ABSTRACT
SITTI NUUR HALIMAH. Evaluation Landscape Project Management of
Discovery Flamine Residences Landscape Bintaro Jaya South Tangerang.
Supervised by KASWANTO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
()++.$ .
)+.$ .
" .
+ +(.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala atas segala
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Evaluasi
Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya
Tangerang Selatan ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap pada Departemen Arsitektur
Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
dari awal kegiatan magang sampai akhir penyusunan. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
1. Orang tua penulis, Bapak Ahmad Mukhlis dan Ibu Ummy Khusnul
Sulastri serta si kembar Muhammad Nail dan Muhammad Nabil atas doa ,
dukungan, dan kesabarannya dalam menunggu selesainya skripsi ini.
2. Dr. Kaswanto, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya dalam memberikan
arahan, masukan, bimbingan, dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini,
3. Ibu Pingkan Nuryanti, ST, MEng dan Ibu Fitriyah Nurul H Utami ST, MT
selaku dosen penguji sidang skripsi yang sangat banyak memberikan
masukan untuk perbaikan skripsi agar menjadi lebih baik lagi,
4. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan masukan di bidang akademik,
5. Ibu T. Arya Cindy, Pak Bambang, Pak Robin, Pak Deri dan Kak Firdha
selaku tim lanskap PT. Jaya Real Property, Tbk, dan seluruh teman-teman
kontraktor lanskap yang telah membantu dan memberi bimbingan selama
kegiatan magang,
6. Teman yang telah banyak membantu dan direpotkan dalam pelaksanaan
magang serta penyusunan skripsi,
7. Arsitektur Lanskap angkatan 2011 (ARL 48) yang sudah mengisi hari-hari
penulis selama belajar di departemen ini penuh dengan kenangan.
DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini yaitu memperoleh pengalaman dan
pengetahuan serta memperluas wawasan di bidang arsitektur lanskap. Sedangkan
untuk tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah
1. mempelajari dan mengikuti proses bekerja di studio dan di lapangan sesuai
dengan manajemen kerja yang diterapkan oleh perusahaan;
2. menganalisis sistem dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proyek
perumahan Discovery Flamine;
3. mengevaluasi indikator manajemen proyek yang terdapat dalam
pelaksaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine;
4. mengajukan usulan rekomendasi manajemen proyek pelaksanaan lanskap
Discovery Flamine.
Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
wawasan dalam bidang pelaksanaan dan evaluasi pekerjaan proyek kontruksi serta
mendapatkan pengalaman kerja nyata. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi pihak pengembang dan menjadi alternatif solusi dari berbagai permasalahan
yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine. Selain
itu juga dapat membangun kerja sama dan hubungan yang baik antara Departemen
Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor dengan pihak PT Jaya Real Property,
Tbk.
Kerangka Pikir
Lanskap yang mempunyai peran sangat penting dalam menjaga
keseimbangan dan menciptakan sebuah lanskap perumahan yang harmonis. Hal
ini menyebabkan diperlukannya pelaksanaan pembangunan yang baik dalam
upaya menciptakan suatu ruang terbuka hijau (RTH) pada lanskap perumahan. PT
Jaya Real Property sebagai salah satu perusahaan yang menerapkan konsep
ECOmmunity pada pembangunan perumahan yang ramah lingkungan dengan
ruang terbuka hijau pada setiap cluster. Salah satu pembangunan yang sedang
berlangsung adalah Discovery Flamine dengan mengutamakan sirkulasi udara dan
desain yang elegan. Kemudian dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan
manajemen proyek yang baik. Kemudian dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk
mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam pembangunan. Alur
kerangka pikir kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Pembangunan Lanskap
Manajemen Proyek
Kegiatan Magang
Pasca Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
manusia, lanskap dapat berbentuk (1) lanskap alami seperti lanskap pegunungan,
rawa, sungai, riverscape; (2) lanskap buatan seperti lanskap kota (urbanscape),
lanskap pemukiman penduduk kota, lingkungan pabrik dan (3) perpaduan
harmonis antara lanskap alami dan buatan seperti suatu lanskap pedesaan dengan
pemukiman manusia, terasering persawahan padi dengan pondok pelepas lelah
dan sebagainya (Adriana,1992).
Taman Lingkungan
Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki
keterbatasan penggunaan dan bentuk fleksibel, dibangun dengan kontruksi yang
minimum dan maksimalkan material alami tanpa diproses terlebih dahulu, untuk
beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi, sosialisasi yang pasif
dan bermain bebas. Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam
pembuatan sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang
jarang ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan
melukis dan bermusik yang tidak hanya memntingkan tampilannya tetapi juga
memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat
dinikmati, jadi ilmu desain tidak hanya untuk dinikmati satu pribadi, tapi untuk
kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.
Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan, taman lingkungan
didefinisikan sebagai lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai
sarana kegiatan lain pada lingkungan. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-
paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah
keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan
kenyaman lingkungan.
Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan cara teknis yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas,
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja.
Dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek dimulai dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengendalian. Kegiatan-
kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan detail dan akurat
untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan sehingga didapatkan produk
akhir yang maksimal. Jika terdapat tindakan koreksi dalam proses selanjutnya,
diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak (Husen, 2010).
Menurut Kerzner (1995), manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Selanjutnya, manajemen
proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan
horizontal. Manajemen konstruksi merupakan bagian dari manajemen proyek
yang mengkhususkan pada bidang konstruksi.Konsep manajemen proyek, yang
mendasari suatu perencanaan, merupakan tindakan strategi pelaksanaan terhadap
pencapaian tujuan yang menjadi prioritas terlaksananya pengaturan proyek
konstruksi secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab
itu, pengendalian manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi
dalam beberapa hal, antara lain (Kerzner, 1995) :
pengidentifikasian terhadap fungsi tanggung jawab untuk dapat
meyakinkan bahwa semua aktivitas dapat terjamin kelancarannya;
mengurangi kebutuhan akan laporan yang berkesinambungan;
pengidentifikasian terhadap batas penjadwalan;
pengidentifikasian terhadap metodologi analisa kerja;
pengukuran tingkat perencanan;
pengujian kemampuan perkiraan terhadap perencanaan ke depan;
dapat mengendalikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tujuan.
Pada dasarnya, manajemen proyek merupakan sebuah pengorganisasian,
pengaturan, pembagian kerja yang mempertimbangkan situasi proyek yang belum
6
jelas dan penuh ketidakpastian, sehingga seorang perencana ditantang untuk dapat
menyelesaikan sebuah proyek sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan
dengan kebijakan yang rasional, efektif, efisien, tepat, dan menyeluruh.
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang terdiri dari
penentuan kebijakan apa yang akan dilakukan, apa yang tidak dilakukan,
pembagian kerja yang teratur, jelas jenis aktivitasnya, mengilustrasikannya
sebagai suatu jaringan kerja aktivitas yang mendeskripsikan aliran hubungan kerja
antar aktivitas dan lainnya (Dreger, 1992).
3. waktu pelaksanaan proyek adalah suatu jangka waktu sebagai hasil suatu
pengujian satu atau lebih metode menyelesaikan pekerjaan atas dasar
biaya minimum;
4. waktu pelaksanaan proyek mengacu pada waktu yang telah ditetapkan
untuk melaksanakan dan melengkapi setiap aktivitas pekerjaan yang
menggunakan semua sumber daya dan informasi proyek di dalam suatu
estimasi atau perkiraan biaya;
5. waktu konstruksi dapat digambarkan sebagai periode yang berlaku dari
pembukaan lokasi kerja hingga waktu penyelesaian bangunan kepada
klien. Hal tersebut umumnya ditetapkan sebelum pembukaan konstruksi.
Pada proses pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada
saat proses pelaksanaan proyek, yaitu faktor internal dan eksternal yang diuraikan
sebagai berikut :
faktor internal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak pelaksana
proyek. Pada proyek kontruksi, pihak pelaksana proyek adalah kontraktor.
Pada faktor internal atau faktor pelaksanaan, aspek-aspek yang potensial
dapat menyebabkan munculnya kendala pada saat pelaksanaan diantaranya
faktor material, alat, pekerja serta manajemen pelaksanaan.
faktor eksternal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak-pihak
diluar pelaksanaan proyek, tetapi berperan langsung atas proses kontruksi.
Pada faktor eksternal, aspek-aspek yang potensial dapat menyebabkan
munculnya kendala disebabkan oleh pihak owner, pengawas serta
perencana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi
dikutip dari Yates (1993) diacu dalam Susanto (2009), antara lain :
1. Alat
Tidak sesuai kapasitas pekerjaan
Kekurangan peralatan
Kurang akurat/perlu kalibrasi
Produktifitas alat rendah
2. Cuaca
Angin
Panas dan kelembaban
Hujan
3. Eksternal
Isu lingkungan
Mulai terlambat dari rencana
Perubahan peraturan
Perizinan
4. Manajemen
Metode konstruksi tidak akurat
Pekerjaan tambahan
Pengendalian kualitas
Jadwal terlalu optimis
Tidak bekerja pada aktivitas kritis
5. Material
Kerusakan barang
Kesalahan pasang
8
Pengiriman material
Kualitas material
6. Owner
Perubahan penugasan
Modifikasi rencana
Estimasi tidak akurat
Campur tangan/gangguan dari owner
7. Pekerja
Kekurangan pekerja
Produktifitas alat rendah
Kelemahan pada penjadwalan tenaga kerja
Kurang persiapan sesuai urutan pekerjaan
Kekurangan rasio pengawas dengan pekerja
Tidak bekerja sesuai urutan pekerjaan
Kecelakaan kerja
8. Teknik
Gambar tidak akurat
Gambar belum dikirim
digunakan berupa barchart serta kurva S, arrow diagram, dan diagram skala
waktu.
