Anda di halaman 1dari 113

EVALUASI MANAJEMEN PROYEK LANSKAP

PERUMAHAN DISCOVERY FLAMINE BINTARO JAYA


TANGERANG SELATAN

SITTI NUUR HALIMAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Manajemen
Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016

Sitti Nuur Halimah


NIM A44110026
ABSTRAK

SITTI NUUR HALIMAH. Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan


Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan. Dibimbing oleh
KASWANTO.
Discovery Flamine merupakan suatu perumahan terbangun dikawasan Bintaro
Jaya, Tangerang Selatang yang dirancang khusus dengan estetika hunian modern.
Perumahan ini dibangun dengan desain yang lebih ekslusif dan elegan, berkonsep
hembusan angin sebagai salah satu proyek PT. Jaya Real Property, Tbk.
Pelaksanaan pembangunan yang sedang berlangsung, membuat Discovery Flamine
menjadi lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan magang. Tujuan dari
kegiatan magang ini adalah mempelajari dan menganalisis pelaksanaan pembangunan
pada lanskap perumahan Discovery Flamine mulai dari pelaksanaan administrasi
hingga pelaksanaan di lapang. Data yang dibutuhkan pada kegiatan magang ini
meliputi aspek biofisik, aspek pelaksanaan administrasi, dan aspek pelaksanaan fisik.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis komparatif, dan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil dari analisis data didapatkan
komponen material merupakan komponen prioritas. sehingga terdapat rekomendasi
manajemen proyek dalam proses pelaksanaan lanskap perumahan Discovery Flamine.

Kata kunci: analytical hierarchy process, pelaksanaan lanskap, manajemen proyek,


lanskap perumahan

ABSTRACT
SITTI NUUR HALIMAH. Evaluation Landscape Project Management of
Discovery Flamine Residences Landscape Bintaro Jaya South Tangerang.
Supervised by KASWANTO.

Discovery Flamine a housing awakened in Bintaro Jaya, Tangerang


Selatang specially designed with the aesthetics of modern dwelling. Housing is
constructed with a design that is more exclusive and elegant, the concept of wind
gusts as one of the project PT. Jaya Real Property, Tbk. Implementation of
ongoing development, making Discovery Flamine be an appropriate location for
conducting apprenticeship. The purpose of the internship is to study and analyze
the implementation of development at Discovery Flamine housing landscape
ranging from implementation to implementation in the field of administration.
Data needed on the internship activities include biophysical aspects, aspects of
the administration, and the aspects of physical implementation. Analysis of the
data used is descriptive analysis, comparative analysis, and Analytical Hierarchy
Process (AHP). Based on the results of analysis data obtained material
component is a priority component. So there is recommendation of project
management in the implementation process Discovery Flamine residential
landscape.

Keywords: analytical hierarchy process, landscape implementation, project


management, residential landscape
EVALUASI MANAJEMEN PROYEK LANSKAP
PERUMAHAN DISCOVERY FLAMINE BINTARO JAYA
TANGERANG SELATAN

SITTI NUUR HALIMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
++ . %(. ,+(. #!". &$-.
#(%. &+!". ($,&-.  !".
")'$. -."&.  )#.
!. . )*. ++&.!.
  

()++.$ .

)+.$ .

" .
+ +(.    
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala atas segala
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Evaluasi
Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya
Tangerang Selatan ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap pada Departemen Arsitektur
Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis
dari awal kegiatan magang sampai akhir penyusunan. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
1. Orang tua penulis, Bapak Ahmad Mukhlis dan Ibu Ummy Khusnul
Sulastri serta si kembar Muhammad Nail dan Muhammad Nabil atas doa ,
dukungan, dan kesabarannya dalam menunggu selesainya skripsi ini.
2. Dr. Kaswanto, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya dalam memberikan
arahan, masukan, bimbingan, dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini,
3. Ibu Pingkan Nuryanti, ST, MEng dan Ibu Fitriyah Nurul H Utami ST, MT
selaku dosen penguji sidang skripsi yang sangat banyak memberikan
masukan untuk perbaikan skripsi agar menjadi lebih baik lagi,
4. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan masukan di bidang akademik,
5. Ibu T. Arya Cindy, Pak Bambang, Pak Robin, Pak Deri dan Kak Firdha
selaku tim lanskap PT. Jaya Real Property, Tbk, dan seluruh teman-teman
kontraktor lanskap yang telah membantu dan memberi bimbingan selama
kegiatan magang,
6. Teman yang telah banyak membantu dan direpotkan dalam pelaksanaan
magang serta penyusunan skripsi,
7. Arsitektur Lanskap angkatan 2011 (ARL 48) yang sudah mengisi hari-hari
penulis selama belajar di departemen ini penuh dengan kenangan.

Bogor, Maret 2016

Sitti Nuur Halimah


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Lanskap 3
Taman Lingkungan 4
Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap 4
Manajemen Proyek 5
Manajemen dan Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek 6
Pengendalian Proyek Kontruksi 8
Evaluasi Lanskap 9
METODE 10
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 10
Batasan Studi 10
Alat dan Bahan 10
Metode Magang 11
Survei 11
Wawancara 11
Studi Pustaka 11
Metode dan Pengolahan Data 12
Analisis Deskriptif 12
Analisis Komparatif 12
Analytical Hierarchy Process 12
Rekomendasi 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Kondisi Umum 14
Sejarah dan Profil Perusahaan 14
Struktur Organisasi 15
Luas dan Batasan Tapak 16
Aksesibilitas dan Sirkulasi 18
Topografi dan Tanah 18
Iklim 18
Drainase 19
Konsep 19
Pelaksanaan Administrasi 20
Pelaksanaan Proyek Lanskap 22
Pembangunan Pos Jaga 23
1. Pekerjaan persiapan 23
2. Pembuatan Pondasi 24
3. Pembangunan Dinding dan Pengecoran Kolom 24
4. Pembangunan Atap 26
5. Pemasangan Kloset, Keramik, Jendela dan Pintu 27
Pembangunan Gerbang Cluster 28
Pembangunan Dinding Dekoratif 31
Pembangunan Taman Utama Cluster 34
1. Pekerjaan pembersihan, pengolahan, dan pematokan lahan 34
2. Pekerjaan Hardscape 34
3. Pekerjaan Softscpae 42
Pemeliharaan 45
Evaluasi Rencana Manajemen 46
Pengorganisasi Proyek 46
Pengendalian Proyek Lanskap 48
Analytical Hierarchy Process 50
Sintesis Praktisi 52
Sintesis Pakar Manajemen Proyek 52
Sintesis Pakar Teknik 53
Sintesis Tergabung (Combined Synthesis) 54
Analisis Sensitivitas 57
Uji Konsistensi 58
Pembahasan Sintesis Tergabung 58
1. Material 59
2. Owner 59
3. Pekerja 60
4. Pengelolaan 60
5. Teknik 61
Rekomendasi Manajemen Proyek 61
1. Pengendalian Material 62
2. Pengendalian Owner 63
3. Pengendalian Pekerja 64
4. Pengelolaan 64
5. Teknik 66
Partisipasi Mahasiswa 67
KESIMPULAN DAN SARAN 68
Kesimpulan 68
Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
RIWAYAT HIDUP 96
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Metode magang yang digunakan 11
Tabel 2 Daftar pakar penilai komponen manajemen proyek lanskap 13
Tabel 3 Luas area pada cluster Discovery Flamine 17
Tabel 4 Daftar jenis tanaman pohon dan semak pada taman cluster 43
Tabel 5 Ringkasan pembobotan dan prioritas komponen serta variabel 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan kerangka pikir magang 3


Gambar 2 Peta Lokasi Discovery Flamine 10
Gambar 3 Struktur organisasi pada unit proyek 16
Gambar 4 Peta batas tapak Discovery Flamine 17
Gambar 5 Danau buatan yang terletak di tengah taman distrik 19
Gambar 6 Kegiatan rapat koordinasi mingguan 22
Gambar 7 Pekerjaan pembersihan dan pematokan area pembangunan 23
Gambar 8 Pembuatan pondasi menerus dan kerangka sloof pos jaga 24
Gambar 9 Pembuatan kerangka kolom pos jaga (a), proses pengeringan
coran kolom pos jaga (b) 25
Gambar 10 Kegiatan pengadukan bahan coran dan pengecoran atap pos jaga 26
Gambar 11 Pelepasan bekisting pada atap pos jaga (a), kegiatan plesteran
pada atap pos jaga (b) 27
Gambar 12 Finishing pemasangan keramik kloset pos jaga 27
Gambar 13 Pasangan keramik pada dinding toilet pos jaga (a), finishing
pemasangan keramik kloset pos jaga (b) 28
Gambar 14 Pekerjaan galian tanah pondasi dan pemasangan kerangka kolom
kanopi (a), pekerjaan pengecoran kolom kanopi bagian atas (b) 29
Gambar 15 Kegiatan pembuatan kerangka balok untuk kanopi (a), proses
pengeringan coran balok kanopi (b) 29
Gambar 16 kegiatan pemasangan kerangka ACP kanopi gerbang cluster 30
Gambar 17 Proses pengeringan coran kolom pagar 30
Gambar 18 Proses pembuatan dan pengelasan kerangka pagar (a), proses
pemasangan kerangka pagar (b) 31
Gambar 19 Pembersihan dan penggalian tanah dinding dekoratif(a),proses
pembuatan pondasi batu kali (b) 32
Gambar 20 Proses pemasangan batu bata dan pengecoran kolom dinding
dekoratif (a), proses pemasangan lanjutan 32
Gambar 21 Proses pembuatan pola pada dinding (a), proses pembuatan ban-
banan (b), dan proses pengacian ban-banan dinding dekoratif (c) 33
Gambar 22 Pengecatan pada dinding dekoratif (a), proses pemasangan
signage (b) 33
Gambar 23 Proses pembersihan lahan taman cluster 34
Gambar 24 Proses pematokan taman cluster 34
Gambar 25 Proses pemasangan paving taman cluster 35
Gambar 26 Proses pembuatan curb pada pavement 35
Gambar 27 Proses pemadatan tanah menggunakan stemper (a), dan poses
pembuatan pola kincir pada taman cluster (b) 35
Gambar 28 Proses pemasangan wiremash dan pengecoran pavement kincir 36
Gambar 29 Proses pembersihan paving dari batu koral yang tidak terpasang 36
Gambar 30 Proses penacian bagian dalam planter box 36
Gambar 31 Bangku taman yang telah terisi tanah (a), bangku taman yang
telah diplester 37
Gambar 32 Pemasangan besi siku dan wiremash pada shelter taman cluster 37
Gambar 33 Pemasangan tiang besi pada shelter taman cluster 38
Gambar 34 Pemasangan besi penopang pada kerangka atap shelter 38
Gambar 35 Pengecoran dasar pondasi ayunan taman cluster 39
Gambar 36 Kerangka ayunan yang telah dipasang bangku ayunan 39
Gambar 37 Pemasangang bata merah pada ayunan taman cluster 40
Gambar 38 Pembuatan lintasan permainan sliding taman cluster 40
Gambar 39 Pengecatan seluruh bagian sliding (a), dan pemasangan baling
baling kincir angin pada sliding (b) 41
Gambar 40 Proses pengamplasan kerangka sculpture (a), dan pengecoran
pondasi sculpture taman cluster (b) 41
Gambar 41 Proses pengeringan coran kolom (a), dan proses pelepasan
bekisting kolom (b) 42
Gambar 42 Sculpture taman cluster yang telah dicat 42
Gambar 43 Proses penanaman pohon pada taman cluster 44
Gambar 44 Proses penambahan tanam ke dalam planter box 44
Gambar 45 Proses penanaman semak pada taman cluster 45
Gambar 46 Proses penanaman rumput pada taman cluster 45
Gambar 47 Proses penyiraman rumput taman cluster pada sore hari 46
Gambar 48 Skema hubungan dan bagan bentuk organisasi proyek 47
Gambar 49 Struktur organisasi lapang 47
Gambar 50 Bentuk struktur organisasi garis 48
Gambar 51 Rancangan struktur hierarki 51
Gambar 52 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen praktisi
swasta 52
Gambar 53 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar
manajemen proyek 53
Gambar 54 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar teknik 54
Gambar 55 Kombinasi diagram pohon komponen, variabel, dan alternatif
prioritas 55
Gambar 56 Grafik sensitivitas kinerja dan sensitivitas dinamis terhadap
Pelaksanaan proyek lanskap 57
Gambar 57 Grafik sensitivitas gradien terhadap pelaksanaan proyek lanskap 58
Gambar 58 Sintesis dan nilai konsistensi keseluruhan 58
Gambar 59 contoh pendataan material secara manual 62
Gambar 60 Kurva kemajuan kerja MS project (a), dan kurva kemajuan kerja 65
Gambar 61 proses pembuatan taman depan (a), dan Proses pembuatan
taman belakang (b) 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan struktur organisasi perusahaan 72
Lampiran 2 Denah lokasi Discovery Flamine 73
Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan
hardscape 74
Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan
taman cluster 81
Lampiran 5 Gambar kerja taman utama 88
Lampiran 6 Pola penanaman semak pada taman cluster 89
Lampiran 7 Pola penanaman rumput taman cluster 90
Lampiran 8 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap
Discovery Flamine 91
Lampiran 9 Desain taman rumah contoh Discovery Eola 92
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Discovery Flamine merupakan suatu perumahan terbangun di kawasan


