PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Persoalan kemacetan yang seringkali terjadi di kota-kota besar di Indonesia memberi
dampak signifikan bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi pada kota tersebut. Persoalan tersebut
seringkali diatasi hanya dengan peningkatan kapasistas/suplai jaringan jalan melalui pelebaran
maupun penambahan panjang jalan. Hal tersebut merupakan strategi praktis, namun strategi ini
justru mendorong semakin tingginya tingkat pentumbuhan kendaraan yang akhirnya
kemacetan menjadi siklus permasalahan yang berdampak jangka panjang.
Hal tersebut sama halnya dengan Kondisi transportasi di Kota Bekasi yang semakin
memburuk, hal ini dibuktikan dari tingkat kemacetan yang bertambah setiap tahunnya,
menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Bekasi pada tahun 2010 terdapat 13 titik
kemacetan di Kota Bekasi dan meningkat menjadi 19 titik kemacetan pada tahun 2014
terutama pada pusat kota atau CBD (Central Bussiness District).
Berdasarkan hal yang terjadi di kota bekasi saat ini, kota bekasi dirasa kurang mampu
dalam menerapkan Misi kota Bekasi dalam Pembangunan tahun 2013-2018 yaitu
“membangun prasarana dan sarana yang serasi dengan dinamika dan pertumbuhan
kota” Misi ini juga ditujukan untuk mengarahkan pembangunan prasarana dan sarana yang
meningkat dan serasi, untuk memenuhi kehidupan warga kota yang dinamis, inovatif dan
kreatif, dengan memperhatikan prinsip pengelolaan, pengendalian Rencana Pembangunan
Jangka Menengah yang tetap memperhatikan pelestarian lingkungan hidup dalam mewujudkan
kota yang maju, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Salah satu solusi dalam menanggapi permasalahan tersebut dalam membangunan kota
bekasi yang efisien, berkelanjutan dan layak tinggal adalah dengan menerapkan konsep
“Transit-Oriented Development (TOD)”. Ide konsep TOD didasarkan oleh pemikiran bahwa
titik-titik transit (terminal, stasiun, halte/bus stop, dll) tidak hanya berfungsi sebagai tempat
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, namun titik-titik transit tersebut sekaligus
dapat berfungsi sebagai sebuah tempat berlangsungnya aktifitas perkotaan (pemukiman,
perkantoran, perdagangan, dll).
Hal tersebut sejalan dengan rencana pembangunan empat titik stasiun light rail transit
(LRT) di kota bekasi yang salah satunya berada di Jaticempaka, Pondok Gede, Bekasi, Jawa
Barat. Dilansir oleh sindo.com bahwa perencanaan pengembang TOD pada LRT di bekasi
telah mengantongi seluruh izin yang dikeluarkan pemerintah daerah.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas, BUMN yang bekerja sama dengan PT Adhi Karya
mempunyai gagasan untuk menghadirkan bangunan campuran (mixed used) dalam satu
lahan berupa Stasiun LRT Jaticempaka dan Hotel yang saling berkesinambungan dan
di sesuaikan dengan prinsip-prinsip arsitektur. Karena dirasa pembangunan stasiun LRT
mempunyai potensi yang sangat besar dalam memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan
hotel.
Dengan adanya latar belakang diatas maka lokasi tapak yang berada di Jaticempaka,
Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat memenuhi kriteria dari tata ruang Kota Bekasi sebagai
lokasi penerapan perencanaan stasiun LRT dan hotel yang berwawasan lingkungan
sehingga menjadikan lokasi yang memenuhi syarat untuk di bangunnya stasiun dan hotel.
1.2 TUJUAN
- Memenuhi akan kebutuhan Stasiun LRT dan Hotel di kawasan Jaticempaka Bekasi
dalam satu lokasi.
- Menambah bangunan multi fungsi sesuai dengan tren terkini yang serba praktis
dan cepat.
- Mendukung Misi kota Bekasi dalam Pembangunan tahun 2013-2018 yaitu
“membangun prasarana dan sarana yang tetap memperhatikan pelestarian
lingkungan hidup dalam mewujudkan kota yang maju, tumbuh dan berkembang
secara berkelanjutan”.
- Mengurangi angka kemacetan di bekasi dengan dibangunnya stasiun LRT.