Pengendalian proyek dapat dilaksanakan dengan menggunakan perangkat
lunak atau program Microsoft Project. Program ini dikembangkan dan dijual oleh
Microsoft, yang dirancang untuk membantu manajer proyek dalam
mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan
kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja. Microsoft Project
digunakan untuk memperkirakan sumber daya yang dikerahkan untuk pekerjaan,
menghitung biaya, menghitung waktu tingkat kerja, yang dimulai dari tingkat
tugas paling kecil hingga akhirnya ke tingkat proyek. Program ini memiliki
aplikasi untuk membuat jadwal jalur kritis dan rantai kritis. Jadwal dan rantai
kritis dapat divisualisasikan dalam bagan Gantt. Selain itu, Microsoft Project
dapat mengenali kelas yang berbeda dari pengguna. Kelas-kelas yang berbeda dari
pengguna dapat memiliki perbedaan tingkat akses ke proyek, pandangan, dan data
lainnya. Microsoft Project menciptakan anggaran didasarkan pada tingkat
pekerjaan dan tingkat sumber daya yang tersedia. Sumber daya (manusia,
peralatan, dan bahan) dapat dibagi didalam sebuah proyek dengan menggunakan
kolam sumber daya bersama. Setiap sumber daya dapat memiliki penjadwalan
sendiri, yang menjelaskan kapan sumber daya tersebut tersedia. Setiap sumber
daya dapat ditugaskan untuk banyak pekerjaan dalam rencana ganda. Semua
sumber daya dapat dijelaskan dalam label tanpa batas, sehingga perencanaan
sumber daya tidak dapat menentukan berapa banyak produk jadi (hasil) yang
dapat diproduksi dengan jumlah bahan baku yang disediakan. Hal ini membuat
Microsoft Project tidak cocok untuk memecahkan masalah produksi yang dibatasi
oleh bahan yang tersedia (Martendreck, 2012)
Evaluasi Lanskap
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menduga hal-hal
yang sudah diputuskan sebagai upaya mengetahui kelemahan dan kelebihan
keputusan tersebut (Eliza, 1997). Keberlanjutan suatu taman ditentukan oleh
perangkat pengelolaan taman yang baik. Salah satu perangkat pengelolaan
tersebut ialah evaluasi. Tujuan dari evaluasi ini sendiri yaitu suntuk
membandingkan antara hasil dan implementasi dengan standar kriteria yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didukung dengan adanya monitoring saat pelaksanaan.
Monitoring merupakan bagian utuh dari rangkaian proses internal yang dilakukan
rutin dalam pengumpulan informasi, pencatatan, dan pelaporan terhadap kondisi
taman yang ada. Sedangkan evaluasi adalah suatu proses menaksir kinerja dan
keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan pengelolaan taman.
Evaluasi ini menguji kesesuaian kondisi taman dengan rencana/rancangan taman
dan kualitas standar, memberi masukan dan memperbaiki permasalahan yang ada
dan membantu pengelolaan untuk perencanaan mendatang. Mekanisme
monitoring dan evaluasi dilengkapi dengan standar prosedural, indikator, dan
kriteria standar (Arifin et al., 2008).
10
METODE
Batasan Studi
Pengambilan data magang terbatas pada pembangunan lanskap perumahan
sebagai fasilitas umum yang berada di kawasan cluster Discovery Flamine.
Pengambilan data meliputi pembangunan lanskap seperti taman utama, pos jaga,
dan signage. Pengambilan data tidak mencakup area komersial seperti bangunan
rumah dan tidak juga mencakup pembangunan jalan, infrastruktur, dan utilitas
cluster.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat menggunakan
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Alat yang
digunakan yaitu kamera digital, laptop, dan software pengolahan data AHP yaitu
11
Expert Choice v.11. Bahan yang digunakan data kegiatan proyek pembangunan
lanskap, lembar kuisioner, dan penilaian pakar. Data kegiatan proyek disini
berupa kondisi umum perusahaan dan tapak proyek, proses pembangunan proyek
lanskap baik berupa pelaksanaan fisik maupun administrasi.
Metode Magang
Metode magang terbagi menjadi empat bagian berdasarkan tujuan yang
ingin diperoleh, yaitu survei, studi pustaka, wawancara, dan AHP (Tabel 1).
Tabel 1 Metode magang yang digunakan
No Metode Tujuan
1 Survei dan studi pustaka mempelajari dan mengikuti proses
bekerja di studio dan di lapangan
sesuai dengan manajemen kerja yang
diterapkan oleh perusahaan.
2 Survei, studi pustaka, dan menganalisis sistem dan teknik yang
wawancara digunakan dalam pelaksanaan proyek
perumahan Discovery Flamine.
3 Survei, studi pustaka, wawancara, mengevaluasi berbagai indikator yang
dan AHP menjadi faktor keberhasilan dan
penghambat dalam pelaksaksanaan
proyek perumahan Discovery
Flamine.
4 Studi pustaka manajemen proyek mengajukan usulan rekomendasi
manajemen proyek pelaksanaan
lanskap Discovery Flamine.
Survei
Survei dilakukan terhadap data biofisik dan data fisik pelaksanaan lanskap.
Data biofisik ini sendiri merupakan data yang akan digunakan sebagai data
kondisi umum tapak. Data biofisik ini berupa letak dan luas wilayah, aksesibilitas
dan sirkulasi, iklim, topografi, dan geologi tanah yang didapatkan dari perusahaan
maupun turun lapang. Sedangkan kondisi fisik pelaksanaan ini digunakan sebagai
data yang akan dianalisis, mulai dari tahap persiapan hingga pemeliharaan.
Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pembangunan lanskap. Hampir setiap data yang dipakai
membutuhkan proses wawancara mulai dari kondisi umum, pelaksanaan fisik
hingga pelaksanaan administrasinya. Kondisi umum perusahaan disini meliputi
srtuktur organisasi perusahaan, sejarah organisasi, rencana anggaran biaya,hingga
berita acara serah terima.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai pembandinng antara standarisasi
berdasarkan teori-teori dan kejadian di lapang. Studi pustaka ini dilakukan pada
data-data pelaksanaan fisik pembangunan lanskap Discovery Flamine di lapang.
Tidak hanya pelaksanaan fisik, namun ada beberapa pelaksanaan administrasi
12
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan kumpulan data hasil pengamatan di lapang. Metode yang
digunakan berkaitan dengan pengumpulan, peringkasan, dan penyajian data
mengenai pelaksanaan proyek lanskap sehingga memberikan informasi yang
berguna dan menatanya dalam bentuk yang siap untuk dianalisis. Sejumlah data
yang akan dibahas dalam analisis deskriptif ini adalah mengenai kondisi umum
perusahaan, kondisi tapak, pelaksanaan administrasi, dan juga pelaksanaan fisik
proyek lanskap.
Analisis Komparatif
Analisis komparatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan cara
membuat perbanding antar kegiatan yang dilakukan sesuai standar yang berlaku.
Analisis komparatif ini yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan administrasi
dan pelaksanaan proyek lanskap perumahan yang dilakukan. Analisis tersebut
digunakan dengan cara membandingkan kegiatan pelaksanaan proyek yang
dilakukan selama magang dengan teori-teori yang didapat pada studi literatur.
konsistensi rasio. Hal ini dilakukan terhadap semua kriteria menggunakan bantuan
perangkat lunak Expert Choice v.11.
Kuesioner AHP diberikan kepada responden pakar. Responden ditentukan
berdasarkan keahlian dan pengetahuan mereka tentang manajemen proyek.
Pakar yang dipilih sebagai responden sebanyak tiga orang yang mewakili yaitu
praktisi swasta diwakili oleh T Arya Cindy, pakar manajemen proyek oleh Ir.
Meiske Widyawarti, M.Eng., Pakar Teknik oleh Pingkan Nuryanti, ST., M.Eng.
Penentuan pakar sebagai responden memiliki kriteria 1) memiliki keahlian atau
menguasai secara akademik bidang yang diteliti; 2) memiliki reputasi kedudukan
atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang yang diteliti; dan 3) memiliki
pengalaman dalam bidang kajian yang dimiliki. Berdasarkan kriteria tersebut,
terdapat tiga orang responden pakar yang telah ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar pakar penilai komponen manajemen proyek lanskap
Jumlah
Bidang keahlian Asal Institusi/Lembaga
Responden
Praktisi Swasta PT Jaya Real Property 1
Pakar Manajemen Proyek Institut Pertanian Bogor 1
Pakar Teknik Institut Pertanian Bogor 1
Jumlah 3
Kuisioner ini berisi pertanyaan prioritas dengan menggunakan metode
perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan struktur hierarki yang
telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil survei lapang. Setelah itu, dibuat
daftar pertanyaan perbandingan berpasangan dengan jumlah perbandingan
antarkomponen sebanyak 20 perbandingan, jumlah antarvariabel dalam komponen
sebanyak 22 perbandingan, dan jumlah perbandingan variabel terhadap masing-
masing alternatif sebanyak 25 pertanyaan. Semua hal tersebut menjadi bahan
untuk merumuskan evaluasi dan arahan dalam pengambilan keputusan terpenting
dalam penyelesaian masalah. Hasilnya akan menggambarkan struktur dan
pembobotan dari setiap komponen-komponen manajemen proyek. Hal ini
membantu dalam pemilihan prioritas alternatif dalam menghadapi kendala
pembangunan proyek.
