I. PENDAHULUAN
Seorang arsitek harus menjadi sebuah Problem Solver, atau diciptakan dalam massa bangunan. Terdapat beberapa fase
yang dapat menjadi penyelesai masalah, dimana baik masalah dalam menciptakan sebuah bentuk. Yaitu:
arsitektural maupun masalah social [1]. Untuk menyelesaikan 1. Ukuran jalur dan peron kereta menjadi acuan utama
sebuah permasalahan maka diperlukan untuk mengetahui apa dalam membentuk sebuah grid dalam bangunan. Titik
permasalahan tersebut. Menurutnya, Programming adalah pada grid akan menjadi sebuah titik kolom dengan
sebuah proses untuk menentukan permasalahan yang akan harapan mampu mengefisiensikan ruang
diselesaikan dengan desain arsitektur. Programming hanya 2. Grid tesebut diangkat membuat sebuah level baru
dilakukan pada saat tahap analisa permasalahan yang akan diatas jalur kereta dan dibawah jalur kereta membuat
menjadi tujuan dari respon Arsitektural. sebuah lantai 2 dan basement. Lantai 2 berfungsi
Diagrammatic atau Diagram Process, atau metoda desain sebagai lantai yang mengakomodasi aktifitas utama
menggunakan diagram dalam menciptakan sebuah desain pada stasiun, sedangkan basement sebagai fasilitas
Arsitektur. Diagram Process adalah sebuah strategi desain parkir, gudang dan lain-lain.
arsitektur yang mendefinisikan kembali hubungan antar bentuk 3. Diagram menjadi alat bantu kembali dalam
dan ruang [2]. Diagram process adalah sebuah proses merencanakan zonasi di lantai 2, dalam kasus ini
mendesain yang lebih menggunakan sebuah diagram sebagai diagram terbentuk dari sebuah analisis potensi
prosedur utama dalam menentukan objek desain dibandingkan lingkungan membentuk ruang-ruang yang dianggap
dengan menggambar. Namun bukan berarti diagram yang efektif.
menciptakan sebuah bentuk desain, melainkan adalah sebuah 4. Setelah posisi ruang dianggap telah efektif.
“Alat” untuk membantu menciptakan bentuk desain. Pembentukan atap mengacu dari beberapa view pada
Penerapan penggunaan diagram digunakan dalam lingkungan. Hal ini dikarenakan peran stasiun yang
melakukan pembentukan zonasi pada massa bangunan. berfungsi menjadi titik pusat pada kawasan ini.
Diagram membantu menciptakan lokasi-lokasi ruang yang akan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) G17
Gambar 11. Bird eye view pada bangunan. Gambar 12. Suasana lingkungan sekitar.
E. Lokasi
5. Atap pada stasiun terbentuk dari kombinasi atap Dikarenakan stasiun tersebut merupakan sarana
perisai, atap dianggap mampu menyesuaikan dengan Transportasi, serta lokasi stasiun yang merupakan pusat TOD,
kondisi lingkungan tropis yang memiliki curah hujan menjadikan poin tinggi bagi stasiun terhadap aspek ini.
tinggi. Integritas antarmoda yang dimiliki pada stasiun ini juga
meningkatkan peran stasiun pada poin ini.
F. Kenyamanan Pengguna
III. HASIL DAN EKSPLORASI
Pengguna stasiun akan melewati sirkulasi stasiun yang
Berdasarkan dari proses desain tersebut. Maka terdapat hasil cenderung lurus dan sederhana, menjadikan pola sirkulasi pada
desain antara lain: stasiun mudah untuk dipahami.
A. Integrasi Sistem Moda Transportasi Dengan menggunakan sistem shaft pada pembuangan
sampah menjadikan tidak adanya crossing antara sirkulasi
Desain Stasiun terintegrasi dengan lingkungannya baik sampah dan sirkulasi penumpang. Menjadikan kebersihan
secara fisik maupun fungsi. Stasiun yang terletak ditengah ruang pada stasiun lebih terjaga.
kawasan berperan sebagai titik utama pada kawasan yang juga Penumpang yang akan naik kereta bilamana masuk melalu i
merupakan Area TOD. Akan terdapat penumpang yang pintu masuk pada lantai dasar akan menjumpai 2 buah pintu
melakukan perpindahan moda dari stasiun dan terminal bus, masuk, dimana pada sisi timur stasiun terdapat pitu masuk
lokasi stasiun yang diapit oleh area komersil dan perkantoran orisinil pada bangunan cagar budaya.