Bintaro Jaya, Tangerang Selatan yang dirancang khusus dengan estetika hunian
modern. Flamine yang memiliki arti hembusan angin membuat hunian ini lebih
mengoptimalkan sirkulasi udara yang dapat masuk dari berbagai sisi. Desain yang
lebih ekslusif dan elegan membuat Discovery Flamine ini menjadi hunian yang
nyaman dengan perpaduan lingkungan asri melalui taman Distrik Park.
Perumahan ini dibangun sebagai salah satu proyek PT. Jaya Real Property, Tbk.
(JRPT). Pembangunan ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk
yang paling mendasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan kawasan pemukiman
yang tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga menuntut
adanya perluasan tempat tinggal.
Pelaksanaan pembangunan lanskap yang terencana dengan baik diperlukan
dalam upaya menciptakan suatu ruang terbuka hijau (RTH) terutama pada lanskap
perumahan. Kegiatan pelaksanaan lanskap pada umumnya memerlukan tahapan
pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik yang harus dipersiapkan dengan
baik. Tahap pelaksanaan pekerjaan lanskap merupakan realisasi dan bentuk tindak
lanjut dari kegiatan perancangan yang meliputi penyerahan kontrak, pengawasan,
sanksi pelanggaran dan batas-batas pelaksanaan (Simonds dan Starke, 2006).
Keberhasilan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh hubungan baik antara pemberi
tugas dengan penerima tugas dan pihak-pihak yang berhubungan dengan
pelaksanaan kerja di lapang, seperti pengawas lapang, pengadaan barang, dan
konsultan.
Manajemen proyek yang baik dan matang menjadi sebuah kunci utama
suatu proyek pembangunan. Adanya manajemen proyek ini, pelaksanaan
pembangunan dapat diselesaikan sesuai rencana dan tercapainya keberhasilan
pembangunan. Kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan
detail dan akurat untuk mengurangi berbagai penyimpangan sehingga didapatkan
produk akhir yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk
menganalisis kinerja proyek selama proyek tersebut berlangsung. Tindakan
analisis ini dapat dilakukan dalam bentuk evaluasi manajemen proyek.
Evaluasi manajemen proyek ini diperlukan sebagai indikator dalam
menilai tingkat keberhasilan dari suatu pelaksanaan proyek. Tahapan evaluasi ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan dalam bentuk sebuah
pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap
kualitas berkenaan dengan mutu produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan
terhadap kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah volume
pekerjaan. Selanjutnya Rachman (1986) mengutarakan bahwa di dalam proses
pelaksanaan pekerjaan lanskap hal yang sangat penting dilakukan adalah
pengawasan dan evaluasi secara sinambung dan fleksibel serta peka terhadap
penyempurnaan sejauh waktu dan dana memungkinkan.
Oleh karena itu, pada pelaksanaan pembangunan Discovery Flamine ini
diperlukan suatu evaluasai manajemenn proyek, sehingga pembangunan lanskap
Discovery Flamine tidak luput dari perhatian dalam upaya pelaksanaan evaluasi.
2

Pelaksanaan pembangunan yang sedang berlangsung, membuat Discovery


Flamine menjadi lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan magang,
sehingga magang pada pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan
pembelajaran yang baik bagi mahasiswa sebagai upaya memenuhi pengetahuan
dan pengalaman pada bidang pelaksanaan dan evaluasi proyek lanskap perumahan
yang ramah lingkungan.

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini yaitu memperoleh pengalaman dan
pengetahuan serta memperluas wawasan di bidang arsitektur lanskap. Sedangkan
untuk tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah
1. mempelajari dan mengikuti proses bekerja di studio dan di lapangan sesuai
dengan manajemen kerja yang diterapkan oleh perusahaan;
2. menganalisis sistem dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proyek
perumahan Discovery Flamine;
3. mengevaluasi indikator manajemen proyek yang terdapat dalam
pelaksaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine;
4. mengajukan usulan rekomendasi manajemen proyek pelaksanaan lanskap
Discovery Flamine.

Manfaat
Manfaat dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
wawasan dalam bidang pelaksanaan dan evaluasi pekerjaan proyek kontruksi serta
mendapatkan pengalaman kerja nyata. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi pihak pengembang dan menjadi alternatif solusi dari berbagai permasalahan
yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine. Selain
itu juga dapat membangun kerja sama dan hubungan yang baik antara Departemen
Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor dengan pihak PT Jaya Real Property,
Tbk.

Kerangka Pikir
Lanskap yang mempunyai peran sangat penting dalam menjaga
keseimbangan dan menciptakan sebuah lanskap perumahan yang harmonis. Hal
ini menyebabkan diperlukannya pelaksanaan pembangunan yang baik dalam
upaya menciptakan suatu ruang terbuka hijau (RTH) pada lanskap perumahan. PT
Jaya Real Property sebagai salah satu perusahaan yang menerapkan konsep
ECOmmunity pada pembangunan perumahan yang ramah lingkungan dengan
ruang terbuka hijau pada setiap cluster. Salah satu pembangunan yang sedang
berlangsung adalah Discovery Flamine dengan mengutamakan sirkulasi udara dan
desain yang elegan. Kemudian dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan
manajemen proyek yang baik. Kemudian dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk
mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam pembangunan. Alur
kerangka pikir kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 1.
3

Pembangunan Lanskap

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian


n

Manajemen Proyek

Pelaksanaan Proyek Lanskap


Discovery Flamine

Kegiatan Magang

Pengenalan Kondisi Kegiatan Pelaksanaan


Umum Perusahaan pembangunan lanskap

Pasca Magang

Pengolahan dan Analisis Data

Analytical Hierarchy Process (AHP)


Method

Rekomendasi Manajemen Proyek


Lanskap
Gambar 1 Bagan kerangka pikir magang

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu, dimana


elemen-elemennya dibagi menjadi elemen-elemen lanskap utama dan elemen-
elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen yang tidak dapat
diubah atau sukar sekali diubah seperti gunung, lembah, sungai, daratan, pantai,
danau, lautan dan sebagainya. Elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap
yang dapat diubah sesuai keinginan perencana atau pemakainya seperti bukit,
anak sungai dan aliran air yang kecil (Simonds,1983). Berdasarkan campur tangan
4

manusia, lanskap dapat berbentuk (1) lanskap alami seperti lanskap pegunungan,
rawa, sungai, riverscape; (2) lanskap buatan seperti lanskap kota (urbanscape),
lanskap pemukiman penduduk kota, lingkungan pabrik dan (3) perpaduan
harmonis antara lanskap alami dan buatan seperti suatu lanskap pedesaan dengan
pemukiman manusia, terasering persawahan padi dengan pondok pelepas lelah
dan sebagainya (Adriana,1992).

Taman Lingkungan
Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki
keterbatasan penggunaan dan bentuk fleksibel, dibangun dengan kontruksi yang
minimum dan maksimalkan material alami tanpa diproses terlebih dahulu, untuk
beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi, sosialisasi yang pasif
dan bermain bebas. Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam
pembuatan sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang
jarang ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan
melukis dan bermusik yang tidak hanya memntingkan tampilannya tetapi juga
memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat
dinikmati, jadi ilmu desain tidak hanya untuk dinikmati satu pribadi, tapi untuk
kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.
Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan, taman lingkungan
didefinisikan sebagai lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai
sarana kegiatan lain pada lingkungan. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-
paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah
keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan
kenyaman lingkungan.

Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap


Tahap pelaksanaan pekerjaan Lanskap merupakan realisasi dan bentuk
tindak lanjut dari kegiatan perancangan yang meliputi pekerjaan penyerahan
kontrak, pengawasan, sanksi pelanggaran dan batas-batas pelaksanaan (Simonds
dan Starke, 2006). Selanjutnya Rachman (1984) menambahkan bahwa di dalam
proses pelaksanaan pekerjaan lanskap hal yang sangat penting dilakukan adalah
pengawasan dan evaluasi secara sinambung dan fleksibel serta peka terhadap
penyempurnaan sejauh waktu dan dana memungkinkan.
Pelaksanaan (construction) merupakan tahap yang dilakukan setelah
proses perencanaan dan perancangan selesai. Menurut Harris dan Dines (1988),
tahap pelaksanaan terdiri dari:
1. pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang mencakup
administrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi, pengawasan serta kontrol
biaya.
2. penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan dan
pembayaran kepada kontraktor.
Pelaksanaan merupakan kumpulan proses atau sistem dan kegiatan berupa
organisasi atau prosedur yang melibatkan unsur manusia. Kegiatan-kegiatan
pelaksanaan harus menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai dan tetap dalam
5

arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan fisik pekerjaan lanskap


antara lain meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah,
pelaksanaan hard material, pelaksanaan soft material dan pemeliharaan (Rachman,
1984).
Arifin dan Arifin (2005) mengatakan bahwa pemborong pembuatan taman
disebut juga sebagai kontraktor taman. Kontraktor taman terpilih harus
melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana dan dokumen lain yang
ditetapkan perencana. Oleh karena itu, seorang kontraktor taman harus
berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan arsitek taman, baik
sebelum penawaran kontrak atau sesudahnya. Selanjutnya, Arifin dan Arifin
(2005) menambahkan bahwa seorang kontraktor taman tidak dapat mengubah
rencana dan rancangan taman sekehendak hatinya sendiri, tetapi harus
berkonsultasi dengan perancang taman atau paling tidak dengan pemiliknya.

Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan cara teknis yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas,
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja.
Dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek dimulai dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengendalian. Kegiatan-
kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan detail dan akurat
untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan sehingga didapatkan produk
akhir yang maksimal. Jika terdapat tindakan koreksi dalam proses selanjutnya,
diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak (Husen, 2010).
Menurut Kerzner (1995), manajemen proyek adalah merencanakan,
mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Selanjutnya, manajemen
proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan
horizontal. Manajemen konstruksi merupakan bagian dari manajemen proyek
yang mengkhususkan pada bidang konstruksi.Konsep manajemen proyek, yang
mendasari suatu perencanaan, merupakan tindakan strategi pelaksanaan terhadap
pencapaian tujuan yang menjadi prioritas terlaksananya pengaturan proyek
konstruksi secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab
itu, pengendalian manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi
dalam beberapa hal, antara lain (Kerzner, 1995) :
pengidentifikasian terhadap fungsi tanggung jawab untuk dapat
meyakinkan bahwa semua aktivitas dapat terjamin kelancarannya;
mengurangi kebutuhan akan laporan yang berkesinambungan;
pengidentifikasian terhadap batas penjadwalan;
pengidentifikasian terhadap metodologi analisa kerja;
pengukuran tingkat perencanan;
pengujian kemampuan perkiraan terhadap perencanaan ke depan;
dapat mengendalikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tujuan.
Pada dasarnya, manajemen proyek merupakan sebuah pengorganisasian,
pengaturan, pembagian kerja yang mempertimbangkan situasi proyek yang belum
6

jelas dan penuh ketidakpastian, sehingga seorang perencana ditantang untuk dapat
menyelesaikan sebuah proyek sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan
dengan kebijakan yang rasional, efektif, efisien, tepat, dan menyeluruh.
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang terdiri dari
penentuan kebijakan apa yang akan dilakukan, apa yang tidak dilakukan,
pembagian kerja yang teratur, jelas jenis aktivitasnya, mengilustrasikannya
sebagai suatu jaringan kerja aktivitas yang mendeskripsikan aliran hubungan kerja
antar aktivitas dan lainnya (Dreger, 1992).

