Anda di halaman 1dari 107

i

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASCA TAMBANG BATUBARA


UNTUK WISATA PENDIDIKAN DI PT ARUTMIN INDONESIA
TAMBANG SENAKIN KALIMANTAN SELATAN

MUKHLIS PRIBADI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap


Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk Wisata Pendidikan di PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013

Mukhlis Pribadi
NIM A44080067
ABSTRAK
MUKHLIS PRIBADI. Perencanaan Lanskap Kawasan Pasaca Tambang Batubara
untuk Wisata Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.

Eksplorasi lanskap pertambangan dapat menyebabkan perubahan dan degradasi


lanskap. Upaya yang sedang dilakukan sekarang untuk memperbaiki ini seperti,
ameliorasi tanah dan reklamasi lahan. Tetapi hanya sekedar revegetasi dan
penghutanan kembali. Perencanaan lanskap untuk menjadi daerah Pariwisata
Pendidikan menjadi hal yang paling potensial untuk memanfaatkan lahan pasca-
tambang lainnya. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengidentifikasi aspek
fisik, biofisik, sosial-budaya, dan wisata 2) menganalisis potensi dan kendala 3)
mengusulkan perencanaan lanskap pasca-tambang sebagai eduwisata
pertambangan. Metode yang digunakan adalah proses perencanaan oleh Gold
(1980) dengan pendekatan sumber daya, yang terdiri dari inventarisasi, analisis,
sintesis dan perencanaan lanskap. Untuk menentukan kesesuaian ruang,
digunakan analisis deskriptif dan analisis spasial. Hasil perencanaan berupa ruang
penerimaan (0,2 Ha/0,3%), ruang pelayanan (1 Ha/1,5%), ruang wisata edukasi
indoor (0,3 Ha/0,4%), ruang wisata edukasi outdoor (2,1 Ha/3,1%), ruang wisata
edukasi pendukung (0,6 Ha/1%), ruang wisata rekreasi (1,5 Ha/2,3%) dan ruang
konservasi (60,7 Ha/91,4%).

Kata kunci: lahan pasca-tambang, perencanaan lanskap, wisata edukasi tambang

ABSTRACT

MUKHLIS PRIBADI. Landscape Planning of Post-mining Areas for Educational


tourism in PT Arutmin Indonesia Senakin Mine South Kalimantan. Supervised by
AFRA DN MAKALEW

Landscape exploration mining can cause landscape changes and degradation of


landscape. Soil amelioration and reclamation efforts that are being made right
now in ex-mining area, but those mainly land re-vegetation and reforestation.
Landscape planning to be an Educational Tourism area become most potential
thing to utilize the post-mining land in other way. This study was purposed to: 1)
identify the physical, biophysical, socio-culture, and tourism aspects 2) analysis
and synthesis the potential and constraints 3) propose a post-mine landscape
planning as an mining educational tourism. The planning process by Gold (1980)
was used with resources approach, which consists of preparation, inventory,
analysis, synthesis, and landscape planning stages. Descriptive and spatial
analysis were used to determine the suitability of the space. The results showed
that welcome area found to be 0,2 Ha (0,3%), service area 1 Ha (1,5%), education
tourism indoor area 0,3 Ha (0,4%), education tourism outdoor area 2,1 Ha (3,1%),
education tourism support area 9,6 Ha (1%), recreation area 1,5 Ha (2,3%), and
conservation area 60,7 Ha (91,4%).

Keywords : landscape planning, mine edutourism, post-mining area


v

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASCA TAMBANG BATUBARA


UNTUK WISATA PENDIDIKAN DI PT ARUTMIN INDONESIA
TAMBANG SENAKIN KALIMANTAN SELATAN

MUKHLIS PRIBADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan Karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vii

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk


Wisata Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin
Kalimantan Selatan
Nama : Mukhlis Pribadi
NIM : A44080067

Disetujui oleh

Dr Ir Afra D.N. Makalew, MSc


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah
perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca
Tambang Batubara untuk Wisata Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang
Senakin Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Afra D. N. Makalew M.Sc.
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Leader Daeli dari PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Bapak Aris
Subagyo beserta staf Dept Safety Health and Environment PT Arutmin Indonesia
tambang Senakin, serta seluruh keluarga besar tambang Senakin yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013

Mukhlis Pribadi
ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Lanskap 4
Lanskap Pertambangan 4
Perencanaan Lanskap 5
Kegiatan Reklamasi Pasca tambang 6
Wisata 6
Wisata Pendidikan Kawasan Tambang 7
METODOLOGI 9
Lokasi dan waktu 9
Batasan studi 10
Metode Penelitian 10
KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 14
Administrasi dan Geografis 14
Aksesibilitas 14
Kependudukan 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Aspek Fisik 18
Lokasi dan Aksesibilitas 18
Jenis dan Karakteristik Tanah 18
Topografi dan Kemiringan Lahan 21
Iklim 25
Hidrologi 26
Kualitas Visual Lanskap 31
Tata Guna Lahan 32
Aspek Biofisik 40
Vegetasi 40
Satwa 41
Aspek Sosial 42
Karakter Masyarakat 42
Preferensi Pihak PT Arutmin Indonesia 43
Preferensi Sasaran 44
Aspek Wisata 47
Hasil Analisis dan Sintesis 52
Konsep 60
Konsep Dasar 60
Konsep Pengembangan 60
Perencanaan Lanskap 64
Rencana Ruang 64
Rencana Aktivitas dan Fasilitas 67
Rencana Sirkulasi 68
Rencana Vegetasi 70
Rencana Daya Dukung 71
Rencana Lanskap 73
SIMPULAN DAN SARAN 82
Simpulan 82
Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN 86
RIWAYAT HIDUP 95
xi

DAFTAR TABEL

1 Jenis data, parameter, cara pengambilan data, bentuk data, dan sumber
data 11
2 Kriteria penilaian dan skornya 12
3 Jumlah penduduk Kecamatan Sampanahan 16
4 Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan 21
5 Hasil analisis kualitas air limbah Pit 1E bulan Januari-September
2012 27
6 Hasil analisis kualitas air ex tambang Pit 1E di Sungai Sewa bulan
Januari-September 2012 28
7 Daftar vegetasi kawasan reklamasi ex tambang Pit 1E 40
8 Daftar satwa kawasan keseluruhan ex tambang Pit 1E 41
9 Hasil analisis dan sintesis 54
10 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak 61
11 Program ruang, fungsi, dan luasnya 64
12 Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas 67
13 Rencana sirkulasi pada tapak 68
14 Rencana daya dukung tiap ruang 73

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alur kerangka pikir 3


2 Lokasi Penelitian 9
3 Tahapan perencanaan (Gold, 1980) 10
4 Peta Batas Tapak 15
5 Jalur aksesibilitas 16
6 Peta Jaringan Jalan 17
7 Peta Analisis Lokasi Penelitian 19
8 Peta Topografi 22
9 Peta Kemiringan Lahan 23
10 Peta Analisis Kemiringan Lahan 24
11 Highwall Nampak dari jauh dan dekat 25
12 Pengaruh Vegetasi terhadap Iklim Mikro (Brooks, 1988) 26
13 Kondisi Hidrologi Danau ex Tambang Pit 1E 27
14 Peta Hidrologi 29
15 Peta Analisis Hidrologi 30
16 Good view pada tapak 31
17 Bad view pada tapak 32
18 Peta Peruntukan Lahan RTRW-P Tambang Senakin 33
19 Peta Peruntukan Lahan RTRW-K Tambang Senakin 34
20 Peta Peruntukan Kawasan Hutan Tambang Senakin 35
21 Peta Situasi Kegiatan Lain Sekitar Tambang Senakin 36
22 Kondisi tata guna lahan pada tapak 37
23 Peta Tata Guna Lahan 38
24 Peta Analisis Tata Guna Lahan 39
25 Kegiatan wisata pendidikan yang diinginkan responden 43
26 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin 45
27 Karakteristik pengunjung berdasarkan usia 45
28 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis pekerjaan 45
29 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan 46
30 Karakteristik pengunjung berdasarkan angkutan yang digunakan 46
31 Pengelola yang diharapkan setelah penutupan 46
32 Metode penambangan (PT Arutmin Indonesia) 50
33 Peta Komposit 53
34 Block Plan 59
35 Diagram Konsep Ruang 60
36 Diagram Konsep Sirkulasi 63
37 Matriks hubungan antar ruang dalam tapak 65
38 Rencana Ruang 66
39 Rencana Sirkulasi 69
40 Rencana Vegetasi 72
41 Site Plan (Rencana Tapak) 74
42 Site Plan (Blow Up 1) 75
43 Site Plan (Blow Up 2) 76
44 Illustrasi Ruang Penerimaan dan Pelayanan 77
45 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Indoor dan Outdoor 78
46 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Pendukung 79
47 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Pendukung 2 80
48 Illustrasi Ruang Rekreasi 81

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner Preferensi Masyarakat 86


2 Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan rencana
pengembangan aktivitas serta fasilitas 90
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumberdaya


mineral dan gas terbesar di dunia. Beberapa di antaranya tembaga dan emas di
Nusa Tenggara dan Papua, nikel di hampir seluruh wilayah Sulawesi, serta
tambang batubara di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pulau Kalimantan sering
dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan, salah satunya adalah penambangan
mineral batubara. Salah satu wilayah penambangan, khususnya penambangan
batubara di Indonesia adalah wilayah Senakin, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan
Selatan. Kegiatan penambangan ini secara legal dikelola oleh PT Arutmin
Indonesia yang menjadi lokasi penelitian.
Pertambangan memiliki manfaat yang sangat besar, salah satunya sebagai
penghasil sumber daya yang menguntungkan secara ekonomis. Selain itu
pertambangan juga memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber energi
dan penyerapan tenaga kerja. Namun dibalik dampak positif selalu terdapat
dampak negatif dari setiap kegiatan pertambangan yang terus dieksplorasi.
Aktivitas pertambangan batubara yang terus menerus dieksplorasi umumnya
menimbulkan degradasi lahan, yakni penurunan unsur hara, dengan nilai pH yang
rendah, bersifat toxic karena kandungan logam berat, kapasitas menahan air
rendah, kandungan bahan organiknya yang rendah, dan kondisi lahan yang tidak
stabil. Salah satu upaya dalam memperbaiki kondisi lingkungan pada area
pertambangan adalah kegiatan reklamasi. Reklamasi adalah kegiatan yang
bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai
akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukkannya (Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007).
Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu: (1) pemulihan lahan bekas
tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, (2)
mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan selanjutnya (Direktorat Pengelolaan Lahan, 2006). Kegiatan
perbaikan lingkungan khususnya reklamasi lanskap pasca penambangan batubara
sudah menjadi kewajiban setiap perusahaan tambang batubara.
Kegiatan reklamasi lanskap pasca tambang akan terus berjalan untuk
memulihkan kondisi lahan tetapi dibutuhkan suatu penataan pemanfaatan lahan
untuk mendukung keberlanjutan lanskap tersebut. Melihat PT Arutmin Indonesia
memiliki komitmen tinggi dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat, maka salah satu pemanfaatan lahan pasca tambang adalah wisata
pendidikan. Wisata pendidikan yang bisa dikembangkan daerah tersebut adalah
wisata yang dapat menarik pengunjung dengan memberikan pengetahuan tentang
pertambangan. Lokasi ini didukung oleh potensi bentukan lahan pasca tambang
yang mempunyai kualitas estetika yang indah, dikelilingi pepohonan rimbun di
area reklamasi.
Selain hal tersebut Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki misi yaitu mendorong terselenggaranya pengelolaan kegiatan
pertambangan dan energi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas maka, perlu adanya perencanaan lanskap kawasan
2

pasca tambang untuk wisata pendidikan guna mendukung keberlanjutan lanskap


yang sudah diawali oleh proses reklamasi. Perencanaan ini melihat aspek fisik,
biofisik, sosial dan wisata dari kawasan tersebut agar dapat bermanfaat dalam
jangka panjang atau berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :


1. mengidentifikasi aspek-aspek fisik-biofisik, sosial budaya dan wisata yang
ada pada kawasan pasca tambang di PT Arutmin Indonesia Tambang
Senakin, Kalimantan Selatan
2. menganalisis potensi dan kendala yang ada pada kawasan pasca tambang di
PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan
3. membuat perencanaan kawasan pasca tambang sebagai kawasan wisata
pendidikan tambang di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin,
Kalimantan Selatan

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :


1. sebagai masukan bagi PT. Arutmin Indonesia, Pemerintah Daerah, beserta
pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan kawasan pasca tambang di
Tambang Senakin
2. ilmu pengetahuan bagi masyarakat Senakin dan lingkungan di sekitar PT.
Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan

Kerangka Pikir

Penelitian ini melihat kondisi lanskap pasca tambang yang baru dihentikan
proses pertambangannya, kemudian dilanjutkan dengan proses reklamasi lahan
guna memperbaiki kondisi ekologisnya. Pada lahan tersebut akan dilihat aspek
fisik dan biofisik sehingga dapat dianalisis kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata
pendidikan. Aspek fisik dan biofisik juga dilihat untuk menentukan objek wisata
beserta atraksinya. Selain itu perencanaan ini akan melihat aspek sosial pada
kawasan yang menyangkut karakter masyarakat, preferensi pihak PT Arutmin
Indonesia, dan preferensi sasaran. Hal ini terkait dengan preferensi dalam
perencaanan kawasan pasca tambang. Diagram kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
3

Gambar 1 Diagram alur kerangka pikir


4

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang


dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia, dimana karakter suatu lanskap
menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut.
Lanskap terdiri dari dua elemen, yaitu elemen utama dan elemen penunjang.
Elemen utama adalah elemen lanskap mayor dan umumnya sulit diubah seperti
gunung, sungai, lembah, hutan belantara, kekuatan alam, laut dan danau. Elemen
penunjang adalah elemen minor dan umumnya mudah diubah seperti bukit, anak
sungai dan alirannya (Simonds, 1983).
Lanskap merupakan pandangan fisik yang muncul dari hasil interaksi
antara manusia sebagai individu dan sebagai suatu bagian dari masyarakat yang
berhubungan dengan alam berupa kesatuan proses. Suatu unit lanskap yang
berupa sifat fisik dan ekologi, memberikan pengorganisasian informasi yang dapat
digunakan untuk perencanaan, perancangan dan manajemen (Eckbo, 1964). Lebih
lanjut, disebutkan bahwa lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia yang
mencakup segala sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan serta merupakan
pengalaman terus-menerus sepanjang waktu dan seluruh ruang kehidupan
manusia.

Lanskap Pertambangan

Kebanyakan tambang batubara di Indonesia menggunakan metoda tambang


terbuka, dikarenakan sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran
rendah atau pada daerah pegunungan dengan topografi yang landai dengan
kemiringan lapisan batubara yang lebih kecil 30°. Untuk cebakan (barang
tambang) yang berada di bawah permukaan tetapi relatif masih dangkal, maka
metoda penambangan terbuka umumnya akan lebih ekonomis dibandingkan
dengan tambang dalam (bawah permukaan). Dan bila cebakan itu berada jauh di
bawah permukaan dengan bentuk yang tidak beraturan, maka mungkin
penambangan dengan cara tambang bawah tanah yang masih dianggap ekonomis
(PT Arutmin, 2012) .
Menurut Feriansyah (2009), kegiatan penambangan terbuka (open minning)
dapat mengakibatkan gangguan seperti :
1. menimbulkan lubang besar pada tanah;
2. penurunan muka tanah atau bentuk cadangan pada sisa bahan galian yang
dikembalikan ke dalam lubang galian;
3. mengganggu proses penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang
ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun,
kurang bahan organik/humus atau unsur hara telah tercuci;
4. bahan galian tambang apabila ditumpuk atau disimpan dapat mengakibatkan
bahaya longsor, dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir;
5. penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau
yang ditelantarkan. Penambangan yang dibiarkan terlantar akan mengakibatkan
permasalahan.
5

Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan antara lain berupa :


1. penurunan produktivitas tanah.
2. pemadatan tanah.
3. terjadinya erosi dan sedimentasi.
4. terjadinya gerakan tanah dan longsoran.
5. terganggunya flora dan fauna.
6. terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk.
7. perubahan iklim mikro.
Kegiatan berikutnya disebut kegiatan pasca tambang. Pasca tambang adalah
kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan
fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan (UU RI No 4
Tahun 2009).

Perencanaan Lanskap

Perencanaan atau “planning” merupakan suatu gambaran prakiraan dalam


pendekatan suatu keadaan dimasa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan adalah
keadaan masa depan yang diharapkan di atas tanah dalam suatu kawasan tertentu.
Tanah dalam hal ini dipandang sebagai suatu sumber dalam hubungan kebutuhan
dan keinginan dari masyarakat dengan nilai-nilai yang dimiliki (Hakim, 2003).
Perencanaan lanskap ditujukan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap
volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, tekstur, warna dan kualitas yang berbeda,
semuanya dapat diekspresikan dan dimanfaatkan dengan baik agar fungsi-fungsi
yang direncanakan tercapai (Simonds, 1983).
Proses perencanaan lanskap yang baik harus merupakan suatu proses yang
dinamis dan meningkat. Proses ini pada awalnya dimulai dengan memperhatikan
nilai dan tingkah laku atau mengutamakan kepentingan umum dan
mengakomodasikan melalui jalan musyawarah serta lebih mengutamakan
masukan dan proses pada seluruh tahap proses perencanaan tetap diharapkan
perubahan, kompromi penyesuaian terhadap kesukaran yang tidak dapat
dikendalikan dimana akhirnya semua akan digunakan sebagai dasar untuk
menunjang tujuan semula. Kesemuanya ini merupakan sesuatu yang penting
dibandingkan dengan bentuk asli dari perencanaan itu sendiri (Simond, 1983).
Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, yang
digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk
pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, antara lain:
1. Pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe cara alternatif aktivitas
berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.
2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan
seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan
apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.
3. Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan
aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.
4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan
perilaku manusia.
6

Kegiatan Reklamasi Pasca tambang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa reklamasi
adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan
yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi
dan berdayaguna sesuai dengan peruntukkannya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan reklamasi adalah sebagai berikut:
1. reklamasi wajib dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tidak ada
kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu, yang meliputi:
a. lahan bekas tambang ; dan
b. lahan di luar bekas tambang, yang meliputi:
(1) timbunan tanah penutup ;
(2) timbunan bahan baku/produksi ;
(3) jalur transportasi ;
(4) pabrik/instalasi pengolahan/pemurnian ;
(5) kantor dan perumahan ;
(6) pelabuhan/dermaga.
2. reklamasi dilakukan oleh perusahaan pertambangan sesuai dengan rencana
reklamasi, termasuk perubahan rencana reklamasi, yang telah disetujui oleh
menteri, gubernur, atau bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.
Rencana Reklamasi disusun untuk pelaksanaan setiap 5 (lima) tahun dengan
rincian tahunan yang meliputi tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang,
rencana pembukaan lahan, program reklamasi, dan rencana biaya reklamasi.
Dalam hal, umur pertambangan kurang dari 5 (lima) tahun, maka Rencana
Reklamasi disusun sesuai dengan umur tambang tersebut. Rencana reklamasi
tersebut wajib disampaikan sebelum memulai kegiatan eksploitasi/operasi
produksi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya
pengembalian kondisi tanah agar dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya
melalui reklamasi, bukan semata tanggung jawab perusahaan pertambangan, tapi
juga tanggung jawab Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Menteri, Gubernur,
maupun Bupati/Walikota, karena merekalah yang melakukan penilaian dan
persetujuan rencana reklamasi, sekaligus melakukan pengawasan atas pelaksanaan
reklamasi oleh perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut.

