MUKHLIS PRIBADI
Mukhlis Pribadi
NIM A44080067
ABSTRAK
MUKHLIS PRIBADI. Perencanaan Lanskap Kawasan Pasaca Tambang Batubara
untuk Wisata Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.
ABSTRACT
MUKHLIS PRIBADI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan Karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vii
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah
perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca
Tambang Batubara untuk Wisata Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang
Senakin Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Afra D. N. Makalew M.Sc.
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Leader Daeli dari PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Bapak Aris
Subagyo beserta staf Dept Safety Health and Environment PT Arutmin Indonesia
tambang Senakin, serta seluruh keluarga besar tambang Senakin yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Mukhlis Pribadi
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Lanskap 4
Lanskap Pertambangan 4
Perencanaan Lanskap 5
Kegiatan Reklamasi Pasca tambang 6
Wisata 6
Wisata Pendidikan Kawasan Tambang 7
METODOLOGI 9
Lokasi dan waktu 9
Batasan studi 10
Metode Penelitian 10
KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 14
Administrasi dan Geografis 14
Aksesibilitas 14
Kependudukan 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Aspek Fisik 18
Lokasi dan Aksesibilitas 18
Jenis dan Karakteristik Tanah 18
Topografi dan Kemiringan Lahan 21
Iklim 25
Hidrologi 26
Kualitas Visual Lanskap 31
Tata Guna Lahan 32
Aspek Biofisik 40
Vegetasi 40
Satwa 41
Aspek Sosial 42
Karakter Masyarakat 42
Preferensi Pihak PT Arutmin Indonesia 43
Preferensi Sasaran 44
Aspek Wisata 47
Hasil Analisis dan Sintesis 52
Konsep 60
Konsep Dasar 60
Konsep Pengembangan 60
Perencanaan Lanskap 64
Rencana Ruang 64
Rencana Aktivitas dan Fasilitas 67
Rencana Sirkulasi 68
Rencana Vegetasi 70
Rencana Daya Dukung 71
Rencana Lanskap 73
SIMPULAN DAN SARAN 82
Simpulan 82
Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN 86
RIWAYAT HIDUP 95
xi
DAFTAR TABEL
1 Jenis data, parameter, cara pengambilan data, bentuk data, dan sumber
data 11
2 Kriteria penilaian dan skornya 12
3 Jumlah penduduk Kecamatan Sampanahan 16
4 Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan 21
5 Hasil analisis kualitas air limbah Pit 1E bulan Januari-September
2012 27
6 Hasil analisis kualitas air ex tambang Pit 1E di Sungai Sewa bulan
Januari-September 2012 28
7 Daftar vegetasi kawasan reklamasi ex tambang Pit 1E 40
8 Daftar satwa kawasan keseluruhan ex tambang Pit 1E 41
9 Hasil analisis dan sintesis 54
10 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak 61
11 Program ruang, fungsi, dan luasnya 64
12 Rencana ruang, aktivitas dan fasilitas 67
13 Rencana sirkulasi pada tapak 68
14 Rencana daya dukung tiap ruang 73
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir
Penelitian ini melihat kondisi lanskap pasca tambang yang baru dihentikan
proses pertambangannya, kemudian dilanjutkan dengan proses reklamasi lahan
guna memperbaiki kondisi ekologisnya. Pada lahan tersebut akan dilihat aspek
fisik dan biofisik sehingga dapat dianalisis kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata
pendidikan. Aspek fisik dan biofisik juga dilihat untuk menentukan objek wisata
beserta atraksinya. Selain itu perencanaan ini akan melihat aspek sosial pada
kawasan yang menyangkut karakter masyarakat, preferensi pihak PT Arutmin
Indonesia, dan preferensi sasaran. Hal ini terkait dengan preferensi dalam
perencaanan kawasan pasca tambang. Diagram kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
Lanskap Pertambangan
Perencanaan Lanskap
Wisata
METODOLOGI
Batasan studi
Metode Penelitian
Tabel 1 Jenis data, parameter, cara pengambilan data, bentuk data, dan
sumber data
No Jenis Data Parameter Cara Bentuk Sumber Data
Pengambilan Data
Data
1 Aspek Fisik
Lokasi dan Lokasi, batas Studi Pustaka Primer dan Google map, PT
Aksesibilitas Tapak tapak dan luas Sekunder Arutmin dan
tapak Survai Lapang
Tanah Jenis tanah dan Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
kualitas tanah Sekunder Survai Lapang
Topografi Ketinggian, Pengamatan, Primer dan Peta rupa bumi,
kontur dan Studi Pustaka Sekunder PT Arutmin dan
kemiringan tapak Survai Lapang
Iklim Curah hujan, Studi Pustaka Sekunder BMKG, PT
suhu, kelembaban, Arutmin
kecepatan angin
Hidrologi Kualitas air Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
Sekunder Survai Lapang
Kualitas Visual Visual tapak Pengamatan Sekunder Survai Lapang
Lanskap
Tata Guna Lahan Tata guna lahan Studi Pustaka Primer dan PT Arutmin dan
tapak Sekunder Survai Lapang
2 Aspek Biofisik
Objek dan Atraksi Daya tarik tapak Pengamatan, Primer dan Observasi lapang
Studi Pustaka Sekunder dan studi pustaka
2. Analisis
Analisis dilakukan terhadap data yang sudah diperoleh yaitu aspek fisik,
aspek biofisik, aspek sosial, dan aspek wisata. Analisis terhadap aspek fisik dan
aspek biofisik dilakukan guna melihat potensi dan kendala tapak guna
mengembangkannya sebagai kawasan wisata pendidikan. Secara spasial aspek
12
fisik menghasilkan peta analisis lokasi, kemiringan lahan, hidrologi, dan tata guna
lahan.
Analisis aspek sosial dilakukan guna melihat keinginan dan preferensi
pihak-pihak terkait antara lain masyarakat, pemerintah dan Pt Arutmin terhadap
pengembangan kawasan pasca tambang sebagai kawasan wisata pendidikan.
Analisis ini melihat hasil penyebaran kuisioner, wawancara dan data-data
sekunder. Analisis aspek wisata melihat potensi-potensi pada tapak yang dapat
menjadi objek wisata. Menurut Nurisjah (2007) objek wisata adalah andalan
utama bagi pengembangan kawasan wisata dan didefinisikan sebagai suatu
keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta
sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Analisis dilakukan melalui metode spasial dan metode deskriptif kuantitatif.
Metode spasial dilakukan terhadap aspek tata guna lahan, kemiringan lahan, dan
hidrologi. Peta analisis yang dihasilkan ditentukan masing-masing kriteria
penilaian dan skornya (Tabel 2) dan kemudian dilakuan overlay untuk
mendapatkan peta komposit.
Tabel 2 Kriteria penilaian dan skornya
Aspek Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor*
Tata Guna Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi Sesuai 3
Lahan selain ground cover. Tapak didominasi oleh
penggunaan lahan yang terbuka.
Tapak masih cukup didominasi oleh penggunaan Cukup Sesuai 2
lahan yang terbuka, namun terdapat beberapa
struktur dan bangunan serta vegetasi selain ground
cover. Beberapa area reklamasi termasuk dalam
kriteria ini. Tidak Sesuai 1
Tapak dominan dengan bangunan dan vegetasi.
Kemiringan Datar dan Landai Sesuai 3
Lahan Agak Curam Cukup Sesuai 2
Curam dan Terjal Tidak Sesuai 1
Hidrologi Tidak terdapat Area inlet/outlet ataupun drainase Sesuai 3
Area inlet/outlet ataupun drainase Cukup Sesuai 2
Area inlet/outlet utama yang rentan terhadap daya Tidak Sesuai 1
dukung
*baik=3, sedang=2, buruk=1
Sumber : De Chiara dan Koppelman (1990), USDA 1968 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka
2007
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan pada semua aspek untuk melihat
potensi dan kendala apa saja yang terdapat pada tapak, kemudian dilakukan
pembahasan terkait solusi yang dapat mengembangkan potensi dan mengatasi
kendala. Sedangkan untuk analisis daya dukung tapak Menurut Boulon dalam
Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003), dihitung berdasarkan standar rata-rata
individu dalam m2/orang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
DD = A/S Keterangan:
T = DD x K DD = Daya Dukung
K = N/R A = Area yang digunakan wisatawan
S = Standar rata-rata individu
T = Total hari kunjungan yang diperkenankan
K = Koefisien rotasi
N = Jam kunjungan per area yang diijinkan
R = Rata-rata waktu kunjungan
13
3. Sintesis
Pada tahap sintesis diperoleh pengembangan tapak yang berdasarkan hasil
analisis spasial maupun deskriptif. Hasil dari sintesis berupa block plan yang
menunjukan zona pengembangan kawasan, selanjutnya ditentukan konsep dasar
dan pengembangan konsep. Pengembangan konsep mencakup konsep ruang
wisata, konsep aktivitas wisata, konsep fasilitas wisata, konsep sirkulasi, dan
konsep vegetasi. Penentuan konsep dasar dan pengembangan konsep ini akan
dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan kawasan tersebut.
