EKA YUNIAWATININGTYAS
Eka Yuniawatiningtyas
NIM A44090064
ABSTRAK
EKA YUNIAWATININGTYAS. Perencanaan Lanskap Pasca Tambang
Batubara Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh SETIA HADI.
ABSTRACT
EKA YUNIAWATININGTYAS. Landscape Planning of Post-Mining Areas at
Tanah Putih Mandin Village Pulau Sebuku District South Kalimantan. Supervised
by SETIA HADI.
Exploitation of coal through the open mining system cause negative impacts
for environmental sustainability. Land reclamation efforts of post-mining area is
the obligation of the mining company involved. It aims to restore the condition as
previously. Landscape planning plays the role to optimize the next utilization.
This study is conducted in an after coal mines which covers on 223 hectares land
area at Tanah Putih, Mandin Village, Pulau Sebuku District, Kotabaru Regency,
South Kalimantan. The objectives of this study are to identify the characteristics
of post-coal mining and to compose a landscape planning of post-coal mining as
an arboretum to implement land, water and biodiversity conservation. This study
uses methods including preparation, inventory, analysis, synthesis, and planning.
The basic concept of this plan is to develop the post coal mining area as an
arboretum conserving land, water and biodiversity especially indigenous plants.
The concept was developed into spatial, circulation, activity, facility, and also
vegetation concept. Quantitative description and spatial analyze produce a
landscape plan and distribution of area as the following: welcome area and service
area 0.5%, cultivation area 11%, conservation area 29.7%, education of
conservation area 0.8%, collection area 40%, and buffer area 18%.
EKA YUNIAWATININGTYAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum
di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan
Nama : Eka Yuniawatiningtyas
NIM : A44090064
Disetujui oleh
Dr Ir Setia Hadi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara Sebagai Arboretum
di Kawasan Tanah Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan
Nama : Eka Yuniawatiningtyas
NIM : A44090064
Disetujui oleh
Dr Ir Setia Hadi , MS
Pembimbing
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Sebagai Arboretum di Kawasan Tanah
Putih Pulau Sebuku Kalimantan Selatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ucapan terima kasih terutama ingin penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS selaku pembimbing skripsi atas arahan,
bimbingan, dukungan, saran dan masukan yang telah diberikan.
2. Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS selaku pembimbing akademik atas arahan,
saran dan masukan selama masa perkuliahan.
3. Bapak Ir Qodarian Pramukanto, Msi dan Ibu Dr Ir Afra DN Makalew selaku
dosen penguji atas saran dan masukan yang telah diberikan.
4. Bapak Joko Indratmo beserta staf divisi Enviro, Bapak Agus, Kak Rezky
Khrisrahmansyah, seluruh pihak PT Bahari Cakrawala Sebuku (BCS) serta
pihak Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB
yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data.
5. Kak Andhika Galih Adi Nugraha atas motivasi, saran, masukan dan bantuan
yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.
6. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 46 dan seluruh sahabat penulis
atas motivasi dan bantuannya selama pembuatan skripsi ini.
7. Ibu, bapak, adik serta seluruh keluarga tercinta atas dukungan, doa dan kasih
sayang yang selalu diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Eka Yuniawatiningtyas
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Arboretum 4
Perencanaan Lanskap 5
Lanskap Pasca Tambang 5
Pertambangan dan Proses Penambangan Batubara 6
Reklamasi Lahan Bekas Tambang 8
METODE 9
Tempat dan Waktu Penelitian 9
Alat dan Bahan 9
Batasan Penelitian 10
Tahapan Penelitian 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Kondisi Umum Kawasan 13
Aspek Fisik 14
Aspek Biofisik 19
Aspek Sosial 22
Analisis 23
Sintesis 38
Konsep Dasar 44
Pengembangan Konsep 44
Perencanaan 46
SIMPULAN DAN SARAN 61
Simpulan 61
Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 64
RIWAYAT HIDUP 66
DAFTAR TABEL
1 Jenis, sumber data, metode pengambilan dan pengolahan data 10
2 Perkembangan jenis tanaman pada plot 1 Tanah Putih (tahun tanam
2008) 20
3 Perkembangan jenis tanaman pada plot 2 Tanah Putih (tahun tanam
2009) 20
4 Vegetasi yang direkomendasikan di Tanah Putih 21
5 Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS 22
6 Kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 23
7 Sumber penghasilan utama masyarakat Pulau Sebuku 23
8 Hasil analisis dan sintesis 38
9 Rencana pembagian ruang 47
10 Rencana aktivitas dan fasilitas 51
11 Rencana pengelompokan tanaman 52
12 Rencana daya dukung tiap ruang 55
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 3
2 Proses penambangan batubara di Tanah Putih 7
3 Lokasi penelitian 9
4 Tahapan Penelitian 11
5 Peta Citra Lidar Pulau Sebuku 13
6 Kondisi Tanah Putih sebelum dan setelah penambangan 14