Wisata

Wisata merupakan kata dasar dari pariwisata, dimana menurut Undang-


Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
7

Spillane (1996) menjelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan dari


suatu daerah ke daerah lain, dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai
usaha mencari kebahagiaan dan kesinambungan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Dalam kegiatan pariwisata seseorang dapat
melakukan aktivitas-aktivitas rekreasi. Rekreasi berasal dari kata re dan creation
yang berarti menciptakan kembali. Jadi rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan
manusia pada waktu luang untuk menyegarkan kembali pikirannya setelah
rutinitas sehari-hari. Rekreasi dapat dilakukan di dalam ruangan maupun di ruang
terbuka. Rekreasi ruang terbuka adalah rekreasi yang dilakukan pada kawasan
yang tidak dibatasi oleh bangunan seperti pegunungan, pantai, danau dan
sebagainya (Douglass 1982).
Cara dan tujuan manusia melakukan kegiatan rekreasi berbeda-beda.
Menurut Gold (1980), secara umum kegiatan rekreasi dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. rekreasi fisik (physical recreation), merupakan kegiatan rekreasi yang
dilakukan dengan kegiatan fisik sebagai kegiatan utama. Salah satu contohnya
adalah kegiatan olahraga.
2. rekreasi sosial (sosial recreation), merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan
dengan mengadakan interaksi sosial.
3. rekreasi kognitif (cognitif recreation), merupakan kegiatan rekreasi yang
berhubungan dengan budaya, pendidikan dan kreatifitas estetika.
4. rekreasi lingkungan alam (environmental-related recreation), merupakan
kegiatan rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan alam.

Wisata Pendidikan Kawasan Tambang

Wisata pendidikan atau biasa juga disebut eduwisata merupakan wisata


untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan (Yoeti, 1983).
Eduwisata yang akan dibuat adalah wisata pendidikan dalam bidang
pertambangan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dianalogikan bahwa wisata
pendidikan tambang merupakan kegiatan wisata ke kawasan pertambangan untuk
mempelajari bidang tambang. Dalam wisata pendidikan dapat disajikan kegiatan
pendidikan non-formal yaitu kunjungan ke daerah pertambangan, bisa berupa
environmental education field trips.
Menurut Kuswartoyo (2001), ada empat macam potensi peninggalan
tambang yang dapat dikemas dan dikembangkan menjadi pariwisata yaitu:
1. tapak atau situs penambangan dipermukaan atau dibawah tanah, lubang, gua
atau bekas galian tambang
2. proses dan pengelolaan hasil tambang
3. pengangkutan hasil tambang, prasarana dan alat angkutan
4. produk sosial budaya oleh kegiatan tambang, peralatan, perlengkapan,
permukiman, sejarah perjuangan buruh tambang dan sebagainya.
Keempat potensi diatas dapat dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik
wisata yang menjadi keunikan tersendiri serta mempunyai nilai jual bagi para
pengunjung dan wisatawan. Pada beberapa negara maju benua Eropa dan Amerika
Utara telah menggenjot penggunaan batubara secara besar-besaran dan
menjadikan batubara sebagai pemacu industrialisasi di awal abad ke-20. Sehingga
pada awal abad ke-21 banyak negara mulai kehabisan batubara dan banyak yang
8

harus meninggalkan tambang dengan segala sarana dan fasilitasnya. Contohnya


pemerintah Inggris pada tahun 1947 telah menasionalisasi sekitar 950 perusahaan
tambang batubara, tetapi pada tahun 1996 hanya tersisa 27 perusahaan.
Bagaimana nasib kota yang semula tumbuh dan hidup dari tambang ini, berikut
contoh dari beberapa kota yang semula merupakan kota yang hidup dari tambang
batubara yaitu:
 Grace Bay, Nova Scotia, Canada.
Tambang di Glace Bay ini dimulai tahun 1858 dan ditutup tahun 1960. Pasca
pertambangan sumber penghidupan penduduk beralih ke industri perikanan
karena kota ini memang terletak di pantai. Bekas pemukiman buruh tambang
(miners village) dipugar dan dikenang sebagai warisan masa lampau.
Kebetulan desa ini dapat digabungkan dengan menara transmisi penerima
sinyal pertama dari seberang atlantik pada tahun 1903 yang dikirim oleh
Markoni si penemu telegram.
 Rhondda Valley, Wales, United Kingdom.
Tambang batubara yang telah ditutup pada tahun 1980 ini dijadikan museum,
karena teknologinya yang istimewa pada zamannya. Penggalian batubara pada
kedalaman 90 meter, merupakan prestasi teknologi pada zaman itu yang perlu
diingat dan dikenang oleh generasi mendatang, karena itulah tambang ini
dipugar menjadi museum yang dinamakan Big Pit Musseum.
 Heerlen, Limburg, Belanda.
Kota yang terletak di Negara Belanda bagian selatan ini merupakan
pemukiman yang telah ada sejak zaman Romawi, dikenal sebgai kawasan
tambang batubara. Sejak tahun 1970 tambang batubara telah ditutup, tetapi
batubara kawasan itu telah mewariskan budaya industri yang menumbuhkan
industri kecil seperti tembikar, briket, batu api, dan sebagainya.
 Barnsley, South Yorkshie, England UK.
Kota yang menjadi pusat pertambangan batubara di abad ke-19 ini, kemudian
menjadi pusat pendidikan tambang (mining college) dan pusat pemasaran
produk pertanian. Kegiatan tambang yang kemudian mewariskan pendidikan
dan museum yang memang salaing berkaitan tersebut juga dijumpai di Bochum,
Wesphalia Jerman (museum geologi dan pertambangan) dan juga di Walbrzych,
Polandia (museum sejarah tambang batubara).
9

METODOLOGI

Lokasi dan waktu

Penelitian dilakukan di Pit 1E PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin,


Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan selama
sebelas bulan, dimulai pada Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012 dan
penyusunan skripsi hingga Maret 2013.

Gambar 2 Lokasi Penelitian


10

Batasan studi

Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan


berupa gambar site plan dan beberapa gambar penunjang lain.

Metode Penelitian

Tahap perencanaan yang digunakan mengikuti metode Gold (1980).


Tahapan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Tahapan perencanaan (Gold, 1980)

Proses perencanaan lanskap wisata pendidikan pada lahan pasca tambang


batubara PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Provinsi Kalimantan Selatan
adalah sebagai berikut :
1. Inventarisasi
Tahap inventarisasi, yaitu tahap pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui survai pengamatan langsung pada tapak dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi dari berbagai pustaka. Data terkait aspek fisik dan biofisik didapat
berdasarkan studi pustaka dan dokumen-dokumen PT Arutmin Indonesia berupa
peta-peta spasial, data kualitatif dan kuantitatif serta survai lapang berupa foto-
foto kondisi lapang, wawancara dan kuisioner. Data terkait aspek sosial
khususnya preferensi masyarakat dilakukan dengan penyebaran kuisioner dengan
teknik purposive sampling atau pemilihan responden secara sengaja dengan
pertimbangan responden adalah masyarakat yang tinggal di kawasasn pit 1E dan
pernah terlibat dalam pemanfaatan kawaswan pit 1E sebelum dilakukan
pertambangan. Data yang akan dipergunakan dalam perencanaan ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
11

Tabel 1 Jenis data, parameter, cara pengambilan data, bentuk data, dan
sumber data
No Jenis Data Parameter Cara Bentuk Sumber Data
Pengambilan Data
Data
1 Aspek Fisik
Lokasi dan Lokasi, batas Studi Pustaka Primer dan Google map, PT
Aksesibilitas Tapak tapak dan luas Sekunder Arutmin dan
tapak Survai Lapang
Tanah Jenis tanah dan Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
kualitas tanah Sekunder Survai Lapang
Topografi Ketinggian, Pengamatan, Primer dan Peta rupa bumi,
kontur dan Studi Pustaka Sekunder PT Arutmin dan
kemiringan tapak Survai Lapang
Iklim Curah hujan, Studi Pustaka Sekunder BMKG, PT
suhu, kelembaban, Arutmin
kecepatan angin
Hidrologi Kualitas air Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
Sekunder Survai Lapang
Kualitas Visual Visual tapak Pengamatan Sekunder Survai Lapang
Lanskap
Tata Guna Lahan Tata guna lahan Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
tapak Sekunder Survai Lapang
2 Aspek Biofisik

Vegetasi Jenis vegetasi, Pengamatan, Primer dan PT Arutmin dan


jumlah Studi Pustaka Sekunder Survai Lapang
Satwa Jenis satwa Pengamatan, Primer dan PT Arutmin dan
Studi Pustaka Sekunder Survai Lapang
3 Aspek Sosial

Karakter Identifikasi Wawancara, Sekunder PT Arutmin,


Masyarakat pengguna Kuisioner, wawancara
Studi Pustaka lapang
Preferensi Pihak PT Identifikasi Wawancara Primer PT Arutmin,
Arutmin Indonesia pengelola, wawancara
persepsi, program,
dana
Preferensi Sasaran Persepsi dan Wawancara, Primer Survai Lapang,
harapan Kuisioner, wawancara
Studi Pustaka
4 Aspek Wisata

Objek dan Atraksi Daya tarik tapak Pengamatan, Primer dan Observasi lapang
Studi Pustaka Sekunder dan studi pustaka

2. Analisis
Analisis dilakukan terhadap data yang sudah diperoleh yaitu aspek fisik,
aspek biofisik, aspek sosial, dan aspek wisata. Analisis terhadap aspek fisik dan
aspek biofisik dilakukan guna melihat potensi dan kendala tapak guna
mengembangkannya sebagai kawasan wisata pendidikan. Secara spasial aspek
12

fisik menghasilkan peta analisis lokasi, kemiringan lahan, hidrologi, dan tata guna
lahan.
Analisis aspek sosial dilakukan guna melihat keinginan dan preferensi
pihak-pihak terkait antara lain masyarakat, pemerintah dan Pt Arutmin terhadap
pengembangan kawasan pasca tambang sebagai kawasan wisata pendidikan.
Analisis ini melihat hasil penyebaran kuisioner, wawancara dan data-data
sekunder. Analisis aspek wisata melihat potensi-potensi pada tapak yang dapat
menjadi objek wisata. Menurut Nurisjah (2007) objek wisata adalah andalan
utama bagi pengembangan kawasan wisata dan didefinisikan sebagai suatu
keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta
sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Analisis dilakukan melalui metode spasial dan metode deskriptif kuantitatif.
Metode spasial dilakukan terhadap aspek tata guna lahan, kemiringan lahan, dan
hidrologi. Peta analisis yang dihasilkan ditentukan masing-masing kriteria
penilaian dan skornya (Tabel 2) dan kemudian dilakuan overlay untuk
mendapatkan peta komposit.
Tabel 2 Kriteria penilaian dan skornya
Aspek Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor*
Tata Guna Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi Sesuai 3
Lahan selain ground cover. Tapak didominasi oleh
penggunaan lahan yang terbuka.
Tapak masih cukup didominasi oleh penggunaan Cukup Sesuai 2
lahan yang terbuka, namun terdapat beberapa
struktur dan bangunan serta vegetasi selain ground
cover. Beberapa area reklamasi termasuk dalam
kriteria ini. Tidak Sesuai 1
Tapak dominan dengan bangunan dan vegetasi.
Kemiringan Datar dan Landai Sesuai 3
Lahan Agak Curam Cukup Sesuai 2
Curam dan Terjal Tidak Sesuai 1
Hidrologi Tidak terdapat Area inlet/outlet ataupun drainase Sesuai 3
Area inlet/outlet ataupun drainase Cukup Sesuai 2
Area inlet/outlet utama yang rentan terhadap daya Tidak Sesuai 1
dukung
*baik=3, sedang=2, buruk=1
Sumber : De Chiara dan Koppelman (1990), USDA 1968 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka
2007
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan pada semua aspek untuk melihat
potensi dan kendala apa saja yang terdapat pada tapak, kemudian dilakukan
pembahasan terkait solusi yang dapat mengembangkan potensi dan mengatasi
kendala. Sedangkan untuk analisis daya dukung tapak Menurut Boulon dalam
Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003), dihitung berdasarkan standar rata-rata
individu dalam m2/orang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DD = A/S Keterangan:
T = DD x K DD = Daya Dukung
K = N/R A = Area yang digunakan wisatawan
S = Standar rata-rata individu
T = Total hari kunjungan yang diperkenankan
K = Koefisien rotasi
N = Jam kunjungan per area yang diijinkan
R = Rata-rata waktu kunjungan
13

3. Sintesis
Pada tahap sintesis diperoleh pengembangan tapak yang berdasarkan hasil
analisis spasial maupun deskriptif. Hasil dari sintesis berupa block plan yang
menunjukan zona pengembangan kawasan, selanjutnya ditentukan konsep dasar
dan pengembangan konsep. Pengembangan konsep mencakup konsep ruang
wisata, konsep aktivitas wisata, konsep fasilitas wisata, konsep sirkulasi, dan
konsep vegetasi. Penentuan konsep dasar dan pengembangan konsep ini akan
dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan kawasan tersebut.

4. Perencanaan Lanskap
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari rencana blok menjadi rencana
tapak (site plan), penggambaran tata letak fasilitas dan elemen-elemen pendukung
keberadaan objek wisata serta jenis-jenis aktivitas yang nantinya ada pada tapak.
Setelah itu, dibutuhkan juga rencana program untuk mendukung rencana tapak
sesuai dengan tujuan perencanaannya sebagai kawasan eduwisata tambang.
14

KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

Administrasi dan Geografis

Secara administratif Pit 1E PT Arutmin Indonesia tambang Senakin terletak


di Desa Gunung Batu Besar, Kecamatan Sempahan, Kabupaten Kotabaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Pit 1E terletak pada Koordinat WGS 84 Geografics
2°37'32.0564109" S - 116°18'24.9266637" S dengan luas keseluruhan
keseluruhan Pit 1E 200 Ha.
Pit 1E secara resmi adalah area wilayah konsesi pertambangan PT Arutmin
Indonesia berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B). Pada saat ini lokasi sedang dilakukan proses recontouring, yaitu tahap
perbaikan kontur yang bertujuan meminimalkan area dengan kemiringan yang
curam. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan penyebaran tanah pucuk sebagai
media tanam tanaman reklamsi untuk memperbaiki kondisi lahan. Seiring dengan
kegiatan penambangan area tertentu yang sudah dilakukan penambangan
direklamasi guna mengembalikan fungsi wilayah sebagai kawasan hutan sesuai
IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan).
Area bekas tambang pada Pit 1E yang dimanfaatkan sebagai area penelitian
berdasarkan dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) adalah 79,1 Ha yang
memiliki luas area daratan 66,4 Ha dan luas area perairan 12,7 Ha. Area perairan
berupa void yaitu danau bekas lubang yang ditinggalkan akibat proses
pertambangan. Danau ini telah dilakukan pelandaian namun level airnya belum
mencapai titik maksimal, seperti yang telah ditetapkan perusahaan. Kedalaman
danau bervariasi, dari kedalaman 1 m hingga kedalaman 32 m. Peta batas tapak
dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun batas keliling tapak antara lain:
Utara : Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan (KBTTP) dan Teluk
Pamukaan
Selatan : Jalan Masyarakat dan Batas Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B)
Timur : Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan (KBTTP)
Barat : Area Reklamasi dan Kec. Kalumpang Utara

Aksesibilitas

Lokasi dapat ditempuh dari ibukota kabupaten melalui jalur air dan
diteruskan jalur darat yaitu menggunakan speedboat menyeberangi Selat Makasar
menuju Senakin kemudian dilanjutkan kendaraan darat menuju lokasi di Desa
Gunung Batu Besar. Jalur aksesibilitas dapat dilihat pada Gambar 5.
Sarana transportasi yang digunakan masyarakat menujut lokasi adalah
dengan menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan yang digunakan karyawan
menggunakan kendaraan perusahaan. Desa Papaan dan Desa Gunung Batu Besar
yang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya berjarak 0,5-
1 Km. Peta Jaringan Jalan menuju tapak terdapat pada Gambar 6.
15
4
Gambar 4 Peta Batas Tapak