4. Perencanaan Lanskap
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari rencana blok menjadi rencana
tapak (site plan), penggambaran tata letak fasilitas dan elemen-elemen pendukung
keberadaan objek wisata serta jenis-jenis aktivitas yang nantinya ada pada tapak.
Setelah itu, dibutuhkan juga rencana program untuk mendukung rencana tapak
sesuai dengan tujuan perencanaannya sebagai kawasan eduwisata tambang.
14
Aksesibilitas
Lokasi dapat ditempuh dari ibukota kabupaten melalui jalur air dan
diteruskan jalur darat yaitu menggunakan speedboat menyeberangi Selat Makasar
menuju Senakin kemudian dilanjutkan kendaraan darat menuju lokasi di Desa
Gunung Batu Besar. Jalur aksesibilitas dapat dilihat pada Gambar 5.
Sarana transportasi yang digunakan masyarakat menujut lokasi adalah
dengan menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan yang digunakan karyawan
menggunakan kendaraan perusahaan. Desa Papaan dan Desa Gunung Batu Besar
yang merupakan pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi hanya berjarak 0,5-
1 Km. Peta Jaringan Jalan menuju tapak terdapat pada Gambar 6.
15
4
Gambar 4 Peta Batas Tapak
4
4
Kependudukan
6
Gambar 6 Peta Jaringan Jalan
18
Aspek Fisik
7
Gambar 7 Peta Analisis Lokasi Penelitian
20
Kedua tanah ini, Ultisol dan Latosol yang ada di Pit 1E sudah mengalami
perbedaan dari struktur awal sebelum dilakukan proses penambangan. Tanah ini
telah terkomposit dengan overburden dan bahan batuan lain selama penambangan.
Berdasarkan analisis didapat bahwa pada lokasi penelitian tanahnya bertekstur
klei dengan tingkat kesuburan rendah (Arutmin 2012). Sehingga perlu
penambahan tanah pucuk (tanah yang subur) untuk area yang direncanakan
sebagai tempat tumbuh tanaman.
Tekstur tanah menunjukkan komposisi penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara pasir (sand), debu (silt) dan klei
(clay) (Hanafiah, 2005). Tekstur tanah merupakan sifat tanah yang sangat penting
dan mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Tektur tanah ikut
menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan
kemampuan pengikat air oleh tanah (Darmawijaya, 1980).
Berat isi di lokasi penelitian berkisar antara 1,0 g.cm-3 dan 1,59 g.cm-3.
Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah.
Pada tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi akar tanaman tidak dapat menembus
lapisan tanah tersebut. Menurut Taylor et al. (1996) dalam Landon (1984) nilai
bobot isi 1,46 sampai 1,60 g.cm-3 akan menghambat pertumbuhan akar karena
tanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia akibat berkurangnya ruang/pori
tanah, untuk itu perlu usaha perbaikan dengan menambah ruang/pori tanah
menggunakan kompos, selain dapat menurunkan bobot isi kompos juga dapat
meningkatkan air tersedia tanah.
Permeabilitas di lokasi penelitian berkisar antara 3,02 - 6,03 cm jam-1 dan
dapat diklasifikasikan sangat cepat. Drainase seperti ini tidak akan mengakibatkan
terjadinya air limpasan (run off) dan dengan kelerengan 0-3 % bisa dipastikan
bahwa lokasi tidak akan mengalami erosi. Tetapi bila kelerengannya lebih besar
dari 8 %, dan dengan panjang lereng yang besar, maka dipastikan erosi akan
terjadi. Drainase tanah menunjukkan kecepatan hilangnya air dari tanah, baik
meresap maupun sebagai aliran permukaan atau keadaan tanah yang menunjukkan
lamanya dan seringnya jenuh air. Pengertian drainase meliputi drainase
permukaan, drainase penampang dan permeabilitas (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2001). Sementara permeabilitas ditentukan dengan menghitung
kecepatan berembesan air (dalam cm) pada tanah dalam keadaan jenuh air dalam
satu jam.
Kisaran kemasaman tanah di lokasi tambang batubara PT Arutmin
Indonesia tambang Senakin adalah 3,96 - 5,33. Kisaran nilai pH (H20) yang
demikian berada pada kelas sangat masam sampai dengan masam. Dengan
demikian, masih dalam kategori kemasaman tanah miskin. Kisaran pH tanah
seperti di atas, secara kimia, masih belum mengakibatkan kelarutan unsur hara
yang optimal, baik hara makro maupun mikro.
Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat
berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah
pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan terganggu akibat
dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot
isi yang sangat tinggi.
Restorasi lahan bekas tambang harus dilakukan guna memperbaiki kualitas
tanah yang rusak akibat pertambangan. Untuk mencapai tujuan restorasi perlu
dilakukan upaya seperti rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk.
21
Pada kegiatan ini, lahan yang masih belum rata harus ditata dengan
penimbunan kembali (back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan
urugan, ketebalan, dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang
kemungkinan terganggu. Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas
tambang yaitu masalah fisik (tekstur dan struktur tanah), kimia (reaksi tanah),
kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity), dan biologi (penutupan vegetasi dan
tidak adanya mikroorganisme potensial). Perbaikan kondisi tanah meliputi:
perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan bahan organik serta
pemupukan dasar dan pemberian kapur.
Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim
setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies
yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat
tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Untuk
menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan
langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok,
dan penggunaan pupuk.
Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan
bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi
penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan
spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi
sebagai filter alam.
8
Gambar 8 Peta Topografi
23
9
Gambar 9 Peta Kemiringan Lahan
24
10
Gambar 10 Peta Analisi Kemiringan Lahan
25
Tingkat kemiringan pada tapak beragam, mulai dari datar yang memiliki
kemiringan 0-8 %, landai dengan kemiringan 8-15 %, agak curam 15-30 %, curam
30-45 % dan sangat curam >45%. High wall memiliki ketinggian mencapai 34
meter dari level air tertinggi danau, highwall masuk kategori curam dengan
tingkat kemiringan 30-45 % sedangkan danau memiliki kedalaman mencapai 30
meter. Kesan dinamis timbul dari kemiringan lahan yang bervariasi, selain itu juga
terkesan tidak membosankan. Tetapi untuk area dengan kemiringan curam hingga
sangat curam perlu perhatian khusus karena selain rawan bahaya erosi juga
membahayakan bagi pengguna yang ingin melintasi tapak, sehingga upaya
pencegahan dan perlindungan harus direncanakan seperti mengalihkan akses yang
dekat dengan area tersebut dan meminimalkan rencana fasilitas dan aktivitas di
sekitar area.
Danau (ex void) hanya memiliki satu outlet dan satu inlet utama serta ada
inlet kecil yang berasal dari air permukaan (run off) (Gambar 13). Outlet hingga
saat ini masih menggunakan pompa karena level air danau belum mencapai titik
maksimum, namun tetap harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya, terutama
dinding outlet agar tidak mengalami penyempitan ataupun pendangkalan. Area
inlet yang berasal dari daerah penangkapan air (water catchment area) pun perlu
diperbaiki dindingnya agar tetap mampu mengalirkan air dengan lancar. Inlet
kecil yang berasal dari aliran permukaan (run off) perlu diperhatikan karena aliran
melalui area yang masih belum padat tanahnya sehingga memungkinkan
terjadinya erosi seperti longsor kecil pada beberapa bagian area tersebut.
Sistem hidrologi yang digunakan pada waktu proses penambangan
perlangsung menggunakan sistem settling dan sediment pond, sistem ini
mengalirkan air yang akan dikeluarkan dari area tambang menuju outlet sungai
sekitar lebih lama dengan cara penyaringan sehingga kualitas air tidak terlalu
mencemari lingkungan. Proses pemantauan kualitas air dilakukan rutin, ada harian
mingguan dan bulanan. Kondisi hidrologi danau ex tambang Pit 1E dapat dilihat
pada Gambar 13.