Manajemen dan Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek


Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan suatu pengendalian
dan pengaturan waktu atau jadwal dalam kegiatan proyek. Standar kinerja waktu
ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan
penggunaan sumber daya. Berdasarkan semua data dan informasi yang telah
diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan didapat output mengenai
indikator progress waktu (Husen, 2010).
Manajemen waktu dapat dilakukan dengan menggunakan barchart, kurva
S, network planning, dan kurva earned value. Hasil dari menggunakan metode-
metode di atas perlu dievaluasi dan dikoreksi agar kinerja waktu tercapai sesuai
rencana. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan
hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan
berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan.
Oleh karena itu, variabel-variabel yang mempengaruhinya juga harus dimonitor,
misalnya mutu, keselamatan kerja, ketersediaan peralatan dan material, serta
stakeholder proyek yang terlibat. Pada pelaksanaannya terdapat masalah-masalah
yang dapat menghambat kinerja waktu, antara lain alokasi penempatan sumber
daya yang tidak efektif, jumlah tenaga yang terbatas, peralatan yang tidak
mencukupi, kondisi cuaca yang buruk, dan metode kerja yang salah. Sehingga
diperlukan suatu manajemen yang baik dan handal untuk mencegah dan
mengurangi masalah-masalah yang dapat terjadi (Husen, 2010).
Seorang manajer proyek mengontrol berbagai macam kegiatan pada lokasi
proyek, salah satu aspek penting yang diawasi adalah kinerja waktu. Kinerja
waktu adalah proses dari membandingkan kerja di lapangan (actual work) dengan
jadwal yang direncanakan (Dipuhusodo, 1996). Waktu pelaksanaan konstruksi
(construction duration) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari hal berikut
(Susanto, 2009) :
1. waktu pelaksanaan proyek timbul dari jalur kritis (critical path) dimana
jangka waktu untuk setiap aktivitas atau pekerjaan di dalam urutan kerja
tidak bisa dikurangi;
2. jangka waktu (duration) berarti waktu yang diperlukan untuk melengkapi
atau menyelesaikan suatu aktivitas yang telah ditetapkan. waktu
pelaksanaan proyek adalah waktu yang ditentukan oleh pihak pemilik
(owner) untuk memakai, menggunakan, dan menyewakan bangunan
tersebut;
7

3. waktu pelaksanaan proyek adalah suatu jangka waktu sebagai hasil suatu
pengujian satu atau lebih metode menyelesaikan pekerjaan atas dasar
biaya minimum;
4. waktu pelaksanaan proyek mengacu pada waktu yang telah ditetapkan
untuk melaksanakan dan melengkapi setiap aktivitas pekerjaan yang
menggunakan semua sumber daya dan informasi proyek di dalam suatu
estimasi atau perkiraan biaya;
5. waktu konstruksi dapat digambarkan sebagai periode yang berlaku dari
pembukaan lokasi kerja hingga waktu penyelesaian bangunan kepada
klien. Hal tersebut umumnya ditetapkan sebelum pembukaan konstruksi.
Pada proses pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada
saat proses pelaksanaan proyek, yaitu faktor internal dan eksternal yang diuraikan
sebagai berikut :
faktor internal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak pelaksana
proyek. Pada proyek kontruksi, pihak pelaksana proyek adalah kontraktor.
Pada faktor internal atau faktor pelaksanaan, aspek-aspek yang potensial
dapat menyebabkan munculnya kendala pada saat pelaksanaan diantaranya
faktor material, alat, pekerja serta manajemen pelaksanaan.
faktor eksternal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak-pihak
diluar pelaksanaan proyek, tetapi berperan langsung atas proses kontruksi.
Pada faktor eksternal, aspek-aspek yang potensial dapat menyebabkan
munculnya kendala disebabkan oleh pihak owner, pengawas serta
perencana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi
dikutip dari Yates (1993) diacu dalam Susanto (2009), antara lain :
1. Alat
Tidak sesuai kapasitas pekerjaan
Kekurangan peralatan
Kurang akurat/perlu kalibrasi
Produktifitas alat rendah
2. Cuaca
Angin
Panas dan kelembaban
Hujan
3. Eksternal
Isu lingkungan
Mulai terlambat dari rencana
Perubahan peraturan
Perizinan
4. Manajemen
Metode konstruksi tidak akurat
Pekerjaan tambahan
Pengendalian kualitas
Jadwal terlalu optimis
Tidak bekerja pada aktivitas kritis
5. Material
Kerusakan barang
Kesalahan pasang
8

Pengiriman material
Kualitas material
6. Owner
Perubahan penugasan
Modifikasi rencana
Estimasi tidak akurat
Campur tangan/gangguan dari owner
7. Pekerja
Kekurangan pekerja
Produktifitas alat rendah
Kelemahan pada penjadwalan tenaga kerja
Kurang persiapan sesuai urutan pekerjaan
Kekurangan rasio pengawas dengan pekerja
Tidak bekerja sesuai urutan pekerjaan
Kecelakaan kerja
8. Teknik
Gambar tidak akurat
Gambar belum dikirim

Pengendalian Proyek Kontruksi


Pengendalian adalah proses yang sangat penting untuk menjamin bahwa
aktivitas yang sesungguhnya sesuai dengan aktivitas yang telah direncanakan
(Soekoto, 1993). Menurut Mockler (1972), pengendalian adalah usaha sistematis
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang
sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis
adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Menurut Susanto (2009), salah satu aspek yang termasuk dalam hal
pengawasan dan pengendalian pada proyek konstruksi adalah aspek pengawasan
waktu. Kontrol waktu terhadap proyek mempunyai sasaran tunggal yaitu menjaga
agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana yang disepakati. Langkah-langkah
untuk pengawasan tersebut antara lain :
1. Pencatatan dan pelaporan kemajuan pekerjaan, frekuensinya sangat tergantung
pada keadaan dan jenis proyek. Semakin penting proyek tersebut maka
frekuensi pelaporannya semakin tinggi, demikian sebaliknya. Laporan
kemajuan pekerjaan dapat berupa laporan harian, mingguan, bulanan, dan
lebih lama lagi. Laporan tersebut dibuat oleh kontraktor dan disetujui oleh
konsultan pengawas. Laporan berisikan tentang : kegiatan yang dilakukan,
bahan, peralatan, tenaga kerja, keadaan cuaca, serta hal-hal lain yang terjadi
pada saat tersebut, seperti risalah rapat, keadaan cuaca bulanan, keadaan
prestasi pekerjaan selama satu bulan, foto-foto perkembangan pekerjaan, dan
masalah lain yang perlu dilaporkan.
2. Rekaman perbandingan kemajuan pekerjaan, berbagai informasi dari laporan
kemajuan pekerjaan diplotkan ke dalam rencana kerja yang ada, kemudian
dibandingkan dengan perkembangan prestasi kerja terakhir. Alat yang
9

digunakan berupa barchart serta kurva S, arrow diagram, dan diagram skala
waktu.
Pengendalian proyek dapat dilaksanakan dengan menggunakan perangkat
lunak atau program Microsoft Project. Program ini dikembangkan dan dijual oleh
Microsoft, yang dirancang untuk membantu manajer proyek dalam
mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan
kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja. Microsoft Project
digunakan untuk memperkirakan sumber daya yang dikerahkan untuk pekerjaan,
menghitung biaya, menghitung waktu tingkat kerja, yang dimulai dari tingkat
tugas paling kecil hingga akhirnya ke tingkat proyek. Program ini memiliki
aplikasi untuk membuat jadwal jalur kritis dan rantai kritis. Jadwal dan rantai
kritis dapat divisualisasikan dalam bagan Gantt. Selain itu, Microsoft Project
dapat mengenali kelas yang berbeda dari pengguna. Kelas-kelas yang berbeda dari
pengguna dapat memiliki perbedaan tingkat akses ke proyek, pandangan, dan data
lainnya. Microsoft Project menciptakan anggaran didasarkan pada tingkat
pekerjaan dan tingkat sumber daya yang tersedia. Sumber daya (manusia,
peralatan, dan bahan) dapat dibagi didalam sebuah proyek dengan menggunakan
kolam sumber daya bersama. Setiap sumber daya dapat memiliki penjadwalan
sendiri, yang menjelaskan kapan sumber daya tersebut tersedia. Setiap sumber
daya dapat ditugaskan untuk banyak pekerjaan dalam rencana ganda. Semua
sumber daya dapat dijelaskan dalam label tanpa batas, sehingga perencanaan
sumber daya tidak dapat menentukan berapa banyak produk jadi (hasil) yang
dapat diproduksi dengan jumlah bahan baku yang disediakan. Hal ini membuat
Microsoft Project tidak cocok untuk memecahkan masalah produksi yang dibatasi
oleh bahan yang tersedia (Martendreck, 2012)

Evaluasi Lanskap
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menduga hal-hal
yang sudah diputuskan sebagai upaya mengetahui kelemahan dan kelebihan
keputusan tersebut (Eliza, 1997). Keberlanjutan suatu taman ditentukan oleh
perangkat pengelolaan taman yang baik. Salah satu perangkat pengelolaan
tersebut ialah evaluasi. Tujuan dari evaluasi ini sendiri yaitu suntuk
membandingkan antara hasil dan implementasi dengan standar kriteria yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini didukung dengan adanya monitoring saat pelaksanaan.
Monitoring merupakan bagian utuh dari rangkaian proses internal yang dilakukan
rutin dalam pengumpulan informasi, pencatatan, dan pelaporan terhadap kondisi
taman yang ada. Sedangkan evaluasi adalah suatu proses menaksir kinerja dan
keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan pengelolaan taman.
Evaluasi ini menguji kesesuaian kondisi taman dengan rencana/rancangan taman
dan kualitas standar, memberi masukan dan memperbaiki permasalahan yang ada
dan membantu pengelolaan untuk perencanaan mendatang. Mekanisme
monitoring dan evaluasi dilengkapi dengan standar prosedural, indikator, dan
kriteria standar (Arifin et al., 2008).
10

METODE

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Jaya Real Property, Tbk., sebagai
pengembang kawasan pemukiman Bintaro Jaya yang terletak di Jl. H. Sarmah,
Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia (Gambar 2). Kegiatan Magang
dilaksanakan pada Unit Proyek PT. Jaya Real Property, Tbk. dibawah bimbingan
manager lanskap selama empat bulan, dimulai pada Februari sampai Mei 2015.

(Sumber : Google map, citra digital globe 2015)

(Sumber : www.Jayaproperty.com 2014)


(Sumber : www.Jayaproperty.com 2014)

Gambar 2 Peta Lokasi Discovery Flamine

Batasan Studi
Pengambilan data magang terbatas pada pembangunan lanskap perumahan
sebagai fasilitas umum yang berada di kawasan cluster Discovery Flamine.
Pengambilan data meliputi pembangunan lanskap seperti taman utama, pos jaga,
dan signage. Pengambilan data tidak mencakup area komersial seperti bangunan
rumah dan tidak juga mencakup pembangunan jalan, infrastruktur, dan utilitas
cluster.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat menggunakan
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Alat yang
digunakan yaitu kamera digital, laptop, dan software pengolahan data AHP yaitu
11

Expert Choice v.11. Bahan yang digunakan data kegiatan proyek pembangunan
lanskap, lembar kuisioner, dan penilaian pakar. Data kegiatan proyek disini
berupa kondisi umum perusahaan dan tapak proyek, proses pembangunan proyek
lanskap baik berupa pelaksanaan fisik maupun administrasi.

Metode Magang
Metode magang terbagi menjadi empat bagian berdasarkan tujuan yang
ingin diperoleh, yaitu survei, studi pustaka, wawancara, dan AHP (Tabel 1).
Tabel 1 Metode magang yang digunakan
No Metode Tujuan
1 Survei dan studi pustaka mempelajari dan mengikuti proses
bekerja di studio dan di lapangan
sesuai dengan manajemen kerja yang
diterapkan oleh perusahaan.
2 Survei, studi pustaka, dan menganalisis sistem dan teknik yang
wawancara digunakan dalam pelaksanaan proyek
perumahan Discovery Flamine.
3 Survei, studi pustaka, wawancara, mengevaluasi berbagai indikator yang
dan AHP menjadi faktor keberhasilan dan
penghambat dalam pelaksaksanaan
proyek perumahan Discovery
Flamine.
4 Studi pustaka manajemen proyek mengajukan usulan rekomendasi
manajemen proyek pelaksanaan
lanskap Discovery Flamine.

Survei
Survei dilakukan terhadap data biofisik dan data fisik pelaksanaan lanskap.
Data biofisik ini sendiri merupakan data yang akan digunakan sebagai data
kondisi umum tapak. Data biofisik ini berupa letak dan luas wilayah, aksesibilitas
dan sirkulasi, iklim, topografi, dan geologi tanah yang didapatkan dari perusahaan
maupun turun lapang. Sedangkan kondisi fisik pelaksanaan ini digunakan sebagai
data yang akan dianalisis, mulai dari tahap persiapan hingga pemeliharaan.
Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pembangunan lanskap. Hampir setiap data yang dipakai
membutuhkan proses wawancara mulai dari kondisi umum, pelaksanaan fisik
hingga pelaksanaan administrasinya. Kondisi umum perusahaan disini meliputi
srtuktur organisasi perusahaan, sejarah organisasi, rencana anggaran biaya,hingga
berita acara serah terima.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai pembandinng antara standarisasi
berdasarkan teori-teori dan kejadian di lapang. Studi pustaka ini dilakukan pada
data-data pelaksanaan fisik pembangunan lanskap Discovery Flamine di lapang.
Tidak hanya pelaksanaan fisik, namun ada beberapa pelaksanaan administrasi
12

yang menggunakan studi pustaka dalam pengambilan datanya seperti rencana


anggaran biaya, surat perintah kerja, dan berita acara serah terima.

Metode dan Pengolahan Data


Metode analisis data merupakan lanjutan dari tahap penelitian. Pada tahap
ini terdapat tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data berdasarkan
tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi umum
perusahaan dan proses bekerja di studio dan di lapang;
2. Analisis komparatif digunakan untuk menganalisis sistem dan teknik yang
digunakan dalam pelaksanaan pembangunan lanskap;
3. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan faktor
prioritas manajemen pelaksanaan proyek lanskap berdasarkan preferensi
pakar.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan kumpulan data hasil pengamatan di lapang. Metode yang
digunakan berkaitan dengan pengumpulan, peringkasan, dan penyajian data
mengenai pelaksanaan proyek lanskap sehingga memberikan informasi yang
berguna dan menatanya dalam bentuk yang siap untuk dianalisis. Sejumlah data
yang akan dibahas dalam analisis deskriptif ini adalah mengenai kondisi umum
perusahaan, kondisi tapak, pelaksanaan administrasi, dan juga pelaksanaan fisik
proyek lanskap.

Analisis Komparatif
Analisis komparatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan cara
membuat perbanding antar kegiatan yang dilakukan sesuai standar yang berlaku.
Analisis komparatif ini yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan administrasi
dan pelaksanaan proyek lanskap perumahan yang dilakukan. Analisis tersebut
digunakan dengan cara membandingkan kegiatan pelaksanaan proyek yang
dilakukan selama magang dengan teori-teori yang didapat pada studi literatur.