4
4

Gambar 4 Peta Batas Tapak


16

Gambar 5 Jalur aksesibilitas

Kependudukan

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk Bappeda dan BPS


Kotabaru 2010, jumlah penduduk Kecamatan Sampanahan adalah 10.794 orang,
yang terdiri atas 5738 laki-laki dan 5056 perempuan. Laju Pertumbuhan penduduk
Kabupaten Kotabaru mencapai 3,74%. Pertumbuhan penduduk Kotabaru yang
tinggi ini diduga terkait dengan perkembangan perekonomian Kabupaten
Kotabaru yang semakin meningkat. Saat ini Kotabaru dikenal sebagai daerah
tujuan pekerja migran.
Tabel 3 Jumlah penduduk Kecamatan Sampanahan
Ratio Kepadatan
Laki- Jumlah Luas
Desa Perempuan Jenis penduduk
laki Penduduk (Km2)
kelamin tiap Km2
Sepapah 134 143 277 93,71 28,6 9.69
Banjar Sari 510 442 942 115,38 10,03 93,92
Sungai Betung 274 243 517 112,76 41,21 12,55
Sampanahan Hilir 838 698 1.536 120,06 226,67 6,78
Sukamaju 1.005 836 1.841 120,22 7,68 239,71
Sampanahan 913 822 1.735 111,07 15.45 112,30
Gunung Batu Besar 713 656 1.369 108,69 54,04 25,33
Basuang 305 302 607 100,99 36.06 16,83
Papaan 305 298 603 102,35 23,61 25,54
Rampa Manunggul 741 616 1.357 120,29 45,5 29,82
Jumlah 5738 5056 10.794 113,49 488,89 22,08
Sumber : Bappeda 2011 (Sampanahan Dalam Angka 2011)
Desa Gunung Batu Besar dan Desa Papaan yang berada dalam lingkup
Kecamatan Sampanahan merupakan desa terdekat dengan lokasi tapak penelitian,
jumlah penduduk kedua desa tersebut 1.972 jiwa. Lokasi yang berdekatan dengan
sumber tambang ini banyak dimanfaatkan beberapa masyarakat sekitar untuk
mencari rezeki di sektor tersebut. Sektor lain yang digeluti masyarakat sekitar
tapak seperti berdagang, bertani, ada juga yang menjadi nelayan dan karyawan di
luar kecamatan tersebut.
17

Gambar 6 Peta Jaringan Jalan

6
Gambar 6 Peta Jaringan Jalan
18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Fisik

Lokasi dan Aksesibilitas


Kegiatan penambangan batubara di PT Arutmin Indonesia tambang Senakin
Timur telah berlangsung dari tahun 1993 dengan perijinan PKP2B DU 313/Kal-
Sel dengan No. 1263/01150S.JT/1993 kemudian diperbaharui pada tahun 1995
dengan persetujuan No. 4419/0115/S.JT/1995. Pit 1E terletak di utara dari batas
PKP2B Senakin Timur. Lokasi penelitian di Pit 1E seluas 79,1 Ha dengan luas
daratan sebesar 66,4 Ha dan perairan danau (ex void) sebesar 12,7 Ha. Potensi
perairan seluar 12,7 Ha ini memerlukan area daratan sebagai penunjang aktivitas
dan fasilitas, serta sebagai penyangga perairan itu sendiri. Latar belakang
pemilihan lokasi ini dikarenakan potensi lokasi yang memiliki perairan yang
cukup luas dan dekat dengan pemukiaman penduduk.
Kebutuhan masyarakat akan wisata belum terpenuhi, karena tempat wisata
maupun rekreasi terdekat terletak di ibukota kabupaten yang berjarak 150 km dari
Kecamatan Sampanahan. Akses menuju lokasi jika dari ibukota Kabupaten
Kotabaru harus menyeberang menggunakan speedboat menuju Senakin,
kemudian dilanjutkan menggunakan kendaraan darat menuju Gunung Batu besar.
Sarana transportasi yang ada untuk saat ini masih berupa kendaraan pribadi dan
kendaraan perusahaan. Sedangkan jalanan yang tersedia masih berupa jalan
tambang yang tidak dibuka untuk umum.
Aksesesibilitas darat menuju lokasi yang saat ini masih merupakan bagian
dari PT Arutmin Indonesia tambang Senakin tidak didukung kondisi jalan yang
baik, kondisi jalan bekas tambang ini terdiri dari kombinasi tanah dan batu kerikil,
yang licin apabila terjadi hujan dan berdebu apabila kering. Hal ini merupakan
aspek penting yang harus diperhatian dalam merencanakan suatu area wisata,
karena termasuk bagian penting dalam mendatangkan pengunjung. Perlu adanya
perbaikan kualitas jalan menjadi lebih baik lagi. Peta analisis lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 7.

Jenis dan Karakteristik Tanah


Berdasarkan dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2008, jenis
tanah diklasifikasikan menurut soil taksonomi (USDA, 1994) merupakan tanah
Ultisol (Podsolik) dan Latosol (Oxisol). Jenis tanah ini menyebar dari landform
daratan sampai dengan pegunungan yang ada di Senakin Timur. Tanah ini dikenal
sebagai tanah yang mengalami pelapukan lanjut dan pencucian yang intensif,
berkembang dari bahan induk batuan endapan yang terjadi pada periode tersier
dan mengalami pengangkatan pada periode kuarter. Di bawah pengaruh waktu
dan iklim tropik yang basah dan panas, proses pelapukan dan perkembangan tanah
terus berlangsung. Hasilnya, jenis tanah ini memperlihatkan sifat-sifat diferensiasi
horizon yang jelas, reaksi tanah masam sampai sangat masam, mineral klei
didominasi oleh tipe klei 1:1, drainase terhambat, solum tanah dalam (>90 cm),
struktur tanah remah, gumpal dan blok menyudut. Kadang-kadang dijumpai
akumulasi Fe dan Al, sehingga tanah ini bersifat marjinal untuk dijadikan lahan
pertanian.
19

Gambar 7 Peta Analisis Lokasi Penelitian

7
Gambar 7 Peta Analisis Lokasi Penelitian
20

Kedua tanah ini, Ultisol dan Latosol yang ada di Pit 1E sudah mengalami
perbedaan dari struktur awal sebelum dilakukan proses penambangan. Tanah ini
telah terkomposit dengan overburden dan bahan batuan lain selama penambangan.
Berdasarkan analisis didapat bahwa pada lokasi penelitian tanahnya bertekstur
klei dengan tingkat kesuburan rendah (Arutmin 2012). Sehingga perlu
penambahan tanah pucuk (tanah yang subur) untuk area yang direncanakan
sebagai tempat tumbuh tanaman.
Tekstur tanah menunjukkan komposisi penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara pasir (sand), debu (silt) dan klei
(clay) (Hanafiah, 2005). Tekstur tanah merupakan sifat tanah yang sangat penting
dan mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Tektur tanah ikut
menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikat air oleh tanah (Darmawijaya, 1980).
Berat isi di lokasi penelitian berkisar antara 1,0 g.cm-3 dan 1,59 g.cm-3.
Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah.
Pada tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi akar tanaman tidak dapat menembus
lapisan tanah tersebut. Menurut Taylor et al. (1996) dalam Landon (1984) nilai
bobot isi 1,46 sampai 1,60 g.cm-3 akan menghambat pertumbuhan akar karena
tanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia akibat berkurangnya ruang/pori
tanah, untuk itu perlu usaha perbaikan dengan menambah ruang/pori tanah
menggunakan kompos, selain dapat menurunkan bobot isi kompos juga dapat
meningkatkan air tersedia tanah.
Permeabilitas di lokasi penelitian berkisar antara 3,02 - 6,03 cm jam-1 dan
dapat diklasifikasikan sangat cepat. Drainase seperti ini tidak akan mengakibatkan
terjadinya air limpasan (run off) dan dengan kelerengan 0-3 % bisa dipastikan
bahwa lokasi tidak akan mengalami erosi. Tetapi bila kelerengannya lebih besar
dari 8 %, dan dengan panjang lereng yang besar, maka dipastikan erosi akan
terjadi. Drainase tanah menunjukkan kecepatan hilangnya air dari tanah, baik
meresap maupun sebagai aliran permukaan atau keadaan tanah yang menunjukkan
lamanya dan seringnya jenuh air. Pengertian drainase meliputi drainase
permukaan, drainase penampang dan permeabilitas (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2001). Sementara permeabilitas ditentukan dengan menghitung
kecepatan berembesan air (dalam cm) pada tanah dalam keadaan jenuh air dalam
satu jam.
Kisaran kemasaman tanah di lokasi tambang batubara PT Arutmin
Indonesia tambang Senakin adalah 3,96 - 5,33. Kisaran nilai pH (H20) yang
demikian berada pada kelas sangat masam sampai dengan masam. Dengan
demikian, masih dalam kategori kemasaman tanah miskin. Kisaran pH tanah
seperti di atas, secara kimia, masih belum mengakibatkan kelarutan unsur hara
yang optimal, baik hara makro maupun mikro.
Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat
berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah
pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan terganggu akibat
dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot
isi yang sangat tinggi.
Restorasi lahan bekas tambang harus dilakukan guna memperbaiki kualitas
tanah yang rusak akibat pertambangan. Untuk mencapai tujuan restorasi perlu
dilakukan upaya seperti rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk.
21

Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus ditata dengan
penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan
urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang
kemungkinan terganggu. Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas
tambang yaitu masalah fisik (tekstur dan struktur tanah), kimia (reaksi tanah),
kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity), dan biologi (penutupan vegetasi dan
tidak adanya mikroorganisme potensial). Perbaikan kondisi tanah meliputi:
perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan bahan organik serta
pemupukan dasar dan pemberian kapur.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies
yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat
tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Untuk
menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan
langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok,
dan penggunaan pupuk.
Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan
bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi
penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan
spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi
sebagai filter alam.

Topografi dan Kemiringan Lahan


Topografi wilayah Tambang Senakin pada umumnya bergelombang dengan
ketinggian maksimum mencapai 500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Ketinggian terus menurun hingga mencapai ketinggian 10 mdpl pada daerah yang
semakin mengarah ke Laut Sulawesi. Luas area tiap persentase kemiringan lahan
dapat dilihat pada Tabel 4. Peta Topografi dapat dilihat pada Gambar 8, Peta
Kemiringan Lahan pada Gambar 9, dan Peta Analisis Kemiringan Lahan dapat
dilihat pada Gambar 10.
Tabel 4 Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan

No Tingkat Kemiringan Persentase Kemiringan (%) Luas Area (Ha)


1 Datar 0-8 36,6
2 Landai 8-15 8,2
3 Agak Curam 13-30 14,2
4 Curam 30-45 7,5
5 Sangat Curam >45 0,2
6 Danau 12,7
22

Gambar 8 Peta Topografi

8
Gambar 8 Peta Topografi
23

Gambar 9 Peta Kemiringan Lahan

9
Gambar 9 Peta Kemiringan Lahan
24

Gambar 10 Peta Analisis Kemiringan Lahan

10
Gambar 10 Peta Analisi Kemiringan Lahan
25

Tingkat kemiringan pada tapak beragam, mulai dari datar yang memiliki
kemiringan 0-8 %, landai dengan kemiringan 8-15 %, agak curam 15-30 %, curam
30-45 % dan sangat curam >45%. High wall memiliki ketinggian mencapai 34
meter dari level air tertinggi danau, highwall masuk kategori curam dengan
tingkat kemiringan 30-45 % sedangkan danau memiliki kedalaman mencapai 30
meter. Kesan dinamis timbul dari kemiringan lahan yang bervariasi, selain itu juga
terkesan tidak membosankan. Tetapi untuk area dengan kemiringan curam hingga
sangat curam perlu perhatian khusus karena selain rawan bahaya erosi juga
membahayakan bagi pengguna yang ingin melintasi tapak, sehingga upaya
pencegahan dan perlindungan harus direncanakan seperti mengalihkan akses yang
dekat dengan area tersebut dan meminimalkan rencana fasilitas dan aktivitas di
sekitar area.

Highwall Nampak dari kejauhan Highwall Nampak dari dekat

Gambar 11 Highwall Nampak dari jauh dan dekat


Iklim
Berdasarkan data iklim dari Stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru 2011
menunjukkan nilai rata-rata hujan bulanan sebesar 8,3 mm/bulan dengan rata-rata
curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 18,1 mm/bulan dan rata-rata
curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 1,3 mm/bulan. Curah
hujan untuk periode 2011 adalah 2109,2 mm/tahun. Menurut klasifikasi Oldeman,
bulan basah adalah bulan dengan curah hujan >200 mm dan bulan kering adalah
bulan dengan curah hujan < 100 mm. Berdasarkan data tahun 2011 Kab. Kotabaru
memiliki 4 bulan basah dan 8 bulan kering. Hal ini berarti danau (ex void)
mempunyai pengaruh besar bagi masyarakat dalam memenuhi ketersedian air
pada bulan-bulan kering.
Berdasarkan data kecepatan angin Kab. Kotabaru, kecepatan angin rata-rata
pertahun sebesar 2,6 Knot atau setara 4,8 km/jam yang menurut Beauford
termasuk dalam kelas 1 dengan kecepatan antara 1-6 km/jam yang bersifat angin
sepoi-sepoi. Data Kelembaban udara di Kabupaten Kotabaru rata-rata sebesar
88,6%, dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 99% di bulan Juli dan
Agustus. Sedangkan kelembaban minimum terjadi di bulan Agustus dan
Desember sebesar 77%. Sedangkan temperatur udara rata-rata pada tahun 2011
sebesar 26,8°C, dengan suhu udara maksimum tertinggi pada bulan Mei sebesar
33,8°C dan minimum terendah sebesar 18,8°C di bulan Januari (Data iklim 2011,
Stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru).
Berdasarkan data kelembaban Kab. Kotabatu, maka dapat diketahui Derajat
Kenyamanan atau Thermal Humidity Index (THI) yaitu sebesar 26,2. Hal ini
menunjukan bahwa Kab. Kotabaru dikategorikan nyaman bagi manusia untuk
beraktivitas khususnya pada daerah tropis dimana nilai THI lebih rendah dari 27
26

(Laurie,1986). Guna meningkatkan kenyamanan maka diperlukan pemanfaatan


vegetasi untuk meningkatkan iklim mikro yang nyaman. Menurut Brooks (1988),
untuk mengontrol intensitas sinar matahari dapat digunakan vegetasi yang
menghasilkan bayangan dan dapat mengurangi radiasi matahari. Suhu tapak yang
tinggi dapat direkayasa dengan memanfaatkan angin oleh vegetasi yang disusun
mengikuti arah angin dan tidak menghambat pergerakan angin. Pengaruh vegetasi
terhadap iklim mikro dapat dilihat pada Gambar 12.

Pengaruh vegetasi terhadap intensitas penyinaran

Pengaruh vegetasi tehadap suhu dan kelembaban

Gambar 12 Pengaruh Vegetasi terhadap Iklim Mikro (Brooks, 1988)


Hidrologi
Berdasarkan dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia tahun 2008, wilayah
penelitian dalam skala pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di Kalimantan
Selatan termasuk DAS Cantung (BPDAS KalSel). Disebelah utara dan barat
berbatasan dengan DAS Sampanahan, di sebelah selatan berbatasan dengan DAS
Batulicin, si sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi. Di lokasi penelitian
pada penambangan batubara Senakin Timur terdapat banyak daerah pengaliran
sungai (DPS) berukuran kecil disebut sub-das. Arah sub das di Senakin Timur ini
seluruhnya bermuara ke Laut Sulawesi. Panjang sungai utama berkisar antara 1-15
km. Sub DAS Sungai Sewa (disebut Sub-DAS Sewa) dan Sungai Seluang (disebut
sub-das Seluang) merupakan Sub DAS yang terbesar.
Pada lahan tapak bekas tambang maupun disekitarnya memiliki kemampuan
daya melewatkan air ke dalam tanah (infiltrasi) yang rendah. Hal ini berhubungan
dengan tekstur tanah yang halus (klei) yang memiliki pori-pori makro (aerasi)
yang sedikit. Tanah bertekstur klei (clay) memiliki laju infiltrasi maksimum 1,3
mm/jam. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa permeabilitas sebesar 5,8
cm/jam di tanah lapisan atas.
Berdasarkan hasil pengamatan, sungai terdekat dengan lokasi yaitu sungai
Sewa secara fisik airnya keruh berwarna merah kekuningan yang berasal dari
partikel-partikel tanah yang terlarut akibat terjadinya erosi tanah di daerah hulu
dan terangkut ke hilir menyebabkan pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai
mengakibatkan menurunnya kapasitas daya tampung sungai terhadap aliran air
dari daerah penangkapan (catchment area).
27

Danau (ex void) hanya memiliki satu outlet dan satu inlet utama serta ada
inlet kecil yang berasal dari air permukaan (run off) (Gambar 13). Outlet hingga
saat ini masih menggunakan pompa karena level air danau belum mencapai titik
maksimum, namun tetap harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya, terutama
dinding outlet agar tidak mengalami penyempitan ataupun pendangkalan. Area
inlet yang berasal dari daerah penangkapan air (water catchment area) pun perlu
diperbaiki dindingnya agar tetap mampu mengalirkan air dengan lancar. Inlet
kecil yang berasal dari aliran permukaan (run off) perlu diperhatikan karena aliran
melalui area yang masih belum padat tanahnya sehingga memungkinkan
terjadinya erosi seperti longsor kecil pada beberapa bagian area tersebut.
Sistem hidrologi yang digunakan pada waktu proses penambangan
perlangsung menggunakan sistem settling dan sediment pond, sistem ini
mengalirkan air yang akan dikeluarkan dari area tambang menuju outlet sungai
sekitar lebih lama dengan cara penyaringan sehingga kualitas air tidak terlalu
mencemari lingkungan. Proses pemantauan kualitas air dilakukan rutin, ada harian
mingguan dan bulanan. Kondisi hidrologi danau ex tambang Pit 1E dapat dilihat
pada Gambar 13.