Tahun 2012
Parameter Unit BMA*
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept
pH - 7.07 7.82 8.27 7.97 8.32 8.23 7.96 7.82 8.24 6-9
Fe total Mg/L 0.19 0.19 0.09 0.17 0.6 0.06 0.1 0.1 0.14 7
Mn total Mg/L 2.14 1.21 0.08 0.83 0.92 1.33 0.4 1.76 1.14 4
TSS Mg/L 2 2 26.6 2 2 9 2 2 6 200
Cd Mg/L 0.005 0.005 0.005 <0.005 <0.005 <0.005 0.006 0.005 0.005 0.05
*BMA (Baku Mutu Air)
Sumber : PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin (2012)
28
Tabel 6 Hasil analisis kualitas air ex tambang Pit 1E di Sungai Sewa bulan
Januari-September 2012
Hasil Analisis
Parameter Satuan BMA*
Jan-Maret April-Juni Juni-Sept
Temperatur °C 28.5 28.3 33.2 Deviasi 3
pH - 7.3 6.6 7.89 6-9
TDS mg/l 120 120 - 1000
TSS mg/l 28.7 0.55 0.47 50
Color PCU 153 12.5 - NA
Odor - - - 11.4 NA
DO mg/l 7.3 7.1 8.75 6
Turbidity NTU - - - NA
Fe mg/l 0.26 17.7 - 0.3
Mn mg/l 0.005 0.379 - 0.1
Cu mg/l 0 <0.007 0.06 0.02
Zn mg/l 0 <0.006 0.15 5
Cr6⁺ μg/l 0 0.024 - 0.05
Cd mg/l <0.007 <0.007 0.007 0.1
Hg mg/l <0.001 <0.001 0.0005 0.001
Pb mg/l <0.006 <0.006 0.05 0.1
*BMA (Baku Mutu Air menurut SK Gub Kalsel No. 5 2007 Kelas 1)
Sumber : PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin (2012)
14
Gambar 14 Peta Hidrologi
30
15
Gambar 15 Peta Analisis Hidrologi
31
tapak antara lain erosi yang menimbulkan lubang-lubang akibat aliran drainase di
area reklamasi, perlu pemantauan dan pemeliharaan rutin. Erosi ringan di
highwall perlu dibuat kemiringan berjenjang agar erosi tidak sering terjadi atau
bahkan terjadi erosi longsor. Penambangan ilegal sekitar tapak perlu keikutsertaan
banyak pihak mengenai penertiban penambangan illegal ini.
18
Gambar 18 Peta Peruntukan Lahan – RTRW P Tambang Senakin
34
19
Gambar 19 Peta Peruntukan Lahan – RTRW K Tambang Senakin
35
20
Gambar 20 Peta Peruntukan Kawasan Hutan – Tambang Senakin
36
21
Gambar 21 Peta Situasi Kegitan Lain Sekitar Tambang Senakin
37
23
Gambar 23 Peta Tata Guna Lahan Tapak
Gambar 24 Peta Analisis Tata Guna Lahan
24
39
Aspek Biofisik
Vegetasi
Berdasarkan tipe vegetasi, ekosistem darat di wilayah penelitian dapat
dibedakan menjadi hutan hujan tropis dataran rendah, tegalan/ladang, kebun dan
pekarangan. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah hampir mendominasi
daerah tambang, sedangkan ekosistem ladang, kebun dan pekarangan banyak
terdapat di desa/daerah pemukiman sekitar lokasi tambang.
Hutan yang berada di sekitar wilayah penelitian merupakan hutan sekunder,
yang ditandai dengan banyaknya ditemui jenis-jenis tumbuhan yang tergolong
pioneer, seperti mahang (Macaranga sp.), namun masih ditemui jenis-jenis yang
tergolong slow growing species yang diperkirakan dahulunya cukup dominan,
yaitu bangkirai (Dipterocarpus caudiferus) dan Ulin (Eusideroxylon zwagerii)
akan tetapi jumlahnya sudah jarang. Sedangkan pada daerah yang telah di
revegetasi banyak ditemukan jenis-jenis fast growing species yang lokal maupun
non lokal (exotic). Vegetasi pioneer lokal seperti alaban, asam, durian, kedaung,
kopi dan rambutan sedangkan vegetasi pioneer exotic seperti sengon, gmelina,
waru dan trembesi. Sebanyak 6.245 pohon telah ditanam di lokasi bekas tambang
Gunung Batu Besar sampai dengan Agustus 2012 sebagaimana terlihat pada Tabel
6 dibawah ini.
Tabel 7 Daftar vegetasi kawasan reklamasi ex tambang Pit 1E
Jenis Jumlah
No Nama Latin Nama Umum Luas (m2)
Tanaman Tanaman
1 Non Lokal Albizia falcataria Sengon 15.360 1.280
2 Non Lokal Anacardium occidentale L Jambu mete 1.440 120
3 Non Lokal Casia siema Johar 630 525
4 Lokal Ceiba petandra Kapuk 540 45
5 Non Lokal Coffea sp. Kopi 2.760 230
6 Lokal Durio zibethinus Durian 1.200 100
7 Non Lokal Gmelina arborea Gmelina 8.400 700
8 Non Lokal Hibiscus tiliceus Waru 7.200 600
9 Non Lokal Leucaena leucocephala Lamtoro 8.160 680
10 Lokal Nephelium lappaceum Rambutan 420 35
11 Lokal Parkhia rokhia roxbunghi Kedaung 1.980 165
12 Lokal Psidium guajava Jambu biji 720 60
13 Non Lokal Samanea saman Trembesi 16.860 1.405
14 Lokal Sondorikum koetjape Ketapi 180 15
15 Lokal Tamarindus indica Asam 2.880 240
16 Lokal Vitex pubescens Alaban 540 45
Sumber : PT Arutmin Indonesia tambang Senakin (2012)
Vegetasi di dalam tapak saat ini dibedakan menjadi dua area, yaitu area
reklamasi milik PT Arutmin Indonesia dan KBTTP (Kawasan Budidaya Tanaman
Tahunan Perkebunan). Pada area KBTTP sudah tumbuh lebih tinggi karena usia
penanamannya yang lebih awal, tingginya antara 7-15 meter, sedangkan pada area
reklamasi tinggi tanaman antara 3-7 meter. Beberapa tanaman pada area reklamasi
ditemukan ada yang mati atau terganggu pertumbuhannya, sehingga perlu
pemberian pupuk dan penyulaman tanaman yang mati atau terganggu
pertumbuhannya. Keberadaan tanaman-tanaman reklamasi sangat didominasi oleh
41
jenis fast growing pada tapak, oleh karena itu perlu adanya variasi tanaman lain
guna mencegah kemonotonan dan menambah nilai estetika tapak.
Satwa
Daerah penelitian memiliki beberapa spesies satwa lokal terutama jenis aves,
mamalia dan reptilia. Terdapat pula satwa-satwa yang dilindungi sesuai PP No 7
tahun 1993, seperti murai (Capsicus sp.), tinjau gunung (Copsychus malabaricus),
tiung (Anthracoceros malayanus), elang bondol (Haliastur indus), burung hantu
(Tyto alba), trenggiling (Manis javanica), kijang (Muntiacus muntjac),
Hirangan/lutung (Presbytis cristata), uwa-uwa (Presbytis melalaphos),
kancil/pelanduk (Tragulus javanicus), dan biawak air tawar (Varanus salvator)
(AMDAL PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, 2008).
Beberapa jenis satwa yang terdapat di tapak sebelum dilakukan proses
penambangan diantaranya aves, mamalia dan reptilia. Kondisi saat ini setelah
dilakukan proses pertambangan banyak satwa yang tidak lagi terlihat disekitar
tapak, ini disebabkan oleh gangguan terhadap ekosistemnya. Dengan
memperbaiki kualitas ekologi di tapak diharapkan dapat mengembalikan ataupun
mendatangkan satwa-satwa ke tapak, untuk itu diperlukan waktu dan perencanaan
yang baik untuk memperbaiki kualitas lingkungan satwa liar .
