Anda di halaman 1dari 139

PERENCANAAN LANSKAP

KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN


SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA

HANIFAH NURUL „ARSY

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap


Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai Kawasan Agrowisata adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2017

Hanifah Nurul ‘Arsy


NIM A44120047
ABSTRAK

HANIFAH NURUL „ARSY. Perencanaan Lanskap Kecamatan Cigugur


Kabupaten Kuningan sebagai Kawasan Agrowisata. Dibimbing oleh AFRA DN
MAKALEW.

Konversi lahan pertanian menjadi penggunaan nonpertanian di Indonesia


semakin meningkat dan dapat menimbulkan dampak negatif secara ekonomi,
sosial, serta lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan meningkatkan nilai tambah lahan pertanian agar dapat mempertahankan
eksistensinya. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi alam yang
dapat mendukung pemanfaatan kawasan pertanian sebagai objek pariwisata yaitu
sebagai kawasan agrowisata. Berdasarkan visi Dinas Pariwisata Kabupaten
Kuningan, wilayah Kecamatan Cigugur akan diwujudkan sebagai kawasan wisata
dan budaya yang berorientasi kepada agrowisata. Oleh karena itu diperlukan
perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur sebagai kawasan agrowisata sebagai
salah satu upaya untuk mencegah dampak negatif konversi lahan sehingga dapat
memberikan nilai tambah bagi pembangunan pertanian. Metode yang digunakan
yaitu proses perencanaan yang dimodifikasi dari Gold (1980) yang terdiri dari
persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan lanskap. Hasil studi ini
adalah perencanaan lanskap yang meliputi rencana ruang, rencana sirkulasi,
rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana daya dukung, dan
rencana perjalanan wisata.

Kata kunci: Agrowisata, Kecamatan Cigugur, perencanaan lanskap

ABSTRACT
HANIFAH NURUL „ARSY. Landscape Planning of Cigugur District
Kuningan Regency as an Agrotourism Area. Supervised by AFRA DN
MAKALEW.

Conversion of agricultural area into non-agricultural uses raises economic,


social, and environmental problems. One effort to resolve this problem is to
increase the added value of agricultural land in order to maintain its existence.
Indonesia as an archipelagic country has a natural potential to developed as an
agrotourism to support the utilization of the agricultural area as a tourism
attraction. Based on the vision of Tourism Department in Kuningan Regency,
Cigugur is one of district that will be developed as tourism and culture areas
which oriented in agrotourism. Therefore, it required the landscape planning of
Cigugur District as an agrotourism area to prevent all negative impacts of land
conversion that can provide added value for agricultural development. The
planning process modificated by Gold (1980) which consists of preparation,
inventory, analysis, synthesis, and landscape planning stages. The result of this
research are landscape plan in Cigugur that describe space plan, circulation plan,
vegetation plan, activity and facility plan, carrying capacity and touring plan.

Keywords: Agrotourism, Cigugur District, landscape planning


PERENCANAAN LANSKAP
KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN
SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA

HANIFAH NURUL „ARSY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul “Perencanaan Lanskap Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai
Kawasan Agrowisata” yang dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mennyelesaikan gelar Sarjana
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, oleh
karena itu penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Afra Donatha Nimia Makalew, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan, dukungan,
dan arahan selama penulis menyelesaikan studi serta penyelesaian skripsi.
2. Segenap dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu
dan bimbingannya serta staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah
memberikan bantuan dalam administrasi kepada penulis.
3. Kedua orang tua tercinta, Bapak Ropik Sugrawidjaya dan Ibu Wibaningsih
yang telah mendukung sepenuhnya baik moral maupun material, serta
memberikan kasih sayang yang tak terhingga.
4. Instansi-instansi terkait yang membantu perizinan dan menyediakan data-data
pendukung penelitian: Kesbangpol Kabupaten Kuningan, Disparbud
Kabupaten Kuningan, Bappeda Kabupaten Kuningan, Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan, BMKG Majalengka, BP3K
Kecamatan Cigugur dan Kecamatan Cigugur.
5. M. Wiratama Hadi Prasetyo, Nurlita Btari Fatimah, Hashifati Ajrina, Karny
Permatasari, Rizki Setiawati dan Smaradinda Harbowo Putri yang telah
membantu dalam penulisan skripsi, memberi saran, dan berbagi waktu bersama
baik suka maupun duka bersama penulis.
6. Teman-teman dan sahabat Arsitektur Lanskap 49 khususnya Atika Aprilla
Sukendi, Sahebat Noviyanto Saputro dan RF Andriyoko Putra selaku teman
satu bimbingan skripsi yang telah membantu memberi dukungan, semangat dan
motivasi-motivasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Kritik
dan saran sangat diharapkan dari semua pihak untuk penyempurnaan penulisan-
penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, April 2017

Hanifah Nurul ‘Arsy


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Perencanaan Lanskap 4
Proses Perencanaan Lanskap 4
Wisata dan Rekreasi 5
Agrowisata 6
Perencanaan Agrowisata 8
METODOLOGI 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Batasan Penelitian 10
Alat dan Bahan Penelitian 11
Metode Perencanaan 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Kondisi Umum 19
Aspek Biofisik 21
Aspek Sosial dan Budaya 45
Aspek Legal 50
Aspek Objek Daya Tarik 51
Analisis dan Sintesis 59
Konsep Perencanaan 77
Perencanaan Lanskap 83
SIMPULAN DAN SARAN 111
Simpulan 111
Saran 111
DAFTAR PUSTAKA 112
LAMPIRAN 114
RIWAYAT HIDUP 120
DAFTAR TABEL

1 Alat penelitian 11
2 Data penelitian 11
3 Kriteria kemiringan lahan untuk wisata 14
4 Kriteria tata guna lahan untuk wisata 14
5 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata 16
6 Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata 17
7 Luas wilayah kelurahan dan desa di Kecamatan Cigugur 19
8 Kriteria dan luas kelas kemiringan lereng Kecamatan Cigugur 21
9 Data sumber mata air Kecamatan Cigugur 29
10 Data iklim wilayah Kecamatan Cigugur 2015 30
11 Nilai THI Kecamatan Cigugur tahun 2015 32
12 Jenis vegetasi di Kecamatan Cigugur 33
13 Potensi eksisting vegetasi terhadap pengembangan ruang agrowisata 35
14 Potensi eksisting satwa terhadap pengembangan ruang agrowisata 36
15 Pola penggunaan lahan di Kecamatan Cigugur 37
16 Luas tata guna lahan Kecamatan Cigugur 37
17 Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Cigugur 40
18 Analisis aksesibilitas Kecamatan Cigugur 44
19 Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cigugur 47
20 Jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Cigugur 47
21 Komoditas pertanian pangan tiap kelurahan/desa 52
22 Data luas panen, produktivitas dan produksi pertanian Kecamatan
Cigugur tahun 2015 53
23 Data penyebaran jenis dan jumlah populasi ternak Kecamatan Cigugur 54
24 Potensi obyek daya tarik agrowisata Kecamatan Cigugur 56
25 Hasil analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata 63
26 Preferensi pengunjung terhadap aktivitas dan fasilitas agrowisata yang
diinginkan 68
27 Hasil analisis dan sintesis 70
28 Rencana penggunaan ruang 87
29 Rencana sirkulasi kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur 91
30 Rencana vegetasi Kecamatan Cigugur 93
31 Rencana aktivitas dan fasilitas yang akan dikembangkan 96
32 Rencana daya dukung pengunjung berdasarkan fasilitas wisata 98
33 Rencana touring plan berdasarkan lama wisata 107
DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 3
2 Peta lokasi penelitian 10
3 Bagan proses perencanaan 13
4 Peta administrasi Kecamatan Cigugur 20
5 Kondisi topografi di Kecamatan Cigugur 21
6 Peta topografi Kecamatan Cigugur 22
7 Peta kemiringan lereng Kecamatan Cigugur 24
8 Peta jenis tanah Kecamatan Cigugur 25
9 Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Cigugur 26
10 Kondisi sungai yang melintasi Kecamatan Cigugur 27
11 Kondisi saluran air 27
12 Peta daerah aliran sungai Kecamatan Cigugur 28
13 Curah hujan tahun 2015 30
14 Suhu rata-rata tahun 2015 31
15 Kelembaban rata-rata tahun 2015 31
16 Kecepatan angin terbanyak tahun 2015 32
17 Kondisi vegetasi pertanian 34
18 Kondisi vegetasi non-pertanian 35
19 Hewan ternak 36
20 Pemanfaatan lahan Kecamatan Cigugur 38
21 Peta tata guna lahan Kecamatan Cigugur 39
22 Fasilitas umum 40
23 Good views yang terdapat pada tapak penelitian 41
24 Bad views yang terdapat pada tapak penelitian 42
25 Peta aksesibilitas Kabupaten Kuningan 43
26 Jenis transportasi umum yang dapat mengakses Kecamatan Cigugur 43
27 Kondisi jalan yang melintasi Kecamatan Cigugur 44
28 Peta aksesibilitas Kecamatan Cigugur 46
29 Produk home industry khas Kecamatan Cigugur 48
30 Gedung Paseban Tri Panca Tunggal 49
31 Ritual upacara adat Seren Taun 50
32 Potensi objek dan atraksi wisata di Kecamatan Cigugur 54
33 Potensi objek dan atraksi agrowisata peternakan sapi 55
34 Potensi objek daya tarik agrowisata perikanan 56
35 Bumi Perkemahan Palutungan 57
36 Agroedutourism Pondok Pesantren Daarul Mukhlisin 58
37 Situs Purbakala Cipari 58
38 Kolam Ikan Cigugur 59
39 Hutan Kota Bungkirit 59
40 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur 61
41 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur 62
42 Kondisi kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Cigugur 64
43 Peta analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata Kecamatan
Cigugur 65
44 Persepsi pengunjung terhadap Kecamatan Cigugur 67
45 Peta komposit kesesuaian ruang wisata 75
46 Peta block plan 76
47 Konsep ruang agrowisata Kecamatan Cigugur 78
48 Konsep subruang atraksi utama agrowisata 79
49 Konsep sirkulasi agrowisata Kecamatan Cigugur 81
50 Diagram aktivitas 82
51 Peta rencana ruang 89
52 Jalur tersier pada ruang atraksi utama agrowisata 90
53 Peta rencana sirkulasi 91
54 Peta rencana vegetasi 95
55 Peta rencana lanskap 101
56 Peta rencana tapak objek wisata sayur dan buah 103
57 Peta rencana tapak objek wisata peternakan dan Bumi Perkemahan
Palutungan 104
58 Peta rencana tapak area pelayanan utama Kelurahan Cigugur 105
59 Ilustrasi suasana kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur 106
60 Peta rencana perjalanan wisata 110
DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner persepsi dan preferensi masyarakat 114


2 Kuesioner persepsi dan preferensi pengunjung 116
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang secara statistik


perkembangan pembangunan ekonominya semakin meningkat dengan pesat.
Pembangunan yang terus meningkat ini membutuhkan ruang untuk mendukung
ketersediaan sarana dan prasarana, sehingga terjadi alih fungsi lahan dari ruang
terbuka hijau salah satunya adalah lahan pertanian. Berdasarkan data Kabupaten
Kuningan dalam Angka (2016), selama tahun 2014-2016, luas konversi lahan
sawah yang ditujukan untuk pembangunan nonpertanian, seperti kawasan
perumahan, industri, perkantoran, jalan, dan sarana publik lainnya rata-rata
sebesar 227 hektar. Hal tersebut dapat mengancam kesejahteraan pelaku pertanian
dan juga mengancam kelestarian lingkungan apabila tidak dikendalikan. Indonesia
sebagai negara agraris memiliki potensi yang besar di bidang pertanian terutama
di wilayah pedesaan. Pedesaan yang hingga kini masih menjadi tempat tinggal
sebagian besar penduduk Indonesia berpotensi untuk dikembangkan. Potensi yang
besar ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Di sisi lain, peluang di bidang pariwisata di Indonesia cukup prospektif
dan merupakan salah satu sektor penyumbang devisa yang perkembangannya
cukup baik, sehingga salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan sektor pertanian menjadi kawasan agrowisata agar dapat
memberikan nilai tambah pada kawasan pedesaan yang berpotensi untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Pengembangan agrowisata merupakan suatu usaha pemanfaaatan potensi
di bidang pertanian dan peluang-peluang yang ada di bidang pariwisata dalam
kaitannya dengan pelestarian lingkungan. Nurisjah (2001) menyatakan bahwa
agrowisata diartikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang
memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai
dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang
pertanian. Agrowisata memberikan banyak manfaat, baik bagi petani, masyarakat
setempat maupun pengunjung. Bagi petani dan masyarakat setempat agrowisata
merupakan sebuah alternatif untuk menggali potensi ekonomi dan untuk
meningkatkan pendapatan. Bagi pengunjung, agrowisata dapat memperluas
pengetahuan, pengalaman, sebagai tempat rekreasi, dan hubungan usaha di bidang
pertanian. Kabupaten Kuningan memiliki potensi pertanian dan pariwisata alam
yang cukup besar dan dapat dikembangkan menjadi kawasan agrowisata yang
letaknya berada di sebelah barat Kabupaten Kuningan yaitu di Kecamatan
Cigugur.
Berdasarkan visi Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan, wilayah
Kecamatan Cigugur akan diwujudkan sebagai kawasan wisata dan budaya yang
berorientasi kepada agrowisata. Potensi yang dimiliki wilayah ini beragam pada
sektor pertanian, perikanan, peternakan, obyek wisata alam, serta kesenian dan
budaya khas daerah. Kondisi lanskap pedesaan yang masih alami berpotensi
digunakan sebagai area rekreasi dan kegiatan pertanian yang dapat dijadikan suatu
atraksi wisata serta sarana pembelajaran yang menarik. Hal tersebut dapat
2

dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas


kehidupan masyarakat desa dalam bidang perekonomian, kualitas lingkungan
hidup, dan dapat mengembangkan kebudayaan masyarakat setempat.
Pengembangan kawasan agrowisata harus memperhatikan keaslian dan
lokalitas dari seluruh sumberdaya alam dan budaya serta mengoptimalkan,
menjaga dan mempertahankan karakter serta kualitas lanskap yang ada. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menganalisis potensi lanskap pertanian yang ada di
Kecamatan Cigugur untuk menentukan kawasan potensial pengembangan lanskap
agrowisata. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang sesuai untuk
pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Cigugur yang saling
terintegrasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan lanskap Kecamatan Cigugur,


Kabupaten Kuningan sebagai kawasan agrowisata dengan menyediakan ruang-
ruang wisata pertanian. Adapun tujuan khusus dari studi ini adalah
1. mengidentifikasi karakter lanskap yang berpotensi untuk agrowisata
berdasarkan aspek fisik, biofisik, sosial, budaya serta sumber daya wisata di
Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
2. merencanakan lanskap Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan sebagai
kawasan agrowisata yang secara fungsional berdaya guna dan secara estetis
memiliki nilai keindahan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang


pemanfaatan lahan alternatif berupa perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur
sebagai kawasan agrowisata dan menjadi acuan rencana pengembangan kawasan
oleh pemerintah setempat.

Kerangka Pikir Penelitian

Desa-desa yang ada di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan


memiliki pola tata ruang dan ciri khas tersendiri dalam bidang pertanian maupun
wisata alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata.
Pengembangan lanskap tersebut harus memperhatikan potensi serta karakteristik
sumber daya yang dimiliki agar dapat bermanfaat dan berkelanjutan.
Pengembangan lanskap pedesaan yang baik, diharapkan dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat khususnya dan masyarakat luar pada
umumnya.
Analisis terhadap berbagai faktor yang ada pada tapak seperti faktor-faktor
penyusun lanskap pedesaan berupa lahan pertanian serta sosial budaya masyarakat
merupakan upaya untuk mendapatkan penilaian berupa potensi dan kendala yang
dikaji dari aspek ekologis, sosial, dan estetika yang kemudian diterjemahkan
dalam zona pengembangan agrowisata berdasarkan potensi sumber daya dan
ragam aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Analisis tersebut dijelaskan
melalui penilaian kuantitatif, spasial dan deskriptif. Berdasarkan zonasi yang
terbentuk serta pengembangan konsep yang direncanakan akan menghasilkan
3

rencana lanskap agrowisata sebagai hasil akhir kegiatan perencanaan lanskap


agrowisata di Kecamatan Cigugur. Adapun kerangka pikir dalam melakukan
penelitian ini, yaitu:

Gambar 1 Kerangka pikir


4

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Lanskap

Menurut Laurie (1984), perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa


depan terhadap lahan dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan
kepekaan terhadap analisis tapak. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009),
perencanaan merupakan proses pemikiran dari suatu ide kearah suatu bentuk
nyata. Perencanaan diartikan pula sebagai suatu tindakan mengatur dan
menyatukan berbagai tata guna lahan dalam suatu proses berdasarkan
pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya. Dinyatakan bahwa perencanaan
adalah pemilihan, pembuatan, atau penggunaan dari berbagai fakta tersedia dan
berbagai anggapan yang berkenaan dengan pandangan ke masa depan serta
perumusan aktivitas yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan lanskap adalah suatu proses yang digunakan untuk
meenentukan awal suatu keadaan dari suatu tapak secara sistematis dan
merupakan cara yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu
kegiatan. Perencanaan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka
panjang, guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang
fungsional, estetis dan lestari. Perencanaan lanskap mendukung berbagai
kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kualitas lanskap
(Gold, 1980).

Proses Perencanaan Lanskap

Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis digunakan untuk


menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk
mencapai keadaan yang diharapkan (Simonds, 1983). Menurut Nurisjah dan
Pramukanto (2009), proses perencanaan lanskap merupakan suatu kegiatan
berurutan yang saling terkait, tidak hanya tahapannya, tetapi juga pada produk
perencanaan lanskap yang dihasilkan. Pengumpulan data dan informasi awal yang
kurang lengkap atau salah akan berdampak terhadap hasil-hasil pada kegiatan
lanjutannya dan juga hasil perencanaan.
Menurut Gold (1980), proses perencanaan yang baik harus merupakan
suatu proses yang dinamis, saling terkait, dan saling menunjang. Proses
perencanaan terdiri atas lima tahap, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis,
sintesis, dan perencanaan. Persiapan merupakan tahapan perumusan tujuan,
program, dan informasi lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai
(Gold, 1980). Pada awal proses, perencanaan lanskap dimulai dengan
memperhatikan, menafsirkan, dan menjawab berbagai kepentingan ke dalam
produk yang direncanakan.
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari
tapak dengan melakukan survei lapangan, wawancara, pengamatan, perekaman,
dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), data yang
dikumpulkan meliputi data fisik, sosial, dan ekonomi. Analisis adalah tahap untuk
mengidentifikasi potensi, masalah, dan kemungkinan pengembangan lain dari
tapak berdasarkan data yang didapat.
5

Analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan pada
tapak sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi, dan berbagai tingkat
kerawanan atau kerapuhan lanskap (Nurisjah dan Pramukanto, 2009). Sintesis
merupakan tahap menentukan alternatif pemecahan masalah dan pemanfaatan
potensi dengan menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan tujuan
perencanaan (Gold, 1980).
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), hasil perencanaan lanskap
dapat disajikan dalam bentuk gambar praperencanaan, terdiri dari gambar situasi
awal dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis, serta gambar rencana
lanskap yang terdiri dari konsep perencanaan, rencana penggunaan lahan, rencana
penggunaan ruang, rencana pengembangan tapak, rencana induk lanskap, rencana
tapak, rencana penanaman, dan berbagai bentuk gambar dan ilustrasi lainnya
sesuai kebutuhan perencanaan. Menurut Laurie (1984), pendekatan perencanaan
yang baik pada hakekatnya didekatkan pada lima komponen utama, yaitu
pendekatan terhadap faktor alami, sosial, teknologi, metodologi, serta nilai-nilai.

Wisata dan Rekreasi

Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai


perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan
menurut Gunn (1994) wisata lebih dari sekedar industri pelayanan, namun
mencakup keseluruhan perjalanan, tanpa terkecuali perjalanan pulang-pergi.
Menurut Pendit (2006) atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan
bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Atraksi wisata lazim pula dinamakan objek
wisata. Gunn (1997) berpendapat bahwa terdapat empat aspek yang harus
dipenuhi dalam merencanakan kawasan wisata. Keempat aspek tersebut adalah:
1. mempertahankan kelestarian lingkungannya
2. meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3. menjamin kepuasan pengunjung
4. meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2009), rekreasi merupakan aktivitas
penggunaan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di
dalam maupun di luar ruangan. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai
bentuk aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas,
dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan yang
lebih memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik (olahraga, berjalan-
jalan) dan juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan
kenyamanan.
Kraus (1977) mendefinisikan rekreasi sebagai berbagai aktivitas atau
pengalaman yang biasanya dipilih secara sukarela oleh seseorang, baik itu
disebabkan oleh keinginan untuk mendapat kesenangan sesaat atau karena orang
tersebut menginginkan atau mencapai sesuatu yang lebih bersifat personal atau
memiliki nilai sosial tertentu. Aktivitas ini dilakukan pada waktu luang dan tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan. Aktivitas ini juga bersifat menyenangkan
tetapi dapat diterima oleh lingkungan sosial, tetap menjaga nilai-nilai moral yang
6

ada, dan berkontribusi untuk membuat seseorang yang menjalankan aktivitas


tersebut dan lingkungan sosialnya menjadi lebih baik.
Jenis aktivitas rekreasi dapat dikategorikan berdasarkan pengalaman yang
akan didapat (Gold, 1980), yaitu sebagai berikut:
1. Rekreasi fisik, mengutamakan kegiatan fisik sebagai pengalaman utama dari
suatu aktivitas;
2. Rekreasi sosial, mengutamakan interaksi sosial sebagai pengalaman utama
dari suatu aktivitas;
3. Rekreasi kognitif, mengutamakan budaya, pendidikan, dan kreativitas sebagai
pengalaman utama dari suatu aktivitas;
4. Rekreasi yang berhubungan dengan alam, mengutamakan kegunaan sumber
daya alam seperti air, pepohonan, pemandangan alam, dan kehidupan liar
sebagai fokus utama dari suatu aktivitas.

Agrowisata

Nurisjah (2001) mendefinisikan agrowisata atau wisata pertanian


merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian.
Secara spesifik, Nurisjah (2001) menjelaskan agrowisata adalah rangkaian
aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor
pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem,
skala dan bentuk serta tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman,
pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian. Arifin (1992) mendefinisikan
aktivitas agrowisata sebagai salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di
kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya meliputi persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan bentuk siap
dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut
sebagai oleh-oleh.
Utama (2008) mengklasifikasikan agrowisata ke dalam dua pola yaitu
agrowisata ruang terbuka alami dan agrowisata ruang terbuka buatan.
1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Objek agrowisata ruang terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan
tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan
kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai
dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain.
Memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik
yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga
nilai estetika alaminya. Fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan
tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang
ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari
binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy
di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di
Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola
atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-
kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat
adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan
7

komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan.


Teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada,
diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi
agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan
dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak
mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat
dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap
dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.
Terdapat beberapa nilai dan fungsi dari kawasan agrowisata sebagai ruang
terbuka hijau menurut Arifin et al (2009) antara lain yaitu:
1. menghasilkan produksi pertanian: tanaman, ternak, dan ikan;
2. melindungi tata tanah dan air;
3. mengendalikan iklim mikro, menyimpan karbon;
4. mengkonservasi sumber daya bio-diversitas;
5. memberikan keindahan lanskap dan kenyamanan.
Arifin et al (2009) mengemukakan beberapa syarat kesesuaian area
agrowisata, antara lain sebagai berikut:
1. memiliki lahan yang sesuai untuk pengembangan dan produksi komoditas
pertanian, tanaman, perkebunan, perternakan dan perikanan;
2. memiliki kesesuaian untuk wisata (aksesibilitas, infrastruktur dan fasilitas
wisata);
3. memiliki potensi keindahan panorama lanskap (penutupan lahan, topografi
yang dinamis, lanskap pantai, perbukitan, pegunungan);
4. memiliki potensi kenyamanan yaitu suhu dan kelembaban udara yang sesuai
bagi wisatawan (nyaman dan segar);
5. memiliki atraksi budaya dari masyarakat pertanian (budaya bercocok-tanam,
hingga penanganan pasca panen);
6. memiliki masyarakat yang mampu menjual program dan atraksi yang sudah
membudaya secara turun-temurun di dalam masyarakat agraris, termasuk
kearifan-kearifan lokal;
7. memiliki pemda yang bisa berperan untuk membimbing petani dalam kesiapan
diri menjadi tuan rumah bagi wisatawan, juga meninvestasikan saranaprasarana
dan fasilitas umum sebagai kebutuhan dasar dalam pengembangan wisata.
Menurut Arifin et al (2009) bahwa terdapat beberapa objek dan atraksi
wisata yang mencirikan suatu kegiatan wisata berbasis pertanian, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Lahan pertanian: sawah, ladang, kebun, pekarangan, kolam produksi, kandang,
dan rumah kaca.
2. Proses produksi sebagai atraksi wisata: membajak sawah, menanam dan
memindah bibit, panen, dan menjemur hasil pertanian.
3. Proses penanganan pasca panen: cara penanganan produk pertanian, sortasi dan
pengemasan.
4. Pengolahan hasil pertanian: memotong, memasak dan mengawetkan.
5. Pengemasan, penjualan, pemasaran.
6. Kegiatan kelembagaan petani (Koperasi Unit Desa, Koperasi Petani, Kelompok
Tani, Gabungan Kelompok Tani, Badan Usaha Milik Petani).
7. Atraksi pendukung: atraksi budaya, berwisata alam dan petualangan.
8

8. Penyediaan toko dan kios produk hasil pertanian yang khas dengan kemasan
yang menarik untuk dimakan atau dibawa sebagai oleh-oleh.
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi
agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai
berikut :
1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa
tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan
kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan
pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.
2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras
dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta nasional maupun
asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata
perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca
produksi (pengolahan dan pemasaran).
3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan
meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah
sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca
panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan
obyek agrowisata.
4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan
budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai
sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan
lain, misalnya memancing ikan.
5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola
beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.

Perencanaan Agrowisata

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat beberapa prinsip


yang diperlukan untuk merencanakan agrowisata, yaitu:
1. Sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu,
2. Dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin,
3. Mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di
sekitarnya,
4. Selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan
teknik-teknik yang ada,
5. Perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata
perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan mencapai lokasi, karakteristik
alam, sentra produksi pertanian dan adanya kegiatan agroindustri merupakan
faktor yang dapat dijadikan pertimbangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Agrowisata sebagai obyek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi
wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya
(Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Fasilitas pelayanan tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan
strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Penyediaan fasilitas
hendaknya dilakukan dua pendekatan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Pendekatan pertama dilakukan dengan memanfaatkan semua obyek, yaitu
9

prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik, dan
melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua adalah dengan membangun
prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan fasilitas
yang diperlukan meliputi:
1. Jalan menuju lokasi,
2. Pintu gerbang,
3. Tempat parkir,
4. Pusat informasi,
5. Papan informasi,
6. Sirkulasi dalam kawasan agrowisata,
7. Shelter,
8. Tempat beribadah (mushola),
9. Toilet, dan
10. Tempat sampah.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan obyek wisata, antara lain, pengelolaan
obyek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan fasilitas pendukung,
keamanan (untuk melindungi obyek dan fasilitas, serta keselamatan pengunjung),
dan pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan dari aktivitas agrowisata pada tapak.
10

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan,


Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 3.572,23 ha (Bappeda, 2015).
Kecamatan ini berada di sebelah barat Ibu Kota Kabupaten Kuningan dan
berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Majalengka. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Kecamatan Cigugur dipilih karena
kecamatan ini termasuk dalam wilayah pengembangan agropolitan dan agrowisata
dalam RTRW Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031. Penelitian dimulai pada
bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2016.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian


Sumber: Bappeda Kabupaten Kuningan

Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi karakter lanskap yang berpotensi untuk


agrowisata yang dilanjutkan dengan perencanaan lanskap agrowisata. Hasil akhir
dari penelitian ini dibatasi hingga produk perencanaan lanskap yang berupa
dokumen tulisan dan gambar rencana lanskap agrowisata dengan melihat
kesesuaiannya untuk pengembangan agrowisata. Perencanaan agrowisata tersebut
disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah yang ada untuk mengakomodasi
kebutuhan wisata serta meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar. Pembatasan ini diharapkan mampu memfokuskan lingkup
penelitian demi mendapatkan data yang sesuai untuk pengerjaan rencana lanskap
yang tepat sasaran sesuai tujuan.
11

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software). Alat dan bahan berupa data yang
digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Alat penelitian


No. Alat Penelitian Fungsi
1 Hardware
a. Global Positioning System (GPS) Mengukur koordinat tapak
b. Kamera Digital Dokumentasi survei
c. Laptop/komputer Pengolahan data
d. Alat tulis Survei
2 Software
a. Microsoft Office (Word, Excel, Pelaporan, analisis data tabular,
Powerpoint) presentasi
b. Adobe Photoshop CS6 Pengolahan peta tematik dan gambar
ilustrasi
c. ArcGIS 10.2.1 Pengolahan data peta tematik

Tabel 2 Data penelitian


No. Jenis Data Sumber Metode Pengambilan
Aspek Bio-Fisik
1 Luas dan Batas Wilayah Bappeda Kuningan Studi pustaka, survey
2 Aksesibilitas Tapak Studi pustaka, survey
3 Iklim
a. Suhu Udara BMKG Majalengka Studi pustaka
b. Curah Hujan BMKG Majalengka Studi pustaka
c. Kelembaban Udara BMKG Majalengka Studi pustaka
d. Kecepatan Angin BMKG Majalengka Studi pustaka
4 Tanah
a. Jenis Tanah Bappeda Kuningan Studi pustaka
b. Sifat Tanah Literatur Studi pustaka
5 Topografi dan Kemiringan Lahan
a. Kontur Bappeda Kuningan Survey dan pemetaan
b. Kemiringan Lahan Bappeda Kuningan Survey dan pemetaan
6 Hidrologi Bappeda Kuningan, Studi pustaka, survey
tapak
7 Vegetasi dan Satwa
a. Jenis Vegetasi Tapak Survey, wawancara
b. Jenis Satwa Tapak Survey, wawancara
8 Kualitas Visual Tapak Survey
9 Tata Guna Lahan Citra satelit, tapak Studi pustaka, survey
lapangan
10 Fasilitas dan Utilitas Profil desa, tapak Studi pustaka, survey
lapang, wawancara
Aspek Sosial Budaya
1 Keadaan masyarakat (sosial, Profil desa, BPS Studi pustaka,
ekonomi, budaya) Kuningan, wawancara
pengguna
2 Persepsi dan preferensi Pengguna Kuesioner
12

Tabel 2 Lanjutan
No. Jenis Data Sumber Metode Pengambilan
Aspek Legal
1 Rencana Tata Ruang Wilayah Bappeda Kuningan Studi pustaka
Kab. Kuningan
2 Rencana Induk Pengembangan Disparbud Studi pustaka
Pariwisata Kab. Kuningan Kuningan
3 Rencana Pembangunan Jangka Pemda Kuningan Studi pustaka
Menengah Kab. Kuningan

Metode Perencanaan

Metode yang digunakan dalam perencanaan kawasan yaitu metode yang


dikemukakan oleh Gold (1980). Metode ini terdiri dari beberapa tahap yaitu
persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Bagan proses
perencanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis spasial menggunakan
peta analisis kemiringan lereng, tata guna lahan, kesesuaian dan kelayakan
agrowisata. Tiga peta hasil analisis tersebut kemudian di-overlay menjadi peta
komposit dan membagi tapak menjadi zona kesesuaian ruang untuk wisata
berbasis pertanian. Tahapan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan proses
perencanaan menurut Gold (1980) dengan modifikasi yaitu sebagai berikut.