- Tercapainya sebuah bangunan yang dapat memberikan pelayanan penginapan
yang lengkap dengan sarana dan prasarana hotel bintang 4.
1.3 SASARAN
1 Untuk memberikan pelayanan penginapan untuk masyarakat terutama golongan
menengah ke atas lengkap dengan sarana dan prasarananya.
2 Untuk seluruh masyarakat pengguna transportasi umum LRT.
3 Untuk memberikan fasilitas dalam jangka waktu 20 tahun kedepan sesuai dengan
peraturan pemerintah.
4 Untuk seluruh staf, karyawan dan pemilik hotel.
5 Untuk seluruh staf, karyawan dan pengelola stasiun LRT.
1.4 Identifikasi Masalah
TAPAK
1. Bentuk tapak yang berubah dari lahan kosong menjadi bangunan multi fungsi
stasiun dan hotel.
2. Penataan massa bangunan terhadap bangunan sekitar tapak.
3. Sirkulasi kendaraan sesuai kebutuhan kegiatan atau aktifitas stasiun dan hotel.
4. Keterbatasan lahan yang membutuhkan efisiensi dalam tapak terhadap ruang dan
bangunan.
RUANG
1. Kebutuhan besaran fungsi ruang yang sesuai dengan klasifikasi bangunan multi
fungsi.
2. Sirkulasi cepat dan terintegrasi dalam ruang mengingat aktifitas pelaku di stasiun
terbilang cepat dan tergesa-gesa.
3. Efisiensi susunan ruang berkaitan dengan pelaku di stasiun dan tamu hotel.
4. Susunan penempatan fungsi kegiatan terhadap optimasi ruang.
BANGUNAN
1. System struktur terkait dengan modul dan bentuk bangunan terkait stasiun LRT
dan bangunan hotel.
2. Ketinggian bangunan terhadap kondisi sekitar tapak dan peraturan.
3. Orientasi bangunan terhadap klimatologi sekitar tapak.
4. Selubung bangunan yang memberikan karakter bangunan pada bangunan stasiun
LRT dan bangunan hotel.
Perancangan
Bagaimana penataan dan pengolahan Elemen kenyamanan thermal, pengudaraan, dan
pencahayaan yang yang tepat diterapkan pada perancangan bangunan campuran (Mixed
Used) stasiun LRT dan hotel agar dapat menjadi sebuah bangunan yang tetap
memperhatikan pelestarian lingkungan sehingga dapat menimbulkan kenyamanan
kepada pengunjung hotel ataupun pengguna transportasi LRT dengan jangka waktu 20
tahun kedepan?
Khusus
Menyusun sirkulasi yang jelas dan memberikan keleluasaan gerak yang logis pada
tapak dengan adanya pemisahan system sirkulasi umum dan service dalam tapak
1.8 Tema
“HI-TECH AND PURIFY FOR BUILDING PERFORMANCE”
BAB II
TINJAUAN
Jadi, pengertian gedung multi fungsi adalah bangunan berukuran besar sebagai tempat
melakukan bermacam-macam fungsi (kegiatan) di dalamnya. Pengertian Mixed Use
adalah:
Mixed Use merupakan penggunaan campuran berbagai tata guna lahan atau
fungsi dalam bangunan. (Dimitri Procos, Mixed Land Use from Revival Too
Innovation, Stroud’s burg, Pennsylvania: Dowdin Hutchinson & Ross. Inc, 1976,
pIX)
Dapat disimpulkan bahwa pengertian definisi Mixed Use Building adalah sebuah
bangunan yang didalamnya terdapat beberapa fungsi yang berbeda jenisnya sehingga perlu
adanya organisasi ruang yang baik dan berpengaruh pada struktur bangunan tersebut.
Perkembangan Mixed Use diawali di Amerika, yang lebih dikenal dengan istilah
‘superblok’, yaitu ketika proyek-proek berskala besar di tengah kota mulai dibangun
setelah berakhirnya Perang Dunia II. Kota-kota di Amerika Seriakat umumnya ditata oleh
jaringan jalan berbentuk grid. Petak-petak lahan itu kemudian disebut blok.
Bangunan besar yang dibangun meliputi beberapa blok untuk mewadahi berbagai
fungsi dan aktivitas itu kemudian disebut sebagai superblok. Rangkaian bangunan antar
blok yang dirancang secara integrasi ini (tanpa menghilangkan batas masing-masing blok)
menimbulkan citra suatu blok imajiner yang besar dan oleh karenanya disebut superblok.