7 Peta jaringan jalan Kecamatan Pulau Sebuku 15
8 Peta kawasan hutan Kecamatan Pulau Sebuku 16
9 Rata-rata curah hujan bulanan tahun 1998–2012 di Tanah Putih 18
10 Revegetasi berumur 5 tahun (a) dan 1 tahun (b) 21
11 Kondisi jalan perusahaan menuju ke tapak 24
12 Peta penggunaan lahan eksisting 26
13 Peta analisis penggunaan lahan 27
14 Segitiga tekstur tanah (modifikasi dari image.google.com) 28
15 Peta topografi 30
16 Peta klasifikasi kemiringan lahan 31
17 Peta analisis kemiringan lahan 32
18 Cara vegetasi mengontrol radiasi matahari (Robinette, 1983) 33
19 Peta penutupan vegetasi dan progres hydroseeding 36
20 Peta analisis penutupan vegetasi 37
21 Peta komposit 42
22 Rencana Blok (Block Plan) 43
23 Diagram konsep sirkulasi 45
24 Diagram konsep pembagian ruang 45
25 Hubungan antarruang dalam tapak 47
26 Rencana ruang 49
27 Rencana sirkulasi 50
28 Rencana vegetasi 53
29 Rencana lanskap area reklamasi Tanah Putih 56
30 Rencana lanskap (Blow up 1) 57
31 Rencana lanskap (Blow up 2) 58
32 Ilustrasi area pelayanan 59
33 Ilustrasi gazebo/shelter 59
34 Ilustrasi dek dan wetland 60
35 Ilustrasi menara pandang 60
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengujian tanah di Pit Tanah Putih 64
2 Hasil analisis sifat fisik tanah di Pit Tanah Putih 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Reklamasi
Zonasi
TINJAUAN PUSTAKA
Arboretum
Perencanaan Lanskap
Penggalian Batubara
Gambar 2 Proses penambangan batubara di Tanah Putih
Sumber: AMDAL PT BCS, 2006
8
METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk menunjukkan
orientasi dan lokasi tapak, kamera digital untuk mengambil gambar kondisi yang
ada di tapak, software komputer grafis seperti AutoCAD, Adobe Photoshop,
Google SketchUp, Microsoft Office, serta alat tulis, alat gambar, dan kertas
gambar untuk pengolahan data. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri
dari peta dan data-data baik primer maupun sekunder. Berikut adalah data yang
diambil untuk penelitian.
10
Batasan Penelitian
Tahapan Penelitian
Sintesis Zonasi
Konsep
Persiapan
Persiapan awal meliputi perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian.
Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data-data sekunder terkait topik dan area
perencanaan. Hasil pada tahap ini berupa proposal penelitian dan perizinan.
Inventarisasi
Inventarisasi adalah tahap pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data yang diambil pada tahap inventarisasi meliputi aspek fisik, biofisik dan
sosial. Metode pengambilan data adalah melalui survei lapang, wawancara dengan
penduduk setempat dan pengelola serta studi pustaka. Data terkait aspek fisik dan
biofisik didapat melalui studi pustaka dari dokumen-dokumen PT BCS berupa
peta, data kuantitatif dan kualitatif serta survei lapang berupa pengambilan foto
kondisi lapang. Studi pustaka juga didapat dari jurnal, laporan, dan skripsi yang
berkaitan dengan topik penelitian. Data terkait aspek sosial terutama yang
12
Analisis
Analisis dilakukan terhadap data yang sudah didapatkan terkait aspek fisik,
biofisik dan aspek sosial. Analisis terhadap aspek fisik dan biofisik dilakukan
untuk mengetahui potensi dan kendala tapak terkait pengembangan tapak tersebut.
Analisis sosial dilakukan untuk melihat keinginan dan preferensi pihak-pihak
terkait yang meliputi masyarakat dan pengelola serta pemerintah melalui aspek
legal. Analisis ini mengacu hasil wawancara dan data-data sekunder.
Analisis dilakukan melalui metode spasial dan deskriptif kuantitatif.
Analisis secara spasial dilakukan terhadap kemiringan lahan, penggunaan lahan
dan penutupan vegetasi. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan memberikan
skor pada tiap kriteria yang telah ditentukan dari masing-masing aspek. Kemudian
dilakukan overlay untuk mendapat peta komposit yang menunjukkan zonasi
menurut tingkat kesesuaiannya. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan terhadap
semua aspek untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di tapak disertai
pemanfaatan dan pemecahan solusinya.
Sintesis
Pada tahap sintesis diperoleh pengembangan tapak berdasarkan hasil
analisis spasial maupun deskriptif. Hasil dari sintesis berupa zonasi kesesuaian
lahan. Selanjutnya adalah penentuan konsep dasar dan pengembangan konsep.
Pengembangan konsep meliputi konsep ruang, aksesibilitas dan sirkulasi, aktivitas
serta vegetasi. Konsep akan menjadi acuan dalam perencanaan lanskap area
tersebut.
Perencanaan lanskap
Perencanaan lanskap merupakan tahap yang mengacu pada rencana blok
untuk menentukan pengembangan yang akan dilakukan dalam menata lahan pasca
tambang sebagai arboretum. Pada tahap ini didapat hasil akhir dalam bentuk grafis
berupa rencana lanskap yang mencakup rencana ruang, sirkulasi, vegetasi,
aktivitas dan fasilitas beserta deskripsi masing-masing. Pada tahap ini juga
dilakukan perhitungan daya dukung menurut Boulon dalam WTO dan UNEP
(1992) dalam Nurisjah (2007) dengan rumus sebagai berikut.