Tahap Persiapan
Merupakan tahap merumuskan masalah, menentukan arah dan tujuan studi,
identifikasi keperluan data dan metode pengambilannya, serta persiapan
administrasi berupa pembuatan usulan dan perijinan. Selanjutnya perumusan
konsep dasar berdasarkan potensi tapak dan gambaran serta informasi umum yang
telah diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan
dan mengarahkan pengambilan data serta menjadi pengarah pada tahapan
perencanaan selanjutnya. Konsep dasar ini akan dikembangkan setelah ditemukan
solusi dari analisis data yang telah terkumpul sebelumnya.

Tahap Inventarisasi
Merupakan tahap pengumpulan data dan informasi dengan mengacu pada
konsep serta tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang dikumpulkan
meliputi data sekunder yang didapat dari dinas dan instansi diantaranya Bappeda
Kabuaten Kuningan, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, dan Pemerintah
Daerah Kecamatan Cigugur. Data berupa peta administrasi, peta tanah, peta
topografi, dan peta tata guna lahan diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kuningan.
Data lain yang juga diambil yaitu data sosial, ekonomi, budaya, dan data
pendukung lainnya.
Selain pengumpulan data sekunder, dilakukan pengumpulan data primer
dengan metode survey dan wawancara untuk melengkapi data yang ada, sekaligus
untuk melakukan pengecekan di lapang terhadap peta yang sudah didapat. Hasil
pengamatan langsung di tapak dan sekitar tapak diperoleh dengan cara
pengambilan foto, studi pustaka berupa laporan kegiatan dan informasi dari
instansi terkait serta dari berbagai sumber ilmiah lainnya, dan kuisioner.
Wawancara dengan kuisioner dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi
responden.
13

Gambar 3 Bagan proses perencanaan (Gold, 1980 dengan modifikasi)


Tahap Analisis
Pada tahap ini data dan informasi mengenai tapak yang telah dikumpulkan
diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data ke dalam
potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial sehingga
menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data. Secara umum,
proses analisis dilakukan dengan mencari korelasi antara kondisi dan karakteristik
tapak dengan konsep yang dikembangkan.

1. Analisis Aspek Biofisik


Analisis biofisik secara spasial dan deskriptif digunakan untuk mengetahui
kesesuaian ruang agrowisata yang dilakukan terhadap beberapa aspek, yaitu jenis
14

tanah, kemiringan lahan, tata guna lahan, iklim, dan daya dukung tapak. Terdapat
penilaian terhadap indikator yang dijadikan dasar dalam menganalisa
menggunakan kriteria yang diacu dari Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 dan
S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980.
Standar kesesuaian dibagi menjadi tiga jenis kategori yaitu sesuai, cukup
sesuai, dan tidak sesuai. Kategori sesuai bagi perkembangan ruang wisata diberi
skor 3, cukup sesuai untuk ruang wisata diberi skor 2, dan kategori tidak sesuai
untuk ruang wisata yang diberi skor 1. Aspek-aspek tersebut dianalisis dan di-
overlay untuk mendapatkan peta komposit. Indikator kriteria, standar kesesuaian
dan skor tersaji pada Tabel 3 terkait kriteria kemiringan lahan untuk wisata, dan
Tabel 4 terkait kriteria tata guna lahan untuk wisata.

Tabel 3 Kriteria kemiringan lahan untuk wisata


Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor
0-8% (datar dan landai) Sesuai 3
8-15% (agak curam) Cukup sesuai 2
>15% (curam dan terjal) Tidak sesuai 1
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007

Tabel 4 Kriteria tata guna lahan untuk wisata


Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor
Kebun, sawah, ladang Sesuai 3
Hutan, semak Cukup sesuai 2
Permukiman warga, hutan lindung Tidak sesuai 1
Sumber: S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980 (dengan modifikasi)

Analisis aspek iklim dilakukan dengan pengukuran kenyamanan iklim


untuk mengetahui tingkat kenyamanan kawasan yang berpengaruh terhadap
wisatawan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

THI = 0,8T + (RH × T)/500

Keterangan:
THI = Thermal Humidity Index
T = Suhu udara (°C)
RH = Kelembaban nisbi udara (%)

Analisis daya dukung tapak menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto


dan Wibowo (2003) dihitung berdasarkan rata-rata individu dalam m²/orang
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DD = A/S
Keterangan:
DD = Daya dukung
A = Area yang digunakan wisatawan
S = Standar rata-rata individu
15

2. Analisis Persepsi dan Preferensi


Data yang dikumpulkan merupakan peraturan, nilai-nilai luhur pada
kawasan, perlindungan dan sistem ekonomi sosial di kawasan Kecamatan Cigugur.
Data diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang ditujukan
kepada berbagai pihak yang terkait. Responden dipilih sebanyak 45 orang dengan
menggunakan metode stratified random sampling, yaitu kelompok aparat
pemerintahan desa, kelompok yang terlibat dan potensial terlibat dalam kegiatan
agrowisata, dan kelompok masyarakat, serta 45 orang pengunjung kawasan wisata
Kecamatan Cigugur. Metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan
rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persentase tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel

Jumlah sampel yaitu jumlah responden yang diambil sebagai sampel dan
jumlah populasi adalah jumlah penduduk di Kecamatan Cigugur. Hasil data ini
dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif dengan menghubungkan data dari aspek
bio-fisik dan wisata yang telah didapatkan.

3. Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata


Analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata digunakan untuk menilai
potensi agrowisata pada tapak. Objek analisis adalah sepuluh desa di Kecamatan
Cigugur. Pengumpulan data untuk analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata
dilakukan melalui wawancara, observasi lapang, dan studi pustaka. Responden
wawancara untuk analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata adalah aparat
pemerintah, kepala desa, sekretaris desa, dan pegawai desa dari kesepuluh desa,
sejumlah masyarakat yang ditemui saat turun lapang, dan pemilik kegiatan
pertanian maupun wisata di Kecamatan Cigugur. Wawancara dilakukan dengan
tanya-jawab terbuka melalui pertanyaan yang telah disusun berdasarkan kriteria
kesesuaian dan kelayakan Smith (1989) yang diacu dalam Maharani (2009).
Inventarisasi analisis ini menitikberatkan pengumpulan info sebanyak
mungkin untuk mengetahui seluruh potensi agrowisata tiap desa sesuai kriteria
kesesuaian dan kelayakan agrowisata menurut Smith (1989). Potensi agrowisata
tiap desa akan dinilai dengan kriteria kelayakan agrowisata menurut Smith (1989)
yang telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan sehingga menghasilkan delapan nilai
kesesuaian dan kelayakan agrowisata dari kesepuluh desa. Modifikasi dilakukan
pada pembobotan tiap kriteria. Dalam bukunya “Tourism Analysis”, Smith (1989)
tidak menetapkan bobot tiap poin dalam kriteria. Pengguna dipersilakan
menentukan bobot secara mandiri sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Pembobotan dalam studi ini dilakukan dengan perhitungan matematis
sederhana sesuai dengan tingkat kepentingan tiap poin terhadap agrowisata.
Kriteria penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata ditampilkan pada Tabel 5.
16

Tabel 5 Kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata


No. Kriteria Nilai
1 Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian (bobot 40%):
Ketersediaan ragam serta keindahan areal pertanian
Beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan 4
pemandangan pertanian sekitarnya
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan 3
pemandangan sekitarnya
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian tetapi kurang 2
keindahan pemandangan sekitarnya
Kurang beragam dan tidak indah 1
2 Objek dan Atraksi Alami (bobot 15%):
Keindahan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa
liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang
nyaman, sinar matahari yang cukup)
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami 4
Cukup beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan 3
alami
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan 2
(rekayasa)
Kurang objek alami dengan keindahan dan kenyamanan buatan 1
(rekayasa)
3 Objek dan Atraksi Sosial/Budaya (bobot 10%):
Pedesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival seni
budaya, atraksi budaya lokal
Bernilai tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan 4
Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang 3
diperhatikan
Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan 2
Tidak memiliki aset budaya lokal 1
4 Objek dan Atraksi Sejarah (bobot 5%):
Peninggalan kuno, upacara keagamaan, lokasi historikal yang
penting
Bersejarah, dijaga kelestariannya 4
Bersejarah, kurang diperhatikan 3
Bersejarah, tidak dilestarikan 2
Tidak bernilai sejarah 1
5 Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (bobot 10%):
Ketersediaan tempat olahraga, tempat piknik, tempat belanja,
taman, museum, galeri seni/budaya
Tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat 4
Ada beberapa, cukup terawat 3
Ada beberapa, kurang terawat 2
Tidak tersedia 1
6 Akses (bobot 10%):
Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum 4
beragam
Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas 3
Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum 2
Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum 1
17

Tabel 5 Lanjutan
No. Kriteria Nilai
7 Letak dari Jalan Utama (bobot 5%):
Kedekatan dengan jalur jalan utama desa
Dekat (<1 km) 4
Sedang (1-3 km) 3
Cukup jauh (3-5 km) 2
Sangat jauh (>5 km) 1
8 Sarana Wisata (bobot 5%):
Utilitas, sarana kesehatan, air bersih, fasilitas makan, dan penginapann
Tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat 4
Ada beberapa, cukup terawat 3
Ada beberapa, kurang terawat 2
Tidak tersedia 1
Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009)

Nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata tiap desa dihitung dengan


rumus berikut:

ΣKKA = ΣSij.Aij

ΣKKA adalah nilai total kelayakan kawasan agrowisata, ΣSij adalah kriteria
agrowisata tiap kawasan, dan Aij adalah bobot kriteria agrowisata. Hasil
perhitungan dengan rumus di atas dirangkum dalam Tabel 6.

Tabel 6 Penilaian kesesuaian dan kelayakan agrowisata


Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata
Jumlah
40 15 10 5 10 10 5 5
Terbobot
Kelurahan/Desa % % % % % % % %
ΣKKA
1 2 3 4 5 6 7 8
Cigugur
Sukamulya
Cipari
Cigadung
Winduherang
Cisantana
Gunungkeling
Cileuleuy
Babakanmulya
Puncak
Keterangan:
1: Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian; 2: Objek dan Atraksi Alami; 3: Objek dan Atraksi
Sosial/Budaya; 4: Objek dan Atraksi Sejarah; 5: Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan;
6: Akses; 7: Letak dari Jalan Utama; 8: Sarana Wisata

Berdasarkan nilai hasil perhitungan tersebut, seluruh desa diklasifikasikan


menjadi tiga kelompok menggunakan rumus berikut:

R = Smax – Smin
K
18

R adalah nilai rentang antarkelas, Smax adalah nilai kesesuaian dan


kelayakan agrowisata paling tinggi, Smin adalah nilai yang terendah, dan K
adalah jumlah kelas yang diinginkan. Berdasarkan perhitungan skor masing-
masing parameter, maka dilakukan pembobotan dan dikategorikan dalam tiga
kelas kesesuaian sehingga hasil penilaian kawasan wisata diklasifikasikan
menjadi:
SP (Sangat Potensial). Artinya, bahwa desa sangat potensial untuk dilakukan
pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlakuan yang dilakukan
hanya untuk menjaga kualitas objek dan atraksi agar tetap terjaga.
CP (Cukup Potensial). Artinya, bahwa desa cukup potensial untuk dilakukan
pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlu perlakuan untuk
meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial.
KP (Kurang Potensial). Artinya, bahwa desa kurang potensial untuk dilakukan
pengembangan dan penataan kawasan wisata. Perlu perlakuan lebih
banyak untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat potensial.

Tahap Sintesis
Selanjutnya dilakukan sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan
masalah, yang diperoleh setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi
yang telah dikumpulkan serta pengembangan pada konsep dasar. Tahap analisis
membahas keadaan eksisting yang berada di tapak, sedangkan pada tahap sintesis
menjelaskan tentang implementasi dari solusi yang dapat diterapkan pada tapak.
Solusi yang diterapkan pada tahap sintesis ini didasarkan pada analisis yang telah
dilakukan pada setiap aspek.
Tahap ini juga menentukan kesesuaian kawasan pertanian untuk komoditi
tertentu dan peruntukan wisata. Sekaligus untuk menentukan zona integratif yang
potensial untuk pengembangan agrowisata. Teknik overlay digunakan dalam
merumuskan zona integratif yang potensial tersebut yang dilanjutkan dengan
merumuskan konsep pengembangan terbaik. Peta-peta analisis yang dihasilkan
sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi ruang terhadap potensi
dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block plan.

Tahap Perencanaan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir sekaligus produk akhir dari
penelitian. Pada tahap ini, model block plan kawasan perencanaan yang telah
diperoleh selanjutnya dikembangkan kepada rencana ruang, aktivitas dan fasilitas,
rencana sirkulasi bagi pengunjung maupun masyarakat, rencana vegetasi, serta
rencana daya dukung. Pengembangan ini kemudian diterjemahkan melalui
rencana lanskap yang dilanjutkan dengan penyusunan touring plan yang berupa
sistem atau program perjalanan wisata.
19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Secara geografis, Kecamatan Cigugur terletak pada 108°24‟00” -


108°28‟30” Bujur Timur dan 6°54‟00” - 6°58‟20” Lintang Selatan. Kecamatan ini
secara definitif diresmikan pada tanggal 7 Februari 1992, berlokasi di kaki
Gunung Ciremai pada ketinggian antara 475 – 3.025 mdpl. Kecamatan ini
merupakan salah satu kecamatan yang berada di sebelah Barat Kabupaten
Kuningan dan berbatasan dengan Kecamatan Kramatmulya di sebelah Utara,
Kecamatan Kuningan di sebelah Timur, Kecamatan Kadugede di sebelah Selatan,
dan Kabupaten Majalengka di sebelah Barat. Luas wilayah Kecamatan Cigugur
adalah 3.561,46 hektar, terbagi dalam sepuluh wilayah kerja yang terdiri dari 5
kelurahan dan 5 desa, yaitu Kelurahan Cigugur, Kelurahan Sukamulya, Kelurahan
Cipari, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Winduherang, Desa Cisantana, Desa
Gunungkeling, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, dan Desa Puncak dengan
pembagian luas diperlihatkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas wilayah kelurahan dan desa di Kecamatan Cigugur
Presentase Luas
No. Kelurahan dan Desa Luas (Ha)
(%)
1 Kelurahan Cigugur 419,38 11,74
2 Kelurahan Sukamulya 73,95 2,07
3 Kelurahan Cipari 106,45 2,98
4 Kelurahan Cigadung 222,19 6,22
5 Kelurahan Winduherang 188,26 5,27
6 Desa Cisantana 705,87 19,76
7 Desa Gunungkeling 192,90 5,40
8 Desa Cileuleuy 210,40 5,89
9 Desa Babakanmulya 181,11 5,07
10 Desa Puncak 1.272,07 35,61
Kecamatan Cigugur 3.572,23 100
Sumber: Peta Administrasi, BPS Kabupaten Kuningan (2010)

Kecamatan Cigugur yang terdiri dari Kelurahan dan Desa memiliki 79 RW


dan 243 RT. Sebagian wilayah administratif di Kecamatan Cigugur masih
berstatus desa. Dengan demikian urusan pemerintahan di tingkat terbawah
dipegang oleh Kepala Desa beserta aparat desanya yang berstatus non PNS
kecuali Sekretaris Desa yang telah berstatus PNS.
Menurut masterplan Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cigugur mencakup
wilayah kawasan pariwisata dekat Kawasan Lindung Gunung Ciremai dan
kawasan pemerintahan, perdagangan, dan jasa (mixed use), serta permukiman
yang terletak di kawasan pusat kota. Desa/kelurahan yang paling luas di
Kecamatan Cigugur adalah Desa Puncak dengan presentase 35,61%, desa ini
mencakup kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Sedangkan desa/kelurahan
yang terkecil yaitu Kelurahan Sukamulya sebesar 2,07%. Peta administrasi
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 4.
20

Gambar 4 Peta administrasi Kecamatan Cigugur


21

Aspek Biofisik

Topografi dan Kemiringan Lereng


Kecamatan Cigugur memiliki bentukan wilayah yang beragam mulai dari
datar, bergelombang, sampai berbukit. Lokasinya yang berada di kawasan
pegunungan dan perbukitan menyebabkan Kecamatan Cigugur memiliki view
indah dan beragam yang memberikan nilai visual menarik bagi pengunjung.
Kondisi topografi Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) (b) (c)


Gambar 5 Kondisi topografi di Kecamatan Cigugur: (a) landai, (b) agak curam
dan (c) curam
Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang letaknya paling tinggi di
Kabupaten Kuningan dibandingkan kecamatan lain. Ketinggian di suatu tempat
mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi lahan untuk pertanian, karena setiap jenis
tanaman memiliki kebutuhan suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman
yang bersangkutan. Kecamatan Cigugur mempunyai titik tertinggi pada Gunung
Ciremai yang memiliki puncak mencapai 3.025 mdpl dan titik terendah pada
Kelurahan Cigadung yaitu 475 mdpl. Peta topografi Kecamatan Cigugur lebih
detil sebagaimana terlampir pada Gambar 6.
Berdasarkan peta topografi yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten
Kuningan, dibuat peta kemiringan lereng kawasan perencanaan. Penentuan kelas
kemiringan lereng dibagi menjadi lima kelas yaitu 0-8% termasuk kawasan datar,
8-15% termasuk kawasan landai, 15-25% termasuk kawasan agak curam, 25-40%
termasuk kawasan curam, dan >40% termasuk kawasan sangat curam. Pembagian
sifat kelerengan dan luasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kriteria dan luas kelas kemiringan lereng Kecamatan Cigugur


Kelerengan (%) Sifat Luas (Ha)
0-8 Datar 1.550,71
8-15 Landai 1.160,97
15-25 Agak curam 606,21
25-40 Curam 236,84
>40 Sangat curam 17,86
Sumber : S.K Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980 (modifikasi), olahan

Berdasarkan peta topografi yang ada selanjutnya dilakukan


pengelompokan kriteria kelas kemiringan lereng. Dapat diketahui bahwa kawasan
didominasi oleh lahan dengan kelas kemiringan 0-8% sebesar 43,41%, kelas
kemiringan 8-15% sebesar 32,5%, dan kelas kemiringan 15-25% sebesar 16,97%.
22

Gambar 6 Peta topografi Kecamatan Cigugur


23

Sisanya yaitu lahan dengan kelas kemiringan 25-40% dan >40% masing-masing
sebesar 6,63% dan 0,5%. Sebagian besar wilayah Kecamatan Cigugur memiliki
kemiringan lereng yang bersifat datar dan landai, yaitu sebesar 75,91%. Gambar 7
memperlihatkan peta kemiringan lereng pada kawasan perencanaan.

Kondisi Tanah
Berdasarkan Peta Jenis Tanah Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan dalam
RTRW Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031, Kecamatan Cigugur dibentuk oleh
berbagai jenis tanah, yaitu andosol, regosol, latosol dan podsolik. Persebaran jenis
tanah yang ada dibedakan menjadi asosiasi andosol coklat dan regosol coklat,
latosol dan regosol, dan podsolik, regosol dan latosol.
Tanah andosol yang terdapat di Kecamatan Cigugur ditampilkan dalam
bentuk andosol coklat dengan bahan induk abu, pasir, dan tuf volkan intermedier
dengan fisiografi volkan. Tanah ini disebut juga tubuh tanah pegunungan tinggi.
Tanah ini mempunyai sifat morfologi berwarna coklat, tekstur umumnya debu,
lempung berdebu sampai lempung. Struktur tanah remah atau granuler dan
konsistensi lembab agak gembur, apabila dipirid terasa berminyak karena
mengandung bahan organik antara 8% sampai 30% dengan pH 4,5-6.
Produktifitas tanah ini sedang sampai tinggi dan cocok untuk pertanian dan
perkebunan. Tanah ini sangat rawan terhadap erosi, dan tersebar dominan di
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, namun tanah ini bersifat poros dan
tidak dapat menahan air.
Jenis tanah regosol umumnya belum menampakkan adanya perlapisan
horisontal, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan.
Tanah ini mempunyai bahan induk seperti tanah andosol yaitu abu, pasir, dan tuf
volkan intermedier dengan fisiografi volkan. Tekstur tanah biasa sampai kasar,
struktur remah, konsistensi lepas sampai gembur dengan pH 6-7. Makin tua umur
tanah struktur dan konsistensinya makin padat, bahkan seringkali membentuk
padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya jenis tanah ini
belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Tanah ini cukup
mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap.
Tanah ini cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap
untuk diserap tanaman, tetapi kekurangan unsur N. Tanah regosol sangat cocok
untuk pertanian khususnya tanaman kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
Tanah latosol disebut juga tanah inceptisol. Kandungan bahan organiknya
berkisar antara 3-9% tetapi pada umumnya hanya sekitar 5%. Tanah ini bersifat
netral sampai asam dengan pH antara 4,5-6,5 dan berwarna coklat, coklat
kemerahan sampai merah. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat,
sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi gembur. Menurut Soepardi
(1983) jenis tanah latosol adalah granular (remah) sehingga memiliki drainase
dalam yang baik. Pada umumnya kandungan unsur hara tanah ini dari rendah
sampai sedang. Tanah latosol mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab
itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan
air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Tanah ini sangat cocok untuk
ditanami padi, pisang, dan pertanian campuran. Persebaran jenis tanah yang ada di
kecamatan ini dapat dilihat pada Gambar 8.
24

Gambar 7 Peta kemiringan lereng Kecamatan Cigugur


25

Gambar 8 Peta jenis tanah Kecamatan Cigugur


26

Jenis tanah podsolik yang berada di bagian selatan Kecamatan Cigugur


bersifat gembur dan telah mempunyai perkembangan penampang. Tanah podsolik
berasal dari batuan dan tuff, yang mempunyai lapisan permukaan yang sangat
tercuci (highly leached), berwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas
horison yang bertekstur relatif berat dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil
dan permeabilitas rendah. Dari segi kimia, jenis tanah ini asam dan miskin, lebih
asam dan lebih miskin dari tanah latosol. Untuk keperluan pertanian, jenis tanah
ini perlu pemupukan lengkap dan tindak pengawetan/konservasi.
Berdasarkan sifat-sifat tanah diatas, penetapan kawasan perencanaan
sebagai kawasan agrowisata merupakan suatu langkah yang tepat dan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat setempat khususnya petani. Secara
umum jenis tanah pada tapak cocok dimanfaatkan untuk budidaya tanaman
pertanian. Selain itu ketahanan struktur tanah yang baik juga merupakan
pendukung bagi aktivitas yang akan direncanakan pada kawasan. Konsistensi
tanah yang baik akan memudahkan pembangunan struktur untuk penyediaan
sarana dan prasrana wisata.
Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011-
2031, secara umum Kecamatan Cigugur bukan merupakan kawasan rawan tanah
longsor, tetapi di beberapa kelurahan/desa seperti Cisantana, Sukamulya,
Cileuleuy dan Cigadung, merupakan kawasan yang rawan terkena letusan gunung
berapi. Oleh karena itu diperlukan kawasan penyangga yang dapat melindungi
kawasan tersebut apabila terjadi bencana letusan gunung berapi. Berdasarkan
survey lapang, area yang berpotensi terjadi longsor terutama pada saat musim
hujan berada pada kemiringan curam dan sangat curam. Sehingga tetap diperlukan
upaya konservasi tanah dan air melalui metode vegetatif dan metode mekanik
untuk mengurangi resiko bencana. Metode vegetatif dilakukan dengan
menggunakan tanaman untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh,
mengurangi jumlah dan daya rusak aliran air permukaan dan mengurangi resiko
longsor. Kondisi jenis tanah Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b) (c)


Gambar 9 Kondisi jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Cigugur: (a) regosol,
(b) podsolik dan (c) latosol
Hidrologi
Sistem hidrologi pada lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh
karakteristik badan air terutama oleh daerah aliran sungai yang ada. Terdapat 10
sungai yang mengalir di kawasan Kabupaten Kuningan, 3 sungai sebagai badan
air penerima dan 7 sungai sebagai saluran primer. Badan air penerima terdiri dari
Sungai Cisanggarung, Sungai Ciberes, dan Sungai Cijolang. Sedangkan untuk
saluran primer terdiri dari Sungai Cijangkelok, Sungai Cilangkap, Sungai Cipedak,
Sungai Cilenja, Sungai Cisolok, Sungai Cigarugak, dan Sungai Cipongor. Daerah
27

Aliran Sungai (DAS) yang terdapat pada Kecamatan Cigugur terdiri dari DAS
Cilangkap, DAS Cipongor, dan DAS Cisolok. Peta DAS yang ada di Kecamatan
Cigugur dapat dilihat pada Gambar 12. Peta ini menggambarkan tentang pola
aliran sungai serta penyebaran DAS yang ada di tapak.
Sungai-sungai yang ada di kecamatan ini merupakan sungai-sungai kecil
yang terbentuk di lembah perbukitan desa. Lebar dari aliran sungai yang ada rata-
rata berkisar antara 1-3 meter. Kondisi badan air yang ada relatif baik, hal tersebut
dapat terlihat dari masih terlindunginya badan air dengan rerimbunan pohon yang
merupakan pengikat air hujan dan pengikat air tanah. Selain itu kualitas air sungai
yang ada cukup jernih dan kebersihannya tergolong baik. Kondisi sungai yang ada
dapat dilihat pada Gambar 10.

(a) (b) (c)


Gambar 10 Kondisi sungai yang melintasi Kecamatan Cigugur: (a) kawasan
permukiman, (b) kawasan kebun campuran, (c) kawasan persawahan

Berdasarkan Profil Kecamatan Cigugur tahun 2014, sumber air yang


terdapat di Kecamatan Cigugur berasal dari mata air dengan jumlah 2.005 unit
yang dimanfaatkan oleh 11.847 KK. Masyarakat Kecamatan Cigugur mayoritas
menggunakan mata air yang disalurkan ke rumah-rumah melalui tandon
(penampungan air) yang dibuat banyak lubang untuk beberapa selang pipa
berbagai ukuran, seperti 1 inchi, 2 inchi dan adapula yang menggunakan paralon 4
inchi melalui rumah penduduk. Sumber air untuk kepentingan irigasi pertanian
berasal dari air sungai yang melewati area pertanian. Pada beberapa area pertanian
yang berada di kawasan dataran rendah sudah difasilitasi dengan bendung yang
dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau beton yang terletak melintang pada
sebuah sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke
tempat-tempat yang memerlukan. Secara umum, kondisi distribusi air sungai
menuju lahan pertanian sudah baik. Beberapa kondisi saluran air yang ada dapat
dilihat pada Gambar 11.