Besarnya skala proyek seperti ini selalu mengandung berbagai fungsi yang saling terkait
atau saling melengkapi satu dengan lainnya. Rangkaian multifungsi ini erat kaitannya
dengan tingkat persaingan bisnis properti yang terjadi di kota. Setiap pengembang
berusaha menawarkan sarana yang lebih lengkap agar lebih menarik, misalnya gabungan
gedung kantor, pertokoan dan apartemen, atau gabungan hotel, pertokoan dan kantor.
Kesemuanya pada dasarnya menawarkan “kepraktisan dan kenyamanan”.
Kesuksesan dari kawasan-kawasan mixed-use tersebut tidak terlepas dari
kesuksesan tata letak bangunannya dalam kawasan tersebut. Berikut ini akan dijabarkan
kemungkinan konfigurasi tata letak bangunan dalam sebuah kawasan mixed-use yakni
sebagai berikut : ( Sumargo, 2003; 58)
1. Mixed-use Tower, berstruktur tunggal dari segi massa ataupun ketinggian dengan
peletakkan fungsi-fungsi dalam lapisan-lapisan tersebut. Biasanya berupa high rise
tower dengan fungsi tumpuk atau dengan struktur bawah yang diperbesar.
2. Multitowerered Megastructure, memiliki podium dengan tower-tower yang
menyatu secara arsitektural dengan atrium atau kompleks perbelanjaan. Struktrual
ini mengintegrasikan semua komponen pada podium sebagai common base. Pada
konfigurasi ini akses tercampur menjadi satu. Dengan demikian, pengguna
bangunan bercampur tujuan dan aktivitas.
3. Freesatnding Structure with Pedestrian Connection, kumpulan bangunan tunggal
yang disatukan oleh jalur pedestrian. Dengan demikian fungsi masing-masing
bangunan tidak akan bersinggungan secara langsung karena akses dari setiap fungsi
terpisah. Bersinggungan hanya terjadi pada area pedestrian.
4. Combination, merupakan penggabungan dari ketiga bentuk tersebut dalam sebuah
kawasan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ciri Mixed Use Development Project sebagai
berikut:
1. Mewadahi 2 fungsi urban atau lebih, misalnya terdiri dari retail, perkantoran,
hunian hotel, dan entertainment/cultural/ recreation.
2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional.
3. Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan yang
memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut
Manfaat dari pembangunan Mixed Use bagi negara-negara maju yang terus dilakukan
hingga saat ini yaitu:
1. Kelengkapan fasilitas yang tinggi, memberikan kemudahan bagi pengunjungnya.
2. Peningkatan kualitas fisik lingkungan. Kelengkapan fasilitas yang dirancang
dengan matang dapat memperbaiki kualitas lingkungan.
3. Efisiensi pergerakan karena adanya pengelompokkan berbagai fungsi dan aktivitas
dalam satu wadah.
4. Vitalitas dan generator pertumbuhan. Kehadirannya berpotensi meningkatkan
pertumbuhan kawasan sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan akan layanan
bagi para pengguna bangunan.
5. Penghematan pendanaan pembangunan. Pembangunan berbagai fasilitas salam
satu kompleks atau kawasan dapat mengefisiensikan dana pembangunan misalnya
dengan efisiensi dana pembangunan infrastuktur.
6. Menghambat perluasan kota karena perkembangannya yang ke arah vertikal
sehingga meminimalkan perluasan kota secara horizontal.
7. Integrasi sistem-sistem merupakan salah satu syarat pembangunan Mixed Use
Building dimana pembangunan fungsi-fungsinya harus dirancang secara
terintegrsi, saling menguntungkan antar fungsi.
Di sisi lain, ada pula dampak negatifnya, yang harusnya diantisipasi, yaitu:
1. Terjadinya skala usaha, dominasi kegiatan. Pemusatan berbagai fungsi dalam satu
kawasan berpotensi menimbulkan dominasi kegiatan dalam bangunan skala besar
bagi investor yang mempunyai dana yang besar.
2. Pembangunan Mixed Use berpotensi untuk meumbuhkan bangunan dengan skala
yang sangat besar sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan dengan skala
bangunan yang lainnya di dalam kota.