DD = A x S T = DD x K K = N/R
Keterangan:
DD : Daya dukung
K : Koefisien rotasi
A : Area yang digunakan wisatawan
N : Jam kunjungan per hari area yang diizinkan
S : Standar rata-rata individu
R : Rata-rata waktu kunjungan
T : Total hari kunjungan yang diperkenankan
13
Aspek Fisik
Akses utama ke kawasan Tanah Putih berupa jalan tanah yang tidak
dilakukan pengerasan dan hanya diperuntukkan bagi kendaraan ringan. Jalan
akses di wilayah Tambang Sebuku dibangun pada tahun 1997 seiring dengan
dimulainya kegiatan penambangan. Sebagian besar dari jalan tersebut mengikuti
alur jalan setapak yang telah ada sebelumnya. Jalan tersebut diklasifikasikan
sebagai struktur permanen karena pentingnya sebagai akses untuk keperluan
pemantauan dan pemeliharaan lahan yang telah direklamasi oleh PT BCS. Sarana
transportasi untuk menjangkau lokasi tersebut adalah dengan menggunakan mobil
16
perusahaan. Saat ini jalan perusahaan hanya diakses oleh perusahaan dan tidak
terbuka untuk umum.
Iklim
Suhu udara pada siang hari di lokasi kegiatan PT BCS dan daerah sekitarnya
berkisar antara 29–330C. Kelembapan pada siang hari berkisar antara 47.5–68%.
Suhu tertinggi dan kelembapan terendah terjadi di lokasi tambang Tanah Putih.
Hal ini disebabkan sebagian besar daerah tersebut merupakan daerah yang terbuka.
300
Curah hujan (mm)
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Oct Nov Des
Bulan
Gambar 9 Rata-rata curah hujan bulanan tahun 1998–2012 di Tanah Putih
Sumber: PT BCS (2013)
19
Hidrologi
Sumber air di Tanah Putih terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air
permukaan berasal dari 2 sumber yaitu air hujan yang langsung jatuh ke
permukaan tanah dan air limpasan. Air limpasan umumnya berasal dari daerah
tangkapan air hujan di sekitar lokasi tambang. Secara umum, kualitas air tanah di
tapak kurang baik. Hal itu ditandai dengan warna kecoklatan dan sampah yang
ikut mengalir bersama air sungai terutama saat musim hujan. Berdasarkan data
pengamatan yang dilakukan PT BCS, sumber air tambang per tahun di Tanah
Putih adalah: air hujan langsung sebanyak 2 940 m3/hari, air limpasan sebanyak
51 492 m3/hari, dan air tanah sebanyak 0.023 m3/hari.
Data kedalaman air tanah di wilayah tambang PT BCS dilakukan pada
waktu pelaksanaan pengeboran batubara. Pada musim kemarau kedalaman air
tanah mencapai lebih dari 10 m, sebaliknya pada musim penghujan kurang dari 5
m. Sebaran air tanah cukup merata dan terdapat pada tanah pelapukan dan lumpur
rawa. Dengan demikian wilayah kajian merupakan akuifer dangkal terbuka
dengan produktif sedang. Berdasarkan dokumen AMDAL, Pengukuran debit dari
mata air yang airnya dimanfaatkan penduduk sebagai air bersih, didapat hasil
sebesar 0.10–0.25 liter per detik.
Aspek Biofisik
Vegetasi
Kawasan Tanah Putih berbatasan langsung dengan hutan mangrove selebar
300 m dari Selat Sebuku yang berada di sebelah barat pulau. Sebelum
penambangan, kawasan Tanah Putih merupakan hamparan rumput kering dengan
sedikit vegetasi lain yang bercampur secara spot-spot seperti rumput beluntas, api-
api, genjoran, walingi, nipah, pakis rawa, rumput teki dan bati-bati. Jenis vegetasi
tersebut terdapat dalam berbagai tingkat mulai dari groundcover sampai pohon.
Seiring dengan proses penambangan, dilakukan revegetasi untuk
mengembalikan penutupan lahan dan kesuburan tanah di kawasan Tanah Putih.
20
yang harus dipertimbangkan dalam memilih spesies yang akan digunakan untuk
kegiatan restorasi (Rahmawaty, 2002).
(a) (b)
Gambar 10 Revegetasi berumur 5 tahun (a) dan 1 tahun (b)
Sumber: Dokumentasi lapang (2013)
Setelah dilakukan revegetasi dengan tanaman pioner fast growth, area yang
direncanakan akan ditanami beragam spesies lokal Sebuku dan Kalimantan.
Menurut studi AMDAL 2006 disebutkan bahwa tanaman yang dipilih untuk
rehabilitasi antara lain Akasia (Acacia mangium), Sengon (Paraserianthes
falcataria), Sungkai (Peronema canescens) serta bila memungkinkan bisa
ditanam tanaman lokal seperti Kelapa (Cocos nucifera) dan Kasturi (Mangifera
casturi). Selain lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada,
pemilihan spesies lokal juga dimaksudkan untuk mengundang satwa lokal yang
ada di sekitar tapak.