(a) (b) (c)


Gambar 11 Kondisi saluran air: (a) mata air Setu Citiis, (b) bak penampungan air
bersih dan (c) saluran drainase
28

Gambar 12 Peta daerah aliran sungai Kecamatan Cigugur


29

Mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih adalah mata air Cipari,
Cipager, Cigugur, Erpah, Cidano, Citiis, Cipamuruyunan dan Curugtenjo. Mata
air yang digunakan sebagai sumber air irigasi yaitu hampir seluruhnya kecuali
Curugsawer, Cipadawaras, Bebera, dan Cigirang. Sedangkan mata air yang
digunakan sebagai sumber air untuk kolam ikan yaitu mata air Cipari, Cipager,
Cigugur, Cidano, Curugsawer, Citiis, Cilukutuk, Curugtenjo, Curug, dan Cigirang.
Kualitas mata air di Kecamatan Cigugur dalam kondisi baik dan dimanfaatkan
sebagai sumber air irigasi, industri, air bersih, kolam ikan, serta MCK, dengan
data sumber mata air tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 Data sumber mata air Kecamatan Cigugur


Lokasi Debit yang Ada (L/dt)
Nama Mata Air
Kelurahan/Desa Min Normal Maks
Cipari Cigugur 40 60 80
Cipager Cigugur 84 127 170
Cigugur Cigugur 39 50 61
Cipariuk Cigugur 10 15 20
Erpah (Palutungan) Cisantana 38 50 62
Cidano Cisantana 15 25 35
Curugsawer Cisantana 6 8 12
Citiis Cileuleuy 37 50 63
Cilukutuk Cileuleuy 21 28 33
Cipamuruyunan Babakanmulya 11 15 19
Cipadawaras Sukamulya 2 - -
Bebera Sukamulya 2 - -
Ciguranten Gunungkeling 12 15 18
Loa I Gunungkeling 15 20 25
Cipicung Gunungkeling 15 20 25
Maraja Gunungkeling 12 15 28
Citu Bedah Gunungkeling 16 20 24
Curugtenjo Winduherang 13 15 17
Curug Winduherang 35 50 65
Cigirang Winduherang 25 35 45
Sumber: Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan Kab. Kuningan (2013)

Drainase yang berada di kawasan perencanaan terbagi menjadi dua yaitu


drainase alami dan drainase buatan. Drainase alami merupakan drainase yang
mengikuti topografi tapak. Air mengalir dari puncak bukit dan teras tegalan
menuju lembah sempit yang terdapat di sela-sela perbukitan menuju arah timur.
Sedangkan drainase buatan yang ada merupakan drainase yang dibuat oleh
masyarakat seperti pada koridor jalan, permukiman dan lahan tegalan.
Kondisi drainase alami yang ada secara umum relatif baik. Hal itu dapat
dilihat dari keberadaan pepohonan yang berfungsi sebagai pelindung badan air
masih terpelihara. Sedangkan kondisi drainase buatan terlihat kurang baik
terutama pada daerah koridor jalan dan permukiman. Penyebab utamanya adalah
sampah-sampah anorganik yang ditemukan pada saluran drainase serta penataan
saluran yang kurang baik. Masyarakat pedesaan belum memiliki perencanaan
dalam mengatur saluran air mereka sehingga mereka mengalirkan limbah rumah
tangganya ke dalam parit-parit yang ada di depan atau di belakang rumah mereka.
30

Iklim
Kondisi iklim diketahui dari data yang didapatkan dari Stasiun Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) Majalengka untuk Kecamatan Cigugur Kabupaten
Kuningan tahun 2015. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, suhu rata-
rata, kelembaban rata-rata dan kecepatan angin selama tahun 2015, sebagaimana
tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10 Data iklim wilayah Kecamatan Cigugur 2015
Curah Kecepatan
Kelembaban
Bulan Suhu (°C) hujan angin
(%)
(mm/bulan) (km/jam)
Januari 26,4 426 87 5
Februari 26,2 380 88 5
Maret 26,9 327 85 5
April 27,3 301 84 4
Mei 27,6 99 78 4
Juni 27,6 0 71 4
Juli 27,2 1 70 5
Agustus 27,6 0,2 66 5
September 28,7 0,5 59 5
Oktober 29,5 0 60 5
November 29,3 94,9 72 4
Desember 27,7 420,3 83 4
Rata-Rata 27,67 170,83 75,25 4,58
Sumber: BMKG Majalengka tahun 2015

Stasiun pengamat iklim BMKG Majalengka mencatat jumlah curah hujan


tahunan Kecamatan Cigugur pada tahun 2015 sebesar 2.049,9 mm dengan rata-
rata curah hujan 170,8 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juni
dan Oktober yaitu sama sekali tidak ada hujan, sedangkan curah hujan tertinggi
tercatat pada bulan Januari sebesar 426. Penyebaran data curah sepanjang tahun
2015 disajikan pada Gambar 13.

500
400
300
mm

200
100
0
Feb

Mei

Sep
Jan

Nop
Des
Apr

Okt
Mar

Jun
Jul
Agt

Gambar 13 Curah hujan tahun 2015


Kisaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2015 berkisar antara
26,2°C – 29,5°C yaitu 27,67°C dengan nilai tertinggi terdapat pada bulan Oktober
sebesar 29,5°C sedangkan nilai terendah terdapat pada bulan Februari sebesar
31

26,2°C. Penyebaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2015 disajikan ada
Gambar 14.

30
29
28
27
°C
26
25
24
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Gambar 14 Suhu rata-rata tahun 2015


Data yang didapat dari BMKG berikutnya adalah data kelembaban.
Kelembaban nisbi (relative humidity) merupakan perbandingan antara
kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air yang
menunjukkan persentase uap air di dalam udara. Berdasarkan data yang diperoleh
kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan kelembaban 88%,
kelembaban terendah terjadi pada bulan September dengan kelembaban 59%.
Tingkat kelembaban standar bagi manusia adalah 40%-75% (Laurie 1986), data
ini menunjukkan bahwa kelembaban di Kecamatan Cigugur masih di atas rata-rata.
Penyebaran data kelembaban sepanjang tahun 2015 disajikan pada Gambar 15.

90
85
80
75
%

70
65
60
55
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Gambar 15 Kelembaban rata-rata tahun 2015


Berdasarkan data kecepatan angin sepanjang tahun 2015 menggambarkan
kecepatan angin terbanyak berkisar antara 4-5 Knot. Kecepatan angin terendah
terdapat pada bulan April, Mei, Juni, November dan Desember sedangkan
kecepatan angin tertinggi pada bulan Januari, Februari, Maret, Juli, Agustus,
September, dan Oktober. Penyebaran data kecepatan angin terbanyak sepanjang
tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan data iklim di atas menunjukkan bahwa lokasi memiliki rata-
rata curah hujan yang tergolong iklim bulan lembab (humid month) menurut
kriteria Oldeman dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm. Berdasarkan
klasifikasi iklim Koppen, Kecamatan Cigugur termasuk ke dalam Tipe Af (iklim
hutan hujan tropis), yaitu suhu bulan terdingin >18°C dan selalu basah dengan
curah hujan setiap bulan rata-rata >60 mm (Handoko, 1995).
32

4
knot
3

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Gambar 16 Kecepatan angin terbanyak tahun 2015
Iklim berpengaruh pada kenyamanan yang dirasakan oleh manusia,
dinyatakan dalam Thermal Humidity Index (THI). THI merupakan perhitungan
tentang tingkat kenyamanan manusia pada suatu suhu dan kelembaban tertentu.
Kisaran suhu dikategorikan nyaman bagi manusia untuk beraktivitas adalah 27°C
-28°C, dengan kelembaban udara berkisar 40-75% (Laurie 1994). Apabila nilai
THI <27, berarti iklim tersebut nyaman untuk daerah tropis. Indeks kenyamanan
manusia (THI) pada tapak dapat dihitung dengan menggunakan rumus THI =
0,8T+(RH.T)/500, dengan RH adalah kelembaban dan T adalah suhu udara.
Berdasarkan data iklim tahun 2015, diperoleh nilai rataan THI Kecamatan
Cigugur sebesar 26,28 yang menunjukkan kawasan ini nyaman (comfort zone),
termasuk untuk kegiatan agrowisata. Untuk lebih lengkapnya, data THI pada
lokasi penelitian sepanjang tahun 2015 disajikan dalam Tabel 11 berikut.

Tabel 11 Nilai THI Kecamatan Cigugur tahun 2015


Bulan T (°C) RH (%) THI
Januari 26,4 87 25,71
Februari 26,2 88 25,57
Maret 26,9 85 26,09
April 27,3 84 26,43
Mei 27,6 78 26,39
Juni 27,6 71 26,00
Juli 27,2 70 25,57
Agustus 27,6 66 25,72
September 28,7 59 26,35
Oktober 29,5 60 27,14
November 29,3 72 27,66
Desember 27,7 83 26,76

Vegetasi
Vegetasi atau tumbuhan dan tanaman merupakan salah satu elemen
lanskap yang menjadi faktor penting dalam perencanaan lanskap. Tumbuhan dan
tanaman tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa
pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah.
Perubahan ini dikarenakan tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan
dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim 2003).
33

Vegetasi yang terdapat di Kecamatan Cigugur diklasifikasikan menjadi


vegetasi pertanian dan vegetasi non-pertanian. Vegetasi pertanian merupakan jenis
tanaman budidaya utama berupa tanaman pangan, tanaman buah, tanaman sayuran,
dan tanaman obat yang dibudidayakan pada lahan sawah dan kebun untuk
kegiatan produksi. Vegetasi non-pertanian didominasi oleh tanaman yang tidak
dibudidayakan secara intensif serta tanaman hutan karena lokasi perencanaan
yang berada di kaki Gunung Ciremai. Selain tanaman hutan, tanaman yang
mendominasi adalah jenis tanaman hias yang dipelihara di pekarangan rumah
sebagai tanaman pekarangan dan tanaman lain yang tumbuh alami. Vegetasi yang
ada sangat berpotensi mendukung perencanaan agrowisata di Kecamatan Cigugur.
Data jenis vegetasi yang ada di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jenis vegetasi di Kecamatan Cigugur


No. Nama Tanaman Nama Latin
Vegetasi Pertanian
1 Padi Oryza sativa
2 Jagung Zea mays
3 Ubi kayu Manihot esculenta
4 Ubi jalar Ipomea batatas
5 Wortel Daucus carota
6 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum
7 Bawang daun Allium fistulosum
8 Tomat Solanum lycopersicum
9 Caisin Brassica chinensis
10 Cabai Capcisum anmum L.
11 Lobak Raphanus sativus
12 Seledri Apium graveolens
13 Buncis Phaseolus vulgaris
14 Talas Colocasia esculenta
15 Mentimun Cucumis sativus
16 Kubis Brassica oleracea
17 Kacang panjang Vigna unguiculata ssp. sesquipedalis
18 Alpukat Persea americana
19 Pepaya Carica papaya
20 Pisang Musa sp.
21 Jeruk nipis Citrus sp.
22 Strawberry Fragaria virginiana
23 Jahe Zingiber officinale
24 Cengkeh Syzygium aromaticum
25 Kopi Coffea
26 Awi (bambu) Gigantochloa apus
Vegetasi Non-pertanian
1 Mahoni Swetenia macrophylla
2 Pinus Pinus mercusii
3 Kaliandra Calliandra callothyrsus
4 Kurai Trema orientale
5 Beunying Ficus fistulosa
6 Bunga bokor Hydrangea sp.
7 Patah tulang Pedilanthus pringlei
8 Euphorbia Euphorbia mili
9 Soka Ixora hybrida
34

Tabel 12 Lanjutan
No. Nama Tanaman Nama Latin
10 Bugenvil Bogenvile sp.
11 Kayu manis Cinnamomum burmannii
12 Teki Cyperus rotundus
13 Glodogan tiang Polyalthia longifolia
14 Kelapa Cocos nucifera
15 Hanjuang Cordyline fruticosa
16 Kamboja Plumeria rubra
17 Nusa indah Mussaenda sp.
18 Kemiri Aleurites moluccana
19 Jati putih Gmelina arborea
20 Kesemek Diospyros kaki
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kab. Kuningan (2015) dan survei lapang
(2016)

Vegetasi pertanian yang ada di Kecamatan Cigugur didominasi oleh


tanaman pangan dan tanaman sayuran. Secara rata-rata lahan sawah digunakan
untuk menanam padi dengan frekuensi tanam 1-2 kali dalam setahun untuk
selanjutnya ditanami jenis tanaman lain seperti kacang-kacangan, jagung atau ubi
kayu. Pada tahun 2015 tercatat produksi tanaman pangan tertinggi di Kecamatan
Cigugur yaitu padi sawah mencapai 11.530 ton dengan luas panen 1.835 ha dan
bawang daun sebesar 3.659 ton dengan luas panen 190 ha. Tanaman buah yang
terdapat di Kecamatan Cigugur beragam, tetapi hanya alpukat, pepaya, pisang,
dan strawberry yang dibudidayakan. Tanaman buah lain hanya ditanam di
pekarangan dan kebun campuran untuk konsumsi masyarakat. Produktivitas
tanaman buah tertingggi yang ditanam di kebun-kebun warga adalah tanaman
pisang (Musa sp.) yaitu sebesar 24 ton dengan luas panen 17 ha.
Berdasarkan survey pada pekarangan di kawasan permukiman di bagian
utara kawasan, penduduk menanaminya dengan tanaman yang menghasilkan buah
seperti jeruk nipis, pepaya, dan alpukat. Pada lahan pertanian di kawasan ini
didominasi oleh sayuran seperti wortel, bawang daun, seledri, dan mentimun.
Sedangkan pada lahan pertanian di bagian selatan kawasan lebih didominasi oleh
tanaman padi, jagung, talas, dan ubi. Kondisi vegetasi pertanian yang ada di
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 17.

(a) (b) (c)


Gambar 17 Kondisi vegetasi pertanian: (a) tanaman bawang daun, (b) tanaman
buah pisang dan (c) tanaman buah kesemek
Vegetasi non-pertanian didominasi oleh tanaman jenis pohon. Pohon pinus,
pohon kaliandra, pohon kurai dan pohon beunying banyak tersebar di kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai dan sekitarnya. Pohon mahoni, pohon kelapa,
35

pohon glodogan tiang, pohon kemiri, dan pohon jati putih banyak tersebar di
seluruh wilayah Kecamatan Cigugur seperti di kebun campuran, di tepi jalan dan
di Taman Hutan Kota. Beberapa vegetasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 18.

(a) (b) (c)


Gambar 18 Kondisi vegetasi non-pertanian: (a) pohon pinus, (b) pohon kelapa dan
(c) pohon nusa indah
Kondisi vegetasi Kecamatan Cigugur sudah cukup baik. Namun masih
banyak yang tidak tertata dan terkesan liar. Apabila dilihat dari segi lanskap dan
estetika maka dapat menimbulkan kesan natural, tetapi hal tersebut dapat
ditingkatkan lagi dengan pemanfaatan kawasan yang lebih baik sehingga dapat
menampilkan kesan estetika yang tinggi dari suasana lingkungan Kecamatan
Cigugur. Pengembangan potensi vegetasi pada kawasan terkait dengan
perencanaan agowisata diklasifikasikan menjadi potensi utama dan potensi
pendukung seperti yang tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Potensi eksisting vegetasi terhadap pengembangan ruang agrowisata
No. Klasifikasi Potensi Potensi Pengembangan Ruang
1 Vegetasi pertanian Utama
a. Tanaman pangan Ruang padi dan palawija
b. Tanaman sayuran Ruang sayur dan buah
c. Tanaman buah-buahan Ruang sayur dan buah
2 Vegetasi non-pertanian Pendukung
a. Tanaman hias Ruang masyarakat
b. Tanaman hutan Ruang penyangga dan
konservasi

Potensi utama adalah potensi vegetasi sebagai objek dan atraksi utama
agrowisata pertanian. Hamparan sawah dan kebun campuran banyak ditemukan di
dalam kawasan sehingga dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi
agrowisata dengan beragam aktivitas di dalamnya. Potensi pendukung adalah
potensi vegetasi dalam membangun kualitas lingkungan (bioengineering) agar
bernilai indah dan berfungsi dengan baik, seperti menurunkan tingkat pencemaran
udara, mengurangi kecepatan angin, meningkatkan ketersediaan air tanah,
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, dan lainnya (Nurisjah 2004).

Satwa
Satwa yang ada di Kecamatan Cigugur terdiri dari satwa yang
dibudidayakan dan dipelihara dalam kegiatan pertanian dan satwa liar yang
mempunyai habitat di lokasi penelitian. Dari hasil pengamatan dan profil desa
yang ada jenis hewan ternak yang terdapat di kecamatan ini yaitu sapi, kerbau,
kuda, kambing, domba, babi, ayam, itik, kelinci, kucing, dan anjing. Jenis ikan
36

yang dibudidayakan pada kolam ikan yaitu ikan gurame, ikan mas, ikan patin,
ikan nila, dan ikan lele. Sedangkan jenis satwa liar yang dijumpai di lokasi yaitu
berbagai jenis burung, ular, kadal kebun, monyet, dan serangga. Hewan ternak
yang ada dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)
Gambar 19 Hewan ternak (a) sapi dan (b) kuda
Hewan ternak dan beberapa jenis satwa liar berpotensi dikembangkan
sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata, seperti aktivitas memberi makan
ternak, memerah susu sapi, membuat kompos dari kotoran ternak, berkeliling desa
dengan kuda, aktivitas budidaya dan memancing ikan, dengan suasana yang masih
alami dengan satwa liar di dalamnya. Potensi eksisting satwa pada kawasan
perencanaan terhadap pengembangan ruang agrowisata dapat dilihat pada Tabel
14.

Tabel 14 Potensi eksisting satwa terhadap pengembangan ruang agrowisata


No. Klasifikasi Potensi Potensi Pengembangan Ruang
1 Satwa ternak Utama
a. Sapi Ruang peternakan
b. Kuda Ruang wisata umum
c. Ikan Ruang perikanan
2 Satwa liar Pendukung
a. Sawah Ruang wisata umum
b. Hutan Ruang wisata umum
c. Habitat alami Ruang wisata umum

Tata Guna Lahan


Berdasarkan daftar penggunaan lahan di wilayah UPT BP3K Cigugur dan
survei lapang, luas wilayah di Kecamatan Cigugur berdasarkan status
penggunaannya diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu sawah dan lahan
kering. Penggunaan lahan sebagai sawah terdiri dari sawah teknis, sawah setengah
teknis dan sawah sederhana. Penggunaan lahan sebagai lahan kering terdiri dari
pekarangan, tegal/kebun, hutan negara, hutan rakyat/kebun, ladang/huma, kolam,
dan lain-lain. Pemanfaatan area di Kecamatan Cigugur yang bervariasi merupakan
potensi utama dalam pengembangan agrowisata. Lahan sawah, pekarangan,
perkebunan, ladang, hutan, dan kolam merupakan penggunaan lahan dengan
kondisi baik yang dapat dijadikan lokasi untuk objek dan atraksi perencanaan
agrowisata. Data penggunaan lahan di Kecamatan Cigugur berdasarkan status
penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 15.
37

Tabel 15 Pola penggunaan lahan di Kecamatan Cigugur


No. Luas
Status Penggunaan
Ha %
1 Lahan Sawah
Sawah teknis 222,24 6,24
Sawah 1/2 teknis 243,25 6,83
Sawah sederhana 89,39 2,51
2 Lahan Kering
Pekarangan 334,42 9,39
Tegal/kebun 71,59 2,01
Hutan negara 1.196,65 33,60
Hutan rakyat/kebun 74,43 2,09
Ladang/huma 1.116,52 31,35
Kolam 7,12 0,20
Lain-lain (jalan, permukiman, perkantoran, dll) 205,14 5,76
Total luas Kecamatan 3.572,23 100,00
Sumber: BP3K Kecamatan Cigugur (2015)

Berdasarkan survey lapang serta olah data citra Landsat (2015) dan Quick
Bird (2015) penggunaan lahan pada kawasan perencanaan terdiri dari belukar,
fasilitas umum, hutan, kebun campuran, permukiman, sawah, semak, tegalan dan
tubuh air. Tutupan lahan pada tapak penelitian direncanakan sesuai dengan tata
guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Kabupaten Kuningan dalam RTRW
Kabupaten Kuningan serta disesuaikan dengan penilaian kriteria tata guna lahan
untuk wisata yang dimodifikasi dari S.K. Menteri Pertanian. Data luas tata guna
lahan Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Luas tata guna lahan Kecamatan Cigugur


Luas
No. Penutupan Lahan
Ha %
1 Belukar 197,53 5,54
2 Fasilitas umum 7,14 0,20
3 Hutan 651,99 18,66
4 Kebun campuran 679,99 19,10
5 Permukiman 392,84 11,03
6 Sawah 603,59 16,95
7 Semak 1,92 0,05
8 Tegalan 1.013,02 28,45
9 Tubuh air 1,01 0,02
Total luas Kecamatan 3.572,23 100,00

Persentase tata guna lahan paling besar adalah lahan tegalan sebesar
28,45%, persentase terbesar kedua adalah kebun campuran sebesar 19,10% dan
hutan sebesar 18,66% termasuk di dalamnya terdapat hutan pemanfaatan dan
konservasi. Sedangkan persentasi terkecil adalah tubuh air dengan persentase
sebesar 0,02%. Lahan dengan persentase sebesar 11,23% berupa pemukiman dan
fasilitas umum dengan beberapa diantaranya berpola linier mengikuti jalan dan
38

yang lainnya berkelompok menyebar di dalam kawasan. Beberapa pemanfaatan


lahan di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 20.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 20 Pemanfaatan lahan Kecamatan Cigugur: (a) sawah, (b) kolam, (c)
tegal/kebun, (d) hutan, (e) permukiman dan (f) lapangan
Keragaman pola pemanfaatan lahan pertanian sebagai objek utama
merupakan potensi bagi kawasan dalam menunjang pemandangan berupa nuansa
alami pedesaan. Pola ruang yang sudah ada saat ini belum direncanakan dan
dimanfaatkan dengan baik serta kurang sesuai dengan tujuan dari RTRW
Kabupaten Kuningan yang akan menjadikan Kecamatan Cigugur sebagai kawasan
agrowisata yang diharapkan. Sehingga perlu dilakukan penataan ruang pada
kawasan yang disesuaikan dengan konsep pengembangan agrowisata yang tetap
menjaga nuansa asli pedesaan sebagai tujuan utama dari objek dan atraksi utama
agrowisata yang akan dikembangkan. Persebaran pola tata guna lahan yang ada di
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 21.

Fasilitas dan Utilitas


Fasilitas dan utilitas wisata merupakan aspek penting untuk mendukung
fungsi ruang dan sebagai salah satu faktor penentu terciptanya keamanan dan
kenyamanan pengunjung dalam suatu tapak. Berdasarkan hasil pengamatan,
fasilitas yang tersedia di Kecamatan Cigugur mayoritas adalah fasilitas umum
untuk kegiatan masyarakat. Belum ada fasilitas khusus yang dapat menunjang
kegiatan agrowisata. Hal ini karena Kecamatan Cigugur belum dikembangakan
secara maksimal oleh pemerintah daerah sebagai daerah wisata pertanian.
Beberapa fasilitas dan utilitas untuk kepentingan wisata yang sudah tersedia
yaitu gapura desa, area parkir, penginapan dan tempat ibadah, namun dengan
jumlah yang sedikit, kondisi kurang terawat, dan penyebarannya belum merata di
seluruh kelurahan/desa. Fasilitas yang tersedia pada tapak didominasi oleh
fasilitas umum untuk kepentingan sosial kemasyarakatan seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 17. Pada beberapa lokasi terdapat fasilitas kegiatan alam, selain
itu terdapat beberapa fasilitas penunjang lainnya untuk kegiatan wisata alam. Hal
tersebut dikarenakan kawasan Kecamatan Cigugur memiliki banyak lokasi wisata
39

Gambar 21 Peta tata guna lahan Kecamatan Cigugur


40

alam yang dapat diamanfaatkan dengan mudah oleh masyarakat tanpa banyak
merubah bentukan lanskap alami tapak, sehingga masyarakat sekitar berusaha
untuk memenuhi fasilitas tersebut. Beberapa fasilitas umum yang ada di
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 22.

Tabel 17 Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Cigugur


Jenis Jumlah Keterangan
Pemerintah 10 Terdiri dari 5 Kantor Kelurahan dan 5 Kantor
Kelurahan/Desa Desa
Trasportasi 270 Terdiri dari angkutan perdesa/kelurahan 106
umum unit, ojek 130 unit, truck umum 30 unit, dan
delman 4 unit.
Pendidikan 121 Terdiri dari 18 Paud, 11 TK, 24 SD, 7 SLTP,
6 SLTA, 1 Perguruan Tinggi
Kesehatan 75 Terdiri dari 1 Puskesmas, 3 Puskesmas
pembantu, 10 Poskesdes, 8 Balai pengobatan
swasta, 52 Posyandu, dan 1 Rumah Sakit
Penginapan 137 Terdiri dari 1 Hotel, 8 kontrakan rumah, dan
128 persewaan kamar
Tempat ibadah 147 Terdiri dari 30 Masjid, 112 Mushola, dan 5
Gereja
Perekonomian 86 Terdiri dari 1 Bank, 10 Lembaga Keuangan
Non KUD, 4 Pasar Swalayan, dan 71
Toko/Kios
Keamanan 172 Terdiri dari 84 Poskamling, 75 kelompok
Siskamling, dan 13 pos satpam
Kebersihan 8 Terdiri dari 3 truck pengangkut sampah, 2
gerobak sampah, dan 3 lokasi cakupan
pelayanan sampah
Sumber : Profil Kecamatan Cigugur (2014)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 22 Fasilitas umum: (a) poskamling, (b) kantor desa, (c) mushola, (d)
sekolah, (e) gapura desa dan (f) area parkir
41

Selain fasilitas, utilitas yang terdapat pada tapak beberapa diantaranya


berupa jaringan jalan, jaringan listrik, air, dan PDAM. Pengembangan suatu
konsep pariwisata tentunya harus melihat sumberdaya yang telah ada. Salah
satunya adalah sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan wisata itu
sendiri. Berdasarkan Tabel 17, Kecamatan Cigugur sudah memiliki sarana dan
prasarana umum yang cukup memadai, tetapi perlu adanya penambahan dan
peningkatan fasilitas serta utilitas yang lebih spesifik pada kawasan yang akan
dikembangkan sebagai agrowisata sesuai dengan kebutuhan aktivitas pengunjung.

Kualitas Visual
Aspek visual yang terdapat di dalam kawasan perencanaan yaitu bad view
dan good view. Kecamatan Cigugur terletak di kaki Gunung Ciremai, daerah yang
relatif berbukit dan memiliki pemandangan indah dan potensial berupa view alam
yang asri. Kawasan ini posisinya strategis sehingga memungkinkan untuk melihat
pemandangan lembah dan borrowing view berupa Gunung Ciremai dari titik
pandang yang baik. Good view yang ada juga ditunjukkan dengan pemandangan
alam berupa hamparan tanaman sayuran yang ditata mengikuti kontur, lembah dan
perkampungan di lereng gunung, dapat dilihat pada Gambar 23. Keberadaan
pemandangan (scenery) dan suasana alam perdesaan dengan iklim yang sejuk
merupakan suatu potensi tinggi untuk menarik wisatawan sebagai objek wisata
berbasis pertanian.

Gambar 23 Good views yang terdapat pada tapak penelitian

Faktor kebersihan sangat menentukan tingkat kenyamanan dan keindahan


pada kawasan wisata. Tingkat keberlanjutan lingkungan kawasan wisata juga
dipengaruhi oleh hal kebersihan ini. Berdasarkan pengamatan di lapang,
tumpukan sampah masih sering dijumpai menumpuk di beberapa lokasi seperti
dekat dengan area pertanian ataupun pemukiman. Selain itu kondisi visual bad
42

view yang terdapat di sekitar kawasan berupa perkebunan yang tidak ditata,
peternakan yang banyak didirikan di pinggir jalan sehingga menimbulkan kesan
kumuh, selain itu banyak ditemukan selang-selang untuk mengalirkan air dari bak
penampungan menuju rumah warga, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24.
Kondisi jalan rusak dan fasilitas umum yang tidak dirawat dapat mengurangi
kenyamanan pengunjung yang datang. Diperlukan penataan ulang agar dapat
mendukung kondisi visual good view yang sudah ada serta penyediaan fasilitas
tempat sampah untuk mengurangi permasalahan sampah di dalam kawasan agar
dapat meningkatkan kesehatan, keindahan, serta kenyamanan berwisata.

Gambar 24 Bad views yang terdapat pada tapak penelitian

Aksesibilitas
Kabupaten Kuningan adalah salah satu kabupaten yang terletak di sebelah
timur Jawa Barat, tepatnya di lereng Gunung Ciremai. Dilihat dari posisi
geografisnya, Kabupaten Kuningan berada pada lintasan jalan regional yaitu jalan
yang menghubungkan Kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai
jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung – Majalengka dengan
Jawa Tengah. Aksesibilitas di Kabupaten Kuningan bertumpu pada jalan utama
yaitu jalan arteri, adalah jalur jalan Kuningan-Cirebon dan Kuningan-Ciamis.
Pola pergerakan wisatawan di Kabupaten Kuningan dimulai dari pintu
gerbang utama yaitu dari pintu Cirebon sebelah Utara dengan tujuan wisatawan
dari arah Jakarta, Indramayu, Cirebon dan Jawa Tengah, sedangkan pintu gerbang
penunjang terdiri dari Pintu Gerbang Penunjang Majalengka di sebelah Barat
dengan tujuan wisatawan dari Bandung dan Majalengka, Pintu Gerbang
Penunjang Ciamis di sebelah Selatan dengan tujuan wisata dari arah Ciamis dan
Tasikmalaya, Pintu Gerbang Jawa Tengah di sebelah Timur dengan tujuan wisata
dari arah Jawa Tengah. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 25.
43

Gambar 25 Peta aksesibilitas Kabupaten Kuningan


Sumber: Rippda Kabupaten Kuningan (2015)

Sarana perhubungan antara Kecamatan Cigugur dengan Kecamatan lain di


sekitarnya cukup lancar, hal ini disebabkan letak Kecamatan Cigugur Kabupaten
Kuningan berbatasan dengan Kota Kuningan sehingga ditunjang oleh sarana
transportasi umum yang baik dengan keadaan jalan yang layak. Akses masuk
yang ada di wilayah Kecamatan Cigugur terdiri dari tiga jalur yaitu jalur dari arah
Kabupaten Ciamis melalui Kelurahan Cigadung, jalur dari arah Kota Kuningan
melalui Kelurahan Cigugur, dan jalur dari arah Kabupaten Cirebon melalui Desa
Gunungkeling. Jenis transportasi umum yang dapat mengakses Kecamatan
Cigugur dapat dilihat pada Gambar 26.