Rekomendasi
Rekomendasi diberikan sebagai bentuk alternatif penyusunan strategi dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses pelaksanaan
proyek lanskap yang nantinya dapat meningkatkan kinerja. Rekomendasi yang
diberikan berupa manajemen proyek yang dibuat berdasarkan standar pelaksanaan
pembangunan lanskap yang ideal. Rekomendasi ini dirumuskan sebagai acuan
bagi perusahaan dalam melaksanakan pembangunan lanskap selanjutnya.
14
Kondisi Umum
Sejarah dan Profil Perusahaan
PT Jaya Real Property, Tbk. (JRPT) merupakan salah satu perusahaan
pengembang real estate terkemuka di Indonesia dengan portofolio di Jakarta
Selatan, Barat, dan Pusat. Didirikan pada tanggal 25 Mei 1979 dan memulai
kegiatan usaha pada tahun 1980. Kantor pusat JRPT terletak di CBD Emerald
Blok CE/A No. 1, Boulevard Bintaro Jaya Tangerang-15227, Banten dan proyek
berlokasi di Jakarta dan Tangerang. Perusahaan memfokuskan pembangunan dan
pengembangan kawasan terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari
berbagai tingkatan. Bintaro Jaya merupakan proyek unggulan yang diberi nama
kota satelit, dibangun di atas lahan seluas 2000 hektar dengan beragam pilihan
rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik diantaranya sekolah
unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan, tempat usaha, rekreasi serta
jaringan informasi yang terintergrasi. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak
1994, JRPT berkomitmen untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan
meningkatkan kepercayaan pemegang saham, pelanggan, lingkungan, dan
masyarakat dengan menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Visi dari
perusahaan ini sendiri adalah menjadi salah satu pengembang dan pengelolaan
properti terbaik di Indonesia, dengan misi perusahaan :
1. mencapai pertumbuhan pendapatan diatas rata-rata pertumbuhan industri real
estate dan properti di Indonesia,
2. memberi produk dan pelayanan yang bermutu yang memuaskan konsumen,
3. membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan iklim kerja yang baik
untuk menjaga kinerja yang tinggi,
4. mengoptimalkan produktivitas seluruh sumber daya yang dimiliki demi
memanfaatkan konsumen, pemegang saham, dan karyawan,
5. peduli pada aspek sosial dan lingkungan di setiap unit usaha.
Sebagai perusahaan pengembangan properti JRPT menempatkan prioritas
tertinggi terhadap lingkungan dengan mengambil langkah-langkah dalam
memperbaiki dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan melalui desain
cluster, pengelolaan kawasan dan kegiatan yang meningkatkan kesadaran akan
lingkungan.
Dalam ISO 9001:2008 seluruh hal yang tertera pada Prosedur Kerja dan
Instruksi Kerja (PK/IK) perusahaan harus dilaksanakan, dan seluruh hal yang
dikerjakan oleh perusahaan harus mempunyai bukti tertulis yang valid. Audit ISO
dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu audit internal yang dilakukan antar unit
dalam perusahaan dan audit eksternal yang dilakukan oleh badan sertifikasi ISO.
Berdasarkan dari laporan tahunan JRPT, ECOmmunity memadukan fitur-fitur dan
fasilitas pada hunian dengan lingkungan sekitarnya yang terbagi dalam beberapa
katagori yaitu:
1. health care: mendukung upaya menciptakan udara yang lebih bersih dan air
yang higienis untuk dikonsumsi dengan peduli terhadap pemakaian bahan
bangunan dan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung kesehatan.
Beberapa aplikasinya adalah penggunaan cat berbahan dasar air, pemanfaatan
15
Struktur Organisasi
Pada PT Jaya Real Property ini merupakan sebuah perusahaan property
yang dipimpin oleh komisaris utama Dr. Ir. Ciputra sebagai pendiri Jaya Group,
yang dibantu oleh komisaris, komisaris independen, dan direktur utama.
Perusahaan Jaya Real properti ini mempunyai tiga direktur yang memegang
peranannya masing-masing. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat
pada (Lampiran 1). Selama pelaksanaan magang, mahasiswa di tempakan pada
bagian unit proyek PT. Jaya Real Property, Tbk yang dipimpin oleh seorang
manajer proyek. Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa menjabat sebagai
student training dibawah bimbingan pengawas lanskap. Unit proyek ini bertugas
dalam membangun atau mengimplentasikan produk sesuai gambar kerja yang
telah dibuat oleh unit perencanaan dan pengembangan. Unit proyek terbagi
menjadi beberapa bidang kerja diantaranya bangunan, administrasi dan tender,
serta infrastruktur yang masing-masing bidang kerja dipimpin oleh seorang
koordinator manajer.
Tugas dari masing-masing koordinator berbeda, koordinator manajer
tender dan administrasi bertugas sebagai penanggung jawab dalam pemilihan
kontraktor, pembuatan rancangan anggaran (RAB) serta surat perintah kerja
(SPK). Koordinator manajer bangunan bertugas sebagai penanggung jawab dalam
pelaksanaan pembangunan bangunan. Kemudian, koordinator infrastruktur
bertanggung jawab pada pembangunan jalan dan infrastruktur yang dipimpin oleh
manajer infrastruktur, pembangunan lanskap yang dipimpin oleh seorang manajer
16
lanskap, serta pemasangan pipa-pipa saluran air, kabel listrik dan kabel telepon
yang dipimpin oleh manajer utilitas. Struktur organisasi pada unit proyek dapat
dilihat pada Gambar 3.
Manajer Unit Proyek
Koordinator Manager
Koordinator Koordinator
Manager Tender dan
Manager Bangunan Administrasi
Infrastruktur
Student trainee
Gambar 3 Struktur organisasi pada unit proyek
Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa mengikuti kegiatan yang ada
di lapang seperti mengawasi progres pelaksanaan kontruksi taman. Pelaksanaan
proyek lanskap ini dipimpin oleh seorang manajer lanskap mulai dari pembuatan
jadwal pelaksanaan sampai koordinasi teknis pekerjaan yang ada di lapang.
tahap kedua berada di blok DH/A, DH/BI, DH/H, DH/I, DH/J, dan DH/K
(Gambar 4), untuk gambar yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3 Luas area pada cluster Discovery Flamine
A. Area Komersial (salable area)
Standar Standar Standar Jumlah Luas
Kavling Blok Sudut Khusus %
8 x 15 9 x 15 10 x 15 Unit m
DH-A 7 2 9 1437
DH-B 15 4 19 3067
DH-C 3 1 3 3 10 1905
DH-D 11 6 5 22 4445
DH-E 10 4 14 2081
DH-F 11 4 15 2334
DH-G 10 4 14 2200
DH-H 8 5 2 15 2453
DH-I 7 3 1 11 1750
DH-J 7 3 1 11 1687
DH-K 3 3 8 14 2584
DH-L 4 2 8 14 1986
DH-M 4 1 6 11 1776
Total 11 56 34 44 34 179 29899 59%
terendah terjadi pada bulan September sebesar 22 mm. Sedangkan pada bulan Mei
jumlah curah hujan tidak terukur. Sehingga didapat rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 193.3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari
hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4.9
km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38.3 km/jam.
Drainase
Pada kawasan Distrik Discovery terdapat danau buatan atau polder yang
berfungsi sebagai tampungan air dari sekitar kawasan. Seluruh air buangan pada
cluster termasuk cluster Discovery Flamine mengalir melalui drainase. Drainase
yang digunakan merupakan drainase tertutup dengan penutup grill besi yang
langsung terhubung dengan saluran air atau gorong-gorong yang terletak di berm.
Selanjutnya, saluran tersebut membawa air menuju polder atau danau buatan yang
ada di tengah taman distrik (Gambar 5). Selanjutnya dari polder tersebut air
langsung dialirkan ke sungai terdekat. Sehingga danau ini menjadi tempat
penampungan sementara pada distrik Discovery.
letakkan pada permainan sliding dan juga ayunan. Konsep ini juga terlihat dari
bentukan pola paving taman yang berbentuk seperti kincir angin. Pemakaian
tanaman pada taman utama yaitu tanaman ground cover, semak dan juga pohon.
Penggunaan tanaman pohon bertujuan sebagai peneduh dan tetap memperhatikan
nilai estetikanya. Pepohonan dibuat rapat sehingga keasrian dan kesejukan dapat
dirasakan hingga di sekitar rumah. Hal ini serupa dengan konsep utama District
Park yang mengutamakan keramahan lingkungan.
Pelaksanaan Administrasi
Pelaksanaan administrasi merupakan salah satu proses pelaksanaan dalam
pelaksanaan proyek. Tahap awal dalam melakukan pelaksanaan suatu proyek
lanskap adalah melakukan pemilihan kontraktor lanskap pada pembangunan
cluster Discovery Flamine dilakukan melalui proses tender atau pelelangan.
Pekerjaan yang akan dilelang merupakan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh
beberapa badan yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri yaitu di
bidang pembangunan lanskap. Tender yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan lanskap ini adalah tender tertutup. Kegiatan tender diikuti oleh
beberapa kontraktor yang diundang oleh pihak owner. Pihak owner sudah
menyusun owner estimation (OE) sebelum kegiatan tender berlangsung.