3. Terjadinya ruang-ruang mati. Berkembangnya bangunan Mixed Use dapat
mengakibatkan matinya ruang-ruang di bagian kota yang lain karena kelengkapan
bebagai fungsi, aktivitas, dan fasilitas.
4. Penggusuran beberapa pemukiman secara paksa untuk mendapatkan luasan lahan
yang luas agar culup untuk membangun Mixed Use.
5. Menghilangkan sense of identity karena hilangnya ruang-ruang kota yang
merupakan pentas dari aktivitas dan budaya masyarakat kota tersebut.
6. Masalah pembebanan kota terutama infrastukturnya karena pemusatan berbagai
fungsi mengakibatkan ketidakseimbangan beban bagi infrastuktur kota.
Zonazi Ruang
Sumber : Analisis Ruang
Pada gambar tersebut menjelaskan bahwa pembagian ruang halte terbagi
menjadi 3 zona yaitu zona Access & Interchanges, Facilities Zone, dan Platform
Zone. Zona-zona ini membagi fungsi ruang publik dan non publik atau biasa disebut
Paid Zone dan Unpaid Zone.
Pembagian ruangan tersebut diurutkan berdasarkan alur sirkulasi pada halte
tersebut. Sehingga tata ruang yang terjadi adalah adanya perbedaan hierarki pada
zonasi ruang yaitu ruang publik dan ruang privat. Pembagian zonasi ruang ini juga
menciptakan sebuah sirkulasi pada halte yang berurutan berawal pada tahap
memasuki ruangan hingga menaiki kereta trem yang dijelaskan pada gambar
diagram dibawah.
Kegiatan utama dari suatu hotel adalah menyewakan kamar kepada tamu. Untuk
bisa memberikan kepuasan kepada tamu keadaan kamar yang disewakan harus ada
dalam keadaan bersih, nyaman, menarik dan aman. Jenis-jenis kamar pada hotel
dilihat dari fasilitas tempat tidur yang ada dikamar pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi:
a. Single Room adalah kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu
buah tempat tidur berukuran single untuk satu orang.
b. Twin Room ndalah kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua
buah tempat tidur berukuransingle.
c. Double Room adalah karnar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu
buah tempat tidur berukuran double untuk dua orang.
d. Double-Double room adalah kamar untuk empat orang yang dilengkapi dua
kamar dengan dua buah tempat tidur berukuran double untuk dua orang.
Adapun jenis kamar menurut harga atau tarif dan fasilitas yang ada dikamar
dapat dibedakan menjadi:
a) Standart Room
b) Superior Room
c) Moderate Room
d) Suite Room
e) Excecutive suite room
f) Penhouse
Arahan Konsep :
1 2 3
4 5
Stasiun Kereta
Parkir
TAMPAK
RANCNAGAN KERETA
2. “Fjordporten Nordic light” yang berada di Oslo, Norwey . Luas Area 45770 m²
Sketsa :
Hotel
Stasiun
Site Plam
Servis
Hotel
Staisun
Potongan
Hotel
Main Enterence
Staisun
2.1.4.3 Kesimpulan Studi Banding
Berikut adalah hasil atau kesimpulan yang di dapat dari studi banding:
1. Bentuk bangunan untuk stasiun dan loket hotel podium dengan tinggi
podium 3-6 lantai sedangkan untuk kamar hotel berbentuk tower dengan
tinggi 15-20 lantai
2. Kontras warna atau fasad bangunan antara stasiun LRT dan Hotel dapat
dibedakan dari pola fasad/warna. Untuk hotel cinderung berpola grid
sedangkan untuk stasiun LRT cinderung block.
3. Letak bangunan stasiun LRT dan Hotel cinderung berada di jalan utama
atau di jalan penghubung sebagai upaya untuk mendekatkan stasiun
LRT kepada pengguna transportai umum.