(a) (b) (c)


Gambar 26 Jenis transportasi umum yang dapat mengakses Kecamatan Cigugur:
(a) angkutan pedesaan, (b) bus dan (c) ojek

Pengunjung dapat mencapai kecamatan ini dengan berbagai jenis


kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kendaraan umum
yang tersedia berupa angkutan pedesaan (angkot) dan ojek, sedangkan angkutan
pribadi yang memungkinkan untuk melalui Kecamatan Cigugur yaitu sepeda
44

motor, mobil, dan bus dengan ukuran sedang serta besar. Pengunjung yang
menggunakan kendaraan pribadi dapat menggunakan baik jalan kolektor primer
maupun jalan lokal. Apabila menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat
menaiki kendaraan angkot 02 dengan rute perjalanan dari Jalan Pramuka sampai
Kedugede, angkot 09 dengan rute perjalanan dari Jalan Pramuka sampai
Kelurahan Cigugur, angkot 15 dengan rute perjalanan dari Pusat Kota Kuningan
sampai Desa Puncak, serta angkot 16 dengan rute perjalanan dari Pusat Kota
Kuningan sampai Desa Cisantana. Berdasarkan survey lapang, jumlah kendaraan
umum yang ada di kecamatan ini terbatas dan tidak beroperasi selama satu hari
penuh, sehingga dapat menjadi kendala bagi pengunjung dalam hal jarak tempuh
menuju kawasan.
Secara umum kondisi jalan yang ada di Kecamatan Cigugur sudah baik
dan beraspal. Lebar badan jalan kabupaten sudah mencapai 6-8 meter, sedangkan
pada jalan desa hanya berkisar antara 3-5 meter. Kondisi jalan-jalan desa relatif
bagus meskipun masih ada yang belum beraspal di beberapa lokasi. Kondisi jalan
yang ada di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 27.

(a) (b) (c)


Gambar 27 Kondisi jalan yang melintasi Kecamatan Cigugur: (a) jalan kolektor
primer, (b) jalan lokal dan (c) jalan desa
Meskipun akses jalan menuju Kecamatan Cigugur sudah dalam kondisi
baik, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mengurangi kenyamanan pengguna
jalan. Beberapa diantaranya yaitu kurangnya fasilitas penerangan berupa lampu
jalan, pedestrian, serta tanaman pengarah. Pada Tabel 18 dijelaskan analisis
aksesibilitas Kecamatan Cigugur secara lebih rinci dan peta aksesibilitas
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 28.

Tabel 18 Analisis aksesibilitas Kecamatan Cigugur


Kondisi Analisis
Solusi
Jalan Potensi Kendala
Fasilitas jalan - Kurangnya fasilitas Perlu penambahan fasilitas
pendukung jalan, pendukung jalan seperti
terutama pada jalan lampu jalan, papan
lokal/jalan desa pengarah, signage, serta
jalur pedestrian khususnya
pada kawasan yang
merupakan akses
wisatawan
Akses masuk Terdapat tiga akses Kurangnya angkutan Memanfaatkan jalan utama
dan jalur masuk ke dalam umum yang melintasi sebagai pintu masuk dan
wisatawan tapak seluruh desa atau keluar pengguna kawasan
45

Tabel 18 Lanjutan
Kondisi Analisis
Solusi
Jalan Potensi Kendala
kelurahan yang ada wisata, menambahkan
sarana angkutan umum
khusus untuk wisatawan
Badan jalan Dilalui oleh jalan Tidak semua area Meningkatkan kualitas
kabupaten dengan jalan memiliki jalan dengan memperbaiki
kondisi baik, pedestrian jalan yang rusak dan
beraspal, lebar jalan Lebar jalan lokal/jalan melakukan pelebaran
4-8 meter yang desa tidak seluruhnya jalan, membuat pedestrian
sudah memenuhi memenuhi standar di sekitar jalan utama
standar, sebagian dan kriteria yang
besar jalan lokal sesuai
sudah beraspal
Pohon Sudah ada pohon Jalan desa langsung Menambahkan dan
pelindung dan pengarah, tetapi bersentuhan dengan menata kembali vegetasi
pengarah jalan tidak ditanam di permukiman sehingga yang dapat dimanfaatkan
seluruh jalan, tidak ada lahan untuk sebagai peneduh,
vegetasi di pohon pelindung pengarah, maupun
pinggiran jalan Pohon pelindung yang berfungsi estetik di sisi
didominasi rumput ada tidak tertata jalan utama yang
liar dan alang-alang dengan baik mendukung konsep
agrowisata

Aspek Sosial dan Budaya

Demografi Penduduk
Menurut data Kecamatan Cigugur dalam Angka tahun 2016, jumlah
penduduk Kecamatan Cigugur adalah 45.879 jiwa, dengan presentase laki-laki
51% (23.552 jiwa) dan perempuan 49% (22.327 jiwa). Berdasarkan umur, jumlah
penduduk berusia 0-4 tahun adalah 3.637 jiwa (7,93%), usia 5-14 tahun adalah
7.827 jiwa (17,08%), usia 15-19 tahun adalah 3.710 jiwa (8,09%), usia 20-39
tahun adalah 14.418 jiwa (31,43%), dan usia 40 tahun ke atas adalah 16.287 jiwa
(35,5%). Mayoritas penduduk Kecamatan Cigugur beragama Islam (89,76%) dan
sisanya adalah Kristen (4,08%), Katholik (0,81%), Hindu (0,003%), Budha
(0,008%) serta agama kepercayaan (0,7%). Agama kepercayaan yang ada di
kecamatan ini adalah kepercayaan Sunda Wiwitan yang merupakan suatu aliran
kepercayaan masyarakat Sunda yang masih mengukuhi, mempercayai dan
mengamalkan keyakinan ajaran spiritual kesundaan. Hal tersebut membuat
Kecamatan Cigugur menjadi suatu wilayah yang multireligi dan memiliki ciri
khas yang berbeda dari daerah lain di Kabupaten Kuningan khususnya dalam
aspek sosial dan budaya.
Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cigugur yang merupakan
lulusan sekolah yaitu sebanyak 21.617 jiwa masih tergolong rendah dan
didominasi oleh masyarakat yang hanya tamat sekolah dasar (36,5%) dan sekolah
menengah pertama atau sederajat (33,71%). Sisanya merupakan tamatan sekolah
menegah atas atau sederajat (24,12%) dan perguruan tinggi (5,64%). Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 19.
46

Gambar 28 Peta aksesibilitas Kecamatan Cigugur


47

Tabel 19 Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Cigugur


Sekolah
Kelurahan/Desa Jumlah
SD SLTP SLTA PT
Cigugur 1.767 784 2.293 643 5.487
Sukamulya 285 687 1.027 112 2.111
Cipari 670 670 236 82 1.658
Cigadung 957 952 563 150 2.622
Winduherang 300 284 200 61 845
Cisantana 1.295 1.296 233 52 2.876
Gunungkeling 296 295 148 28 767
Cileuleuy 820 820 208 42 1.890
Babakanmulya 628 628 156 25 1.437
Puncak 873 873 152 26 1.924
Sumber: Profil Kecamatan Cigugur (2014)

Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia


Kecamatan Cigugur masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya biaya untuk pendidikan dan kurangnya semangat belajar bagi sebagian
masyarakat meskipun mereka sangat mengerti arti penting dari pendidikan.
Masyarakat yang sudah beranjak usia produktif biasanya tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi seperti SLTA atau Perguruan Tinggi, tetapi
masyarakat lebih memilih untuk bekerja. Jika dilihat dari jenis mata pencaharian,
sebagian besar penduduk Kecamatan Cigugur bekerja sebagai petani. Jenis mata
pencaharian penduduk Kecamatan Cigugur dapat dilihat secara rinci pada Tabel
20. Selain petani, penduduk Kecamatan Cigugur juga banyak yang berprofesi
sebagai wiraswasta dan peternak. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian,
peternakan dan perdagangan merupakan sektor penting sebagai penggerak
perekonomian masyarakat.

Tabel 20 Jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Cigugur


No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Tani 3.826
2 Buruh Tani 3.767
3 Ternak 2.452
4 Dagang 1.222
5 PNS 1.540
6 TNI/Polri 277
7 Wiraswasta 2.527
8 Pensiunan 583
9 Karyawan Swasta 2.147
10 Jasa 214
11 Lainnya 532
Sumber: Profil Kelurahan dan Desa (2015)

Sistem mata pencaharian masyarakat Cigugur mengalami perkembangan


dan perubahan dari waktu ke waktu, khususnya perubahan sistem mata
pencaharian dari agraris (bertani) menjadi non-agraris (berdagang, wiraswasta,
home industry, buruh dan lainnya). Selain karena menurunnya tingkat
48

kesejahteraan petani yang ada di kecamatan ini, salah satu penyebab lainnya
adalah mulai berkembangnya pariwisata di kecamatan ini sehingga banyak
masyarakat sekitar yang mencoba profesi baru seperti berdagang. Makanan ringan,
terutama makanan khas Cigugur yaitu tape ketan menjadi salah satu yang paling
dicari oleh pengunjung untuk dijadikan oleh-oleh. Hal tersebut menjadikan
banyak home industry makanan yang memproduksi makanan ciri khas kecamatan
ini.
Berdasarkan Profil Kecamatan Cigugur tahun 2014, terdapat 42 Usaha
Kecil Menengah (UKM) dan koperasi yang ada di kecamatan ini. Beberapa UKM
yang merupakan home industry tersebar di Kelurahan Cigugur yaitu koperasi
pengolahan susu sapi dan pengrajin tape, Kelurahan Cipari yaitu konveksi dan
pabrik boneka, Kelurahan Winduherang yaitu penggilingan tepung dan pembuatan
gypsum, Kelurahan Cigadung yaitu pengrajin tahu, pengrajin ketempling,
penggilingan tepung, pembuat gypsum dan peternak sapi, serta Kelurahan
Sukamulya yaitu waserba. Berdasarkan survey lapang, terdapat home industry
lainnya yaitu keripik pisang, gemblong, dan cinderamata khas Cigugur yaitu hasil
kerajinan tangan berupa batik khas Cigugur dan kerajinan pahatan kayu. Khusus
untuk pengrajin batik khas Cigugur, berlokasi di Kelurahan Cigugur yaitu pada
masyarakat adat paseban. Sedangkan kerajinan pahatan kayu berada di Kelurahan
Babakanmulya dengan memanfaatkan limbah kayu yang didapat dari hutan.
Beberapa produk industri yang ada tersebut baik industri yang dimiliki koperasi
maupun industri rumahan (home industry) dapat dilihat pada Gambar 29.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 29 Produk home industry khas Kecamatan Cigugur: (a) olahan susu sapi,
(b) tape ketan, (c) ketempling, dan (d) cinderamata kayu
49

Kesenian dan Kebudayaan


Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Kuningan yang masih mempertahankan kesenian dan kebudayaan lokal khas
sunda peninggalan masa kerajaan. Kesenian dan kebudayaan khas Sunda di
Kecamatan Cigugur berpusat di Kelurahan Cigugur, yaitu di lingkungan Gedung
Paseban Tri Panca Tunggal yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Nasional. Di sekitar gedung ini terdapat kelompok Masyarakat Adat Cigugur yang
masih melestarikan adat istiadat yang sarat akan nilai-nilai luhur hubungan
manusia dengan alam. Masyarakat tersebut memiliki akar budaya lokal yang
sangat erat kaitannya dengan pola hidup selaras dengan paradigma ecosentrisme.
Budaya lokal yang dimiliki menjadi manifestasi ide dan perilaku masyarakat adat
Cigugur yang sarat akan nilai-nilai kearifan ekologis. Bentuk budaya lokal yang
dimiliki masyarakat adat Cigugur secara spesifik berupa nilai, norma, kepercayaan,
tradisi, dan sangsi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Lingkungan sekitar
berupa sawah, hutan, dan gunung menjadikan mereka bertindak secara arif dalam
berinteraksi dan beradaptasi dengan alam. Gedung Paseban Tri Panca Tunggal
dapat dilihat pada Gambar 30.

(a) (b)
Gambar 30 Gedung Paseban Tri Panca Tunggal: (a) tampak luar gedung dan (b)
tampak dalam gedung
Terdapat beberapa tradisi dan kesenian yang masih kuat dipertahankan
oleh masyarakatnya diantaranya ritual adat Seren Taun, Tari Buyung dan
Angklung Buncis, Goong Renteng, dan beberapa kesenian lainnya. Kebudayaan
yang menyangkut pertanian adalah ritual adat Seren Taun. Seren Taun merupakan
tradisi rutin masyarakat adat Cigugur yang diselenggarakan setiap tanggal 22
Rayagung sebagai bulan terakhir dalam perhitungan kalender Sunda. Tujuan
diselenggarakannya Seren Taun adalah sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat
adat Cigugur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap hasil panen yang
melimpah. Makna seren berarti menyerahkan dan taun bermakna tahun yang
terdiri atas dua belas bulan. Secara istilah Seren Taun diartikan sebagai upacara
penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta
memohon berkah dan perlindungan-Nya untuk tahun yang akan datang.
Rangkaian ritual upacara Seren Taun cukup panjang, dengan rangkaian prosesi
adat damar sewu (acara pembuka), pesta dadung, seribu kentongan, penanaman
pohon, nyiblung dan dayung buyung, helaran (pawai budaya), gondang, kidung
spiritual, dan ngareremokeun. Beberapa rangkaian tersebut dapat dilihat pada
Gambar 31.
50

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 31 Ritual upacara adat Seren Taun: (a) arak-arakan, (b) pertunjukkan tari
buyung, (c) pertunjukkan angklung buncis dan (d) acara penumbukan
padi
Puncak acara Seren Taun diisi dengan menampilkan sejumlah kesenian
tradisional masyarakat Sunda. Seperti di antaranya tari buyung, angklung buncis,
serta beberapa kegiatan inti rangakaian puncak upacara bernuansa seni budaya
tradisional menarik lainnya. Aneka kesenian tradisional tersebut ditampilkan di
tempat terbuka di ruas jalan raya depan gedung Paseban Tri Panca Tunggal.
Penampilan aneka seni tradisional itu, sekaligus sebagai penyambut acara
ngajayak yaitu menyambut dan menjemput iring-iringan kelompok masyarakat
pembawa padi hasil panen ke gedung paseban. Upacara ini melibatkan seluruh
masyarakat Kecamatan Cigugur khususnya Masyarakat Adat Cigugur, dilakukan
setiap tahun untuk ritual serta menjadi atraksi wisata yang menarik bagi
pengunjung baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Aspek Legal

Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Kuningan


Perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur sebagai kawasan agrowisata
disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 26 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan
tahun 2011-2031 yang sudah disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang penataan ruang.
Kabupaten Kuningan memiliki tujuan, kebijakan serta strategi penataan
ruang wilayah yang dilihat dari potensi lingkungannya. Salah satu kebijakan
51

tersebut adalah pengembangan kawasan pariwisata berbasis potensi alam dan


karakteristik lokal dengan strategi mengembangkan kawasan agrowisata. Dalam
RTRW Kabupaten Kuningan, dijelaskan bahwa Kecamatan Cigugur memiliki
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat kegiatan pariwisata,
agropolitan, agroindustri, agribisnis, pengolahan hasil pertanian, peternakan,
kehutanan dan kawasan lindung. Dijelaskan pula bahwa pada kawasan lindung,
diperbolehkan melakukan kegiatan pertanian tanaman semusim atau tahunan yang
disertai tindakan konservasi dan agrowisata, diperbolehkan melakukan kegiatan
perkotaan berupa kegiatan rekreasi dan olahraga alam, serta diperbolehkan secara
terbatas kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya terbangun
penunjang kawasan. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam pengembangan
kawasan agrowisata di Kecamatan Cigugur sesuai dengan RTRW Kabupaten
Kuningan.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Kuningan


Dalam pengembangan kawasan wisata Kabupaten Kuningan, menurut
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten
Kuningan tahun 2008-2015, Rencana Struktur Tata Ruang Pariwisata Kabupaten
Kuningan akan terbagi menjadi 3 zonasi, yang didalamnya terdiri dari beberapa
Satuan Kawasan Wisata (SKW). Pembagian zonasi pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Kuningan tersebut terdiri dari zona inti, zona
penyangga dan zona pelayanan. Zona inti merupakan main attraction suatu objek
daya tarik wisata dan aktivitas utama yang harus dilengkapi dengan fasilitas utama.
Zona penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung. Sedangkan zona pelayanan, suatu area pusat
aktivitas dan fasilitas pendukung seperti jaringan infrastruktur dasar, akses
fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya. Berdasarkan pembagian zonasi
dalam RIPPDA Kabupaten Kuningan tersebut, Kecamatan Cigugur termasuk ke
dalam zona inti, yaitu pusat kegiatan pariwisata (main attraction).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Kuningan


Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Kuningan tahun 2014-2018, visi Kecamatan Cigugur yaitu “Cigugur
sebagai daerah wisata, budaya dan religi yang berorientasi kepada Agropolitan
dan Agrowisata dalam suasana mandiri, agamis, dan sejahtera”. Dalam upaya
untuk mewujudkann visi tersebut, Kecamatan Cigugur menyusun strategi yaitu
memantapkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumberdaya air,
diversifikasi pangan dan pengembangan wisata serta agrowisata. Dengan adanya
peraturan dan kebijakan tersebut maka perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur
sebagai kawasan agrowisata dapat dilakukan sesuai dengan arahan.

Aspek Objek Daya Tarik

Aspek penting dalam merencanakan daerah agrowisata salah satunya


adalah tersedianya objek dan atraksi yang mampu dijual kepada pengunjung.
Menurut Yoeti (2005) syarat yang harus dimiliki oleh objek dan atraksi tersebut
yaitu something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat oleh pengunjung,
52

something to do yaitu kegiatan apa saja yang dapat dilakukan pengunjung dan
something to buy sebagai apa saja yang mampu dibeli di tempat tersebut.
Kecamatan Cigugur memiliki bermacam-macam objek dan atraksi wisata
yang berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata.
Berdasarkan survei lapang, potensi objek dan atraksi wisata tersebut terdiri dari
aspek karakter lanskap alam, pertanian, peternakan, perikanan, serta objek wisata
pendukung.

Lanskap Alam
Keunikan karakter lanskap alam Kecamatan Cigugur dan pesona di
dalamnya menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Lanskap alam
yang mendukung seperti Taman Nasional Gunung Ciremai, suasana pedesaan dan
pertanian dapat dinikmati dengan mudah oleh pengunjung. Lokasinya yang berada
di dataran tinggi membuat Kecamatan Cigugur memiliki pemandangan alam yang
indah dengan bentangan alam berbukit-bukit yang dapat berpotensi sebagai atraksi
wisata. Selain keadaan alam fisik tersebut, Kecamatan Cigugur juga memiliki
potensi flora dan fauna yang dapat menjadi objek/atraksi dalam agrowisata.

Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor utama di Kecamatan Cigugur karena
sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani yang
melakukan budidaya pertanian beragam, seperti pertanian tanaman pangan,
tanaman buah-buahan, dan tanaman sayuran. Sektor pertanian pangan merupakan
sektor yang mendominasi di area pertanian Kecamatan Cigugur. Data komoditas
pertanian pangan tiap kelurahan/desa disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21 Komoditas pertanian pangan tiap kelurahan/desa


Kelurahan/Desa Komoditas Pertanian
Cigugur Padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar,
bawang daun
Sukamulya Padi sawah
Cipari Padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ub jalar,
bawang daun
Cigadung Padi sawah
Winduherang Padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau
Cisantana Padi sawah, padi ladang, jagung, ubi jalar, kentang, kubis,
bawang daun, tomat, buncis, sawi, wortel
Gunungkeling Padi sawah, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar,
bawang merah, cabe
Cileuleuy Padi sawah
Babakanmulya Padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar, kubis, bawang daun, tomat,
buncis, sawi, wortel
Puncak Padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar, kubis, bawang daun, tomat,
buncis, wortel
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan (2015)
53

Tabel 21 menunjukkan bahwa komoditas yang dikembangkan di setiap


kelurahan/desa adalah padi sawah. Komoditas lain yang banyak dikembangkan
selain padi adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan
bawang daun. Komoditas pertanian yang telah dikembangkan saat ini harus
dipertahankan karena berpotensi sebagai identitas atau komoditas khas dari
Kecamatan Cigugur sebagai kawasan agrowisata. Komoditas yang dapat
dipertahankan adalah komoditas yang memiliki produktivitas tinggi, karena hal ini
dapat menunjukkan bahwa komoditas tersebut dapat berkembang dengan baik di
Kecamatan Cigugur. Data produksi dan produktivitas pertanian Kecamatan
Cigugur disajikan dalam Tabel 22.
Area pertanian yang terhampar luas di Kecamatan Cigugur dapat menjadi
daya tarik wisata seperti pada Gambar 32. Kegiatan yang dapat dilakukan
bermacam-macam, diantaranya kegiatan bertani seperti mempersiapkan lahan,
mananam tanaman pertanian, memanen hasil pertanian, dan belanja hasil
pertanian merupakan atraksi yang menarik untuk dilakukan. Selain pertanian
pangan dan sayuran, terdapat budidaya tanaman buah-buahan yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek daya tarik agrowisata yaitu buah
strawberry yang berada di Desa Cisantana. Di lokasi ini pengunjung tidak hanya
dapat menikmati pemandangan saja tetapi dapat memetik hasil buah strawberry
apabila sudah siap panen. Selain itu di lokasi ini juga terdapat rumah makan yang
menyediakan berbagai macam makanan dan minuman hasil olahan buah
strawberry. Selain buah strawberry, masyarakat Kecamatan Cigugur pada
beberapa desa/kelurahan melakukan budidaya tanaman alpukat, jeruk nipis,
kesemek, pisang, dan pepaya dengan skala kecil.

Tabel 22 Data luas panen, produktivitas dan produksi pertanian Kecamatan


Cigugur tahun 2015
Komoditas Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Kw/Ha) (ton)
Padi sawah 1.835 63 11.506
Padi ladang 3 30 9
Jagung 204 45 915
Kacang tanah 53 121 6.400
Kacang hijau 37 150 5.550
Ubi kayu 52 150 780
Ubi jalar 13 151 196
Bawang merah 5 100 50
Cabe 5 110 55
Kentang 1 155 15
Kubis 8 192 153
Bawang daun 190 193 3.659
Tomat 6 137 82
Buncis 60 150 4
Kembang kol 5 190 95
Sawi 19 185 351
Wortel 32 176 563
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan (2015)
54

(a) (b) (c)


Gambar 32 Potensi objek dan atraksi wisata di Kecamatan Cigugur: (a) pertanian
pangan, (b) pertanian sayuran dan (c) pertanian buah
Peternakan
Selain tanaman pertanian, Kecamatan Cigugur memiliki potensi
peternakan yang cukup besar. Sektor peternakan yang ada di kecamatan ini
mengembangkan beberapa komoditas ternak seperti sapi perah, sapi potong,
kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam petelor, ayam pedaging, itik dan
kuda yang tersebar hampir di seluruh kelurahan/desa. Data penyebaran lokasi dan
jumlah populasi ternak di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Data penyebaran jenis dan jumlah populasi ternak Kecamatan Cigugur
Kelurahan/Desa Jenis Ternak Jumlah
Populasi
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Sapi perah 5.044
Cisantana, Cigugur, Cipari, Gunungkeling
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Sapi potong 59
Cisantana, Cigugur, Cipari
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Kerbau 77
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari
Cipari, Cisantana, Puncak, Sukamulya, Kambing 1.341
Winduherang, Cigugur
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Domba 2.565
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari,
Winduherang, Gunungkeling
Cisantana, Cigugur Babi 3.493
Cigadung, Sukamulya, Cileuleuy, Puncak, Ayam buras 2.226
Babakanmulya, Cisantana, Cigugur, Cipari,
Winduherang, Gunungkeling
Puncak, Cisantana, Winduherang Ayam petelor 6.300
Cigadung, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya, Ayam pedaging 101.000
Cisantana, Cigugur, Cipari, Winduherang,
Gunungkeling
Cigadung, Cileuleuy, Babakanmulya, Itik 590
Gunungkeling
Cigadung Kuda 10
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan (2015) dengan
pengolahan
55

Berdasarkan Tabel 23, hewan ternak yang paling berpotensi dijadikan


sebagai objek daya tarik agrowisata adalah sapi perah. Budidaya sapi perah di
Kecamatan Cigugur sudah dilaksanakan sejak tahun 1979 dengan pengelolaan
yang dilakukan secara tradisional dan tergolong peternakan rakyat. Produksi susu
yang dihasilkan dari peternak ditampung oleh koperasi yang selanjutnya akan
didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu dan dipasarkan ke wilayah
Kabupaten Kuningan dan sekitarnya. Koperasi Peternak Sapi yang ada di
Kecamatan Cigugur terpusat di Kelurahan Cigugur, yaitu Koperasi Karya
Nugraha, Koperasi Saluyu dan Koperasi Larasati. Dari ketiga koperasi tersebut,
Koperasi Karya Nugraha dan Koperasi Larasati sudah mengembangkan kegiatan
peternakan menjadi agrowisata. Aktivitas agrowisata yang sudah ada dan yang
dapat dikembangkan yaitu memberi makan ternak, memerah susu sapi, membuat
kompos dari kotoran ternak, mengikuti kegiatan produksi dan belanja produk
olahan hasil ternak sapi perah yaitu susu, yoghurt, dan masker kefir. Potensi objek
dan atraksi agowisata peternakan sapi dapat dilihat pada Gambar 33.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 33 Potensi objek dan atraksi agrowisata peternakan sapi: (a) memberi
makan ternak, (b) memerah susu sapi, (c) mengikuti kegiatan produksi
pengolahan susu dan (d) menikmati produk olahan susu sapi
Perikanan
Berdasarkan data dari UPT BP3K Cigugur, potensi pengembangan usaha
perikanan hampir di setiap wilayah binaan penyuluh pertanian masih belum dapat
dioptimalkan dengan luas areal sebesar 54,52 ha. Saat ini petani belum mengarah
kepada kegiatan bisnis perikanan yang menjadi usaha utama, tapi hanya sebagai
56

usaha sampingan dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk memenuhi


kebutuhan rumah tangga. Beberapa jenis ternak ikan yang ada di Kecamatan
Cigugur yaitu ikan patin, ikan nila, ikan gurame, dan ikan mas. Terdapat beberapa
lokasi perikanan berupa kolam pembibitan dan pemancingan yang ada di
Kecamatan Cigugur yaitu di Kelurahan Cigadung, kolam pemancingan di Desa
Cileuleuy dan Desa Cisantana. Kolam pembibitan dan pemancingan yang ada di
Cigadung dikelola oleh Paguyuban Gemilang, sedangkan kolam pemancingan
yang ada di Desa Cileuleuy dan Cisantana dikelola oleh perorangan. Potensi objek
daya tarik agrowisata perikanan dapat dilihat pada Gambar 34 dan data seluruh
potensi obyek daya tarik agrowisata Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel
24.

(a) (b)
Gambar 34 Potensi objek daya tarik agrowisata perikanan: (a) kolam budidaya
ikan dan (b) kolam pemancingan ikan
Tabel 24 Potensi obyek daya tarik agrowisata Kecamatan Cigugur
Objek/Aktivitas Wisata
Objek Daya
Komoditi
Tarik Sesuatu untuk Sesuatu untuk Sesuatu untuk
Dilakukan Dilihat Dibeli
Pertanian Padi dan Pengamatan, Hamparan Beras dan
palawija ikut sawah yang palawija yang
berpartisipasi, luas, aktivitas sudah dikemas
bersantai petani
Sayur dan Pengamatan, Lanskap Sayur dan buah
buah ikut perkebunan segar, olahan
berpartisipasi yang tertata rapi sayur dan
olahan buah
Peternakan Sapi, domba, Pengamatan, Kandang ternak, Produk
kambing ikut aktivitas peternakan segar
berpartisipasi peternakan, dan olahan
tingkah laku
hewan
Perikanan Ikan air tawar Pengamatan, Kolam ikan, Hasil perikanan
ikut aktivitas segar dan olahan
berpartisipasi peternakan,
tingkah laku
hewan
57

Objek Wisata Pendukung


Kegiatan wisata di sekitar kawasan perecanaan agrowisata pada umumnya
didominasi oleh jenis wisata alam (Susanto 2007) karena dapat menonjolkan sifat
dan karakteristik sumberdaya alam pegunungan yang masih alami, hutan, dan
kawasan pertanian. Dalam pengembngan suatu objek wisata perlu memperhatikan
adanya objek wisata lainnya yang dapat menjadi rangkaian dalam paket wisata,
sehingga dapat menunjang kunjungan (Depbudpar 2001). Keberadaan objek
wisata yang ada di Kecamatan Cigugur dapat menjadi salah satu objek daya tarik
untuk wisatawan. Beberapa objek wisata tersebut dipilih berdasarkan kemudahan
akses dan kedekatan tema. Beberapa diantaranya meupakan lokasi objek wisata
bertema alam, budaya, dan minat khusus yang sesuai sebagai objek wisata
pendukung agrowisata untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman
pengunjung. Berdasarkan hasil survey lapang dan data Profil Kecamatan Cigugur
tahun 2015 terdapat beberapa objek wisata yang ada di kecamatan ini diantaranya
adalah:

1. Bumi Perkemahan Palutungan


Palutungan adalah salah satu objek wisata alam di Kabupaten Kuningan,
Kecamatan Cigugur, tepatnya di Desa Cisantana yang merupakan sebuah kawasan
hutan dan air terjun yang terletak di kaki gunung Ciremai, berjarak 10 kilometer
dari pusat Kota Kuningan. Di Palutungan terdapat air terjun kecil bernama Curug
Ciputri yang bisa disinggahi oleh para pengunjung, terdapat fasilitas cukup
lengkap yang disediakan di tempat wisata ini, seperti tempat parkir yang luas,
toilet umum, sarana ibadah, warung makan, pusat informasi, dan sarana olahraga.
Pada objek wisata ini pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas wisata
umum seperti bermain outbond, piknik, berkemah, photo hunting serta lintas alam.
Suasana objek wisata ini dapat dilihat pada Gambar 35.