Outlet utama danau Settling Pond 15 Kondisi danau


Gambar 13 Kondisi Hidrologi Danau ex Tambang Pit 1E
Kualitas air keluaran bekas void (danau) sampai September 2012
menunjukkan nilai yang cukup baik. Pengukuran terakhir pada bulan Juni -
September 2012 menunjukkan nilai pH keluaran (outlet) berkisar antara 7,0 – 8,0
dengan nilai rata-rata 7,89. Kualitas air limbah Pit 1E dan Kualitas air ex.
tambang Pit 1E di Sungai Sewa pada bulan Januari-September 2012 dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis kualitas air limbah Pit 1E bulan Januari-September
2012

Tahun 2012
Parameter Unit BMA*
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept
pH - 7.07 7.82 8.27 7.97 8.32 8.23 7.96 7.82 8.24 6-9
Fe total Mg/L 0.19 0.19 0.09 0.17 0.6 0.06 0.1 0.1 0.14 7
Mn total Mg/L 2.14 1.21 0.08 0.83 0.92 1.33 0.4 1.76 1.14 4
TSS Mg/L 2 2 26.6 2 2 9 2 2 6 200
Cd Mg/L 0.005 0.005 0.005 <0.005 <0.005 <0.005 0.006 0.005 0.005 0.05
*BMA (Baku Mutu Air)
Sumber : PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin (2012)
28

Tabel 6 Hasil analisis kualitas air ex tambang Pit 1E di Sungai Sewa bulan
Januari-September 2012

Hasil Analisis
Parameter Satuan BMA*
Jan-Maret April-Juni Juni-Sept
Temperatur °C 28.5 28.3 33.2 Deviasi 3
pH - 7.3 6.6 7.89 6-9
TDS mg/l 120 120 - 1000
TSS mg/l 28.7 0.55 0.47 50
Color PCU 153 12.5 - NA
Odor - - - 11.4 NA
DO mg/l 7.3 7.1 8.75 6
Turbidity NTU - - - NA
Fe mg/l 0.26 17.7 - 0.3
Mn mg/l 0.005 0.379 - 0.1
Cu mg/l 0 <0.007 0.06 0.02
Zn mg/l 0 <0.006 0.15 5
Cr6⁺ μg/l 0 0.024 - 0.05
Cd mg/l <0.007 <0.007 0.007 0.1
Hg mg/l <0.001 <0.001 0.0005 0.001
Pb mg/l <0.006 <0.006 0.05 0.1
*BMA (Baku Mutu Air menurut SK Gub Kalsel No. 5 2007 Kelas 1)
Sumber : PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin (2012)

Kualitas air keluaran bekas void (danau) sampai September 2012


menunjukkan nilai yang cukup baik. Pengukuran terakhir pada bulan Juni -
September 2012 menunjukkan nilai pH keluaran (outlet) berkisar antara 7,0 – 8,0
dengan nilai rata-rata 7,89. Menurut Pergub Kalsel No. 5/2007 kadar maksimum
nilai pH untuk area bekas tambang batubara adalah 6-9. Walaupun pH untuk area
bekas tambang telah memenuhi kadar nilai maksimum, bukan berarti bahwa
kualitas air sudah bisa dimanfaatkan. Perlu ada studi lebih lanjut untuk
mendeteksi kualitas air secara detail dan peruntukkannya. Karena dikhawatirkan
ada kandungan logam yang masih terdapat pada air.
Dalam perencanaan perlu ada perlakuan yang diberikan pada air di danau
dan area di sekitarnya. Untuk mengurangi kadar logam sisa-sisa tambang bisa
menggunakan memanfaatkan tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia
crassipes), apu-apu (Pistia stratiotes) dan tifa (Typha angustifolia) yang dapat
menyerap logam sisa-sisa tambang, namun perlu dikendalikan pertumbuhannya
karena bisa menjadi hama jika tidak tertangani dengan baik. Memperbanyak
vegetasi (menyulam area reklamasi yang tanamannya mati atau pertumbuhan
lambat) karena akar dari tanaman dapat menyerap air sehingga bisa menjadi
cadangan air ketika danau kekurangan air.
29

Gambar 14 Peta Hidrologi

14
Gambar 14 Peta Hidrologi
30

Gambar 15 Peta Analisis Hidrologi

15
Gambar 15 Peta Analisis Hidrologi
31

Kualitas Visual Lanskap


Area bekas tambang Pit 1 E yang merupakan lokasi penelitian mempunyai
kelebihan yaitu terbentuknya danau dari hasil penambangan terbuka (open
mining) ditambah dengan ciri khas tambang berupa High wall, serta dilengkapi
dengan area reklamasi yang sudah mulai tumbuh hijau. Keberadaan Kawasan
Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan (KBTTP) menambah nuansa hijau
sekitar tapak. Tidak jauh dari tapak juga terdapat pemandangan menarik ke arah
Teluk Pamukan. Pemandangan tersebut menjadi daya tarik bagi tapak yang juga
potensial untuk menjadi obyek wisata pendidikan. Daerah dengan pemandangan
menarik (good view) perlu dipertahankan dan dimanfaatkan menjadi objek wisata
pendidikan dengan tetap mempertahankan karakter kekhasannya sebagai area
bekas tambang. Pemanfaatan potensi good view tapak (Gambar 16) seperti High
wall dapat dilakukan dengan pembingkaian (vista) untuk mengarahkan
pengunjung ke suatu titik pandang tertentu yang memusatkan pandangan ke obyek
sasaran. Area di atas High wall merupakan area tertinggi di dalam tapak, sangat
potensial difasilitasi dengan menara pandang namun dilihat dari segi keamanan
(safety) sangat berbahaya karena rawan erosi, untuk itu menara pandang bisa
diletakkan di daerah lain yang masih relatif tinggi dan masih dapat melihat
seluruh area bekas tambang termasuk danau (ex void), highwall, area reklamasi
Keberadaan Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan (KBTTP) dan
Teluk Pamukan.

Vegetasi Area Reklamasi Keunikan Highwall

KBTTP Pemandangan Teluk Pamukan

Gambar 16 Good view pada tapak


Pada tapak juga terdapat pemandangan yang kurang mendukung keindahan
tapak (bad view). Bad view pada tapak terdapat melalui saluran air yang terbentuk
pada area reklamasi sehingga terbentuk lubang-lubang, timbulnya erosi ringan di
highwall dan penambangan illegal di sekitar tapak (Gambar 17). Daerah dengan
pemandangan yang dinilai kurang menarik atau merusak keindahan sekitar tapak
disebut bad view. Untuk itu perlu dilakukan penataan ulang atau rekayasa, seperti
dengan memberi tanaman barier (penghalang). Sehingga pemandangan yang
kurang menarik tersebut tertutup dan tidak terlihat pengunjung. Bad view di dalam
32

tapak antara lain erosi yang menimbulkan lubang-lubang akibat aliran drainase di
area reklamasi, perlu pemantauan dan pemeliharaan rutin. Erosi ringan di
highwall perlu dibuat kemiringan berjenjang agar erosi tidak sering terjadi atau
bahkan terjadi erosi longsor. Penambangan ilegal sekitar tapak perlu keikutsertaan
banyak pihak mengenai penertiban penambangan illegal ini.

Erosi di area reklamasi Erosi ringan di highwall Penambangan Ilegal

Gambar 17 Bad view pada tapak


Tata Guna Lahan
Berdasarkan peta RTRW Kalimantan Selatan (Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan no. 9 tahun 2000), wilayah PKP2B PT. AI (DU-
313/Kalimantan Selatan) Senakin Timur sebagian besar terletak dalam kawasan
hutan produksi. Dalam luasan yang lebih kecil juga berada dalam Kawasan
Budidaya Tanaman Pangan Lahan Kering (KBTPLK) dan Kawasan Budidaya
Tanaman Perkebunan (KBTP), serta Kawasan Pemukiman (Gambar 18).
Berdasarkan Peta RTRWK Kotabaru (Peraturan Daerah Kabupaten
Kotabaru No. 3 tahun 2002), wilayah PKP2B PT. Arutmin Indonesia (DU-
313/KalSel) Senakin Timur terletak dalam peruntukan Kawasan Budidaya Hutan
Produksi, Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan dan sebagian
wilayah yang lebih kecil berada dalam Kawasan Perkebunan dan Kawasan
Pemukiman (Gambar 19).
Berdasarkan Peta kawasan Hutan (SK Menteri Kehutanan No. 453 Tahun
1999), wilayah PKP2B PT. Arutmin Indonesia (DU-313/KalSel) Senakin Timur
terletak dalam Kawasan Hutan Produksi dan areal penggunaan lain (Gambar 20).
Hak yang diberikan dalam izin ini adalah berada, menempati dan mengelola serta
melakukan kegiatan yang meliputi kegiatan penambangan batubara dan kegiatan
lainnya serta memanfaatkan hasil kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan
penambangan pada kawasan hutan yang dipinjam pakai. Selain PT Arutmin
Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang menggunakan kawasan untuk
kegiatan-kegiatan tertentu (Gambar 21).
Keadaan lahan dalam kawasan tersebut sebelum dilakukan proses
penambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam,
berkebun dan lainnya, sehingga dalam proses pembukaan tambang terlebih dahulu
harus melakukan pembebasan lahan masyarakat berdasarkan peraturan pemerintah
Indonesia. Kondisi tata guna lahan pada tapak sendiri meliputi jalan masyarakat
yang pada awalnya merupakan jalan kendaraan tambang, area reklamasi PT
Arutmin Indonesia, danau dan Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan
dapat dilihat pada Gambar 22.
33

Gambar 18 Peta Peruntukan Lahan RTRW-P Tambang Senakin

18
Gambar 18 Peta Peruntukan Lahan – RTRW P Tambang Senakin
34

Gambar 19 Peta Peruntukan Lahan RTRW-K Tambang Senakin

19
Gambar 19 Peta Peruntukan Lahan – RTRW K Tambang Senakin
35

Gambar 20 Peta Peruntukan Kawasan Hutan Tambang Senakin

20
Gambar 20 Peta Peruntukan Kawasan Hutan – Tambang Senakin
36

Gambar 21 Peta Situasi Kegiatan Lain Sekitar Tambang Senakin

21
Gambar 21 Peta Situasi Kegitan Lain Sekitar Tambang Senakin
37

Jalan Masyarakat Jalan Tambang Danau / void

Area Reklamasi KBTTP

Gambar 22 Kondisi tata guna lahan pada tapak

Lahan bekas tambang tidak selalu dikembalikan ke peruntukan semula. Hal


ini tergantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut. Perkembangan
suatu wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat dipergunakan
untuk pengembangan pemukiman atau kota. Tata guna lahan pascatambang
umumnya dijadikan hutan sekunder, dengan akses tertutup dan rata-rata
meninggalkan lubang besar yang disebut void, void ini lama kelamaan menjadi
danau karena terisi air hujan, air void digunakan sebagai irigasi pertanian, minum
satwa serta sumber air untuk pembibitan tanaman.
Tata guna lahan pada tapak lokasi penelitian berupa area bekas tambang,
KBTTP (Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan), danau (ex void),
jalan masyarakat, dan area reklamasi. Keberadaan KBTTP (Kawasan Budidaya
Tanaman Tahunan Perkebunan) menambah kesan hijau pada tapak karena usianya
yang lebih tua dibandingkan tanaman reklamasi. Danua (ex void) merupakan
potensi besar pada tapak, kondisi perairan belum cukup baik, dilihat dari kualitas
dan volume air yang belum mencapai titik maksimal. Perlu pemantauan dan
perbaikan air yang lebih, namun jika kualitas air dan volume air sudah baik, danau
ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pengembangan aktivitas di atas danau.
Area reklamasi merupakan potensi bagi wisata pendidikan tambang, pada
area ini tanaman sudah tumbuh cukup baik, namun ada sebagian tanaman yang
kerdil atau terganggu pertumbuhannya. Perlu adanya perawatan dan pemantauan
tanaman reklamasi, baik pemupukan maupun penyulaman tanaman yang mati atau
tumbuh kurang baik. Peta Tata Guna Lahan Tapak dapat dilihat pada Gambar 23
dan Peta Analisis Tata Guna Lahan pada Gambar 24.
38

Gambar 23 Peta Tata Guna Lahan

23
Gambar 23 Peta Tata Guna Lahan Tapak
Gambar 24 Peta Analisis Tata Guna Lahan

24
39

Gambar 24 Peta Analisis Tata Guna Lahan Tapak


40

Aspek Biofisik

Vegetasi
Berdasarkan tipe vegetasi, ekosistem darat di wilayah penelitian dapat
dibedakan menjadi hutan hujan tropis dataran rendah, tegalan/ladang, kebun dan
pekarangan. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah hampir mendominasi
daerah tambang, sedangkan ekosistem ladang, kebun dan pekarangan banyak
terdapat di desa/daerah pemukiman sekitar lokasi tambang.
Hutan yang berada di sekitar wilayah penelitian merupakan hutan sekunder,
yang ditandai dengan banyaknya ditemui jenis-jenis tumbuhan yang tergolong
pioneer, seperti mahang (Macaranga sp.), namun masih ditemui jenis-jenis yang
tergolong slow growing species yang diperkirakan dahulunya cukup dominan,
yaitu bangkirai (Dipterocarpus caudiferus) dan Ulin (Eusideroxylon zwagerii)
akan tetapi jumlahnya sudah jarang. Sedangkan pada daerah yang telah di
revegetasi banyak ditemukan jenis-jenis fast growing species yang lokal maupun
non lokal (exotic). Vegetasi pioneer lokal seperti alaban, asam, durian, kedaung,
kopi dan rambutan sedangkan vegetasi pioneer exotic seperti sengon, gmelina,
waru dan trembesi. Sebanyak 6.245 pohon telah ditanam di lokasi bekas tambang
Gunung Batu Besar sampai dengan Agustus 2012 sebagaimana terlihat pada Tabel
6 dibawah ini.
Tabel 7 Daftar vegetasi kawasan reklamasi ex tambang Pit 1E
Jenis Jumlah
No Nama Latin Nama Umum Luas (m2)
Tanaman Tanaman
1 Non Lokal Albizia falcataria Sengon 15.360 1.280
2 Non Lokal Anacardium occidentale L Jambu mete 1.440 120
3 Non Lokal Casia siema Johar 630 525
4 Lokal Ceiba petandra Kapuk 540 45
5 Non Lokal Coffea sp. Kopi 2.760 230
6 Lokal Durio zibethinus Durian 1.200 100
7 Non Lokal Gmelina arborea Gmelina 8.400 700
8 Non Lokal Hibiscus tiliceus Waru 7.200 600
9 Non Lokal Leucaena leucocephala Lamtoro 8.160 680
10 Lokal Nephelium lappaceum Rambutan 420 35
11 Lokal Parkhia rokhia roxbunghi Kedaung 1.980 165
12 Lokal Psidium guajava Jambu biji 720 60
13 Non Lokal Samanea saman Trembesi 16.860 1.405
14 Lokal Sondorikum koetjape Ketapi 180 15
15 Lokal Tamarindus indica Asam 2.880 240
16 Lokal Vitex pubescens Alaban 540 45
Sumber : PT Arutmin Indonesia tambang Senakin (2012)
Vegetasi di dalam tapak saat ini dibedakan menjadi dua area, yaitu area
reklamasi milik PT Arutmin Indonesia dan KBTTP (Kawasan Budidaya Tanaman
Tahunan Perkebunan). Pada area KBTTP sudah tumbuh lebih tinggi karena usia
penanamannya yang lebih awal, tingginya antara 7-15 meter, sedangkan pada area
reklamasi tinggi tanaman antara 3-7 meter. Beberapa tanaman pada area reklamasi
ditemukan ada yang mati atau terganggu pertumbuhannya, sehingga perlu
pemberian pupuk dan penyulaman tanaman yang mati atau terganggu
pertumbuhannya. Keberadaan tanaman-tanaman reklamasi sangat didominasi oleh
41

jenis fast growing pada tapak, oleh karena itu perlu adanya variasi tanaman lain
guna mencegah kemonotonan dan menambah nilai estetika tapak.

Satwa
Daerah penelitian memiliki beberapa spesies satwa lokal terutama jenis aves,
mamalia dan reptilia. Terdapat pula satwa-satwa yang dilindungi sesuai PP No 7
tahun 1993, seperti murai (Capsicus sp.), tinjau gunung (Copsychus malabaricus),
tiung (Anthracoceros malayanus), elang bondol (Haliastur indus), burung hantu
(Tyto alba), trenggiling (Manis javanica), kijang (Muntiacus muntjac),
Hirangan/lutung (Presbytis cristata), uwa-uwa (Presbytis melalaphos),
kancil/pelanduk (Tragulus javanicus), dan biawak air tawar (Varanus salvator)
(AMDAL PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, 2008).
Beberapa jenis satwa yang terdapat di tapak sebelum dilakukan proses
penambangan diantaranya aves, mamalia dan reptilia. Kondisi saat ini setelah
dilakukan proses pertambangan banyak satwa yang tidak lagi terlihat disekitar
tapak, ini disebabkan oleh gangguan terhadap ekosistemnya. Dengan
memperbaiki kualitas ekologi di tapak diharapkan dapat mengembalikan ataupun
mendatangkan satwa-satwa ke tapak, untuk itu diperlukan waktu dan perencanaan
yang baik untuk memperbaiki kualitas lingkungan satwa liar .
Tabel 8 Daftar satwa kawasan keseluruhan ex tambang Pit 1E
No Nama Lokal Nama Latin Pengamatan
A AVES
1 Amaurornis phoenicurus Burak Wawancara
2 Apus pasificus Layang-layang Dilihat langsung
3 Berenicornis comatus Enggang Wawancara
4 Capsicus sp. Murai* Wawancara
5 Centropus bengalensis Burung bubut Dilihat langsung
6 Centropus sinensis Burung bubut Wawancara
7 Copsychus malabaricus Tinjau gunung* Wawancara
8 Corvus enca Gagak Wawancara
9 Coturnix chinensis Pipikau Wawancara
10 Ducula badia Pergam gunung Wawancara
11 Egretta intermedia Kuntul Wawancara
12 Gracula religiosa Tiung* Wawancara
13 Halcyon cyanoventris Cekakak gunung* Wawancara
14 Haliastur indus Elang bondol* Wawancara
15 Loriculus galgulus Sarindit Wawancara
16 Lunchula fuscans Pipit Dilihat langsung
17 Orthotomus sericeus Curiak Dilihat langsung
18 Orthotomos athogularis Cuit Dilihat langsung
19 Ottus lempiji Celupuk gunung Wawancara
20 Pycnocotus aurigaster Kutilang Wawancara
21 Pycnonotus flavescens Keruang Dilihat langsung
22 Pycnocotus zeylanicus Cucak rawa Wawancara
23 Rhididura albicollis Sikatan Wawancara
24 Treron olax Punai Dilihat langsung
25 Tyto alba Burung hantu* Wawancara
42

Tabel 8 Lanjutan
No Nama Lokal Nama Latin Pengamatan
B MAMALIA
1 Bos taurus Sapi Dilihat langsung
2 Callosciarus sp. Tupai Dilihat langsung
3 Canis familiaris Anjing Dilihat langsung
4 Capra aegagrus hircus Kambing Dilihat langsung
5 Macaca fascicularis Monyet Wawancara
6 Manis javanica Trenggiling* Wawancara
7 Muntiacus muntjac Kijang* Wawancara
8 Paradixurus heermaproditus Musang Wawancara
9 Presbytis cristata Hirangan/lutung* Wawancara
10 Presbytis melalaphos Uwa-uwa* Wawancara
11 Sus barbotus Babi hutan Jejak
12 Tragulus javanicus Kancil/pelanduk* Jejak
C REPTILIA
1 Calloselasma rhodostoma Ular tanah Wawancara
2 Chrysopelea pelias Ular Lombok Wawancara
3 Dendrelophis pictus Ular paikat Wawancara
4 Eutropis multifasciata Bingkarungan/kadal Wawancara
5 Gonychepalus sp. Angui/bunglon Wawancara
6 Ophiophagus hannah King Cobra Wawancara
7 Phyton reticulatus Ular sanca kembang Wawancara
8 Trimeresurus albolabris Ular bangkai laut Wawancara
9 Varanus salvator Biawak air tawar* Wawancara
Ket: * = satwa dilindungi
Sumber : Data primer tahun 2008 (AMDAL PT AI SNK)