Tabel 8 Daftar satwa kawasan keseluruhan ex tambang Pit 1E
No Nama Lokal Nama Latin Pengamatan
A AVES
1 Amaurornis phoenicurus Burak Wawancara
2 Apus pasificus Layang-layang Dilihat langsung
3 Berenicornis comatus Enggang Wawancara
4 Capsicus sp. Murai* Wawancara
5 Centropus bengalensis Burung bubut Dilihat langsung
6 Centropus sinensis Burung bubut Wawancara
7 Copsychus malabaricus Tinjau gunung* Wawancara
8 Corvus enca Gagak Wawancara
9 Coturnix chinensis Pipikau Wawancara
10 Ducula badia Pergam gunung Wawancara
11 Egretta intermedia Kuntul Wawancara
12 Gracula religiosa Tiung* Wawancara
13 Halcyon cyanoventris Cekakak gunung* Wawancara
14 Haliastur indus Elang bondol* Wawancara
15 Loriculus galgulus Sarindit Wawancara
16 Lunchula fuscans Pipit Dilihat langsung
17 Orthotomus sericeus Curiak Dilihat langsung
18 Orthotomos athogularis Cuit Dilihat langsung
19 Ottus lempiji Celupuk gunung Wawancara
20 Pycnocotus aurigaster Kutilang Wawancara
21 Pycnonotus flavescens Keruang Dilihat langsung
22 Pycnocotus zeylanicus Cucak rawa Wawancara
23 Rhididura albicollis Sikatan Wawancara
24 Treron olax Punai Dilihat langsung
25 Tyto alba Burung hantu* Wawancara
42
Tabel 8 Lanjutan
No Nama Lokal Nama Latin Pengamatan
B MAMALIA
1 Bos taurus Sapi Dilihat langsung
2 Callosciarus sp. Tupai Dilihat langsung
3 Canis familiaris Anjing Dilihat langsung
4 Capra aegagrus hircus Kambing Dilihat langsung
5 Macaca fascicularis Monyet Wawancara
6 Manis javanica Trenggiling* Wawancara
7 Muntiacus muntjac Kijang* Wawancara
8 Paradixurus heermaproditus Musang Wawancara
9 Presbytis cristata Hirangan/lutung* Wawancara
10 Presbytis melalaphos Uwa-uwa* Wawancara
11 Sus barbotus Babi hutan Jejak
12 Tragulus javanicus Kancil/pelanduk* Jejak
C REPTILIA
1 Calloselasma rhodostoma Ular tanah Wawancara
2 Chrysopelea pelias Ular Lombok Wawancara
3 Dendrelophis pictus Ular paikat Wawancara
4 Eutropis multifasciata Bingkarungan/kadal Wawancara
5 Gonychepalus sp. Angui/bunglon Wawancara
6 Ophiophagus hannah King Cobra Wawancara
7 Phyton reticulatus Ular sanca kembang Wawancara
8 Trimeresurus albolabris Ular bangkai laut Wawancara
9 Varanus salvator Biawak air tawar* Wawancara
Ket: * = satwa dilindungi
Sumber : Data primer tahun 2008 (AMDAL PT AI SNK)
Aspek Sosial
Karakter Masyarakat
Area bekas tambang Pit 1E yang memiliki wilayah di dua desa yaitu Desa
Gunung Batu Besar dan Desa Papaan yang merupakan pemukiman penduduk
terdekat dengan danau yang berjarak sekitar 0,5-1 km. Adat istiadat merupakan
perilaku masyarakat setempat yang sudah berlaku umum dan dilakukan secara
turun temurun. Adat istiadat masyarakat sekitar dipengaruhi oleh struktur
masyarakat serta toleransi dan sikap terbuka terhadap nilai dan norma budaya lain.
Dengan demikian, adat istiadat yang berlaku di sekitar tapak ditentukan oleh suku
pada masyarakat yang bersangkutan, disamping agama atau kepercayaan yang
dianut serta nilai dan norma yang telah diakui dan berlaku di masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, etnis suku yang mendiami daerah
sekitar tapak didominasi oleh suku Banjar yang menganut agama Islam. Suku
lainnya seperti Jawa, Bugis ataupun Mandar juga terdapat di daerah ini. Dengan
demikian, maka tidaklah mengherankan kalau adat istiadat dan kebiasaan orang
Banjar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Bagi masyarakat yang menganut ajaran Islam, upacara adat yang masih
dilaksanakan antara lain selamatan kelahiran berupa Tasmiyah/Aqikah, sunatan,
adat perkawinan, upacara kelahiran seperti tahlillan atau haulan, dan peringatan
hari besar Islam lainnya seperti perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W
atau peringatan Isra Mi’raj. Mereka umumnya masih terikat cukup kuat dengan
43
adat istiadat baik berkaitan dengan sistem ajaran agama Islam, maupun mata
pencaharian yang masyarakat usahakan dan sikap serta pola hidup masyarakat di
daerah sehari-harinya
Dilihat dari peranan perusahaan, banyak dari masyarakat sekitar yang
bekerja untuk perusahaan baik sebagai karyawan tetap, karyawan kontrak maupun
karyawan lepas. Secara langsung maupun tidak langsung perusahaan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar selain
kewajiban perusahaan akan program pengembangan masyarakat. Namun tidak
semua dari mereka mengetahui proses dan mekanisme kegiatan penambangan
tersebut secara menyeluruh, hal ini akan dijadikan acuan untuk memfasilitasi
kegiatan dalam perencanaan lahan pascatambang Pit 1 E menjadi area wisata
pendidikan tambang.
Perencanaan Lanskap Wisata Pendidikan pada Lahan Pasca Tambang
Batubara PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Provinsi Kalsel juga didasari
akan kebutuhan masyarakat sekitar merasa perlu adanya sebuah sarana hiburan
baik yang direncanakan oleh pemerintah ataupun perusahaan yang akan
melakukan penutupan tambang. Karena di sekitar Kecamatan Sampanahan,
Kecamatan Kelumpang Utara dan Kelumpang Tengah belum ada area wisata.
Berdasarkan hasil survai lapang dengan penyebaran kuisioner sebanyak 30
kusioner secara acak kepada masyarakat sekitar tapak. Mendapatkan hasil 97 %
responden menyatakan bahwa bekas tambang Pit 1 E perlu dikembangkan
menjadi kawasan wisata pendidikan tambang. Hal ini didasari karena area wisata
terdekat saat ini berada di ibukota kabupaten yang berjarak 150 km, ditambah
dengan akses yang cukup berat.
Keinginan responden terhadap rencana pengembangan wisata pendidikan
tambang di lokasi dimulai dari urutan terbanyak adalah :
Preferensi Sasaran
Mengetahui preferensi sasaran bertujuan untuk mengetahui potensi terhadap
rencana pembanganan fasilitas, layanan dan akomodasi nantinya. Target awal
pengunjung yang diharapkan adalah masyarakat sekitar, karena jika dilihat dari
daerah sekitar lokasi yang tidak memiliki area wisata maka dengan menjadikan
lahan pascatambang Pit 1 E ini sebagai area wisata otomatis akan menarik
perhatian masyarakat sekitar untuk mengunjungi area ini.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner , data responden terdiri dari 26
orang berjenis kelamin laki-laki dan 4 orang perempuan (Gambar 26). Sebagian
besar pengunjung berusia 19-40 tahun yaitu sebanyak 77% dan berumur lebih dari
40 tahun sebanyak 23% (Gambar 27). Mobilitas pengunjung dipengaruhi oleh
jenis pekerjaannya, sebanyak 40% responden sebagai Pegawai Negeri Sipil, 20%
responden sebagai karyawan swasta, 20% responden sebagai nelayan, 7%
responden sebagai pelajar dan 3% responden lainnya (Gambar 28).
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 27% responden adalah lulusan
SMP, 27% responden lulusan SMA, 23%responden lulusan S1, 10% responden
lulusan SD, 7% responden lulusan D2 dan 6% responden lulusan D3 (Gambar 29).
Berdasarkan jenis angkutan yang digunakan menuju tapak, sebanyak 70%
responden menggunakan sepeda motor 20% responden berjalan kaki dan 10%
responden menggunakan sepeda (Gambar 30).
Untuk saat ini lokasi dimiliki oleh PT Arutmin Indonesia tambang Senakin,
setelah izin penambangan habis akan dikembalikan kepada pemerintah. Harapan
dari masyarakat sekitar untuk pengelolaan area wisata pendidikan tambang ini
diserahkan kepada mereka sebesar 73% pemerintah kabupaten sebesar 10% pihak
swasta sebesar 14% pemerintah provinsi sebesar 3% (Gambar 31).