(a) (b) (c)


Gambar 35 Bumi Perkemahan Palutungan: (a) Curug Ciputri dan (b) area camping
dan (c) fasilitas pendukung
2. Agroedutourism Pondok Pesantren Daarul Mukhlisin Cigugur
Pondok Pesantren Daarul Mukhlisin Cigugur yang berlokasi di Desa
Cisantana memiliki area objek wisata agroedutourism. Pondok pesantren ini
memiliki konsep pengembangan sebagai ecopesantren. Wisatawan dapat
mengunjungi objek wisata ini pada akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu.
Terdapat fasilitas yang cukup lengkap yang disediakan di tempat ini, seperti
tempat parkir yang luas, toilet umum, sarana ibadah, sarana olahraga, dan
perpustakaan. Objek dan atraksi yang disediakan yaitu taman obat herbal,
kandang kambing, kandang sapi, kolam ikan, curug (air terjun) dan perpustakaan
58

umum. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung bermacam-macam, seperti


mempelajari tanaman obat dan herbal, menanam tanaman obat dan herbal,
memberi makan dan memandikan hewan ternak, membuat kompos, bermain di
kolam ikan, membaca buku di perpustakaan, serta menyusuri bukit menuju curug.
Objek wisata ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi wisatawan yang ingin
berwisata pertanian sambil mempelajari agama islam dan bahasa arab, karena
hampir seluruh papan penanda yang ada menggunakan bahasa arab. Kondisi
eksisting objek wisata agroedutourism ini dapat dilihat pada Gambar 36.

(a) (b) (c)


Gambar 36 Agroedutourism Pondok Pesantren Daarul Mukhlisin: (a) kolam ikan,
(b) kandang kambing dan (c) taman obat herbal

3. Situs Purbakala Cipari


Situs Purbakala Cipari merupakan situs peninggalan megalitik di
Kabupaten Kuningan. Situs ini terletak di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur.
Berada pada ketinggian 661 meter dari permukaan laut (mdpl), situs ini tepat
berada di kaki Gunung Ciremai dan berjarak sekitar empat kilometer dari pusat
Kota Kuningan. Situs Cipari ditemukan pada tahun 1972 dengan adanya sebuah
peti kubur batu yang merupakan satu ciri dari kebudayaan masa prasejarah. Pada
objek wisata ini pengunjung dapat mempelajari dan mengamati pola permukiman,
pola pemakaman serta bentuk rumah adat sunda khas Kuningan dengan
didampingi tour guide. Situs Purbakala Cipari dapat dilihat pada Gambar 37.

(a) (b) (c)


Gambar 37 Situs Purbakala Cipari: (a) kompleks peti kubur batu, (b) museum
prasejarah dan (c) rumah adat sunda
4. Kolam Ikan Cigugur (Ikan Dewa) dan Terapi Ikan Nilem
Kolam Ikan Cigugur merupakan salah satu objek wisata yang memiliki
keunikan tersendiri karena kolam ini dihuni oleh ikan langka yaitu ikan kancra
bodas (Labeobarbus douronensis). Kolam ikan Cigugur terletak di Kelurahan
Cigugur ke arah barat dari Pusat Kota Kuningan dan terletak di Jalan Raya
Cirebon-Kuningan-Ciamis. Fasilitas yang tersedia yaitu kolam renang dewasa dan
anak-anak, warung makan, tempat ibadah, dan area parkir. Pada objek wisata ini
59

pengunjung dapat melakukan terapi ikan, berenang serta melakukan beberapa


aktivitas wisata umum lainnya. Kondisi eksisting Kolam Ikan Cigugur dapat
dilihat pada Gambar 38.

(a) (b) (c)


Gambar 38 Kolam Ikan Cigugur: (a) kolam ikan, (b) sirkulasi dalam tapak dan (c)
fasilitas pendukung
5. Hutan Kota Bungkirit
Hutan Kota Bungkirit mulai dibangun sejak tahun 2007 dengan tujuan
untuk merehabilitasi lahan yang kritis dengan cara penghijauan. Luas hutan kota
ini sekitar 2 hektar dengan lokasi yang cukup strategis yaitu di jalur antara Kota
Kuningan dengan Kecamatan Cigugur, berjarak 2 kilometer dari pusat kota. Pada
objek wisata ini pengunjung dapat melakukan lintas alam dengan menyusuri hutan
serta sawah, dan mempelajari berbagai jenis tanaman pada arboretum, piknik,
serta dapat melakukan berbagai aktivitas wisata umum lainnya. Kondisi eksisting
Hutan Kota Bungkirit dapat dilihat pada Gambar 39.

(a) (b) (c)


Gambar 39 Hutan Kota Bungkirit: (a) area taman, (b) pendopo dan (c) jalur
interpretasi
Analisis dan Sintesis

Analisis Spasial
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah pengumpulan data atau
inventarisasi dalam perencanaan adalah analisis (Gold 1980). Analisis spasial
melibatkan data spasial berupa peta-peta yang telah diperoleh dan survey lapang.
Beberapa analisis spasial telah dilakukan pada tahap inventarisasi dalam peta
inventarisasi dan penjelasannya. Pada langkah analisis ini difokuskan pada
penilaian kemiringan lahan berdasarkan Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
untuk kawasan wisata serta penilaian kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan
pengembangan dari klasifikasi S.K. Menteri Pertanian No. :
837/Kpts/Um/11/1980 untuk kawasan konservasi lahan hutan.
60

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui zona yang memiliki kelerengan


dan penggunaan lahan yang sesuai untuk pengembangan agrowisata. Aspek
kelerengan dan penggunaan lahan dipilih karena sifatnya mikro dan kondisinya
bervariasi. Analisis spasial dilakukan dengan mengklasifikasikan kondisi eksisting
dengan kriteria kesesuaian yang telah ditentukan, dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
Kawasan perencanaan yang termasuk sesuai untuk dijadikan sebagai
kawasan agrowisata yaitu seluas 2.704,73 ha (76% dari total luas area), daerah
yang cukup sesuai seluas 606,96 ha (17%) dan daerah yang tidak sesuai seluas
260,53 (7%). Hasil analisis berupa pengklasifikasian kesesuaian lahan
berdasarkan kelerengan yang sudah diberi nilai skor sesuai dengan klasifikasi
yang ada tersaji dalam bentuk spasial pada Gambar 40. Kemiringan lereng yang
sangat bervariasi di Kecamatan Cigugur memiliki karakteristik dan daya tarik
tersendiri sebagai kawasan wisata, namun area yang curam perlu diperhatikan
dalam pengembangannya karena dapat berbahaya bagi pengguna tapak.
Tutupan lahan pada tapak penelitian direncanakan dengan menyesuaikan
rencana tata guna lahan yang ditetapkan oleh Bappeda Kabupaten Kuningan
dalam RTRW Kabupaten Kuningan. Hasil analisis berupa pengklasifikasian
kesesuaian lahan berdasarkan penggunaan lahan yang sudah diberi nilai skor
tersebut tersaji dalam bentuk spasial pada Gambar 41. Daerah perencanaan yang
sesuai untuk dijadikan sebagai kawasan agrowisata yaitu 1627,42 ha (46% dari
total luas area), daerah yang cukup sesuai seluas 684,15 ha (19%) dan daerah yang
tidak sesuai seluas 1260,66 ha (35%).

Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata


Dalam perencanaan Kecamatan Cigugur sebagai kawasan agrowisata perlu
diketahui kesesuaian dan kelayakan kawasan untuk dikembangkan menjadi
kawasan wisata. Kelayakan kawasan agrowisata di Kecamatan Cigugur dianalisis
melalui metode scoring atau pembobotan beberapa kriteria yang dianggap
mendukung pengembangan agrowisata di kawasan ini. Penilaian kelayakan
kawasan dilakukan terhadap desa-desa yang ada di Kecamatan Cigugur. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan desa yang paling berpotensi atau yang paling layak
untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Kelayakan tersebut dinilai
berdasarkan kriteria yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata di
Kecamatan Cigugur. Potensi eksisting yang ada di tiap desa untuk mendukung
pengembangan agrowisata diberi skor berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Secara keseluruhan, desa-desa yang diberi penilaian dikelompokan
menjadi tiga klasifikasi antara lain, sangat potensial, cukup potensial dan kurang
potensial. Penilaian tersebut dilakukan dengan pemberian bobot pada masing-
masing ketegori penilaian yang terdiri atas delapan aspek dengan nilai bobot yang
berbeda. Kategori penilaian tersebut disajikan dalam Tabel 5. Penilaian dilakukan
dengan mencocokkan kondisi aktual meliputi aspek biofisik, aspek sosial dan
budaya, aspek wisata, dan aspek legal dengan pilihan yang ada dalam delapan
kriteria tersebut. Berdasarkan kriteria analisis kesesuaian dan kelayakan
agrowisata yang ada didapatkan hasil penilaian yang dapat dilihat pada Tabel 25.
Nilai kesesuaian dan kelayakan agrowisata tiap desa dihitung dengan
rumus berikut:
ΣKKA = ΣSij.Aij
61

Gambar 40 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur


62

Gambar 41 Peta analisis kelerengan Kecamatan Cigugur


63

Keterangan: KKA=Kelayakan Kawasan Agrowisata, Sij=kriteria agrowisata tiap


kawasan, Aij=bobot kriteria agrowisata
Tabel 25 Hasil analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata
Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata
Kelurahan 40 15 10 5 10 10 5 5 Jumlah
dan Desa % % % % % % % % Terbobot
1 2 3 4 5 6 7 8 ΣKKA
Cigugur 2 1 4 4 3 4 3 1 22
0,8 0,15 0,4 0,2 0,3 0,4 0,15 0,05 2,45
Sukamulya 1 1 1 1 1 4 4 1 14
0,4 0,15 0,1 0,05 0,1 0,4 0,2 0,05 1,45
Cipari 2 2 1 4 3 4 4 3 23
0,8 0,3 0,1 0,2 0,3 0,4 0,2 0,15 2,45
Cigadung 1 1 1 1 3 4 4 1 16
0,4 0,15 0,1 0,05 0,3 0,4 0,2 0,05 1,65
Winduherang 1 2 1 1 1 4 4 1 15
0,4 0,3 0,1 0,05 0,1 0,4 0,2 0,05 1,6
Cisantana 4 4 2 4 3 4 4 3 28
1,6 0,6 0,2 0,2 0,3 0,4 0,2 0,15 3,65
Gunungkeling 1 2 1 1 1 4 3 1 14
0,4 0,3 0,1 0,05 0,1 0,4 0,15 0,05 1,55
Cileuleuy 1 2 1 1 1 3 3 1 13
0,4 0,3 0,1 0,05 0,1 0,3 0,15 0,05 1,45
Babakanmulya 1 2 1 1 1 3 4 1 14
0,4 0,3 0,1 0,05 0,1 0,3 0,2 0,05 1,5
Puncak 1 4 1 4 1 3 2 1 17
0,4 0,6 0,1 0,2 0,1 0,3 0,1 0,05 1,85
Keterangan:
1: Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian; 2: Objek dan Atraksi Alami; 3: Objek dan Atraksi
Sosial/Budaya; 4: Objek dan Atraksi Sejarah; 5: Sumberdaya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan;
6: Akses; 7: Letak dari Jalan Utama; 8: Sarana Wisata

Berdasarkan tabel penilaian tersebut, nilai Kesesuaian dan Kelayakan


Agrowisata (KKA) tertinggi diraih oleh Desa Cisantana dengan nilai 3,65 dari 4.
Sedangkan nilai KKA terendah diraih oleh Kelurahan Sukamulya dan Desa
Cileuleuy dengan nilai 1,45 dari 4. Selanjutnya, nilai yang sudah didapat dari
sepuluh kelurahan/desa tersebut akan dikategorikan dengan mengetahui rentang
kelas berdasarkan pengolahan data. Berdasarkan nilai hasil perhitungan tersebut,
seluruh desa diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menggunakan rumus berikut:

R = Smax – Smin
K

R adalah nilai rentang antar kelas, Smax adalah nilai kesesuaian dan
kelayakan agrowisata paling tinggi, Smin adalah nilai yang terendah, dan K
adalah jumlah kelas yang diinginkan. Kelurahan/desa yang termasuk sangat
potensial mempunyai nilai R antara 2,93 – 3,65, kelurahan/desa yang cukup
potensial mempunyai nilai R antara 2,19 – 2,92, dan kelurahan/desa yang kurang
64

potensial dengan nilai R antara 1,45 – 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa
kategori kelurahan/desa yang sangat berpotensi yaitu Desa Cisantana dan
kelurahan/desa yang cukup berpotensi yaitu Kelurahan Cigugur dan Kelurahan
Cipari. Sementara itu, kelurahan/desa lainnya yaitu Kelurahan Sukamulya,
Kelurahan Cigadung, Kelurahan Winduherang, Desa Gunungkeling, Desa
Cileuleuy, Desa Babakanmulya, dan Desa Puncak termasuk dalam kelas kurang
potensial. Sebaran dari hasil penilaian kesesuaian dan kelayakan kawasan
agrowisata tersaji pada Gambar 43.

Analisis Persepsi dan Preferensi


Analisis persepsi dan preferensi dilakukan dengan wawancara dan
kuesioner kepada 45 masyarakat di Kecamatan Cigugur, dan kepada 45
pengunjung Kecamatan Cigugur. Dari hasil survei lapang didapatkan informasi
mengenai persepsi dan preferensi yang diinginkan masyarakat dan pengunjung
terhadap lokasi penelitian. Data ini dibutuhkan sebagai salah satu cara untuk
membangun integrasi yang baik antara masyarakat sekitar kawasan termasuk
pemerintah setempat dengan pengunjung yang datang.

1. Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kecamatan Cigugur


Data kuisioner ini diberikan kepada 45 masyarakat yang tinggal di
Kecamatan Cigugur dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda, sebanyak 30
orang yang bekerja sebagai aparat pemerintahan (67%), 10 orang petani (22%)
dan 5 orang wiraswasta (11%). Dari seluruh responden, 76% tahu sedikit
mengenai agrowisata, 9% kurang tahu dan 2% tidak tahu sama sekali. Hanya 13%
responden yang benar-benar mengerti agrowisata. Mengenai kondisi
kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 42.

Gambar 42 Kondisi kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Cigugur


65

Gambar 43 Peta analisis kesesuaian dan kelayakan agrowisata Kecamatan Cigugur


66

Perencanaan agrowisata di lokasi penelitian sangat bergantung pada


partisipasi dan kemampuan masyarakat untuk mengelola agrowisata, menurut
53% responden berpendapat SDM desa sudah cukup memadai/mampu, 31%
berpendapat SDM desa kurang memadai dan hanya 16% yang berpendapat SDM
desa sangat memadai. Pengembangan agrowisata akan menimbulkan banyak
dampak seperti perubahan terhadap kondisi desa dan kecamatan. Sebanyak 20%
masyarakat khawatir apabila desa mereka dikembangkan agrowisata,
kekhawatiran tersebut yaitu dampak limbah yang akan mengganggu lingkungan,
tetapi sebanyak 80% tidak khawatir apabila desa mereka dikembangkan sebagai
kawasan agrowisata. Seluruh responden menyetujui apabila Kecamatan Cigugur
akan dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, 96% responden juga setuju
apabila pengembangan agrowisata tersebut berada di desa mereka tinggal, hanya
4% responden yang tidak setuju. Sedangkan untuk penilaian potensi yang ada,
menurut 53% responden di desa tempat mereka tinggal cukup berpotensi,
sebanyak 47% berpendapat sangat berpotensi, sebanyak 9% berpendapat kurang
berpotensi dan sisanya sebanyak 2% berpendapat desa tempat tinggal mereka
tidak berpotensi. Sebanyak 84% masyarakat bersedia berpartisipasi dalam
menyelenggarakan agrowisata tersebut. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 16%
responden tidak bersedia berpartisipasi.

2. Persepsi dan Preferensi Pengunjung Kecamatan Cigugur


Data kuesioner ini didapatkan dari pengunjung Kecamatan Cigugur yang
berjumlah 45 responden. Karakteristik umur responden terdiri dari umur dibawah
16 tahun sebanyak 2%, umur 16-30 tahun sebanyak 65%, dan lebih dari 30 tahun
sebanyak 33%. Sedangkan karateristik pekerjaan responden diantaranya
mahasiswa/pelajar sebanyak 35%, wiraswasta sebanyak 27%, PNS sebanyak 11%
dan lainnya 27%. Survei yang dilakukan meliputi persepsi dan preferensi
pengunjung mengenai kondisi Kecamatan Cigugur yaitu keindahan, kenyamanan,
keamanan, kebersihan, kondisi jalan, serta persepsi mengenai sikap masyarakat
dan keterbukaan masyarakat, dapat dilihat pada Gambar 44.
Setelah berkunjung di Kecamatan Cigugur, sebanyak 76% pengunjung
berpendapat banyak pengalaman baru yang didapat, 13% pengunjung berpendapat
sangat banyak pengalaman baru dan sebanyak 11% berpendapat sedikit
pengalaman baru. Kegiatan yang dilakukan yaitu jalan-jalan (67%), menikmati
pemandangan (64%), foto-foto (62%), piknik (49%), bermain (31%), belajar
(16%), bermain out bond (11%), berolahraga (9%), meneliti (7%), bersepeda (4%),
dan lainnya (2%). Kesan pengunjung setelah mengunjungi tapak dan melakukan
kegiatan wisata tersebut yaitu sebanyak 76% berpendapat menyenangkan, 22%
berpendapat sangat menyenangkan dan hanya 2% yang berpendapat kurang
menyenangkan. Pengunjung yang datang untuk berwisata sebagian besar
mendapat informasi mengenai Kecamatan Cigugur dari teman yaitu sebanyak
47%, dari keluarga sebanyak 24%, dari media sebanyak 18% dan sisanya
mendapat informasi sendiri sebanyak 11%. Sebanyak 56% pengunjung sudah
lebih dari dua kali mengunjungi Kecamatan Cigugur, 31% pengunjung baru
pertama kali dan sisanya sebanyak 13% sudah dua kali mengunjungi lokasi.
67

Gambar 44 Persepsi pengunjung terhadap Kecamatan Cigugur

Sebanyak 58% pengunjung mengeluarkan biaya sebesar 10.000 sampai


50.000 rupiah untuk wisata, 20% pengunjung mengeluarkan antara 50.000 sampai
100.000 rupiah dan 22% pengunjung mengeluarkan lebih dari 100.000 rupiah.
Seluruh responden setuju bahwa Kecamatan Cigugur memiliki potensi obyek
wisata yang sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, diantaranya
yaitu pertanian pangan sebanyak 58%, perkebunan sebanyak 62%, hortikultura
sebanyak 60%, kehutanan sebanyak 53%, peternakan sebanyak 38%, perikanan
dan pengolahan hasil pertanian sebanyak 27%. Pengunjung memberikan
preferensi berbagai aktivitas dan fasilitas agrowisata yang mereka inginkan yaitu
dapat dilihat pada Tabel 26.
68

Tabel 26 Preferensi pengunjung terhadap aktivitas dan fasilitas agrowisata yang


diinginkan
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Aktifitas agrowisata pertanian pangan
Mempersiapkan lahan 11 34,40%
Menanam 11 34,40%
Memanen hasil pertanian 15 46,90%
Belanja hasil pertanian 14 43,80%
Memakan hasil olahan pertanian 19 59,40%
Mengikuti kegiatan pasca panen 16 50%
2 Aktifitas agrowisata perkebunan
Menanam tanaman perkebunan 25 73,50%
Mengikuti kegiatan produksi 21 61,80%
3 Aktifitas agrowisata hortikultura
Membuat media tanam 13 38,20%
Mengikuti kegiatan budidaya 18 52,90%
Memetik hasil hortikultur (panen) 20 58,80%
Belanja produk hortikultur 15 44,10%
Mengikuti kegiatan pasca panen 10 29,40%
4 Aktifitas agrowisata peternakan
Memberi makan ternak 17 60,70%
Memerah susu sapi 14 50%
Membuat kompos dari kotoran ternak 10 35,70%
Mengikuti kegiatan produksi 14 50%
Lainnya 1 3,60%
5 Aktifitas agrowisata kehutanan
Tracking/bersepeda 14 41,20%
Menanam pohon 16 47,10%
Hiking 19 55,90%
Mengenal vegetasi dan satwa hutan 19 55,90%
Interpretasi alam 13 38,20%
Lainnya 1 2,90%
6 Aktifitas wisata umum yang diinginkan
Foto-foto 25 55,60%
Piknik 30 66,70%
Bermain 19 42,20%
Berolah raga 18 40%
Kemah 22 48,90%
Out bond 25 55,60%
Lainnya 2 4,44%
7 Fasilitas yang direkomendasikan
Tempat parkir 30 66,70%
Papan informasi 32 71%
Transportasi 24 53,30%
Kios cinderamata 22 48,90%
Penginapan 15 33,30%
69

Tabel 26 Lanjutan
No Variabel Frekuensi Persentase
7 Fasilitas yang direkomendasikan
Tempat ibadah 28 62,20%
Gazebo/pondok 23 51,10%
Warung makan 25 55,60%
Tempat sampah 25 55,60%
Toilet 31 68,90%
Pasar desa 16 35,60%
Pemandu wisata 18 40%
Gerbang utama 10 22,20%
Lainnya 1 2,20%

Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis dari berbagai aspek seperti aspek fisik dan
biofisik, aspek sosial dan budaya, aspek legal, aspek obyek daya tarik, aspek
kesesuaian dan kelayakan agrowisata serta persepsi dan preferensi, dapat
diperoleh potensi serta kendala dari masing-masing aspek. Hasil analisis yang
dilakukan pada kawasan perencanaan diklasifikasikan ke dalam potensi dan
kendala untuk menyusun suatu pemecahan masalah dan pemanfaatan potesi dalam
perencanaan tapak. Hasil analisis dan sintesis deskriptif dapat dilihat pada Tabel
27.

Peta Komposit
Peta komposit adalah hasil overlay peta analisis kesesuaian ruang untuk
wisata dari kemiringan lereng, tata guna lahan serta kesesuaian dan kelayakan
agrowisata. Berdasarkan peta tersebut tapak ini dibagi menjadi tiga zona
kesesuaian ruang untuk wisata berbasis pertanian yaitu zona sesuai, cukup sesuai
dan tidak sesuai. Pembagian kelompok nilai tersebut dijadikan dasar dalam
menghasilkan gambar rencana zonasi ruang atau block plan. Peta komposit dapat
dilihat pada Gambar 45.

Sintesis
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari berbagai alternatif rencana serta
memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang akan
dilakukan. Hasil sintesis berupa perencanaan dalam bentuk zonasi ruang atau
block plan yang menjadi acuan dasar dalam pembagian ruang. Zona yang
terbentuk dihasilkan berdasarkan sensivitas fisik dan bio-fisik yang menjadi
potensi ataupun kendala bagi pengembangan agrowisata, kesesuaian aspek sosial
budaya dan penentuan aktivitas agrowisata bagi pengunjung. Tahap ini juga
menentukan konsep dasar perencanaan untuk kemudian dikembangkan dalam
beberapa detil perencanaan seperti rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana
vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana daya dukung serta rencana
perjalanan wisata (touring plan). Hasil analisis kawasan agrowisata pada lokasi
penelitian setelah melalui tahapan-tahapan sebelumnya menghasilkan peta blok
pengembangan pada Gambar 46.
70

Tabel 27 Hasil analisis dan sintesis


Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Aspek Fisik
dan Biofisik
Letak Letak tapak sangat Kurangnya penanda Menambahkan gapura
geografis strategis karena batas tapak pada pada kelurahan/desa yang
berbatasan langsung beberapa lokasi belum memiliki penanda
dengan Kota Kuningan batas tapak
Tapak dilalui oleh jalur Mengoptimalkan lokasi
penting Ciamis- tapak dengan
Kuningan-Cirebon pengembangan kawasan
dengan intensitas agrowisata
penggunaan tinggi
Topografi Kondisi topografi Terdapat kawasan Memanfaatkan view yang
dan bervariasi dari dataran dengan danger signal ada sebagai viewing area
kemiringan hingga perbukitan dapat yaitu area dengan Menciptakan atraksi
lahan dijadikan potensi kemiringan >40% dengan memanfaatkan
pengembangan berbagai kondisi topografi
macam jenis wisata
Tanah Tanah pada tapak Terdapat sifat tanah Pengendalian tanah
merupakan jenis tanah pada tapak yang rawan dengan memanfaatkan
yang subur dan cocok erosi vegetasi yang memiliki
untuk area budidaya perakaran luas dan
pertanian bermanfaat untuk
agrowisata
Pengembangan budidaya
pertanian dan fasilitas
wisata pada area tertentu
yang sesuai
Iklim Kondisi iklim di dalam Adanya kabut pada Mengupayakan tindakan
tapak termasuk dalam area TNGC dan desa konservasi tanah dan air
kondisi nyaman sekitarnya menggunakan vegetasi
Curah hujan tinggi pada menyebabkan dengan memanfaatkan
kawasan dapat terbatasnya waktu curah hujan tinggi
membantu menjaga pemanfaatan tapak Pengelolaan sistem
ketersediaan air tanah drainase yang baik
Vegetasi Vegetasi pertanian dan Penyebaran vegetasi Pengembangan yang
dan satwa hewan peternakan yang non pertanian yang intensif pada vegetasi
ada cukup beragam dan ada tidak tertata pertanian dan hewan ternak
berpotensi untuk dengan baik sebagai bagian utama dari
dikembangkan sebagai objek dan atraksi
objek dan atraksi agrowisata
agrowisata
Hidrologi Terdapat banyak sumber Sistem drainase pada Perbaikan sistem drainase
air yang menyediakan air permukiman dan perbaikan sistem
bersih baik untuk penduduk kurang saluran distribusi air pada
kebutuhan masyarakat, dikelola dan ditata area permukiman yaitu
pertanian dan wisata dengan baik dengan pipanisasi
sehingga
memungkinkan
terjadinya
pencemaran air serta
penghambatan
saluran air
71

Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Saluran air bersih
perumahan masih
menggunakan selang
sehingga terjadi
pemborosan air
Tata guna Area kebun, sawah dan Terjadinya perubahan Pengembangan agrowisata
lahan tegalan berpotensi untuk fungsi lahan terutama dengan mengoptimalkan
dijadikan sebagai pada lahan pertanian tata guna lahan yang ada
sumberdaya dalam sebagai acuan untuk
perencanaan agrowisata menekan laju konversi
Area permukiman lahan
berdekatan dengan area
pertanian sehingga
memungkinkan untuk
pengembangan aktivitas
pertanian masyarakat
setempat
Fasilitas dan Fasilitas dan utiitas Sarana dan prasarana Penambahan fasilitas
utilitas untuk memenuhi masih terbatas penginapan pada area
kebutuhan sosial terutama fasilitas yang dekat dengan objek
masyarakat sudah penginapan yang wisata khususnya lokasi
lengkap hanya tersedia di pengembangan
Sudah tersedia berbagai beberapa lokasi agrowisata
fasilitas pendukung Fasilitas dan utilitas Penataan dan perencanaan
untuk kebutuhan yang ada kurang kembali fasilitas dan
berwisata bagi terawat utilitas yang sudah ada
pengunjung Belum tersedianya Menyediakan tempat
Sarana dan fasilitas yang tempat pembuangan pembuangan sampah agar
ada masih bersifat sampah yang merata lingkungan di seluruh
tradisional di seluruh desa desa bersih dan sehat
sehingga
pembuangan sampah
masyarakat tidak
pada tempatnya
Kualitas Borrowing view berupa Terdapat area Menambahkan fasilitas
visual Gunung Ciremai peternakan yang untuk mengoptimalkan
merupakan kualitas tidak tertata dengan keindahan visual pada
visual good view yang baik menjadi tapak
merupakan ciri khas kualitas visual bad Melakukan penataan
kawasan view vegetasi untuk
Pemandangan alam yang Kurangnya fasilitas mengurangi kesan bad
masih alami dan asri untuk menikmati view yang ada
dilengkapi dengan pemandangan indah
aktivitas pertanian pada titik pandang
berpotensi menjadi daya dengan kualitas
tarik bagi pengunjung visual good view
Area permukiman
yang kurang tertata
dan kurang bersih
memberikan kesan
bad view
72

Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Aksesibilitas Akses menuju tapak Jumlah sarana Menyediakan sarana
sangat mudah ditunjang transportasi yang ada transportasi alternatif
dengan adanya jalur dan rute khusus untuk pengunjung
Ciamis-Kuningan- perjalanannya wisata khususnya dalam
Cirebon terbatas kegiatan agrowisata
Tersedia sarana Fasilitas pendukung Menambahkan fasilitas
transportasi umum seperti lampu jalan, pendukung di seluruh
jalur pedestrian dan jalan yang mengakses
signage pengarah tapak
jalan masih terbatas Membuat pamflet/signage
Jembatan yang ada yang menjelaskan peta
di beberapa desa aksesibilitas agar
masih menggunakan memudahkan pengunjung
material bambu yang membawa
sehingga rawan kendaraan pribadi
terjadi kecelakaan di Pembangunan jembatan
musim hujan dengan material beton
Aspek
Sosial dan
Budaya
Demografi Sebagian besar Pendapatan petani Melakukan perencanaan
masyarakat bekerja sangat fluktuatif, agrowisata yang melibatkan
sebagai petani (tani, Tingkat pendidikan masyarakat setempat
buruh tani dan ternak) masyarakat di lokasi khususnya petani sebagai
yaitu sebanyak 10.045 penelitian masih solusi untuk meningkatkan
orang tergolong rendah kesejahteraan petani
Kesenian Kebudayaan menarik Acara kesenian dan Kegiatan budaya
dan yang menyangkut kebudayaan yang ada pertanian yang ada dapat
kebudayaan pertanian dijaga hanya dilakukan pada dikembangkan menjadi
kelestariannya dan waktu tertentu objek dan atraksi
merupakan ciri khas agrowisata
tersendiri bagi lokasi Pagelaran kesenian dapat
penelitian dijadikan sebagai event
Sistem pertanian masih atau acara spesial tahunan
menggunakan sistem
tradisional seperti
pembajakan sawah
dengan kerbau
Kesenian yang
merupakan ciri khas
kebudayaan sunda masih
sering digelar pada acara
tertentu
Aspek
Legal
RTRW Penggunaan lahan di - Pemanfaatan ruang untuk
Kabupaten kawasan penelitian pengembangan wisata
Kuningan sudah sesuai dengan sudah sesuai dengan pola
arahan dan kebijakan ruang yang telah ditetapkan
pola ruang dalam RTRW
Kabupaten Kuningan
tahun 2011-2031
73

Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Pemerintah mendukung
pengembangan kegiatan
pariwisata khususnya
agrowisata
RIPPDA Dalam Rencana Struktur - Pemanfaatan ruang untuk
Kabupaten Tata Ruang Pariwisata wisata sudah sesuai dengan
Kuningan Kabupaten Kuningan, rencana induk pariwisata
lokasi penelitian Kabupaten Kuningan
termasuk dalam Zona Inti
yaitu pusat kegiatan
pariwisata
RPJMD Berdasarkan kebijakan Belum ada kerja Perencanaan agrowisata
Kabupaten RPJMD Kabupaten nyata dari menjadi kunci utama dalam
Kuningan Kuningan, Kecamatan pemerintah daerah mendukung pelaksanaan
Cigugur menyusun dalam merealisasikan strategi yang telah disusun
strategi dengan pengembangan Kecamatan Cigugur
mengupayakan agrowisata tersebut
pengembangan wisata
serta agrowisata
Aspek
Objek Daya
Tarik
Lanskap Lokasi yang berada di Lanskap alam tersebut Perencanaan agrowisata
alam kaki Gunung Ciremai belum dioptimalkan pada kawasan dapat
dengan karakteristik alam dengan baik untuk mengoptimalkan lanskap
yang masih alami wisata pertanian alam yang unik tersebut
menjadi keunikan secara fungsional dan
tersendiri untuk menarik estetis
wisatawan
Pertanian Komoditas pertanian Tidak semua lahan Kegiatan pertanian dapat
yang ada cukup beragam pertanian dapat menjadi sarana edukasi
merupakan sumber daya diakses dengan dan rekreasi yang menarik
alam yang berpotensi mudah apabila akan bagi pengunjung
sebagai objek agrowisata, dikembangkan Penyuluhan serta
serta aktivitas pertanian menjadi agrowisata sosialisasi mengenai
mulai dari persiapan Status kepemilikan pengembangan
lahan hingga panen dan lahan milik warga agrowisata perlu
belanja hasil pertanian perlu dilakukan terhadap
dapat menjadi atraksi dipertimbangkan masyarakat dan instansi
utama dalam agrowisata kembali terkait
Peternakan Agrowisata peternakan Kondisi peternakan Perencanaan agrowisata
sudah dikembangkan dominan masih hanya dapat melibatkan
oleh beberapa berskala kecil, area peternakan yang
peternakan kurang terawat dan cukup besar untuk
Peternakan sapi perah areanya berdekatan mengurangi resiko bagi
sangat berpotensi untuk dengan permukiman pengunjung maupun
dikembangkan sebagai Pengelolaan limbah masyarakat
objek dan atraksi peternakan belum Perlu dilakukan sosialisasi
agrowisata karena lokasi merata di seluruh pengelolaan limbah
penelitian merupakan kelurahan/desa peternakan serta
lokasi utama peternakan dimanfaatkan sebagai
sapi perah di Kabupaten salah satu atraksi
Kuningan agrowisata
74

Tabel 27 Lanjutan
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
Perikanan Sudah ada lokasi Perikanan belum Kegiatan perikanan seperti
budidaya ikan dan menjadi sumber budidaya ikan air tawar dan
pemancingan ikan utama mata memancing ikan dapat
pencaharian petani menjadi suatu objek dan
Potensi daya tarik wisata yang
pengembangan dapat memacu petani untuk
usaha perikanan mengembangkan usaha
belum dapat perikanan
dioptimalkan dengan
baik
Objek Berbagai objek wisata Tidak semua objek Objek wisata pendukung
wisata pendukung seperti objek wisata dapat diakses yang memiliki akses mudah
pendukung wisata alam, sejarah, dengan mudah dan kedekatan tema dengan
budaya, dan wisata Hanya beberapa wisata pertanian dapat
buatan dapat ditemui di objek wisata yang menjadi objek dan atraksi
lokasi penelitian dapat dijadikan pendukung dalam
sebagai objek wisata pengembangan agrowisata
pendukung
agrowisata

Persepsi
dan
Preferensi
Persepsi dan Sebanyak 96% Menurut responden, SDM yang ada di lokasi
preferensi masyarakat setuju sumber daya manusia penelitian berpotensi
masyarakat apabila Kecamatan yang sudah sangat untuk berpartisipasi dalam
Cigugur khususnya desa memadai dan mampu kegiatan agrowisata
di mana mereka tinggal mengelola agrowisata namun diperlukan
dikembangkan menjadi hanya 16% sosialisasi dan pelatihan
area agrowisata khusus terlebih dahulu
Sebanyak 84% sesuai dengan peran dan
masyarakat bersedia kemampuan masing-
berpartisipasi dalam masing
menyelenggarakan Perencanaan yang
agrowisata dilakukan harus
mempertimbangkan
kebutuhan masyarakat
setempat
Persepsi dan Menurut responden Fasilitas pendukung Diperlukan perencanaan
preferensi segi keindahan, wisata belum lanskap Kecamatan
pengunjung kenyamanan, memenuhi seluruh Cigugur sebagai kawasan
kebersihan dan kebutuhan pengunjung agrowisata dengan
keamanan pada lokasi mempertimbangkan
penelitian tergolong kebutuhan pengunjung
indah, nyaman, bersih Perlu dilakukan
dan aman penambahan fasilitas
Seluruh responden pendukung wisata
setuju bahwa
Kecamatan Cigugur
memiliki potensi yang
sesuai untuk
dikembangkan menjadi
kawasan agrowisata
75

Gambar 45 Peta komposit kesesuaian ruang wisata


76

Gambar 46 Peta block plan


77

Peta block plan tersebut dibagi dalam tiga zona yaitu ruang intensif, ruang
semi intensif dan ruang pasif. Ruang intensif merupakan area yang sangat
potensial untuk pengembangan aktivitas di tapak yang selanjutnya dikembangkan
sebagai ruang atraksi utama agrowisata. Ruang semi intensif merupakan area yang
cukup potensial untuk pengembangan yang lebih matang dalam pengembangan
aktivitas di area tersebut yang selanjutnya dikembangkan sebagai ruang
pendukung agrowisata. Sedangkan ruang pasif merupakan area yang kurang
potensial untuk pengembangan aktivitas wisata yang selanjutnya dikembangkan
sebagai ruang konservasi. Zona ini adalah ruang eksisting yang harus dilindungi
dan dijaga kelestariannya. Dapat dilihat bahwa pengembangan area atraksi utama
agrowisata terletak pada bagian tengah kawasan. Hal ini berdasarkan persebaran
lahan pertanian yang ada, kondisi sosial dan budaya yang masih memiliki nilai
penting untuk dilestarikan serta potensi sumber daya alam dan akses saat ini.
Ruang di sebelah barat dan timur didominasi oleh permukiman sehingga akan
dijadikan sebagai blok ruang masyarakat yang dalam pengembangan agrowisata
tidak akan terlalu signifikan. Area terdekat dengan kawasan atraksi utama
agrowisata akan dimanfaatkan sebagai area pendukung.
Akses masuk utama ke kawasan agrowisata adalah dari arah selatan yang
merupakan perbatasan antara Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka
dan dari arah timur yang merupakan akses dari area Kabupaten Cirebon, karena
kedua jalan ini merupakan akses terbesar yang melintasi Kecamatan Cigugur.
Selain itu terdapat akses masuk sekunder yang berada dari arah tenggara yang
merupakan akses dari Pusat Kota Kuningan. Dari hasil pembentukan objek-objek
agrowisata eksisting dan yang direkomendasikan, selanjutnya dibentuk suatu jalur
interpretasi yang menghubungkan setiap titik objek agrowisata.

Konsep Perencanaan

Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Kecamatan Cigugur
adalah meningkatkan fungsi kawasan Kecamatan Cigugur dengan mengangkat
aktivitas budidaya dan ragam komoditas pertanian, peternakan, perikanan serta
keindahan alam melalui perencanaan agrowisata. Perencanaan tapak diharapkan
mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung,
dengan menonjolkan karakter lanskap dan nilai alami pada tapak. Optimalisasi
tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap
elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan ke dalam ruang dan sirkulasi
agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang
akan dikembangkan.
Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu
memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun pengunjung tanpa
mengorbankan kelestariannya. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak
dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, pendidikan,
ekonomi, dan konservasi.
Fungsi Budidaya, merupakan fungsi awal tapak sebagai tempat budidaya
pertanian dan peternakan. Fungsi ini dikembangkan untuk tujuan produksi dan
pengolahan yang merupakan salah satu objek dan atraksi agrowisata.
78

Fungsi Wisata, merupakan fungsi yang dikembangkan untuk memenuhi


kebutuhan wisata yang dituangkan dalam berbagai aktivitas wisata dengan
fasilitas penunjangnya. Fungsi ini bersifat komersil dan lebih ditekankan pada
pemenuhan kepuasan pengunjung dengan kegiatan pelayanan.
Fungsi Pendidikan, berkaitan dengan pengenalan terhadap budidaya
pertanian dan peternakan, seperti pengenalan jenis komoditas, pengenalan
aktivitas budidaya yang bersifat teknis, teori dan pengalaman budidaya dari para
petani. Selain itu ada pula pengenalan kegiatan pengolahan seperti pengolahan
hasil pertanian dan pengolahan hewan ternak. Fungsi ini dicapai melalui aktivitas
yang bersifat edukatif dengan keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas budidaya
dan dengan memahami penjelasan dari pemandu wisata atau interpreter.
Fungsi Ekonomi, berkaitan dengan fungsi lain yang dikembangkan dan
diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga keberlangsungan
aktivitas budidaya dan wisata dapat bersinergi. Disamping menjadi pusat
budidaya pertanian dan peternakan, tapak juga dikembangkan sebagai tempat
transaksi hasil panen yang dapat mendatangkan keuntungan. Aktivitas wisata
tentu saja akan mendatangkan keuntungan dari pengunjung, sedangkan dari
aktivitas yang bersifat edukatif, keuntungan merupakan ekses yang diperoleh
setelah tujuan aktivitas tersebut tercapai.
Fungsi Konservasi, merupakan fungsi yang dikembangkan pada area
yang memiliki kepekaan terhadap erosi dan rawan terjadi longsor serta sempadan
sungai untuk konservasi tanah dan air. Keberadaan fungsi ini akan berimbas pada
kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan area tangkapan dan resapan air.

Konsep Ruang
Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas. Program ruang yang
akan diakomodasikan pada tapak didasarkan pada konsep dasar agrowisata,
potensi sumber daya alam, keberadaan objek dan atraksi agrowisata, dan fungsi
yang akan diterapkan. Ruang yang dikembangkan terbagi atas Ruang Agrowisata
dan Ruang Non-Agrowisata. Pembagian ruang tersebut didasarkan pada aspek
biofisik dan aspek kesesuaian dan kelayakan agowisata. Konsep ruang agrowisata
Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Gambar 47.

Gambar 47 Konsep ruang agrowisata Kecamatan Cigugur


79

A. Ruang Agrowisata
1. Ruang Atraksi Utama Agrowisata
Merupakan ruang berupa lahan pertanian, peternakan, perikanan, objek
wisata pendukung serta pemandangan alam yang dikembangkan sebagai
objek agrowisata utama. Ruang ini merupakan area inti yang menjadi pusat
aktvitas agrowisata yang di dalamnya dilakukan pemanfaatan intensif
terhadap potensi sumberdaya alam yang ada.
Ruang atraksi utama agrowisata terdiri dari empat subruang,
diantaranya ruang padi dan palawija, ruang sayur dan buah, ruang peternakan
dan ruang perikanan. Keempat subruang ini masing-masing merupakan area
atraksi budidaya, pengolahan serta produksi hasil pertanian, peternakan dan
perikanan. Masing-masing ruang tersebut memililki subruang berupa ruang
budidaya, display, pasca panen dan pelayanan.
Subruang budidaya merupakan ruang yang disediakan untuk
pengunjung sebagai lahan percobaan untuk dapat terlibat langsung dalam
melakukan proses budidaya. Subruang display berfungsi untuk para petani
melakukan aktivitas budidaya maupun aktivitas ternak yang sekaligus sebagai
objek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung untuk mengamati
proses budidaya. Pada subruang pasca panen pengunjung dapat menikmati
dan ikut serta dalam berbagai proses pasca panen. Sedangkan pada subruang
pelayanan merupakan ruang yang berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata pada kawasan. Konsep
ruang atraksi utama agrowisata untuk tiap subruang berdasarkan komoditas
dan sumberdaya yang ada dapat dilihat pada Gambar 48.

Gambar 48 Konsep subruang atraksi utama agrowisata

2. Ruang Penunjang Agrowisata


Merupakan ruang yang memiliki fungsi pendukung agrowisata dengan
memberikan pelayanan terhadap pengunjung dalam hal kelengkapan,
kemudahan dan kenyamanan terhadap aktivitas agrowisata serta mendukung
konsep agrowisata yang ada. Selain itu area ini merupakan area
pengembangan wisata yang sudah ada untuk meningkatkan kepuasan
pengunjung melalui kegiatan wisata umum. Subruang penunjang agrowisata
terdiri dari:
a. Ruang Penerimaan
Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai pengunjung ketika
memasuki kawasan. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi menyajikan
80

identitas atau ciri khusus tapak dan memberikan fungsi informasi bagi
pengunjung sehingga dapat menarik minat pengunjung.
b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berisi aktivitas pemenuhan kebutuhan
wisatawan. Ruang ini berfungsi sebagai area yang memberikan pelayanan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan atas kenyamanan, kemudahan dan
kelengkapan dalam menikmati aktivitas agrowisata bagi wisatawan. Di
dalamnya termasuk fasilitas umum serta penyedia jasa. Ruang pelayanan
berada pada area yang mudah dijangkau oleh wisatawan dan merupakan pusat
pelayanan terpadu dalam kawasan, dapat dipusatkan pada satu titik tertentu
atau menyebar mengikuti objek.
c. Ruang Penghubung
Merupakan ruang transisi yang menghubungkan antara ruang atraksi
utama agrowisata dengan ruang penunjang agrowisata. Pada area ini
dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi visual kawasan
untuk menciptakan first impression yang baik terhadap wisatawan dan juga
sebagai penunjang terhadap aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan
dalam kawasan.
d. Ruang Masyarakat
Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam kawasan.
Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi
referensi dalam melakukan pengembangan tapak. Ruang ini disusun oleh
rangkaian permukiman dan lingkungan di sekitarnya termasuk halaman dan
kebun.
e. Ruang Wisata Umum
Merupakan ruang yang menyediakan aktivitas wisata umum. Ruang
ini dikembangkan pada kawasan untuk menghilangkan kesan monoton dan
meningkatkan kepuasan pengunjung pada tapak. Aktivitas yang dapat
dilakukan pada area ini yaitu sightseeing, berfoto-foto dan piknik.

B. Ruang Non Agrowisata


1. Ruang Penyangga
Merupakan ruang pemisah antara ruang agrowisata dengan ruang
konservasi yang di dalamnya terdapat aktivitas wisata bersifat terbatas.
2. Ruang Konservasi
Merupakan ruang yang berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan
kelestarian lingkungan pada kawasan dengan melakukan tindakan konservasi.
Pada kawasan ini tidak diperkenankan adanya aktivitas wisata pertanian.
Alokasi ruang konservasi yang ada sesuai dengan fungsi dan arahan kawasan
Kecamatan Cigugur.

Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi yang dikembangkan dalam tapak berfungsi
menghubungkan antar ruang atau dalam ruang itu sendiri, sehingga pengunjung
dapat menikmati seluruh objek dan atraksi yang ditawarkan. Menurut Laurie
(1986), kelangsungan arah tiap sirkulasi merupakan suatu persoalan fungsi dan
81

ekonomi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa jalur sirkulasi yang ada harus
dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga menguntungkan
bagi penggunanya.
Konsep sirkulasi pada kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur ini
direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang sudah ada, namun dibutuhkan
porsi dan prioritas yang lebih untuk pengunjung. Agrowisata lebih menekankan
pada keberlangsungan wisata tanpa mengganggu aktivitas masyarakat, akan tetapi
hal tersebut tidak berarti menghilangkan kontak antara wisatawan dan masyarakat
dengan kegiatan kesehariannya. Sirkulasi dalam kawasan terdiri dari jalur
wisatawan dan jalur masyarakat yang merupakan jalur pendukung aktivitas sehari-
hari. Jalur sirkulasi wisata direncanakan dengan memanfaatkan jalur yang ada
karena beberapa objek agrowisata tersebar secara acak pada area permukiman
penduduk. Namun pada area penunjang dan objek atraksi utama agrowisata
terdapat beberapa penambahan jalur untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan.
Secara umum jalur terbagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan intensitasnya yaitu
jalur primer, jalur sekunder dan jalur tersier.
Jalur primer merupakan jalur dengan intensitas penggunaan yang cukup
tinggi yang melayani kepentingan pengunjung untuk menyinggahi ruang atraksi
wisata yang ada. Jalur ini adalah jalan utama yang melewati kawasan perencanaan
dan dapat diakses oleh pengunjung serta masyarakat. Jalur sekunder merupakan
jalur dengan intensitas penggunaan sedang yang akan digunakan untuk
pengunjung dan masyarakat dengan kendaraan kecil atau berjalan kaki dalam
beraktivitas. Sedangkan jalur tersier merupakan jalur dengan intensitas
penggunaan rendah dan berfungsi untuk mengakomodasi kepentingan mobilitas
antara ruang agrowisata dengan ruang non-agrowisata. Konsep sirkulasi tersebut
disajikan pada Gambar 49.

Gambar 49 Konsep sirkulasi agrowisata Kecamatan Cigugur


82

Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi direncanakan untuk memaksimalkan potensi yang ada
pada lokasi perencanaan sehingga penggunaan jenis tanaman disesuaikan dengan
kondisi kawasan, yaitu berupa tanaman zona pegunungan. Pengembangan konsep
vegetasi berdasarkan peruntukan dan fungsinya terbagi menjadi vegetasi produksi,
vegetasi konservasi, vegetasi penyangga, dan vegetasi estetika.
Vegetasi produksi merupakan kelompok tanaman yang sengaja ditanam
oleh penduduk untuk diambil manfaatnya dalam kegiatan produksi pertanian.
Vegetasi produksi dimanfaatkan sebagai zona atraksi utama dalam ruang dari
agrowisata yang direncanakan. Kelompok tanaman yang termasuk pada vegetasi
produksi yaitu jenis tanaman padi, palawija, sayuran dan buah-buahan yang
tersebar di beberapa desa.
Vegetasi konservasi diperuntukkan pada area konservasi yaitu kawasan
hutan Taman Nasional Gunung Ciremai, serta pada area yang berbukit dan
berlereng curam. Selain itu vegetasi konservasi berupa tanaman pencegah erosi
juga dikembangkan pada daerah tepian aliran sungai. Vegetasi konservasi
eksisting perlu dipertahankan dan ditambah keberadaannya.
Vegetasi penyangga merupakan vegetasi asli yang terdiri dari ladang-
ladang dan kebun milik penduduk.
Vegetasi estetika merupakan vegetasi dengan fungsi peneduh, pengarah
dan pembatas di berbagai area perencanaan. Vegetasi ini berfungsi untuk
meningkatkan kualitas visual bagi pengunjung agar terlihat indah dan tertata rapih.

Konsep Aktivitas Wisata


Pengembangan aktivitas agrowisata diarahkan pada aktivitas yang dapat
mengajak pengunjung terlibat langsung dalam berbagai atraksi agrowisata yang
ada. Hal tersebut dimaksudkan agar pengunjung mendapatkan kesan dan
pengalaman baru yang edukatif dan menyenangkan sehingga mereka memiliki
keinginan untuk menjaga kelestarian kawasan. Aktivitas agrowisata sangat
dipengaruhi oleh ruang wisata serta objek dan atraksi yang ada di dalamnya.
Berdasarkan konsep ruang yang terbentuk dari hasil analisis sebelumnya,
pengembangan aktivitas di lokasi penelitian dibedakan menjadi aktivitas
agrowisata aktif dan aktivitas agrowisata pasif. Diagram aktivitas yang ada dapat
dilihat pada Gambar 50.

Gambar 50 Diagram aktivitas


Ativitas agrowisata aktif merupakan aktivitas agrowisata yang menuntut
partisipasi aktif dari wisatawan untuk dapat terlibat langsung dalam kegiatan dan
proses budidaya dengan bantuan interpreter dalam rangka mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman melalui pengalaman dan penyampaian langsung.
83

Aktivitas agrowisata aktif diantaranya adalah aktivitas budidaya seperti penyiapan


lahan, pengolahan hasil pertanian, pengepakan produk pertanian maupun aktivitas
lain yang disesuaikan dengan potensi agrowisata yang ada.
Aktivitas agrowisata pasif merupakan aktivitas agrowisata yang
menekankan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif, untuk mengimbangi
adanya aktivitas agrowisata aktif dan memenuhi kebutuhan wisatawan. Akivitas
agowisata pasif berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh wisatawan
terhadap aktivitas yang ada.

Konsep Fasilitas
Konsep pengembangan fasilitas dalam kawasan agrowisata ini adalah
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas dan fungsi masing-masing ruang.
Fasilitas yang dikembangkan disesuaikan dengan daya dukung lahan, tata letak
yang tepat, serta bernuansa pedesaan agar dapat mendukung karakter kawasan.
Fasilitas wisata yang dikembangkan pada lokasi penelitian menggunakan konsep
yang mengangkat identitas tanah sunda melalui penggunaan material yang
tersedia di dalam kawasan. Material tersebut diantaranya bambu, kayu, ijuk dan
batu kali yang menunjang estetik serta tahan terhadap iklim setempat namun tetap
fungsional.

Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan hasil akhir dari proses


perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur yang terdiri dari rencana objek
agrowisata, rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas
wisata dan fasilitas, rencana daya dukung, rencana lanskap agrowisata, serta
rencana perjalanan wisata.

Rencana Objek Agrowisata


Rencana objek wisata terdiri dari dua jenis yaitu objek wisata eksisting dan
rekomendasi. Objek wisata eksisting yang terdapat pada kawasan terdiri dari
peternakan sapi, pabrik pengolahan susu, kolam budidaya ikan air tawar, sawah,
kebun campuran, hutan, industri makanan yang mengelola hasil produksi
pertanian di kawasan permukiman, pusat atraksi budaya, dan objek wisata
pendukung. Sedangkan objek wisata rekomendasi terdiri dari tempat pembibitan,
tempat display, tempat pengepakan hasil pertanian, tempat pembuatan kompos,
tempat pengolahan limbah untuk pupuk, tempat penjualan cinderamata, jalur
interpretasi alam.