Kemudian pada saat pelakasanaan tender, masing-masing kontraktor diberikan
kesempatan menjelaskan dan mengajukan harga untuk pekerjaan akan yang
dilakukan. Penjelasan tender ini atau Aanwyzing ini dilakukan pada 22 Agustus
2014 dan 20 November 2014, setelah tahap presentasi selesai, dilakukan rapat
tertutup untuk menentukan kontraktor yang memenangkan proyek tersebut.
Kriteria kontraktor yang mendekati dengan harga yang diajukan atau OE dan
berdasarkan kesepakatan harga yang dicapai.
Pengumuman pemenang tender ini dilakukan pada tanggal 29 Desember
2014 dengan tenggat waktu yang dibutuhkan dalam proses evaluasi penawaran
sampai dengan pengumuman pemenang selama 39 hari kalender. Berdasarkan
kesepakatan rapat tertutup yang dilaksanakan oleh pihak owner terdapat dua
kontraktor yang terpilih sebagai pemenang tender pembangunan lanskap cluster
Discovery Flamine yaitu PT Pesona Tamanindo dan PT Sekawan. Pembangunan
proyek lanskap ini dibagi menjadi dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan softscape
dan hardscape taman utama. Pekerjaan hardscape diserahkan kepada PT Pesona
Tamanindo yang meliputi pekerjaan pembangunan pada welcome area seperti
pos jaga, kanopi, wing gate, pagar, signage serta jalur pedestrian dan
pembangunan hardscape pada taman yaitu pembuatan bangku taman, children
playground, shelter, dan lampu dekoratif. Sedangkan pada pekerjaan softscape
dikerjakan oleh PT Sekawan meliputi pengadaan dan penanaman taman.
Setelah ditetapkan pemenang tender barulah dilakukan pertemuan untuk
membahas hasil keputusan tender. Pada tender ini tidak terdapat sanggahan atau
penolakkan dari pihak kontraktor. Kemudian, barulah dibahas mengenai pre-
contruction pada 20 November 2014. Rapat ini diselenggarakan oleh pihak owner
yang dihadiri oleh manajer dan pengawas lanskap, perwakilan dari bagian
administrasi, perwakilan unit perencanaan dan pengembangan, dan pihak
kontraktor yang memenangkan tender. Pertemuan ini membahas mengenai waktu
pengerjaan, paket pekerjaan, metode pelaksanaan, struktur organisasi di lapang,
21
rencana pengajuan shop drawing dan material, serta teknis di lapang. Setelah
semua dibahas secara bersama barulah dimulai kesepakatan kerja antara kedua
belah pihak.
Tahap selanjutnya merupakan pembahasan mengenai penyusunan surat
perintah kerja (SPK) pada waktu pertemuan yang sama dan penandatangan
kontrak pada waktu yang bersamaan. Kemudian, kontraktor menunggu SPK turun
dan SPK diterbitkan pada tanggal 16 Januari 2015 penerbitan SPK ini menjadi
periode awal dari pekerjaan pembangunan lanskap. Setiap kontraktor
mendapatkan dua SPK untuk pekerjaan pembangunan lanskap, untuk PT Pesona
Tamanindo menerima SPK untuk pekerjaan pembangunan hardscape pada
welcome area (Lampiran 3) dan taman cluster (Lampiran 4), sementara PT
Sekawan menerima SPK untuk pengadaan softscape taman berm, dan taman
cluster. Berdasarkan pengamatan di lapang kontraktor memulai pekerjaan
pembangunan setelah mencapai kesepakatan kontrak kerja, bukan pada saat SPK
telah selesai diterbitkan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang akan dilaksanakan
terlalu banyak dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan dan juga waktu
penerbitan SPK yang cukup lama. Pihak owner tidak mempersalahkan hal
tersebut, mengingat hubungan antara owner dan pihak kontraktor yang sudah
saling percaya satu dengan yang lainnya.
Tenggat waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan hardscape yang
tercantum pada SPK adalah selama 91 hari kalender terhitung tanggal 19 Januari
2015 untuk pekerjaan welcome area dan pada pekerjaan taman cluster ditargetkan
selesai pada akhir bulan Mei. Sedangkan untuk pekerjaan softscape ditargetkan
selesai pada akhir bulan Mei setelah pekerjaan hardscape selesai dikerjakan. SPK
tidak hanya mengatur mengenai target waktu pelaksanaan pekerjaan saja,
melainkan mengenai lingkup pekerjaan, syarat-syarat pekerjaan, harga SPK, cara
pembayaran, alat, dan bahan, waktu pelaksanaan pekerjaan, masa pemeliharaan,
sanksi, dan larangan. Mengenai cara pembayaran, pada setiap termin pembayaran
dibagi berdasarkan progres pekerjaan yang telah dikerjakan di lapang. Cara
pembayaran untuk pekerjaan welcome area ini dibagi menjadi lima termin. Hal ini
juga berlaku untuk pembayaran pekerjaan hardscape pada taman cluster. Termin
yang pertama yaitu pembayaran dibayarkan setelah progres pekerjaan selesai
25%, dilakukan pembayaran 20% dari harga total. Kemudian, pada termin kedua
dilakukan setelah progres kerja di lapang selesai 50% dapat dilakukan
pembayaran sebesar 25% dari harga total. Termin ketiga dibayarkan sebanyak
25% setelah progres kerja selesai 75% dan pada termin keempat dibayarkan
sebesar 25% setelah progres selesai 100%. Pembayaran terakhir sebesar 5%
dibayarkan ketika selesai masa pemeliharaan non struktur selama tiga bulan dan
dibuktikan dengan berita acara serah terima.
Pembayaran pekerjaan softscape dilakukan dalam lima termin juga baik
untuk pembayaran pekerjaan taman utama. Pembayaran pada termin pertama
dilakukan setelah progres di lapang selesai 25% dengan total pembayaran sebesar
20% dari total pembayaran. Selanjutnya, pada termin kedua dan seterusnya
dilakukan pembayaran dengan jumlah yang sama dengan pembayaran terhadap
pekerjaan hardscape. Kemudian, pembayaran terakhir sebesar 5% dibayarkan
ketika selesai masa pemeliharaan non struktur selama tiga bulan dan dibuktikan
dengan berita acara serah terima. Selain itu pada SPK tertulis bahwa kontraktor
wajib membuat time schedule dan rencana progres pekerjaan (s-curve) di awal
22
yang sering terjadi pada sore hari sehingga pekerjaan terkadang hanya
berlangsung setengah hari.
2. Pembuatan Pondasi
Pondasi merupakan bagian terbawah dari sebuah bangunan yang
menyalurkan gaya dari beban hidup dan beban mati yang bekerja secara vertikal
pada system upper structure dengan aman ke tanah. Karena memiliki fungsi yang
penting dalam pembangunan kontruksi, pemilihan pondasi menjadi suatu hal yang
penting seperti jenis tanah, kedalaman tanah keras, daya dukung tanah, dan level
air tanah perlu dipertimbangkan. Area yang akan dibangun pos jaga ini memiliki
jenis tanah yang padat dan kedalaman tanah keras yang dangkal. Sehingga
permukaan tanah yang akan dibangun dinilai cukup kuat dan stabil untuk
menahan beban bangunan. Oleh karena itu, pondasi yang digunakan dalam
pembangunan ini adalah pondasi dangkal yang ditempatkan tepat di bawah yang
menyalurkan langsung beban bangunan pada tanah penopang dengan tekanan
vertikal (Gambar 8).
menahan tekanan. Pada pengerjaan dinding pos jaga ini dibutuhkan 6 tenaga kerja
dan di bagi menjadi beberapa tugas seperti pengadukan semen, pemasangan batu
bata merah, dan finishing. Bata merah akan dipasang dengan menggunakan
mortar yang bertujuan untuk mengikat kontruksi bata. Mortar yang akan
digunakan merupakan jenis mortar semen biasa yang terdiri dari campuran semen
portland, pasir, dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Pengerjaan ini
memakan waktu selama 12 hari, selama pengerjaan ini kendala yang ada di lapang
berupa keadaan cuaca di lapang yang sulit ditebak dan intensitas hujan yang
cenderung tidak stabil. Keterbatasan tenaga kerja membuat pekerjaan dilakukan
secara bergantian dengan melihat pekerjaan mana yang paling penting untuk
dikerjakan dan selebihnya pekerjaan dapat diselesaikan tanpa kendala.
Pekerjaan selanjutnya yaitu pengecoran kolom pada pos jaga yang
dilakukan secara bertahap. Sebelum melakukan pengecoran, pekerjaan yang
terlebih dahulu dilakukan adalah pembuatan kerangka kolom terlebih dahulu.
Kerangka yang dipergunakan dalam pembuatan kolom ini adalah besi dengan
diameter 8 mm (Gambar 9a). Setelah kerangka selesai dipasang, langkah
selanjutnya adalah pembutan bekisting. Pemasangan bekisting ini bertujuan untuk
menahan bahan coran yang akan dituangkan dalam pondasi. Bekisting yang
digunakan pada pembangunan ini merupakan bekisting konvesional atau
tradisional dengan menggunakan kayu yang dapat dipasang dan dibongkar.
Pemasangan bekisting ini tidak memakan banyak waktu dalam pengerjaannya dan
kendala yang dihadapi pada pemasangan bekisting ini tidak ada. Setelah
pemasangan bekisting selesai, barulah dibuat adukan beton bertulang dengan
perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan air yang digunakan sebanyak 1/2
dari volume semen (Gambar 9b).