45
Aspek Wisata
b) Area Revegetasi
Area revegetasi merupakan bagian dari area reklamasi yang bertujuan
untuk memperbaiki kualitas lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan
peruntukkannya. Pemilihan tanaman untuk area revegetasi biasanya
menggunakan tanaman-tanaman yang toleran terhadap lingkungan tambang
yang telah rusak dan mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat untuk
memperbaiki kualitas tanahnya.
c) Pembersihan lahan
Sebagian besar pepohonan yang berukuran besar di lokasi
penambangan telah hilang karena penebangan yang dilakukan oleh kegiatan
lain sebelum proyek berlangsung seperti kegiatan penebangan yang
dilakukan oleh HPH dan penduduk sekitar dan juga merupakan area bekas
bukaan lahan oleh kegiatan penambangan tanpa izin (PETI). Pepohonan
kecil dan semak-semak akan dibersihkan secara langsung dengan
menggunakan bulldozer. Jika masih ditemukan pohon yang berukuran
besar, maka terlebih dahulu akan dipotong dengan menggunakan alat
pemotong, kemudian akarnya digali dengan bantuan excavator.
Hasil pembersihan lahan ini kemudian dikumpulkan dan dibuang di
lubang bekas tambang. Semak-semak yang bercampur dengan lapisan tanah
pucuk, langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan tanah pucuk atau
disebarkan langsung ke daerah yang siap untuk direklamasi. Pembersihan
lahan di suatu lokasi akan dilakukan paling lama satu tahun sebelum
dilakukan kegiatan penambangan di areal tersebut. Kemajuan pembukaan
lahan akan dilakukan sejalan dengan kemajuan penambangan.
maksimal satu kali dalam sehari. Bahan peledak yang digunakan adalah
ANFO dan merupakan campuran Amonium Nitrat (AN) dan solar (Fuel
Oil) dengan Powder Factor rata-rata 0.28 ton/bcm (bank cubic metric).
Desain dan proses peledakan, penanganan bahan peledak
(penyimpanan dan pengangkutan) termasuk perijinan yang ditempuh PT
Arutmin Indonesia mengikuti ketentuan yang berlaku diantaranya :
Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
316K/2016/DJP/ 1990 tentang Pedoman Penyimpanan Bahan Peledak
di Bidang Pertambangan Umum
Petunjuk Pelaksanaan Kepolisian Republik Indonesia No.
Juklak/29/VII/1991 tentang Tata Cara Pengangkutan Bahan Peledak.
Pada tahap awal lapisan batuan penutup yang telah dibongkar akan
dipindahkan di tempat penimbunan di luar tambang (out pit dump). Metode
ini akan digunakan sampai tahun ke-3 penambangan untuk memaksimalkan
pengambilan cadangan sisa aktivitas PETI. Tahap selanjutnya akan
ditimbun di lubang bekas tambang (in pit dump). Metode ini dikenal
dengan metode backfilling yang diperkirakan dapat dilaksanakan pada tahun
ke-4. Dengan menggunakan metode penimbunan di area bekas tambang
(back filling digging method) serta dengan pengaturan elevasi dan bentuk
timbunan yang mendekati kondisi aslinya, diharapkan tidak terjadi
perubahan topografi atau bentang alam yang signifikan akibat dari kegiatan
penambangan tersebut.
e) Penambangan
Dalam kondisi area penambangan normal dan dengan pertimbangan
bentuk dan kedudukan lapisan batubara, maka metode penambangan yang
diterapkan pada kegiatan penambangan di daerah Senakin Timur adalah
metode tambang terbuka strip mine. Kemajuan bukaan tambang mengikuti
arah jurus dan kedalaman lapisan batubara. Bukaan tambang dibuat
berjenjang dengan slope umum 25o di bagian low wall dan 42o di bagian
high wall. Lubang tambang awal akan digali terus sampai ke kedalaman
akhir lubang tambang (mined out) menurut blok untuk selanjutnya kemajuan
bukaan akan bergerak searah jurus. Tanah penutup dari lubang tambang
awal tersebut akan ditimbun di tempat timbunan di luar tambang sedangkan
tanah penutup dari blok-blok selanjutnya dapat ditimbun pada lubang
tambang yang telah selesai ditambang atau yang umum disebut sebagai
sistem penambangan backfilling. Gambaran tentang tahap penggalian pada
lubang tambang awal dapat dilihat pada Gambar 28.
Keuntungan yang diharapkan dari metoda penambangan ini adalah:
a. Sebagian besar tanah penutup dapat segera ditimbun kembali pada
lubang bekas tambang sehingga tidak terjadi penanganan ganda dalam
aktivitas pemindahan tanah penutup, serta reklamasi lahan terganggu
dapat segera dilaksanakan;
b. Jarak angkut akan relatif dekat sehingga biaya maupun dampak
lingkungan yang ditimbulkan dapat berkurang;
c. Memungkinkan dibuatnya sumuran untuk penirisan air tambang
sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya banjir di lubang
tambang tersebut.
50
d. pengangkutan hasil tambang, prasarana dan alat angkutan batubara yang telah
ditambang
a) Pengangkutan dan pengapalan
Kegiatan konstruksi jalan tambang dan jalan angkut dilakukan seiring
dengan kemajuan proses penambangan. Jalan dengan lebar 20 m dan tinggi
tanggul 1.5 m dan metode konstruksi dikompak lapisan demi lapisan
merupakan prosedur baku dalam konstruksi jalan tambang dan jalan angkut.
Total panjang jalan yang membentang Pit 1 bagian utara hingga pelabuhan
khusus Sembilang mencapai 35 km.
b) Sarana Penunjang
Salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam kelangsungan
kegiatan tambang adalah pembangunan infrastruktur. Penempatan
infrastruktur dibuat di lokasi strategis dan mudah dijangkau dari semua
lokasi tambang sehingga akan memperlancar jalannya proses kegiatan
penambangan.
Beberapa infrastruktur pokok yang sudah dibangun di wilayah
Tambang Senakin Timur antara lain kantor administrasi, bengkel, gudang
bahan peledak dan camp, serta fasilitas olah raga.
Peta yang berasal dari overlay peta analisis kemiringan lereng, peta analisis
hidrologi dan peta analisis tata guna lahan dihasilkan peta komposit (Gambar 33),
tapak ini dibagi menjadi tiga zona kesesuaian ruang untuk wisata pendidikan yaitu
zona sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Analisis deskriptif dilakukan pada
semua aspek untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak yang kemudian
ditentukan solusinya yang pengembangan potensi dan pemecahan kendala. Hasil
analisis dan sintesis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan hasil analisis, maka perlu dibuat area-area yang dapat
menunjang fungsi wisata pendidikan dengan memperhatikan nilai edukasi
tambang yang bermanfaat bagi pengunjung dan nilai konservasi. Maka dari itu,
pada sintesis dibuat suatu rencana zona atau block plan yang dibagi dalam tiga
zona yaitu ruang intensif, ruang semi intensif dan ruang ekstensif yang disajikan
pada Gambar 34.
1. Ruang intensif merupakan area yang sangat potensial untuk pengembangan
aktivitas di tapak.
2. Ruang semi intensif merupakan area yang cukup potensial untuk
pengembangan aktivitas di tapak, namun perlu ada pertimbangan yang lebih
matang dalam pengembangan aktivitas di area tersebut.
3. Ruang ektstensif merupakan area yang kurang potensial untuk pengembangan
aktivitas wisata. Zona ini berfungsi sebagai area konservasi.
Gambar 33 Peta Komposit
33
53
34
Gambar 34 Block Plan
60
Konsep
Konsep Dasar
Perencanaan Lanskap Kawasan Pasca Tambang Batubara untuk Wisata
Pendidikan di PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin Kalimantan Selatan
bertujuan untuk menata ruang lahan bekas tambang yang mengakomodasi
kegiatan wisata edukasi tambang tanpa menurunkan kualitas lingkungan. Konsep
dasar perencanaan lanskap area bekas tambang Pit 1E Senakin ini adalah
memberikan pengetahuan tentang tambang kepada pengunjung dengan
memanfaatkan ciri khas area pasca tambang, menunjang keinginan masyarakat
dengan memberikan rekreasi, kenyamanan, dan keamanan. Pada akhirnya
diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan, sehingga kesadaran dan kepedulian
pengunjung akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan meningkat.
Konsep Pengembangan
Konsep Ruang
Konsep ruang dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
Senakin memiliki tujuan untuk menata ruang yang akan dikembangkan pada tapak.