Analytical Hierarchy Process


Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan faktor
prioritas manajemen pelaksanaan proyek lanskap berdasarkan preferensi pakar.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui faktor apa saja yang sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan pelaksanaan proyek lanskap selama proses pelaksanaan.
Cara mengetahui faktor-faktor pada manajemen proyek dilakukan studi pustaka
mengenai standar, prinsip dan kinerja proyek. Struktur hierarki yang dihasilkan
dari studi pustaka dianalisis dengan metode AHP menurut Saaty (1993).
Tahapan perhitungan AHP menurut Marimin (2008) adalah sebagai
berikut: 1) mendefinisikan struktur hierarki masalah yang akan dipecahkan; 2)
memberikan pembobotan elemen-elemen pada setiap level dari hierarki; 3)
menghitung prioritas terbobot (weighted priority); 4) menampilkan urutan
peringkat dari alternatif-alternatif yang dipertimbangkan; dan 5) menghitung
13

konsistensi rasio. Hal ini dilakukan terhadap semua kriteria menggunakan bantuan
perangkat lunak Expert Choice v.11.
Kuesioner AHP diberikan kepada responden pakar. Responden ditentukan
berdasarkan keahlian dan pengetahuan mereka tentang manajemen proyek.
Pakar yang dipilih sebagai responden sebanyak tiga orang yang mewakili yaitu
praktisi swasta diwakili oleh T Arya Cindy, pakar manajemen proyek oleh Ir.
Meiske Widyawarti, M.Eng., Pakar Teknik oleh Pingkan Nuryanti, ST., M.Eng.
Penentuan pakar sebagai responden memiliki kriteria 1) memiliki keahlian atau
menguasai secara akademik bidang yang diteliti; 2) memiliki reputasi kedudukan
atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang yang diteliti; dan 3) memiliki
pengalaman dalam bidang kajian yang dimiliki. Berdasarkan kriteria tersebut,
terdapat tiga orang responden pakar yang telah ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Daftar pakar penilai komponen manajemen proyek lanskap
Jumlah
Bidang keahlian Asal Institusi/Lembaga
Responden
Praktisi Swasta PT Jaya Real Property 1
Pakar Manajemen Proyek Institut Pertanian Bogor 1
Pakar Teknik Institut Pertanian Bogor 1
Jumlah 3
Kuisioner ini berisi pertanyaan prioritas dengan menggunakan metode
perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan struktur hierarki yang
telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil survei lapang. Setelah itu, dibuat
daftar pertanyaan perbandingan berpasangan dengan jumlah perbandingan
antarkomponen sebanyak 20 perbandingan, jumlah antarvariabel dalam komponen
sebanyak 22 perbandingan, dan jumlah perbandingan variabel terhadap masing-
masing alternatif sebanyak 25 pertanyaan. Semua hal tersebut menjadi bahan
untuk merumuskan evaluasi dan arahan dalam pengambilan keputusan terpenting
dalam penyelesaian masalah. Hasilnya akan menggambarkan struktur dan
pembobotan dari setiap komponen-komponen manajemen proyek. Hal ini
membantu dalam pemilihan prioritas alternatif dalam menghadapi kendala
pembangunan proyek.
Rekomendasi
Rekomendasi diberikan sebagai bentuk alternatif penyusunan strategi dan
pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses pelaksanaan
proyek lanskap yang nantinya dapat meningkatkan kinerja. Rekomendasi yang
diberikan berupa manajemen proyek yang dibuat berdasarkan standar pelaksanaan
pembangunan lanskap yang ideal. Rekomendasi ini dirumuskan sebagai acuan
bagi perusahaan dalam melaksanakan pembangunan lanskap selanjutnya.
14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Sejarah dan Profil Perusahaan
PT Jaya Real Property, Tbk. (JRPT) merupakan salah satu perusahaan
pengembang real estate terkemuka di Indonesia dengan portofolio di Jakarta
Selatan, Barat, dan Pusat. Didirikan pada tanggal 25 Mei 1979 dan memulai
kegiatan usaha pada tahun 1980. Kantor pusat JRPT terletak di CBD Emerald
Blok CE/A No. 1, Boulevard Bintaro Jaya Tangerang-15227, Banten dan proyek
berlokasi di Jakarta dan Tangerang. Perusahaan memfokuskan pembangunan dan
pengembangan kawasan terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari
berbagai tingkatan. Bintaro Jaya merupakan proyek unggulan yang diberi nama
kota satelit, dibangun di atas lahan seluas 2000 hektar dengan beragam pilihan
rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik diantaranya sekolah
unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan, tempat usaha, rekreasi serta
jaringan informasi yang terintergrasi. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak
1994, JRPT berkomitmen untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan
meningkatkan kepercayaan pemegang saham, pelanggan, lingkungan, dan
masyarakat dengan menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Visi dari
perusahaan ini sendiri adalah menjadi salah satu pengembang dan pengelolaan
properti terbaik di Indonesia, dengan misi perusahaan :
1. mencapai pertumbuhan pendapatan diatas rata-rata pertumbuhan industri real
estate dan properti di Indonesia,
2. memberi produk dan pelayanan yang bermutu yang memuaskan konsumen,
3. membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan iklim kerja yang baik
untuk menjaga kinerja yang tinggi,
4. mengoptimalkan produktivitas seluruh sumber daya yang dimiliki demi
memanfaatkan konsumen, pemegang saham, dan karyawan,
5. peduli pada aspek sosial dan lingkungan di setiap unit usaha.
Sebagai perusahaan pengembangan properti JRPT menempatkan prioritas
tertinggi terhadap lingkungan dengan mengambil langkah-langkah dalam
memperbaiki dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan melalui desain
cluster, pengelolaan kawasan dan kegiatan yang meningkatkan kesadaran akan
lingkungan.
Dalam ISO 9001:2008 seluruh hal yang tertera pada Prosedur Kerja dan
Instruksi Kerja (PK/IK) perusahaan harus dilaksanakan, dan seluruh hal yang
dikerjakan oleh perusahaan harus mempunyai bukti tertulis yang valid. Audit ISO
dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu audit internal yang dilakukan antar unit
dalam perusahaan dan audit eksternal yang dilakukan oleh badan sertifikasi ISO.
Berdasarkan dari laporan tahunan JRPT, ECOmmunity memadukan fitur-fitur dan
fasilitas pada hunian dengan lingkungan sekitarnya yang terbagi dalam beberapa
katagori yaitu:
1. health care: mendukung upaya menciptakan udara yang lebih bersih dan air
yang higienis untuk dikonsumsi dengan peduli terhadap pemakaian bahan
bangunan dan pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung kesehatan.
Beberapa aplikasinya adalah penggunaan cat berbahan dasar air, pemanfaatan
15

biotank, penggunaan grease trap dan optimalisasi penggunaan vegetasi untuk


mengurangi polusi udara,
2. earth care: mendorong pelestarian hutan dan lingkungan dengan menitik-
beratkan pada pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan dan
konservasi sumber daya alam. beberapa aplikasinya antara lain pemilihan
bahan bangunan yang dapat diperbaharui, pemilihan material carport,
penggunaan teknik biopori serta penerapan roof garden,
3. energy care: membantu warga menghemat konsumsi energi sekaligus
mengurangi biaya penggunaan tenaga listrik dengan peduli terhadap
penggunaan fitur/sistem yang dapat mengurangi pemakaian energi. Beberapa
aplikasinya antara lain optimalisasi pencahayaan dan sirkulasi udara alami,
pemakaian elemen air, penggunaan sistem gravitasi, penggunaan alumunium
foil dan penanaman pohon peneduh.
Pendekatan melalui tanggung jawab lingkungan adalah merupakan bagian
dari strategi pertumbuhan jangka panjang. Selain sebagai salah satu kewajiban
perusahaan, hal ini juga dapat menjadi daya yang kuat untuk menarik pelanggan
potensial dan faktor penting untuk kepuasan penghuni lama. Perusahaan
menciptakan sebuah program peningkatan kualitas sebagai bentuk promosi
terhadap produk yang akan dikembangkan seperti mengefisiensikan energi
melalui bentuk desain interior maupun eksterior yang diciptakan. Selama tahun
2009, unit bisnis Graha Raya dianugrahi sertifikat ISO 9001:2008 untuk
manajemen perumahan dan pengelolaan mengikuti perumahan Bintaro Jaya dan
Plaza Bintaro Jaya, yang sudah bersertifikasi ISO 9001:2008 sejak tahun 2006.
Hal ini diterapkan pada proses perizinan bangunan diidentifikasi sebagai prioritas
untuk perbaikan dan selanjutnya dilakukan poembahasan lebih lanjut.

Struktur Organisasi
Pada PT Jaya Real Property ini merupakan sebuah perusahaan property
yang dipimpin oleh komisaris utama Dr. Ir. Ciputra sebagai pendiri Jaya Group,
yang dibantu oleh komisaris, komisaris independen, dan direktur utama.
Perusahaan Jaya Real properti ini mempunyai tiga direktur yang memegang
peranannya masing-masing. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat
pada (Lampiran 1). Selama pelaksanaan magang, mahasiswa di tempakan pada
bagian unit proyek PT. Jaya Real Property, Tbk yang dipimpin oleh seorang
manajer proyek. Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa menjabat sebagai
student training dibawah bimbingan pengawas lanskap. Unit proyek ini bertugas
dalam membangun atau mengimplentasikan produk sesuai gambar kerja yang
telah dibuat oleh unit perencanaan dan pengembangan. Unit proyek terbagi
menjadi beberapa bidang kerja diantaranya bangunan, administrasi dan tender,
serta infrastruktur yang masing-masing bidang kerja dipimpin oleh seorang
koordinator manajer.
Tugas dari masing-masing koordinator berbeda, koordinator manajer
tender dan administrasi bertugas sebagai penanggung jawab dalam pemilihan
kontraktor, pembuatan rancangan anggaran (RAB) serta surat perintah kerja
(SPK). Koordinator manajer bangunan bertugas sebagai penanggung jawab dalam
pelaksanaan pembangunan bangunan. Kemudian, koordinator infrastruktur
bertanggung jawab pada pembangunan jalan dan infrastruktur yang dipimpin oleh
manajer infrastruktur, pembangunan lanskap yang dipimpin oleh seorang manajer
16

lanskap, serta pemasangan pipa-pipa saluran air, kabel listrik dan kabel telepon
yang dipimpin oleh manajer utilitas. Struktur organisasi pada unit proyek dapat
dilihat pada Gambar 3.
Manajer Unit Proyek

Koordinator Manager
Koordinator Koordinator
Manager Tender dan
Manager Bangunan Administrasi
Infrastruktur

Manajer Manajer Manajer


Infrastruktur Lanskap Utilitas

Supervisor Lanskap Supervisor Lanskap Supervisor Lanskap

Student trainee
Gambar 3 Struktur organisasi pada unit proyek
Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa mengikuti kegiatan yang ada
di lapang seperti mengawasi progres pelaksanaan kontruksi taman. Pelaksanaan
proyek lanskap ini dipimpin oleh seorang manajer lanskap mulai dari pembuatan
jadwal pelaksanaan sampai koordinasi teknis pekerjaan yang ada di lapang.

Luas dan Batasan Tapak


Discovery Flamine merupakan cluster ke-tujuh yang dikembangkan di
district Discovery kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Cluster ini berdiri di atas
permukaan tanah seluas 4.5 hektar atau 45 000 m yang terdiri dari area komersia
atau salable area dan area fasilitas umum. Area komersial ini sendiri memiliki
luas sekitas 29 899 m dengan proporsi 59% dari lahan berupa area terbangun
yang terdiri dari 179 unit kavling. Masing-masing kavling mempunyai luasan
yang berbeda sesuai dengan tipe huniannya yaitu tipe Zefira dengan luas
bangunan (LB) 140 m dan luas tanah (LT) 120 m, Briza (LB 152 m / LT 135
m), dan Galea (LB 180 m / LT 150 m). Selanjutnya, sisa lahan seluas 20 748 m
dengan proporsi 41% digunakan sebagai ruang terbuka hijau berupa fasilitas
umum seperti gerbang cluster, pos jaga, jalan, berm, taman rumah dan taman
utama pada Tabel 3.
Cluster Discovery Flamine berbatasan langsung dengan Discovery
Serenity dan terletak paling akhir dalam district Discovery kawasan Bintaro.
Sebelah utara dan barat perumahan ini berbatasan langsung dengan pemukiman
warga, sedangkan pada sebelah selatan berbatasan dengan Discovery Serenity dan
sebelah timur berbatasan dengan Discovery Eola. Pembangunan perumahan atau
area komersial ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama di blok DH/C,
DH/D, DH/E, DH/F, DH/G, sebagian DH/H, DH/L dan DH/M. Sedangkan untuk
17

tahap kedua berada di blok DH/A, DH/BI, DH/H, DH/I, DH/J, dan DH/K
(Gambar 4), untuk gambar yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 3 Luas area pada cluster Discovery Flamine
A. Area Komersial (salable area)
Standar Standar Standar Jumlah Luas
Kavling Blok Sudut Khusus %
8 x 15 9 x 15 10 x 15 Unit m
DH-A 7 2 9 1437
DH-B 15 4 19 3067
DH-C 3 1 3 3 10 1905
DH-D 11 6 5 22 4445
DH-E 10 4 14 2081
DH-F 11 4 15 2334
DH-G 10 4 14 2200
DH-H 8 5 2 15 2453
DH-I 7 3 1 11 1750
DH-J 7 3 1 11 1687
DH-K 3 3 8 14 2584
DH-L 4 2 8 14 1986
DH-M 4 1 6 11 1776
Total 11 56 34 44 34 179 29899 59%