Aspek Sosial

Karakter Masyarakat
Area bekas tambang Pit 1E yang memiliki wilayah di dua desa yaitu Desa
Gunung Batu Besar dan Desa Papaan yang merupakan pemukiman penduduk
terdekat dengan danau yang berjarak sekitar 0,5-1 km. Adat istiadat merupakan
perilaku masyarakat setempat yang sudah berlaku umum dan dilakukan secara
turun temurun. Adat istiadat masyarakat sekitar dipengaruhi oleh struktur
masyarakat serta toleransi dan sikap terbuka terhadap nilai dan norma budaya lain.
Dengan demikian, adat istiadat yang berlaku di sekitar tapak ditentukan oleh suku
pada masyarakat yang bersangkutan, disamping agama atau kepercayaan yang
dianut serta nilai dan norma yang telah diakui dan berlaku di masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, etnis suku yang mendiami daerah
sekitar tapak didominasi oleh suku Banjar yang menganut agama Islam. Suku
lainnya seperti Jawa, Bugis ataupun Mandar juga terdapat di daerah ini. Dengan
demikian, maka tidaklah mengherankan kalau adat istiadat dan kebiasaan orang
Banjar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Bagi masyarakat yang menganut ajaran Islam, upacara adat yang masih
dilaksanakan antara lain selamatan kelahiran berupa Tasmiyah/Aqikah, sunatan,
adat perkawinan, upacara kelahiran seperti tahlillan atau haulan, dan peringatan
hari besar Islam lainnya seperti perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W
atau peringatan Isra Mi’raj. Mereka umumnya masih terikat cukup kuat dengan
43

adat istiadat baik berkaitan dengan sistem ajaran agama Islam, maupun mata
pencaharian yang masyarakat usahakan dan sikap serta pola hidup masyarakat di
daerah sehari-harinya
Dilihat dari peranan perusahaan, banyak dari masyarakat sekitar yang
bekerja untuk perusahaan baik sebagai karyawan tetap, karyawan kontrak maupun
karyawan lepas. Secara langsung maupun tidak langsung perusahaan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar selain
kewajiban perusahaan akan program pengembangan masyarakat. Namun tidak
semua dari mereka mengetahui proses dan mekanisme kegiatan penambangan
tersebut secara menyeluruh, hal ini akan dijadikan acuan untuk memfasilitasi
kegiatan dalam perencanaan lahan pascatambang Pit 1 E menjadi area wisata
pendidikan tambang.
Perencanaan Lanskap Wisata Pendidikan pada Lahan Pasca Tambang
Batubara PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Provinsi Kalsel juga didasari
akan kebutuhan masyarakat sekitar merasa perlu adanya sebuah sarana hiburan
baik yang direncanakan oleh pemerintah ataupun perusahaan yang akan
melakukan penutupan tambang. Karena di sekitar Kecamatan Sampanahan,
Kecamatan Kelumpang Utara dan Kelumpang Tengah belum ada area wisata.
Berdasarkan hasil survai lapang dengan penyebaran kuisioner sebanyak 30
kusioner secara acak kepada masyarakat sekitar tapak. Mendapatkan hasil 97 %
responden menyatakan bahwa bekas tambang Pit 1 E perlu dikembangkan
menjadi kawasan wisata pendidikan tambang. Hal ini didasari karena area wisata
terdekat saat ini berada di ibukota kabupaten yang berjarak 150 km, ditambah
dengan akses yang cukup berat.
Keinginan responden terhadap rencana pengembangan wisata pendidikan
tambang di lokasi dimulai dari urutan terbanyak adalah :

Mengenal alat-alat pertambangan

8% Mengenal proses reklamasi


17%
9% Mengetahui proses pertambangan
batubara
Melihat museum tambang
9%
17% Mengenal sejarah pertambangan di
11% Senakin
Mempelajari tanaman reklamasi

14% 15% Melihat peralatan yang ditinggalkan dari


proses pertambangan
Mengenal budaya lokal sekitar tambang

Gambar 25 Kegiatan wisata pendidikan yang diinginkan responden

Preferensi Pihak PT Arutmin Indonesia


Mengacu pada PERMEN-ESDM no 18 tahun 2008, dalam melaksanakan
reklamasi dan penutupan tambang, perusahaan wajib memenuhi prinsip-prinsip
lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi bahan galian.
PT Arutmin Indonesia tambang Senakin bertanggung jawab terhadap pembuatan
44

program-program dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan terkait penutupan


tambang dari saat ini sampai dengan penyerahan wilayah bekas tambang kembali
kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Guna mengetahui pandangan/preferensi perusahaan dalam perencanaan
penutupan tambang Pit 1E ini, dilakukan wawancara terhadap Environmental
Superintendent PT Arutmin Indonesia tambang Senakin, Bapak Aris Subagyo.
Menurut beliau, penutupan lahan pasca tambang Pit 1E akan sesuai dijadikan area
wisata dan juga reservoir untuk sumber air bersih karena lokasinya yang relatif
dekat dengan pemukiman/perkampungan. Selain itu juga di sekitar lokasi tidak
ada area wisata. Dengan perencanaan penutupan tambang menjadi area wisata
pendidikan diharapkan selain dapat memberi hiburan bagi masyarakat juga bisa
memberikan sedikit pengetahuan tentang pertambangan.

Preferensi Sasaran
Mengetahui preferensi sasaran bertujuan untuk mengetahui potensi terhadap
rencana pembanganan fasilitas, layanan dan akomodasi nantinya. Target awal
pengunjung yang diharapkan adalah masyarakat sekitar, karena jika dilihat dari
daerah sekitar lokasi yang tidak memiliki area wisata maka dengan menjadikan
lahan pascatambang Pit 1 E ini sebagai area wisata otomatis akan menarik
perhatian masyarakat sekitar untuk mengunjungi area ini.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner , data responden terdiri dari 26
orang berjenis kelamin laki-laki dan 4 orang perempuan (Gambar 26). Sebagian
besar pengunjung berusia 19-40 tahun yaitu sebanyak 77% dan berumur lebih dari
40 tahun sebanyak 23% (Gambar 27). Mobilitas pengunjung dipengaruhi oleh
jenis pekerjaannya, sebanyak 40% responden sebagai Pegawai Negeri Sipil, 20%
responden sebagai karyawan swasta, 20% responden sebagai nelayan, 7%
responden sebagai pelajar dan 3% responden lainnya (Gambar 28).
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 27% responden adalah lulusan
SMP, 27% responden lulusan SMA, 23%responden lulusan S1, 10% responden
lulusan SD, 7% responden lulusan D2 dan 6% responden lulusan D3 (Gambar 29).
Berdasarkan jenis angkutan yang digunakan menuju tapak, sebanyak 70%
responden menggunakan sepeda motor 20% responden berjalan kaki dan 10%
responden menggunakan sepeda (Gambar 30).
Untuk saat ini lokasi dimiliki oleh PT Arutmin Indonesia tambang Senakin,
setelah izin penambangan habis akan dikembalikan kepada pemerintah. Harapan
dari masyarakat sekitar untuk pengelolaan area wisata pendidikan tambang ini
diserahkan kepada mereka sebesar 73% pemerintah kabupaten sebesar 10% pihak
swasta sebesar 14% pemerintah provinsi sebesar 3% (Gambar 31).
45

Gambar 26 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis kelamin

Gambar 27 Karakteristik pengunjung berdasarkan usia

Gambar 28 Karakteristik pengunjung berdasarkan jenis pekerjaan


46

Gambar 29 Karakteristik pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan

Gambar 30 Karakteristik pengunjung berdasarkan angkutan yang digunakan

Gambar 31 Pengelola yang diharapkan setelah penutupan


47

Aspek Wisata

Ada beberapa potensi peninggalan tambang yang dapat dikemas dan


dikembangkan menjadi pariwisata yaitu:
1. tapak atau situs penambangan di permukaan atau di bawah tanah, lubang, gua
atau bekas galian tambang
a) Void (Danau) dan Highwall
Danau (ex void) yang merupakan ciri khas daerah pertambangan
terbuka ini memiliki luas sebesar 12,7 ha. Badan air yang ditambah dengan
bentukan highwall yang tinggi disisi timur danau menghasilkan visual
lanskap yang indah, sangat potensial untuk sumber perikanan dan wisata air.
Namun diperlukan perhatian lebih terhadap kualitas air untuk dijadikan
sumber perikanan.

b) Area Revegetasi
Area revegetasi merupakan bagian dari area reklamasi yang bertujuan
untuk memperbaiki kualitas lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan
peruntukkannya. Pemilihan tanaman untuk area revegetasi biasanya
menggunakan tanaman-tanaman yang toleran terhadap lingkungan tambang
yang telah rusak dan mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat untuk
memperbaiki kualitas tanahnya.

c) Pembersihan lahan
Sebagian besar pepohonan yang berukuran besar di lokasi
penambangan telah hilang karena penebangan yang dilakukan oleh kegiatan
lain sebelum proyek berlangsung seperti kegiatan penebangan yang
dilakukan oleh HPH dan penduduk sekitar dan juga merupakan area bekas
bukaan lahan oleh kegiatan penambangan tanpa izin (PETI). Pepohonan
kecil dan semak-semak akan dibersihkan secara langsung dengan
menggunakan bulldozer. Jika masih ditemukan pohon yang berukuran
besar, maka terlebih dahulu akan dipotong dengan menggunakan alat
pemotong, kemudian akarnya digali dengan bantuan excavator.
Hasil pembersihan lahan ini kemudian dikumpulkan dan dibuang di
lubang bekas tambang. Semak-semak yang bercampur dengan lapisan tanah
pucuk, langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan tanah pucuk atau
disebarkan langsung ke daerah yang siap untuk direklamasi. Pembersihan
lahan di suatu lokasi akan dilakukan paling lama satu tahun sebelum
dilakukan kegiatan penambangan di areal tersebut. Kemajuan pembukaan
lahan akan dilakukan sejalan dengan kemajuan penambangan.

d) Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk serta pemindahan Batuan


Penutup
Pembersihan lahan yang hendak digali dilakukan dengan
menggunakan bulldozer. Setelah itu tanah pucuk (top soil) dengan ketebalan
tertentu digali dengan menggunakan excavator untuk dipindahkan ke tempat
penyimpanan tanah penutup atau langsung disebarkan di daerah yang sudah
siap direklamasi. Jika tanah pucuk ditimbun di tempat penyimpanan maka
48

jarak minimumnya adalah 10 m dari lokasi tambang aktif dengan tinggi


maksimum timbunan topsoil setinggi 3 m.
Pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara penggalian secara langsung menggunakan alat excavator atau dengan
cara dikupas dan didorong dengan bulldozer kemudian dimuat dengan
menggunakan excavator ke dalam alat angkut truk. Cara pertama dilakukan
untuk menggali tanah pucuk yang kondisinya cukup datar dan mudah untuk
digali. Sedangkan cara kedua dilakukan untuk daerah-daerah lereng atau
pada permukaan yang tidak rata.
Ketebalan pengupasan tanah pucuk berkisar antara 0.5 sampai 1,0 m.
Tetapi tidak menutup kemungkinan menggali lebih dalam lagi kalau
memang masih digolongkan sebagai tanah pucuk yang masih mengandung
zat hara organik. Lapisan tebal ini sering ditemukan di daerah lembah dan
cekungan.
Tanah pucuk hasil pengupasan dapat disebar secara langsung ke
daerah bekas tambang yang telah direklamasi atau disimpan terlebih dahulu
di suatu tempat. Tempat penimbunan sementara ini dicarikan di daerah
datar dan cukup tinggi serta bebas dari gangguan erosi. Tinggi timbunan
maksimal yang diperbolehkan adalah 10 meter serta waktu penyimpanan
tidak boleh lebih dari 12 bulan. Hal ini diharapkan untuk dapat menjaga
agar kesuburan dan kualitas tanah penutup tersebut dapat tetap terjaga.
Beberapa meter lapisan tanah penutup (overburden) biasanya dapat
digali tanpa diledakkan terlebih dahulu. Tanah penutup ditimbun di luar
tambang atau ke daerah yang telah selesai ditambang, tergantung pada
keperluan perencanaan tambang.
Penentuan metode pemindahan tanah mekanis dari batuan penutup
sangat dipengaruhi oleh kondisi material batuan itu sendiri. Lapisan batuan
yang tergolong lunak dan tidak terlalu kompak atau lapuk, dapat digunakan
metode penggalian secara langsung atau dengan digaru terlebih dahulu
menggunakan bulldozer yang dilengkapi pisau bajak (ripper blade). Untuk
lapisan batuan yang tergolong sangat kompak dapat digunakan metode
peledakan untuk mengupas batuan penutup sebelum dilakukan penggalian
dengan excavator. Batuan penutup umumnya tidak dapat digali tanpa
pemberaian dengan peledakan. Kombinasi antara penggalian bebas,
penggaruan dan pendorongan serta peledakan harus diterapkan untuk
mengetahui metode yang paling produktif untuk aktivitas penambangan.
Pemboran dan peledakan harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli
dan memiliki wewenang untuk melakukannya. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyimpanan, penanganan, pengangkutan dan
penggunaan bahan peledak dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Lapisan batuan penutup yang tergolong keras dibongkar dengan
metoda peledakan dan sisanya dilakukan pengupasan (stripping) dengan
menggunakan bulldozer. Peledakan perlu dilakukan karena batuan penutup
tersebut sangat keras dan tidak lagi ekonomis apabila dibongkar dengan
menggunakan bulldozer dan excavator.
Pola lubang peledakan menggunakan perbandingan burden dan
spacing sekitar 9 meter x 10 meter dengan tinggi jenjang 15 meter.
Peledakan dilaksanakan pada siang hari dalam hari kerja dengan frekuensi
49

maksimal satu kali dalam sehari. Bahan peledak yang digunakan adalah
ANFO dan merupakan campuran Amonium Nitrat (AN) dan solar (Fuel
Oil) dengan Powder Factor rata-rata 0.28 ton/bcm (bank cubic metric).
Desain dan proses peledakan, penanganan bahan peledak
(penyimpanan dan pengangkutan) termasuk perijinan yang ditempuh PT
Arutmin Indonesia mengikuti ketentuan yang berlaku diantaranya :
 Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
316K/2016/DJP/ 1990 tentang Pedoman Penyimpanan Bahan Peledak
di Bidang Pertambangan Umum
 Petunjuk Pelaksanaan Kepolisian Republik Indonesia No.
Juklak/29/VII/1991 tentang Tata Cara Pengangkutan Bahan Peledak.
Pada tahap awal lapisan batuan penutup yang telah dibongkar akan
dipindahkan di tempat penimbunan di luar tambang (out pit dump). Metode
ini akan digunakan sampai tahun ke-3 penambangan untuk memaksimalkan
pengambilan cadangan sisa aktivitas PETI. Tahap selanjutnya akan
ditimbun di lubang bekas tambang (in pit dump). Metode ini dikenal
dengan metode backfilling yang diperkirakan dapat dilaksanakan pada tahun
ke-4. Dengan menggunakan metode penimbunan di area bekas tambang
(back filling digging method) serta dengan pengaturan elevasi dan bentuk
timbunan yang mendekati kondisi aslinya, diharapkan tidak terjadi
perubahan topografi atau bentang alam yang signifikan akibat dari kegiatan
penambangan tersebut.

e) Penambangan
Dalam kondisi area penambangan normal dan dengan pertimbangan
bentuk dan kedudukan lapisan batubara, maka metode penambangan yang
diterapkan pada kegiatan penambangan di daerah Senakin Timur adalah
metode tambang terbuka strip mine. Kemajuan bukaan tambang mengikuti
arah jurus dan kedalaman lapisan batubara. Bukaan tambang dibuat
berjenjang dengan slope umum 25o di bagian low wall dan 42o di bagian
high wall. Lubang tambang awal akan digali terus sampai ke kedalaman
akhir lubang tambang (mined out) menurut blok untuk selanjutnya kemajuan
bukaan akan bergerak searah jurus. Tanah penutup dari lubang tambang
awal tersebut akan ditimbun di tempat timbunan di luar tambang sedangkan
tanah penutup dari blok-blok selanjutnya dapat ditimbun pada lubang
tambang yang telah selesai ditambang atau yang umum disebut sebagai
sistem penambangan backfilling. Gambaran tentang tahap penggalian pada
lubang tambang awal dapat dilihat pada Gambar 28.
Keuntungan yang diharapkan dari metoda penambangan ini adalah:
a. Sebagian besar tanah penutup dapat segera ditimbun kembali pada
lubang bekas tambang sehingga tidak terjadi penanganan ganda dalam
aktivitas pemindahan tanah penutup, serta reklamasi lahan terganggu
dapat segera dilaksanakan;
b. Jarak angkut akan relatif dekat sehingga biaya maupun dampak
lingkungan yang ditimbulkan dapat berkurang;
c. Memungkinkan dibuatnya sumuran untuk penirisan air tambang
sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya banjir di lubang
tambang tersebut.
50

Namun dalam kondisi abnormal dimana area penambangan telah


terlebih dahulu dibuka oleh pelaku kegiatan PETI, dan dengan
memperhatikan luasan areal yang sudah dibuka dan terganggu, maka
backfilling baru dapat dilaksanakan pada tahun ke 3 atau 4 pasca operasioal.