Pembagian ruang didasarkan pada kesesuaian aspek fisik, biofisik dan potensi
sumberdaya wisata pendidikan tambang. Pembagian ruang pada tapak dibagi
menjadi empat zona (ruang) berdasarkan aktivitas yang akan dikembangkan yaitu
ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang rekreasi dan ruang konservasi. Diagram
konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 35.
Konsep Aktivitas
Alternatif wisata pendidikan tambang berupa kegiatan edukasi tambang dan
rekreasi. Alternatif kegiatan kegiatan ini memperhatikan kondisi biofisik tapak.
Selanjutnya dari alternatif tersebut diperoleh kegiatan wisata pendidikan terpilih
yang dapat dikembangkan di dalam tapak (Tabel 10). Wisata pendidikan terpilih
yang dapat dikembangkan di dalam tapak diperoleh dari penjumlahan semua
faktor penentu fisik dan biofisik. Penilaian berupa kegiatan yang potensial, cukup
potensial dan tidak potensial.
Tabel 10 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak
Edukasi Rekreasi
Melihat site hasil penambangan
Mempelajari tanaman reklamasi
Aktivitas
Intepretasi vegetasi dan satwa
Melihat pemandangan
Memberi makan ikan
Panjat tebing
Memancing
Lintas alam
Jalan-jalan
Berperahu
Berenang
Bersantai
Fotografi
Olahraga
Bermain
Jogging
Piknik
Sumberdaya
Iklim
a. Suhu ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
b. Angin ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
c. Curah Hujan
d. Intensitas Matahari ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿
e. Kelembaban
Tanah
a. Jenis tanah ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ⦿
b. Erosi ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ⦿
Topografi
a. 0-8 % ● ● ● ⦿ ● ● ● ● ⦿ ⃝ ● ● ● ●
b. 8-15 % ● ● ● ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ⦿ ⦿ ●
c. 15-30 % ⦿ ⦿ ⦿ ⃝ ●
d. 30-45 % ⦿ ⦿ ⦿ ● ⦿
e. >45 % ● ● ● ● ⦿
Hidrologi
a. Kualitas Air ⃝ ⃝ ⦿
b. Fluktuasi Air ⃝ ● ⦿ ⦿ ⦿
c. Kedalaman Air ⃝ ⃝
Biota
a. Vegetasi ⦿ ● ● ⦿ ⦿ ● ⦿ ⦿ ⦿
b. Satwa ⦿ ● ● ⦿ ⦿ ⦿
Visual ● ● ⦿ ⦿ ● ● ● ● ●
Keinginan responden 6 6 - - - - - 16 7 -
1
6 - - - -
1
- - -
(orang) 4 1
Kesimpulan P P P P P TP P CP CP P P P P CP P TP P P P CP
Sumber : Penilaian mengikuti standar De Chiara dan Koppelman (1990), USDA 1968 dalam
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007
Keterangan
P : Potensial ● : Sesuai
CP : Cukup Potensial ⦿ : Cukup Sesuai
TP : Tidak Potensial ⃝ : Tidak Sesuai
62
Konsep Fasilitas
Konsep fasilitas dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
adalah dengan menyediakan fasilitas yang aman, nyaman dan sesuai dengan
budaya lokal serta memberi kesan alami. Fasilitas yang direncanakan
menyesuaikan keadaan fisik dan biofisik tapak, standar yang ada dan daya dukung
tapak. Penempatan fasilitas pada setiap ruang disesuaikan dengan kondisi fisik
tapak (kemiringan lahan), fungsi, aspek visual yang mendukung dan estetikanya.
Perkiraan luas bangunannya disesuaikan dengan standar yang ada dan
penempatannya tidak terlalu masal sehingga mengurangi kesan alami pada tapak.
Fasilitas pelayanan yang direncanakan diantaranya gerbang, loket tiket, ruang
pengelola, ruang informasi, ruang rescue, tempat parkir, pos jaga, mushola, kantin,
kios, toko cindera mata, toilet, gazebo, dek, terminal perahu, museum tambang,
papan informasi, papan nama tanaman, children playground, menara pandang,
keramba jaring apung, shelter, area piknik dan tempat duduk.
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
dikembangkan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung
yang berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak atau dalam ruang itu
sendiri. Konsep jalur sirkulasi primer berupa jalur utama yang menghubungkan
jalan utama dengan ruang penerimaan yang dapat dilalui kendaraan bermotor.
Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang wisata
di dalam tapak yang hanya dapat dilalui pejalan kaki dan jalur sirkulasi tersier
merupakan jalur yang terdapat dalam ruang wisata yang juga hanya dapat dilalui
pejalan kaki ditambah dengan jalur sirkulasi air. Sirkulasi ini direncanakan
mengelilingi sebagian area danau (karena ada area danau yang difungsikan
sebagai area keramba jaring apung). Diagram konsep sirkulasi dapat dilihat pada
Gambar 36.
63
Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi dalam perencananaan lanskap area bekas tambang Pit 1E
Senakin dibagi menjadi lima fungsi, yaitu :
1. Fungsi Konservasi
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk mengkonservasi tanah, habitat satwa dan
air. Vegetasi konservasi di dalam tapak terutama dikembangkan di area
reklamasi dan area lain yang memiliki kemiringan agak curam hingga terjal.
2. Fungsi Penyangga
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk memberi kenyamanan sebagai vegetasi
peneduh dan sebagai pembatas atau pemisah antar aktivitas yang memerlukan
border. Vegetasi penyangga terutama dikembangkan di sekitar area rekreasi.
3. Fungsi Edukasi
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk memberi pengetahuan kepada
pengunjung mengenai pemilihan tanaman yang digunakan dalam proses
reklamasi lahan pasca tambang. Vegetasi edukasi terutama dikembangkan di
area edukasi outdoor.
4. Fungsi Estetika
Pemanfaatan vegetasi berfungsi sebagai elemen keindahan di tapak, yang
mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Vegetasi estetika terutama
dikembangkan di area penerimaan, di sekitar bangunan dan di area rekreasi.
5. Fungsi Pengarah
Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk mengarahkan pada area sirkulasi dan
obyek tertentu. Vegetasi pengarah dikembangkan di jalur sirkulasi dan
diposisikan untuk mengarahkan ke obyek rekreasi.
64
Perencanaan Lanskap
Rencana Ruang
Kawasan wisata pendidikan tambang pada area pasca tambang Pit 1E dibagi
menjadi empat zona ruang yaitu ruang penerimaan, ruang edukasi, ruang rekreasi
dan ruang konservasi. Program ruang yang direncanakan dalam tapak dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11 Program ruang, fungsi, dan luasnya
Setiap ruang di dalam tapak memiliki hubungan yang berbeda antara ruang
yang satu dengan lainnya. Hubungan antar ruang menghubungkan interaksi antar
berbagai ruang/sub ruang yang direncanakan, tingkat hubungan antar ruang pada
tapak dibagi menjadi tiga yaitu Pertama, hubungan yang erat menunjukkan
hubungan antara ruang saling menunjang dan saling berdekatan. Kedua, hubungan
yang cukup erat menunjukkan hubungan antara ruang yang saling menunjang
tetapi tidak harus berdekatan. Ketiga, hubungan yang tidak erat menunjukkan
hubungan antara ruang yang tidak saling menunjang dan tidak saling berdekatan.
Hubungan antar ruang di dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 37.
38
Gambar 38 Rencana Ruang
67
Rencana Sirkulasi
Sirkulasi merupakan sarana penghubung antara ruang dan berbagai fasilitas
penunjang yang terdapat dalam kawasan. Sirkulasi yang direncanakan
mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang berjalan kaki dan berperahu
menikmati pemandangan atau menuju suatu ruang. Selain itu terdapat juga
jogging track bagi para pengunjung yang ingin jogging dan berjalan santai. Selain
itu jalur sirkulasi juga direncanakan bagi masyarakat sekitar yang menggunakan
kendaraan bermotor berupa jalur akses atau sirkulasi umum.
Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga (Tabel 13), yaitu jalur
sirkulasi primer, sekunder dan tersier. Jalur primer berupa jalur utama yang
menghubungkan jalan utama dengan ruang ruang penerimaan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor. Jalur ini direncanakan di gerbang utama tapak dengan lebar
10 m untuk akses keluar masuk dua arah kendaraan dan median jalan, material
yang digunakan berupa jalan aspal.
Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang
wisata di dalam tapak yang hanya dapat dilalui pejalan kaki. Jalur ini
mengakomodasi pengunjung menikmati keindahan tanaman konservasi di
sepanjang jalur dengan berjalan santai ataupun jogging. Material yang digunakan
pada jalur ini berupa paving dengan lebar 2 m.
Jalur sirkulasi tersier merupakan jalur yang terdapat dalam ruang wisata
yang juga hanya dapat dilalui pejalan kaki ditambah dengan jalur sirkulasi air.
Material yang digunakan pada jalur ini berupa paving dengan lebar 2 m.
Sedangkan jalur sirkulasi air yang difungsikan untuk mengakomodasi pengunjung
yang ingin melakukan rekreasi bersampan atau bebek-bebekan. Sirkulasi ini
direncanakan mengelilingi sebagian area danau (karena ada area danau yang
difungsikan sebagai area keramba jaring apung).
Tabel 13 Rencana sirkulasi pada tapak
Panjang Lebar
No Sirkulasi Pengguna Material Penempatan
(m) (m)
1 Primer
Jalur utama Kendaraan 821 10 Aspal Area penerimaan
tapak bermotor
2 Sekunder
Pedestrian Pejalan kaki dan 2328 2 Paving Penghubung antar
pejogging ruang
3 Tersier
Pedestrian Pejalan kaki dan 2008 2 Paving Ruang edukasi dan
pejogging ruang rekreasi
Jalur perahu dan duck 703 - - Danau
rekreasi air boat
69
39
Gambar 39 Rencana Sirkulasi
70
Rencana Vegetasi
Rencana pengembangan vegetasi dilakukan setelah lahan pasca tambang
telah dilakukan revegetasi menggunakan tanaman pioneer atau fast growing
seperti pohon trembesi (Samanea saman ) dan sengon (Albizia falcataria) untuk
memperbaiki kualitass tanah dan membentuk lingkungan yang mendukung
tumbuhnya vegetasi lain. Rencana vegetasi dikembangkan berdasarkan fungsi
vegetasi tersebut antara lain fungsi konservasi, penyangga, edukasi, estetika dan
pengarah.
1. Fungsi Konservasi
Vegetasi konservasi yang akan dikembangkan pada tapak seluas 44,9 Ha.
Salah satu fungsi vegetasi ini adalah untuk mengkonservasi air dan tanah atau
mencegah erosi, sebaiknya vegetasi yang dipilih memiliki perakaran yang
dalam dan mampu mengikat air dengan baik, seperti Bambu (Bambussa sp.),
Vetiver (Vetiveria zizanioides), Beringin (Ficus benjamina) dan Serengan
Jantan (Flemingia congesta). Vegetas-vegetasi tersebut juga dapat ditanam
pada area dengan kemiringan curam (Firmansyah, 2012). Fungsi lain dari
vegetasi konservasi adalah untuk membentuk habitat satwa dan melestarikan
tanaman lokal. Pembentukan habitat satwa dilakukan dengan pemilihan
tanaman lokal yang ditemukan pada tapak sebelum dilakukan pertambangan.
Berdasarkan dokumen ANDAL PT AI Tambang Senakin, pada kawasan Pit 1E
dan sekitarnya terdapat jenis-jenis vegetasi seperti Mahang (Macaranga sp.),
Jajambuan (Eugenia sp.), Binjai Hutan (Mangifera sp.) dan Merambung
(Venonia arborea Ham). Selain itu, pengembalian vegetasi yang dahulunya
cukup dominan, yaitu Bangkirai (Dipterocarpus caudiferus) dan Ulin
(Eusyderoxylon zwageri) akan tetapi jumlahnya sudah sangat jarang.
2. Fungsi Penyangga
Vegetasi penyangga yang akan dikembangkan pada tapak seluas 7.7 Ha,
berfungsi untuk memberi kenyamanan sebagai vegetasi pembatas atau pemisah
antar aktivitas yang memerlukan border. Kriteria vegetasi penyangga adalah
mempunyai tajuk yang cukup rindang, tidak menghasilkan buah yang besar
dan menarik dan tajuknya dapat berfungsi sebagai tabir. Selain itu dipilih
beberapa tanaman lokal pada ruang konservasi sehingga dapat menyangga
habitat satwa pada ruang konservasi. Vegetasi yang dapat ditanam antara lain:
Ulin (Eusyderoxylon zwageri), Alaban (Vitex pubescens), Trembesi (Samanea
saman), Akasia (Acacia mangium), Sengon (Albizia falcataria), Pulai (Alstonia
schularis), dan Jabon (Anthocephalus cadamba).
3. Fungsi Edukasi
Vegetasi edukasi yang akan dikembangkan pada tapak seluas 2,1 Ha,
berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang tanaman reklamasi akan
seringkali digunakan guna memperbaiki lahan pasca tambang. Kriteria vegetasi
reklamasi adalah pioneer atau fast growing, toleran dengan tanah yang kurang
subur, vegetasi lokal maupun non lokal. Vegetasi lokal yang dapat
dibudidayakan antara lain: Alaban (Vitex pubescens), Asam (Tamarindus
indica), Jambu biji (Psidium guajava), Kapuk (Ceiba petandra), Kedaung
(Parkhia rokhia roxbunghi), Ketapi (Sondorikum koetjape) dan Rambutan
(Nephelium sp.). Sedangkan vegetasi non lokal yang dapat dibudidayakan
antara lain: Sengon (Albizia falcataria), Trembesi (Samanea saman), Gmelina
(Gmelina arborea), Jambu mete (Anacardium occidentale L), Johar (Cassia
71
40
Gambar 40 Rencana Vegetasi
73
Rencana Lanskap
Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana
lanskap dikembangkan berdasarkan rencana ruang, rencana fasilitas, rencana
sirkulasi dan rencana vegetasi. Rencana lanskap dapat dilihat pada Gambar 41
yang dilengkapi dengan beberapa gambar perspektif untuk memberi gambaran
terhadap kawasan wisata pendidikan tambang.
74
41
Gambar 41 Site Plan
75
42
Gambar 42 Site Plan (Blow Up 1)
76
43
Gambar 43 Site Plan (Blow Up 2)
77
44
Gambar 44 Illustrsi ruang Penerimaan dan Pelayanan
78
45
Gambar 45 Illustrsi ruang wisata edukasi indoor dan outdoor
79
46
Gambar 46 Illustrsi ruang wisata edukasi pendukung
80
47
Gambar 47 Illustrsi ruang wisata edukasi pendukung 2
81
48
Gambar 48 Illustrsi ruang rekreasi
82
Simpulan
tempat parkir, pos jaga, mushola, kantin, kios, toko cindera mata, toilet, gazebo,
dek, terminal perahu, museum tambang, papan informasi, papan nama tanaman,
children playground, menara pandang, keramba jaring apung, shelter, area piknik
dan tempat duduk.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Permen Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang reklamasi
dan penutupan tambang. (Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. (Ditatapkan di Jakarta pada tanggal 9
Juli 2007)
PT Arutmin Indonesia. 2008. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
PT AI. Senakin.
PT Arutmin Indonesia. 2012. Laporan Pelaksanaan dan Pemantauan Lingkungan
PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin. PT AI. Senakin.
PT Arutmin Indonesia. 2012. Rencana Penutupan Tambang PT Arutmin
Indonesia Tambang Senakin. PT AI. Senakin.
Simonds JO. 1983. Landscape architecture. New York: McGraw-Hill Co.
Spillane JJ. 1995. Ekonomi pariwisata sejarah dan prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan. (Diundangkan di
Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009)
UU RI. Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.
(Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2009)
Yoeti OA. 1983. Pengantar ilmu pariwisata. Bandung: Angkasa.
86
LAMPIRAN
FORM KUISIONER
Yth. Responden, nama saya MUKHLIS PRIBADI. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian mengenai PERENCANAAN LANSKAP WISATA
PENDIDIKAN PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA PT
ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN PROVINSI KALSEL. Saya
berharap Bapak/ Ibu/ Saudara bisa membantu dengan memberikan jawaban yang
sesuai. Data yang Anda berikan dijamin kerahasiaanya. Data ini diperlukan untuk
mewujudkan kawasan pasca tambang menjadi area wisata pendidikan tambang.
No. kuisioner : Tanggal Pengisian :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hobi :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Alamat :
DAFTAR PERTANYAAN
Deskripsi singkat
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisata pendidikan tambang adalah
wisata ke kawasan pertambangan untuk mempelajari bidang tambang. Jadi bisa
disimpulkan bahwa pit 1E akan menjadi daerah tujuan wisata bagi
parapengunjung yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan tentang tambang yang
disajikan dalam kegiatan pendidikan non-formal.