B. Fasilitas Umum Fasilitas Sosial


1 Row 19748 39%
2 Taman 1000 2%
Total 20748 41%
Area pengembangan 50647 100%
(Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2015)

(Sumber : www.Jayaproperty.com 2014)

Gambar 4 Peta batas tapak Discovery Flamine


18

Aksesibilitas dan Sirkulasi


Lokasi Distrik Discovery berdiri di kawasan yang strategis, memiliki akses
langsung dengan jalan Boulevard Bintaro jaya dan dapat diakses dengan
menggunakan kendaraan pribadi atau pun kendaraan umum. Akses menuju ke
tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan semakin
mudah dengan transportasi yang sengaja disediakan oleh pihak pengembang.
Transportasi tersebut berupa bus intrans yang beroperasi di sekitar kawasan
Bintaro Jaya. Selain dengan menggunakan transportasi yang sudah disediakan,
kawasan Distrik Discovery ini terkoneksi dengan Boulevard Utama Row 50 meter
yang merupakan akses langsung ke pintu tol Pondok Ranji di ruas tol Bintaro-
Pondok Indah. Akses tol ini juga diperluas hingga ke tol JORR 2 ruas Serpong-
Kunciran-Bandara Soekarno Hatta. Akses yang dapat ditempuh dengan
menggunakan transportasi umum seperti commuter line dapat diakses melaui
stasiun terdekat dengan kawasan seperti Stasiun Pondok Ranji, Stasiun Jurang
Mangu, dan Stasiun Sudimara. Stasiun yang sangat dekat dengan halte bus intrans
Bintaro adalah Stasiun Jurang Mangu dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Sirkulasi yang berada pada cluster merupakan jalan utama dengan lebar
jalan 6 meter. Jalan tersebut ditujukan untuk pengendara roda empat seperti mobil
dan bus intrans, pengendara motor, pengendara sepeda dan juga pejalan kaki.
Pada cluster hanya terdapat satu pintu masuk dan keluar untuk alasan keamanan.
Topografi dan Tanah
Sebagian besar kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan
memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3%.
Sedangkan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Kondisi geologi Kota
Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan
lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai
tingkat kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang, unsur
ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang
Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.
Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang
Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara
umum cocok untuk pertanian/perkebunan. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya semakin banyak yang perubahan dalam penggunaannya untuk
kegiatan lain. Kegiatan tersebut yang bersifat non-pertanian. Untuk sebagian
wilayah seperti Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, jenis tanah ada yang
mengandung pasir khususnya untuk wilayah yang dekat dengan Sungai Cisadane.
Iklim
Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I
Tangerang pada tahun 2014, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara,
kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan
angin. Temperatur udara berada di sekitar 26C 29C dengan temperatur udara
minimum berada di bulan Januari sebesar 26C dan temperatur udara maksimum
di bulan Oktober yaitu sebesar 29C. Rata-rata kelembaban udara adalah 79,08%
dengan kelembaban udara minimun terjadi di bulan September sebesar 71% dan
kelembaban udara minimum terjadi pada bulan Februari sebesar 86%. Keadaan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 682 mm dan curah hujan
19

terendah terjadi pada bulan September sebesar 22 mm. Sedangkan pada bulan Mei
jumlah curah hujan tidak terukur. Sehingga didapat rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 193.3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari
hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4.9
km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38.3 km/jam.
Drainase
Pada kawasan Distrik Discovery terdapat danau buatan atau polder yang
berfungsi sebagai tampungan air dari sekitar kawasan. Seluruh air buangan pada
cluster termasuk cluster Discovery Flamine mengalir melalui drainase. Drainase
yang digunakan merupakan drainase tertutup dengan penutup grill besi yang
langsung terhubung dengan saluran air atau gorong-gorong yang terletak di berm.
Selanjutnya, saluran tersebut membawa air menuju polder atau danau buatan yang
ada di tengah taman distrik (Gambar 5). Selanjutnya dari polder tersebut air
langsung dialirkan ke sungai terdekat. Sehingga danau ini menjadi tempat
penampungan sementara pada distrik Discovery.

Konsep Gambar 5 Danau buatan yang terletak di tengah taman distrik


Konsep taman utama pada distrik Discovery sendiri memiliki konsep
Totally Green Park yaitu taman yang mengutamakan konsep ramah lingkungan
baik secara fisik maupun fungsi. Konsep tersebut juga memiliki konsep
pendidikan dan pengetahuan sebagai bentuk pembelajaran bagi anak-anak yang
tinggal di kawasan distrik Discovery. Konsep utama distik tersebut kemudian
diterapkan pada setiap cluster sesuai dengan tema yang diambil. Pengadaan
fasilitas umum seperti taman bermain adalah salah satu bentuk implementasi dari
taman berkonsep pendidikan.
Discovery Flamine merupakan cluster ke-tujuh yang dikembangkan di
distrik Discovery yang didesain lebih exclusive dan elegan. Konsep pada cluster
ini yaitu Flamine, kata flamine berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti
hembusan angin. Sehingga cluster ini lebih mengoptimalkan sirkulasi udara yang
dapat mengalir dari dan ke berbagai sisi. Arsitek dari cluster ini yaitu Vicent
Hadi, yang menerapkan konsep hembusan angin pada desain rumah seperti
bukaan jendela dan desain ruang di dalam rumah. Penerapan desain ruang ini
berbeda pada setiap tipe sesuai dengan luasan rumah dan posisi rumah.
Konsep ini juga diterapkan pada taman utama cluster Discovery Flamine.
Konsep ini dapat dilihat dari berbagai elemen taman yang terinspirasi dari
permainan tradisional anak dengan memanfaatkan angin seperti kincir angin dan
layang-layang. Aplikasi permainan layang-layang dapat terlihat dari sculpture
taman yang menjadi vocal point dari taman tersebut dan juga kincir angin yang di
20

letakkan pada permainan sliding dan juga ayunan. Konsep ini juga terlihat dari
bentukan pola paving taman yang berbentuk seperti kincir angin. Pemakaian
tanaman pada taman utama yaitu tanaman ground cover, semak dan juga pohon.
Penggunaan tanaman pohon bertujuan sebagai peneduh dan tetap memperhatikan
nilai estetikanya. Pepohonan dibuat rapat sehingga keasrian dan kesejukan dapat
dirasakan hingga di sekitar rumah. Hal ini serupa dengan konsep utama District
Park yang mengutamakan keramahan lingkungan.

Pelaksanaan Administrasi
Pelaksanaan administrasi merupakan salah satu proses pelaksanaan dalam
pelaksanaan proyek. Tahap awal dalam melakukan pelaksanaan suatu proyek
lanskap adalah melakukan pemilihan kontraktor lanskap pada pembangunan
cluster Discovery Flamine dilakukan melalui proses tender atau pelelangan.
Pekerjaan yang akan dilelang merupakan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh
beberapa badan yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri yaitu di
bidang pembangunan lanskap. Tender yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan lanskap ini adalah tender tertutup. Kegiatan tender diikuti oleh
beberapa kontraktor yang diundang oleh pihak owner. Pihak owner sudah
menyusun owner estimation (OE) sebelum kegiatan tender berlangsung.
Kemudian pada saat pelakasanaan tender, masing-masing kontraktor diberikan
kesempatan menjelaskan dan mengajukan harga untuk pekerjaan akan yang
dilakukan. Penjelasan tender ini atau Aanwyzing ini dilakukan pada 22 Agustus
2014 dan 20 November 2014, setelah tahap presentasi selesai, dilakukan rapat
tertutup untuk menentukan kontraktor yang memenangkan proyek tersebut.
Kriteria kontraktor yang mendekati dengan harga yang diajukan atau OE dan
berdasarkan kesepakatan harga yang dicapai.
Pengumuman pemenang tender ini dilakukan pada tanggal 29 Desember
2014 dengan tenggat waktu yang dibutuhkan dalam proses evaluasi penawaran
sampai dengan pengumuman pemenang selama 39 hari kalender. Berdasarkan
kesepakatan rapat tertutup yang dilaksanakan oleh pihak owner terdapat dua
kontraktor yang terpilih sebagai pemenang tender pembangunan lanskap cluster
Discovery Flamine yaitu PT Pesona Tamanindo dan PT Sekawan. Pembangunan
proyek lanskap ini dibagi menjadi dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan softscape
dan hardscape taman utama. Pekerjaan hardscape diserahkan kepada PT Pesona
Tamanindo yang meliputi pekerjaan pembangunan pada welcome area seperti
pos jaga, kanopi, wing gate, pagar, signage serta jalur pedestrian dan
pembangunan hardscape pada taman yaitu pembuatan bangku taman, children
playground, shelter, dan lampu dekoratif. Sedangkan pada pekerjaan softscape
dikerjakan oleh PT Sekawan meliputi pengadaan dan penanaman taman.
Setelah ditetapkan pemenang tender barulah dilakukan pertemuan untuk
membahas hasil keputusan tender. Pada tender ini tidak terdapat sanggahan atau
penolakkan dari pihak kontraktor. Kemudian, barulah dibahas mengenai pre-
contruction pada 20 November 2014. Rapat ini diselenggarakan oleh pihak owner
yang dihadiri oleh manajer dan pengawas lanskap, perwakilan dari bagian
administrasi, perwakilan unit perencanaan dan pengembangan, dan pihak
kontraktor yang memenangkan tender. Pertemuan ini membahas mengenai waktu
pengerjaan, paket pekerjaan, metode pelaksanaan, struktur organisasi di lapang,
21

rencana pengajuan shop drawing dan material, serta teknis di lapang. Setelah
semua dibahas secara bersama barulah dimulai kesepakatan kerja antara kedua
belah pihak.
Tahap selanjutnya merupakan pembahasan mengenai penyusunan surat
perintah kerja (SPK) pada waktu pertemuan yang sama dan penandatangan
kontrak pada waktu yang bersamaan. Kemudian, kontraktor menunggu SPK turun
dan SPK diterbitkan pada tanggal 16 Januari 2015 penerbitan SPK ini menjadi
periode awal dari pekerjaan pembangunan lanskap. Setiap kontraktor
mendapatkan dua SPK untuk pekerjaan pembangunan lanskap, untuk PT Pesona
Tamanindo menerima SPK untuk pekerjaan pembangunan hardscape pada
welcome area (Lampiran 3) dan taman cluster (Lampiran 4), sementara PT
Sekawan menerima SPK untuk pengadaan softscape taman berm, dan taman
cluster. Berdasarkan pengamatan di lapang kontraktor memulai pekerjaan
pembangunan setelah mencapai kesepakatan kontrak kerja, bukan pada saat SPK
telah selesai diterbitkan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang akan dilaksanakan
terlalu banyak dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan dan juga waktu
penerbitan SPK yang cukup lama. Pihak owner tidak mempersalahkan hal
tersebut, mengingat hubungan antara owner dan pihak kontraktor yang sudah
saling percaya satu dengan yang lainnya.
Tenggat waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan hardscape yang
tercantum pada SPK adalah selama 91 hari kalender terhitung tanggal 19 Januari
2015 untuk pekerjaan welcome area dan pada pekerjaan taman cluster ditargetkan
selesai pada akhir bulan Mei. Sedangkan untuk pekerjaan softscape ditargetkan
selesai pada akhir bulan Mei setelah pekerjaan hardscape selesai dikerjakan. SPK
tidak hanya mengatur mengenai target waktu pelaksanaan pekerjaan saja,
melainkan mengenai lingkup pekerjaan, syarat-syarat pekerjaan, harga SPK, cara
pembayaran, alat, dan bahan, waktu pelaksanaan pekerjaan, masa pemeliharaan,
sanksi, dan larangan. Mengenai cara pembayaran, pada setiap termin pembayaran
dibagi berdasarkan progres pekerjaan yang telah dikerjakan di lapang. Cara
pembayaran untuk pekerjaan welcome area ini dibagi menjadi lima termin. Hal ini
juga berlaku untuk pembayaran pekerjaan hardscape pada taman cluster. Termin
yang pertama yaitu pembayaran dibayarkan setelah progres pekerjaan selesai
25%, dilakukan pembayaran 20% dari harga total. Kemudian, pada termin kedua
dilakukan setelah progres kerja di lapang selesai 50% dapat dilakukan
pembayaran sebesar 25% dari harga total. Termin ketiga dibayarkan sebanyak
25% setelah progres kerja selesai 75% dan pada termin keempat dibayarkan
sebesar 25% setelah progres selesai 100%. Pembayaran terakhir sebesar 5%
dibayarkan ketika selesai masa pemeliharaan non struktur selama tiga bulan dan
dibuktikan dengan berita acara serah terima.
Pembayaran pekerjaan softscape dilakukan dalam lima termin juga baik
untuk pembayaran pekerjaan taman utama. Pembayaran pada termin pertama
dilakukan setelah progres di lapang selesai 25% dengan total pembayaran sebesar
20% dari total pembayaran. Selanjutnya, pada termin kedua dan seterusnya
dilakukan pembayaran dengan jumlah yang sama dengan pembayaran terhadap
pekerjaan hardscape. Kemudian, pembayaran terakhir sebesar 5% dibayarkan
ketika selesai masa pemeliharaan non struktur selama tiga bulan dan dibuktikan
dengan berita acara serah terima. Selain itu pada SPK tertulis bahwa kontraktor
wajib membuat time schedule dan rencana progres pekerjaan (s-curve) di awal
22

pekerjaan. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat progress report setiap


minggunya. Namun, masih terdapat beberapa kontraktor yang tidak mematuhi
kesepakatan. Sehingga, apabila kontraktor tidak mengumpulkan progres pada
minggu itu, maka akan dikenakan sanksi berupa denda uang. Hal ini juga berlaku
untuk kontraktor yang tidak mengikuti rapat koordinasi yang diadakan seminggu
sekali oleh pihak pengawas (Gambar 6). Hal ini dilakukan manajer lanskap agar
para kontraktor dapat disiplin dalam melakukan pelaporan kemajuan kerja.