Tabel 4 Vegetasi yang direkomendasikan di Tanah Putih
Spesies Nama Lokal
Acacia mangium Akasia
Paraserianthes falcataria Sengon
Peronema canescens Sungkai
Cocus nucifera Kelapa
Mangifera casturi Kasturi
Havea brasiliensis Karet
Aleurites moluccana Kemiri
Paraserianthes sp Sengon buto
Nephelium lappaceum Rambutan
Mangifera indica Mangga
Glerisidia maculate Gamal
Anacardium occidentale Jambu Mete
Litsea monopelata Madang Bakau
Alstonia scholaris Pulantan
Sumber: AMDAL PT BCS (2006)
Satwa
Berdasarkan dokumen AMDAL BCS (2006), satwa liar di kawasan cagar
alam sekitar wilayah penambangan PT BCS didominasi oleh jenis aves, kemudian
disusul mamalia, reptil, dan amfibi. Kehadiran jenis aves didominasi oleh burung-
22
burung yang memiliki habitat terbuka dan burung air. Terdapat 35 ( jenis burung
pada lokasi pengamatan. b
Satwa liar jenis mamalia, reptil dan amfibi hanya sesekali) terlihat. Yang
sering ditemui langsung di lapangan di antaranya monyet ekor panjang, tupai,
kadal tanah, biawak, timpakul/glodok dan katak. Selain itu, terdapat satwa yang
dilindungi seperti elang bondol, cekakak kecil, bangau, menjangan, kukang, dan
bekantan. Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS dapat dilihat
pada Tabel 5.
Saat ini di tapak masih belum banyak dijumpai satwa liar. Seiring dengan
meningkatnya kualitas lingkungan di tapak, satwa yang ada di sekitar kawasan
tersebut akan datang dengan sendirinya apabila tersedia habitat dan sumber
makanan yang disukai satwa tersebut. Untuk itu, diperlukan waktu dan
perencanaan untuk mendatangkan satwa liar di tapak.
Tabel 5 Satwa yang terdapat di sekitar lokasi tambang PT BCS
No Nama Lokal Nama Ilmiah Sumber
1 Mamalia
Tikus besar lembah Sundamys muelleri Jejak, wawancara
Babi hutan Sus barbatus Jejak, wawancara
Menjangan * Cervus unicolor Jejak, wawancara
Owa-owa* Hylobates muelleri Terlihat
Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Wawancara
Berang-berang Cynogale bennetti Wawancara
Musang Paradoxurus hermaphroditus Wawancara
Tupai Sundasciurus lowii Terlihat, wawancara
Bajing Callosciunus orates Wawancara
Kukang* Nycticebus coucang Wawancara
Bekantan* Nasalis larvatus Wawancara
2 Reptil
Kadal tanah Calotus jubatus Terlihat
Biawak Veranus salvator Terlihat
Kadal hijau Mabuia multifasciata Wawancara
Ular tadung Ophiophagus hannak Wawancara
Ular air Hemalophagus hannak Wawancara
Ular hijau Leptophis ahaetulla Wawancara
Ular sawah Bangarus fasciatus Wawancara
3 Amfibi
Katak Rana sp Wawancara
Katak hijau Rana limnocharis Terlihat, wawancara
Katak sawah Rana erythraea Terlihat, wawancara
Timpakul/Glodok Periopthalmus novemradiatus Terlihat, wawancara
Keterangan: * = dilindungi UURI (AMDAL PT BCS, 2006)
Aspek Sosial
Analisis
sudah mengalami penutupan tajuk yang cukup rapat dan serasah sudah mulai
terbentuk. Kondisi tersebut menyebabkan iklim mikro di area tersebut lebih
nyaman dan tersedianya lingkungan tumbuh yang lebih baik bagi tanaman.
Analisis spasial terhadap penutupan lahan dibagi ke dalam 3 klasifikasi
yaitu sesuai, cukup sesuai dan kurang sesuai untuk pemanfaatan tapak. Area yang
sesuai meliputi area reklamasi yang telah ditanami vegetasi. Area yang cukup
sesuai merupakan area yang berupa lahan terbuka karena belum atau tidak
ditanami vegetasi. Area yang kurang sesuai meliputi area berupa rawa eksisting
yang dibiarkan alami. Peta analisis penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 13.
Iklim
Berdasarkan laporan pemantauan curah hujan bulanan rata-rata tahun 1998
hingga 2012, diketahui bahwa sepanjang tahun di Tanah Putih memiliki curah
hujan >100 mm. Menurut sistem klasifikasi SchmidthFerguson yang banyak
digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan di Indonesia, bulan basah
adalah bulan yang memiliki curah hujan >100 mm, bulan lembab memiliki curah
hujan antara 60100 mm sedangkan bulan kering memiliki curah hujan <60 mm.
Dengan demikian, wilayah Tanah Putih termasuk daerah sangat basah dengan
vegetasi hutan hujan tropika.
Banyaknya bulan basah merupakan potensi tersedianya sumber air bagi
pertumbuhan tanaman dan cadangan air tanah. Di sisi lain, hal ini membawa
dampak negatif yaitu terbawanya material tanah bersama aliran permukaan (run
off) terutama apabila air langsung jatuh ke permukaan tanah tanpa adanya
penghalang. Penanaman cover crops, pemberian mulsa, dan variasi strata tanaman
secara vertikal dapat membantu mengurangi material tanah yang terbawa aliran
permukaan. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah membuat saluran drainase
dan mengarahkan aliran air tersebut ke area tangkapan air pada elevasi rendah.
Suhu udara di wilayah Tanah Putih pada siang hari berkisar antara 29330C.
Tingginya suhu di Tanah Putih menunjukkan kelimpahan sinar matahari yang
diterima di lokasi tersebut. Menurut Robinette (1983) dalam Pratiwi (2010),
kisaran suhu udara luar yang nyaman bagi manusia adalah 21270C. Dengan
demikian, suhu di Tanah Putih tergolong kurang nyaman bagi manusia. Vegetasi
dapat mengontrol pengaruh sinar matahari (Gambar 18) dengan cara: (1)
menyaring radiasi matahari, (2) permukaan tanah mengalami perbedaan suhu
setiap saat tergantung radiasi panas yang diterimanya pada permukaan yang
berbeda, (3) menahan radiasi matahari secara keseluruhan, dan (4) memantulkan
radiasi matahari.