Gambar 32 Metode penambangan (PT Arutmin Indonesia)

f) Pengolahan dan Pemurnian


Batubara hasil penambangan (ROM) diangkut dengan menggunakan
truk ke lokasi ROM stockpile di tambang atau ROM stockpile di lokasi
pabrik pencucian.yang selanjutnya dilakukan peremukan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pencucian. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
ukuran butiran batubara yang diinginkan, yaitu kurang dari 50 mm. Dua (2)
unit washing plant dioperasikan di Tambang Senakin yaitu Jig Plant dan
Dense Medium Plant.
Prinsip kerja kedua wash plant ini adalah dengan memisahkan
batubara dengan pengotornya dengan metode berat jenis dan gravitasi yang
dikombinasikan dengan media air dan reagent. Jig Plant memiliki kapasitas
batubara umpan 500 ton per jam dengan tingkat perolehan (yield) 78%,
sedangkan Dense Medium Plant memiliki kapasitas batubara umpan 350 ton
per jam dengan tingkat perolehan (yield) 80%. Besaran angka tingkat
perolehan ini dipengaruhi oleh kualitas abu batubara umpan. Makin jelek
kualitas abu batubara umpan, makin rendah nilai perolehannya.

g) Penerapan sistem manajemen lingkungan


PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin berkomitmen untuk
senantiasa menjaga kualitas pengelolaan lingkungan yang dipantau secara
rutin baik oleh internal maupun pihak ketiga serta audit lingkungan yang
dilakukan secara regular.
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) telah dilaksanakan
dengan baik, sehingga mulai tahun 2009 PT Arutmin Indonesia Tambang
Senakin telah memperoleh sertifikat ISO 14001:2004 yang bertujuan untuk
memastikan pengelolaan lingkungan dipantau kualitas pelaksanaannya
sebagaimana yang ditentukan dalam dokumen AMDAL (RKL-RPL) pada
masing-masing lokasi kerja.
51

Selain itu perusahaan juga telah meraih penghargaan PROPER Hijau


sejak tahun 2009 – 2011 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
penghargaan “Environmental Award” kategori Emas (Aditama) dalam hal
pengelolaan lingkungan pertambangan oleh Kementerian Pertambangan
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Disamping itu Sistem Manajemen K3 (SMK3) juga telah diterapkan
dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan keberhasilan mendapatkan
sertifikat OHSAS 18001:2007 sejak tahun 2007 juga menjamin pelaksanaan
dan penerapan K3 sesuai ketentuan/standar yang berlaku.
Sebagai pelaksana operasional di lapanagan kontraktor-kontraktor
utama (seperti PT Thiess Indonesia dan PT BUMA) juga telah memiliki
sistem manajemen K3 dan Lingkungan serta berhasil mendapatkan sertifikat
OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001:2004.

d. pengangkutan hasil tambang, prasarana dan alat angkutan batubara yang telah
ditambang
a) Pengangkutan dan pengapalan
Kegiatan konstruksi jalan tambang dan jalan angkut dilakukan seiring
dengan kemajuan proses penambangan. Jalan dengan lebar 20 m dan tinggi
tanggul 1.5 m dan metode konstruksi dikompak lapisan demi lapisan
merupakan prosedur baku dalam konstruksi jalan tambang dan jalan angkut.
Total panjang jalan yang membentang Pit 1 bagian utara hingga pelabuhan
khusus Sembilang mencapai 35 km.

b) Sarana Penunjang
Salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam kelangsungan
kegiatan tambang adalah pembangunan infrastruktur. Penempatan
infrastruktur dibuat di lokasi strategis dan mudah dijangkau dari semua
lokasi tambang sehingga akan memperlancar jalannya proses kegiatan
penambangan.
Beberapa infrastruktur pokok yang sudah dibangun di wilayah
Tambang Senakin Timur antara lain kantor administrasi, bengkel, gudang
bahan peledak dan camp, serta fasilitas olah raga.

e. produk sosial budaya oleh kegiatan tambang, peralatan, perlengkapan,


permukiman, sejarah perjuangan buruh tambang dan sebagainya.
a) Perkembangan lingkungan sekitar
Lokasi kegiatan penambangan batubara PT. Arutmin Indonesia di
daerah Senakin Timur memiliki keterkaitan dengan beberapa kegiatan lain
di sekitarnya, baik dalam sektor pertambangan sendiri maupun sektor lain di
luar pertambangan seperti perkebunan dan kehutanan dengan perincian
sebagai berikut :
1. Kegiatan Penambangan Tanpa Ijin (PETI) dalam operasionalnya
dilakukan dengan tidak mengikuti kaidah penambangan yang benar dan
tidak memperhitungkan dampak negatif terhadap lingkungan. Kegiatan
ini secara kumulatif menimbulkan sifat dampak yang saling memperkuat
atau sinergi terhadap kerusakan lingkungan.
52

2. Pemukiman penduduk dan pasar dengan segala aktivitasnya


mengeluarkan limbah rumah tangga yang dapat menurunkan kualitas air
dan mempercepat pendangkalan sungai.
3. Terdapat beberapa poros jalan berstatus jalan produksi dari HPH PT.
INHUTANI II dengan akses langsung jalan provinsi dengan kondisi yang
sudah tidak layak lagi. Jalan ini dalam beberapa tahun terakhir menjadi
poros jalan angkut batubara dari kegiatan PETI. Secara kumulatif dapat
menambah penurunan terhadap kualitas udara dan peningkatan
kebisingan serta menimbulkan sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Dampak negative lainnya adalah menimbulkam kondisi Kamtibmas yang
tidak stabil dalam kehidupan masyarakat.
4. Pernambangan emas yang dilakukan oleh penduduk di daerah hulu-hulu
sungai besar merupakan kegiatan yang secara kumulatif akan
menimbulkan sifat dampak yang bersinergi terhadap kerusakan
lingkungan karena daerah hilirnya melewati area Tambang.

Hasil Analisis dan Sintesis

Peta yang berasal dari overlay peta analisis kemiringan lereng, peta analisis
hidrologi dan peta analisis tata guna lahan dihasilkan peta komposit (Gambar 33),
tapak ini dibagi menjadi tiga zona kesesuaian ruang untuk wisata pendidikan yaitu
zona sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Analisis deskriptif dilakukan pada
semua aspek untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak yang kemudian
ditentukan solusinya yang pengembangan potensi dan pemecahan kendala. Hasil
analisis dan sintesis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan hasil analisis, maka perlu dibuat area-area yang dapat
menunjang fungsi wisata pendidikan dengan memperhatikan nilai edukasi
tambang yang bermanfaat bagi pengunjung dan nilai konservasi. Maka dari itu,
pada sintesis dibuat suatu rencana zona atau block plan yang dibagi dalam tiga
zona yaitu ruang intensif, ruang semi intensif dan ruang ekstensif yang disajikan
pada Gambar 34.
1. Ruang intensif merupakan area yang sangat potensial untuk pengembangan
aktivitas di tapak.
2. Ruang semi intensif merupakan area yang cukup potensial untuk
pengembangan aktivitas di tapak, namun perlu ada pertimbangan yang lebih
matang dalam pengembangan aktivitas di area tersebut.
3. Ruang ektstensif merupakan area yang kurang potensial untuk pengembangan
aktivitas wisata. Zona ini berfungsi sebagai area konservasi.
Gambar 33 Peta Komposit

33
53

Gambar 33 Peta Analisis Komposit


54

Tabel 9 Hasil analisis dan sintesis


55
56
57
58
59

Gambar 34 Block Plan

34
Gambar 34 Block Plan
60

Konsep

Konsep Dasar
Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk Wisata
Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan Selatan
bertujuan untuk menata ruang lahan bekas tambang yang mengakomodasi
kegiatan wisata edukasi tambang tanpa menurunkan kualitas lingkungan. Konsep
dasar perencanaan lanskap area bekas tambang Pit 1E Senakin ini adalah
memberikan pengetahuan tentang tambang kepada pengunjung dengan
memanfaatkan ciri khas area pasca tambang, menunjang keinginan masyarakat
dengan memberikan rekreasi, kenyamanan, dan keamanan. Pada akhirnya
diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan, sehingga kesadaran dan kepedulian
pengunjung akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan meningkat.

Konsep Pengembangan
Konsep Ruang
Konsep ruang dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
Senakin memiliki tujuan untuk menata ruang yang akan dikembangkan pada tapak.
Pembagian ruang didasarkan pada kesesuaian aspek fisik, biofisik dan potensi
sumberdaya wisata pendidikan tambang. Pembagian ruang pada tapak dibagi
menjadi empat zona (ruang) berdasarkan aktivitas yang akan dikembangkan yaitu
ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang rekreasi dan ruang konservasi. Diagram
konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35 Diagram Konsep Ruang


61

Konsep Aktivitas
Alternatif wisata pendidikan tambang berupa kegiatan edukasi tambang dan
rekreasi. Alternatif kegiatan kegiatan ini memperhatikan kondisi biofisik tapak.
Selanjutnya dari alternatif tersebut diperoleh kegiatan wisata pendidikan terpilih
yang dapat dikembangkan di dalam tapak (Tabel 10). Wisata pendidikan terpilih
yang dapat dikembangkan di dalam tapak diperoleh dari penjumlahan semua
faktor penentu fisik dan biofisik. Penilaian berupa kegiatan yang potensial, cukup
potensial dan tidak potensial.
Tabel 10 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak
Edukasi Rekreasi
Melihat site hasil penambangan
Mempelajari tanaman reklamasi

Aktivitas
Intepretasi vegetasi dan satwa

Melihat pemandangan
Memberi makan ikan

Flying fox outbond


Bebek-bebekan air
Bird watching

Panjat tebing
Memancing

Lintas alam
Jalan-jalan
Berperahu
Berenang

Bersantai
Fotografi

Olahraga

Bermain
Jogging
Piknik
Sumberdaya
Iklim
a. Suhu ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
b. Angin ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
c. Curah Hujan
d. Intensitas Matahari ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
e. Kelembaban
Tanah
a. Jenis tanah ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ⦿
b. Erosi ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ⦿
Topografi
a. 0-8 % ● ● ● ⦿ ● ● ● ● ⦿ ⃝ ● ● ● ●
b. 8-15 % ● ● ● ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ●
c. 15-30 % ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ●
d. 30-45 % ⦿ ⦿ ⦿ ● ⦿
e. >45 % ● ● ● ● ⦿
Hidrologi
a. Kualitas Air ⃝ ⃝ ⦿
b. Fluktuasi Air ⃝ ● ⦿ ⦿ ⦿
c. Kedalaman Air ⃝ ⃝
Biota
a. Vegetasi ⦿ ● ● ⦿ ⦿ ● ⦿ ⦿ ⦿
b. Satwa ⦿ ● ● ⦿ ⦿ ⦿
Visual ● ● ⦿ ⦿ ● ● ● ● ●
Keinginan responden 6 6 - - - - - 16 7 -
1
6 - - - -
1
- - -
(orang) 4 1

Kesimpulan P P P P P TP P CP CP P P P P CP P TP P P P CP
Sumber : Penilaian mengikuti standar De Chiara dan Koppelman (1990), USDA 1968 dalam
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007

Keterangan
P : Potensial ● : Sesuai
CP : Cukup Potensial ⦿ : Cukup Sesuai
TP : Tidak Potensial ⃝ : Tidak Sesuai
62

Aktivitas wisata yang akan dikembangkan di Pit 1E diarahkan bersifat


edukatif dan rekreatif. Aktivitas edukasi dikelompokkan menjadi edukasi didalam
ruangan (indoor), edukasi diluar ruangan (outdoor) dan edukasi pendukung,
aktivitas edukasi indoor dipusatkan pada museum tambang kegiatannya meliputi
mengetahui proses pertambangan, mengenal alat-alat pertambangan, fasilitas-
fasilitas, aktivitas edukasi outdoor dipusatkan diluar ruang kegiatannya meliputi
mempelajari tanaman pada proses reklamasi lahan dan mengenal jenis lapisan
tanah yang ada di lokasi berupa highwall, sedangkan aktivitas edukasi pendukung
melengkapi aktivitas edukasi outdoor dengan menikmati kekhasan lanskap area
pasca tambang.
Aktivitas rekreasi di tapak direncanakan untuk dapat menampung kebutuhan
rekreasi pengunjung dari segala usia dan golongan ekonomi. Rekreasi ini
merupakan rekreasi alam yang mencakup rekreasi aktif sampai pasif. Kegiatan
rekreasi ini diharapkan tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh pengunjung akan
tetapi masyarakat lokal dan pegawai tambang di sekitar lokasi. Akan tetapi
kegiatan rekreasi harus tetap terbatas penggunaannya sesuai daya dukung kawasan
agar dapat berkelanjutan.

Konsep Fasilitas
Konsep fasilitas dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
adalah dengan menyediakan fasilitas yang aman, nyaman dan sesuai dengan
budaya lokal serta memberi kesan alami. Fasilitas yang direncanakan
menyesuaikan keadaan fisik dan biofisik tapak, standar yang ada dan daya dukung
tapak. Penempatan fasilitas pada setiap ruang disesuaikan dengan kondisi fisik
tapak (kemiringan lahan), fungsi, aspek visual yang mendukung dan estetikanya.
Perkiraan luas bangunannya disesuaikan dengan standar yang ada dan
penempatannya tidak terlalu masal sehingga mengurangi kesan alami pada tapak.
Fasilitas pelayanan yang direncanakan diantaranya gerbang, loket tiket, ruang
pengelola, ruang informasi, ruang rescue, tempat parkir, pos jaga, mushola, kantin,
kios, toko cindera mata, toilet, gazebo, dek, terminal perahu, museum tambang,
papan informasi, papan nama tanaman, children playground, menara pandang,
keramba jaring apung, shelter, area piknik dan tempat duduk.

Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
dikembangkan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung
yang berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak atau dalam ruang itu
sendiri. Konsep jalur sirkulasi primer berupa jalur utama yang menghubungkan
jalan utama dengan ruang penerimaan yang dapat dilalui kendaraan bermotor.
Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang wisata
di dalam tapak yang hanya dapat dilalui pejalan kaki dan jalur sirkulasi tersier
merupakan jalur yang terdapat dalam ruang wisata yang juga hanya dapat dilalui
pejalan kaki ditambah dengan jalur sirkulasi air. Sirkulasi ini direncanakan
mengelilingi sebagian area danau (karena ada area danau yang difungsikan
sebagai area keramba jaring apung). Diagram konsep sirkulasi dapat dilihat pada
Gambar 36.
63

Gambar 36 Diagram Konsep Sirkulasi

Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
Senakin dibagi menjadi lima fungsi, yaitu :
1. Fungsi Konservasi
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk mengkonservasi tanah, habitat satwa dan
air. Vegetasi konservasi di dalam tapak terutama dikembangkan di area
reklamasi dan area lain yang memiliki kemiringan agak curam hingga terjal.
2. Fungsi Penyangga
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk memberi kenyamanan sebagai vegetasi
peneduh dan sebagai pembatas atau pemisah antar aktivitas yang memerlukan
border. Vegetasi penyangga terutama dikembangkan di sekitar area rekreasi.
3. Fungsi Edukasi
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk memberi pengetahuan kepada
pengunjung mengenai pemilihan tanaman yang digunakan dalam proses
reklamasi lahan pasca tambang. Vegetasi edukasi terutama dikembangkan di
area edukasi outdoor.
4. Fungsi Estetika
Pemanfaatan vegetasi berfungsi sebagai elemen keindahan di tapak, yang
mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Vegetasi estetika terutama
dikembangkan di area penerimaan, di sekitar bangunan dan di area rekreasi.
5. Fungsi Pengarah
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk mengarahkan pada area sirkulasi dan
obyek tertentu. Vegetasi pengarah dikembangkan di jalur sirkulasi dan
diposisikan untuk mengarahkan ke obyek rekreasi.
64

Ragam vegetasi yang digunakan lebih mengutamakan vegetasi endemik dan


ragam vegetasi yang mampu mengkonservasi tanah dan air. Penataan pola
vegetasi menyesuaikan keadaan biofisik tapak yang juga merupakan area bekas
tambang.

Perencanaan Lanskap

Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi


rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian
dikembangkan dalam bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan seluruh
fungsi, aktivitas dan fasilitas. Rencana lanskap ini meliputi rencana ruang, rencana
aktivitas, rencana fasilitas, rencana sirkulasi, rencana vegetasi dan rencana daya
dukung.

Rencana Ruang
Kawasan wisata pendidikan tambang pada area pasca tambang Pit 1E dibagi
menjadi empat zona ruang yaitu ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang rekreasi
dan ruang konservasi. Program ruang yang direncanakan dalam tapak dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11 Program ruang, fungsi, dan luasnya

Zona (Ruang) SubRuang Fungsi Luas


Ruang Penerimaan Penerimaan Penerimaan Ha %
Pelayanan Pelayanan 0,2 0,3
Ruang Wisata Edukasi Edukasi indoor Edukasi 1 1,5
Edukasi outdoor Edukasi 0,3 0,4
Edukasi Pendukung Edukasi 2,1 3,1
Ruang Rekreasi Rekreasi Rekreasi 0,5 1
Ruang Konservasi Konservasi Konservasi 1,5 2,3
Zona (Ruang) SubRuang Fungsi 60,7 91,4
Total 66,4 100

Ruang Penerimaan direncanakan seluas 0,2 Ha dengan fungsi menerima


pengunjung yang datang menuju kawasan yang dilengkapi dengan gerbang
kawasan dan loket tiket. Ruang Pelayanan direncanakan seluas 1 Ha dengan
fungsi melayanai pengunjung yang datang ke kawasan dilengkapi dengan ruang
pengelola, mushola, kios-kios, kantin dan toilet.
Ruang wisata edukasi indoor direncanakan seluas 0,3 Ha dengan fungsi
memberikan pengetahuan tentang tambang kepada pengunjung di dalam ruangan
dilengkapi dengan museum tambang. Ruang wisata edukasi outdoor direncanakan
seluas 2,1 Ha dengan fungsi memberikan pengetahuan tentang tambang kepada
pengunjung di luar ruangan dilengkapi lapangan pembibitan, menara pandang,
papan interpretasi dan keramba jaring apung. Ruang wisata edukasi pendukung
direncanakan seluas 0,6 Ha dengan fungsi memberikan pengetahuan dan hiburan
kepada para pengunjung sebagai pendukung dari kegiatan wisata edukasi outdoor
dilengkapi gazebo, bangku taman, dan menara pandang. Ruang rekreasi
65

direncanakan seluas 1,5 Ha dengan fungsi memberikan rekreasi (hiburan) kepada


para pengunjung selain dari wisata edukasi dilengkapi dengan lapangan bermain,
area pemancingan, dermaga sampan, jogging track dan arena flying fox outbond.
Ruang konservasi direncanakan seluas 60,7 Ha dengan fungsi melindungi tanah,
pengaman air, perlindungan biota dan penangkaran satwa. Ruang ini juga dapat
mendukung wisata edukasi lingkungan dan rekreasi dengan memanfaatkan daya
tarik keanekaragaman hayati yang dikonservasi, serta mengkonservasi area-area
yang berbahaya seperti area yang rawan erosi dan area sempadan badan air.