4. Drop of (Main Enterence) untuk stasiun dan hotel menjadi satu
5. Untuk loket satasiun dan loket hotel dijadikan satu pada satu lantai yang
berada di lantai ground
6. Pada lantai ground untuk area stasiun dan area hotel memiliki zona yang
berbeda sehingga tingkat keamanan untuk bangunan hotel lebih terjaga
7. Hotel atau ruang menginap tamu berada di lantai atas yang terpisah dari
stasiun
8. Rel kereta berada di belakang bangunan
9. Loby stasiun di lengkapi dengan retail-retail atau restorant untuk
pengunjung stasiun atau tamu hotel
10. Area servis untuk stasiun dan hotel di letakan terpisah (tidak dalam satu
ruangan yang sama)
2.2 Tinjauan Khusus
“HI-TECH AND PURIFY FOR BUILDING PERFORMANCE”
Hi-tech dan pemurnian untuk performa bangunan
Tema yang diambil pada perencanaan dan perancangan bangunan hotel dan stasiun
LRT yaitu “Hi-tech dan pemurnian untuk performa bangunan” dengan tiga kata inti yaitu
1. Hi-tech 2.Pemurnian 3.Performa, dengan harapan tema tersebut dapat membuat arahan
perencanaan dan perancangan yang sesuai pada bangunan mixed-used hotel dan stasiun
KRL di Jaticempaka, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
2.2.1 Hi-tech
Hi-tech atau Hight Tech memiliki beberapa pedoman yang menyatakan dalam arsitektur
memiliki arti yang sama namun berbeda dengan pengertian dalam industri. Bila dalam
industri pengertianya diartikan sebagai teknologi canggih, dalam arsitektur high tech
diartikan sebagai suatu aliran gaya arsitektur yang bermuara pada ide gerakan modern yang
membesar-besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Berikut merupakan
pedoman dalam perancangan, Hi-tech atau Hight Tech menurut Collin Davies:
Fungsi dan Representasi
Hi-tech atau Hight Tech merupakan simbolisasi dari sebuah teknologi. Struktur baja
yang diekspose, ducting AC yang terlihat, dan sistem bongkar pasang merupakan
karakter dalam tema arsitektur ini.
Produksi Masal
Masalah produksi masal merupakan hambatan yang dihadapi. Kolaborasi antara
arsitek dan desainer produk menentukan dalam hal perancangan, seperti pada contoh
pembangunan Hongkong Bank Headquarters dimana semua elemen utama
bangunan di desain, dikembangkan serta diuji bersama oleh arsitek dan produsen
material.
Struktur dan Servis
Struktur dan servis yang diekspos merupakan hal yang paling mencolok pada Hi-
tech atau Hight Tech. Struktur baja dalam tema perancangan ini menjadi struktur
yang ekspresif, baja merupakan salah satu material bangunan yang memiliki daya
tegang yang kuat dan mampu memberikan kesan dramatis pada elemen bangunan.
Ruang dan Fleksibilitas – Omniplatz
Omniplatz adalah istilah yang digunakan dalam Hi-tech atau Hight Tech dimana
ruangan internal dan eksternal dianggap sebagai zona servis. Contoh jelas yang bisa
dilihat adalah bangunan museum Pompidou Centre di Paris.
Elemen-elemen pada bangunan Hi-tech atau Hight Tech seperti struktur rangka baja,
pipa yang diekspos juga ducting ac memberikan ekspresi yang kuat dilihat dari fungsi
teknisnya. Ruang tidak bisa hanya memiliki satu fungsi karena keseluruhan desain
dirancang untuk fleksibilitas. Bangunan tipikal Hi-tech atau Hight Tech menyerupai
bangunan pabrik, sehingga muncul anggapan bahwa bangunan dengan tipikal Hi-tech atau
Hight Tech merupakan bangunan pabrik.
4. “Flat Bright Colouring” Warna – warna yang cerah selalu diterapkan didalam
bangunan terutama pada pipa – pipa servis. Hal ini bertujuan agar
maintenance/perawatan bangunan lebih mudah karena seluruh pipa yang diekspose
akan membuat kesulitan bila memiliki warna yang sama semua. Sebagai contoh
adalah bangunan Pompidou Centre di Paris pada gambar 5.1.1.A.4.
Konsep bangunan Purify atau Pemurnian terdiri dari beberapa komponen, yakni sebagai
berikut:
• Meminimalkan perolehan panas matahari
• Orientasi bangunan utara-selatan
• Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yang diletakkan di tengah
bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di sisi Timur-Barat.
• Memaksimalkan pelepasan panas bangunan kemudian menghindari radiasi matahari
masuk ke dalam bangunan.
• Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk menerangi ruang dalam
bangunan.
• Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
• Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan
Lokasi Proyek
Jaticempaka, Pondok
gede, Bekasi, Jawa barat
Lokasi yang sangat strategis, dikarenakan Jumlah pesaing di sekitar lokasi masih
lokasi tapak yang di lalui jalan tol Jakarta sangat kurang sehingga berpotensi
– Cikampek, apabila target berasal untuk besar untuk mendirikan bangunan
masyarakat yang telah melakukan hotel
perjalanan jauh maka pembangunan
hotel dapat menjadi suatu hal yang
menguntungkan
Batasa
Timur : Jl. Kapin Raya
Utara : Lahan Kosong
Barat : Rumah Warga
Selatan : Jl. Tol Jakarta - Cikampek
3.2.1 Pencapain dan Sirkulasi Tapak
Pencapaian ke lokasi dapat melalui Jalan Kapin Raya dan Jalan Tol Jakarta -
Cikampek
Sirkulasi dibedakan atas :
Sirkulasi pejalan kaki
Sirkulasi kendaraan, terdiri dari :
- Kendaraan Karyawan Hotel
- Kendaraan Pengunjung Tamu Hotel
- Kendaraan Service
- Kendaraan Pengunjung Stasiun LRT Jaticempaka
No. Kriteria (dari bab II) Data (Dari bab III) Analisa
1. Pencapaian menuju tapak: Pencapaian ke tapak cenderung dari dua arah yang
- Sirkulasi yang ada harus memberi kejelasan berbeda, yaitu :
serta kemudahan bagi pengunjung maupun 1. Pertama melalui jalan Kapin Raya, digunakan
pengguna kendaraan yang berada di sekitar jalan akses utama untuk menuju tapak karena
atau menuju tapak akses jalan yang terbuka untuk umum, selain itu
- Sirkulasi diluar tapak yang diatur sedemikian karena terdapat GSB dari bahu jalan 3M makan
rupa dengan GSB 3M dari bahu jalan
pintuk masuk menuju bangunan minimal 3M dari
sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang
jalan kapin raya
akan mengganggu aktifitas dalam tapak
- Sedapat mungkin untuk menghindari adanya 2. Kedua akses melalui jalan tol, dikarenakan jalan
cross atau persilangan sirkulasi yang digunakan hanya untuk kendaraan
- Sirkulasi tersebut harus aman, terutama bagi pengguna jalan tol maka jalur ini tidak dibuka
pejalan kaki untuk umum, selain itu nantinya akses menuju
bangunan juga tertutup untuk umum dan akan
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan didirikan rest area pada tapak yang hanya dapat
pencapaian utama menuju tapak adalah : diakses oleh kendaraan dari jalan tol.
- Kemudahan pencapaian dari segala arah Sirkulasi pada tapak dipengaruhi oleh Letak
- Tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas Akses dari Jalur Tol Akses dari Jl. Kapin Raya pencapaian pada tapak, Keutamaan fungsi-fungsi pada
sekitar tapak bangunan didalam tapak dan peletakan massa
- Memberikan kesan mengundang, jelas dan bangunan
terarah
- Arus pengunjung terbesar menuju tapak Berdasarkan pemakaiannya, sirkulasi dalam tapak
- Pemisahan antara arus pedestrian, kendaraan dibedakan atas: Sirkulasi pejalan kaki, Sirkulasi
dan barang/service tidak saling mengganggu kendaraan,Sirkulasi barang atau service
2. Pintu masuk (Entrance)
Dalam pemilihan dan penempatan pintu
masuk (entrance) perlu diperhatikan
beberapa kriteria sebagai berikut :
- Terletak di jalan yang ramai dilalui oleh
pejalan kaki atau kendaraan
- Mudah dicapai dari berbagai arah Untuk pembobotan Pintu Masuk Utama menuju
- Aman dalam pencapaian bangunan stasiun LRT dan Hotel terpilih Opsi A.