30
Hidrologi
Air merupakan sumber daya yang penting dalam suatu perencanaan terkait
kebutuhan manusia/pengunjung dan kebutuhan tanaman serta biota lainnya.
Sumber air yang terdapat di tapak berasal dari air hujan yang langsung turun ke
tapak, air limpasan dan air tanah. Badan air yang terdapat di tapak berupa rawa
dan cekungan yang tergenang air. Air hujan yang langsung jatuh ke tapak dan air
limpasan mengalir menuju ke void atau danau dan rawa-rawa yang terletak
sebelah barat. Selanjutnya air mengalir melalui outlet yang berupa kolam
pengendapan sebelum mengalir ke sungai.
Kelimpahan sumber air di tapak yang berasal dari air hujan menjadi potensi
yang baik bagi pemenuhan kebutuhan air terutama bagi tanaman. Namun hal itu
belum optimal karena tidak didukung dengan kualitas air yang baik. Air di
kawasan Tanah Putih umumnya berwarna kecoklatan dan memiliki pH yang
tinggi akibat aktivitas penambangan. Hal itu dapat membahayakan lingkungan
apabila air tersebut mengalir ke sungai karena dapat mencemari sungai di sekitar
tapak. Upaya yang dilakukan PT BCS untuk menjaga keluaran air dari kawasan
penambangan agar tidak membahayakan lingkungan adalah dengan melakukan
filter di kolam pengendapan (settling pond). Air yang masuk ke kolam
pengendapan diberi kapur untuk meningkatkan pH. Selain itu, adanya tanaman air
seperti tifa (Typha angustifolia), apu-apu (Pistia stratiotes), dan eceng gondok
(Eicchornia crassipes) dapat bermanfaat untuk menyerap logam sisa aktivitas
penambangan, namun perlu dikendalikan pertumbuhannya karena bisa menjadi
gulma apabila tidak ditangani dengan baik.
34
Vegetasi
Kegiatan reklamasi di kawasan Tanah Putih masih terus dilakukan. Spesies
yang ditanam sesuai dengan hasil studi ANDAL BCS tahun 1996 dan konsultasi
dengan Kementerian Kehutanan sebagai pemegang hak atas Hutan Produksi Tetap.
Tanaman yang direkomendasikan di antaranya Akasia (Acacia mangium, Sengon
(Paraserianthes falcataria), Sungkai (peronema canescens), serta bila
memungkinkan dapat ditanam tanaman lokal seperti Kelapa (Cocos nucifera), dan
Kasturi (Mangifera casturi). Selain itu, tanaman lain yang digunakan dalam
kegiatan rehabilitasi di antaranya Karet (Hevea brasiliensis), Kemiri (Aleurites
moluccana), Rambutan (Nephelium lappaceum), Mangga (Mangifera indica),
Gamal (Glerisidia maculate), Jambu Mete (Anarcardium occidentale), serta
tanaman lokal Sebuku yaitu Madang Bakau (Litsea monopelata) dan Pulantan
(Alstonia scholaris).
Menurut dokumen RPT BCS (2012), standar rehabilitasi yang ditetapkan
dalam pekerjaan reklamasi dan rehabilitasi meliputi penutupan daun (canophy
cover), penutupan tanah (ground cover), densitas atau kepadatan tanaman (plant
density) dan keanekaragaman tanaman (plant diversity). Kondisi tersebut
merupakan dasar bagi pemanfaatan lahan bekas tambang secara berkelanjutan
untuk masa mendatang.
Analisis vegetasi dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan umur
tanaman. Umur tanaman yang lebih tua akan menunjukkan stabilitas tanah yang
lebih baik sehingga pemanfaatan lahan dengan kegiatan yang lebih intensif dapat
dilakukan. Gambar 19 menunjukkan kondisi penutupan vegetasi di tapak
berdasarkan umurnya. Peta analisis vegetasi secara spasial dibagi menjadi 3
klasifikasi yaitu sesuai, cukup sesuai dan kurang sesuai untuk pengembangan
tapak. Area yang sesuai merupakan area reklamasi yang telah ditanami sejak
tahun 2008 atau tanaman yang telah berumur 5 tahun. Area yang cukup sesuai
adalah area reklamasi yang ditanami sejak tahun 2012 atau telah berumur 1–2
tahun. Area yang kurang sesuai merupakan area reklamasi yang tidak atau belum
ditanami. Peta analisis umur penutupan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 20.
Satwa
Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu
tapak. Keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu
tapak. Kawasan Tanah Putih merupakan kawasan yang berbatasan langsung
dengan cagar alam hutan mangrove. Berdasarkan dokumen RPT BCS (2012), di
kawasan cagar alam tersebut terdapat satwa yang dilindungi yaitu bekantan
(Nasalis larvatus), trenggiling (Manis javanica), kukang (Nyctecibus caucang),
menjangan (Cervus unicolor) biawak (Varanus salvator) dan beberapa jenis aves
seperti elang bondol (Harliantus indus), cekakak kecil (Todirhampus saucatus)
dan bangau (Egreta sp).