Gambar 6 Kegiatan rapat koordinasi mingguan

Pelaksanaan Proyek Lanskap


Pembangunan lanskap Discovery Falmine ini terhitung sejak prosedur
pelaksanaan tender yang sudah di mulai dari bulan Januari. Pelaksanaan
pembangunan lanskap pada cluster ini di mulai pada awal bulan Februari sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan pada pertemuan pre-contruction.
Pembangunan ini dilaksanakan sebelum surat perintah kerja diturunkan. Sehingga
pelaksanaan ini dikerjakan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak
untuk segera memluai pekerjaan. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tepat pada
waktu yang ditetapkan dan untuk mengefisiensikan waktu. Pertemuan antara
pihak kontraktor dan owner tidak terhenti pada pre-contruction saja. Namun,
pada setiap minggunya diadakan rapat koordinasi untuk membahas mengenai
progres pekerjaan dan juga kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan.
Gambar kerja diberikan kepada pihak kontraktor setelah proses tender
selesai dilaksanakan (lampiran 5). Selama proses pelaksanaan pembangunan ini
diawasi oleh unit proyek, unit perencanaan dan pengembangan. Pengawasan di
lapang dilakukan setiap harinya, kecuali pada saat akhir pekan adalah opsional
pada saat keadaan genting saja. Pengawas wajib membawa gambar kerja pada saat
pemantauan di lapang, namun pada kenyataannya pengawas tidak membawa
gambar kerja. Pengawas membawa gambar kerja hanya pada saat keadaan urgent.
Pada keadaan biasa pengawas hanya memantau dan mengawasi pekerjaan yang
sedang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar hasil dari kegiatan pembangunan
sesuai dengan rencana proyek. Pelaksanaan pembangunan yang pertama kali
dimulai adalah pembangunan pos jaga, dan pada seminggu kemudian
pembangunan wing gate dilaksanakan. Pengerjaan keduanya dilakukan bersamaan
namun prioritas utama tetap pos jaga, sedangkan untuk pengerjaan taman utama
menyusul setelah progres pekerjaan welcome area mencapai 60%. Perkerjaan
taman rumah dan berm dilakukan pada saat progres bangunan mencapai 80%
terbangun.
23

Pembangunan Pos Jaga


1. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal yang harus segera
dilaksanakan untuk memulai pekerjaan seperti pekerjaan pembersihan dan
pengolahan lahan, serta pengukuran dan pematokan lahan. Pekerjaan ini dilakukan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak kontraktor yaitu dimulai
pada tanggal 19 Januari 2015 berupa tahap pembersihan lahan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembersihan sebanyak 6 orang dan
kegiatan pembersihan membutuhkan waktu selama 1 hari. Pekerjaan pembersihan
yang dilakukan meliputi kegiatan pembersihan rumput, sampah, batuan, dan
puing-puing bangunan. Pekerjaan ini dilakukan secara manual karena lahan yang
akan dikerjakan tidak terlalu luas. Alat yang digunakan berupa cangkul, ember,
skop, dan keranjang sampah. Sampah dan puing yang sudah terkumpul kemudian
di buang ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan mobil pick-up.
Kemudian setelah pembersihan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan
pengolahan lahan yang meliputi perataan tanah. Mengingat lahan yang akan
dibangun memiliki kondisi eksisting yang cukup datar sehingga pengerjaannya
tidak memerlukan pekerjaan cut and fill. Pengerjaan pengolahan ini dikerjakan
oleh 6 orang pekerja dengan 4 kenek dan pelaksanaan pengolahan ini dilakukan
secara manual mengingat lahan yang akan diolah tidak terlalu luas. Alat yang
digunakan terdiri dari cangkul, blincong, dan pengki sebagai pengangkut tanah
yang akan diratakan. Tanah-tanah yang berlebih ini nantinya akan diletakkan pada
area yang keadaan tanahnya tidak rata. Sehingga pada pekerjaan pengolahan tanah
pada pos jaga ini tidak membutuhkan pekerjaan tambah kurang. Tidak ada
kendala yang dihadapi dalam proses pembersihan dan pengolahan lahan ini dan
pekerjaan selesai sesuai jadwal yang ditetapkan (Gambar 7).

Gambar 7 Pekerjaan pembersihan dan pematokan area pembangunan


Pekerjaan yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan pengukuran dan
pematokan lahan. Proses pegukuran ini dilakukan oleh 6 orang pekerja karena
area yang digunakan tidak terlalu luas sehingga dalam pengerjaannya tidak
dibutuhkan banyak pekerja. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara 3 orang
melakukan pengukuran dan yang lainnya bersiap melakukan pematokan. Alat dan
bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari meteran, waterpass,
peking, palu, balok kayu, dan bambu sebagai tanda pematokan. Pekerjaan
pematokan ini bertujuan untuk menandai batas lahan yang akan dibangun dengan
menggunakan kayu dan bambu yang saling dihubungkan dan ditancapkan ke
tanah. Pekerjaan ini dilakukan selama 4 hari kerja dengan kendala intensitas hujan
24

yang sering terjadi pada sore hari sehingga pekerjaan terkadang hanya
berlangsung setengah hari.
2. Pembuatan Pondasi
Pondasi merupakan bagian terbawah dari sebuah bangunan yang
menyalurkan gaya dari beban hidup dan beban mati yang bekerja secara vertikal
pada system upper structure dengan aman ke tanah. Karena memiliki fungsi yang
penting dalam pembangunan kontruksi, pemilihan pondasi menjadi suatu hal yang
penting seperti jenis tanah, kedalaman tanah keras, daya dukung tanah, dan level
air tanah perlu dipertimbangkan. Area yang akan dibangun pos jaga ini memiliki
jenis tanah yang padat dan kedalaman tanah keras yang dangkal. Sehingga
permukaan tanah yang akan dibangun dinilai cukup kuat dan stabil untuk
menahan beban bangunan. Oleh karena itu, pondasi yang digunakan dalam
pembangunan ini adalah pondasi dangkal yang ditempatkan tepat di bawah yang
menyalurkan langsung beban bangunan pada tanah penopang dengan tekanan
vertikal (Gambar 8).

Gambar 8 Pembuatan pondasi menerus dan kerangka sloof pos jaga


Pondasi ini menyalurkan beban secara menerus yang terbuat dari susunan
batu kali dengan kedalaman 80 cm yang dikerjakan oleh 6 pekerja dan
diselesaikan selama 12 hari. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sloof yang
merupakan struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan yang
berfungsi untuk menyalurkan beban dari bangunan ke pondasi agar beban dapat
tersebar merata. Pembuatan sloof ini menggunakan coran beton bertulang setinggi
30 cm dengan lama masa pengerjaan 4 hari.
Proses pekerjaan pondasi pada pos jaga ini membutuhkan waktu 3 hari dan
jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja. Kendala yang dihadapi selama
pengerjaan ini adalah ukuran sloof yang ditetapkan tidak sesuai pada saat
pembangunan sehingga menunggu konfirmasi dari kontraktor ke pengawas
lanskap untuk meminta persetujuan apakah pekerjaan akan dilanjutkan atau tidak.
Sehingga pengawas menyetujui dengan beberapa pertimbangan yang diberikan.
Hal ini dikarenakan ukuran yang tertera pada gambar tidak sama dengan keadaan
di lapang. Sehingga terjadi perubahan rencana oleh kontraktor dalam pengukuran
sloof. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tetap berjalan dan tidak tertunda.
Perubahan dilakukan dengan dasar perhitungan dan pertimbangan ulang agar
struktur tetap aman untuk menopang beban.
3. Pembangunan Dinding dan Pengecoran Kolom
Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan dinding pos jaga yang terbuat
dari semen dan susunan bata merah. Dinding bata terdiri dari balok modular yang
terikat oleh adukan semen untuk membentuk dinding yang kuat dan efisien dalam
25

menahan tekanan. Pada pengerjaan dinding pos jaga ini dibutuhkan 6 tenaga kerja
dan di bagi menjadi beberapa tugas seperti pengadukan semen, pemasangan batu
bata merah, dan finishing. Bata merah akan dipasang dengan menggunakan
mortar yang bertujuan untuk mengikat kontruksi bata. Mortar yang akan
digunakan merupakan jenis mortar semen biasa yang terdiri dari campuran semen
portland, pasir, dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Pengerjaan ini
memakan waktu selama 12 hari, selama pengerjaan ini kendala yang ada di lapang
berupa keadaan cuaca di lapang yang sulit ditebak dan intensitas hujan yang
cenderung tidak stabil. Keterbatasan tenaga kerja membuat pekerjaan dilakukan
secara bergantian dengan melihat pekerjaan mana yang paling penting untuk
dikerjakan dan selebihnya pekerjaan dapat diselesaikan tanpa kendala.
Pekerjaan selanjutnya yaitu pengecoran kolom pada pos jaga yang
dilakukan secara bertahap. Sebelum melakukan pengecoran, pekerjaan yang
terlebih dahulu dilakukan adalah pembuatan kerangka kolom terlebih dahulu.
Kerangka yang dipergunakan dalam pembuatan kolom ini adalah besi dengan
diameter 8 mm (Gambar 9a). Setelah kerangka selesai dipasang, langkah
selanjutnya adalah pembutan bekisting. Pemasangan bekisting ini bertujuan untuk
menahan bahan coran yang akan dituangkan dalam pondasi. Bekisting yang
digunakan pada pembangunan ini merupakan bekisting konvesional atau
tradisional dengan menggunakan kayu yang dapat dipasang dan dibongkar.
Pemasangan bekisting ini tidak memakan banyak waktu dalam pengerjaannya dan
kendala yang dihadapi pada pemasangan bekisting ini tidak ada. Setelah
pemasangan bekisting selesai, barulah dibuat adukan beton bertulang dengan
perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan air yang digunakan sebanyak 1/2
dari volume semen (Gambar 9b).

(a) (b)
Gambar 9 Pembuatan kerangka kolom pos jaga (a), proses pengeringan coran
kolom pos jaga (b)
Takaran yang digunakan disini sesuai dengan volume satu karung semen,
seharusnya penakaran menggunakan ember yang biasa digunakan dalam kontruksi
agar lebih akurat. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat waktu dalam proses
pengadukan beton. Pekerjaan selanjutnya, penuangan beton yang dilakukan secara
manual dengan menggunakan ember kontruksi dan dilakukan oleh seorang
pekerja dan dua orang pengangkut beton. Pekerjaan seharusnya membutuhkan
lebih banyak pekerja agar beton tidak cepat kering dan kolom yang dihasilkan
memiliki kualitas baik.
26

Pelaksanaan pengecoran ini memerlukan waktu satu minggu dari awal


pemasangan kerangka kolom hingga tahap penuangan beton dalam bekisting.
Kolom yang terdapat pada pos jaga ini sebanyak 8 kolom yang dikerjakan oleh 6
orang pekerja. Pekerjaan ini dikerjakan setelah pemasangan dinding selesai
dipasang dan selanjutnya pekerjaan pengecoran dilakukan. Pembuatan kolom ini
membutuhkan waktu pengeringan selama satu minggu atau tidak kurang dari
tujuh hari yang sesuai dengan standar umum. Namun, di lapang bekisting
dilepaskan setelah kolom kering dalam waktu 2 hari karena menurut pekerja coran
beton sudah kering dan selama dua hari cuaca cukup cerah. Setelah bekisting
dilepaskan, kolom tidak langsung diberi beban agar kolom tidak rusak karena
pelepasan bekisting yang kurang dari tujuh hari.
Setelah pengecoran kolom selesai tahap selanjutnya adalah pekerjaan
plesteran dan acian. Plesteran ini dilakukan menggunakan bahan dengan
perbandingan 1 Pc semen : 5 pasir, perbandingan ini diambil dikarenakan
bangunan yang digunakan bangunan sederhana dengan satu ruangan saja.
Sebelum melakukan plesteran terlebih dahulu dibuatkan patokan ketebalan
dengan menggunakan paku dan tali yang sudah diatur ketebalannya kemudian
barulah plesteran dipasangkan. Setelah plesteran kering, pekerjaan pengacian
dapat dilaksanakan dengan menyiapkan alat dan bahan berupa ember cor, cetok,
air, dan semen. Ketika semua bahan sudah dicampurkan barulah proses pengacian
dimulai dengan menggunakan cetok, untuk meratakannya dapat menggunakan
raskam atau jidar. Seharusnya plesteran dinding disiram air terlebih dahulu
sebelum melakukan pengacian agar dinding tidak menyerap banyak air dari proses
pengacian. Namun, karena kondisi di lapang yang tidak terlalu panas dan sering
terjadi hujan pada saat pelaksanaan sehingga tidak perlu disiramkan air pada
dinding.
4. Pembangunan Atap
Setelah pembangunan kolom dan dinding selesai dilakukan, tahap
selanjutnya yaitu pembangunan atap dan juga pembuatan kanopi pada welcome
area Discovery Flamine. Tahap awal pembangunan atap yaitu pemasangan
bambu sebagai kerangka penyangga bekisting yang terbuat dari papan triplek dan
pemasangan besi dak beton, besi yang digunakan dalam kerangka dak beton ini
yaitu besi dengan diameter 10 mm. Kerangka dak ini dibuat dengan tebal 20 cm
kemudian disambungkan dengan kerangka kolom yang sudah ada sebelumnya.
Setelah kerangka dan bekisting terpasang barulah pengecoran. Bahan yang
digunakan dalam pengecoran ini menggunakan coran beton bertulang dengan
teknik penuangan yang dilakukan secara manual (Gambar 10).
27

Pembukaan bekisting pada atap dilakukan dua hari setelah pengecoran


dilakukan, yang seharusnya menurut SNI tahun 2007 pelepasan bekisting pada
coran dilakukan tidak kurang dari 7 hari pasca pengecoran (Gambar 11a). Setelah
bekisting dilepas barulah dilakukan plesteran pada bagian dalam atap pos jaga
dengan menggunakan perbandingan dan material yang sama dengan plesteran
pada dinding (Gambar 11b). Pembangunan atap datar ini membutuhkan waktu
pengerjaan selama enam hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak tujuh orang
pekerja. Namun, penulis menilai bahwa pekerjaan tidak produktif karena
ketersediaan alat yang terbatas dan sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan
tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada.