1. Sebagian besar masyarakat menginginkan void (danau) kawasan bekas
tambang Pit 1E sebagai sumber air bersih dan irigasi pertanian?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak Tahu
87
6. Kegiatan wisata dan pendidikan apa yang Anda harapkan di kawasan bekas
tambang Pit 1E Senakin ini? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. mengenal proses penambangan batubara
b. melihat-lihat pemandangan
c. diskusi/berkumpul/mengobrol
d. melihat perlengkapan dan alat-alat tambang
e. memancing
f. tempat duduk dan makan
g. jalan-jalan
h. studi/penelitian/pratikum
i. lainnya………………………..
88
7. Fasilitas yang diharapkan pada area pengembangan ini: (jawaban boleh lebih
dari satu)
a. Gerbang
b. Loket tiket
c. Area parkir
d. Pos keamanan
e. Mushola
f. Kantin
g. Toko cinderamata
h. Toilet / WC / Kamar mandi
i. Museum tambang
j. Menara pandang
k. Jalan setapak mengelilingi sebagian danau
l. Padang rumput
m. Area bermain
n. Area pemancingan
o. Taman
p. Bangku taman
q. Area piknik
r. Area konservasi
s. Keramba Jaring Apung
t. Pintu air untuk mengaliri air bersih
u. Bebek-bebekan untuk mengitari danau
v. lainnya ………………………….
11. Bagaimana cara anda menuju kawasan bekas tambang Pit 1E ini:
a. berjalan kaki
b. naik sepeda
c. naik sepeda motor
d. naik mobil pribadi
e. lainnya……………………….
12. Untuk mengelilingi kawasan ini, jenis transportasi yang anda sukai:
a. berjalan kaki
b. sepeda
c. angkutan massal (mini bus, bus, truk)
d. lainnya………………………
13. Jika PT Arutmin Indonesia keluar dari tambang Senakin, siapa yang anda
harapkan untuk mengelola Area Wisata Pendidikan ini?
a. Masyarakat sekitar
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Kabupaten
d. Aparat Kecamatan
e. Pihak Swasta
f. Lainnya ………………………
Harapan anda terhadap pengembangan kawasan bekas tambang Pit 1E ini sebagai
kawasan wisata pendidikan tambang:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Atas kesediaan bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini saya
ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
90
Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Karakteristik Responden
a Umur :
a. 12-17 tahun - -
b. 18-25 tahun 7 23.3
c. 25-40 tahun 16 53.3
d. > 40 tahun 7 23.3
b Jenis Kelamin :
a. Laki-laki 27 90
b. Perempuan 3 10
c Pekerjaan :
a. Pelajar/mahasiswa 2 6.7
b. Ibu Rumah Tangga 2 6.7
c. Guru 3 10
d. Karyawan Swasta 5 16.7
e. PNS 10 33.3
f. Petani/Nelayan/Pedagang 8 26.7
d Pendidikan terakhir :
a. SD 2 6.7
b. SLTP 7 23.3
c. SLTA 9 30
d. Perguruan Tinggi 12 40
Persepsi terhadap tapak
1 Sumber air bersih dan irigasi pertanian :
a. Benar 30 100
b. Salah - -
c. Tidak tahu - -
Tempat Rekreasi di sekitar kecamatan
2
Sampanahan :
a. Ada - -
b. Tidak Ada 30 100
c. Tidak tahu - -
Setujukah jika kawasan Ex tambang Pit 1E
3 dijadikan KJA dan Area wisata pendidikan
tambang :
a. Setuju 29 96.7
b. Tidak Setuju 1 3.3
c. Tidak tahu - -
91
Lampiran 2 Lanjutan
Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Alasan menjawab Setuju (jawaban >1) :
Memberikan pendidikan dan pengetahuan 4 10.8
Akan mendatangkan pengunjung atau
wisatawan yang banyak sehingga 16 43.2
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar
Belum optimalnya pengembangan kawasan
2 5.4
tersebut selama ini
Pengembangan kawasan dengan pengelolaan
3 8.1
yang baik akan melestarikan kawasan
Keindahan dan suasana alami kawasan
9 24.3
tersebut perlu dimanfaatkan dan dieksplorasi
Lainnya…. 2 5.4
Alasan menjawab Tidak Setuju :
Pendidikan tentang tambang tidak menarik
minat pengunjung
Pengunjung cenderung akan memberikan
pengaruh negatif dan merusak lingkungan
Kawasan ini benar-benar perlu dikonservasi
(dibiarkan apa adanya)
Tanpa kawasan lebih lanjut kawasan ini
sudah cukup baik
Lainnya…. 1 2.7
Bagaimana menurut anda kawasan bekas
4
tambang Pit 1E Senakin?
a. Sejuk 2 6.7
b. Lembab 3 10
c. Panas 25 83.3
Apakah menurut anda pemandangan di bekas
5
tambang Pit 1E Senakin?
a. Sangat indah - -
b. Indah 6 20
c. Kurang indah 24 80
Rencana Pengembangan Aktivitas dan Fasilitas
6 Kegiatan yang diharapkan (jawaban >1) :
Mengenal proses penambangan batubara 13 43.3
Melihat-lihat pemandangan 14 46.7
Diskusi/berkumpul/mengobrol 2 6.7
Melihat perlengkapan dan alat tambang 10 33.3
Memancing 16 53.3
Tempat duduk dan makan 4 13.3
Jalan-jalan 6 20
Studi/penelitian/praktikum 7 23.3
Lainnya…. 1 3.3
92
Lampiran 2 Lanjutan
Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
7 Fasilitas yang diharapkan (jawaban >1) :
Gerbang 9 4.4
Loket Tiket 9 4.4
Area Parkir 17 8.3
Pos Keamanan 8 3.9
Mushola 6 2.9
Kantin 12 5.8
Toko Cinderamata 3 1.5
Toilet/WC/Kamar mandi 11 5.3
Museum tambang 5 2.4
Menara Pandang 8 3.9
Jalan setapak mengelilingi sebagian danau 13 6.3
Padang rumput 7 3.4
Area bermain 11 5.3
Area pemancingan 12 5.8
Taman 12 5.8
Bangku taman 11 5.3
Area piknik 7 3.4
Area Konservasi 8 3.9
Keramba Jaring Apung 9 4.4
Pintu air untuk mengaliri air bersih 19 9.2
Bebek-bebekan untuk mengitari danau 7 3.4
Lainnya 2 1
Aktivitas wisata pendidikan yang diharapkan
8
(jawaban >1) :
Melihat museum tambang 9 13.8
Mengetahui proses penambangan 10 15.4
Mengenal alat-alat penambangan 11 16.9
Mengenal sejarah penambangan di Senakin 7 10.8
Mengenal budaya lokal sekitar tambang 5 7.7
Mempelajari tanaman reklamasi 6 9.2
Mengenal proses reklamasi 11 16.9
Melihat lahan yang ditinggalkan akibat
6 9.2
proses pertambangan
9 Ketersediaan membayar biaya masuk :
a. Ya 25 83.3
b. Tidak 2 6.7
c. Tidak tahu 3 10
93
Lampiran 2 Lanjutan
Frekuensi
No Variable Frekuensi
Relatif (%)
Aksesibilitas/kemudahan anda untuk sampai ke
10
lokasi :
a. Sangat mudah 12 40
b. Mudah 15 50
c. Sulit 3 10
11 Bagaimana cara anda mencapai lokasi :
a. Berjalan kaki 6 20
b. Naik sepeda 3 10
c. Naik sepeda motor 20 66.7
d. Naik mobil pribadi - -
e. Lainnya…. 1 3.3
Untuk mengelilingi kawasan, jenis transportasi
12
yang anda sukai :
a. Berjalan kaki 12 40
b. Sepeda 5 16.7
c. Angkutan massal (mini bus, bus, truk) 6 20
d. Lainnya…. 7 23.3
Harapan anda, siapa pengelola area wisata
13
pendidikan ini?
a. Masyarakat sekitar 22 73.3
b. Pemerintah Provinsi 1 3.3
c. Pemerintah kabupaten 3 10
d. Aparat kecamatan - -
e. Pihak Swasta 3 10
f. Lainnya…. 1 3.3
Sumber : Survei Lapang dari 30 Responden di Desa Papaan dan Gunung Batu Besar
94
95
RIWAYAT HIDUP