- Jika terdapat jalu kendaraan dan jalur A Karena fungsi Stasiun LRT yang sifatnya Publik. Dan
pejalan kaki maka Pintu masuk kendaraan B dibutuhkan kemudahan akses bagi pengunjung yang
dan pejalan kaki harus terpisah datang
- Mempunyai titik tangkap yang jelas agar
mudah, aman, terutama dalam pencapaian
pintu masuk utama (main entrance)
A C
C
5. Ruang Terbuka Hijau atau Taman:
Terdapat beberapa arahan pengolahan ruang
terbuka hijau bagi tapak perencanaan, yaitu :
- Ruang terbuka sebagai plaza berfungsi
sebagai penyatu aktifitas-aktifitas yang ada
pada bangunan
- Ruang terbuka sebagai penghubung berfungsi
untuk menghubungkan antara ruang yang satu
dengan yang lainnya
- Ruang terbuka sebagai penerima,
ditempatkan di dekat pintu masuk utama
sebagai peralihan antara jalan dengan
bangunan sehingga menimbulkan suatu
batasan yang jelas
- Ruang terbuka hijau bagi pejalan kaki, berada
sepanjang jalan dilengkapi dengan pedestrian
6. Area Parkir:
Ruangan pada area parkir meliputi:
- Jalan untuk kendaraan
- Lobby menuju bangunan
- Pedestrian untuk berjalan kaki setelah turun
dari kendaraan ataupun untuk rombongan
- System drainase tempat parker
- Factor-faktor pelengkap lainnya seperti :
lampu penerangan serta pengaturan pohon-
pohon agar tidak terlalu rimbun ataupun tidak
terlalu jarang dan penggunaan material untuk
pejalan kaki,
Pada dasarnya pola sirkulasi pengunjung yang terdapat pada pusat perbelanjaan
dan perkantoran sama yaitu terbagi:
1. Sirkulasi vertical
Lift Elevator
Alat transportasi yang dijalankan secara mekanisme, yang dapat
mengangkut beberapa orang sekaligus serta dapat melayani ketinggian
bangunan yang tidak terbatas. System ini otomatis berhenti jika terjadi
kebakaran.
Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan lift:
1. Kapasitas daya angkut (handling capacity)
2. Optimasi ketinggian bangunan
3. Waktu tunggu (interval) dan waktu perjalanan bolak balik (round
trip time)
Eskalator
tangga yang dapat bergerak secara mekanis, sehingga sirkulasi lebih
nyaman dan biasanya terdapat pada pusat perbelanjaan. Fungsinya
menghubungkan ruang-ruang yang bersifat publik, seperti lobby, hall.
Berdasarkan table diatas maka escalator yang direncanakan pada
proyek ini adalah eskalaor dengan ukuran 1.00 dengan kapasitas 150
orang/menit
Tangga
Berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi, tangga biasanya dan
tangga darurat/tangga kebakaran. Jarak jangkauan tangga darurat ± 25
m. sebagai sarana untuk penyelamat darurat, tangga diisolir dalam
dinding tahan api (dapat pula berfungsi sebagai inti bangunan/core)
dengan pintu tahan api. Dipergunakan untuk menyelamatkan diri
apabila terjadi gangguan pada bangunan, misalnya kebakaran dan
gempa. Tangga darurat ini harus memenuhi standar ketahanan api.
Perletakan sebisa mungkin mudah dicapai oleh pengguna gedung.
Pada tangga kebakaran untuk mendapatkan ruang tangga yang
bebas asap/gas, maka pada ruang tangga dapat diberikan tekanan
(dengan bangtuan kipas) sehingga tekanan dalam ruang tangga lebih
besar dari ruang diluar tangga, tidak boleh ada bukaan dan asap tidak
boleh masuk, dengan demikian ruang tangga bebas dari asap dan gas,
agar tekanan intu lebih sempurna maka pintu tangga harus dapat
menutup sendiri dan terbuka hanya satu arah, pintu juga harus tahan
terhadap api selama 2 jam, dengan demikian pintu tangga harus
dilengkapi dengan alat yang menutup otomatis, pintu tangga harus
“swing door” (tidak boleh pintu sorong). Pintu tangga biasanya terbuat
dari plat baja, tanpa dilengkapi dengan kunci, sehingga dapat
dipergunakan setiap saat dan lebar pintu 70-120 cm.
2. Sirkulasi horizontal
Sirkulasi dalam bangunan dapat berupa:
Selasar
Koridor
Hall
Dari analisa yang ada, pada proyek ini menggunakan system sirkulasi campuran
antara system linear dengan system grid serta melingkar, hal ini agar
pengunjung dapat menikmati seluruh bagian bangunan dengan cara mengitari
bangunan, pola ini digunakan pada pedestrian
Dalam penggunaan lahan parkir pada area kantor sewa dan pusat
perbelanjaan di bedakan atas dua bagian, yaitu :