Setiap ruang di dalam tapak memiliki hubungan yang berbeda antara ruang
yang satu dengan lainnya. Hubungan antar ruang menghubungkan interaksi antar
berbagai ruang/sub ruang yang direncanakan, tingkat hubungan antar ruang pada
tapak dibagi menjadi tiga yaitu Pertama, hubungan yang erat menunjukkan
hubungan antara ruang saling menunjang dan saling berdekatan. Kedua, hubungan
yang cukup erat menunjukkan hubungan antara ruang yang saling menunjang
tetapi tidak harus berdekatan. Ketiga, hubungan yang tidak erat menunjukkan
hubungan antara ruang yang tidak saling menunjang dan tidak saling berdekatan.
Hubungan antar ruang di dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37 Matriks hubungan antar ruang dalam tapak


66

Gambar 38 Rencana Ruang

38
Gambar 38 Rencana Ruang
67

Rencana Aktivitas dan Fasilitas


Perencanaan aktivitas pada ruang akan berbeda tergantung fungsi dari tiap
ruang. Sementara fasilitas pendukung wisata yang dikembangkan disesuaikan
dengan aktivitas pada tiap-tiap ruang. Rincian fasilitas dan aktivitas wisata yang
akan dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas
Zona (Ruang) SubRuang Fungsi Aktivitas Fasilitas
Ruang Penerimaan Penerimaan Keluar masuk Gerbang
Penerimaan membeli tiket loket tiket
informasi pusat informasi
Pelayanan Pelayanan Pengelolaan Kantor pengelola
Informasi
parkir kendaraan area parkir
keamanan pos jaga
ibadah musholla
makan dan minum kantin
belanja, membeli oleh-oleh kios
MCK
klinik toilet
menginap klinik
penginapan
Ruang Wisata Indoor Edukasi Melihat dan mengetahui Indoor Museum Tambang
Edukasi proses penambangan
mengenal alat-alat
pertambangan
mengenal sejarah
mengenal budaya lokal
Outdoor Edukasi Mempelajari tanaman lapangan pembibitan (nursery)
reklamasi
proses reklamasi
(pembibitan-penanaman) menara pandang
melihat site hasil papan informasi
penambangan jalur interpretasi
interpretasi pertambangan, gazebo
interpretasi vegetasi dan keramba jaring apung, pos
satwa KJA
bird watching pos jaga
Keremba Jaring Apung
Pendukung Edukasi menikmati pemandangan gazebo
fotografi viewing
duduk-duduk Bangku taman
piknik Meja dan bangku piknik
Area piknik
Ruang Alternatif Rekreasi Jalan-jalan Jalur pedestrian
Rekreasi Olahraga lapangan
Memancing spot pemancingan, deck
penanaman pohon pemancingan, bibit pohon,
bersampan area penanaman
bermain dermaga sampan, duck boat,
jogging deck, area bermain
flying fox outbond jogging track
arena outbond dan peralatan
Ruang Konservasi Konservasi Jalan-jalan Jalur pedestrian
Konservasi
68

Rencana Sirkulasi
Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara ruang dan berbagai fasilitas
penunjang yang terdapat dalam kawasan. Sirkulasi yang direncanakan
mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang berjalan kaki dan berperahu
menikmati pemandangan atau menuju suatu ruang. Selain itu terdapat juga
jogging track bagi para pengunjung yang ingin jogging dan berjalan santai. Selain
itu jalur sirkulasi juga direncanakan bagi masyarakat sekitar yang menggunakan
kendaraan bermotor berupa jalur akses atau sirkulasi umum.
Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga (Tabel 13), yaitu jalur
sirkulasi primer, sekunder dan tersier. Jalur primer berupa jalur utama yang
menghubungkan jalan utama dengan ruang ruang penerimaan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor. Jalur ini direncanakan di gerbang utama tapak dengan lebar
10 m untuk akses keluar masuk dua arah kendaraan dan median jalan, material
yang digunakan berupa jalan aspal.
Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang
wisata di dalam tapak yang hanya dapat dilalui pejalan kaki. Jalur ini
mengakomodasi pengunjung menikmati keindahan tanaman konservasi di
sepanjang jalur dengan berjalan santai ataupun jogging. Material yang digunakan
pada jalur ini berupa paving dengan lebar 2 m.
Jalur sirkulasi tersier merupakan jalur yang terdapat dalam ruang wisata
yang juga hanya dapat dilalui pejalan kaki ditambah dengan jalur sirkulasi air.
Material yang digunakan pada jalur ini berupa paving dengan lebar 2 m.
Sedangkan jalur sirkulasi air yang difungsikan untuk mengakomodasi pengunjung
yang ingin melakukan rekreasi bersampan atau bebek-bebekan. Sirkulasi ini
direncanakan mengelilingi sebagian area danau (karena ada area danau yang
difungsikan sebagai area keramba jaring apung).
Tabel 13 Rencana sirkulasi pada tapak
Panjang Lebar
No Sirkulasi Pengguna Material Penempatan
(m) (m)
1 Primer
Jalur utama Kendaraan 821 10 Aspal Area penerimaan
tapak bermotor
2 Sekunder
Pedestrian Pejalan kaki dan 2328 2 Paving Penghubung antar
pejogging ruang
3 Tersier
Pedestrian Pejalan kaki dan 2008 2 Paving Ruang edukasi dan
pejogging ruang rekreasi
Jalur perahu dan duck 703 - - Danau
rekreasi air boat
69

Gambar 39 Rencana Sirkulasi

39
Gambar 39 Rencana Sirkulasi
70

Rencana Vegetasi
Rencana pengembangan vegetasi dilakukan setelah lahan pasca tambang
telah dilakukan revegetasi menggunakan tanaman pioneer atau fast growing
seperti pohon trembesi (Samanea saman ) dan sengon (Albizia falcataria) untuk
memperbaiki kualitass tanah dan membentuk lingkungan yang mendukung
tumbuhnya vegetasi lain. Rencana vegetasi dikembangkan berdasarkan fungsi
vegetasi tersebut antara lain fungsi konservasi, penyangga, edukasi, estetika dan
pengarah.
1. Fungsi Konservasi
Vegetasi konservasi yang akan dikembangkan pada tapak seluas 44,9 Ha.
Salah satu fungsi vegetasi ini adalah untuk mengkonservasi air dan tanah atau
mencegah erosi, sebaiknya vegetasi yang dipilih memiliki perakaran yang
dalam dan mampu mengikat air dengan baik, seperti Bambu (Bambussa sp.),
Vetiver (Vetiveria zizanioides), Beringin (Ficus benjamina) dan Serengan
Jantan (Flemingia congesta). Vegetas-vegetasi tersebut juga dapat ditanam
pada area dengan kemiringan curam (Firmansyah, 2012). Fungsi lain dari
vegetasi konservasi adalah untuk membentuk habitat satwa dan melestarikan
tanaman lokal. Pembentukan habitat satwa dilakukan dengan pemilihan
tanaman lokal yang ditemukan pada tapak sebelum dilakukan pertambangan.
Berdasarkan dokumen ANDAL PT AI Tambang Senakin, pada kawasan Pit 1E
dan sekitarnya terdapat jenis-jenis vegetasi seperti Mahang (Macaranga sp.),
Jajambuan (Eugenia sp.), Binjai Hutan (Mangifera sp.) dan Merambung
(Venonia arborea Ham). Selain itu, pengembalian vegetasi yang dahulunya
cukup dominan, yaitu Bangkirai (Dipterocarpus caudiferus) dan Ulin
(Eusyderoxylon zwageri) akan tetapi jumlahnya sudah sangat jarang.
2. Fungsi Penyangga
Vegetasi penyangga yang akan dikembangkan pada tapak seluas 7.7 Ha,
berfungsi untuk memberi kenyamanan sebagai vegetasi pembatas atau pemisah
antar aktivitas yang memerlukan border. Kriteria vegetasi penyangga adalah
mempunyai tajuk yang cukup rindang, tidak menghasilkan buah yang besar
dan menarik dan tajuknya dapat berfungsi sebagai tabir. Selain itu dipilih
beberapa tanaman lokal pada ruang konservasi sehingga dapat menyangga
habitat satwa pada ruang konservasi. Vegetasi yang dapat ditanam antara lain:
Ulin (Eusyderoxylon zwageri), Alaban (Vitex pubescens), Trembesi (Samanea
saman), Akasia (Acacia mangium), Sengon (Albizia falcataria), Pulai (Alstonia
schularis), dan Jabon (Anthocephalus cadamba).
3. Fungsi Edukasi
Vegetasi edukasi yang akan dikembangkan pada tapak seluas 2,1 Ha,
berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang tanaman reklamasi akan
seringkali digunakan guna memperbaiki lahan pasca tambang. Kriteria vegetasi
reklamasi adalah pioneer atau fast growing, toleran dengan tanah yang kurang
subur, vegetasi lokal maupun non lokal. Vegetasi lokal yang dapat
dibudidayakan antara lain: Alaban (Vitex pubescens), Asam (Tamarindus
indica), Jambu biji (Psidium guajava), Kapuk (Ceiba petandra), Kedaung
(Parkhia rokhia roxbunghi), Ketapi (Sondorikum koetjape) dan Rambutan
(Nephelium sp.). Sedangkan vegetasi non lokal yang dapat dibudidayakan
antara lain: Sengon (Albizia falcataria), Trembesi (Samanea saman), Gmelina
(Gmelina arborea), Jambu mete (Anacardium occidentale L), Johar (Cassia
71

siamea), Kopi (Coffea sp.), Lamtoro (Leucaena leucocephala), Mahoni


(Switienia sp.) dan Waru (Hibiscus).
4. Fungsi Estetika
Vegetasi estetika yang akan dikembangkan pada tapak seluas 1,3 Ha
berfungsi menonjolkan keindahan tanaman baik dari segi bentuk, corak dan
warna bunga, daun, batang, tajuk dan lain-lain. Vegetasi estetika
dikembangkan pada ruang penerimaan, pelayanan dan ruang wisata rekreasi.
Tanaman estetika pada tapak berfungsi sebagai elemen keindahan di tapak,
yang mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Contoh vegetasi estetika
yang dapat digunakan pada kawasan ini antara lain: Trembesi (Samanea
saman), Ketapang (Terminalia catappa), Angsana (Pterocarpus indicus),
Palem raja (Roystonea regia), rumput (Axonophus compressus), Coleus
(Coleus sp.) dan Bougenville (Bougainvillea sp.).
5. Fungsi Pengarah
Vegetasi pengarah yang akan dikembangkan pada tapak seluas 4,6 Ha
berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Vegetasi
pengarah diletakan sepanjang jalur pergerakan pengunjung yang berfungsi
untuk mengarahkan pergerakan sekaligus sebagai peneduh. Pemelihan jenis
tanaman diutamakan bertajuk vertikal seperti kolumnar dan kerucut sehingga
memberi kesan luas dan jauh (Lestari dan Kencana, 2008). Tanaman bertajuk
menyebar juga dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pada jalan.
Contoh vegetasi pengarah yang dapat ditanam pada kawasan ini antara lain:
Jati Mas (Cordial cebestana), Bunga Kupu-kupu (Bauhinia sp.), Kasia (Cassia
sp.), Flamboyan (Delonix regia) dan Trembesi (Samanea saman).

Rencana Daya Dukung


Daya dukung dilakukan dalam rangka pembatasan pengunjung sehingga
kelestarian dan keberlanjutan suatu kawasan dapat terjaga dan tetap alami serta
minimal terhadap kerusakan. Daya dukung suatu kawasan ini merupakan
kemampuan suatu kawasan untuk mendukung segala aktivitas atau kegiatan yang
berlangsung didalamnya, dengan harapan dapat meminimalkan kerusakan
terutama yang disebabkan oleh manusia. Daya dukung dihitung dengan melihat
jumlah dan luasan fasilitas yang ada pada tiap ruang kemudian dibagi dengan
standar kebutuhan ruang tiap orang untuk mendapatkan daya dukung tiap ruang.
Kemudian nilai daya dukung keseluruhan kawasan didapat dari nilai daya dukung
terendah pada tiap ruang. Hal ini dilakukan untuk menghindari penumpukan
jumlah pengunjung pada area dengan nilai daya dukung terendah. Nilai daya
dukung pada tiap ruang dapat dilihat pada Tabel 14.
72

Gambar 40 Rencana Vegetasi

40
Gambar 40 Rencana Vegetasi
73

Tabel 14 Rencana daya dukung tiap ruang


Satuan Luas Daya Daya Dukung
Standar Koefisien
Ruang fasilitas Luas total Dukung Total
Σ (m2/orang) Rotasi
(m2) (m2) (orang) (orang/hari)
Penerimaan Pusat
1 100 100 4 25 8 200
informasi
Pelayanan Kantor
1 120 120 4 30 8 240
pengelola
Musholla 1 60 60 1,5 40 3 120
Kantin 2 25 50 1,5 33 4 133
Kios 1 25 25 2 12 4 48
Toilet 4 20 80 2 40 4 160
Klinik 1 60 60 4 15 4 60
Total 195
Edukasi Museum
1 350 350 4 87 4 350
indoor tambang
Edukasi Area
1 5000 5000 4 1250 5 6250
outdoor pembibitan
Area
1 10000 10000 4 2500 2 5000
penanaman
Menara
1 60 60 8 7 8 60
pandang
Jalur
1 2878m 2878 10m 287 4 1148
interpretasi
Gazebo 3 60 180 8 22 16 352
KJA 18 100 1800 8,75 205 2 410
Pos KJA 3 25 75 4 18 2 36
Edukasi Gazebo 17 60 1020 8 127 16 2032
pendukung Menara
1 60 60 8 7 8 56
pandang
Area piknik 1 450 450 20 22 1 22
Total 4532
Rekreasi Jalur
1 1478m 1478 10m 147 4 588
pedestrian
Lapangan 1 1000 1000 4 250 5 500
Deck
1 300 300 6 50 2 100
pemancingan
Dermaga
1 300 300 4 75 4 300
sampan
8
Klotok 6 - - 48 4 192
orang/unit
4
Duck boat 6 - - 24 4 48
orang/unit
Area bermain 1 2100 2100 10 210 2 420
Area outbond 1 2780 2780 30 92 2 184
Total 896
Konservasi Jalur
1 1688m 1688 10m 168 4 672
pedestrian
Total 168

Rencana Lanskap
Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana
lanskap dikembangkan berdasarkan rencana ruang, rencana fasilitas, rencana
sirkulasi dan rencana vegetasi. Rencana lanskap dapat dilihat pada Gambar 41
yang dilengkapi dengan beberapa gambar perspektif untuk memberi gambaran
terhadap kawasan wisata pendidikan tambang.
74

Gambar 41 Site Plan (Rencana Tapak)

41
Gambar 41 Site Plan
75

Gambar 42 Site Plan (Blow Up 1)

42
Gambar 42 Site Plan (Blow Up 1)
76

Gambar 43 Site Plan (Blow Up 2)

43
Gambar 43 Site Plan (Blow Up 2)
77

Gambar 44 Illustrasi Ruang Penerimaan dan Pelayanan

44
Gambar 44 Illustrsi ruang Penerimaan dan Pelayanan
78

Gambar 45 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Indoor dan Outdoor

45
Gambar 45 Illustrsi ruang wisata edukasi indoor dan outdoor
79

Gambar 46 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Pendukung

46
Gambar 46 Illustrsi ruang wisata edukasi pendukung
80

Gambar 47 Illustrasi Ruang Wisata Edukasi Pendukung 2

47
Gambar 47 Illustrsi ruang wisata edukasi pendukung 2
81

Gambar 48 Illustrasi Ruang Rekreasi

48
Gambar 48 Illustrsi ruang rekreasi
82

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kawasan pasca tambang Pit 1E terletak di kecamatan Sampanhan,


Kabupaten Kotabaru dan memiliki luas 79,1 Ha. Kawasan ini terletak dekat
dengan dua pemukiman desa yaitu Desa Papaan dan Desa Gunung Batu Besar
sehingga sangat sesuai untuk pengembangan wisata pendidikan tambang, terutama
kawasan ini direncanakan akan memiliki danau (ex void) dengan luasan 12,7 Ha
yang menjadi potensi wisata.
Berdasarkan hasil analisis spasial kesesuaian sumberdaya alam dan wisata,
maka terdapat area yang sesuai, area yang cukup sesuai dan area yang tidak sesuai
untuk pengembangan wisata pendidikan tambang, dengan pembagian zona yang
dikembangkan yaitu ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang rakreasi dan ruang
konservasi.
Perencanaan kawasan ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan
yang rusak akibat dari kegiatan pertambangan. Konsep dasar perencananaan ini
adalah menjadikan kawasan wisata yang dapat memberikan pengetahuan tentang
tambang kepada pengunjung dengan memanfaatkan ciri khas area pasca tambang,
menunjunang keinginan masyarakat dengan memberikan kesenangan,
kenyamanan dan keamanan. Pada akhirnya diharapkan bisa meningkatkan
kesadaran dan kepedulian pengunjung akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan.
Aktivitas edukasi indoor dipusatkan pada museum tambang kegiatannya
meliputi mengetahui proses pertambangan, mengenal alat-alat pertambangan,
fasilitas-fasilitas yang digunakan pada proses pertambangan, mengetahui proses
reklamasi, mempelajari sejarah pertambangan di Senakin dan kebiasaan
masyarakat sekitar, aktivitas edukasi outdoor dipusatkan diluar ruang kegiatannya
meliputi mempelajari tanaman yang sering digunakan pada proses reklamasi lahan
dan mengenal jenis lapisan tanah yang ada di lokasi berupa highwall, sedangkan
aktivitas edukasi pendukung melengkapi aktivitas edukasi outdoor dengan
menikmati kekhasan lanskap area pasca tambang. Aktivitas rekreasi di tapak
direncanakan untuk dapat menampung kebutuhan rekreasi pengunjung dari segala
usia dan golongan ekonomi. Rekreasi ini merupakan rekreasi alam yang
mencakup rekreasi aktif sampai pasif. Kegiatan rekreasi ini diharapkan tidak
hanya dapat dimanfaatkan oleh pengunjung akan tetapi masyarakat lokal dan
pegawai tambang di sekitar lokasi. Akan tetapi kegiatan rekreasi harus tetap
terbatas penggunaannya sesuai daya dukung kawasan agar dapat berkelanjutan.
Fasilitas yang dikembangkan adalah dengan menyediakan fasilitas yang
aman, nyaman dan sesuai dengan budaya lokal serta memberi kesan alami.
Fasilitas yang direncanakan menyesuaikan keadaan fisik dan biofisik tapak,
standar yang ada dan daya dukung tapak. Penempatan fasilitas pada setiap ruang
disesuaikan dengan kondisi fisik tapak (kemiringan lahan), fungsi, aspek visual
yang mendukung dan estetikanya. Perkiraan luas bangunannya disesuaikan
dengan standar yang ada dan penempatannya tidak terlalu masal sehingga
mengurangi kesan alami pada tapak. Fasilitas pelayanan yang direncanakan
diantaranya gerbang, loket tiket, ruang pengelola, ruang informasi, ruang rescue,
83

tempat parkir, pos jaga, mushola, kantin, kios, toko cindera mata, toilet, gazebo,
dek, terminal perahu, museum tambang, papan informasi, papan nama tanaman,
children playground, menara pandang, keramba jaring apung, shelter, area piknik
dan tempat duduk.

