktur kerangka yang disebut juga dengan sistem struktur portal. Sistem
struktur yang tidak dibedakan unsur elemennya, seperti pelat, cangkang, atau tangki
dinamakan sistem struktur kontinum. Setiap elemen – elemen struktur mempunyai
fungsi dan karasteristik yang berbeda. Pada suatu sistem struktur, elemen – elemen
struktur mempunyai suatu mekanisme penyaluran beban dari atas ke tanah (sistem
fondasi ) (Nasution, 2009).
Berdasarkan SNI 1726: 2012, 7.1, struktur bangunan gedung terdiri dari struktur
atas dan bawah. Struktur atas adalah bagian dari struktur gedung yang berada di atas
muka tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak
di bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur
fondasinya. Berikut komponen – komponen struktur atas (Upper Structure) gedung :
1. Kolom
Kolom adalah komponen yang memiliki kiprah dalam suatu bangunan.
Keruntuhan pada kolom artinya lokasi paling kritis yang dapat menyebabkan
keruntuhan pada bangunan. Fungsi kolom ialah penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan serta
beban lain mirip beban hayati, serta beban hembus angin. Struktur pada kolom
dibuat dari besi dan beton. Keduanya adalah material yang tahan tarikan serta
tekanan.
Berdasarkan SNI 2847: 2013, pasal 8.10 dijelaskan bahwa kolom harus
dirancang untuk menahan beban aksial dan beban terfaktor pada semua lantai atau
atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu bentang lantai atau atap
bersebelahan yang ditinjau. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada
runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengan kolom. Umumnya
kegagalan atau keruntuhan komponen desak bersifat mendadak, tanpa diawali
dengan tanda peringatan yang jelas. Oleh karena itu, merencanakan strutur kolom
harus diperhitungkan secara cermat cadangan kekuatan yang lebih tinggi daripada
komponen struktur lainya.
2. Balok
Balok merupakan elemen vertikal struktur rangka yang berfungsi meneruskan
beban – beban seluruh elemen bangunan ke fondasi. Balok juga merupakan bagian
struktur yang digunaan sebagai dudukan lantai dan pengkiat kolom lantai atas. Balok
memiliki beberapa jenis yaitu :
a. Balok sederhana : balok yang bertumpu pada kolom ujung – ujungnya, dengan
satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis
lainya nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana
adalah tidak tergantung bentuk penampang material
b. Balok Kanteliver : balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung
dengan hanya satu ujung tetap.
c. Balok Teritisan : balok sederhana yang memanjang yang melewati kolom
tumpuanya.
d. Balok Bentang Tersuspensi : balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari
dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
e. Balok Kontinu : balok yang memanjang secara menerus melewati lebih dari dua
kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan beban yang sama.
Struktur pelat terbagi menjadi dua. Pelat 1 arah yaitu struktur pelat yang
mempunyai satu sisi yang pendek dan sisi yang lain panjang. Sistem pelat ini bila
ditumpu pada dua ujungnya disebut pelat sederhana. Apabila pelat ditumpu pada sisi
memanjangnya pada lebih dari dua tumpuan, sisyem pelat tersebut merupakan pelat
menerus.
Selanjutnya yaitu pelat 2 arah merupakan panel beton bertulang yang
perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2 (Nasution, 2009). Pada
pelat dua arah, tipe – tipe tumpuan pada keempat sisinya menentukan perhitungan
momen lentur pada setiap arahnya. Tumpuan pada setiap sisi bisa merupakan
tumpuan bebas (tidak ditumpu), sendi elastis atau terjepit penuh (Budiadi,22008).
Bila slab dua arah tanpa balok ditujukan sebagi bagian dari sistem penahan gaya
gempa, defleksi lateral yang dihasilkan dari beban lateral terfaktor diijinkan untuk
dihitung menggunakan analisis linier.
4. Dinding Geser
Bangunan tinggi tahan gempa umunya menggunakan elemen – elemen struktur
kaku berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen dan gaya
aksial yang timbul akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku
pada bangunan, sebagai besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser
tersebut. SNI 2847: 2013 menyebutkan dinding struktural merupakan dinding yang
dipromosikan untuk menahan gaya geser, momen, dan aksial. Dinding geser adalah
dinding struktur.
1. Pondasi
Pondasi merupakan bagian bangunan (bawah) yang menghubungakan
bangunan/gedung dengan tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban – beban dari
semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke dasar/lapisan tanah. Pondasi
harus diperhitungkan sedimikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beban berat sendiri, beban bangunan, dan gaya – gaya luar seperti tekanan
angin, gempa bumi dan lain – lain.
Gambar 2. 4 Pengertian Pondasi Dan Pembagianya
Sumber: transrumah.com
Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
dietakan pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan
tanpa menimbulkan penururnan yang berlebih. Pondasi merupakan struktur dari
bangunan yang sanngat penting, karena fungsinya adalah menopang bangunan
diatasnya. Maka proses pembangunan nya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
- Cukup kuat menahan muatan geser akibat muatan tegak kebawah.
- Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
- Tahan terhadap perubahan cuaca dan pengaruh kimia.
2. Struktur Basement
Konstruksi basement merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi
keterbatasan lahan dalam membangun gedung. Tapi sebagai struktur bawah tanah,
desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan
memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri,
tidak kalah pentingnya aspek lingkungan.
Sumber:
- https://booksite.elsevier.com/samplechapters/9781856175555/02~Chapter_1.pdf
- https://peraturan.bpk.go.id/Details/104487/permen-pupr-no-29prtm2006-tahun-
2006
- https://peraturan.bpk.go.id/Details/144767/pmk-no-7pmk062016
- https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/5269/7/UNIKOM_M.%20PANJI
%20WIRATAMA_BAB%20II.pdf
- https://e-journal.uajy.ac.id/2024/3/2TS12564.pdf
- https://e-journal.uajy.ac.id/12662/3/TS150222.pdf
- https://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-CVL109-CVL109-Slide-09.pdf
- https://sipil.uma.ac.id/struktur-atas-dan-struktur-bawah/