menunjukan perlunya akses langsung yang tidak terganggu. Setelah melewati sebuah pintu masuk penumpang akan
Dari kondisi tersebut maka diperlukan akses langsung yang melewati sebuah hall yang membuat sebuah void hingga atap
tidak crossing dengan moda lainnya, sehingga menciptakan lantai 3. Hall tersebut akan mengantar penumpang untuk
fungsi stasiun yang terintegrasi dengan lingkungan. Hal ini menuju lantai 2 untuk melakukan kegiatan ticketing.
sudah tercontoh dari beberapa kota dengan kepadatan yang Setelah melakukan kegiatan ticketeing penumpang dapat
menyamai Jakarta, seperti pada stasiun-stasiun di kota Tokyo melakukan aktifitas berbelanja ataupun makan dan minum yang
dan Osaka. terdapat pada area concourse lantai 2 ataupun pada lantai 3
B. Hemat Energi bangunan sisi barat.
Penggunaan sistem Passive Cooling dengan Cross Bilamana penumpang ingin menuju ke kereta maka
Ventilation menjadikan 80 % ruangan pada stasiun bebas penumpang harus melewati sebuah ruang khusus yang disebut
menggunakan pendingin ruang. Sehingga mamp u ruang “Antara”, di ruang inilah ticket gate berada, ruang ini
meminimalisir penggunaan energy listrik. memiliki fungsi baik sebagai sirkulasi transit antar kereta
Bentuk dan struktur atap yang mengikuti bentuk atap -atap maupun sebagai penghubung dari kereta menuju ke Concourse
pada iklim tropis juga mampu berperan untuk mengalirkan air Stasiun
hujan yang akan disimpan didalam tandon. Skylight pada atap
bangunan memungkinkan cahaya matahari mampu menerangi IV. KESIMPULAN
ruangan didalamnya pada s iang hari. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, maka kesimpulan
C. Pengolahan Limbah yang dapat diambil meliputi beberapa poin sebagai berikut :
Penggunaan Shaft untuk membuang sampah mengurangi 1. Konsep perencanaan stasiun Manggarai terinspirasi
staff sampah, sehingga mengurangi energy yang terbuang. dari beberapa data-data dan contoh preseden yang
Sampah yang terkumpul didasar secara otomatis terpisah dituangkan dalam gambaran konsep stasiun yang
menjadi sampah organic dan non organic. Untuk limbah air modern, yaitu stasiun yang mampu memenuh i
bekas Wastafel dapat didaur ulang untuk dipakai kembali kebutuhan pengguna stasiun kereta api di kota
sebagai air untuk menyiram tanaman. metropolitan dan sebagai pusat dari kawasan TOD
D. Pemilihan Material (Transit Oriented Development) yang akan
Penggunaan Material yang tergolong kedalam jenis dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Prefabrikasi menjadikan pemasangan material tersebut 2. Penggarapan data berperan penting untuk mengetahui
menghasilkan limbah yang lebih minim dibandingkan dengan keakuratan kondisi pada lingkungan untuk
bangunan yang dibuat secara non prefabrikasi. menghasilkan informasi yang diolah menjadi konsep
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 7, No. 1 (2018) 2337-3520 (2301-928X Print) G18
desain. Sehingga desain mampu menjawab dan air dengan alternatif penggunaan penghawaan dan
permasalahan pada konteks. pencahayaan alami.
3. Dalam suatu perencanaan diperlukan metode rancang 5. Terdapat Potensi yang lebih besar dari pengembangan
yang mampu menyelesaikan permas alahan, sebagai pendekatan, metode dan konsep yang diberikan.
problem solving bagi permasalahan konteks tersebut
yang dalam kasus ini adalah Stasiun.
4. Pendekatan Green Building diharapkan bagaimana DAFTAR PUSTAKA
sebuah stasiun mampu menggunakan energi seefisien [1] W. M. Pena and et al, Problem Seeking – an Architectural
Programming Primer. New York: John Wiley & Sons Inc, 2001.
mungkin dengan meminimalisir penggunaan listrik [2] L. B. Silva, The Diagram Process Method: The Design of
Architectural form by Peter Eisenman and Rem Koolhaas. 2014.