(a) (b)
Gambar 11 Pelepasan bekisting pada atap pos jaga (a), kegiatan plesteran pada
atap pos jaga (b)
5. Pemasangan Kloset, Keramik, Jendela dan Pintu
Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah pemasangan kloset, pekerjaan
ini dilaksanakan setelah pipa PVC sudah dipasang terlebih dahulu. Sebelum kloset
dipasang, dibuatkan pola untuk memperkirakan pemasangan keramik pada lantai.
Selanjutnya dipersiapkan adukan beton dengan campuran pasir dan semen untuk
membuat cekungan pada ujung pipa sesuai dengan bentuk kloset. Pekerjaan
pemasangan ini hanya membutuhkan waktu yang singkat yaitu hanya sehari dan
pengerjaan ini bukanlah pekerjaan yang kritis. Sedangkan untuk proses
pengeringan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemasangan keramik lantai
bagian luar kamar mandi. Adukan semen untuk pemasangan kramik ini
menggunakan perbandingan 1 semen : 6 pasir dengan ketebalan yang dipakai 3
cm dari permukaan lantai (Gambar 12).

Gambar 12 Finishing pemasangan keramik kloset pos jaga


28

Pekerjaan selanjutnya, pemasangan keramik pada dinding. Pekerjaan ini


menggunakan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Pasir yang digunakan lebih sedikit
untuk menghasilkan struktur yang lebih padat dan lebih rekat (Gambar 13a).
Keramik yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda. Keramik untuk lantai
menggunakan keramik berukuran 30 x 30 cm, sedangkan keramik dinding
menggunakan keramik berukuran 20 x 20 cm dan 20 x 25 cm. Pemasangan
keramik membutuhkan waktu selama 7 hari dengan jumlah pekerja 4 orang
dengan satu mandor (Gambar 13b). Kendala yang dihadapi selama pemasangan
ini tidak ada dan cuaca pada pagi dan sore hari cukup cerah.

(a) (b)
Gambar 13 Pasangan keramik pada dinding toilet pos jaga (a), finishing
pemasangan keramik kloset pos jaga (b)

Setelah pemasangan kloset dan keramik pekerjaan selanjutnya adalah


pemasangan pintu dan jendela pos jaga. Jenis pintu yang dipakai dalam pos jaga
ini adalah pintu flush yang menggunakan sisipan kaca dengan aksesibilitas pintu
ayun. Tahap pertama pelaksanaan pintu ini dilakukan dengan pemasangan kusen
pintu terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan pemasangan engsel pintu.
Pemasangan kaca pada pintu dikerjakan oleh penyedia jasa tempat pintu tersebut
diperoleh. Selanjutnya, pemasangan pintu sendiri dikerjakan oleh pekerja yang
disediakan oleh kontraktor sebanyak tiga orang pekerja. Pekerjaan pemasangan
pintu diselesaikan dalam waktu dua hari dan selama masa pekerjaan pemasangan
ini tidak terdapat kendala terutama keadaan cuaca tidak berengaruh karena
pekerjaan pemasangan dilakukan diruang tertutup.
Jenis jendela yang dipasang merupakan jendela nako dan jendela mati
yang terbuat dari kaca. Hal yang pertama dilakukan dalam pemasangan jendela
yaitu pembuatan rangka bingkai jendela permanen atau sash statis. Selanjutnya
pemasangan kaca jendela pada bingkai yang telah dipasang dan kaca direkatkan
dengan menggunakan lem kaca. Pekerjaan pemasangan jendela ini dibutuhkan
tenaga kerja sebanyak 6 orang pekerja dan waktu pelaksanaan dalam dua hari
pengerjaan saja. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemasangan jendela
ini tidak ditemukan.
Pembangunan Gerbang Cluster
Pembangunan gerbang cluster dibagi menjadi dua tahap. Tahap yang
pertama pembangunan kanopi kemudian dilanjutkan dengan pembangunan pagar
cluster. Pembuatan pondasi kanopi yang terletak di empat titik, yaitu dua titik
pada sisi kanan dan kiri pos jaga dan dua di sisi kanan dan kiri signage (Gambar
29

14a). Pondasi yang digunakan dalam pembangunan kanopi ini pondasi setempat.
Selanjutnya, tahap serta material yang digunakan pada pondasi setempat ini sama
dengan pembuatan pondasi pada pos jaga. Pekerjaan ini membutuhkan waktu
selama tujuh hari dan dikerjakan oleh 6 orang pekerja dengan satu mandor.
Pelaksanaan selanjutnya yaitu pembuatan kolom kanopi, material dan tahap
pembuatan kolom kanopi ini sama dengan pembuatan kolom pada pos jaga.
Namun, pada tahap pengecoran kolom kanopi ini dilaksanakan dalam 3 tahap
pengecoran yaitu bagian bawah, tengah, dan atas (Gambar 14b).

(a) (b)

(a) (b)
Gambar 14 Pekerjaan galian tanah pondasi dan pemasangan kerangka kolom
kanopi (a), pekerjaan pengecoran kolom kanopi bagian atas (b)
Seharusnya pada pekerjaan pengecoran ini dilakukan sekali saja untuk
mendapatkan coran yang baik dan kokoh. Apabila dikerjakan secara bertahap
dikhawatirkan hasil coran tidak tersambung dengan baik. Pekerjaan ini
dilaksanakan dalam 14 hari dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja dan
satu mandor. Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan balok kanopi dimulai dari
pembuatan kerangka balok yang kemudian disambungkan pada kedua kolom yang
telah dicor (Gambar 16a). Kemudian bekisting dipasang pada kerangka balok dan
barulah dimulai tahap pengecoran balok (Gambar 16b). Pembuatan balok ini
memakan waktu selama 7 hari dengan jumlah pekerja 6 pekerja dan satu mandor.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan ini adalah bahan terlambat datang dan
cuaca yang tidak menentu. Pembuatan beton secara bertahap juga memakan
banyak waktu pengerjaan sehingga waktu menjadi tidak efisien.

(a) (b)
Gambar 15 Kegiatan pembuatan kerangka balok untuk kanopi (a), proses
pengeringan coran balok kanopi (b)
30

Pekerjaan selanjutnya, pemasangan kerangka sebagai tempat peletakkan


kanopi yang terbuat dari besi baja ringan. Pekerjaan dilakukan oleh pekerja yang
ahli dibidang pemasangan rangka kanopi (Gambar 16). Waktu pengerjaan selama
21 hari dan meliputi pekerjaan pengelasan, pemasangan kerangka kolom yang
dikerjakan di lapang bukan pada bengkel las. Hal ini dilakukan agar kerangka
dapat segera dipasangkan pada kolom yang telah didirikan. Pembangunan kanopi
gerbang diselingi oleh pembangunan pondasi pagar cluster. Pondasi yang
digunakan dalam pembangunan pagar merupakan pondasi setempat dengan
kedalaman 40 cm dan bahan yang digunakan batu kali serta semen.

Gambar 16 kegiatan pemasangan kerangka ACP kanopi gerbang cluster

Waktu penyelesaian selama tujuh hari dan tenaga kerja yang dibutuhkan
enam orang pekerja tersebar pada dua area pondasi yang berbeda. Selanjutnya
pemasangan ACP kanopi yang berukuran 75 m. Waktu pelaksanaan selama dua
hari pengerjaan dan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 4 orang pekerja ahli
dalam bidang pemasangan kanopi ACP. Pekerjaan pembangunan pagar dimulai
bersamaan dengan pembuatan rangka kanopi, pekerjaan itu meliputi pembuatan
pondasi dan kolom. Pekerjaan pembuatan kolom hampir sama dengan pembuatan
kolom pos jaga. Hanya saja yang membedakan adalah tinggi dan lebar kolom
yang digunakan berukuran 30 x 30 cm. Waktu pelaksanaan selama tujuh hari
dengan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak enam orang pekerja (Gambar 17).
Kemudian setelah kolom selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bata merah,
plesteran, dan pengacian yang dikerjakan selama tujuh hari.

Gambar 17 Proses pengeringan coran kolom pagar


31

Pada bagian ujung atas dan bawah diberikan kerangka engsel terlebih dahulu
sebelum dilakukan tahap finishing kolom pagar. Kemudian pembuatan gerbang
yang terbuat dari besi hollow dikerjakan di lokasi pembangunan yang dilakukan
oleh pekerja yang ahli dalam bidang pengelasan dan pembuatan kerangka dari
besi (Gambar 18a). Pengerjaan kerangka gerbang ini membutuhkan waktu selama
tiga hari dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan sebanyak 4 orang pekerja.
Kemudian setelah pekerjaan kerangka pintu gerbang selesai, kerangka tersebut
dipasang pada engsel pagar yang telah dipasang. Selanjutnya tahap finishing
dilakukan dengan pengecatan pagar (Gambar 18b).

(a) (b)
Gambar 18 Proses pembuatan dan pengelasan kerangka pagar (a), proses
pemasangan kerangka pagar (b)
Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan gerbang adalah adanya kecelakaan
proyek, yaitu pagar yang telah terpasang tidak sengaja tertabrak oleh truk angkut
muat barang yang keluar masuk proyek. Sehingga perbaikan ini menyebabkan
pertambahan waktu namun tidak sampai mengganggu pekerjaan yang lain.
Pembangunan Dinding Dekoratif
Langkah pertama pembuatan dinding dekoratif yaitu pembersihan dan
perataan lahan yang akan dibangun signage yang berukuran 14 x 5,5 m. pada
pelaksanaan ini hampir sama dengan pelaksanaan pembangunan sebelumnya yang
membedakannya hanya waktu pelaksanaannya saja (Gambar 19a). Namun, ada
pekerjaan yang berbeda dari pembangunan yang lainnya seperti pembuatan ban-
banan dinding, pembuatan signage, dan pemasangan nama signage. Tahap awal
pembangunan dimulai dari pembuatan pondasi batu kali, pada setiap jarak 2 m
diberi kerangka besi untuk oembuatan kolom. Pondasi ditanam pada kedalaman
60 cm. Waktu pelaksanaan selama tujuh hari dengan jumlah tenaga kerja enam
orang pekerja dan satu mandor (Gambar 19b).
Selanjutnya pembuatan sloof signage yang dilaksanakan pada hari ke tiga
belas dengan panjang 1350 cm dan lebar 25 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan pada
sela-sela pembangunan pos jaga. Pekerjaan dilaksanakan selama tujuh hari
pekerjaan dengan jumlah pekerja yang sama yaitu enam orang pekerja. Pekerjaan
selanjutnya, pemasangan bata merah terlebih dahulu sebelum ke tahap
pengecoran. Bata merah yang akan dipasang memilik panjang 14 m dengan tinggi
5.5 m. Waktu pengerjaan selama 3 hari dan jumlah pekerja yang dibutuhkan enam
orang pekerja dengan didampingi satu mandor.
32

(a) (b)
Gambar 19 Pembersihan dan penggalian tanah dinding dekoratif(a),proses
pembuatan pondasi batu kali (b)
Teknis yang digunakan dalam pekerjaan ini sama dengan pekerjaan
pemasangan dinding pada pos jaga yang membedakan hanya waktu pelaksanaan
dan jumlah material yang dipakai. Setelah pekerjaan pemasangan batu bata
mencapai 3 m, dilanjutkan dengan pembuatan kolom signage yang terletak pada
tiga titik (Gambar 20a). Kolom pondasi pada signage ini dibuat bertahap
dikarenakan kolom yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan kontraktor untuk
meminimalisir resiko kegagalan pada pembuatan kolom seperti terjadinya
pembekokan pada kolom yang dibangun. Setelah pekerjaan selesai barulah
diteruskan pemasangan batu bata hingga selesai dan dilanjutkan dengan
pengecoran kolom tahap selanjutnya (Gambar 20b).