(a) (b)
Gambar 9 Pembuatan kerangka kolom pos jaga (a), proses pengeringan coran
kolom pos jaga (b)
Takaran yang digunakan disini sesuai dengan volume satu karung semen,
seharusnya penakaran menggunakan ember yang biasa digunakan dalam kontruksi
agar lebih akurat. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat waktu dalam proses
pengadukan beton. Pekerjaan selanjutnya, penuangan beton yang dilakukan secara
manual dengan menggunakan ember kontruksi dan dilakukan oleh seorang
pekerja dan dua orang pengangkut beton. Pekerjaan seharusnya membutuhkan
lebih banyak pekerja agar beton tidak cepat kering dan kolom yang dihasilkan
memiliki kualitas baik.
26
(a) (b)
Gambar 11 Pelepasan bekisting pada atap pos jaga (a), kegiatan plesteran pada
atap pos jaga (b)
5. Pemasangan Kloset, Keramik, Jendela dan Pintu
Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah pemasangan kloset, pekerjaan
ini dilaksanakan setelah pipa PVC sudah dipasang terlebih dahulu. Sebelum kloset
dipasang, dibuatkan pola untuk memperkirakan pemasangan keramik pada lantai.
Selanjutnya dipersiapkan adukan beton dengan campuran pasir dan semen untuk
membuat cekungan pada ujung pipa sesuai dengan bentuk kloset. Pekerjaan
pemasangan ini hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu hanya sehari dan
pengerjaan ini bukanlah pekerjaan yang kritis. Sedangkan untuk proses
pengeringan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan keramik lantai
bagian luar kamar mandi. Adukan semen untuk pemasangan kramik ini
menggunakan perbandingan 1 semen : 6 pasir dengan ketebalan yang dipakai 3
cm dari permukaan lantai (Gambar 12).
(a) (b)
Gambar 13 Pasangan keramik pada dinding toilet pos jaga (a), finishing
pemasangan keramik kloset pos jaga (b)
14a). Pondasi yang digunakan dalam pembangunan kanopi ini pondasi setempat.
Selanjutnya, tahap serta material yang digunakan pada pondasi setempat ini sama
dengan pembuatan pondasi pada pos jaga. Pekerjaan ini membutuhkan waktu
selama tujuh hari dan dikerjakan oleh 6 orang pekerja dengan satu mandor.
Pelaksanaan selanjutnya yaitu pembuatan kolom kanopi, material dan tahap
pembuatan kolom kanopi ini sama dengan pembuatan kolom pada pos jaga.
Namun, pada tahap pengecoran kolom kanopi ini dilaksanakan dalam 3 tahap
pengecoran yaitu bagian bawah, tengah, dan atas (Gambar 14b).
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 14 Pekerjaan galian tanah pondasi dan pemasangan kerangka kolom
kanopi (a), pekerjaan pengecoran kolom kanopi bagian atas (b)
Seharusnya pada pekerjaan pengecoran ini dilakukan sekali saja untuk
mendapatkan coran yang baik dan kokoh. Apabila dikerjakan secara bertahap
dikhawatirkan hasil coran tidak tersambung dengan baik. Pekerjaan ini
dilaksanakan dalam 14 hari dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja dan
satu mandor. Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan balok kanopi dimulai dari
pembuatan kerangka balok yang kemudian disambungkan pada kedua kolom yang
telah dicor (Gambar 16a). Kemudian bekisting dipasang pada kerangka balok dan
barulah dimulai tahap pengecoran balok (Gambar 16b). Pembuatan balok ini
memakan waktu selama 7 hari dengan jumlah pekerja 6 pekerja dan satu mandor.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan ini adalah bahan terlambat datang dan
cuaca yang tidak menentu. Pembuatan beton secara bertahap juga memakan
banyak waktu pengerjaan sehingga waktu menjadi tidak efisien.
(a) (b)
Gambar 15 Kegiatan pembuatan kerangka balok untuk kanopi (a), proses
pengeringan coran balok kanopi (b)
30
Waktu penyelesaian selama tujuh hari dan tenaga kerja yang dibutuhkan
enam orang pekerja tersebar pada dua area pondasi yang berbeda. Selanjutnya
pemasangan ACP kanopi yang berukuran 75 m. Waktu pelaksanaan selama dua
hari pengerjaan dan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 4 orang pekerja ahli
dalam bidang pemasangan kanopi ACP. Pekerjaan pembangunan pagar dimulai
bersamaan dengan pembuatan rangka kanopi, pekerjaan itu meliputi pembuatan
pondasi dan kolom. Pekerjaan pembuatan kolom hampir sama dengan pembuatan
kolom pos jaga. Hanya saja yang membedakan adalah tinggi dan lebar kolom
yang digunakan berukuran 30 x 30 cm. Waktu pelaksanaan selama tujuh hari
dengan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak enam orang pekerja (Gambar 17).
Kemudian setelah kolom selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bata merah,
plesteran, dan pengacian yang dikerjakan selama tujuh hari.
Pada bagian ujung atas dan bawah diberikan kerangka engsel terlebih dahulu
sebelum dilakukan tahap finishing kolom pagar. Kemudian pembuatan gerbang
yang terbuat dari besi hollow dikerjakan di lokasi pembangunan yang dilakukan
oleh pekerja yang ahli dalam bidang pengelasan dan pembuatan kerangka dari
besi (Gambar 18a). Pengerjaan kerangka gerbang ini membutuhkan waktu selama
tiga hari dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan sebanyak 4 orang pekerja.
Kemudian setelah pekerjaan kerangka pintu gerbang selesai, kerangka tersebut
dipasang pada engsel pagar yang telah dipasang. Selanjutnya tahap finishing
dilakukan dengan pengecatan pagar (Gambar 18b).
(a) (b)
Gambar 18 Proses pembuatan dan pengelasan kerangka pagar (a), proses
pemasangan kerangka pagar (b)
Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan gerbang adalah adanya kecelakaan
proyek, yaitu pagar yang telah terpasang tidak sengaja tertabrak oleh truk angkut
muat barang yang keluar masuk proyek. Sehingga perbaikan ini menyebabkan
pertambahan waktu namun tidak sampai mengganggu pekerjaan yang lain.
Pembangunan Dinding Dekoratif
Langkah pertama pembuatan dinding dekoratif yaitu pembersihan dan
perataan lahan yang akan dibangun signage yang berukuran 14 x 5,5 m. pada
pelaksanaan ini hampir sama dengan pelaksanaan pembangunan sebelumnya yang
membedakannya hanya waktu pelaksanaannya saja (Gambar 19a). Namun, ada
pekerjaan yang berbeda dari pembangunan yang lainnya seperti pembuatan ban-
banan dinding, pembuatan signage, dan pemasangan nama signage. Tahap awal
pembangunan dimulai dari pembuatan pondasi batu kali, pada setiap jarak 2 m
diberi kerangka besi untuk oembuatan kolom. Pondasi ditanam pada kedalaman
60 cm. Waktu pelaksanaan selama tujuh hari dengan jumlah tenaga kerja enam
orang pekerja dan satu mandor (Gambar 19b).
Selanjutnya pembuatan sloof signage yang dilaksanakan pada hari ke tiga
belas dengan panjang 1350 cm dan lebar 25 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan pada
sela-sela pembangunan pos jaga. Pekerjaan dilaksanakan selama tujuh hari
pekerjaan dengan jumlah pekerja yang sama yaitu enam orang pekerja. Pekerjaan
selanjutnya, pemasangan bata merah terlebih dahulu sebelum ke tahap
pengecoran. Bata merah yang akan dipasang memilik panjang 14 m dengan tinggi
5.5 m. Waktu pengerjaan selama 3 hari dan jumlah pekerja yang dibutuhkan enam
orang pekerja dengan didampingi satu mandor.
32
(a) (b)
Gambar 19 Pembersihan dan penggalian tanah dinding dekoratif(a),proses
pembuatan pondasi batu kali (b)
Teknis yang digunakan dalam pekerjaan ini sama dengan pekerjaan
pemasangan dinding pada pos jaga yang membedakan hanya waktu pelaksanaan
dan jumlah material yang dipakai. Setelah pekerjaan pemasangan batu bata
mencapai 3 m, dilanjutkan dengan pembuatan kolom signage yang terletak pada
tiga titik (Gambar 20a). Kolom pondasi pada signage ini dibuat bertahap
dikarenakan kolom yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan kontraktor untuk
meminimalisir resiko kegagalan pada pembuatan kolom seperti terjadinya
pembekokan pada kolom yang dibangun. Setelah pekerjaan selesai barulah
diteruskan pemasangan batu bata hingga selesai dan dilanjutkan dengan
pengecoran kolom tahap selanjutnya (Gambar 20b).
(a) (b)
Gambar 20 Proses pemasangan batu bata dan pengecoran kolom dinding
dekoratif (a), proses pemasangan lanjutan
Pekerjaan pembuatan pola dinding dekoratif dilakukan bersamaan dengan
pemasangan bata merah setelah bata merah kering. Dinding yang sudah dipola
kemudian dihancurkan sesuai dengan batas pola dengan menggunakan palu, dan
alat pemahat untuk merapihkannya (Gambar 21a). Kemudian pada pinggiran pola
diberikan ban-banan yang terbuat dari adukan semen dan pasir. Hal pertama yang
dilakukan pada pembuatan ban-banan ini yaitu pemasangan bekisting pada
pinggiran pola. Setelah terpasang barulah dituangkan adukan semen pada
bekisting (Gambar 21b). Dinding yang telah selesai dipola selanjutnya dilakukan
pengacian. Pekerjaan pengacian ini menggunakan teknik dan material yang sama
pada dinding pos jaga (Gambar 21c).