Rencana Ruang
Rencana ruang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan ruang baik
untuk aktivitas wisatawan maupun aktivitas masyarakat. Ruang yang
direncanakan merupakan pengembangan dari konsep ruang sebelumnya, yaitu
Ruang Atraksi Utama Agrowisata yang merupakan area ruang agrowisata intensif,
Ruang Penunjang Agrowisata yang merupakan ruang agrowisata non-intensif dan
Ruang Penyangga serta Ruang Konservasi yang merupakan ruang non-agrowisata.
Tiap ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi-fungsi dan aktivitas
tertentu serta saling berkaitan satu sama lain. Berdasarkan konsep ruang dan data
84

yang telah dianalisis secara spasial diperoleh ruang agrowisata dengan luas
2.431,13 ha dan ruang non-agrowisata dengan luas 1.141,11 ha. Rencana
penggunaan ruang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 28 dan Gambar 51.
A. Ruang Agrowisata
1. Ruang Atraksi Utama Agrowisata
Ruang atraksi utama agrowisata merupakan ruang atraksi utama yang
menampilkan objek-objek agrowisata. Ruang ini dibagi menjadi empat
subruang berdasarkan jenis objek yang ditawarkan, yaitu terdiri dari ruang
padi dan palawija, ruang sayur dan buah, ruang peternakan dan ruang
perikanan.
a. Ruang Padi dan Palawija
Merupakan ruang atraksi utama agrowisata dengan objek dan atraksi
agrowisata berupa tanaman padi dan palawija. Ruang ini tersebar di beberapa
lokasi pada kawasan ruang atraksi utama agrowisata terutama pada Kelurahan
Cigugur dan Kelurahan Cipari. Subruang yang dikembangkan adalah
subruang budidaya, subruang sawah, subruang pasca panen dan subruang
pelayanan.
Subruang budidaya lahan padi dan palawija merupakan ruang yang
disediakan untuk pengunjung agar dapat terlibat secara langsung dalam
melakukan proses budidaya. Subruang ini terdiri dari lahan pembibitan dan
lahan percobaan, lahan pembibitan hanya untuk aktivitas pengamatan dan
lahan percobaan digunakan untuk aktivitas pengunjung yang ingin mengikuti
proses penanaman. Subruang sawah merupakan area display yang di dalamnya
terdapat aktivitas keseharian petani melakukan aktivitas budidaya yang
sekaligus sebagai objek dan atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung
untuk mengamati proses budidaya. Aktivitas jalan santai dapat dilakukan
pengunjung pada ruang ini, menikmati pemandangan sawah dengan latar
pegunungan, serta mengamati pola tanam dan jenis-jenis hama padi-palawija
setempat. Pada subruang pasca panen pengunjung dapat mengamati dan ikut
serta dalam proses pasca panen seperti menyortir hasil panen palawija,
menjemur padi, menggiling padi hingga menjadi beras, dan mengemas beras
dan palawija hingga siap dijual. Subruang pasca panen berada di tempat
penggilingan padi milik kelompok tani serta melibatkan kelompok wanita tani
dalam kegiatan pengemasan produk. Lokasinya diletakkan dekat dengan jalan
utama untuk memudahkan petani dalam kegiatan distribusi hasil panen, selain
itu pengunjung yang tertarik dapat mengamati dan mengikuti proses pasca
panen tersebut secara langsung. Sedangkan untuk subruang pelayanan berada
pada area sawah yang dekat dengan rumah penduduk, di sini pengunjung
dapat menikmati makan siang dengan menu olahan hasil pertanian setempat di
saung yang disediakan. Selain itu pengunjung juga dapat membeli hasil panen
padi dan palawija secara langsung.
b. Ruang Sayur dan Buah
Area ini dialokasikan pada beberapa lahan yang ada di Desa Cisantana.
Pada tiap lokasi, fungsi penerimaan dialokasikan memusat di area penerimaan
Desa Cisantana. Pada ruang ini subruang yang dikembangkan adalah subruang
budidaya, subruang kebun, subruang pasca panen serta subruang pelayanan.
85

Subruang budidaya merupakan ruang untuk wisatawan agar terlibat


secara langsung melakukan proses budidaya sayur dan buah, mulai dari
menyiapkan media tanam, menanam bibit, memupuk tanaman, menyiangi
gulma serta memanen tanaman sayur dan buah. Penempatan masing-masing
jenis lahan tanaman sayur dan buah dibuat berdasarkan potensi yang ada di
tapak. Subruang kebun merupakan ruang display yang dapat dinikmati
wisatawan sebagai pengamatan komoditas dan aktivitas berkebun. Area
display terdapat pada lahan yang berada dekat jalan yang dapat dilihat
langsung oleh pengunjung. Aktivitas di ruang ini merupakan aktivitas pasif
berupa pengamatan jenis sayur dan buah dan pola tanamnya, mengenal alat-
alat perkebunan, pengamatan aktivitas petani, serta berjalan-jalan santai. Pada
subruang pasca panen wisatawan dapat mengikuti proses seperti penyortiran
hasil panen, pengemasan produk segar, pengolahan hasil panen, serta
pengemasan produk hasil olahan dan mencicipi langsung hasil produk olahan
tersebut. Sedangkan pada subruang pelayanan pengunjung akan mendapat
informasi mengenai kawasan agrowisata yang ada di dalam desa. Selain itu
pada area ini terdapat pasar yang mewadahi aktivitas jual beli hasil panen
maupun bibit tanaman sayur dan buah serta rumah makan untuk mewadahi
pengunjung untuk menikmati hasil olahan panen sayur dan buah.
c. Ruang Peternakan
Ruang peternakan merupakan ruang yang direncanakan pada beberapa
lokasi peternakan yang sudah ada yaitu di Kelurahan Cipari dan Desa
Cisantana, yang ditujukan untuk mengakomodasi potensi ternak sapi perah
yang dimiliki oleh masyarakat. Pada ruang agrowisata peternakan, subruang
yang dikembangkan adalah ruang budidaya, ruang padang penggembalaan,
ruang pengolahan serta ruang pelayanan.
Area penerimaan berada di masing-masing peternakan untuk
memudahkan pengunjung dalam melakukan registrasi dan mendapat informasi
mengenai peternakan, berada pada ruang pelayanan. Pada padang
penggembalaan, hewan ternak dilepas pada halaman rumput berpagar.
Kegiatan pada ruang ini merupakan aktivitas pasif diantaranya mengamati
tingkah laku hewan ternak, mengamati perbedaan jenis hewan ternak,
memandikan ternak dan berfoto. Ruang budidaya merupakan kandang ternak
yang bertujuan untuk kegiatan atau proses berternak. Ruang ini meliputi ruang
kandang budidaya, ruang pakan ternak, ruang pengolahan ternak, dan ruang
pengolahan kompos. Di ruang ini pengunjung dapat melakukan kegiatan
mengamati jenis sapi perah, memberi pakan ternak, mempelajari teknik
memerah sapi, membuat kompos serta mengetahui teknik peternakan yang
dilakukan petani.
Setelah mengikuti kegiatan budidaya, pengunjung dapat memasuki
area pengolahan susu sapi untuk mendapatkan pengetahuan mengenai teknik
pengemasan susu dan proses pengolahan susu menjadi berbagai produk olahan.
Selain itu terdapat area pembuatan biogas yang memanfaatkan limbah kotoran
ternak dan pengunjung dapat mempelajari proses pembuatan biogas.
Sedangkan pada ruang pelayanan aktivitas pengunjung berupa belanja produk
hasil olahan ternak, beristirahat dan makan pada saung-saung rumah makan.
Selain itu pengunjung dapat membeli pupuk kandang yang dapat ditemukan
pada gerai khusus yang sudah disediakan terpisah dengan gerai olahan susu.
86

d. Ruang Perikanan
Pada ruang wisata perikanan, wisata yang dikembangkan adalah
agrowisata ikan air tawar dan berlokasi di Kelurahan Cigugur. Ruang ini
dibagi menjadi subruang budidaya, subruang kolam ikan air tawar, subruang
pasca panen serta subruang pelayanan.
Subruang budidaya adalah ruang yang disediakan untuk pengunjung
agar dapat langsung terlibat melakukan aktivitas beternak ikan mulai dari
persiapan kolam hingga pemanenan hasil. Subruang kolam ikan air tawar
merupakan area untuk peternak melakukan aktivitas budidaya sehingga
wisatawan dapat mengamati secara langsung proses budidaya ikan serta
mengamati jenis-jenis ikan. Pada subruang ini dikembangkan aktivitas pasif
seperti mengenal peralatan beternak ikan, memancing, menangkap ikan, dan
berjalan-jalan santai. Sedangkan pada subruang pelayanan merupakan ruang
yang dapat dimanfaatkan pengunjung sebagai area belanja hasil memancing,
menikmati hasil panen dan olahannya, serta beristirahat. Pada ruang wisata
perikanan ini terdapat kolam pembibitan dan pembesaran ikan pada subruang
budidaya, area kolam pemancingan pada subruang kolam ikan air tawar, area
pengolahan ikan pada subruang pasca panen, area shelter, area gerai peralatan
dan area restoran ikan pada subruang pelayanan. Selain itu terdapat ruang
terbuka di bawah naungan pohon sebagai tempat beristirahat dan membakar
hasil tangkapan ikan secara langsung.
2. Ruang Penunjang Agrowisata
a. Ruang Penerimaan
Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai pengunjung ketika
memasuki kawasan. Area ini terbagi menjadi tiga jalur pintu masuk yaitu jalur
utama yang berada pada jalur sebelah selatan dan timur yang merupakan jalur
provinsi dan jalur sekunder yang berada di sebelah tenggara Kecamatan
Cigugur. Pengunjung dapat menikmati pemandangan berupa sawah dan kebun
ketika pertama kali memasuki kawasan sehingga ciri khas kawasan pedesaan
dapat langsung dirasakan oleh pengunjung. Area penerimaan ini sekaligus
diberi fungsi pengawasan demi keamanan kawasan dengan menempatkan pos
jaga dekat dengan gerbang kawasan.
b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berisi aktivitas pemenuhan kebutuhan
wisatawan. Ruang ini berfungsi sebagai area yang memberikan pelayanan
terkait dengan pemenuhan kebutuhan atas kenyamanan, kemudahan dan
kelengkapan dalam menikmati aktivitas agrowisata bagi wisatawan. Di
dalamnya termasuk fasilitas umum serta penyedia jasa. Ruang pelayanan
berada pada area yang mudah dijangkau oleh wisatawan dan merupakan pusat
pelayanan terpadu dalam kawasan, dipusatkan pada satu titik tertentu dan
menyebar mengikuti objek.
c. Ruang Penghubung
Merupakan ruang transisi yang menghubungkan antara ruang atraksi
utama agrowisata dengan ruang penunjang agrowisata. Pada area ini dilakukan
upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi visual kawasan untuk
menciptakan first impression yang baik terhadap wisatawan dan juga sebagai
penunjang terhadap aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan dalam
87

kawasan. Ruang penghubung ini terdapat pada desa-desa yang dilalui oleh
pengunjung pada saat menuju kawasan atraksi utama agrowisata.
d. Ruang Masyarakat
Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam kawasan.
Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi
referensi dalam melakukan pengembangan tapak. Ruang ini disusun oleh
rangkaian permukiman dan lingkungan di sekitarnya termasuk halaman, kebun
serta sawah dan tegalan yang tidak dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata.
Dalam pengembangannya sebagai ruang pendukung agrowisata, ruang
masyarakat tetap diperhatikan sebagai ruang pribadi masyarakat sehingga
pengembangannya tidak signifikan.

e. Ruang Wisata Umum


Merupakan ruang yang menyediakan aktivitas wisata umum. Ruang
ini dikembangkan pada kawasan untuk menghilangkan kesan monoton dan
meningkatkan kepuasan pengunjung pada tapak. Aktivitas yang dapat
dilakukan pada area ini yaitu kegiatan lintas hutan, bermain outbound,
sightseeing, berfoto dan piknik.

B. Ruang Non Agrowisata


1. Ruang Penyangga
Merupakan ruang pemisah antara ruang agrowisata dengan ruang
konservasi. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung yaitu mengamati
vegetasi hutan, interpretasi alam, serta mengamati kegiatan petani.
2. Ruang Konservasi
Merupakan ruang yang berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan
kelestarian lingkungan pada kawasan dengan melakukan tindakan konservasi
dan membatasi kegiatan wisatawan yang berkunjung. Alokasi ruang
konservasi yang ada sesuai dengan fungsi kawasan Kecamatan Cigugur yaitu
pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Tabel 28 Rencana penggunaan ruang


Luas
Ruang/Subruang Fungsi
Ha %
Ruang Atraksi
Utama Agrowisata
Padi dan palawija atraksi yang menyajikan area 159,93 4,48
dan aktivitas petani melakukan
budidaya padi dan palawija
Sayur dan buah atraksi yang menyajikan area 475,10 13,30
dan aktivitas petani melakukan
budidaya sayur dan buah
Peternakan atraksi yang menyajikan area 5,11 0,14
dan aktivitas petani memelihara
hewan ternak
88

Tabel 28 Lanjutan
Luas
Ruang/Subruang Fungsi
Ha %
Perikanan atraksi yang menyajikan area 3,60 0,10
dan aktivitas petani melakukan
budidaya ikan air tawar
Total Luas 711,74 18,02
Ruang Penunjang
Agrowisata
Penerimaan area penerimaan pengunjung 1 0,03
dan masyarakat Kecamatan
Cigugur
Pelayanan memberikan kemudahan bagi 4,78 0,13
pengunjung dalam melakukan
kegiatan wisata pada kawasan
Penghubung area transisi untuk mengarahkan 226,22 6,33
pengunjung dalam
memperkenalkan kompleks
atraksi
Masyarakat area yang mewadahi kehidupan 1.471,39 41,19
sehari-hari masyarakat sekitar
Wisata umum area yang mewadahi aktivitas 16 0,45
wisata selain wisata pertanian
Total Luas 1.719,39 48,13
Ruang Penyangga area yang memisahkan ruang 128,33 3,59
agrowisata dengan ruang
konservasi
Ruang Konservasi menjaga nilai ekologis serta 1.012,78 28,35
melindungi tanah dan air yang
ada pada kawasan

Rencana Sirkulasi
Sirkulasi merupakan sarana yang berfungsi sebagai penghubung antara
tiap-tiap ruang yang direncanakan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung
dan masyarakat. Rencana sirkulasi dikembangkan mengikuti pengembangan
konsep sebelumnya dengan membagi jalur sirkulasi menjadi jalur sirkulasi wisata
dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang
digunakan pengunjung untuk menikmati objek dan atraksi wisata yang ada pada
tapak. Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur eksisting yang digunakan
masyarakat sebagai fungsi produksi dan penghubung antar ruang kehidupan
masyarakat. Jalur sirkulasi wisata memiliki tiga jalur yang dibedakan berdasarkan
intensitas penggunaan serta fungsinya yaitu jalur primer, jalur sekunder dan jalur
tersier.
Jalur primer merupakan jalur utama dalam tapak yang menghubungkan
Kecamatan Cigugur dengan kecamatan lain dan menghubungkan seluruh desa
yang ada di dalam kawasan Kecamatam Cigugur. Jalur tersebut terbuat dari aspal
dengan lebar 6-8 meter dan jalur hijau jalan ± 2 meter yang ditanami dengan
rumput dan tanaman pengarah khas pedesaan dan sekaligus sebagai jalur pejalan
kaki. Jalur primer difasilitasi dengan tempat sampah, drainase, papan penunjuk
arah dan rambu-rambu jalan.
89

Gambar 51 Peta rencana ruang


90

Jalur sekunder adalah jalur dengan lebar 3-5 meter yang terbuat dari aspal
dan terdiri dari jalan yang menghubungkan jalur primer dengan lokasi objek
agrowisata, jalan di dalam objek agrowisata dan jalan antara objek agrowisata
dengan area transisi. Jalur ini dapat dilalui oleh kendaraan ukuran sedang seperti
mobil, pick up, serta sepeda dan sepeda motor. Fasilitas pada jalur ini terdiri dari
lampu penerangan, pohon peneduh, tempat sampah, papan penunjuk arah, papan
peringatan serta papan informasi. Jalur sekunder yang dialokasikan untuk
masyarakat lebih ditujukan sebagai jalur untuk pengelola dalam mengangkut hasil
pertanian atau mengantar bahan-bahan pertanian. Sedangkan jalur tersier adalah
jalan di daerah permukiman masyarakat, jalan setapak pada lahan pertanian dan
tegakan hutan.
Jalur tersier memiliki ukuran jalan bervariasi dari jalan tanah biasa
berukuran 1 meter hingga yang terbuat dari bahan kerikil maupun beton semen
dengan lebar 1-2 meter. Jalur ini dapat berupa nature trail atau pematang sawah
dengan pola jalur loop dan digunakan untuk tujuan interpretasi dan observasi pada
area wisata pertanian serta pada area konservasi. Jalur ini menjadi jalur edukasi
bagi wisatawan yang dapat menghubungkan wisatawan dengan informasi sumber
daya alam yang ada di tapak. Ilustrasi jalur tersier pada rang atraksi utama
agrowisata dapat dilihat pada Gambar 52.

Gambar 52 Jalur tersier pada ruang atraksi utama agrowisata


Selain fasilitas pendukung, sirkulasi yang sudah direncanakan perlu
ditambahkan vegetasi pinggiran jalan. Vegetasi umumnya berfungsi sebagai
tanaman peneduh dan pengarah jalan untuk pengunjung, selain itu juga bertujuan
untuk menambah estetika dan kenyamanan selama melakukan aktivitas
agrowisata. Rencana sirkulasi kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur dapat
dilihat pada Tabel 29 dan peta rencana sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 53.
91

Gambar 53 Peta rencana sirkulasi


92

Tabel 29 Rencana sirkulasi kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur


Panjang
Sirkulasi Fungsi Pengguna Material Penempatan
(km)
Jalur
sirkulasi
wisata
Primer Akses masuk Kendaraan 31.610,69 Aspal dan Ruang
dan keluar bermotor beton untuk penerimaan,
kawasan (bus, material ruang
agrowisata, minibus, jembatan rekreasi dan
penghubung mobil, wisata
antar ruang sepeda
motor)
Sekunder Akses masuk Kendaraan 7.210,30 Aspal dan Di setiap
dan keluar sedang beton untuk objek
objek dan Kendaraan material agrowisata
atraksi utama wisata jembatan
agrowisata, (delman)
penghubung Sepeda Paving Di setiap
antar objek
subruang agrowisata
Tersier Akses di Pejalan kaki, 31.948,62 Kerikil,
dalam ruang sepeda beton
atraksi utama semen
agrowisata
Jalur Akses masuk Angkutan 59.902,34 Aspal dan Jalur
Sirkulasi dan keluar umum, beton untuk eksisting
Masyarakat desa/ kendaraan material
kecamatan, bermotor jembatan
akses (mobil, pick
kendaraan up, sepeda
produksi, motor),
akses kendaraan
ketetanggaan, sedang
akses menuju
sawah atau
kebun

Rencana Vegetasi
Vegetasi yang direncanakan di dalam kawasan perencanaan merupakan
vegetasi khas pedesaan yang memiliki fungsi sesuai area dan aktivitas pada
kawasan. Rencana vegetasi pada kawasan dikembangkan sesuai dengan konsep
dan harus memenuhi fungsi yang diharapkan yaitu fungsi produksi, konservasi,
penyangga dan estetika.

A. Vegetasi Produksi
Vegetasi yang dikembangkan pada tapak yaitu tanaman padi dan palawija
yaitu jagung, kacang hijau, kacang panjang, singkong, ubi, wortel, mentimun,
talas pada area sawah dan tegalan seluas 156,20 ha, tanaman sayur yaitu bawang
merah, bawang daun, cabe, kentang, kubis, tomat, buncis, brokoli dan sawi pada
area ladang seluas 472,16 ha serta tanaman buah yaitu strawberry, jeruk nipis,
93

kesemek, apel dan alpukat pada area kebun campuran dan pekarangan masyarakat
seluas 679,99 ha serta vegetasi berguna lainnya yang dibudidayakan.

B. Vegetasi Konservasi
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang konservasi terdiri dari tanaman
eksisting yaitu tanaman yang sudah ada pada kawasan tegakan hutan, serta
tanaman bambu di sepanjang sempadan sungai dan beringin di daerah agak curam
dan curam. Bambu dan beringin memiliki perakaran yang dalam dan mampu
mengikat air dengan baik sehinga dapat menkonservasi air dan tanah serta
mencegah erosi. Vegetasi konservasi memiliki luasan sebesar 1.012,78 ha atau
28% dari luas total.

C. Vegetasi Penyangga
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang pemisah antara ruang agrowisata
dengan ruang konservasi, terdiri dari tanaman eksisting yang di tanam pada
ladang dan kebun milik masyarakat. Vegetasi ini direncanakan pada areal seluas
128,33 ha.

D. Vegetasi Estetika
Vegetasi yang dikembangkan pada ruang penerimaan, pelayanan serta area
wisata yang memiliki fungsi peneduh, pengarah dan pembatas serta dapat
menonjolkan keindahan tanaman baik dari segi bentuk, corak dan warna.
Tanaman peneduh yang direncanakan menyebar pada area pelayanan seperti pada
tempat parkir dan tempat rekreasi, vegetasi yang digunakan yaitu dengan tajuk
rapat dan estetik seperti ketapang, kayu manis dan flamboyan. Tanaman pengarah
yang direncanakan menyebar di sepanjang jalur sirkulasi utama, vegetasi yang
digunakan yaitu mahoni, kayu manis, teh-tehan, dan kecubung. Sedangkan
tanaman pembatas yang direncanakan terdiri dari pucuk merah, cemara norfolk,
palem sadeng, dan bambu pagar. Rencana vegetasi Kecamatan Cigugur dapat
dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 54.

Tabel 30 Rencana vegetasi Kecamatan Cigugur


Fungsi
Nama Lokal Nama Latin Estetika
Produksi Konservasi
Peneduh Pengarah Pembatas
Tanaman Penutup Tanah & Semak
Padi Oryza sativa √
Jagung Zea mays √
Kacang hijau Vigna radiata √
Kacang Panjang Vigna sinensis √
Singkong Manihot esculenta √
Ubi Ipomea batatas √
Wortel Daucus carota √
Mentimun Cucumis sativus √
Talas Colocasia esculenta √
Bawang merah Allium cepa L. √
Bawang daun Allium fistulosum √
Cabai merah Capcisum anmum √
Kentang Solanum tuberosum √
Kubis Brassica oleracea √
Tomat Solanum lycopersicum √
94

Tabel 30 Lanjutan
Fungsi
Nama Lokal Nama Latin Estetika
Produksi Konservasi
Peneduh Pengarah Pembatas
Buncis Phaseolus vulgaris √
Brokoli Brassica oleracea var.

italica
Sawi Brassica juncea L. √
Strawberry Fragaria virginiana √
Tanaman Pohon
Jeruk nipis Citrus aurantiifolia √
Apel Malus domestica √
Alpukat Persea americana √
Kesemek Diospyros kaki √
Bambu Bambusa vulgaris √ √
Beringin Ficus benjamina √ √
Ketapang Terminalia catappa √
Kayu manis Cinnamomum
burmannii √ √
Flamboyan Delonix regia √
Mahoni Swetenia macrophylla √
Teh-tehan Acalypha siamensis √
Kecubung Datura metel √
Pucuk merah Syzygium oleina √
Cemara norfolk Araucaria
heterophylla √
Palem sadeng Saribus rotundifolius √

Rencana Aktivitas Wisata dan Fasilitas


Aktivitas wisata yang direncanakan merupakan pengembangan dari
konsep yang ada sebelumnya yaitu dibedakan menjadi aktivitas wisata aktif dan
aktivitas wisata pasif. Aktivitas wisata aktif pada area atraksi utama agrowisata
adalah rekreasi yang berlangsung pada areal pertanian sawah, tegalan, kebun,
peternakan, kolam dan hutan. Pada aktivitas wisata ini para pengunjung dapat
mengikuti dan mempelajari proses budidaya pertanian baik berupa tanaman,
ternak, maupun ikan hingga proses pengolahan yang terdapat langsung pada
masing-masing area. Pengunjung dapat langsung mempraktekan proses-proses
tersebut dan mencoba produk olahan. Kegiatan wisata pertanian ini akan diakhiri
dengan lokasi pengolahan berbagai hasil pertanian baik yang berupa minuman,
makanan maupun dalam bentuk lain seperti cinderamata khas Kecamatan Cigugur.
Sedangkan aktivitas wisata pasif merupakan aktivitas yang dapat dilakukan baik
pada area atraksi utama agrowisata maupun area objek wisata pendukung.
Aktivitas yang dikembangkan berupa kegiatan rekreasi yang dapat mendekatkan
pengunjung dengan alam khas kawasan perencanaan, seperti kegiatan pengamatan,
outbound, berkemah, bersepeda, piknik, atau berkumpul pada area outdoor.
Rencana fasilitas dibuat berdasarkan jenis aktivitas yang akan
dikembangkan. Secara khusus, rencana pengembangan aktivitas dan fasilitas
dapat dilihat pada Tabel 31. Bahan-bahan umum yang digunakan untuk
membangun fasilitas yang direncanakan yaitu bahan yang ramah lingkungan dan
mudah didapat terutama dari daerah setempat. Pengerjaannya pun dilakukan oleh
masyarakat sebagai bagian dari program pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
95

Gambar 54 Peta rencana vegetasi


96

Fasilitas-fasilitas yang dikembangkan tidak hanya untuk melengkapi


kegiatan wisata pertanian, tetapi juga dapat melengkapi kebutuhan masyarakat,
sehingga pengelolaannya akan dijalankan secara mandiri oleh masyarakat melalui
kelembagaan yang ada sekaligus megelola kawasan agrowisata.

Tabel 31 Rencana aktivitas dan fasilitas yang dikembangkan


Tipe
Ruang Aktivitas Fasilitas
Aktivitas
Ruang Atraksi
Utama
Agrowisata
Padi dan Aktif Menyiapkan lahan dengan Lahan percobaan budidaya,
palawija membajak sawah alat bajak sawah, tempat
menggunakan kerbau, penggilingan padi,
menanam padi dan palawija, lumbung padi, gudang
memanen padi dan palawija, peralatan, gudang pupuk,
ikut serta dalam proses gedung pengemasan hasil,
penggilingan padi, gazebo, toilet, mushola,
mengikuti proses gerai hasil pertanian, papan
pengemasan hasil palawija, informasi, papan penanda,
mengikuti kegiatan produksi tempat pembuangan
hasil olahan padi dan sampah
palawija
Pasif Pengamatan aktivitas
budidaya oleh petani,
melihat dan belajar cara
menggiling padi, belanja
hasil panen
Sayur dan buah Aktif Menanam sayur dan buah, Green house, lahan
memanen sayur dan percobaan budidaya,
memetik buah, mengikuti gudang hasil panen,
proses pengemasan gedung pengemasan hasil,
Pasif Pengamatan aktivitas gedung pengolahan hasil,
budidaya oleh petani, rumah makan, toilet,
melihat dan belajar cara mushola, gazebo, papan
mengolah hasil panen, informasi, papan penanda,
belanja dan menikmati gerai hasil pertanian,
langsung hasil panen dan tempat pembuangan
olahan sampah
Peternakan Aktif Memberi makan ternak sapi, Kandang sapi perah,
memerah susu sapi, kandang anak sapi, pabrik
membersihkan sapi, pakan, kebun rumput
mempelajari dan membuat gajah, tempat pengolahan
kompos dari kotoran ternak, kompos dan instalasi
mempelajari instalasi biogas biogas, gedung
Pasif Pengamatan terhadap penyimpanan dan
aktivitas peternakan, melihat pengolahan susu, gedung
dan mempelajari proses pengelola, rumah makan,
pengolahan susu, belanja toilet, mushola, gazebo,
dan menikmati langsung papan informasi, gerai
hasil olahan susu hasil olahan susu
97

Tabel 31 Lanjutan
Tipe
Ruang Aktivitas Fasilitas
Aktivitas
Perikanan Aktif Menyiapkan kolam, Kolam pemancingan ikan,
pemupukan kolam, memilih kolam pembibitan
induk, pemijahan, kegiatan budidaya ikan, rumah
penetasan telur, memancing makan, toilet, mushola,
ikan, memberi pakan ikan gazebo, papan informasi
Pasif Pengamatan terhadap aktivitas
perikanan, belanja dan
menikmati hasil tangkapan
ikan
Ruang
Penunjang
Agrowisata
Penerimaan Pasif Akses utama informasi Gapura, pusat informasi,
wisata pos satpam
Pelayanan Pasif Membeli tiket, menyewa Loket tiket, pusat
guide dan transportasi wisata, informasi, homestay,
parkir kendaraan, akses gedung pelayanan atribut
informasi wisata, wisata, tempat parkir, pasar
istirahat/menginap, makan lokal, mushola, kantin,
dan minum, beribadah, toilet, tempat sampah,
berbelanja papan informasi
Penghubung Pasif Menikmati pemandangan Papan penanda, jalur
sepeda dan delman
Masyarakat Aktif Membuat produk olahan Pendopo, kios souvenir,
pertanian, membuat kerajinan toilet, mushola, tempat
cinderamata, mempelajari dan pembuangan sampah
melakukan ritual adat,
mempelajari dan mengikuti
pertunjukan seni budaya
Pasif Mengenal aktivitas dan
kebudayaan masyarakat,
menonton dan mengamati
upacara adat
Wisata umum Aktif Outbond, berkemah, bermain Area outbound, area
sepeda, menaiki kuda, kemah, menara pandang,
menyusuri bukit, photo lawn, gazebo, jalur
hunting, wisata satwa (bird interpretasi, toilet,
watching, insect and butterfly mushola, papan penanda,
catching) tempat sampah
Pasif Menikmati pemandangan,
piknik, bersantai dan istirahat,
Ruang Pasif Menikmati pemandangan, -
Penyangga mengamati aktivitas
masyarakat, pemenuhan
produksi internal masyarakat
Ruang - - -
Konservasi
98

Rencana utilitas yang dikembangkan di dalam kawasan agrowisata ini


yaitu pengadaan air bersih melalui penyaluran air dari mata air, telekomunikasi,
pengadaan sistem jaringan listrik yang berasal dari PLN dan Generator Set,
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa sumur resapan, tempat
pengolahan limbah padat dan cair, serta sarana untuk promosi wisata. Air bersih
bagi kawasan disediakan melalui pembuatan sumur serta tempat penampungan air
di beberapa sumber mata air yang disalurkan melalui pipa yang dipendam di
dalam tanah menuju lahan-lahan pertanian, permukiman dan area pelayanan.
Jaringan telekomunikasi disediakan untuk area pelayanan bagi pengelola, serta
masyarakat dan pengunjung yang ingin menggunakan telepon umum atau jaringan
internet (wifi). Pada tempat pengolahan limbah padat dan cair terdapat
pengumpulan, pengelompokan, penyimpanan sementara, seleksi, pemusnahan
(insinerasi) serta pemanfaatan (pengomposan) yang dapat digunakan kembali
sebagai pupuk organik tanaman ataupun biogas dari hasil limbah kotoran ternak.

Rencana Daya Dukung


Daya dukung merupakan kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah
pengunjung dengan intensitas penggunaan maksimal terhadap sumber daya yang
berlangsung terus-menerus tanpa merusak lingkungan. Jumlah pengunjung yang
terlalu sedikit menyebabkan rekreasi pertanian menjadi tidak produktif.
Sebaliknya apabila jumlah pengunjung terlalu banyak akan mengakibatkan
terganggunya fungsi lahan dari sisi ekologis dan edukasinya. Daya dukung
tersebut sangat menentukan keberlanjutan kawasan wisata. Dengan adanya daya
dukung kawasan wisata tersebut dapat dilakukan pengendalian terhadap jumlah
wisatawan yang datang berkunjung. Daya dukung dapat dihitung dengan cara
membagi luas area suatu kawasan dengan standar kebutuhan ruang per-orang
(Tabel 32).

Tabel 32 Rencana daya dukung pengunjung berdasarkan fasilitas wisata


Satuan Standar DD
Ruang/Sub Luas total
Fasilitas Luas (m²/orang), (orang,
ruang ∑ (m²)
(m²) (m²/mobil) mobil)
Ruang Atraksi
Utama
Agrowisata
Padi dan Lahan percobaan 1 29.971 29.971 4 7.493
palawija (lahan sawah)
Lahan display 1 59.660 59.660 30 1.989
Gedung 2 100 200 2 50
penggilingan
padi
Gedung 1 200 200 2 100
pengemasan hasil
Gazebo 10 9 90 2 5
Gerai hasil 1 100 100 2 50
pertanian
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 9.770
Sayur dan buah Parkir bus 1 883 883 32 28
Parkir mobil 1 182 182 15 12
Parkir motor 1 123 123 2 62
99

Tabel 32 Lanjutan
Satuan Standar DD
Ruang/Sub Luas total
Fasilitas Luas (m²/orang), (orang,
ruang ∑ (m²)
(m²) (m²/mobil) mobil)
Nurseri 2 150 300 4 38
Lahan percobaan 1 13.605 13.605 4 3.401
(lahan kering)
Lahan display 1 63.842 63.842 30 2.128
Gudang 1 200 200 2 100
pengemasan hasil
Gedung 1 100 100 2 50
pengolahan hasil
Lawn 1 794 794 20 40
Rumah makan 1 180 180 4 45
Gazebo 13 9 117 2 5
Gerai hasil 1 100 100 2 50
pertanian
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 1 20 20 2 10
Total 6.056
Peternakan Parkir bus 1 909 909 32 28
Parkir mobil 1 296 296 15 20
Parkir motor 1 162 162 2 81
Kandang sapi 5 120 600 4 30
perah
Pabrik pakan 2 64 128 2 32
Padang gembala 1 1.334 1.334 4 334
Tempat 1 200 200 4 50
pengolahan
kompos dan
instalasi biogas
Gudang 1 300 300 4 75
penyimpanan dan
pengolahan susu
Gedung 2 100 200 2 50
pengelola
Rumah makan 1 60 60 4 15
Gazebo 10 9 90 2 5
Gerai hasil 1 100 100 2 50
olahan susu
Mushola 2 50 100 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 810
Perikanan Pemancingan 46 80 3.680 8 10
Kolam budidaya 12 650 7.800 3 217
Rumah makan 1 60 60 4 15
Gazebo 16 9 144 2 5
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 357
Ruang
Penunjang
Agrowisata
Penerimaan Welcome gate 3 80 240 - -
Pos satpam 2 3 6 2 3
Total 3
Pelayanan Pusat informasi 1 80 80 4 20
100

Tabel 32 Lanjutan
Satuan Standar DD
Ruang/Sub Luas total
Fasilitas Luas (m²/orang), (orang,
ruang ∑ (m²)
(m²) (m²/mobil) mobil)
Loket tiket 5 3 15 3 1
Parkir bus 1 6.250 6.250 32 195
Parkir mobil 1 1.500 1.500 15 100
Parkir motor 1 936 936 2 468
Pasar lokal 1 11.587 11.587 4 2.897
Rest area 1 1.515 1.515 2 758
Masjid 1 800 800 1,5 533
Toilet 1 20 20 2 10
Terminal 1 32.116 32.116 15 2.141
angkutan desa
Total 7.123
Penghubung Jalur sirkulasi 1 57.302 57.302 1.6 35.814
wisata
Masyarakat Pendopo 1 72 72 3,6 20
Kios souvenir 2 110 220 2 55
Toilet 2 20 40 2 10
Total 35.899
Wisata umum Area outbound 1 6.800 6.800 8 850
Area kemah 1 116.331 116.331 20 5.817
Area piknik 1 12.159 12.159 10 1.216
Menara pandang 1 1.370 1.370 8 171
Jalur hiking 1 23.232 23.232 20 1.162
Mushola 1 50 50 1,5 33
Toilet 2 20 40 2 10
Total 9.259

Rencana Lanskap Agrowisata


Rencana lanskap merupakan penataan berbasis lahan guna mendapatkan
model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung
berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatan manusia di dalamnya.
Rencana ini dihasilkan dari seluruh tahap pengerjaan, dari tahap persiapan hingga
rencana-rencana pengembangan yang telah disusun. Ruang terbagi menjadi ruang
atraksi utama agrowisata yang merupakan area ruang agrowisata intensif, ruang
penunjang agrowisata yang merupakan ruang agrowisata non-intensif dan ruang
penyangga serta ruang konservasi yang merupakan ruang non-agrowisata. Tiap
ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi dan aktivitas tertentu serta
saling berkaitan satu sama lain.
Rencana lanskap dapat dilihat pada Gambar 55 yang dilengkapi dengan
detail rencana tapak pada Gambar 56, Gambar 57, dan Gambar 58 yang disajikan
untuk memberi visualisasi terhadap kawasan agrowisata. Rencana tapak tersebut
merupakan pengembangan dari konsep subruang yang sudah ada dan dapat
dikembangkan dengan penataan yang sama pada subruang atraksi utama
agrowisata lainnya dengan ilustrasi suasana kawasan agrowisata pada Gambar 59.
Rencana lanskap mengakomodasikan kepentingan masyarakat sekitar
sebagai host dari aktivitas wisata. Pola pengelolaan agrowisata yang
dikembangkan perlu mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai
kegiatan yang menunjang usaha agrowisata.
101

Gambar 55 Peta rencana lanskap


102
103

Gambar 56 Peta rencana tapak objek wisata sayur dan buah


104

Gambar 57 Peta rencana tapak objek wisata peternakan dan Bumi Perkemahan Palutungan
105

Gambar 58 Peta rencana tapak area pelayanan utama Kelurahan Cigugur


106

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)
Gambar 59 Ilustrasi suasana kawasan agrowisata Kecamatan Cigugur: (a) Area
pasca panen, (b) Agrowisata sayur dan buah, (c) Area display, (d)
Padang gembala sapi, (e) jalur interpretasi alam, (f) jalur pedestrian,
(g) nursery, dan (h) gerai pertanian
107

Rencana Touring Plan


Touring plan merupakan rencana perjalanan wisata yang ada di dalam
kawasan. Perjalanan wisata ini merupakan pengembangan dari konsep sirkulasi
yang ada dan bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam menikmati objek
dan atraksi wisata, membatasi kegiatan pengunjung yang mengarah pada tindakan
merusak lingkungan serta agar pengunjung dapat memperoleh berbagai
pengalaman dan pengetahuan dari objek dan atraksi agrowisata yang ditawarkan.
Program wisata ini disusun sebagai suatu rangkaian kegiatan wisata berbasis
pertanian, pendidikan dan budaya lokal. Rencana touring plan dibuat berdasarkan
lama wisata, dapat dilihat pada Tabel 33.
Rencana perjalanan wisata ini dibagi berdasarkan lama berwisata yaitu
wisata satu hari dan wisata dua hari. Perjalanan satu hari dan dua hari memiliki
rute perjalanan wisata yang hampir sama, namun pada perjalan wisata satu hari
wisatawan tidak menginap dan hanya dapat mengunjungi salah satu desa saja.
Wisatawan dapat memilih akan mengikuti agrowisata pertanian, peternakan atau
perikanan. Hal tersebut menjadikan pengalaman berwisata yang didapat lebih
sedikit dibandingkan dengan rute perjalanan dua hari. Peta rencana perjalanan
wisata dapat dilihat pada Gambar 60.

Tabel 33 Rencana touring plan berdasarkan lama wisata


Waktu
Rute Objek Aktivitas
Wisata
Satu hari Kelurahan Cigugur
Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang perikanan mendapatkan informasi
Ruang padi dan 2. Area perikanan Memancing ikan, memberi pakan
palawija masyarakat adat ikan, pengamatan terhadap aktivitas
Ruang wisata umum Cigugur perikanan, menikmati pemandangan,
Ruang masyarakat photo hunting di area setu
Ruang pelayanan 3. Area padi dan Menyiapkan lahan dengan membajak
palawija sawah menggunakan kerbau,
menanam padi dan palawija,
memanen padi dan palawija, ikut
serta dalam proses penggilingan padi,
mengikuti proses pengemasan hasil
palawija, mengikuti kegiatan produksi
hasil olahan padi dan palawija
4. Hutan Kota Mengenali jenis flora dan fauna
Bungkirit hutan, berkeliling taman, photo
hunting
5. Kolam Ikan Dewa Terapi Ikan Dewa, berenang
6. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan tapai ketan, keripik
pisang, gemblong
7. Pusat oleh-oleh Belanja produk olahan hasil padi,
dan cinderamata palawija dan perikanan, belanja
cinderamata batik khas masyarakat
Cigugur
Kelurahan Cipari
Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang peternakan mendapatkan informasi
Ruang wisata umum 2. Area peternakan Memberi makan ternak sapi,
Ruang masyarakat memerah susu sapi, membersihkan
Ruang pelayanan sapi, mempelajari dan membuat
108

Tabel 33 Lanjutan
Waktu
Rute Objek Aktivitas
Wisata
kompos dari kotoran ternak,
mempelajari instalasi biogas,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
3. Taman Purbakala Mengenal dan mempelajari
Cipari peninggalan megalitik dan proses
ditemukannya, mengenal permukiman
purbakala, mengenal bangunan khas
budaya sunda, photo hunting
4. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan susu, yoghurt, masker
kefir, gemblong, dan boneka
cinderamata
5. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil olahan susu,
dan cinderamata belanja cinderamata boneka
Desa Cisantana
Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang pertanian mendapatkan informasi
Ruang wisata umum
Ruang masyarakat
Ruang pelayanan
2. Area kebun sayurMenanam sayur dan buah, memanen
dan buah sayur dan memetik buah, mengikuti
proses pengemasan, pengamatan
aktivitas budidaya oleh petani,
melihat dan belajar cara mengolah
hasil panen, belanja dan menikmati
langsung hasil panen dan olahan,
menikmati pemandangan, photo
hunting
3. Area peternakan Memberi makan ternak sapi,
memerah susu sapi, membersihkan
sapi, mempelajari dan membuat
kompos dari kotoran ternak,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
4. Bumi Perkemahan Bermain outbound, piknik, berkemah,
Palutungan mengamati dan mempelajari flora dan
fauna hutan, interpretasi alam, photo
hunting di area hutan pinus dan curug
ciputri
5. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan tapai ketan, sirup jeruk
nipis
6. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil panen sayur dan
dan cinderamata buah, produk olahan sayur dan buah
serta cinderamata
Dua hari Ruang penerimaan 1. Pusat informasi Mengenali kawasan wisata yang ada,
Ruang pelayanan mendapatkan informasi
109

Tabel 33 Lanjutan
Waktu
Rute Objek Aktivitas
Wisata
Ruang penghubung 2. Hotel/homestay Istirahat, menginap
Ruang objek dan 3. Area perikanan Memancing ikan, memberi pakan
atraksi utama masyarakat adat ikan, pengamatan terhadap aktivitas
agrowisata Cigugur perikanan, menikmati pemandangan,
Ruang penghubung photo hunting di area setu
Ruang objek dan 4. Area padi dan Menyiapkan lahan dengan membajak
atraksi utama palawija sawah menggunakan kerbau,
agrowisata menanam padi dan palawija,
Ruang pelayanan memanen padi dan palawija, ikut
Ruang penghubung serta dalam proses penggilingan padi,
Ruang objek dan mengikuti proses pengemasan hasil
atraksi utama palawija, mengikuti kegiatan produksi
agrowisata hasil olahan padi dan palawija
Ruang wisata umum 5. Area kebun sayur Menanam sayur dan buah, memanen
Ruang masyarakat dan buah sayur dan memetik buah, mengikuti
Ruang pelayanan proses pengemasan, pengamatan
aktivitas budidaya oleh petani,
melihat dan belajar cara mengolah
hasil panen, belanja dan menikmati
langsung hasil panen dan olahan,
menikmati pemandangan, photo
hunting
6. Area peternakan Memberi makan ternak sapi,
memerah susu sapi, membersihkan
sapi, mempelajari dan membuat
kompos dari kotoran ternak,
mempelajari instalasi biogas,
pengamatan terhadap aktivitas
peternakan, melihat dan mempelajari
proses pengolahan susu, belanja dan
menikmati langsung hasil olahan susu
7. Hutan Kota Mengenali jenis flora dan fauna
Bungkirit hutan, berkeliling taman, photo
hunting
8. Kolam Ikan Dewa Terapi Ikan Dewa, berenang
9. Taman Purbakala Mengenal dan mempelajari
Cipari peninggalan megalitik dan proses
ditemukannya, mengenal permukiman
purbakala, mengenal bangunan khas
budaya sunda, photo hunting
10. Bumi Bermain outbound, piknik, berkemah,
Perkemahan mengamati dan mempelajari flora dan
Palutungan fauna hutan, interpretasi alam, photo
hunting di area hutan pinus dan curug
ciputri
11. Home industry Mengamati dan mempelajari proses
pembuatan olahan hasil pertanian,
peternakan dan perikanan
12. Pusat oleh-oleh Belanja produk hasil panen, produk
dan cinderamata olahan dan cinderamata
110

Gambar 60 Peta rencana perjalanan wisata


111

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten


Kuningan yang memiliki karakter lanskap yang berpotensi untuk pengembangan
agrowisata. Hal ini didukung dengan penggunaan lahan pertanian yang masih
mendominasi yaitu sekitar 64,48% dari luas wilayahnya. Pertanian juga menjadi
mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Cigugur, yaitu 52,63%
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Berdasarkan hasil analisis, dari sepuluh kelurahan/desa yang ada di
Kecamatan Cigugur, kelurahan/desa yang memiliki karakter lanskap sangat
potensial untuk agrowisata berlokasi di tiga kelurahan/desa yaitu Kelurahan
Cigugur, Kelurahan Cipari dan Desa Cisantana dengan keseluruhan luas tapak
sebesar 711,74 ha. Kelurahan/desa yang cukup potensial dikembangkan sebagai
ruang penunjang agrowisata dan ruang penyangga dengan luas 1.848,11 ha,
sedangkan kelurahan/desa yang kurang potensial dikembangkan sebagai ruang
konservasi dengan luas 1.012,78 ha.
Perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur sebagai kawasan agrowisata ini
memiliki konsep dasar yaitu meningkatkan fungsi kawasan Kecamatan Cigugur
dengan mengangkat aktivitas budidaya dan ragam komoditas pertanian,
peternakan, perikanan serta keindahan alam melalui perencanaan agrowisata.
Objek-objek agrowisata yang direncanakan terdiri dari objek agrowisata eksisting
dan rekomendasi. Perencanaan lanskap Kecamatan Cigugur sebagai kawasan
agrowisata terdiri dari rencana ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, fasilitas, daya
dukung, serta rencana perjalanan wisata yang direncanakan untuk mendukung
kegiatan agrowisata.

Saran

Perencanaan skala makro ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan dan


perancangan yang lebih detail terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan.
Disamping itu perlu ditingkatkan lagi pengawasan maupun pembinaan terhadap
penggunaan sumberdaya serta perilaku masyarakat terhadap lingkungan
sekitarnya dalam rangka memperbaiki lingkungan. Khususnya dalam pengelolaan
limbah peternakan dan penerapan pertanian dengan konservasi lahan. Peran aktif
masyarakat pedesaan sangat perlu ditingkatkan dalam mengelola kawasan yang
akan dikembangkan dengan kerjasama dan dukungan pemerintah dan swasta,
misalnya Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan Kompepar (Kelompok
Penggerak Pariwisata) yang berlaku sebagai pengelola agrowisata kawasan
dibantu oleh Dinas Pariwisata dalam meningkatkan keahlian dan keterampilan
Sumberdaya Masyarakat (SDM), serta bantuan penyediaan fasilitas dan utilitas
dari pihak terkait.
112

DAFTAR PUSTAKA

Arifin HS. 1992. Beberapa pemikiran pengembangan agrowisata pada kawasan


cagar budaya betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata
Agro. IPB. Bogor.
Arifin HS, Munandar A, Arifin NHS, Kaswanto. 2009. Potensi Agrowisata di
Pedesaan (Buku Seri IV: Manajemen Lanskap Pedesaan Bagi Kelestarian
dan Kesejahteraan Lingkungan). Bogor: Biro Perencanaan Departemen
Pertanian dengan Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015. Kabupaten
Kuningan.
[BBSDLP] Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. 2014. Petunjuk
teknis klasifiksi tanah nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Kabupaten
Majalengka
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. 2010. Kabupaten Kuningan
dalam angka. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan. 2016. Kabupaten Kuningan
dalam angka. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan.
[DISBUDPAR] Dinas Budaya dan Pariwisata. 2015. Kabupaten Kungingan
Gold SM. 1980. Recreation and Planning Design. New York: McGraw-Hill
Book co.
Gunn, CA. 1994. Tourism Basic Planning,Concept and Cases 3rd. Washington, D.
C : Taylor and Francis Publication.
Gunn, CA. 1997. Vacationscape developing tourist areas. Third Edition. Taylor
and Francis. Washington DC.
Google Earth. 2016. Citra Kecamatan Cigugur [internet].[diacu pada 2015 Maret
20] Tersedia dari : http://www.earth.google.com/
Hakim R, U. Hardi. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap Prinsip-
Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Laurie. 1984. Pengantar Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermedia.
Lynch K. 1981. Site Planning. London: The MIT Press Cambridge.
Maharani, R. 2009. Studi Potensi Lanskap Pedesaan untuk Pengembangan
Agrowisata Berbasis Masyarakat di Kecamatan Cigombong Kabupaten
Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nurisjah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Bulletin
Taman dan Lanskap Indonesia 2001; 4(2): 20-23.
Nurisjah, S. 2004. Analisis dan Perencanaan Tapak. Penuntun Praktikum Analisis
dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 63 hal. (tidak
dipublikasikan)
113

Nurisjah S dan Q. Pramukanto. 2009. Penuntun Perencanaan Lanskap.


Departemen Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor.
Nurisjah S, Q. Pramukanto dan S. Wibowo. 2003. Daya Dukung Dalam
Perencanaan Tapak. Bahan Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak.
Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
[Pemda] Pemerintah Daerah (ID). 2014. Profil Kecamatan Cigugur. Kuningan
(ID): Dinas Daerah.
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:
Pradnya Paramita.
[RIPPDA]. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)
Kabupaten Kuningan. 2011. Kuningan (ID): Dinas Daerah.
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Life Planning and
Design. New York: McGraw-Hill Book co.
Susanto A. A. 2007. Studi Potensi Agrowisata Berbasis Ecovillage di Desa
Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sutomo, S. 2004. Analisa data konversi dan prediksi kebutuhan lahan. Pertemuan
Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian,
Jakarta, 14 Desember 2004.
Tirtawinata, M.R. dan L. Fachruddin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan
Agrowisata. Bogor: Penebar Swadaya.
Utama, I Gusti Bagus Rai. (2012) Agrowisata Sebagai Pariwisata Alteratif di
Indonesia. Bali (ID): Udayana.
114

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner persepsi dan preferensi masyarakat
KUESIONER PENELITIAN “PERENCANAAN LANSKAP
KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN SEBAGAI
KAWASAN AGROWISATA”
Oleh: Hanifah Nurul „Arsy
(Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)

Dalam rangka penelitian saya yang berjudul Perencanaan Lanskap


Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai Kawasan Agrowisata sebagai
syarat memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dalam rangka
memperoleh informasi lebih lanjut mengenai Kecamatan Cigugur ini. Penelitian
ini bertujuan untuk merencanakan lanskap Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan sebagai kawasan agrowisata dengan menyediakan ruang-ruang wisata
pertanian yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Kuesioner
ini akan digunakan sebagai data untuk analisis potensi dan kendala lebih lanjut.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih.

No. Responden: Tanggal:


I. Latar Belakang Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Tempat Tinggal : Desa :
Dusun :
RT/RW :
6. Nomor Kontak :

Studi Persepsi dan Preferensi Masyarakat terhadap Agrowisata


a. Persepsi tentang Agrowisata
1. Apakah Anda mengetahui tentang agrowisata?
a. Ya, tahu banyak c. Kurang tahu
b. Ya, tahu sedikit d. Tidak tahu
2. Apakah kelompok tani/peternak/perikanan/wanita tani berpotensi untuk
mengelola agrowisata?
a. Sangat berpotensi d. Berpotensi, tetapi perlu
b. Berpotensi dukungan pemerintahan
desa
c. Kurang berpotensi e. Berpotensi dengan
Dukungan masyarakat
3. Bagaimana akses jalan menuju ke desa?
a. Baik c. Kurang baik
b. Cukup baik d. Buruk
115

4. Bagaimana kondisi jalan di dalam desa?


a. Baik di seluruh desa c. Sebagian besar jalan desa
b. Baik di beberapa desa, sebagian rusak rusak
5. Bagaimana pemandangan alam di desa Anda
a. Sangat indah c. Kurang indah
b. Cukup indah
6. Bagaimana kondisi permukiman/perkampungan di desa Anda
a. Sangat bersih dan tertata baik c. Cukup bersih tetapi kurang
b. Bersih dan tertata baik tertata
d. Kurang bersih dan kurang
tertata
7. Apakah SDM di desa Anda sudah memadai/mampu untuk mengelola
agrowisata di desa?
a. SDM desa sangat memadai/mampu c. SDM desa kurang
memadai
b. SDM desa cukup memadai
8. Apakah ada kekhawatiran apabila dikembangan agrowisata di Kecamatan
Cigugur?
a. Ya, (sebutkan)
b. Tidak ada

b. Preferensi masyarakat
1. Agrowisata merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan peran serta
masyarakat desa dalam mengembangkan pariwisata dan pertanian serta
mendapat manfaat dari program agrowisata tersebut.
Bagaimana pendapat Anda
a. Setuju b. Tidak setuju
2. Bila Anda setuju dengan konsep pengembangan agrowisata, apakah di desa
Anda berpotensi dikembangkan agrowisata
a. Setuju b. Tidak setuju
3. Apakah pengembangan agrowisata berpotensi dikembangkan di desa Anda?
a. Sangat berpotensi c. Kurang berpotensi
b. Cukup berpotensi d. Tidak berpotensi
4. Bila agrowisata dikembangkan di desa Anda, apakah Anda bersedia
berpartisipasi?
a. Bersedia, sebagai b. Tidak bersedia
1. Pemandu wisatawan
2. Pengelola/Pengurus agrowisata
3. Penyedia lokasi/obyek agrowisata
4. Penyedia penginapan/”home stay”
5. Penyedia kuliner
6. Penyedia jasa transportasi
116

Lampiran 2 Kuesioner persepsi dan preferensi pengunjung


KUESIONER PENELITIAN “PERENCANAAN LANSKAP KECAMATAN
CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN SEBAGAI KAWASAN
AGROWISATA”
Oleh: Hanifah Nurul „Arsy
(Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor)

Dalam rangka penelitian saya yang berjudul Perencanaan Lanskap Kecamatan


Cigugur Kabupaten Kuningan sebagai Kawasan Agrowisata sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana S1 di Institut Pertanian Bogor, maka saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dalam rangka
memperoleh informasi lebih lanjut mengenai Kecamatan Cigugur ini. Penelitian
ini bertujuan untuk merencanakan lanskap Kecamatan Cigugur, Kabupaten
Kuningan sebagai kawasan agrowisata dengan menyediakan ruang-ruang wisata
pertanian yang dilengkapi dengan sarana penunjang dan jalur sirkulasi. Kuesioner
ini akan digunakan sebagai data untuk analisis potensi dan kendala lebih lanjut.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan terima kasih.

No. Responden: Tanggal:


I. IDENTITAS PENGUNJUNG
2. Nama :
3. Usia/ Jenis Kelamin : …… tahun/ (L/ P)
4. Kota Asal Kedatangan : ………………….. lama perjalanan: …….jam.
jarak tempuh: …… km.
5. Pendidikan Terakhir :
a. SMP
b. SMA
c. Diploma
d. Sarjana/pascasarjana
6. Pekerjaan :
a. Mahasiswa/ pelajar
b. Wiraswasta
c. Pegawai negeri
d. Pensiunan
e. Lainnya...................................

1. Maksud kunjungan ke desa :


a. Rekreasi b. Wisata (menginap) c. Pendidikan/penelitian
Objek yang di kunjungi berupa ……………………… di ……………
2. Kunjungan ke desa:
a. Pertama kali b. 2 kali c. lebih dari 2 kali
3. Bersama siapa sekarang melakukan kunjungan ke Desa :
a. Sendiri b. Berkelompok c. Rombongan besar
(Jumlah rombongan : ………………… orang)
117

4. Menggunakan kendaraan:
a. Motor b. Mobil c. Bus d. Lainnya…………………
5. Lama kunjungan : ……… jam. Dari pukul ……… hingga pukul ………
Jika kunjungan >1hari,
Lama kunjungan : ……… hari. Dari hari ……… hingga hari ………
Menginap di : …………………………………………………
(sebutkan desa & tempat menginap)
6. Berapa pengeluaran anda untuk wisata di Kecamatan Cigugur :
a. 10.000-50.000 rupiah
b. 50.000-100.000 rupiah
c. >100.000 rupiah
7. Aktifitas yang dilakukan di desa : (lingkari lebih dari satu)
a. Jalan-jalan b. Bersepeda c. Foto-foto d. Belanja
e. Meneliti f. Piknik g. Berolah raga h. Outbond
i. Belajar j. Bermain k. Menikmati pemandangan
l. Lainnya…………………………………………………
8. Apakah kesan anda melihat pemandangan desa dan sekitarnya :
a. Sangat indah b. Indah c. Kurang indah
9. Bagaimana kesan anda terhadap kenyamanan desa:
a. Sangat nyaman b. Nyaman c. Kurang nyaman
10. Bagaimana kesan anda terhadap keamanan desa:
a. Sangat aman b. Aman c. Kurang aman
11. Bagaimana derajat pengalaman mengunjungi desa :
a. Sangat banyak pengalaman baru
b. Banyak pengalaman baru
c. Sedikit pengalaman baru
d. Sangat sedikit pengalaman baru
12. Menurut anda bagaimana kondisi kebersihan desa :
a. Sangat bersih b. Bersih c. Kurang bersih
13. Apakah kesan anda ketika mengunjungi desa :
a. Sangat menyenangkan
b. Menyenagkan
c. Kurang menyenangkan
14. Bagaimana menurut Anda sikap masyarakat desa?
a. Sangat ramah b. Ramah c. Kurang ramah
15. Bagaimana pendapat anda tentang warga desa dalam memberikan informasi:
a. Sangat terbuka b. Terbuka c. Tertutup
16. Dari mana anda mengetahui informasi tentang Desa:
a. Keluarga b. Teman c. Media d. Diri sendiri
e. Lainnya …………………………………………………
17. Kondisi jalan menuju desa :
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
18. Kondisi jalan di dalam Desa :
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
118

19. Apabila Desa ini dan sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan obyek
agrowisata (wisata pertanian), obyek agrowisata apa yang anda inginkan:
O Pertanian pangan
O Perkebunan
O Hortikultura
O Peternakan
O Perikanan
O Kehutanan
O Pengolahan hasil pertanian
20. Apa aktifitas agrowisata yang anda inginkan: *diberi tanda silang (X)

a. Pertanian pangan* b. Perkebunan* c. Hortikultura


(Tanaman hias/
sayur)*

O Mempersiapkan lahan O Menanam tanaman O Membuat media tanam


O Menanam perkebunan O Mengikuti kegiatan
O Memanen hasil O Mengikuti kegiatan budidaya
O Belanja hasil produksi O Memetik hasil
pertanian O Lainnya hortikultur (panen)
O Memakan hasil ………………………… O Belanja produk
olahan pertanian hortikultur
O Mengikuti kegiatan O Mengikuti kegiatan
pasca panen pasca panen
O Lainnya O Lainnya
……………………….. ………………………….

d. Peternakan* e. Kehutanan*

O Memberi makan O Tracking/bersepeda


ternak O Menanam pohon
O Memerah susu sapi O Hiking
O Membuat kompos dari O Mengenal vegetasi
kotoran ternak dan satwa hutan
O Mengikuti kegiatan O Interpretasi alam
produksi O Lainnya
O Lainnya ………………………..
………………………..
119

21. Aktifitas wisata umum yang anda inginkan:


a. Foto-foto
b. Piknik
c. Bermain
d. Berolahraga
e. Kemah
f. Outbond
g. Lainnya…………………………………………………
22. Kegiatan wisata yang diinginkan secara:
a. Mandiri ke lokasi
b. Dengan pemandu wisata dan terprogram
23. Sarana prasarana/ fasilitas yang seperti apa yang sesuai dengan daerah tujuan
agrowisata/ pedesaan :
O Tempat parkir O Warung makan
O Papan informasi O Tempat sampah
O Transportasi O Toilet
O Kios cindera mata O Pasar desa
O Penginapan O Pemandu wisata
O Tempat Ibadah O Gerbang utama
O Gazebo/pondok O Lainnya ………………………..
24. Apakah anda bersedia untuk ditarik biaya masuk:
a. Bersedia, dengan kisaran :
a. Rp. 5.000-10.000
b. Rp. 10.000-20.000
c. Rp. 20.000-30.000
d. >Rp 30.000
b. Tidak bersedia
25. Menurut anda langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar pengunjung
lain lebih tertarik untuk berkunjung ke desa ini sebagai kawasan obyek
agrowisata:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
120

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Maret 1994, merupakan anak
pertama dari pasangan Ropik Sugrawidjaya, S.IP, M.Si dan Wibaningsih serta
memiliki dua adik yang bernama Shorim Mujadid Robbaniy dan Fairuz
Nurshidqiyah. Pendidikan yang sudah ditempuh oleh penulis yaitu TPA Nurul
Falah pada tahun 1998, TK Atsiri Permai pada tahun 1999, SD Negeri Citayam 04
pada tahun 2000 hingga 2006, SMP Negeri 1 Depok pada tahun 2006 hingga 2009,
dan melanjutkan ke SMA Negeri 3 Depok pada tahun 2009 hingga 2012. Setelah
lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan sarjana ke Institut Pertanian Bogor
(IPB) di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2012.
Pada tahun 2006 hingga 2009 penulis merupakan anggota Institut Karate-
do Nasional (Inkanas) cabang Depok, lalu pada tahun 2009 hingga 2012 penulis
merupakan anggota Paduan Suara Mezzovoices Depok dan pernah mendapatkan
Juara I pada perlombaan paduan suara tingkat Jabodetabek di Universitas
Indonesia sebagai conductor. Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor
(IPB), penulis aktif di beberapa organisasi yaitu sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), Komunitas Fotografi Shutter IPB
dan Madani Violin Institute IPB. Penulis aktif di beberapa kepanitiaan diantaranya
Masa Perkenalan Departemen Angkatan 50, International Landscape Architecture
Student Workshop (ILASW) 2014, dan Hari Pelepasan Sarjana Angkatan 46.
Selain itu penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan BEM KM IPB, seperti
I-Share (IPB Social Health and Care) pada tahun 2012 dan ACTION serta pernah
mendapatkan Juara I Vokal Grup dan Juara I Cipta Lagu Pop pada tahun 2015.
84

Anda mungkin juga menyukai