Saran

Kawasan pasca tambang Pit 1E memiliki potensi yang baik untuk


dikembangkan menjadi wisata pendidikan tambang. Oleh karena itu terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini sebagai
wisata pendidikan, yaitu:
1. Pemantauan reklamasi dilakukan secara intensif sesuai progress
pertambangan dan memperhatikan rencana vegetasi perencanaan wisata
pendidikan pada kawasan;
2. Pemantauan terhadap Kualitas tanah dan air khususnya air danau terus
ditingkatkan sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat;
3. Koordinasi antara pihak masyarakat, PT Arutmin Indonesia dan pemerintah
ditingkatkan kembali agar perencanaan ini dapat terasa manfaatnya oleh
semua pihak;
4. Implementasi hasil perencanaan ini perlu direalisasikan;
5. Pengembangan kawasan sebaiknya mempertimbangkan rencana pengelolaan
dengan pencarian stake holders atau investor guna mengelola kawasan
ekowisata ini dengan baik dengan tetap memperhatikan aspek legal;
6. Diperlukan promosi terhadap area wisata pendidikan;
7. Lebih mengutamakan kebudayaan dan adat istiadat setempat dalam
pengembangan selanjutnya;
8. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan program wisata
pendidikan tambang dan perancangan detail mengenai area wisata pendidikan
tambang.
84

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda, 2011. Sampanahan dalam angka 2011. Bappeda. Kotabaru.


Brooks, RG. 1988. Site Planning: Environmental Process and Development.
Prentice Hall, Inc. New Jersey. 322p.
Chiara, JD dan Koppelman, LE. 1989. Standar Perencanaan Tapak. Terjemahan.
Oleh Ir. Januar Hakim. Site Planning Standars. Erlangga. Jakarta.
Direktorat Pengelolaan Lahan. 2006. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan.
www.google.com (diakses tanggal 25 Maret 2013)
Douglass W.R. 1982. Forest recreation. New York: 326 p. Pergamon Press.
Eckbo G. 1964. Urban landscape design. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Feriansyah, C. 2009. Pelaksanaan Proyek Reklamasi Lanskap Pascapenambangan
Batubara Di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Site Mangkalapi,
Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Bogor :
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Tidak
dipublikasikan.
Firmansyah, H. 2012. Perencanaan Lanskap Pasca Tambang Batubara PT
Arutmin Indonesia untuk Ekowisata di Batulicin Kalimantan Selatan. Skripsi.
Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New
York.
Hakim R. 2003. Arsitektur lanskap. Manusia, alam dan lingkungan. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Hanafiah, T. 1985. Aspek lokasi dalam analisis ekonomi. IPB. Bogor.
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Haris, M. 2010. Perencanaan Lanskap Area Rekreasi pada Lahan Pasca Tambang
Batubara di Pit 1 Mangkalapi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin,
Kalsel. Skripsi. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Harris, CW and Dines, NT. 1995. Time-Saver Standars for Landscape
Architecture. Mc-Graw Hill Inc. Singapore.
Kuswartoyo Tjuk. 2001. Sawahlunto 2020. Agenda mewujudkan kota wisata
tambang berbudaya. Bandung: Pemerintah kota Sawahlunto dan LPM-ITB.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan).
Intermatra. Bandung.
Nurisjah, Siti. 2007. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen
Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB. Bogor (tidak dipublikasikan).
Nurisjah S, Q. Pramukanto, dan S Wibowo. 2003. Daya Dukung Dalam
Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektu Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.
Bogor (ID). 35 hal.
Perda Kabupaten. Perda Kabupaten Nomor 3 tahun 2002 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten. Perda Kabupaten. Kotabaru.
Perda Provinsi. Perda Provinsi Nomor 9 tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi. Perda Provinsi. Kalsel.
Pergub Kalsel, 2008. Pergub Kalsel Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu
Air. Pergub Kalsel. Kalsel.
85

Permen Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang reklamasi
dan penutupan tambang. (Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. (Ditatapkan di Jakarta pada tanggal 9
Juli 2007)
PT Arutmin Indonesia. 2008. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
PT AI. Senakin.
PT Arutmin Indonesia. 2012. Laporan Pelaksanaan dan Pemantauan Lingkungan
PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin. PT AI. Senakin.
PT Arutmin Indonesia. 2012. Rencana Penutupan Tambang PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin. PT AI. Senakin.
Simonds JO. 1983. Landscape architecture. New York: McGraw-Hill Co.
Spillane JJ. 1995. Ekonomi pariwisata sejarah dan prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan. (Diundangkan di
Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009)
UU RI. Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.
(Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2009)
Yoeti OA. 1983. Pengantar ilmu pariwisata. Bandung: Angkasa.
86

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Preferensi Masyarakat

FORM KUISIONER

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PERENCANAAN LANSKAP


WISATA PENDIDIKAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA
PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN PROVINSI KALSEL

Yth. Responden, nama saya MUKHLIS PRIBADI. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian mengenai PERENCANAAN LANSKAP WISATA
PENDIDIKAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA PT
ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN PROVINSI KALSEL. Saya
berharap Bapak/ Ibu/ Saudara bisa membantu dengan memberikan jawaban yang
sesuai. Data yang Anda berikan dijamin kerahasiaanya. Data ini diperlukan untuk
mewujudkan kawasan pasca tambang menjadi area wisata pendidikan tambang.
No. kuisioner : Tanggal Pengisian :

IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hobi :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Alamat :

DAFTAR PERTANYAAN
Deskripsi singkat
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisata pendidikan tambang adalah
wisata ke kawasan pertambangan untuk mempelajari bidang tambang. Jadi bisa
disimpulkan bahwa pit 1E akan menjadi daerah tujuan wisata bagi
parapengunjung yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan tentang tambang yang
disajikan dalam kegiatan pendidikan non-formal.
1. Sebagian besar masyarakat menginginkan void (danau) kawasan bekas
tambang Pit 1E sebagai sumber air bersih dan irigasi pertanian?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak Tahu
87

2. Adakah tempat rekreasi di sekitar kecamatan Sampanahan?


a. Ada
b. Tidak Ada
c. Tidak Tahu
3. Selain sebagai sumber air bersih dan irigasi pertanian apakah anda setuju jika
kawasan bekas tambang Pit 1E dijadikan Area Wisata Pendidikan
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak tahu
Alasan anda jika menjawab setuju:
a. Memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang tambang kepada
pengunjung
b. Akan mendatangkan pengunjung atau wisatawan yang banyak sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
c. Belum optimalnya usaha pengembangan kawasan tersebut selama ini
d. Pengembangan kawasan dengan pengelolaan yang baik akan melestarikan
kawasan
e. Keindahan dan suasana alami kawasan tersebut perlu dimanfaatkan dan
dieksplorasi
f. lainnya………………………………………………………………………
Alasan anda menjawab tidak setuju:
a. Pendidikan tentang tambang tidak menarik minat pengunjung
b. Pengunjung banyak cenderung akan memberi pengaruh negatif dan
merusak lingkungan
c. Kawasan ini benar-benar perlu dikonservasi (dibiarkan apa adanya)
d. Tanpa pengembangan lebih lanjut kawasan ini sudah cukup baik
e. lainnya………………………………………………………………………

4. Bagaimana menurut anda cuaca di kawasan bekas tambang Pit 1E Senakin?


a. Sejuk b. Lembab c. Panas

5. Apakah menurut anda pemandangan di kawasan bekas tambang Pit 1E


Senakin?
a. Sangat indah b. Indah c. Kurang indah

6. Kegiatan wisata dan pendidikan apa yang Anda harapkan di kawasan bekas
tambang Pit 1E Senakin ini? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. mengenal proses penambangan batubara
b. melihat-lihat pemandangan
c. diskusi/berkumpul/mengobrol
d. melihat perlengkapan dan alat-alat tambang
e. memancing
f. tempat duduk dan makan
g. jalan-jalan
h. studi/penelitian/pratikum
i. lainnya………………………..
88

7. Fasilitas yang diharapkan pada area pengembangan ini: (jawaban boleh lebih
dari satu)
a. Gerbang
b. Loket tiket
c. Area parkir
d. Pos keamanan
e. Mushola
f. Kantin
g. Toko cinderamata
h. Toilet / WC / Kamar mandi
i. Museum tambang
j. Menara pandang
k. Jalan setapak mengelilingi sebagian danau
l. Padang rumput
m. Area bermain
n. Area pemancingan
o. Taman
p. Bangku taman
q. Area piknik
r. Area konservasi
s. Keramba Jaring Apung
t. Pintu air untuk mengaliri air bersih
u. Bebek-bebekan untuk mengitari danau
v. lainnya ………………………….

8. Kegiatan/aktivitas yang diharapkan akan dikembangkan di kawasan bekas


tambang Pit 1E: (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Melihat museum tambang
b. Mengetahui proses penambangan
c. Mengenal alat-alat petambangan
d. Mengenal sejarah penambangan di tambang Senakin
e. Mengenal budaya lokal sekitar tambang
f. Mempelajari tanaman reklamasi
g. Mengenal proses reklamasi
h. Melihat lahan yang ditinggalkan akibat proses pertambangan

9. Jika pembuatan fasilitas-fasilitas dan pengembagan kegiatan-kegiatan


tersebut dilakukan ntuk pengembangan kawasan lebih lanjut, apakah anda
bersedia membayar biaya masuk :
a. ya
b. tidak
c. tidak tahu

10. Bagaimana aksesibilitas / kemudahan Anda untuk sampai di kawasan bekas


tambang Pit 1E?
a. Sangat Mudah
b. Mudah
c. Sulit
89

11. Bagaimana cara anda menuju kawasan bekas tambang Pit 1E ini:
a. berjalan kaki
b. naik sepeda
c. naik sepeda motor
d. naik mobil pribadi
e. lainnya……………………….

12. Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis transportasi yang anda sukai:
a. berjalan kaki
b. sepeda
c. angkutan massal (mini bus, bus, truk)
d. lainnya………………………

13. Jika PT Arutmin Indonesia keluar dari tambang Senakin, siapa yang anda
harapkan untuk mengelola Area Wisata Pendidikan ini?
a. Masyarakat sekitar
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Kabupaten
d. Aparat Kecamatan
e. Pihak Swasta
f. Lainnya ………………………

Harapan anda terhadap pengembangan kawasan bekas tambang Pit 1E ini sebagai
kawasan wisata pendidikan tambang:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

Atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini saya
ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
90

Lampiran 2 Hasil kuisioner masyarakat tentang persepsi terhadap tapak dan


rencana pengembangan aktivitas serta fasilitas

Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Karakteristik Responden
a Umur :
a. 12-17 tahun - -
b. 18-25 tahun 7 23.3
c. 25-40 tahun 16 53.3
d. > 40 tahun 7 23.3
b Jenis Kelamin :
a. Laki-laki 27 90
b. Perempuan 3 10
c Pekerjaan :
a. Pelajar/mahasiswa 2 6.7
b. Ibu Rumah Tangga 2 6.7
c. Guru 3 10
d. Karyawan Swasta 5 16.7
e. PNS 10 33.3
f. Petani/Nelayan/Pedagang 8 26.7
d Pendidikan terakhir :
a. SD 2 6.7
b. SLTP 7 23.3
c. SLTA 9 30
d. Perguruan Tinggi 12 40
Persepsi terhadap tapak
1 Sumber air bersih dan irigasi pertanian :
a. Benar 30 100
b. Salah - -
c. Tidak tahu - -
Tempat Rekreasi di sekitar kecamatan
2
Sampanahan :
a. Ada - -
b. Tidak Ada 30 100
c. Tidak tahu - -
Setujukah jika kawasan Ex tambang Pit 1E
3 dijadikan KJA dan Area wisata pendidikan
tambang :
a. Setuju 29 96.7
b. Tidak Setuju 1 3.3
c. Tidak tahu - -
91

Lampiran 2 Lanjutan
Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Alasan menjawab Setuju (jawaban >1) :
Memberikan pendidikan dan pengetahuan 4 10.8
Akan mendatangkan pengunjung atau
wisatawan yang banyak sehingga 16 43.2
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
Belum optimalnya pengembangan kawasan
2 5.4
tersebut selama ini
Pengembangan kawasan dengan pengelolaan
3 8.1
yang baik akan melestarikan kawasan
Keindahan dan suasana alami kawasan
9 24.3
tersebut perlu dimanfaatkan dan dieksplorasi
Lainnya…. 2 5.4
Alasan menjawab Tidak Setuju :
Pendidikan tentang tambang tidak menarik
minat pengunjung
Pengunjung cenderung akan memberikan
pengaruh negatif dan merusak lingkungan
Kawasan ini benar-benar perlu dikonservasi
(dibiarkan apa adanya)
Tanpa kawasan lebih lanjut kawasan ini
sudah cukup baik
Lainnya…. 1 2.7
Bagaimana menurut anda kawasan bekas
4
tambang Pit 1E Senakin?
a. Sejuk 2 6.7
b. Lembab 3 10
c. Panas 25 83.3
Apakah menurut anda pemandangan di bekas
5
tambang Pit 1E Senakin?
a. Sangat indah - -
b. Indah 6 20
c. Kurang indah 24 80
Rencana Pengembangan Aktivitas dan Fasilitas
6 Kegiatan yang diharapkan (jawaban >1) :
Mengenal proses penambangan batubara 13 43.3
Melihat-lihat pemandangan 14 46.7
Diskusi/berkumpul/mengobrol 2 6.7
Melihat perlengkapan dan alat tambang 10 33.3
Memancing 16 53.3
Tempat duduk dan makan 4 13.3
Jalan-jalan 6 20
Studi/penelitian/praktikum 7 23.3
Lainnya…. 1 3.3
92

Lampiran 2 Lanjutan

Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
7 Fasilitas yang diharapkan (jawaban >1) :
Gerbang 9 4.4
Loket Tiket 9 4.4
Area Parkir 17 8.3
Pos Keamanan 8 3.9
Mushola 6 2.9
Kantin 12 5.8
Toko Cinderamata 3 1.5
Toilet/WC/Kamar mandi 11 5.3
Museum tambang 5 2.4
Menara Pandang 8 3.9
Jalan setapak mengelilingi sebagian danau 13 6.3
Padang rumput 7 3.4
Area bermain 11 5.3
Area pemancingan 12 5.8
Taman 12 5.8
Bangku taman 11 5.3
Area piknik 7 3.4
Area Konservasi 8 3.9
Keramba Jaring Apung 9 4.4
Pintu air untuk mengaliri air bersih 19 9.2
Bebek-bebekan untuk mengitari danau 7 3.4
Lainnya 2 1
Aktivitas wisata pendidikan yang diharapkan
8
(jawaban >1) :
Melihat museum tambang 9 13.8
Mengetahui proses penambangan 10 15.4
Mengenal alat-alat penambangan 11 16.9
Mengenal sejarah penambangan di Senakin 7 10.8
Mengenal budaya lokal sekitar tambang 5 7.7
Mempelajari tanaman reklamasi 6 9.2
Mengenal proses reklamasi 11 16.9
Melihat lahan yang ditinggalkan akibat
6 9.2
proses pertambangan
9 Ketersediaan membayar biaya masuk :
a. Ya 25 83.3
b. Tidak 2 6.7
c. Tidak tahu 3 10
93

Lampiran 2 Lanjutan

Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Aksesibilitas/kemudahan anda untuk sampai ke
10
lokasi :
a. Sangat mudah 12 40
b. Mudah 15 50
c. Sulit 3 10
11 Bagaimana cara anda mencapai lokasi :
a. Berjalan kaki 6 20
b. Naik sepeda 3 10
c. Naik sepeda motor 20 66.7
d. Naik mobil pribadi - -
e. Lainnya…. 1 3.3
Untuk mengelilingi kawasan, jenis transportasi
12
yang anda sukai :
a. Berjalan kaki 12 40
b. Sepeda 5 16.7
c. Angkutan massal (mini bus, bus, truk) 6 20
d. Lainnya…. 7 23.3
Harapan anda, siapa pengelola area wisata
13
pendidikan ini?
a. Masyarakat sekitar 22 73.3
b. Pemerintah Provinsi 1 3.3
c. Pemerintah kabupaten 3 10
d. Aparat kecamatan - -
e. Pihak Swasta 3 10
f. Lainnya…. 1 3.3
Sumber : Survei Lapang dari 30 Responden di Desa Papaan dan Gunung Batu Besar
94
95

RIWAYAT HIDUP

Mukhlis Pribadi dilahirkan di Kotaagung, Provinsi Lampung pada tanggal


22 Agustus 1989. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dalam keluarga
Ir. Wittari Heiza dan Ir. Eka Meinarsih.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1995 sampai 2001 dengan
mengikuti pendidikan di SD Negeri 25 Talago, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di MTsN Model Padang sampai tahun 2004. Pada tahun 2004 sampai
dengan 2007 penulis menyelesaikan masa pendidikan di SMA Negeri 3 Padang.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN pada
tahun 2008.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi kampus,
seperti pengurus HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap)
periode 2010 sebagai anggota Divisi Eksternal dan pada tahun 2011 penulis
menjabat sebagai Ketua KOALA (Komunitas Pecinta Alam Himaskap) dan Ketua
HIMAPD (Himpunan Mahasiswa Padang dan Pariaman).

Anda mungkin juga menyukai