33
(a) (b)
(c)
Gambar 21 Proses pembuatan pola pada dinding (a), proses pembuatan ban-
banan (b), dan proses pengacian ban-banan dinding dekoratif (c)
Tahap selajutnya pengecatan pada dinding setelah acian kering yang
dimulai pada bagian depan dinding dekoratif (Gambar 22a). Setelah cat bagian
depan kering barulah dilakukan pemasangan kerangka untuk menempatkan
signage pada dinding dekoratif (Gambar 22b). Pekerjaan ini dilakukan bersamaan
dengan pengecatan bagian belakang dinding dekoratif. Pemasangan kerangka
dilakukan oleh pekerja yang sama dengan pembuatan pagar dan kanopi. Sehingga
pekerjaan pengecatan dapat dilakukan karena yang melakukan pekerjaannya
adalah pekerja tetap dari kontraktor.
(a) (b)
Gambar 22 Pengecatan pada dinding dekoratif (a), proses pemasangan signage (b)
Pekerjaan dinding dekoratif dan pemasangan signage dilakukan dalam
waktu tiga bulan dengan jumlah pekerja sebanyak enam orang pekerja dan satu
mandor lapang. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan ini terkait dengan
cuaca yang tidak menentu, tenaga kerja yang kurang produktif, dan pasokan
material yang kurang tepat waktu sehingga pekerjaan sempat tertunda.
34
yang ditempatkan pada area yang berbeda. Setelah dilakukan pematokan dan
pembuatan pola tapak selanjutnya diberikan lapisan pasir. Barulah paving disusun
sesuai dengan alur yang telah dibuat (Gambar 25). Setelah itu bagian tepi dibatasi
dengan curb dan pada sela-sela pavement diberikan pasir agar tidak ada rongga
antar pavement (Gambar 26). Kemudian paving dipadatkan menggunakan stamper
untuk membuat paving menjadi rata.
(a) (b)
Gambar 27 Proses pemadatan tanah menggunakan stemper (a), dan poses
pembuatan pola kincir pad ataman cluster (b)
36
Gambar 29 Proses pembersihan paving dari batu koral yang tidak terpasang
b. Planter Box
Ukuran planter box yang akan dibuat memiliki ukuran dan bentuk yang
berbeda. Pada planter box yang berbentuk kotak memiliki ukuran 2 x 2 m dan
untuk planter box lingkaran memiliki diameter 2 m. Pekerjaan ini dilakukan
dengan pembuatan pondasi terlebih dahulu kemudian barulah pemasangan bata
merah dilakukan. Selanjutnya dilakukan pengacian pada bagian dalam palnter box
dengan teknik dan bahan yang sama dengan pengacian sebelumnya (Gambar30).
Setelah pekerjaan selesai dilanjutkan dengan pemasangan keramik batu alam dan
pada bagian atas dilakukan pengecatan. Pekerjaan ini membutuhkan waktu selama
21 hari dengan jumlah pekerja empat orang pekerja.
c. Shelter
Pembangunan ini diawali dengan pembuatan bench yang diletakkan di
tengah shelter. Bench ini tidak memiliki bentuk yang istimewa hanya berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 2 x 0,5 m. Pekerjaan bangku taman ini sama
dengan pembuatan planter box yang membedakan hanya ukuran dan pada bagian
dalam diberikan tanah untuk memberikan volume pada bangku taman (Gambar
32a). Setelah terisi tanah barulah bagian atas diberikan semen beton untuk
membentuk bentukan yang datar. Kemudian barulah dilakukan pengacian pada
bangku taman tersebut (Gambar 31b).
(a) (b)
Gambar 31 Bangku taman yang telah terisi tanah (a), bangku taman yang telah
diplester
Setelah pembuatan bangku taman selesai, dilanjutkan dengan pembuatan
podasi yang diawali dengan pekerjaan galian tanah yang berukuran 30 x 30 cm
dengan kedalaman 60 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan besi siku
pada pinggiran sebagai krangka pembatas dan dilanjutkan dengan pemasangan
wiremash sebagai pengikat lantai beton (Gambar 32). Tahapan selanjutnya
pengecoran lantai shelter dan pemasangan keramik batu alam setelah pengecoran
kering. Pemasangan keramik dan pengecoran dilakukan sebagian saja karena pada
bagian pinggir shelter akan dipasang tiang sebagai penyangga atap shelter
kemudian dilakukan pengecoran (Gambar 33).
38
d. Children Playground
Pada taman cluster terdapat dua jenis permainan anak yang dibangun yaitu
permainan ayunan dan sliding anak. Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah
pekerjaan galian tanah yang akan digunakan sebagai pondasi dari permainan yang
akan dibangun. Pondasi yang digunakan pada kedua jenis permainan berbeda
39
untuk pondasi cor digunakan pada permainan ayunan dan untuk pondasi setempat
digunakan pada permainan sliding. Pada pembuatan ayunan, hal pertama yang
perlu disiapkan yaitu pembuatan kerangka ayunan yang terbuat dari besi pipa
berdiameter 15 cm yang pelaksanaannya dilakukan dibengkel las. Jumlah kolom
yang digunakan sebanyak dua kolom yang digunakan juga sebagai kerangka
pondasi. galian tanah selesai, kemudian diberikan coran semen sebelum kerangka
ayunan (Gambar 35). Setelah coran kering barulah kerangka dipasang pada lubang
yang telah dipasang (dicor dan kemudian dilakukan pengecoran lanjutan hingga
kepermukaan lubang.
(a) (b)
Gambar 39 Pengecatan seluruh bagian sliding (a), dan pemasangan baling-baling
kincir angin pada sliding (b)
e. Sculpture
Letak sculpture berada di tengah planter box taman cluster. Bentuk dari
sculpture ini diambil dari permainan anak-anak yang menggunakan angin yaitu
laying-layang agar sesuai dengan konsep cluster Discovery Flamine sendiri.
Pekerjaan pertama yaitu pembuatan kerangka sculpture yang dilakukan di bengkel
las dan kemudian pada tahap penghalusan sambungan las dilakukan di lapang
(Gambar 40a). Pekerjaan ini kemudian dilakukan pengecoran sampai ke titik
permukaan tanah dengan menggunakan campuran material yang sama dengan
pengecoran yang lainnya (Gambar 40b). bersamaan dengan pembuatan pondasi,
pekerjaan pertama yaitu penggalian tanah sedalam 50 cm dan dilakukan
pemasangan kerangka besi kolom sebanyak tiga buah.
(a) (b)
Gambar 40 Proses pengamplasan kerangka sculpture (a), dan pengecoran
pondasi sculpture taman cluster (b)
Selanjutnya pemasangan kerangka sculpture ke dalam kolom yang telah
terpasang bekisting. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu ketiga
rangka dihubungkan satu dengan yang lainnnya dengan besi siku tambahan. Hal
ini dilakukan untuk menopang kerangka agar tidak jatuh selama tahap pengecoran
(Gambar 41a). Kemudian kolom dicor menggunakan campuran semen cor yang
pengadukan dan pengecoran dilakukan secara manual. Setelah itu dilakukan
pengeringan coran selama tujuh hari kerja. Setelah itu bekisting dilepaskan dari
coran dengan menggunakan palu, kapak kecil, dan sendok semen (Gambar 41b).
42
(a) (b)
Gambar 41 Proses pengeringan coran kolom (a), dan proses pelepasan
bekisting kolom (b)
Tahap selanjutnya pengecatan bagian atas layang-layang yang telah
dipasang (Gambar 42). Pengecatan ini dilakukan ditahap akhir agar cat tetap
bersih karena apabila dilakukan diawal pemasangan ditakutkan akan kotor dan
perlu pengecatan ulang. Pekerjaan ini dilaksanakan selama kurang lebih 14 hari
dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja las dan pekerja bangunan dengan
satu mandor. Kendala yang ditemukan di lapang tidak ditemukan dan
pembangunan berjalan dengan lancar.
3. Pekerjaan Softscpae
Pekerjaan softscpae ini terdiri dari pekerjaan persiapan, penanaman
rumput, semak, dan juga pohon yang dikerjakan setelah 80% pembangunan taman
selesai dan pemeliharaan. Pada pekerjaan softscape taman ini dikerjakan oleh
kontraktor yang berbeda dan khusus dibidang penanaman. Kontraktor yang
ditugaskan melakukan pekerjaan penanaman yaitu PT Sekawan. Pada
pelaksanaannya PT Sekawan juga sebagai pemasok tanaman yang akan ditanam.
Pada tahap persiapan, hal yang dilakukan terdiri dari pembersihan dan
pembentukan lahan seluas 285 m dengan kebutuhan soil mix sebanyak 50 m.
kemudian untuk penopangan pohon dibutuhkan steger bambu sebanyak 3 per
pohon dengan jumlah total steger sebanyak 29 set. Pada pekerjaan penanaman
taman cluster terdapat berbagai jenis tanaman pohon dan semak yang dipakai
(Tabel 4).
