Teknologi Sistem
Bangunan
POKOK BAHASAN
Inti Bangunan
05
Fakultas Teknik Program MK12056 Ir.Muji Indarwanto, MM. MT.
Studi Arsitektur
Abstract Kompetensi
Mata kuliah ini membahas tentang Inti Setelah mengikuti mata kuliah ini
Bangunan (Core) yang merupakan bagian diharapkanan dapat menjelaskan fungsi
struktur penting dalam bangunan tinggi yaitu utama dari Inti Bangunan yang digunakan
dapat menahan gaya lateral yang sebagai bagian struktur yang memperkaku
diakibatkan gempa bumi atau gaya angin, bangunan, terutama untuk menahan gaya
inti bangunan ini dapat difungsikan lateral, seperti tiupan angin atau
menyimpan utilitas bangunan dan system goncangan akibat gempa bumi.
tranportasi.
1.Tata Letak Inti Bangunan
Mengingat tingginya bangunan, maka kebutuhan akan sirkulasi vertikal bagi manusia dan
barang serta jaringan utilitas merupakan hal yang penting, untuk optimasi dan efisiensi
penggunaa ruangan, kebutuhan sirkulasi vertukal dan jaringan utilitas biasanya dipusatkan
dan selanjutnya didistribusikan pada arah horizontal ke masing – masing zona atau
ruangan.
Tata letak inti bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower) berbeda dengan bangunan
yang berbentuk memanjang (slab), dan dikelompokkan sebagai berikut:
Contoh bangunan yang menggunakan ini, Gedung Central Plaza di Jakarta, Gedung Inland
Steel di Chicago, Amerika Serikat (Gambar 1.4).
Hotel Atlet Century, Hotel Horizon, dan Wisma Metropolitan di Jakarta adalah contoh
bangunan yang menggunakan inti seperti pola ini memungkinkan diletakannya dua jalur
koridor (Gambar 1.5).
GAMBAR 1. 5 Inti Diapit oleh Dua Sayap Bangunan – Dua Jalur Koridor
Inti bangunan seperti ini (Gambar 5.6) banyak digunakan untuk perkantoran yang
bangunannya berbentuk empat persegi panjang. Gedung – gedung yang menggunakan inti
bangunan ini: Wisma Indocement di Jakarta, Connaught Center (Jardine House) di
Hongkong, Rockefeller Center dan Chase Manhattan Bank di New York, Amerika Serikat.
Bangunan dengan bentuk ‘silang’ dan ‘Y’, ‘T’, ‘H’ atau ‘V’, merupakan variasi dari bangunan
dengan bentuk memanjang.
Bangunan bentuk ini banyak digunakan untuk fungsi hote, apartemen dan perkantoran untuk
mendapatkan luas lantai tipikal yang cukup luas dan dapat memanfaatkan pencahayaan
alamiah.
Gedung Uniliver di Hamburg, Jerman, Gedung Unesco di Paris, Perancis dan rancangan
hotel Duta Merlin di Jakarta menggunakan pola tata letak inti bangunan pada bangunan
yang berbentuk ’Y’ (Gambar 1.9).
Bangunan dengan inti yang diletakkan di luar titik berat massa bangunan dan ditempatkan
secara acak, kurang menguntungkan bagi perencanaan bangunan tahan gempa
(Gambar 1.10).
Contoh bangunan yang menggunakan inti ini, Gedung MBf Tower di Penang, Malaysia dan
Conrad International Centennial di Singapura.
Pengaturan jumlah lift, pembagian zona layanan lift dan penempatan sky lobby atau lantai
transfer untuk utilitas mekanikal dan elektrikal akan mempengaruhi bentuk luar bangunan
Gambar 2.1.
ZONA LIFT
Pengaturan inti bangunan dimaksudkandemi tercapainya luas lantai sewa (leasing space)
yang optimal. Untuk itu perlu diperhatikan jarak/bentang antara kulit bangunan dan inti
bangunan (lease span), agar diperoleh dimensi struktur yang ekonomis: (Gambar 2.2)
Jumlah kebutuhan lift penumpang telah dibahas dalam Bab V, sedang untuk lift ekspres
dapat diasumsikan:
Dengan adanya sky lobby atau lantai transfer dan dengan dibuatnya rancangan tata letak lift
secara baik, maka pada zona – zona atas dapat diperoleh tambahan leasing space akibat
berkurangnya jumlah lift yang ada pada inti bangunan.
Pada lantai lobby, hanya lift zona 1, lift observasi dan lift barang yang berfungsi, sedang lift
zona 2 dan 3 tertutup.
Pada zona 1, lift zona 1 dan barang saja yang berfungsi, sedang sisanya tertutup. Oleh
karenanya, lobby lift zona 3 dapat digunakan untuk kebutuhan WC. Oleh karenanya luas inti
bangunan diperkirakan sekitar 21% dari luas lantai tipikal (Gambar 5.22).
Pada Zona 2, sudah tidak ada lagi lift zona 1, karenanya lokasi bekas tempat lift zona 1
dapat menjadi tambahan leasing space, dan lobby lift zona 3 masih digunakan untuk WC.
Luas inti bangunanpada zona 2 diperkirakan berkurang menjadi sekitar 20% luas tipikal
bangunan.
Untuk mengantisipasi pertukaran letak tangga, maka pada lantai transfer dilakukan
modifikasi letak tangga (Gambar 2.4).
Perubahan luas inti bangunan yang memperlihatkan penambahan luas leasing space pada
zona atas akibat pengurangan luas inti bangunan, jika dikaitkan dengan sistem struktur yang
digunakan, Gambar 2.7.
Berkurangnya luas inti bangunan menyebabkan bentang leasing space bertambah besar.
Gaya lateral dipikul oleh kolom raksasa dan pelat lantai (yang berfungsi sebagai diafragma).
Kolom raksasa tersebut ditempatkan pada ujung bangunan dan diikat dengan belt atau
outrigger. Alternatif lain adalah dengan menggunakan struktur tabung atau struktur dengan
pengaku diagonal (atau K) sebagai penahan gaya lateral (Gambar 5.26).
Arnold C and Reitherman R., Building Configuration & Seismic Design, John Wiley &
Sons, New York, 1982.
Dadras, A.S., Mechanical System for Architect , Mc. Graw Hill, Inc New York, 1995.
Daniel L. Schodek, Structure, Prentice Hall, New Jersey
Haas, A. M., Precast Concrete Design and Apllication, Applied Science Publishers
London.
Hartono Purbo : “ Utilitas Bangunan “,Djambatan, Jakarta 1992.
Hart F and all, Multi Storey Buildings in Steel, Collins, London, 1985
Juwana, J. S., Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
Kowalczyk R.M. and all, Structural Systems for Tall Buildings, McGraw-Hill Inc, New
York, 1992
Peurifoy R.L and Oberlender G.D., Formwork For Concrete Structures, McGraw-Hill Inc,
New York, 1996
Smith B. S. and Coull A, Tall Building Analysis and Design, John Wiley & Son Inc, New
York, 1991
Taranath B. S., Structural Analysis & Design of Tall Buildings, Mc Graw-Hill Book
Company, New York, 1988.
Thornton C and all, Exposed Structure in Building Design, McGraw-Hill Inc, New York,
1993
Wolfgang Schuller, High Rise Building Structures, John Wiley & sons, New York.
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi