ABSTRACT
HANIFAH NURUL „ARSY. Landscape Planning of Cigugur District
Kuningan Regency as an Agrotourism Area. Supervised by AFRA DN
MAKALEW.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul “Perencanaan Lanskap Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai
Kawasan Agrowisata” yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mennyelesaikan gelar Sarjana
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, oleh
karena itu penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Afra Donatha Nimia Makalew, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan, dukungan,
dan arahan selama penulis menyelesaikan studi serta penyelesaian skripsi.
2. Segenap dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu
dan bimbingannya serta staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah
memberikan bantuan dalam administrasi kepada penulis.
3. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ropik Sugrawidjaya dan Ibu Wibaningsih
yang telah mendukung sepenuhnya baik moral maupun material, serta
memberikan kasih sayang yang tak terhingga.
4. Instansi-instansi terkait yang membantu perizinan dan menyediakan data-data
pendukung penelitian: Kesbangpol Kabupaten Kuningan, Disparbud
Kabupaten Kuningan, Bappeda Kabupaten Kuningan, Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan, BMKG Majalengka, BP3K
Kecamatan Cigugur dan Kecamatan Cigugur.
5. M. Wiratama Hadi Prasetyo, Nurlita Btari Fatimah, Hashifati Ajrina, Karny
Permatasari, Rizki Setiawati dan Smaradinda Harbowo Putri yang telah
membantu dalam penulisan skripsi, memberi saran, dan berbagi waktu bersama
baik suka maupun duka bersama penulis.
6. Teman-teman dan sahabat Arsitektur Lanskap 49 khususnya Atika Aprilla
Sukendi, Sahebat Noviyanto Saputro dan RF Andriyoko Putra selaku teman
satu bimbingan skripsi yang telah membantu memberi dukungan, semangat dan
motivasi-motivasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Kritik
dan saran sangat diharapkan dari semua pihak untuk penyempurnaan penulisan-
penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Perencanaan Lanskap 4
Proses Perencanaan Lanskap 4
Wisata dan Rekreasi 5
Agrowisata 6
Perencanaan Agrowisata 8
METODOLOGI 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Batasan Penelitian 10
Alat dan Bahan Penelitian 11
Metode Perencanaan 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Kondisi Umum 19
Aspek Biofisik 21
Aspek Sosial dan Budaya 45
Aspek Legal 50
Aspek Objek Daya Tarik 51
Analisis dan Sintesis 59
Konsep Perencanaan 77
Perencanaan Lanskap 83
SIMPULAN DAN SARAN 111
Simpulan 111
Saran 111
DAFTAR PUSTAKA 112
LAMPIRAN 114
RIWAYAT HIDUP 120
DAFTAR TABEL
1 Alat penelitian 11
2 Data penelitian 11
3 Kriteria kemiringan lahan untuk wisata 14
4 Kriteria tata guna lahan untuk wisata 14
5 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata 16
6 Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata 17
7 Luas wilayah kelurahan dan desa di Kecamatan Cigugur 19
8 Kriteria dan luas kelas kemiringan lereng Kecamatan Cigugur 21
9 Data sumber mata air Kecamatan Cigugur 29
10 Data iklim wilayah Kecamatan Cigugur 2015 30
11 Nilai THI Kecamatan Cigugur tahun 2015 32
12 Jenis vegetasi di Kecamatan Cigugur 33
13 Potensi eksisting vegetasi terhadap pengembangan ruang agrowisata 35
14 Potensi eksisting satwa terhadap pengembangan ruang agrowisata 36
15 Pola penggunaan lahan di Kecamatan Cigugur 37
16 Luas tata guna lahan Kecamatan Cigugur 37
17 Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Cigugur 40
18 Analisis aksesibilitas Kecamatan Cigugur 44
19 Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cigugur 47
20 Jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Cigugur 47
21 Komoditas pertanian pangan tiap kelurahan/desa 52
22 Data luas panen, produktivitas dan produksi pertanian Kecamatan
Cigugur tahun 2015 53
23 Data penyebaran jenis dan jumlah populasi ternak Kecamatan Cigugur 54
24 Potensi obyek daya tarik agrowisata Kecamatan Cigugur 56
25 Hasil analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata 63
26 Preferensi pengunjung terhadap aktivitas dan fasilitas agrowisata yang
diinginkan 68
27 Hasil analisis dan sintesis 70
28 Rencana penggunaan ruang 87
29 Rencana sirkulasi kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur 91
30 Rencana vegetasi Kecamatan Cigugur 93
31 Rencana aktivitas dan fasilitas yang akan dikembangkan 96
32 Rencana daya dukung pengunjung berdasarkan fasilitas wisata 98
33 Rencana touring plan berdasarkan lama wisata 107
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir 3
2 Peta lokasi penelitian 10
3 Bagan proses perencanaan 13
4 Peta administrasi Kecamatan Cigugur 20
5 Kondisi topografi di Kecamatan Cigugur 21
6 Peta topografi Kecamatan Cigugur 22
7 Peta kemiringan lereng Kecamatan Cigugur 24
8 Peta jenis tanah Kecamatan Cigugur 25
9 Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Cigugur 26
10 Kondisi sungai yang melintasi Kecamatan Cigugur 27
11 Kondisi saluran air 27
12 Peta daerah aliran sungai Kecamatan Cigugur 28
13 Curah hujan tahun 2015 30
14 Suhu rata-rata tahun 2015 31
15 Kelembaban rata-rata tahun 2015 31
16 Kecepatan angin terbanyak tahun 2015 32
17 Kondisi vegetasi pertanian 34
18 Kondisi vegetasi non-pertanian 35
19 Hewan ternak 36
20 Pemanfaatan lahan Kecamatan Cigugur 38
21 Peta tata guna lahan Kecamatan Cigugur 39
22 Fasilitas umum 40
23 Good views yang terdapat pada tapak penelitian 41
24 Bad views yang terdapat pada tapak penelitian 42
25 Peta aksesibilitas Kabupaten Kuningan 43
26 Jenis transportasi umum yang dapat mengakses Kecamatan Cigugur 43
27 Kondisi jalan yang melintasi Kecamatan Cigugur 44
28 Peta aksesibilitas Kecamatan Cigugur 46
29 Produk home industry khas Kecamatan Cigugur 48
30 Gedung Paseban Tri Panca Tunggal 49
31 Ritual upacara adat Seren Taun 50
32 Potensi objek dan atraksi wisata di Kecamatan Cigugur 54
33 Potensi objek dan atraksi agrowisata peternakan sapi 55
34 Potensi objek daya tarik agrowisata perikanan 56
35 Bumi Perkemahan Palutungan 57
36 Agroedutourism Pondok Pesantren Daarul Mukhlisin 58
37 Situs Purbakala Cipari 58
38 Kolam Ikan Cigugur 59
39 Hutan Kota Bungkirit 59
40 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur 61
41 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur 62
42 Kondisi kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Cigugur 64
43 Peta analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata Kecamatan
Cigugur 65
44 Persepsi pengunjung terhadap Kecamatan Cigugur 67
45 Peta komposit kesesuaian ruang wisata 75
46 Peta block plan 76
47 Konsep ruang agrowisata Kecamatan Cigugur 78
48 Konsep subruang atraksi utama agrowisata 79
49 Konsep sirkulasi agrowisata Kecamatan Cigugur 81
50 Diagram aktivitas 82
51 Peta rencana ruang 89
52 Jalur tersier pada ruang atraksi utama agrowisata 90
53 Peta rencana sirkulasi 91
54 Peta rencana vegetasi 95
55 Peta rencana lanskap 101
56 Peta rencana tapak objek wisata sayur dan buah 103
57 Peta rencana tapak objek wisata peternakan dan Bumi Perkemahan
Palutungan 104
58 Peta rencana tapak area pelayanan utama Kelurahan Cigugur 105
59 Ilustrasi suasana kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur 106
60 Peta rencana perjalanan wisata 110
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap
Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan pada
tapak sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi, dan berbagai tingkat
kerawanan atau kerapuhan lanskap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009). Sintesis
merupakan tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan
potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan
perencanaan (Gold, 1980).
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), hasil perencanaan lanskap
dapat disajikan dalam bentuk gambar praperencanaan, terdiri dari gambar situasi
awal dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis, serta gambar rencana
lanskap yang terdiri dari konsep perencanaan, rencana penggunaan lahan, rencana
penggunaan ruang, rencana pengembangan tapak, rencana induk lanskap, rencana
tapak, rencana penanaman, dan berbagai bentuk gambar dan ilustrasi lainnya
sesuai kebutuhan perencanaan. Menurut Laurie (1984), pendekatan perencanaan
yang baik pada hakekatnya didekatkan pada lima komponen utama, yaitu
pendekatan terhadap faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai.
Agrowisata
8. Penyediaan toko dan kios produk hasil pertanian yang khas dengan kemasan
yang menarik untuk dimakan atau dibawa sebagai oleh-oleh.
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi
agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai
berikut :
1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa
tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan
kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan
pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.
2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras
dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta nasional maupun
asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata
perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca
produksi (pengolahan dan pemasaran).
3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan
meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah
sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca
panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan
obyek agrowisata.
4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan
budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai
sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan
lain, misalnya memancing ikan.
5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola
beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.
Perencanaan Agrowisata
prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik, dan
melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua adalah dengan membangun
prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan fasilitas
yang diperlukan meliputi:
1. Jalan menuju lokasi,
2. Pintu gerbang,
3. Tempat parkir,
4. Pusat informasi,
5. Papan informasi,
6. Sirkulasi dalam kawasan agrowisata,
7. Shelter,
8. Tempat beribadah (mushola),
9. Toilet, dan
10. Tempat sampah.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan obyek wisata, antara lain, pengelolaan
obyek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan fasilitas pendukung,
keamanan (untuk melindungi obyek dan fasilitas, serta keselamatan pengunjung),
dan pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan dari aktivitas agrowisata pada tapak.
10
METODOLOGI
Batasan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software). Alat dan bahan berupa data yang
digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 2 Lanjutan
No. Jenis Data Sumber Metode Pengambilan
Aspek Legal
1 Rencana Tata Ruang Wilayah Bappeda Kuningan Studi pustaka
Kab. Kuningan
2 Rencana Induk Pengembangan Disparbud Studi pustaka
Pariwisata Kab. Kuningan Kuningan
3 Rencana Pembangunan Jangka Pemda Kuningan Studi pustaka
Menengah Kab. Kuningan
Metode Perencanaan
Tahap Persiapan
Merupakan tahap merumuskan masalah, menentukan arah dan tujuan studi,
identifikasi keperluan data dan metode pengambilannya, serta persiapan
administrasi berupa pembuatan usulan dan perijinan. Selanjutnya perumusan
konsep dasar berdasarkan potensi tapak dan gambaran serta informasi umum yang
telah diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan
dan mengarahkan pengambilan data serta menjadi pengarah pada tahapan
perencanaan selanjutnya. Konsep dasar ini akan dikembangkan setelah ditemukan
solusi dari analisis data yang telah terkumpul sebelumnya.
Tahap Inventarisasi
Merupakan tahap pengumpulan data dan informasi dengan mengacu pada
konsep serta tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang dikumpulkan
meliputi data sekunder yang didapat dari dinas dan instansi diantaranya Bappeda
Kabuaten Kuningan, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, dan Pemerintah
Daerah Kecamatan Cigugur. Data berupa peta administrasi, peta tanah, peta
topografi, dan peta tata guna lahan diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kuningan.
Data lain yang juga diambil yaitu data sosial, ekonomi, budaya, dan data
pendukung lainnya.
Selain pengumpulan data sekunder, dilakukan pengumpulan data primer
dengan metode survey dan wawancara untuk melengkapi data yang ada, sekaligus
untuk melakukan pengecekan di lapang terhadap peta yang sudah didapat. Hasil
pengamatan langsung di tapak dan sekitar tapak diperoleh dengan cara
pengambilan foto, studi pustaka berupa laporan kegiatan dan informasi dari
instansi terkait serta dari berbagai sumber ilmiah lainnya, dan kuisioner.
Wawancara dengan kuisioner dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi
responden.
13
tanah, kemiringan lahan, tata guna lahan, iklim, dan daya dukung tapak. Terdapat
penilaian terhadap indikator yang dijadikan dasar dalam menganalisa
menggunakan kriteria yang diacu dari Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 dan
S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980.
Standar kesesuaian dibagi menjadi tiga jenis kategori yaitu sesuai, cukup
sesuai, dan tidak sesuai. Kategori sesuai bagi perkembangan ruang wisata diberi
skor 3, cukup sesuai untuk ruang wisata diberi skor 2, dan kategori tidak sesuai
untuk ruang wisata yang diberi skor 1. Aspek-aspek tersebut dianalisis dan di-
overlay untuk mendapatkan peta komposit. Indikator kriteria, standar kesesuaian
dan skor tersaji pada Tabel 3 terkait kriteria kemiringan lahan untuk wisata, dan
Tabel 4 terkait kriteria tata guna lahan untuk wisata.
Keterangan:
THI = Thermal Humidity Index
T = Suhu udara (°C)
RH = Kelembaban nisbi udara (%)
DD = A/S
Keterangan:
DD = Daya dukung
A = Area yang digunakan wisatawan
S = Standar rata-rata individu
15
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persentase tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel
Jumlah sampel yaitu jumlah responden yang diambil sebagai sampel dan
jumlah populasi adalah jumlah penduduk di Kecamatan Cigugur. Hasil data ini
dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif dengan menghubungkan data dari aspek
bio-fisik dan wisata yang telah didapatkan.
Tabel 5 Lanjutan
No. Kriteria Nilai
7 Letak dari Jalan Utama (bobot 5%):
Kedekatan dengan jalur jalan utama desa
Dekat (<1 km) 4
Sedang (1-3 km) 3
Cukup jauh (3-5 km) 2
Sangat jauh (>5 km) 1
8 Sarana Wisata (bobot 5%):
Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, fasilitas makan, dan penginapann
Tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat 4
Ada beberapa, cukup terawat 3
Ada beberapa, kurang terawat 2
Tidak tersedia 1
Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009)
ΣKKA = ΣSij.Aij
ΣKKA adalah nilai total kelayakan kawasan agrowisata, ΣSij adalah kriteria
agrowisata tiap kawasan, dan Aij adalah bobot kriteria agrowisata. Hasil
perhitungan dengan rumus di atas dirangkum dalam Tabel 6.
R = Smax – Smin
K
18
Tahap Sintesis
Selanjutnya dilakukan sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan
masalah, yang diperoleh setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi
yang telah dikumpulkan serta pengembangan pada konsep dasar. Tahap analisis
membahas keadaan eksisting yang berada di tapak, sedangkan pada tahap sintesis
menjelaskan tentang implementasi dari solusi yang dapat diterapkan pada tapak.
Solusi yang diterapkan pada tahap sintesis ini didasarkan pada analisis yang telah
dilakukan pada setiap aspek.
Tahap ini juga menentukan kesesuaian kawasan pertanian untuk komoditi
tertentu dan peruntukan wisata. Sekaligus untuk menentukan zona integratif yang
potensial untuk pengembangan agrowisata. Teknik overlay digunakan dalam
merumuskan zona integratif yang potensial tersebut yang dilanjutkan dengan
merumuskan konsep pengembangan terbaik. Peta-peta analisis yang dihasilkan
sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi ruang terhadap potensi
dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block plan.
Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir sekaligus produk akhir dari
penelitian. Pada tahap ini, model block plan kawasan perencanaan yang telah
diperoleh selanjutnya dikembangkan kepada rencana ruang, aktivitas dan fasilitas,
rencana sirkulasi bagi pengunjung maupun masyarakat, rencana vegetasi, serta
rencana daya dukung. Pengembangan ini kemudian diterjemahkan melalui
rencana lanskap yang dilanjutkan dengan penyusunan touring plan yang berupa
sistem atau program perjalanan wisata.
19
Kondisi Umum
Aspek Biofisik
Sisanya yaitu lahan dengan kelas kemiringan 25-40% dan >40% masing-masing
sebesar 6,63% dan 0,5%. Sebagian besar wilayah Kecamatan Cigugur memiliki
kemiringan lereng yang bersifat datar dan landai, yaitu sebesar 75,91%. Gambar 7
memperlihatkan peta kemiringan lereng pada kawasan perencanaan.
Kondisi Tanah
Berdasarkan Peta Jenis Tanah Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan dalam
RTRW Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031, Kecamatan Cigugur dibentuk oleh
berbagai jenis tanah, yaitu andosol, regosol, latosol dan podsolik. Persebaran jenis
tanah yang ada dibedakan menjadi asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,
latosol dan regosol, dan podsolik, regosol dan latosol.
Tanah andosol yang terdapat di Kecamatan Cigugur ditampilkan dalam
bentuk andosol coklat dengan bahan induk abu, pasir, dan tuf volkan intermedier
dengan fisiografi volkan. Tanah ini disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi.
Tanah ini mempunyai sifat morfologi berwarna coklat, tekstur umumnya debu,
lempung berdebu sampai lempung. Struktur tanah remah atau granuler dan
konsistensi lembab agak gembur, apabila dipirid terasa berminyak karena
mengandung bahan organik antara 8% sampai 30% dengan pH 4,5-6.
Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan
perkebunan. Tanah ini sangat rawan terhadap erosi, dan tersebar dominan di
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, namun tanah ini bersifat poros dan
tidak dapat menahan air.
Jenis tanah regosol umumnya belum menampakkan adanya perlapisan
horisontal, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan.
Tanah ini mempunyai bahan induk seperti tanah andosol yaitu abu, pasir, dan tuf
volkan intermedier dengan fisiografi volkan. Tekstur tanah biasa sampai kasar,
struktur remah, konsistensi lepas sampai gembur dengan pH 6-7. Makin tua umur
tanah struktur dan konsistensinya makin padat, bahkan seringkali membentuk
padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya jenis tanah ini
belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Tanah ini cukup
mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap.
Tanah ini cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap
untuk diserap tanaman, tetapi kekurangan unsur N. Tanah regosol sangat cocok
untuk pertanian khususnya tanaman kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
Tanah latosol disebut juga tanah inceptisol. Kandungan bahan organiknya
berkisar antara 3-9% tetapi pada umumnya hanya sekitar 5%. Tanah ini bersifat
netral sampai asam dengan pH antara 4,5-6,5 dan berwarna coklat, coklat
kemerahan sampai merah. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat,
sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi gembur. Menurut Soepardi
(1983) jenis tanah latosol adalah granular (remah) sehingga memiliki drainase
dalam yang baik. Pada umumnya kandungan unsur hara tanah ini dari rendah
sampai sedang. Tanah latosol mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab
itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan
air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Tanah ini sangat cocok untuk
ditanami padi, pisang, dan pertanian campuran. Persebaran jenis tanah yang ada di
kecamatan ini dapat dilihat pada Gambar 8.
24
Aliran Sungai (DAS) yang terdapat pada Kecamatan Cigugur terdiri dari DAS
Cilangkap, DAS Cipongor, dan DAS Cisolok. Peta DAS yang ada di Kecamatan
Cigugur dapat dilihat pada Gambar 12. Peta ini menggambarkan tentang pola
aliran sungai serta penyebaran DAS yang ada di tapak.
Sungai-sungai yang ada di kecamatan ini merupakan sungai-sungai kecil
yang terbentuk di lembah perbukitan desa. Lebar dari aliran sungai yang ada rata-
rata berkisar antara 1-3 meter. Kondisi badan air yang ada relatif baik, hal tersebut
dapat terlihat dari masih terlindunginya badan air dengan rerimbunan pohon yang
merupakan pengikat air hujan dan pengikat air tanah. Selain itu kualitas air sungai
yang ada cukup jernih dan kebersihannya tergolong baik. Kondisi sungai yang ada
dapat dilihat pada Gambar 10.
Mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih adalah mata air Cipari,
Cipager, Cigugur, Erpah, Cidano, Citiis, Cipamuruyunan dan Curugtenjo. Mata
air yang digunakan sebagai sumber air irigasi yaitu hampir seluruhnya kecuali
Curugsawer, Cipadawaras, Bebera, dan Cigirang. Sedangkan mata air yang
digunakan sebagai sumber air untuk kolam ikan yaitu mata air Cipari, Cipager,
Cigugur, Cidano, Curugsawer, Citiis, Cilukutuk, Curugtenjo, Curug, dan Cigirang.
Kualitas mata air di Kecamatan Cigugur dalam kondisi baik dan dimanfaatkan
sebagai sumber air irigasi, industri, air bersih, kolam ikan, serta MCK, dengan
data sumber mata air tersaji pada Tabel 9.
Iklim
Kondisi iklim diketahui dari data yang didapatkan dari Stasiun Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) Majalengka untuk Kecamatan Cigugur Kabupaten
Kuningan tahun 2015. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, suhu rata-
rata, kelembaban rata-rata dan kecepatan angin selama tahun 2015, sebagaimana
tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10 Data iklim wilayah Kecamatan Cigugur 2015
Curah Kecepatan
Kelembaban
Bulan Suhu (°C) hujan angin
(%)
(mm/bulan) (km/jam)
Januari 26,4 426 87 5
Februari 26,2 380 88 5
Maret 26,9 327 85 5
April 27,3 301 84 4
Mei 27,6 99 78 4
Juni 27,6 0 71 4
Juli 27,2 1 70 5
Agustus 27,6 0,2 66 5
September 28,7 0,5 59 5
Oktober 29,5 0 60 5
November 29,3 94,9 72 4
Desember 27,7 420,3 83 4
Rata-Rata 27,67 170,83 75,25 4,58
Sumber: BMKG Majalengka tahun 2015
500
400
300
mm
200
100
0
Feb
Mei
Sep
Jan
Nop
Des
Apr
Okt
Mar
Jun
Jul
Agt
26,2°C. Penyebaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2015 disajikan ada
Gambar 14.
30
29
28
27
°C
26
25
24
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
90
85
80
75
%
70
65
60
55
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
4
knot
3
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Gambar 16 Kecepatan angin terbanyak tahun 2015
Iklim berpengaruh pada kenyamanan yang dirasakan oleh manusia,
dinyatakan dalam Thermal Humidity Index (THI). THI merupakan perhitungan
tentang tingkat kenyamanan manusia pada suatu suhu dan kelembaban tertentu.
Kisaran suhu dikategorikan nyaman bagi manusia untuk beraktivitas adalah 27°C
-28°C, dengan kelembaban udara berkisar 40-75% (Laurie 1994). Apabila nilai
THI <27, berarti iklim tersebut nyaman untuk daerah tropis. Indeks kenyamanan
manusia (THI) pada tapak dapat dihitung dengan menggunakan rumus THI =
0,8T+(RH.T)/500, dengan RH adalah kelembaban dan T adalah suhu udara.
Berdasarkan data iklim tahun 2015, diperoleh nilai rataan THI Kecamatan
Cigugur sebesar 26,28 yang menunjukkan kawasan ini nyaman (comfort zone),
termasuk untuk kegiatan agrowisata. Untuk lebih lengkapnya, data THI pada
lokasi penelitian sepanjang tahun 2015 disajikan dalam Tabel 11 berikut.
Vegetasi
Vegetasi atau tumbuhan dan tanaman merupakan salah satu elemen
lanskap yang menjadi faktor penting dalam perencanaan lanskap. Tumbuhan dan
tanaman tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa
pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah.
Perubahan ini dikarenakan tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan
dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim 2003).
33
Tabel 12 Lanjutan
No. Nama Tanaman Nama Latin
10 Bugenvil Bogenvile sp.
11 Kayu manis Cinnamomum burmannii
12 Teki Cyperus rotundus
13 Glodogan tiang Polyalthia longifolia
14 Kelapa Cocos nucifera
15 Hanjuang Cordyline fruticosa
16 Kamboja Plumeria rubra
17 Nusa indah Mussaenda sp.
18 Kemiri Aleurites moluccana
19 Jati putih Gmelina arborea
20 Kesemek Diospyros kaki
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kab. Kuningan (2015) dan survei lapang
(2016)
pohon glodogan tiang, pohon kemiri, dan pohon jati putih banyak tersebar di
seluruh wilayah Kecamatan Cigugur seperti di kebun campuran, di tepi jalan dan
di Taman Hutan Kota. Beberapa vegetasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 18.
Potensi utama adalah potensi vegetasi sebagai objek dan atraksi utama
agrowisata pertanian. Hamparan sawah dan kebun campuran banyak ditemukan di
dalam kawasan sehingga dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi
agrowisata dengan beragam aktivitas di dalamnya. Potensi pendukung adalah
potensi vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan (bioengineering) agar
bernilai indah dan berfungsi dengan baik, seperti menurunkan tingkat pencemaran
udara, mengurangi kecepatan angin, meningkatkan ketersediaan air tanah,
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, dan lainnya (Nurisjah 2004).
Satwa
Satwa yang ada di Kecamatan Cigugur terdiri dari satwa yang
dibudidayakan dan dipelihara dalam kegiatan pertanian dan satwa liar yang
mempunyai habitat di lokasi penelitian. Dari hasil pengamatan dan profil desa
yang ada jenis hewan ternak yang terdapat di kecamatan ini yaitu sapi, kerbau,
kuda, kambing, domba, babi, ayam, itik, kelinci, kucing, dan anjing. Jenis ikan
36
yang dibudidayakan pada kolam ikan yaitu ikan gurame, ikan mas, ikan patin,
ikan nila, dan ikan lele. Sedangkan jenis satwa liar yang dijumpai di lokasi yaitu
berbagai jenis burung, ular, kadal kebun, monyet, dan serangga. Hewan ternak
yang ada dapat dilihat pada Gambar 19.
(a) (b)
Gambar 19 Hewan ternak (a) sapi dan (b) kuda
Hewan ternak dan beberapa jenis satwa liar berpotensi dikembangkan
sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata, seperti aktivitas memberi makan
ternak, memerah susu sapi, membuat kompos dari kotoran ternak, berkeliling desa
dengan kuda, aktivitas budidaya dan memancing ikan, dengan suasana yang masih
alami dengan satwa liar di dalamnya. Potensi eksisting satwa pada kawasan
perencanaan terhadap pengembangan ruang agrowisata dapat dilihat pada Tabel
14.
Berdasarkan survey lapang serta olah data citra Landsat (2015) dan Quick
Bird (2015) penggunaan lahan pada kawasan perencanaan terdiri dari belukar,
fasilitas umum, hutan, kebun campuran, permukiman, sawah, semak, tegalan dan
tubuh air. Tutupan lahan pada tapak penelitian direncanakan sesuai dengan tata
guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Kabupaten Kuningan dalam RTRW
Kabupaten Kuningan serta disesuaikan dengan penilaian kriteria tata guna lahan
untuk wisata yang dimodifikasi dari S.K. Menteri Pertanian. Data luas tata guna
lahan Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 16.
Persentase tata guna lahan paling besar adalah lahan tegalan sebesar
28,45%, persentase terbesar kedua adalah kebun campuran sebesar 19,10% dan
hutan sebesar 18,66% termasuk di dalamnya terdapat hutan pemanfaatan dan
konservasi. Sedangkan persentasi terkecil adalah tubuh air dengan persentase
sebesar 0,02%. Lahan dengan persentase sebesar 11,23% berupa pemukiman dan
fasilitas umum dengan beberapa diantaranya berpola linier mengikuti jalan dan
38
alam yang dapat diamanfaatkan dengan mudah oleh masyarakat tanpa banyak
merubah bentukan lanskap alami tapak, sehingga masyarakat sekitar berusaha
untuk memenuhi fasilitas tersebut. Beberapa fasilitas umum yang ada di
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 22.
Kualitas Visual
Aspek visual yang terdapat di dalam kawasan perencanaan yaitu bad view
dan good view. Kecamatan Cigugur terletak di kaki Gunung Ciremai, daerah yang
relatif berbukit dan memiliki pemandangan indah dan potensial berupa view alam
yang asri. Kawasan ini posisinya strategis sehingga memungkinkan untuk melihat
pemandangan lembah dan borrowing view berupa Gunung Ciremai dari titik
pandang yang baik. Good view yang ada juga ditunjukkan dengan pemandangan
alam berupa hamparan tanaman sayuran yang ditata mengikuti kontur, lembah dan
perkampungan di lereng gunung, dapat dilihat pada Gambar 23. Keberadaan
pemandangan (scenery) dan suasana alam perdesaan dengan iklim yang sejuk
merupakan suatu potensi tinggi untuk menarik wisatawan sebagai objek wisata
berbasis pertanian.
view yang terdapat di sekitar kawasan berupa perkebunan yang tidak ditata,
peternakan yang banyak didirikan di pinggir jalan sehingga menimbulkan kesan
kumuh, selain itu banyak ditemukan selang-selang untuk mengalirkan air dari bak
penampungan menuju rumah warga, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24.
Kondisi jalan rusak dan fasilitas umum yang tidak dirawat dapat mengurangi
kenyamanan pengunjung yang datang. Diperlukan penataan ulang agar dapat
mendukung kondisi visual good view yang sudah ada serta penyediaan fasilitas
tempat sampah untuk mengurangi permasalahan sampah di dalam kawasan agar
dapat meningkatkan kesehatan, keindahan, serta kenyamanan berwisata.
Aksesibilitas
Kabupaten Kuningan adalah salah satu kabupaten yang terletak di sebelah
timur Jawa Barat, tepatnya di lereng Gunung Ciremai. Dilihat dari posisi
geografisnya, Kabupaten Kuningan berada pada lintasan jalan regional yaitu jalan
yang menghubungkan Kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai
jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung – Majalengka dengan
Jawa Tengah. Aksesibilitas di Kabupaten Kuningan bertumpu pada jalan utama
yaitu jalan arteri, adalah jalur jalan Kuningan-Cirebon dan Kuningan-Ciamis.
Pola pergerakan wisatawan di Kabupaten Kuningan dimulai dari pintu
gerbang utama yaitu dari pintu Cirebon sebelah Utara dengan tujuan wisatawan
dari arah Jakarta, Indramayu, Cirebon dan Jawa Tengah, sedangkan pintu gerbang
penunjang terdiri dari Pintu Gerbang Penunjang Majalengka di sebelah Barat
dengan tujuan wisatawan dari Bandung dan Majalengka, Pintu Gerbang
Penunjang Ciamis di sebelah Selatan dengan tujuan wisata dari arah Ciamis dan
Tasikmalaya, Pintu Gerbang Jawa Tengah di sebelah Timur dengan tujuan wisata
dari arah Jawa Tengah. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 25.
43
motor, mobil, dan bus dengan ukuran sedang serta besar. Pengunjung yang
menggunakan kendaraan pribadi dapat menggunakan baik jalan kolektor primer
maupun jalan lokal. Apabila menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat
menaiki kendaraan angkot 02 dengan rute perjalanan dari Jalan Pramuka sampai
Kedugede, angkot 09 dengan rute perjalanan dari Jalan Pramuka sampai
Kelurahan Cigugur, angkot 15 dengan rute perjalanan dari Pusat Kota Kuningan
sampai Desa Puncak, serta angkot 16 dengan rute perjalanan dari Pusat Kota
Kuningan sampai Desa Cisantana. Berdasarkan survey lapang, jumlah kendaraan
umum yang ada di kecamatan ini terbatas dan tidak beroperasi selama satu hari
penuh, sehingga dapat menjadi kendala bagi pengunjung dalam hal jarak tempuh
menuju kawasan.
Secara umum kondisi jalan yang ada di Kecamatan Cigugur sudah baik
dan beraspal. Lebar badan jalan kabupaten sudah mencapai 6-8 meter, sedangkan
pada jalan desa hanya berkisar antara 3-5 meter. Kondisi jalan-jalan desa relatif
bagus meskipun masih ada yang belum beraspal di beberapa lokasi. Kondisi jalan
yang ada di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 27.
Tabel 18 Lanjutan
Kondisi Analisis
Solusi
Jalan Potensi Kendala
kelurahan yang ada wisata, menambahkan
sarana angkutan umum
khusus untuk wisatawan
Badan jalan Dilalui oleh jalan Tidak semua area Meningkatkan kualitas
kabupaten dengan jalan memiliki jalan dengan memperbaiki
kondisi baik, pedestrian jalan yang rusak dan
beraspal, lebar jalan Lebar jalan lokal/jalan melakukan pelebaran
4-8 meter yang desa tidak seluruhnya jalan, membuat pedestrian
sudah memenuhi memenuhi standar di sekitar jalan utama
standar, sebagian dan kriteria yang
besar jalan lokal sesuai
sudah beraspal
Pohon Sudah ada pohon Jalan desa langsung Menambahkan dan
pelindung dan pengarah, tetapi bersentuhan dengan menata kembali vegetasi
pengarah jalan tidak ditanam di permukiman sehingga yang dapat dimanfaatkan
seluruh jalan, tidak ada lahan untuk sebagai peneduh,
vegetasi di pohon pelindung pengarah, maupun
pinggiran jalan Pohon pelindung yang berfungsi estetik di sisi
didominasi rumput ada tidak tertata jalan utama yang
liar dan alang-alang dengan baik mendukung konsep
agrowisata
Demografi Penduduk
Menurut data Kecamatan Cigugur dalam Angka tahun 2016, jumlah
penduduk Kecamatan Cigugur adalah 45.879 jiwa, dengan presentase laki-laki
51% (23.552 jiwa) dan perempuan 49% (22.327 jiwa). Berdasarkan umur, jumlah
penduduk berusia 0-4 tahun adalah 3.637 jiwa (7,93%), usia 5-14 tahun adalah
7.827 jiwa (17,08%), usia 15-19 tahun adalah 3.710 jiwa (8,09%), usia 20-39
tahun adalah 14.418 jiwa (31,43%), dan usia 40 tahun ke atas adalah 16.287 jiwa
(35,5%). Mayoritas penduduk Kecamatan Cigugur beragama Islam (89,76%) dan
sisanya adalah Kristen (4,08%), Katholik (0,81%), Hindu (0,003%), Budha
(0,008%) serta agama kepercayaan (0,7%). Agama kepercayaan yang ada di
kecamatan ini adalah kepercayaan Sunda Wiwitan yang merupakan suatu aliran
kepercayaan masyarakat Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan
mengamalkan keyakinan ajaran spiritual kesundaan. Hal tersebut membuat
Kecamatan Cigugur menjadi suatu wilayah yang multireligi dan memiliki ciri
khas yang berbeda dari daerah lain di Kabupaten Kuningan khususnya dalam
aspek sosial dan budaya.
Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cigugur yang merupakan
lulusan sekolah yaitu sebanyak 21.617 jiwa masih tergolong rendah dan
didominasi oleh masyarakat yang hanya tamat sekolah dasar (36,5%) dan sekolah
menengah pertama atau sederajat (33,71%). Sisanya merupakan tamatan sekolah
menegah atas atau sederajat (24,12%) dan perguruan tinggi (5,64%). Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 19.
46
kesejahteraan petani yang ada di kecamatan ini, salah satu penyebab lainnya
adalah mulai berkembangnya pariwisata di kecamatan ini sehingga banyak
masyarakat sekitar yang mencoba profesi baru seperti berdagang. Makanan ringan,
terutama makanan khas Cigugur yaitu tape ketan menjadi salah satu yang paling
dicari oleh pengunjung untuk dijadikan oleh-oleh. Hal tersebut menjadikan
banyak home industry makanan yang memproduksi makanan ciri khas kecamatan
ini.
Berdasarkan Profil Kecamatan Cigugur tahun 2014, terdapat 42 Usaha
Kecil Menengah (UKM) dan koperasi yang ada di kecamatan ini. Beberapa UKM
yang merupakan home industry tersebar di Kelurahan Cigugur yaitu koperasi
pengolahan susu sapi dan pengrajin tape, Kelurahan Cipari yaitu konveksi dan
pabrik boneka, Kelurahan Winduherang yaitu penggilingan tepung dan pembuatan
gypsum, Kelurahan Cigadung yaitu pengrajin tahu, pengrajin ketempling,
penggilingan tepung, pembuat gypsum dan peternak sapi, serta Kelurahan
Sukamulya yaitu waserba. Berdasarkan survey lapang, terdapat home industry
lainnya yaitu keripik pisang, gemblong, dan cinderamata khas Cigugur yaitu hasil
kerajinan tangan berupa batik khas Cigugur dan kerajinan pahatan kayu. Khusus
untuk pengrajin batik khas Cigugur, berlokasi di Kelurahan Cigugur yaitu pada
masyarakat adat paseban. Sedangkan kerajinan pahatan kayu berada di Kelurahan
Babakanmulya dengan memanfaatkan limbah kayu yang didapat dari hutan.
Beberapa produk industri yang ada tersebut baik industri yang dimiliki koperasi
maupun industri rumahan (home industry) dapat dilihat pada Gambar 29.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 29 Produk home industry khas Kecamatan Cigugur: (a) olahan susu sapi,
(b) tape ketan, (c) ketempling, dan (d) cinderamata kayu
49
(a) (b)
Gambar 30 Gedung Paseban Tri Panca Tunggal: (a) tampak luar gedung dan (b)
tampak dalam gedung
Terdapat beberapa tradisi dan kesenian yang masih kuat dipertahankan
oleh masyarakatnya diantaranya ritual adat Seren Taun, Tari Buyung dan
Angklung Buncis, Goong Renteng, dan beberapa kesenian lainnya. Kebudayaan
yang menyangkut pertanian adalah ritual adat Seren Taun. Seren Taun merupakan
tradisi rutin masyarakat adat Cigugur yang diselenggarakan setiap tanggal 22
Rayagung sebagai bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Tujuan
diselenggarakannya Seren Taun adalah sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat
adat Cigugur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap hasil panen yang
melimpah. Makna seren berarti menyerahkan dan taun bermakna tahun yang
terdiri atas dua belas bulan. Secara istilah Seren Taun diartikan sebagai upacara
penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta
memohon berkah dan perlindungan-Nya untuk tahun yang akan datang.
Rangkaian ritual upacara Seren Taun cukup panjang, dengan rangkaian prosesi
adat damar sewu (acara pembuka), pesta dadung, seribu kentongan, penanaman
pohon, nyiblung dan dayung buyung, helaran (pawai budaya), gondang, kidung
spiritual, dan ngareremokeun. Beberapa rangkaian tersebut dapat dilihat pada
Gambar 31.
50
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 31 Ritual upacara adat Seren Taun: (a) arak-arakan, (b) pertunjukkan tari
buyung, (c) pertunjukkan angklung buncis dan (d) acara penumbukan
padi
Puncak acara Seren Taun diisi dengan menampilkan sejumlah kesenian
tradisional masyarakat Sunda. Seperti di antaranya tari buyung, angklung buncis,
serta beberapa kegiatan inti rangakaian puncak upacara bernuansa seni budaya
tradisional menarik lainnya. Aneka kesenian tradisional tersebut ditampilkan di
tempat terbuka di ruas jalan raya depan gedung Paseban Tri Panca Tunggal.
Penampilan aneka seni tradisional itu, sekaligus sebagai penyambut acara
ngajayak yaitu menyambut dan menjemput iring-iringan kelompok masyarakat
pembawa padi hasil panen ke gedung paseban. Upacara ini melibatkan seluruh
masyarakat Kecamatan Cigugur khususnya Masyarakat Adat Cigugur, dilakukan
setiap tahun untuk ritual serta menjadi atraksi wisata yang menarik bagi
pengunjung baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Aspek Legal
something to do yaitu kegiatan apa saja yang dapat dilakukan pengunjung dan
something to buy sebagai apa saja yang mampu dibeli di tempat tersebut.
Kecamatan Cigugur memiliki bermacam-macam objek dan atraksi wisata
yang berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata.
Berdasarkan survei lapang, potensi objek dan atraksi wisata tersebut terdiri dari
aspek karakter lanskap alam, pertanian, peternakan, perikanan, serta objek wisata
pendukung.
Lanskap Alam
Keunikan karakter lanskap alam Kecamatan Cigugur dan pesona di
dalamnya menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Lanskap alam
yang mendukung seperti Taman Nasional Gunung Ciremai, suasana pedesaan dan
pertanian dapat dinikmati dengan mudah oleh pengunjung. Lokasinya yang berada
di dataran tinggi membuat Kecamatan Cigugur memiliki pemandangan alam yang
indah dengan bentangan alam berbukit-bukit yang dapat berpotensi sebagai atraksi
wisata. Selain keadaan alam fisik tersebut, Kecamatan Cigugur juga memiliki
potensi flora dan fauna yang dapat menjadi objek/atraksi dalam agrowisata.
Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor utama di Kecamatan Cigugur karena
sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani yang
melakukan budidaya pertanian beragam, seperti pertanian tanaman pangan,
tanaman buah-buahan, dan tanaman sayuran. Sektor pertanian pangan merupakan
sektor yang mendominasi di area pertanian Kecamatan Cigugur. Data komoditas
pertanian pangan tiap kelurahan/desa disajikan dalam Tabel 21.
Tabel 23 Data penyebaran jenis dan jumlah populasi ternak Kecamatan Cigugur
Kelurahan/Desa Jenis Ternak Jumlah
Populasi
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Sapi perah 5.044
Cisantana, Cigugur, Cipari, Gunungkeling
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Sapi potong 59
Cisantana, Cigugur, Cipari
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Kerbau 77
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari
Cipari, Cisantana, Puncak, Sukamulya, Kambing 1.341
Winduherang, Cigugur
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Domba 2.565
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari,
Winduherang, Gunungkeling
Cisantana, Cigugur Babi 3.493
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Ayam buras 2.226
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari,
Winduherang, Gunungkeling
Puncak, Cisantana, Winduherang Ayam petelor 6.300
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Ayam pedaging 101.000
Cisantana, Cigugur, Cipari, Winduherang,
Gunungkeling
Cigadung, Cileuleuy, Babakanmulya, Itik 590
Gunungkeling
Cigadung Kuda 10
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan (2015) dengan
pengolahan
55
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 33 Potensi objek dan atraksi agrowisata peternakan sapi: (a) memberi
makan ternak, (b) memerah susu sapi, (c) mengikuti kegiatan produksi
pengolahan susu dan (d) menikmati produk olahan susu sapi
Perikanan
Berdasarkan data dari UPT BP3K Cigugur, potensi pengembangan usaha
perikanan hampir di setiap wilayah binaan penyuluh pertanian masih belum dapat
dioptimalkan dengan luas areal sebesar 54,52 ha. Saat ini petani belum mengarah
kepada kegiatan bisnis perikanan yang menjadi usaha utama, tapi hanya sebagai
56
(a) (b)
Gambar 34 Potensi objek daya tarik agrowisata perikanan: (a) kolam budidaya
ikan dan (b) kolam pemancingan ikan
Tabel 24 Potensi obyek daya tarik agrowisata Kecamatan Cigugur
Objek/Aktivitas Wisata
Objek Daya
Komoditi
Tarik Sesuatu untuk Sesuatu untuk Sesuatu untuk
Dilakukan Dilihat Dibeli
Pertanian Padi dan Pengamatan, Hamparan Beras dan
palawija ikut sawah yang palawija yang
berpartisipasi, luas, aktivitas sudah dikemas
bersantai petani
Sayur dan Pengamatan, Lanskap Sayur dan buah
buah ikut perkebunan segar, olahan
berpartisipasi yang tertata rapi sayur dan
olahan buah
Peternakan Sapi, domba, Pengamatan, Kandang ternak, Produk
kambing ikut aktivitas peternakan segar
berpartisipasi peternakan, dan olahan
tingkah laku
hewan
Perikanan Ikan air tawar Pengamatan, Kolam ikan, Hasil perikanan
ikut aktivitas segar dan olahan
berpartisipasi peternakan,
tingkah laku
hewan
57
Analisis Spasial
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah pengumpulan data atau
inventarisasi dalam perencanaan adalah analisis (Gold 1980). Analisis spasial
melibatkan data spasial berupa peta-peta yang telah diperoleh dan survey lapang.
Beberapa analisis spasial telah dilakukan pada tahap inventarisasi dalam peta
inventarisasi dan penjelasannya. Pada langkah analisis ini difokuskan pada
penilaian kemiringan lahan berdasarkan Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
untuk kawasan wisata serta penilaian kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan
pengembangan dari klasifikasi S.K. Menteri Pertanian No. :
837/Kpts/Um/11/1980 untuk kawasan konservasi lahan hutan.
60
R = Smax – Smin
K
R adalah nilai rentang antar kelas, Smax adalah nilai kesesuaian dan
kelayakan agrowisata paling tinggi, Smin adalah nilai yang terendah, dan K
adalah jumlah kelas yang diinginkan. Kelurahan/desa yang termasuk sangat
potensial mempunyai nilai R antara 2,93 – 3,65, kelurahan/desa yang cukup
potensial mempunyai nilai R antara 2,19 – 2,92, dan kelurahan/desa yang kurang
64
potensial dengan nilai R antara 1,45 – 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa
kategori kelurahan/desa yang sangat berpotensi yaitu Desa Cisantana dan
kelurahan/desa yang cukup berpotensi yaitu Kelurahan Cigugur dan Kelurahan
Cipari. Sementara itu, kelurahan/desa lainnya yaitu Kelurahan Sukamulya,
Kelurahan Cigadung, Kelurahan Winduherang, Desa Gunungkeling, Desa
Cileuleuy, Desa Babakanmulya, dan Desa Puncak termasuk dalam kelas kurang
potensial. Sebaran dari hasil penilaian kesesuaian dan kelayakan kawasan
agrowisata tersaji pada Gambar 43.
Tabel 26 Lanjutan
No Variabel Frekuensi Persentase
7 Fasilitas yang direkomendasikan
Tempat ibadah 28 62,20%
Gazebo/pondok 23 51,10%
Warung makan 25 55,60%
Tempat sampah 25 55,60%
Toilet 31 68,90%
Pasar desa 16 35,60%
Pemandu wisata 18 40%
Gerbang utama 10 22,20%
Lainnya 1 2,20%
Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai aspek seperti aspek fisik dan
biofisik, aspek sosial dan budaya, aspek legal, aspek obyek daya tarik, aspek
kesesuaian dan kelayakan agrowisata serta persepsi dan preferensi, dapat
diperoleh potensi serta kendala dari masing-masing aspek. Hasil analisis yang
dilakukan pada kawasan perencanaan diklasifikasikan ke dalam potensi dan
kendala untuk menyusun suatu pemecahan masalah dan pemanfaatan potesi dalam
perencanaan tapak. Hasil analisis dan sintesis deskriptif dapat dilihat pada Tabel
27.
Peta Komposit
Peta komposit adalah hasil overlay peta analisis kesesuaian ruang untuk
wisata dari kemiringan lereng, tata guna lahan serta kesesuaian dan kelayakan
agrowisata. Berdasarkan peta tersebut tapak ini dibagi menjadi tiga zona
kesesuaian ruang untuk wisata berbasis pertanian yaitu zona sesuai, cukup sesuai
dan tidak sesuai. Pembagian kelompok nilai tersebut dijadikan dasar dalam
menghasilkan gambar rencana zonasi ruang atau block plan. Peta komposit dapat
dilihat pada Gambar 45.
Sintesis
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari berbagai alternatif rencana serta
memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang akan
dilakukan. Hasil sintesis berupa perencanaan dalam bentuk zonasi ruang atau
block plan yang menjadi acuan dasar dalam pembagian ruang. Zona yang
terbentuk dihasilkan berdasarkan sensivitas fisik dan bio-fisik yang menjadi
potensi ataupun kendala bagi pengembangan agrowisata, kesesuaian aspek sosial
budaya dan penentuan aktivitas agrowisata bagi pengunjung. Tahap ini juga
menentukan konsep dasar perencanaan untuk kemudian dikembangkan dalam
beberapa detil perencanaan seperti rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana
vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana daya dukung serta rencana
perjalanan wisata (touring plan). Hasil analisis kawasan agrowisata pada lokasi
penelitian setelah melalui tahapan-tahapan sebelumnya menghasilkan peta blok
pengembangan pada Gambar 46.
70
Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Saluran air bersih
perumahan masih
menggunakan selang
sehingga terjadi
pemborosan air
Tata guna Area kebun, sawah dan Terjadinya perubahan Pengembangan agrowisata
lahan tegalan berpotensi untuk fungsi lahan terutama dengan mengoptimalkan
dijadikan sebagai pada lahan pertanian tata guna lahan yang ada
sumberdaya dalam sebagai acuan untuk
perencanaan agrowisata menekan laju konversi
Area permukiman lahan
berdekatan dengan area
pertanian sehingga
memungkinkan untuk
pengembangan aktivitas
pertanian masyarakat
setempat
Fasilitas dan Fasilitas dan utiitas Sarana dan prasarana Penambahan fasilitas
utilitas untuk memenuhi masih terbatas penginapan pada area
kebutuhan sosial terutama fasilitas yang dekat dengan objek
masyarakat sudah penginapan yang wisata khususnya lokasi
lengkap hanya tersedia di pengembangan
Sudah tersedia berbagai beberapa lokasi agrowisata
fasilitas pendukung Fasilitas dan utilitas Penataan dan perencanaan
untuk kebutuhan yang ada kurang kembali fasilitas dan
berwisata bagi terawat utilitas yang sudah ada
pengunjung Belum tersedianya Menyediakan tempat
Sarana dan fasilitas yang tempat pembuangan pembuangan sampah agar
ada masih bersifat sampah yang merata lingkungan di seluruh
tradisional di seluruh desa desa bersih dan sehat
sehingga
pembuangan sampah
masyarakat tidak
pada tempatnya
Kualitas Borrowing view berupa Terdapat area Menambahkan fasilitas
visual Gunung Ciremai peternakan yang untuk mengoptimalkan
merupakan kualitas tidak tertata dengan keindahan visual pada
visual good view yang baik menjadi tapak
merupakan ciri khas kualitas visual bad Melakukan penataan
kawasan view vegetasi untuk
Pemandangan alam yang Kurangnya fasilitas mengurangi kesan bad
masih alami dan asri untuk menikmati view yang ada
dilengkapi dengan pemandangan indah
aktivitas pertanian pada titik pandang
berpotensi menjadi daya dengan kualitas
tarik bagi pengunjung visual good view
Area permukiman
yang kurang tertata
dan kurang bersih
memberikan kesan
bad view
72
Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Aksesibilitas Akses menuju tapak Jumlah sarana Menyediakan sarana
sangat mudah ditunjang transportasi yang ada transportasi alternatif
dengan adanya jalur dan rute khusus untuk pengunjung
Ciamis-Kuningan- perjalanannya wisata khususnya dalam
Cirebon terbatas kegiatan agrowisata
Tersedia sarana Fasilitas pendukung Menambahkan fasilitas
transportasi umum seperti lampu jalan, pendukung di seluruh
jalur pedestrian dan jalan yang mengakses
signage pengarah tapak
jalan masih terbatas Membuat pamflet/signage
Jembatan yang ada yang menjelaskan peta
di beberapa desa aksesibilitas agar
masih menggunakan memudahkan pengunjung
material bambu yang membawa
sehingga rawan kendaraan pribadi
terjadi kecelakaan di Pembangunan jembatan
musim hujan dengan material beton
Aspek
Sosial dan
Budaya
Demografi Sebagian besar Pendapatan petani Melakukan perencanaan
masyarakat bekerja sangat fluktuatif, agrowisata yang melibatkan
sebagai petani (tani, Tingkat pendidikan masyarakat setempat
buruh tani dan ternak) masyarakat di lokasi khususnya petani sebagai
yaitu sebanyak 10.045 penelitian masih solusi untuk meningkatkan
orang tergolong rendah kesejahteraan petani
Kesenian Kebudayaan menarik Acara kesenian dan Kegiatan budaya
dan yang menyangkut kebudayaan yang ada pertanian yang ada dapat
kebudayaan pertanian dijaga hanya dilakukan pada dikembangkan menjadi
kelestariannya dan waktu tertentu objek dan atraksi
merupakan ciri khas agrowisata
tersendiri bagi lokasi Pagelaran kesenian dapat
penelitian dijadikan sebagai event
Sistem pertanian masih atau acara spesial tahunan
menggunakan sistem
tradisional seperti
pembajakan sawah
dengan kerbau
Kesenian yang
merupakan ciri khas
kebudayaan sunda masih
sering digelar pada acara
tertentu
Aspek
Legal
RTRW Penggunaan lahan di - Pemanfaatan ruang untuk
Kabupaten kawasan penelitian pengembangan wisata
Kuningan sudah sesuai dengan sudah sesuai dengan pola
arahan dan kebijakan ruang yang telah ditetapkan
pola ruang dalam RTRW
Kabupaten Kuningan
tahun 2011-2031
73
Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Pemerintah mendukung
pengembangan kegiatan
pariwisata khususnya
agrowisata
RIPPDA Dalam Rencana Struktur - Pemanfaatan ruang untuk
Kabupaten Tata Ruang Pariwisata wisata sudah sesuai dengan
Kuningan Kabupaten Kuningan, rencana induk pariwisata
lokasi penelitian Kabupaten Kuningan
termasuk dalam Zona Inti
yaitu pusat kegiatan
pariwisata
RPJMD Berdasarkan kebijakan Belum ada kerja Perencanaan agrowisata
Kabupaten RPJMD Kabupaten nyata dari menjadi kunci utama dalam
Kuningan Kuningan, Kecamatan pemerintah daerah mendukung pelaksanaan
Cigugur menyusun dalam merealisasikan strategi yang telah disusun
strategi dengan pengembangan Kecamatan Cigugur
mengupayakan agrowisata tersebut
pengembangan wisata
serta agrowisata
Aspek
Objek Daya
Tarik
Lanskap Lokasi yang berada di Lanskap alam tersebut Perencanaan agrowisata
alam kaki Gunung Ciremai belum dioptimalkan pada kawasan dapat
dengan karakteristik alam dengan baik untuk mengoptimalkan lanskap
yang masih alami wisata pertanian alam yang unik tersebut
menjadi keunikan secara fungsional dan
tersendiri untuk menarik estetis
wisatawan
Pertanian Komoditas pertanian Tidak semua lahan Kegiatan pertanian dapat
yang ada cukup beragam pertanian dapat menjadi sarana edukasi
merupakan sumber daya diakses dengan dan rekreasi yang menarik
alam yang berpotensi mudah apabila akan bagi pengunjung
sebagai objek agrowisata, dikembangkan Penyuluhan serta
serta aktivitas pertanian menjadi agrowisata sosialisasi mengenai
mulai dari persiapan Status kepemilikan pengembangan
lahan hingga panen dan lahan milik warga agrowisata perlu
belanja hasil pertanian perlu dilakukan terhadap
dapat menjadi atraksi dipertimbangkan masyarakat dan instansi
utama dalam agrowisata kembali terkait
Peternakan Agrowisata peternakan Kondisi peternakan Perencanaan agrowisata
sudah dikembangkan dominan masih hanya dapat melibatkan
oleh beberapa berskala kecil, area peternakan yang
peternakan kurang terawat dan cukup besar untuk
Peternakan sapi perah areanya berdekatan mengurangi resiko bagi
sangat berpotensi untuk dengan permukiman pengunjung maupun
dikembangkan sebagai Pengelolaan limbah masyarakat
objek dan atraksi peternakan belum Perlu dilakukan sosialisasi
agrowisata karena lokasi merata di seluruh pengelolaan limbah
penelitian merupakan kelurahan/desa peternakan serta
lokasi utama peternakan dimanfaatkan sebagai
sapi perah di Kabupaten salah satu atraksi
Kuningan agrowisata
74
Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Perikanan Sudah ada lokasi Perikanan belum Kegiatan perikanan seperti
budidaya ikan dan menjadi sumber budidaya ikan air tawar dan
pemancingan ikan utama mata memancing ikan dapat
pencaharian petani menjadi suatu objek dan
Potensi daya tarik wisata yang
pengembangan dapat memacu petani untuk
usaha perikanan mengembangkan usaha
belum dapat perikanan
dioptimalkan dengan
baik
Objek Berbagai objek wisata Tidak semua objek Objek wisata pendukung
wisata pendukung seperti objek wisata dapat diakses yang memiliki akses mudah
pendukung wisata alam, sejarah, dengan mudah dan kedekatan tema dengan
budaya, dan wisata Hanya beberapa wisata pertanian dapat
buatan dapat ditemui di objek wisata yang menjadi objek dan atraksi
lokasi penelitian dapat dijadikan pendukung dalam
sebagai objek wisata pengembangan agrowisata
pendukung
agrowisata
Persepsi
dan
Preferensi
Persepsi dan Sebanyak 96% Menurut responden, SDM yang ada di lokasi
preferensi masyarakat setuju sumber daya manusia penelitian berpotensi
masyarakat apabila Kecamatan yang sudah sangat untuk berpartisipasi dalam
Cigugur khususnya desa memadai dan mampu kegiatan agrowisata
di mana mereka tinggal mengelola agrowisata namun diperlukan
dikembangkan menjadi hanya 16% sosialisasi dan pelatihan
area agrowisata khusus terlebih dahulu
Sebanyak 84% sesuai dengan peran dan
masyarakat bersedia kemampuan masing-
berpartisipasi dalam masing
menyelenggarakan Perencanaan yang
agrowisata dilakukan harus
mempertimbangkan
kebutuhan masyarakat
setempat
Persepsi dan Menurut responden Fasilitas pendukung Diperlukan perencanaan
preferensi segi keindahan, wisata belum lanskap Kecamatan
pengunjung kenyamanan, memenuhi seluruh Cigugur sebagai kawasan
kebersihan dan kebutuhan pengunjung agrowisata dengan
keamanan pada lokasi mempertimbangkan
penelitian tergolong kebutuhan pengunjung
indah, nyaman, bersih Perlu dilakukan
dan aman penambahan fasilitas
Seluruh responden pendukung wisata
setuju bahwa
Kecamatan Cigugur
memiliki potensi yang
sesuai untuk
dikembangkan menjadi
kawasan agrowisata
75
Peta block plan tersebut dibagi dalam tiga zona yaitu ruang intensif, ruang
semi intensif dan ruang pasif. Ruang intensif merupakan area yang sangat
potensial untuk pengembangan aktivitas di tapak yang selanjutnya dikembangkan
sebagai ruang atraksi utama agrowisata. Ruang semi intensif merupakan area yang
cukup potensial untuk pengembangan yang lebih matang dalam pengembangan
aktivitas di area tersebut yang selanjutnya dikembangkan sebagai ruang
pendukung agrowisata. Sedangkan ruang pasif merupakan area yang kurang
potensial untuk pengembangan aktivitas wisata yang selanjutnya dikembangkan
sebagai ruang konservasi. Zona ini adalah ruang eksisting yang harus dilindungi
dan dijaga kelestariannya. Dapat dilihat bahwa pengembangan area atraksi utama
agrowisata terletak pada bagian tengah kawasan. Hal ini berdasarkan persebaran
lahan pertanian yang ada, kondisi sosial dan budaya yang masih memiliki nilai
penting untuk dilestarikan serta potensi sumber daya alam dan akses saat ini.
Ruang di sebelah barat dan timur didominasi oleh permukiman sehingga akan
dijadikan sebagai blok ruang masyarakat yang dalam pengembangan agrowisata
tidak akan terlalu signifikan. Area terdekat dengan kawasan atraksi utama
agrowisata akan dimanfaatkan sebagai area pendukung.
Akses masuk utama ke kawasan agrowisata adalah dari arah selatan yang
merupakan perbatasan antara Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka
dan dari arah timur yang merupakan akses dari area Kabupaten Cirebon, karena
kedua jalan ini merupakan akses terbesar yang melintasi Kecamatan Cigugur.
Selain itu terdapat akses masuk sekunder yang berada dari arah tenggara yang
merupakan akses dari Pusat Kota Kuningan. Dari hasil pembentukan objek-objek
agrowisata eksisting dan yang direkomendasikan, selanjutnya dibentuk suatu jalur
interpretasi yang menghubungkan setiap titik objek agrowisata.
Konsep Perencanaan
Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Kecamatan Cigugur
adalah meningkatkan fungsi kawasan Kecamatan Cigugur dengan mengangkat
aktivitas budidaya dan ragam komoditas pertanian, peternakan, perikanan serta
keindahan alam melalui perencanaan agrowisata. Perencanaan tapak diharapkan
mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung,
dengan menonjolkan karakter lanskap dan nilai alami pada tapak. Optimalisasi
tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap
elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan ke dalam ruang dan sirkulasi
agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang
akan dikembangkan.
Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu
memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun pengunjung tanpa
mengorbankan kelestariannya. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak
dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, pendidikan,
ekonomi, dan konservasi.
Fungsi Budidaya, merupakan fungsi awal tapak sebagai tempat budidaya
pertanian dan peternakan. Fungsi ini dikembangkan untuk tujuan produksi dan
pengolahan yang merupakan salah satu objek dan atraksi agrowisata.
78
Konsep Ruang
Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas. Program ruang yang
akan diakomodasikan pada tapak didasarkan pada konsep dasar agrowisata,
potensi sumber daya alam, keberadaan objek dan atraksi agrowisata, dan fungsi
yang akan diterapkan. Ruang yang dikembangkan terbagi atas Ruang Agrowisata
dan Ruang Non-Agrowisata. Pembagian ruang tersebut didasarkan pada aspek
biofisik dan aspek kesesuaian dan kelayakan agowisata. Konsep ruang agrowisata
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 47.
A. Ruang Agrowisata
1. Ruang Atraksi Utama Agrowisata
Merupakan ruang berupa lahan pertanian, peternakan, perikanan, objek
wisata pendukung serta pemandangan alam yang dikembangkan sebagai
objek agrowisata utama. Ruang ini merupakan area inti yang menjadi pusat
aktvitas agrowisata yang di dalamnya dilakukan pemanfaatan intensif
terhadap potensi sumberdaya alam yang ada.
Ruang atraksi utama agrowisata terdiri dari empat subruang,
diantaranya ruang padi dan palawija, ruang sayur dan buah, ruang peternakan
dan ruang perikanan. Keempat subruang ini masing-masing merupakan area
atraksi budidaya, pengolahan serta produksi hasil pertanian, peternakan dan
perikanan. Masing-masing ruang tersebut memililki subruang berupa ruang
budidaya, display, pasca panen dan pelayanan.
Subruang budidaya merupakan ruang yang disediakan untuk
pengunjung sebagai lahan percobaan untuk dapat terlibat langsung dalam
melakukan proses budidaya. Subruang display berfungsi untuk para petani
melakukan aktivitas budidaya maupun aktivitas ternak yang sekaligus sebagai
objek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung untuk mengamati
proses budidaya. Pada subruang pasca panen pengunjung dapat menikmati
dan ikut serta dalam berbagai proses pasca panen. Sedangkan pada subruang
pelayanan merupakan ruang yang berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pada kawasan. Konsep
ruang atraksi utama agrowisata untuk tiap subruang berdasarkan komoditas
dan sumberdaya yang ada dapat dilihat pada Gambar 48.
identitas atau ciri khusus tapak dan memberikan fungsi informasi bagi
pengunjung sehingga dapat menarik minat pengunjung.
b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berisi aktivitas pemenuhan kebutuhan
wisatawan. Ruang ini berfungsi sebagai area yang memberikan pelayanan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan atas kenyamanan, kemudahan dan
kelengkapan dalam menikmati aktivitas agrowisata bagi wisatawan. Di
dalamnya termasuk fasilitas umum serta penyedia jasa. Ruang pelayanan
berada pada area yang mudah dijangkau oleh wisatawan dan merupakan pusat
pelayanan terpadu dalam kawasan, dapat dipusatkan pada satu titik tertentu
atau menyebar mengikuti objek.
c. Ruang Penghubung
Merupakan ruang transisi yang menghubungkan antara ruang atraksi
utama agrowisata dengan ruang penunjang agrowisata. Pada area ini
dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi visual kawasan
untuk menciptakan first impression yang baik terhadap wisatawan dan juga
sebagai penunjang terhadap aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan
dalam kawasan.
d. Ruang Masyarakat
Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam kawasan.
Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi
referensi dalam melakukan pengembangan tapak. Ruang ini disusun oleh
rangkaian permukiman dan lingkungan di sekitarnya termasuk halaman dan
kebun.
e. Ruang Wisata Umum
Merupakan ruang yang menyediakan aktivitas wisata umum. Ruang
ini dikembangkan pada kawasan untuk menghilangkan kesan monoton dan
meningkatkan kepuasan pengunjung pada tapak. Aktivitas yang dapat
dilakukan pada area ini yaitu sightseeing, berfoto-foto dan piknik.
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang dikembangkan dalam tapak berfungsi
menghubungkan antar ruang atau dalam ruang itu sendiri, sehingga pengunjung
dapat menikmati seluruh objek dan atraksi yang ditawarkan. Menurut Laurie
(1986), kelangsungan arah tiap sirkulasi merupakan suatu persoalan fungsi dan
81
ekonomi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa jalur sirkulasi yang ada harus
dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga menguntungkan
bagi penggunanya.
Konsep sirkulasi pada kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur ini
direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada, namun dibutuhkan
porsi dan prioritas yang lebih untuk pengunjung. Agrowisata lebih menekankan
pada keberlangsungan wisata tanpa mengganggu aktivitas masyarakat, akan tetapi
hal tersebut tidak berarti menghilangkan kontak antara wisatawan dan masyarakat
dengan kegiatan kesehariannya. Sirkulasi dalam kawasan terdiri dari jalur
wisatawan dan jalur masyarakat yang merupakan jalur pendukung aktivitas sehari-
hari. Jalur sirkulasi wisata direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang ada
karena beberapa objek agrowisata tersebar secara acak pada area permukiman
penduduk. Namun pada area penunjang dan objek atraksi utama agrowisata
terdapat beberapa penambahan jalur untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan.
Secara umum jalur terbagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan intensitasnya yaitu
jalur primer, jalur sekunder dan jalur tersier.
Jalur primer merupakan jalur dengan intensitas penggunaan yang cukup
tinggi yang melayani kepentingan pengunjung untuk menyinggahi ruang atraksi
wisata yang ada. Jalur ini adalah jalan utama yang melewati kawasan perencanaan
dan dapat diakses oleh pengunjung serta masyarakat. Jalur sekunder merupakan
jalur dengan intensitas penggunaan sedang yang akan digunakan untuk
pengunjung dan masyarakat dengan kendaraan kecil atau berjalan kaki dalam
beraktivitas. Sedangkan jalur tersier merupakan jalur dengan intensitas
penggunaan rendah dan berfungsi untuk mengakomodasi kepentingan mobilitas
antara ruang agrowisata dengan ruang non-agrowisata. Konsep sirkulasi tersebut
disajikan pada Gambar 49.
Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi direncanakan untuk memaksimalkan potensi yang ada
pada lokasi perencanaan sehingga penggunaan jenis tanaman disesuaikan dengan
kondisi kawasan, yaitu berupa tanaman zona pegunungan. Pengembangan konsep
vegetasi berdasarkan peruntukan dan fungsinya terbagi menjadi vegetasi produksi,
vegetasi konservasi, vegetasi penyangga, dan vegetasi estetika.
Vegetasi produksi merupakan kelompok tanaman yang sengaja ditanam
oleh penduduk untuk diambil manfaatnya dalam kegiatan produksi pertanian.
Vegetasi produksi dimanfaatkan sebagai zona atraksi utama dalam ruang dari
agrowisata yang direncanakan. Kelompok tanaman yang termasuk pada vegetasi
produksi yaitu jenis tanaman padi, palawija, sayuran dan buah-buahan yang
tersebar di beberapa desa.
Vegetasi konservasi diperuntukkan pada area konservasi yaitu kawasan
hutan Taman Nasional Gunung Ciremai, serta pada area yang berbukit dan
berlereng curam. Selain itu vegetasi konservasi berupa tanaman pencegah erosi
juga dikembangkan pada daerah tepian aliran sungai. Vegetasi konservasi
eksisting perlu dipertahankan dan ditambah keberadaannya.
Vegetasi penyangga merupakan vegetasi asli yang terdiri dari ladang-
ladang dan kebun milik penduduk.
Vegetasi estetika merupakan vegetasi dengan fungsi peneduh, pengarah
dan pembatas di berbagai area perencanaan. Vegetasi ini berfungsi untuk
meningkatkan kualitas visual bagi pengunjung agar terlihat indah dan tertata rapih.
Konsep Fasilitas
Konsep pengembangan fasilitas dalam kawasan agrowisata ini adalah
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas dan fungsi masing-masing ruang.
Fasilitas yang dikembangkan disesuaikan dengan daya dukung lahan, tata letak
yang tepat, serta bernuansa pedesaan agar dapat mendukung karakter kawasan.
Fasilitas wisata yang dikembangkan pada lokasi penelitian menggunakan konsep
yang mengangkat identitas tanah sunda melalui penggunaan material yang
tersedia di dalam kawasan. Material tersebut diantaranya bambu, kayu, ijuk dan
batu kali yang menunjang estetik serta tahan terhadap iklim setempat namun tetap
fungsional.
Perencanaan Lanskap
Rencana Ruang
Rencana ruang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan ruang baik
untuk aktivitas wisatawan maupun aktivitas masyarakat. Ruang yang
direncanakan merupakan pengembangan dari konsep ruang sebelumnya, yaitu
Ruang Atraksi Utama Agrowisata yang merupakan area ruang agrowisata intensif,
Ruang Penunjang Agrowisata yang merupakan ruang agrowisata non-intensif dan
Ruang Penyangga serta Ruang Konservasi yang merupakan ruang non-agrowisata.
Tiap ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi-fungsi dan aktivitas
tertentu serta saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan konsep ruang dan data
84
yang telah dianalisis secara spasial diperoleh ruang agrowisata dengan luas
2.431,13 ha dan ruang non-agrowisata dengan luas 1.141,11 ha. Rencana
penggunaan ruang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28 dan Gambar 51.
A. Ruang Agrowisata
1. Ruang Atraksi Utama Agrowisata
Ruang atraksi utama agrowisata merupakan ruang atraksi utama yang
menampilkan objek-objek agrowisata. Ruang ini dibagi menjadi empat
subruang berdasarkan jenis objek yang ditawarkan, yaitu terdiri dari ruang
padi dan palawija, ruang sayur dan buah, ruang peternakan dan ruang
perikanan.
a. Ruang Padi dan Palawija
Merupakan ruang atraksi utama agrowisata dengan objek dan atraksi
agrowisata berupa tanaman padi dan palawija. Ruang ini tersebar di beberapa
lokasi pada kawasan ruang atraksi utama agrowisata terutama pada Kelurahan
Cigugur dan Kelurahan Cipari. Subruang yang dikembangkan adalah
subruang budidaya, subruang sawah, subruang pasca panen dan subruang
pelayanan.
Subruang budidaya lahan padi dan palawija merupakan ruang yang
disediakan untuk pengunjung agar dapat terlibat secara langsung dalam
melakukan proses budidaya. Subruang ini terdiri dari lahan pembibitan dan
lahan percobaan, lahan pembibitan hanya untuk aktivitas pengamatan dan
lahan percobaan digunakan untuk aktivitas pengunjung yang ingin mengikuti
proses penanaman. Subruang sawah merupakan area display yang di dalamnya
terdapat aktivitas keseharian petani melakukan aktivitas budidaya yang
sekaligus sebagai objek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung
untuk mengamati proses budidaya. Aktivitas jalan santai dapat dilakukan
pengunjung pada ruang ini, menikmati pemandangan sawah dengan latar
pegunungan, serta mengamati pola tanam dan jenis-jenis hama padi-palawija
setempat. Pada subruang pasca panen pengunjung dapat mengamati dan ikut
serta dalam proses pasca panen seperti menyortir hasil panen palawija,
menjemur padi, menggiling padi hingga menjadi beras, dan mengemas beras
dan palawija hingga siap dijual. Subruang pasca panen berada di tempat
penggilingan padi milik kelompok tani serta melibatkan kelompok wanita tani
dalam kegiatan pengemasan produk. Lokasinya diletakkan dekat dengan jalan
utama untuk memudahkan petani dalam kegiatan distribusi hasil panen, selain
itu pengunjung yang tertarik dapat mengamati dan mengikuti proses pasca
panen tersebut secara langsung. Sedangkan untuk subruang pelayanan berada
pada area sawah yang dekat dengan rumah penduduk, di sini pengunjung
dapat menikmati makan siang dengan menu olahan hasil pertanian setempat di
saung yang disediakan. Selain itu pengunjung juga dapat membeli hasil panen
padi dan palawija secara langsung.
b. Ruang Sayur dan Buah
Area ini dialokasikan pada beberapa lahan yang ada di Desa Cisantana.
Pada tiap lokasi, fungsi penerimaan dialokasikan memusat di area penerimaan
Desa Cisantana. Pada ruang ini subruang yang dikembangkan adalah subruang
budidaya, subruang kebun, subruang pasca panen serta subruang pelayanan.
85
d. Ruang Perikanan
Pada ruang wisata perikanan, wisata yang dikembangkan adalah
agrowisata ikan air tawar dan berlokasi di Kelurahan Cigugur. Ruang ini
dibagi menjadi subruang budidaya, subruang kolam ikan air tawar, subruang
pasca panen serta subruang pelayanan.
Subruang budidaya adalah ruang yang disediakan untuk pengunjung
agar dapat langsung terlibat melakukan aktivitas beternak ikan mulai dari
persiapan kolam hingga pemanenan hasil. Subruang kolam ikan air tawar
merupakan area untuk peternak melakukan aktivitas budidaya sehingga
wisatawan dapat mengamati secara langsung proses budidaya ikan serta
mengamati jenis-jenis ikan. Pada subruang ini dikembangkan aktivitas pasif
seperti mengenal peralatan beternak ikan, memancing, menangkap ikan, dan
berjalan-jalan santai. Sedangkan pada subruang pelayanan merupakan ruang
yang dapat dimanfaatkan pengunjung sebagai area belanja hasil memancing,
menikmati hasil panen dan olahannya, serta beristirahat. Pada ruang wisata
perikanan ini terdapat kolam pembibitan dan pembesaran ikan pada subruang
budidaya, area kolam pemancingan pada subruang kolam ikan air tawar, area
pengolahan ikan pada subruang pasca panen, area shelter, area gerai peralatan
dan area restoran ikan pada subruang pelayanan. Selain itu terdapat ruang
terbuka di bawah naungan pohon sebagai tempat beristirahat dan membakar
hasil tangkapan ikan secara langsung.
2. Ruang Penunjang Agrowisata
a. Ruang Penerimaan
Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai pengunjung ketika
memasuki kawasan. Area ini terbagi menjadi tiga jalur pintu masuk yaitu jalur
utama yang berada pada jalur sebelah selatan dan timur yang merupakan jalur
provinsi dan jalur sekunder yang berada di sebelah tenggara Kecamatan
Cigugur. Pengunjung dapat menikmati pemandangan berupa sawah dan kebun
ketika pertama kali memasuki kawasan sehingga ciri khas kawasan pedesaan
dapat langsung dirasakan oleh pengunjung. Area penerimaan ini sekaligus
diberi fungsi pengawasan demi keamanan kawasan dengan menempatkan pos
jaga dekat dengan gerbang kawasan.
b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berisi aktivitas pemenuhan kebutuhan
wisatawan. Ruang ini berfungsi sebagai area yang memberikan pelayanan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan atas kenyamanan, kemudahan dan
kelengkapan dalam menikmati aktivitas agrowisata bagi wisatawan. Di
dalamnya termasuk fasilitas umum serta penyedia jasa. Ruang pelayanan
berada pada area yang mudah dijangkau oleh wisatawan dan merupakan pusat
pelayanan terpadu dalam kawasan, dipusatkan pada satu titik tertentu dan
menyebar mengikuti objek.
c. Ruang Penghubung
Merupakan ruang transisi yang menghubungkan antara ruang atraksi
utama agrowisata dengan ruang penunjang agrowisata. Pada area ini dilakukan
upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi visual kawasan untuk
menciptakan first impression yang baik terhadap wisatawan dan juga sebagai
penunjang terhadap aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan dalam
87
kawasan. Ruang penghubung ini terdapat pada desa-desa yang dilalui oleh
pengunjung pada saat menuju kawasan atraksi utama agrowisata.
d. Ruang Masyarakat
Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam kawasan.
Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi
referensi dalam melakukan pengembangan tapak. Ruang ini disusun oleh
rangkaian permukiman dan lingkungan di sekitarnya termasuk halaman, kebun
serta sawah dan tegalan yang tidak dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata.
Dalam pengembangannya sebagai ruang pendukung agrowisata, ruang
masyarakat tetap diperhatikan sebagai ruang pribadi masyarakat sehingga
pengembangannya tidak signifikan.
Tabel 28 Lanjutan
Luas
Ruang/Subruang Fungsi
Ha %
Perikanan atraksi yang menyajikan area 3,60 0,10
dan aktivitas petani melakukan
budidaya ikan air tawar
Total Luas 711,74 18,02
Ruang Penunjang
Agrowisata
Penerimaan area penerimaan pengunjung 1 0,03
dan masyarakat Kecamatan
Cigugur
Pelayanan memberikan kemudahan bagi 4,78 0,13
pengunjung dalam melakukan
kegiatan wisata pada kawasan
Penghubung area transisi untuk mengarahkan 226,22 6,33
pengunjung dalam
memperkenalkan kompleks
atraksi
Masyarakat area yang mewadahi kehidupan 1.471,39 41,19
sehari-hari masyarakat sekitar
Wisata umum area yang mewadahi aktivitas 16 0,45
wisata selain wisata pertanian
Total Luas 1.719,39 48,13
Ruang Penyangga area yang memisahkan ruang 128,33 3,59
agrowisata dengan ruang
konservasi
Ruang Konservasi menjaga nilai ekologis serta 1.012,78 28,35
melindungi tanah dan air yang
ada pada kawasan
Rencana Sirkulasi
Sirkulasi merupakan sarana yang berfungsi sebagai penghubung antara
tiap-tiap ruang yang direncanakan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung
dan masyarakat. Rencana sirkulasi dikembangkan mengikuti pengembangan
konsep sebelumnya dengan membagi jalur sirkulasi menjadi jalur sirkulasi wisata
dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang
digunakan pengunjung untuk menikmati objek dan atraksi wisata yang ada pada
tapak. Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur eksisting yang digunakan
masyarakat sebagai fungsi produksi dan penghubung antar ruang kehidupan
masyarakat. Jalur sirkulasi wisata memiliki tiga jalur yang dibedakan berdasarkan
intensitas penggunaan serta fungsinya yaitu jalur primer, jalur sekunder dan jalur
tersier.
Jalur primer merupakan jalur utama dalam tapak yang menghubungkan
Kecamatan Cigugur dengan kecamatan lain dan menghubungkan seluruh desa
yang ada di dalam kawasan Kecamatam Cigugur. Jalur tersebut terbuat dari aspal
dengan lebar 6-8 meter dan jalur hijau jalan ± 2 meter yang ditanami dengan
rumput dan tanaman pengarah khas pedesaan dan sekaligus sebagai jalur pejalan
kaki. Jalur primer difasilitasi dengan tempat sampah, drainase, papan penunjuk
arah dan rambu-rambu jalan.
89
Jalur sekunder adalah jalur dengan lebar 3-5 meter yang terbuat dari aspal
dan terdiri dari jalan yang menghubungkan jalur primer dengan lokasi objek
agrowisata, jalan di dalam objek agrowisata dan jalan antara objek agrowisata
dengan area transisi. Jalur ini dapat dilalui oleh kendaraan ukuran sedang seperti
mobil, pick up, serta sepeda dan sepeda motor. Fasilitas pada jalur ini terdiri dari
lampu penerangan, pohon peneduh, tempat sampah, papan penunjuk arah, papan
peringatan serta papan informasi. Jalur sekunder yang dialokasikan untuk
masyarakat lebih ditujukan sebagai jalur untuk pengelola dalam mengangkut hasil
pertanian atau mengantar bahan-bahan pertanian. Sedangkan jalur tersier adalah
jalan di daerah permukiman masyarakat, jalan setapak pada lahan pertanian dan
tegakan hutan.
Jalur tersier memiliki ukuran jalan bervariasi dari jalan tanah biasa
berukuran 1 meter hingga yang terbuat dari bahan kerikil maupun beton semen
dengan lebar 1-2 meter. Jalur ini dapat berupa nature trail atau pematang sawah
dengan pola jalur loop dan digunakan untuk tujuan interpretasi dan observasi pada
area wisata pertanian serta pada area konservasi. Jalur ini menjadi jalur edukasi
bagi wisatawan yang dapat menghubungkan wisatawan dengan informasi sumber
daya alam yang ada di tapak. Ilustrasi jalur tersier pada rang atraksi utama
agrowisata dapat dilihat pada Gambar 52.
Rencana Vegetasi
Vegetasi yang direncanakan di dalam kawasan perencanaan merupakan
vegetasi khas pedesaan yang memiliki fungsi sesuai area dan aktivitas pada
kawasan. Rencana vegetasi pada kawasan dikembangkan sesuai dengan konsep
dan harus memenuhi fungsi yang diharapkan yaitu fungsi produksi, konservasi,
penyangga dan estetika.
A. Vegetasi Produksi
Vegetasi yang dikembangkan pada tapak yaitu tanaman padi dan palawija
yaitu jagung, kacang hijau, kacang panjang, singkong, ubi, wortel, mentimun,
talas pada area sawah dan tegalan seluas 156,20 ha, tanaman sayur yaitu bawang
merah, bawang daun, cabe, kentang, kubis, tomat, buncis, brokoli dan sawi pada
area ladang seluas 472,16 ha serta tanaman buah yaitu strawberry, jeruk nipis,
93
kesemek, apel dan alpukat pada area kebun campuran dan pekarangan masyarakat
seluas 679,99 ha serta vegetasi berguna lainnya yang dibudidayakan.
B. Vegetasi Konservasi
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang konservasi terdiri dari tanaman
eksisting yaitu tanaman yang sudah ada pada kawasan tegakan hutan, serta
tanaman bambu di sepanjang sempadan sungai dan beringin di daerah agak curam
dan curam. Bambu dan beringin memiliki perakaran yang dalam dan mampu
mengikat air dengan baik sehinga dapat menkonservasi air dan tanah serta
mencegah erosi. Vegetasi konservasi memiliki luasan sebesar 1.012,78 ha atau
28% dari luas total.
C. Vegetasi Penyangga
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang pemisah antara ruang agrowisata
dengan ruang konservasi, terdiri dari tanaman eksisting yang di tanam pada
ladang dan kebun milik masyarakat. Vegetasi ini direncanakan pada areal seluas
128,33 ha.
D. Vegetasi Estetika
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang penerimaan, pelayanan serta area
wisata yang memiliki fungsi peneduh, pengarah dan pembatas serta dapat
menonjolkan keindahan tanaman baik dari segi bentuk, corak dan warna.
Tanaman peneduh yang direncanakan menyebar pada area pelayanan seperti pada
tempat parkir dan tempat rekreasi, vegetasi yang digunakan yaitu dengan tajuk
rapat dan estetik seperti ketapang, kayu manis dan flamboyan. Tanaman pengarah
yang direncanakan menyebar di sepanjang jalur sirkulasi utama, vegetasi yang
digunakan yaitu mahoni, kayu manis, teh-tehan, dan kecubung. Sedangkan
tanaman pembatas yang direncanakan terdiri dari pucuk merah, cemara norfolk,
palem sadeng, dan bambu pagar. Rencana vegetasi Kecamatan Cigugur dapat
dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 54.
Tabel 30 Lanjutan
Fungsi
Nama Lokal Nama Latin Estetika
Produksi Konservasi
Peneduh Pengarah Pembatas
Buncis Phaseolus vulgaris √
Brokoli Brassica oleracea var.
√
italica
Sawi Brassica juncea L. √
Strawberry Fragaria virginiana √
Tanaman Pohon
Jeruk nipis Citrus aurantiifolia √
Apel Malus domestica √
Alpukat Persea americana √
Kesemek Diospyros kaki √
Bambu Bambusa vulgaris √ √
Beringin Ficus benjamina √ √
Ketapang Terminalia catappa √
Kayu manis Cinnamomum
burmannii √ √
Flamboyan Delonix regia √
Mahoni Swetenia macrophylla √
Teh-tehan Acalypha siamensis √
Kecubung Datura metel √
Pucuk merah Syzygium oleina √
Cemara norfolk Araucaria
heterophylla √
Palem sadeng Saribus rotundifolius √
Tabel 31 Lanjutan
Tipe
Ruang Aktivitas Fasilitas
Aktivitas
Perikanan Aktif Menyiapkan kolam, Kolam pemancingan ikan,
pemupukan kolam, memilih kolam pembibitan
induk, pemijahan, kegiatan budidaya ikan, rumah
penetasan telur, memancing makan, toilet, mushola,
ikan, memberi pakan ikan gazebo, papan informasi
Pasif Pengamatan terhadap aktivitas
perikanan, belanja dan
menikmati hasil tangkapan
ikan
Ruang
Penunjang
Agrowisata
Penerimaan Pasif Akses utama informasi Gapura, pusat informasi,
wisata pos satpam
Pelayanan Pasif Membeli tiket, menyewa Loket tiket, pusat
guide dan transportasi wisata, informasi, homestay,
parkir kendaraan, akses gedung pelayanan atribut
informasi wisata, wisata, tempat parkir, pasar
istirahat/menginap, makan lokal, mushola, kantin,
dan minum, beribadah, toilet, tempat sampah,
berbelanja papan informasi
Penghubung Pasif Menikmati pemandangan Papan penanda, jalur
sepeda dan delman
Masyarakat Aktif Membuat produk olahan Pendopo, kios souvenir,
pertanian, membuat kerajinan toilet, mushola, tempat
cinderamata, mempelajari dan pembuangan sampah
melakukan ritual adat,
mempelajari dan mengikuti
pertunjukan seni budaya
Pasif Mengenal aktivitas dan
kebudayaan masyarakat,
menonton dan mengamati
upacara adat
Wisata umum Aktif Outbond, berkemah, bermain Area outbound, area
sepeda, menaiki kuda, kemah, menara pandang,
menyusuri bukit, photo lawn, gazebo, jalur
hunting, wisata satwa (bird interpretasi, toilet,
watching, insect and butterfly mushola, papan penanda,
catching) tempat sampah
Pasif Menikmati pemandangan,
piknik, bersantai dan istirahat,
Ruang Pasif Menikmati pemandangan, -
Penyangga mengamati aktivitas
masyarakat, pemenuhan
produksi internal masyarakat
Ruang - - -
Konservasi
98
Tabel 32 Lanjutan
Satuan Standar DD
Ruang/Sub Luas total
Fasilitas Luas (m²/orang), (orang,
ruang ∑ (m²)
(m²) (m²/mobil) mobil)
Nurseri 2 150 300 4 38
Lahan percobaan 1 13.605 13.605 4 3.401
(lahan kering)
Lahan display 1 63.842 63.842 30 2.128
Gudang 1 200 200 2 100
pengemasan hasil
Gedung 1 100 100 2 50
pengolahan hasil
Lawn 1 794 794 20 40
Rumah makan 1 180 180 4 45
Gazebo 13 9 117 2 5
Gerai hasil 1 100 100 2 50
pertanian
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 1 20 20 2 10
Total 6.056
Peternakan Parkir bus 1 909 909 32 28
Parkir mobil 1 296 296 15 20
Parkir motor 1 162 162 2 81
Kandang sapi 5 120 600 4 30
perah
Pabrik pakan 2 64 128 2 32
Padang gembala 1 1.334 1.334 4 334
Tempat 1 200 200 4 50
pengolahan
kompos dan
instalasi biogas
Gudang 1 300 300 4 75
penyimpanan dan
pengolahan susu
Gedung 2 100 200 2 50
pengelola
Rumah makan 1 60 60 4 15
Gazebo 10 9 90 2 5
Gerai hasil 1 100 100 2 50
olahan susu
Mushola 2 50 100 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 810
Perikanan Pemancingan 46 80 3.680 8 10
Kolam budidaya 12 650 7.800 3 217
Rumah makan 1 60 60 4 15
Gazebo 16 9 144 2 5
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 357
Ruang
Penunjang
Agrowisata
Penerimaan Welcome gate 3 80 240 - -
Pos satpam 2 3 6 2 3
Total 3
Pelayanan Pusat informasi 1 80 80 4 20
100
Tabel 32 Lanjutan
Satuan Standar DD
Ruang/Sub Luas total
Fasilitas Luas (m²/orang), (orang,
ruang ∑ (m²)
(m²) (m²/mobil) mobil)
Loket tiket 5 3 15 3 1
Parkir bus 1 6.250 6.250 32 195
Parkir mobil 1 1.500 1.500 15 100
Parkir motor 1 936 936 2 468
Pasar lokal 1 11.587 11.587 4 2.897
Rest area 1 1.515 1.515 2 758
Masjid 1 800 800 1,5 533
Toilet 1 20 20 2 10
Terminal 1 32.116 32.116 15 2.141
angkutan desa
Total 7.123
Penghubung Jalur sirkulasi 1 57.302 57.302 1.6 35.814
wisata
Masyarakat Pendopo 1 72 72 3,6 20
Kios souvenir 2 110 220 2 55
Toilet 2 20 40 2 10
Total 35.899
Wisata umum Area outbound 1 6.800 6.800 8 850
Area kemah 1 116.331 116.331 20 5.817
Area piknik 1 12.159 12.159 10 1.216
Menara pandang 1 1.370 1.370 8 171
Jalur hiking 1 23.232 23.232 20 1.162
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 9.259
Gambar 57 Peta rencana tapak objek wisata peternakan dan Bumi Perkemahan Palutungan
105
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
Gambar 59 Ilustrasi suasana kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur: (a) Area
pasca panen, (b) Agrowisata sayur dan buah, (c) Area display, (d)
Padang gembala sapi, (e) jalur interpretasi alam, (f) jalur pedestrian,
(g) nursery, dan (h) gerai pertanian
107
Tabel 33 Lanjutan
Waktu
Rute Objek Aktivitas
Wisata
kompos dari kotoran ternak,
mempelajari instalasi biogas,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
3. Taman Purbakala Mengenal dan mempelajari
Cipari peninggalan megalitik dan proses
ditemukannya, mengenal permukiman
purbakala, mengenal bangunan khas
budaya sunda, photo hunting
4. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan susu, yoghurt, masker
kefir, gemblong, dan boneka
cinderamata
5. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil olahan susu,
dan cinderamata belanja cinderamata boneka
Desa Cisantana
Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang pertanian mendapatkan informasi
Ruang wisata umum
Ruang masyarakat
Ruang pelayanan
2. Area kebun sayurMenanam sayur dan buah, memanen
dan buah sayur dan memetik buah, mengikuti
proses pengemasan, pengamatan
aktivitas budidaya oleh petani,
melihat dan belajar cara mengolah
hasil panen, belanja dan menikmati
langsung hasil panen dan olahan,
menikmati pemandangan, photo
hunting
3. Area peternakan Memberi makan ternak sapi,
memerah susu sapi, membersihkan
sapi, mempelajari dan membuat
kompos dari kotoran ternak,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
4. Bumi Perkemahan Bermain outbound, piknik, berkemah,
Palutungan mengamati dan mempelajari flora dan
fauna hutan, interpretasi alam, photo
hunting di area hutan pinus dan curug
ciputri
5. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan tapai ketan, sirup jeruk
nipis
6. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil panen sayur dan
dan cinderamata buah, produk olahan sayur dan buah
serta cinderamata
Dua hari Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang pelayanan mendapatkan informasi
109
Tabel 33 Lanjutan
Waktu
Rute Objek Aktivitas
Wisata
Ruang penghubung 2. Hotel/homestay Istirahat, menginap
Ruang objek dan 3. Area perikanan Memancing ikan, memberi pakan
atraksi utama masyarakat adat ikan, pengamatan terhadap aktivitas
agrowisata Cigugur perikanan, menikmati pemandangan,
Ruang penghubung photo hunting di area setu
Ruang objek dan 4. Area padi dan Menyiapkan lahan dengan membajak
atraksi utama palawija sawah menggunakan kerbau,
agrowisata menanam padi dan palawija,
Ruang pelayanan memanen padi dan palawija, ikut
Ruang penghubung serta dalam proses penggilingan padi,
Ruang objek dan mengikuti proses pengemasan hasil
atraksi utama palawija, mengikuti kegiatan produksi
agrowisata hasil olahan padi dan palawija
Ruang wisata umum 5. Area kebun sayur Menanam sayur dan buah, memanen
Ruang masyarakat dan buah sayur dan memetik buah, mengikuti
Ruang pelayanan proses pengemasan, pengamatan
aktivitas budidaya oleh petani,
melihat dan belajar cara mengolah
hasil panen, belanja dan menikmati
langsung hasil panen dan olahan,
menikmati pemandangan, photo
hunting
6. Area peternakan Memberi makan ternak sapi,
memerah susu sapi, membersihkan
sapi, mempelajari dan membuat
kompos dari kotoran ternak,
mempelajari instalasi biogas,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
7. Hutan Kota Mengenali jenis flora dan fauna
Bungkirit hutan, berkeliling taman, photo
hunting
8. Kolam Ikan Dewa Terapi Ikan Dewa, berenang
9. Taman Purbakala Mengenal dan mempelajari
Cipari peninggalan megalitik dan proses
ditemukannya, mengenal permukiman
purbakala, mengenal bangunan khas
budaya sunda, photo hunting
10. Bumi Bermain outbound, piknik, berkemah,
Perkemahan mengamati dan mempelajari flora dan
Palutungan fauna hutan, interpretasi alam, photo
hunting di area hutan pinus dan curug
ciputri
11. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan olahan hasil pertanian,
peternakan dan perikanan
12. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil panen, produk
dan cinderamata olahan dan cinderamata
110
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner persepsi dan preferensi masyarakat
KUESIONER PENELITIAN “PERENCANAAN LANSKAP
KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN SEBAGAI
KAWASAN AGROWISATA”
Oleh: Hanifah Nurul „Arsy
(Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)
b. Preferensi masyarakat
1. Agrowisata merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan peran serta
masyarakat desa dalam mengembangkan pariwisata dan pertanian serta
mendapat manfaat dari program agrowisata tersebut.
Bagaimana pendapat Anda
a. Setuju b. Tidak setuju
2. Bila Anda setuju dengan konsep pengembangan agrowisata, apakah di desa
Anda berpotensi dikembangkan agrowisata
a. Setuju b. Tidak setuju
3. Apakah pengembangan agrowisata berpotensi dikembangkan di desa Anda?
a. Sangat berpotensi c. Kurang berpotensi
b. Cukup berpotensi d. Tidak berpotensi
4. Bila agrowisata dikembangkan di desa Anda, apakah Anda bersedia
berpartisipasi?
a. Bersedia, sebagai b. Tidak bersedia
1. Pemandu wisatawan
2. Pengelola/Pengurus agrowisata
3. Penyedia lokasi/obyek agrowisata
4. Penyedia penginapan/”home stay”
5. Penyedia kuliner
6. Penyedia jasa transportasi
116
4. Menggunakan kendaraan:
a. Motor b. Mobil c. Bus d. Lainnya…………………
5. Lama kunjungan : ……… jam. Dari pukul ……… hingga pukul ………
Jika kunjungan >1hari,
Lama kunjungan : ……… hari. Dari hari ……… hingga hari ………
Menginap di : …………………………………………………
(sebutkan desa & tempat menginap)
6. Berapa pengeluaran anda untuk wisata di Kecamatan Cigugur :
a. 10.000-50.000 rupiah
b. 50.000-100.000 rupiah
c. >100.000 rupiah
7. Aktifitas yang dilakukan di desa : (lingkari lebih dari satu)
a. Jalan-jalan b. Bersepeda c. Foto-foto d. Belanja
e. Meneliti f. Piknik g. Berolah raga h. Outbond
i. Belajar j. Bermain k. Menikmati pemandangan
l. Lainnya…………………………………………………
8. Apakah kesan anda melihat pemandangan desa dan sekitarnya :
a. Sangat indah b. Indah c. Kurang indah
9. Bagaimana kesan anda terhadap kenyamanan desa:
a. Sangat nyaman b. Nyaman c. Kurang nyaman
10. Bagaimana kesan anda terhadap keamanan desa:
a. Sangat aman b. Aman c. Kurang aman
11. Bagaimana derajat pengalaman mengunjungi desa :
a. Sangat banyak pengalaman baru
b. Banyak pengalaman baru
c. Sedikit pengalaman baru
d. Sangat sedikit pengalaman baru
12. Menurut anda bagaimana kondisi kebersihan desa :
a. Sangat bersih b. Bersih c. Kurang bersih
13. Apakah kesan anda ketika mengunjungi desa :
a. Sangat menyenangkan
b. Menyenagkan
c. Kurang menyenangkan
14. Bagaimana menurut Anda sikap masyarakat desa?
a. Sangat ramah b. Ramah c. Kurang ramah
15. Bagaimana pendapat anda tentang warga desa dalam memberikan informasi:
a. Sangat terbuka b. Terbuka c. Tertutup
16. Dari mana anda mengetahui informasi tentang Desa:
a. Keluarga b. Teman c. Media d. Diri sendiri
e. Lainnya …………………………………………………
17. Kondisi jalan menuju desa :
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
18. Kondisi jalan di dalam Desa :
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
118
19. Apabila Desa ini dan sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan obyek
agrowisata (wisata pertanian), obyek agrowisata apa yang anda inginkan:
O Pertanian pangan
O Perkebunan
O Hortikultura
O Peternakan
O Perikanan
O Kehutanan
O Pengolahan hasil pertanian
20. Apa aktifitas agrowisata yang anda inginkan: *diberi tanda silang (X)
d. Peternakan* e. Kehutanan*
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Maret 1994, merupakan anak
pertama dari pasangan Ropik Sugrawidjaya, S.IP, M.Si dan Wibaningsih serta
memiliki dua adik yang bernama Shorim Mujadid Robbaniy dan Fairuz
Nurshidqiyah. Pendidikan yang sudah ditempuh oleh penulis yaitu TPA Nurul
Falah pada tahun 1998, TK Atsiri Permai pada tahun 1999, SD Negeri Citayam 04
pada tahun 2000 hingga 2006, SMP Negeri 1 Depok pada tahun 2006 hingga 2009,
dan melanjutkan ke SMA Negeri 3 Depok pada tahun 2009 hingga 2012. Setelah
lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan sarjana ke Institut Pertanian Bogor
(IPB) di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2012.
Pada tahun 2006 hingga 2009 penulis merupakan anggota Institut Karate-
do Nasional (Inkanas) cabang Depok, lalu pada tahun 2009 hingga 2012 penulis
merupakan anggota Paduan Suara Mezzovoices Depok dan pernah mendapatkan
Juara I pada perlombaan paduan suara tingkat Jabodetabek di Universitas
Indonesia sebagai conductor. Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor
(IPB), penulis aktif di beberapa organisasi yaitu sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), Komunitas Fotografi Shutter IPB
dan Madani Violin Institute IPB. Penulis aktif di beberapa kepanitiaan diantaranya
Masa Perkenalan Departemen Angkatan 50, International Landscape Architecture
Student Workshop (ILASW) 2014, dan Hari Pelepasan Sarjana Angkatan 46.
Selain itu penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan BEM KM IPB, seperti
I-Share (IPB Social Health and Care) pada tahun 2012 dan ACTION serta pernah
mendapatkan Juara I Vokal Grup dan Juara I Cipta Lagu Pop pada tahun 2015.
84