Satwa lain yang sering ditemui di sekitar kawasan Tanah Putih mulai dari
golongan mamalia, reptil dan amfibi di antaranya monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), tupai (Sundasciurus lowii), dan tikus lembah besar (Sundamys
muelleri), kadal tanah (Calobus jubatus), biawak (Varanus salvator), ular daun
(Bungarus fasiatus), bunglon (Mabouya multifasciata), beberapa jenis katak
(Rana sp). Satwa tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap gangguan
35
manusia. Secara umum, golongan aves terutama jenis burung air merupakan
golongan yang keberadaannya mendominasi di sekitar kawasan Tanah Putih.
Keberadaan satwa liar masih jarang ditemukan di kawasan Tanah Putih.
Untuk menarik satwa liar kembali ke tapak dapat dilakukan dengan menyediakan
habitat dan sumber pakan melalui penanaman jenis-jenis tanaman yang disukai
satwa tersebut. Tindakan lain yang sudah dilakukan untuk melindungi keberadaan
satwa liar di kawasan tersebut adalah adanya larangan berburu atau menangkap
satwa liar di wilayah perusahaan.
Sosial
Berdasarkan data Kecamatan Pulau Sebuku Dalam Angka (KcDA), jumlah
penduduk Pulau Sebuku pada tahun 2011 mencapai 7 382 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk 30 jiwa/km2. Sebanyak 52% adalah laki-laki sedangkan 48%
adalah perempuan. Jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak juga ditunjukkan
oleh sex ratio yang lebih dari 100, yaitu 107.9. Jumlah rumah tangga di Pulau
Sebuku mencapai 1 966 dengan rata-rata anggota rumah tangga 4 orang. Laju
pertumbuhan penduduk di Pulau Sebuku tergolong tinggi. Hal itu mungkin
merupakan akibat dari pertumbuhan ekonomi akibat adanya aktivitas
pertambangan.
Desa terdekat dari Kawasan Tanah Putih adalah Desa Mandin dan Belambus.
Dua desa tersebut memiliki kepadatan penduduk yang rendah yaitu 18 dan 27
penduduk per km2. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk Desa
Mandin dan Belambus adalah pertanian dengan komoditas utama berupa karet.
Namun ada juga sebagian penduduk yang bekerja sebagai karyawan perusahaan
pertambangan di Pulau Sebuku.
Kegiatan pertambangan di Pulau Sebuku membawa dampak positif bagi
perekonomian masyarakatnya. Kegiatan pertambangan mendorong pertumbuhan
ekonomi dengan terciptanya lapangan kerja yang baru bagi masyarakat. Namun di
sisi lain, dampak negatif terhadap lingkungan juga mempengaruhi mata
pencaharian penduduk yang bergerak di bidang perikanan. Bidang perkebunan
tidak terlalu terpengaruh karena penurunan harga karet tidak dipengaruhi oleh
aktivitas pertambangan.
Rehabilitasi dan reklamasi lahan pasca tambang batubara yang dilakukan
oleh PT BCS didukung oleh masyarakat setempat. Selain untuk mengembalikan
stabilitas lingkungan, penanaman vegetasi yang menjadi komoditas utama
kegiatan pertanian masyarakat setempat akan menyediakan sumber lahan baru
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini tentunya harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
36
Sintesis
Hasil dari analisis spasial adalah peta komposit yang merupakan hasil
overlay dari peta analisis kemiringan lahan, tata guna lahan dan penutupan
vegetasi. Peta komposit tersebut menunjukkan area yang sesuai, cukup sesuai dan
kurang sesuai untuk pengembangan tapak seperti yang terlihat pada Gambar 21.
Analisis secara deskriptif dilakukan pada semua aspek untuk mengetahui potensi
dan kendala beserta solusinya. Hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil analisis dan sintesis
Analisis Sintesis
Aspek
Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan
Aspek fisik
Lokasi dan Mudah Struktur jalan Lokasi cocok Perbaikan
aksesibilitas dijangkau, tidak belum stabil, sebagai kebun struktur jalan,
terlalu jauh dari berdebu saat koleksi dan penambahan
permukiman, musim kering untuk akses di dalam
dekat dengan dan licin saat pelestarian tapak
cagar alam musim hujan, keragaman
dengan dekat dengan hayati terutama
keragaman penambangan spesies lokal
hayati yang aktif, akses di
tinggi dalam tapak
kurang
menjangkau
seluruh area
Aspek biofisik
Vegetasi Tajuk tanaman Ragam Tajuk tanaman Penambahan
di sebagian area vegetasi masih yang sudah jenis vegetasi
sudah cukup sedikit, cukup rapat terutama
rapat, sudah dominan jenis menciptakan spesies lokal
dilakukan pioner eksotik suasana yang
penyisipan nyaman dan asri
beberapa jenis serta
spesies lokal membentuk
lingkungan
tumbuh yang
baik bagi
tanaman
40
Konsep Dasar
Konsep dasar yang diterapkan di area perencanaan Pit Tanah Putih adalah
menjadikan kawasan tersebut sebagai arboretum.