43
Tabel 4 Daftar jenis tanaman pohon dan semak pada taman cluster
Tanaman Spesifikasi
No Jumlah Satuan
Nama Latin Nama Lokal Tinggi D. Batang
Pohon
1. Ficus elastica Beringin Karet 3m 20 cm 2 Pohon
Kuning
2. Ranunculus Buttercup 4m 20 cm 11 Pohon
occidentalis
3. Terminalia mantaly Ketapang kencana 5 m 11 Pohon
4. Palaquium Nagasari 2,5 m 5 Pohon
rostratum
Semak
5. Dianells ensifolia Dianela 0,3 m 252 Nos
6. Crinum sp Bakung 0,3 m 262 Nos
7. Oleina syzygium Pucuk Merah 0,3 m 28 Nos
8. Eragrostis curvula Lovegrass Hijau 0,3 m 557 Nos
Kasar
9. Osmoxylon lineare Kaki laba-laba 0,2 m 157 Nos
10. Ananas bracteatus Nanas merah 0,3 m 110 Nos
11. Jasminum sambac Karombosa 0,3 m 40 Nos
12. Tabernaemonantana Saberna mini 0,3 m 71 Nos
corymbosa
13. Xanadu philodendron Phillo xanadu 0,3 m 56 Nos
Rumput
14. Axonophus Rumput Gajah 213 Nos
compressus Mini
(Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2015)
a. Penanaman Pohon
Pohon yang digunakan pada taman cluster cukup beragam yang terdiri dari
buttercup, ketapang kencana, beringin karet kuning, dan nagasari. Setelah tahap
persiapan barulah penanaman dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga kerja yang disediakan oleh kontraktor tanaman. Hal yang dilakukan
pertama yaitu pembuatan lubang tanam dengan diameter rata-rata 1 x 1 x 1 m
sesuai dengan diameter akar pohon 40 cm. Letak pohon yang akan ditanam
terdapat sedikit perubahan, tidak sesuai dengan gambar kerja karena melihat
kondisi lapang yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penanaman.
Setelah lubang tanam siap, barulah pohon ditanam pada lubang tanam
yang dilakukan secara manual dan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak enam
orang pekerja untuk mengangkut pohon dari pick up ke lubang tanam (Gambar
43). Setelah penanaman selesai dilakukan, pada masing-masing pohon yang baru
ditanam diberi steger pada ketiga sisi pohon. Hal ini dilakukan agar pohon yang
baru ditanam kokoh dan tidak mudah roboh. Steger ini ditancapkan ke dalam
tanah sedalam 10 cm dan pada bagian ujung atas diikat dengan menggunakan tali
rapia agar steger terpasang dengan kokoh. Kemudian pohon disiram dengan
menggunakan tangki air. Kendala yang dihadapi saat di lapang yaitu terdapat
pohon ketapang yang mengalami kekeringan karena pohon tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
44
Pemeliharaan
Setelah pekerjaan penanaman pada taman selesai barulah dilakukan
pekerjaan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara rutin oleh pihak
kontraktor hingga selesai masa retensi. Masa retensi yang diberikan kepada pihak
kontraktor selama tiga bulan. selama masa pemeliharaan mahasiswa tidak
mengikuti secara penuh dikarenakan waktu magang mahasiswa sudah berakhir.
Kegiatan pemeliharaan yang dapat diamati oleh mahasiswa hanya tahap
penyulaman dan penyiraman saja.
46
1. Penyulaman
Kegiatan penyulaman ini merupakan kegiatan penggantian tanaman yang
rusak atau sudah mati. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan
pada tanaman yang sudah ditanam. Seperti tanaman rumput yang berada di taman
utama dilakukan penyulaman di beberapa tempat rumput yang mati. Pekerjaan
penyulaman ini tidak membutuhkan waktu yang lama karena area penyulaman
tidak terlalu luas. Sehingga dalam pengerjaannya hanya membutuhkan waktu satu
jam saja. Tenaga kerja yang dibutuhkan pun tidak terlalu banyak, hanya seorang
pekerja saja.
2. Penyiraman
Penyiraman tanaman ini dilakukan dengan menggunakan mobil tangki air
kecil. Kegiatan ini dilakukan dua kali sehari pada jam delapan pagi dan sekitar
jam empat sore (Gambar 47). Pada saat terjadi hujan penyiraman ini tidak
dilakukan karena tanah sudah menyimpan air sehingga kebutuhan air pada
tanaman sudah terpenuhi. Kapasitas kerja yang dibutuhkan untuk tanaman yang
baru ditaman yaitu sekitar 400 m/jam. Kebutuhan kapasitas kerja pada seitap
periode penanaman berbeda-beda pada umumnya, yaitu pada saat tanaman
dipupuk dibutuhkan volume air yang lebih banyak dari tanaman yang baru
ditanam dengan kapasitas kerja sekitar 200 m/jam. Kemudian untuk tanaman
dengan masa pertumbuhan yang sudah stabil kebutuhan air tidak sebanyak pada
saat baru tanam dan pemupukan dengan kapasitas kerja sekitar 700-1000 m/jam.
Pengorganisasi Proyek
Organisasi dalam suatu pelaksanaan kontruksi merupakan suatu tindakan
sebagai bentuk interaksi dengan tata cara tertentu dalam rangka tercapainya satu
tujuan. Jenis organisasi yang digunakan berdasarkan studi lapang adalah jenis
organisasi tradisional, dimana Jaya Real Property bertindak sebagai pemilik
proyek kontruksi dan pada divisi perencanaan sebagai perancang kontruksi dan
divisi proyek sebagai pengawas pelaksanaan kontruksi serta kontraktor sebagai
pelaksana kontruksi. Pada pelaksanaan kontruksi PT Pesona Tamanindo berperan
sebagai kontraktor utama yang mengerjakan sebagian besar dari pembangunan
dan PT Sekawan menjadi sub kontraktor yang bekerja lebih khusus pada bidang
tanaman (Gambar 47). Hubungan antara Jaya Real Property dengan kontraktor
merupakan hubungan fungsional dan kontraktual, sedangkan hubungan antara
47
Jaya Real Property terhadap divisi yang terlibat hanya hubungan fungsional saja.
Hal ini dikarenakan antara divisi dan Jaya Real Property sebagai pemilik
merupakan satu perusahaan pengembang sehingga tidak memerlukan sebuah
kontrak kerja yang mengikat. Sementara hubungan antara divisi dan kontraktor
berupa hubungan kontraktual dan fungsional pada Gambar 48.
Pengawas Proyek
Mandor
Tukang
Owner
Manajer Proyek
3. Koordinasi
Kegiatan koordinasi dilakukan setiap periode waktu tertentu. Seperti yang
ditemukan di lapang, kegiatan koordinasi antar pihak pengawas dengan kontraktor
dilakukan selama satu minggu sekali dengan luaran berupa laporan mingguan
tertulis. Kegiatan ini membahas mengenai pekerjaan yang telah dilakukan dan
perbaikan terhadap evaluasi pada minggu sebelumnya. Kegiatan koordinasi ini
juga dilakukan oleh manajer umum kepada pihak pelaksana baik pihak pengawas
dan juga kontraktor terkait. Kegiatan koordinasi yang dilakukan di lapang berupa
pemantauan langsung terhadap hasil kerja di lapang. Waktu kunjungan lapang
sudah ditetapkan namun terkadang waktu bisa berganti sesuai dengan kehendak
manajer umum. Kemudian koordinasi antara pengawas terhadap manajer umum
dilakukan setiap bulan dan pada saat pekerjaan sudah selesai. Laporan ini berisi
tentang rincian setiap pekerjaan yang dikerjakan di lapang.
Berdasarkan pengamatan di lapang, sistem koordinasi yang digunakan
oleh pengawas terhadap kontraktor sudah cukup baik karena pertemuan yang
dilakukan bersifat formal. Hal ini dilihat dari pertemuan rutin yang diadakan pada
waktu yang jelas dan selama pertemuan dilakukan diskusi antara kedua pihak.
Sedangkan antara manajer umum kepada pengawas dan juga kontraktor terkait
lebih bersifat pertemuan informal. Terlihat dari waktu yang digunakan bersifat
fleksible dan tidak ada batasan waktu. Kemudian, pada saat pelaksanaan
koordinasi di lapang, tidak adanya catatan tertulis sehingga semua usulan dan
tindakan tidak terekam jelas.
Koordinasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Koordinasi
internal dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan,
terutama terhadap kinerja staf yang terlibat langsung didalamnya. Sedangkan
koordinasi eksternal terhadap kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
kontruksi (Ilyas, 2003). Menurut Ervianto (2005), dalam sebuah meeting
informasi mengenai tujuan diadakan meeting harus jelas. Diantara pokok dari
meeting tersebut seperti agenda meeting yang dapat dilakukan secara formal atau
pun informal dan sebaiknya meeting dilakukan secara formal. Kemudian,
pemimpin dalam pertemuan yang dipimpin oleh seorang manajemen proyek dan
sekretaris yang bertugas mendokumentasikan semua hal yang terjadi dalam
meeting, baik masalah, usulan, solusi, dan keputusan. Beberapa hal tersebut
dikumpulkan berupa laporan.
Sintesis Praktisi
Penilaian praktisi menunjukkan bahwa prioritas alternatif yang
menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap
adalah internal (63.1%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi
permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas selanjutnya adalah
eksternal (36.9%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang
diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.
Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting
dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen material (29.6%), kualitas
barang, salah pemasangan, dan pengiriman material merupakan variabel yang
termasuk dalam komponen material. Komponen prioritas selanjutnya adalah
pengelolaan (18.7%), pekerja (14%), alat (12.8%), teknik (10.8%), owner
(10.8%), dan cuaca (3.3%) (Gambar 52).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas ditunjukan dengan grafik sensitivitas dan grafik
sensitivitas dinamis (Gambar 56). Grafik batang ini dapat digunakan untuk
mengurangi maupun menambah prioritas komponen dan melihat perubahan dalam
prioritas alternatif.
Uji Konsistensi
Hasil analisis pada Gambar 50 menunjukkan bahwa nilai inkonsistensi
untuk keseluruhan hierarki adalah 0.05 atau 5% (Gambar 58). Tingakat
inkonsistensi yang masih diterima dalam metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) adalah kurang dari 10%. Apabila nilai consistency ratio (CR) kurang dari
10%, analisis yang dihasilkan dari pakar bersifat konsisten. Sebaliknya, jika CR
lebih besar dari 10% hasil preferensi oleh pakar bersifat tidak konsisten sehingga
perlu dilakukan penilaian ulang. Tingkat konsistensi pada hasil analisis ini
memiliki dua makna, yang pertama bahwa objek yang setara dapat
dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevasinya, dan kedua bahwa
terdapat konsistensi terkait tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu.
hal ini tidak sampai menghambat pekerjaan yang penting. Alasan ini yang dapat
menjadikan pembobotan antara pengelolaan dan teknis berimbang. Sehingga
penyelesaian permasalahannya dapat dilakukan secara bersama dalam rentan
waktu antar kedua elemen yang tidak berbeda jauh.
5. Teknik
Komponen teknik mempunyai pembobotan yang sama dengan komponen
pengelolaan sebesar 15.9%. Pengelolaan dan teknik mendapatkan pembobotan
yang sama dikarenakan kedua komponen mempunyai prioritas yang sama. Pada
komponen teknik permasalahan yang sering terjadi gambar yang tidak akurat dan
keterlambatan dalam pengiriman gambar. Sehingga hal tersebut dapat
menghambat pelaksanaan kedepannya. Oleh karena itu, tindakkan penanganan
harus segera diambil. Apabila terjadi permasalahan antara komponen teknik dan
pengelolaan secara bersamaan. Tindakkan yang harus diambil yaitu pertimbangan
antara permasalahan yang terjadi melaui keputusan bersama antara pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pembangunan.
proyek. Namun, pada hasil analisis terdapat dua komponen pada faktor eksternal
yang berpengaruh dalam pelaksanaan proyek yaitu komponen owner dan teknik.
Oleh karena itu dibutuhkan manajemen proyek untuk meminimalisir terjadinya
permasalahan yang terjadi selama berjalannya pelaksanaan proyek.
1. Pengendalian Material
Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang memiliki
persentase yang cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu penggunaan
teknik pengendalian material yang baik dan tepat untuk memilih, membeli,
mengirim, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material
menjadi sangat penting. Pengendalian material yang mencakup sistem dan
komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh kontraktor
utama. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
permasalahan pada material.
a. Perencanaan kebutuhan material, perencanaan berupa penjadwalan produksi
induk, pembuatan kebutuhan bahan, pencatatan ketersediaan barang, lead time
untuk setiap komponen material. Kemudian perencanaan ini dapat dilakukan
dengan cara pembukuan kebutuhan material yang tersedia dan yang telah
dipakai (Gambar 59). Selanjutnya, melakukan rencana pembelian dan
pembuatan purchase order. Melalui pembukuan ini juga dapat diketahui
barang yang masuk dan barang yang belum sampai pengirimannya. Sehingga
pengiriman material dapat dipantau dan keterlambatan dalam pengiriman
barang dapat diminimalisir.
Sumber :
static.belajar Gambar 59
conto
3. Pengendalian Pekerja
Pengendalian terhadap pekerja dapat dilakukan dengan cara peningkatan
kinerja pekerja. Kinerja pekerja dapat berupa pemberian motivasi dan
pengahargaan terhadap hasil kerja. Namun, dalam permasalahan yang ada di
lapang lebih kepada kurangnya tenaga kerja dan kecelakaan kerja. Kurangnya
tenaga kerja dapat diselesaikan dengan cara menambahkan tenaga kerja yang ada
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Kemudian upaya pencegahan timbulnya
kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu :
a. mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang berisiko dan mengelompokannya
sesuai tingkat resiko. Pada saat pekerjaan dilaksanakan pekerja mendapatkan
perlindungan keselamatan kerja. Sehingga pekerja dapat bekerja lebih efektif
dengan adanya jaminan keselamatan. Kemudian pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tingkat kecelakaan seminimum mungkin. Pada pemilihan tenaga kerja
juga sebaiknya dipilih tenaga kerja yang benar-benar ahli atau sudah terbiasa
melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
b. adanya pelatihan atau pengarahan bagi pekerja kontruksi sesuai keahliannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan diskusi sebelum pekerjaan
dimulai. Kemudian memberikan pengarahan yang lebih jelas agar pada
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
c. melakukan pengawasan lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara turun langsung ke lapang untuk memantau
pekerja yang bekerja. Melakukan inspeksi rutin dan teliti dilaksanakan di
lokasi proyek oleh pihak yang bertanggung jawab. Kemudian melakukan
interaksi dengan pekerja di lapang agar komunikasi tetap berjalan dan
kesalahan pekerjaan dapat diminimalisir.
d. menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan perlindungan diri untuk
semua pekerja.
e. menciptakan kondisi kerja yang aman, meliputi pendekatan fisik dalam
program keselamatan kerja kontruksi melalui pendidikan dan latihan
mengenai metoda yang benar dan perhatian atas pemanfaatan peralatan yang
dapat membahayakan keselamatan kerja.
4. Pengelolaan
Permasalahan yang termasuk kedalam pengelolaan yaitu metode kontruksi
tidak akurat, pekerjaan tambahan, pengendalian kualitas, dan tidak bekerja pada
jalur kritis. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi yaitu dengan
pengendalian jadwal, pengawasan, dan pengendalian kualitas.
a. Pengendalian jadwal, meliputi proses-proses yang diperlukan untuk
memastikan penyelesaian pembangunan proyek tepat waktu. Mengatur
pembangunan proyek dengan waktu yang tepat sesuai biaya yang disetujui.
Kemudian upaya pengendalian jadwal ini dapat dilakukan dengan cara
pemantauan terhadap progress kerja yang telah dikerjakan. Upaya ini dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi seperti MS Project (Gambar 60a).
Kegunaan MS Project ini adalah untuk membantu manajer proyek dalam
mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan
kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja. Karena yang
65
(a)
(b)
Gambar 60 Kurva kemajuan kerja MS project (a), dan kurva kemajuan kerja
MS Exel
b. Pengawasan, Kegiatan pengawasan ini didefinisikan sebagai interaksi
langsung antar individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan
organisasi. Proses pengawasan ini dilakukan secara berkelanjutan dari waktu ke
waktu. Fungsi pengawasan ini berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan,
dan penganalisisan serta pengevaluasian diikuti dengan perbaikan yang harus
diambil terhadap permasalahan yang terjadi. Tindakan tersebut dapat berupa :
mengukur kualitas hasil
membandingkan hasil terhadap hasil standard kualitas
mengevaluasi penyimpangan yang terjadi
66
Partisipasi Mahasiswa
Pada pelaksanaan magang ini mahasiswa berada pada divisi pelaksanaan
proyek dengan sub divisi di bidang lanskap. Selama melaksanakan magang,
mahasiswa mengikuti kegiatan lapang berupa pengawasan pelaksanaan proyek
lanskap. kemudian, pada setiap minggunya mengikuti kegiatan rapat koordinasi
yang bertempat di bedeng Kebayoran Village. Pada rapat koordinansi ini
membahas mengenai laporan kemajuan pekerjaan setiap minggunya dan kendala
yang dihadapi selama pengerjaan. Kegiatan kantor yang diikuti berupa pembuatan
opname pekerjaan yang dibimbing oleh pengawas proyek. Opname ini dibuat
apabila terjadi pekerjaan tambah atau kurang yang ada di lapang.
Selain itu mahasiswa juga mengikuti pembuatan desain taman rumah
contoh pada cluster Discovery Eola (Lampiran 9). Taman rumah yang akan
didesain mempunyai konsep taman Jepang yang minimalis. Desain yang telah
selesai dibuat kemudian diimplementasikan di lapang (Gambar 61). Kegiatan
implementasi ini meliputi pekerjaan persiapan, pengolahan lahan, dan penanaman.
Pada implementasi ini mahasiswa mengikuti kegiatan pengawasan yang
didampingi oleh pengawas lanskap.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hierarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York (US): McGraw-Hill.
Rachman Z. 1984. Proses Berfikir Lengkap Merencana dan Melaksana
dalam Arsitektur Pertamanan. Makalah Diskusi pada Festival Tanaman
Himagron. IPB (ID): Bogor. (tidak dipublikasikan).
Simond, JO dan Starke, BW. 2006. Landscape Architecture : A Manual of
Environmental Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill.
Soekoto, I. 1993. Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi. Badan Penerbit
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.
Erlangga. Jakarta.
Susanto. 2009. Evaluasi Kinerja Waktu dan Biaya pada Proyek Bangunan
Bertingkat dengan Pendekatan Metode Earned Value (Studi Kasus :
Proyek ABC di PT. X) [skripsi]. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia. Depok.
LAMPIRAN
72
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
82
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
83
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
84
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
85
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
86
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
87
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
88
Taman belakang
96
RIWAYAT HIDUP