Perencanaan arboretum di area reklamasi Pit Tanah Putih diarahkan untuk
pelestarian plasma nutfah, konservasi tanah, konservasi air serta sebagai sarana
pendidikan dan penelitian. Pelestarian plasma nutfah dilakukan dengan membuat
kebun koleksi tanaman lokal Kalimantan dan menciptakan habitat untuk
mengundang satwa liar ke dalam tapak. Selain itu, fungsi lainnya mengarah pada
fungsi rekreatif dan fungsi ekonomi melalui budidaya tanaman yang dapat
dimanfaatkan masyarakat setempat. Konsep tersebut diharapkan mampu menjadi
solusi untuk pemanfaatan selanjutnya di area reklamasi Pit Tanah Putih yang
berkelanjutan.
Pengembangan Konsep
Konsep Ruang
Konsep ruang dalam perencanaan blok pasca tambang di Pit Tanah Putih
bertujuan untuk menata dan mengalokasikan ruang yang akan dikembangkan pada
tapak. Pembagian ruang didasarkan pada kesesuaian aspek fisik dan biofisik
mengikuti fungsi yang direncanakan. Fungsi tersebut meliputi koleksi plasma
nutfah, konservasi, pendidikan dan penelitian.
Secara umum, tapak dibagi menjadi dua zona berdasarkan fungsi dan
kesesuaian lahannya, yaitu zona pemanfaatan dan preservasi. Zona pemanfaatan
mengarah pada aktivitas pengunjung yang cukup intensif. Ruang yang
dikembangkan pada zona ini meliputi ruang penerimaan, pelayanan dan budidaya
tanaman kehutanan. Zona preservasi adalah area yang berfungsi untuk pelestarian
plasma nutfah, melindungi area-area rawan erosi pada kemiringan yang curam
dan daerah tangkapan air hujan.
Ruang penerimaan dan pelayanan berfungsi untuk menyambut dan
mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Ruang ini difasilitasi gerbang, tempat
parkir, shelter, gedung pengelola dan papan informasi. Ruang budidaya
direncanakan sebagai area yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan
tanaman kehutanan terutama tanaman produksi. Pengunjung dapat mempelajari
proses budidaya tanaman kehutanan mulai dari pembibitan, pemeliharaan bahkan
sampai proses panen.
Ruang konservasi berfungsi untuk melindungi area yang memiliki
kemiringan curam agar terhindar dari erosi serta mengonservasi daerah tangkapan
air untuk mengoptimalkan proses infiltrasi. Ruang koleksi berfungsi sebagai area
koleksi tanaman lokal. Ruang penyangga berfungsi sebagai pembatas antar ruang
dalam tapak. Diagram konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 23.
45
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi berfungsi untuk menghubungkan setiap ruang dalam tapak.
Sirkulasi yang direncanakan mengikuti pola yang sudah ada di tapak ditambah
sirkulasi untuk menjangkau seluruh tapak. Sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu
sirkulasi primer yang dibuat untuk kendaraan dan sirkulasi sekunder yang
menjangkau seluruh area untuk pejalan kaki. Sirkulasi sekunder dibuat agak
sempit agar hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Diagram konsep sirkulasi dapat
dilihat pada gambar 24.
Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi yang dikembangkan pada tapak dibagi berdasarkan fungsi.
Fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fungsi konservasi
Vegetasi konservasi diletakkan di area yang memiliki kemiringan curam dan
sekitar daerah tangkapan air untuk mengonservasi tanah, air serta mengundang
satwa untuk datang ke tapak.
2. Fungsi produksi
Vegetasi produksi didominasi oleh tanaman kehutanan yang memiliki nilai
ekonomis. Jenis tanaman yang diutamakan adalah tanaman yang merupakan
komoditas utama yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat.
3. Fungsi koleksi
Vegetasi koleksi merupakan vegetasi utama yang terdiri dari berbagai macam
spesies tanaman lokal terutama dari Kalimantan. Penyisipan tanaman lokal mulai
dilakukan pada area reklamasi yang telah berusia lebih dari 3 tahun. Hal itu
karena di area tersebut sudah terbentuk lingkungan tumbuh yang baik bagi
tanaman selanjutnya.
4. Fungsi penyangga
Vegetasi penyangga merupakan tanaman yang memiliki fungsi utama sebagai
pembatas antar zona konservasi dan zona pemanfaatan. Selain itu, terdapat fungsi
lain yaitu sebagai pelindung area konservasi dari gangguan dari luar tapak.
Pemilihan jenis vegetasi mengikuti rekomendasi dari AMDAL BCS (2006).
Sebagian besar vegetasi yang ditanam di tapak adalah spesies jenis lokal. Pola
penataan vegetasi menyesuaikan kondisi fisik dan biofisik tapak serta karakter
tapak yang merupakan lahan bekas tambang.
Perencanaan
Rencana Ruang
Secara umum, area perencanaan di kawasan Tanah Putih dibagi menjadi 2
yaitu zona pemanfaatan dan preservasi. Zona pemanfaatan diarahkan untuk
mendukung aktivitas manusia dengan intensitas yang cukup tinggi sedangkan
47
Setiap ruang di dalam tapak memiliki hubungan yang berbeda antara ruang
satu dengan ruang lainnya. Hubungan antarruang di tapak digolongkan menjadi 3
tingkatan yaitu hubungan erat, cukup erat dan tidak erat (Gambar 27). Tingkat
hubungan yang erat menunjukkan hubungan antara ruang yang berdekatan dan
saling menunjang. Tingkat hubungan yang cukup erat menunjukkan hubungan
antara ruang yang tidak berdekatan namun saling menunjang. Hubungan yang
tidak erat menunjukkan hubungan antara ruang yang tidak berdekatan dan tidak
saling menunjang.
Rencana Sirkulasi
Sirkulasi yang direncanakan di tapak dibagi menjadi dua, yaitu sirkulasi
primer dan sekunder. Sirkulasi primer adalah jalur yang menghubungkan antar
ruang dengan pola linear dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Jalur
primer dimulai dari area penerimaan dan dibuat selebar 6 m dan panjang 6.7 km.
Jalur primer juga berfungsi sebagai akses untuk pemantauan upaya reklamasi.
Jalur ini berupa tanah yang dipadatkan untuk mempertahankan kesan alami dan
diperuntukkan bagi kendaraan ringan beroda empat.
Sirkulasi sekunder merupakan jalur untuk menjangkau seluruh ruang yang
ada di tapak. Jalur ini dibuat selebar 3 meter dengan pola sirkulasi loop. Jalur ini
direncanakan sepanjang 5.3 km. Sama seperti jalur primer, material yang
digunakan berupa tanah yang dipadatkan dengan batuan dan kerikil untuk
menjaga kesan alami. Rencana sirkulasi di tapak disajikan pada Gambar 27.
49
Rencana Vegetasi
Sebelum rencana vegetasi dikembangkan di area reklamasi Pit Tanah Putih,
revegetasi dilakukan dengan tanaman pioner atau fast growing species. Selain
terbukti adaptif di lahan kritis seperti lahan pasca tambang, penanaman fast
growing species bertujuan untuk membentuk lingkungan tumbuh yang sesuai bagi
vegetasi yang akan ditanam selanjutnya. Jenis tanaman pioner yang digunakan
adalah sengon (Paracerianthes falcataria) dan akasia (Acacia mangium).
Rencana vegetasi yang dikembangkan di tapak dikelompokkan menjadi 4
fungsi yang meliputi fungsi konservasi, koleksi, produksi dan penyangga.
Peletakan kelompok tanaman tersebut disesuaikan dengan fungsi masing-masing
ruang (Gambar 28). Pengelompokan tanaman beserta fungsi dan nama
tanamannya dapat dilihat pada Tabel 11.
52
Rencana Lanskap
Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini yang disajikan
dalam bentuk grafis. Rencana lanskap merupakan pengembangan dari rencana
blok yang terdiri dari rencana ruang, sirkulasi, vegetasi serta aktivitas dan fasilitas.
Rencana lanskap area reklamasi Tanah Putih disajikan pada gambar 26.
56
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Adman B. 2012. Potensi Jenis Lokal Cepat Tumbuh untuk Pemulihan Lingkungan
Lahan Pasca Tambang Batubara [Tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Bappeda. 2011. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pulau Sebuku-Kabupaten
Kotabaru. Kotabaru (ID): Bappeda Kotabaru.
Bappeda. 2011. Kajian Zonasi Pulau Sebuku-Kabupaten Kotabaru. Kotabaru (ID):
Bappeda Kotabaru
Baskara M. 1998. Perencanaan Lanskap Arboretum Sumber Brantas sebagai
Obyek Wisata Alam. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[BCS] PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2006. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Jakarta (ID): PT BCS.
[BCS] PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2012. Rencana Penutupan Tambang PT
BCS. Jakarta (ID): PT BCS.
BPS. 2012. Kecamatan Pulau Sebuku dalam Angka. Kotabaru (ID): BPS
Kabupaten Kotabaru.
Carpenter PLTD, Walker, and Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. New
York (US): Freeman and Company.
Dinata YM. 2009. Perancangan Lanskap Arboretum Bambu sebagai Obyek
Agroedutourism di Kampus Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2009. UU RI Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta (ID): DPR RI.
Firmansyah H. 2012 Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara PT Arutmin
Indonesia untuk Ekowisata di Batulicin Kalimantan Selatan [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill
Book Companies, Inc.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): UGM Pr.
Haris M. 2011. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang
Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,
Kalsel [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ma’mur R. 2011. Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Arboretum PT
Arara Abadi Provinsi Riau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurisjah S, Pramukanto Q. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap.
Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Pratiwi PI. 2010. Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata dan
Penyususnan Alternatif Program Wisata di Grama Tirta Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID); Institut Pertanian
Bogor.
Pribadi M. 2013. Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk
Wisata Pendidikan di Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan
Selatan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
63
LAMPIRAN
Keterangan:
Contoh uji dihitung terhadap contoh kering 1050C
cmol/kg = me/100g
Lampiran 2 Hasil analisis sifat fisik tanah di Pit Tanah Putih
No Jenis Lokasi Bulk Porositas Kadar Air (%volume) pada PF Pori Drainase (%volume) Air Permeabilita
density (%) PF 1 PF 2 PF PF 4.2 Sangat Cepat Lambat Tersedi s (cm/jam)
(g/cm3) 2.54 Cepat a (%)
1 OB Cell 21 0.96 63.68 50.46 42.31 34.26 15.21 13.22 8.15 8.05 19.05 54.26
2 TS Cell 20 1.11 58.00 48.03 40.89 36.37 20.23 9.97 7.14 4.52 16.14 42.23
3 TS Cell 20 1.10 58.53 52.27 41.55 32.68 18.27 6.26 10.72 8.87 14.41 33.28
4 OB Cell 21 1.14 56.85 42.29 33.24 27.56 14.25 14.56 9.05 5.68 13.31 28.26
65
66
RIWAYAT HIDUP