(a) (b)
Gambar 20 Proses pemasangan batu bata dan pengecoran kolom dinding
dekoratif (a), proses pemasangan lanjutan
Pekerjaan pembuatan pola dinding dekoratif dilakukan bersamaan dengan
pemasangan bata merah setelah bata merah kering. Dinding yang sudah dipola
kemudian dihancurkan sesuai dengan batas pola dengan menggunakan palu, dan
alat pemahat untuk merapihkannya (Gambar 21a). Kemudian pada pinggiran pola
diberikan ban-banan yang terbuat dari adukan semen dan pasir. Hal pertama yang
dilakukan pada pembuatan ban-banan ini yaitu pemasangan bekisting pada
pinggiran pola. Setelah terpasang barulah dituangkan adukan semen pada
bekisting (Gambar 21b). Dinding yang telah selesai dipola selanjutnya dilakukan
pengacian. Pekerjaan pengacian ini menggunakan teknik dan material yang sama
pada dinding pos jaga (Gambar 21c).
33

(a) (b)

(c)
Gambar 21 Proses pembuatan pola pada dinding (a), proses pembuatan ban-
banan (b), dan proses pengacian ban-banan dinding dekoratif (c)
Tahap selajutnya pengecatan pada dinding setelah acian kering yang
dimulai pada bagian depan dinding dekoratif (Gambar 22a). Setelah cat bagian
depan kering barulah dilakukan pemasangan kerangka untuk menempatkan
signage pada dinding dekoratif (Gambar 22b). Pekerjaan ini dilakukan bersamaan
dengan pengecatan bagian belakang dinding dekoratif. Pemasangan kerangka
dilakukan oleh pekerja yang sama dengan pembuatan pagar dan kanopi. Sehingga
pekerjaan pengecatan dapat dilakukan karena yang melakukan pekerjaannya
adalah pekerja tetap dari kontraktor.

(a) (b)
Gambar 22 Pengecatan pada dinding dekoratif (a), proses pemasangan signage (b)
Pekerjaan dinding dekoratif dan pemasangan signage dilakukan dalam
waktu tiga bulan dengan jumlah pekerja sebanyak enam orang pekerja dan satu
mandor lapang. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan ini terkait dengan
cuaca yang tidak menentu, tenaga kerja yang kurang produktif, dan pasokan
material yang kurang tepat waktu sehingga pekerjaan sempat tertunda.
34

Pembangunan Taman Utama Cluster


1. Pekerjaan pembersihan, pengolahan, dan pematokan lahan
Pembersihan lahan taman ini dilakukan bersamaan dengan pembersihan
lahan untuk area pos jaga dan dinding dekoratif. Pembersihan area terdiri dari
pencabutan rumput, pemangkasan semak belukar, dan menyingkirkan puing-puing
yang tidak terpakai (Gambar 23). Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan lahan,
pengolahan ini meliputi pembentukan level tanah yang berbeda dengan cara
penambahan tanah pada taman. Setelah pengolahan lahan selesai dilaksanakan,
tahap selanjutnya adalah pematokan lahan yang dilakukan beberapa kali di setiap
pembangunan yang berbeda pada taman (Gambar 24).

Gambar 23 Proses pembersihan lahan taman cluster

Gambar 24 Proses pematokan taman cluster


Pekerjaan pembersihan hingga pematokan dilakukan selama sepuluh hari
dengan jumlah pekerja enam orang pekerja dengan satu mandor. Kendala yang
dihadapi pada pelaksanaan ini lebih sering terjadi masalah cuaca yang tidak
menentu antara pagi dan sore hari. Pada pelaksanaan taman diselingi dengan
pembangunan pos jaga dan juga dinding dekoratif serta pekerjaan yang lebih
didahulukan. Hal ini dilakukan karena kurangnya jumlah pekerja yang melakukan
pekerjaan hardscape.
2. Pekerjaan Hardscape
Elemen hardscape yang terdapat pada taman cluster terdiri dari pavement,
planter box, shelter, sculpture, dan children playground. Pembuatan kerangka
sculpture dan chidren playground dikerjakan di bengkel kontraktor karena
ketersediaan alat yang terbatas dan tidak adanya tempat khusus untuk
mengerjakannya.
a. Pavement
Pekerjaan pavement dibagi menjadi beberapa tipe seperti perkerasana dari
batu koral sikat alor hitam, koral sikat panca warna, batu andesit, dan rabat beton
35

yang ditempatkan pada area yang berbeda. Setelah dilakukan pematokan dan
pembuatan pola tapak selanjutnya diberikan lapisan pasir. Barulah paving disusun
sesuai dengan alur yang telah dibuat (Gambar 25). Setelah itu bagian tepi dibatasi
dengan curb dan pada sela-sela pavement diberikan pasir agar tidak ada rongga
antar pavement (Gambar 26). Kemudian paving dipadatkan menggunakan stamper
untuk membuat paving menjadi rata.

Gambar 25 Proses pemasangan paving taman cluster

Gambar 26 Proses pembuatan curb pada pavement


Pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan paving dengan pola kincir angin
yang terletak di tengah taman. Pertama yang dilakukan yaitu pemadatan tanah
dengan menggunakan stemper. Hal ini bertujuan agar tanah tidak amblas dan
tanah padat merata (Gambar 27a). Kemudian pembuatan pola dari papan dan kayu
patokan sesuai dengan ukuran pada gambar kerja (Gambar 27b). Setelah pola
terpasang, dilanjutkan dengan pembuatan wiremesh yang bertujuan untuk
membuat struktur beton lebih kuat. Tahap selanjutnya dilakukan pengecoran pada
bagian yang sudah dipasang wiremesh (Gambar 28).

(a) (b)
Gambar 27 Proses pemadatan tanah menggunakan stemper (a), dan poses
pembuatan pola kincir pad ataman cluster (b)
36

Gambar 28 Proses pemasangan wiremash dan pengecoran pavement kincir


Pada saat pengecoran mulai kering, penaburan batu koral dilakukan
dengan cara membuat lapisan baru yang terbuat dari material semen terlebih
dahulu. Kemudian batu ditaburkan dan diratakan, setelah itu dilakukan
pembersihan untuk menghilangkan batu koral yang tidak terpasang (Gambar 29).
Pekerjaan pembuatan paving ini dilakukan selama 3 minggu dengan jumlah
pekerja sebanyak 6 orang pekerja dan satu mandor. Kendala yang dihadapi selama
di lapang tidak terlalu mengganggu jalannya pekerjaan.

Gambar 29 Proses pembersihan paving dari batu koral yang tidak terpasang
b. Planter Box
Ukuran planter box yang akan dibuat memiliki ukuran dan bentuk yang
berbeda. Pada planter box yang berbentuk kotak memiliki ukuran 2 x 2 m dan
untuk planter box lingkaran memiliki diameter 2 m. Pekerjaan ini dilakukan
dengan pembuatan pondasi terlebih dahulu kemudian barulah pemasangan bata
merah dilakukan. Selanjutnya dilakukan pengacian pada bagian dalam palnter box
dengan teknik dan bahan yang sama dengan pengacian sebelumnya (Gambar30).
Setelah pekerjaan selesai dilanjutkan dengan pemasangan keramik batu alam dan
pada bagian atas dilakukan pengecatan. Pekerjaan ini membutuhkan waktu selama
21 hari dengan jumlah pekerja empat orang pekerja.

Gambar 30 Proses penacian bagian dalam planter box


37

c. Shelter
Pembangunan ini diawali dengan pembuatan bench yang diletakkan di
tengah shelter. Bench ini tidak memiliki bentuk yang istimewa hanya berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 2 x 0,5 m. Pekerjaan bangku taman ini sama
dengan pembuatan planter box yang membedakan hanya ukuran dan pada bagian
dalam diberikan tanah untuk memberikan volume pada bangku taman (Gambar
32a). Setelah terisi tanah barulah bagian atas diberikan semen beton untuk
membentuk bentukan yang datar. Kemudian barulah dilakukan pengacian pada
bangku taman tersebut (Gambar 31b).

(a) (b)
Gambar 31 Bangku taman yang telah terisi tanah (a), bangku taman yang telah
diplester
Setelah pembuatan bangku taman selesai, dilanjutkan dengan pembuatan
podasi yang diawali dengan pekerjaan galian tanah yang berukuran 30 x 30 cm
dengan kedalaman 60 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan besi siku
pada pinggiran sebagai krangka pembatas dan dilanjutkan dengan pemasangan
wiremash sebagai pengikat lantai beton (Gambar 32). Tahapan selanjutnya
pengecoran lantai shelter dan pemasangan keramik batu alam setelah pengecoran
kering. Pemasangan keramik dan pengecoran dilakukan sebagian saja karena pada
bagian pinggir shelter akan dipasang tiang sebagai penyangga atap shelter
kemudian dilakukan pengecoran (Gambar 33).
38

Gambar 33 Pemasangan tiang besi pada shelter taman cluster


Pekerjaan selanjutnya, pemasangan atap shelter yang terbuat dari ACP.
Pemasangan ACP ini dilakukan oleh pekerja ayng ahli dibidang pemasangan atap
ACP. Hal pertama yang dilakukan yaitu pembuatan kerangka atap menggunakan
besi siku, besi-besi dibentuk persegi panjang kemudian dilakukan pengelasan
untuk menyatukan susunan besi. Setelah kerangka selesai dikerjakan, kerangka
kemudian diletakkan pada titik yang telah ditentukan. Kerangka disatukan dengan
tiang yang telah terpasang dan dengan menggunakan las kerangka dan kolom
disatukan. Kerangka yang telah terpasang diberikan penopang menggunakan besi
penyangga (Gambar 34). Hal ini dilakukan untuk mencegah struktur berubah
karena angin kencang. Setelah kerangka merekat dengan kuat barulah dipasang
ACP pada permukaan kerangka dengan menggunakan paku tembak dan dikuatkan
dengan kawat pengikat pada setiap ujungnya.
Pekerjaan ini membutuhkan waktu selama 21 hari dengan jumlah pekerja
yang berbeda disetiap pekerjaannya dengan astu mandor yang sama. Kemudian
selama pelaksanaan kendala yang sering ditemui di lapang adalah masalah cuaca
yang tidak menentu. Pada saat tiang atap terpasang tiang dibongkar kembali
karena tiang kurang kokoh dan harus dipasangkan penyangga tambahan dengan
menggunakan besi siku yang dipasang di kedua sisi tiang pada Gambar 34.

Gambar 34 Pemasangan besi penopang pada kerangka atap shelter

d. Children Playground
Pada taman cluster terdapat dua jenis permainan anak yang dibangun yaitu
permainan ayunan dan sliding anak. Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah
pekerjaan galian tanah yang akan digunakan sebagai pondasi dari permainan yang
akan dibangun. Pondasi yang digunakan pada kedua jenis permainan berbeda
39

untuk pondasi cor digunakan pada permainan ayunan dan untuk pondasi setempat
digunakan pada permainan sliding. Pada pembuatan ayunan, hal pertama yang
perlu disiapkan yaitu pembuatan kerangka ayunan yang terbuat dari besi pipa
berdiameter 15 cm yang pelaksanaannya dilakukan dibengkel las. Jumlah kolom
yang digunakan sebanyak dua kolom yang digunakan juga sebagai kerangka
pondasi. galian tanah selesai, kemudian diberikan coran semen sebelum kerangka
ayunan (Gambar 35). Setelah coran kering barulah kerangka dipasang pada lubang
yang telah dipasang (dicor dan kemudian dilakukan pengecoran lanjutan hingga
kepermukaan lubang.

Gambar 35 Pengecoran dasar pondasi ayunan taman cluster


Setelah kerangka ayunan terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan
bangku ayunan yang telah terpasang engsel pada kerangkanya (Gambar 36).
Kemudian dilakukan pengecatan pada bagian atas ayunan sebagai tahap finishing
dari pekerjaan ayunan. Pekerjaan ini dilaksanakan selama 12 hari dengan jumlah
pekerja sebanyak 6 orang pekerja yang terdiri dari pekerja umum dan khusus
dibidang pembuatan kerangka.

Selanjutnya pekerjaan yang dilaksanakan adalah pembuatan sliding yang


diletakkan tidak jauh dari posisi ayunan. Setelah dilakukan penggalian tanah dan
pengolahan tanah. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pondasi pada kedua
sisi sliding. Pondasi yang digunakan adalah pondasi setempat, tahap pekerjaan
pondasi ini sama dengan pekerjaan pondasi pada pembangunan pos jaga dan
signage. kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kerangka sloof dan kerangka
kolom. Setelah kerangka selesai, diberikan semen coran dan pemasangan batu
bata dimulai (Gambar 37).
40

Gambar 37 Pemasangang bata merah pada ayunan taman cluster


Selanjutnya pembuatan tangga sliding yang terbuat dari susunan batu bata,
namun sebelum dimulai pemasangan batu bata terlebih dahulu diisikan tanah
kedalamnya untuk memberikan volume pada tangga. Hal ini dilakukan untuk
mencegah tangga amblas akibat kurangnya volume selain itu juga dapat
menghemat biaya material yang dikeluarkan. Setelah pekerjaan dinding dan
tangga selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan pembuatan concrete sliding (Gambar
38). Pada bagian dalam sliding terlebih dahulu diisikan tanah di dalamnya, setelah
itu dilakukan pengecoran pada bagian permukaan jalur. Kemudian barulah
dilakukan pengecoran permukaan jalur sliding dengan menggunakan bahan
material yang sama dengan bahan coran lainnya.

Gambar 38 Pembuatan lintasan permainan sliding taman cluster


Setelah pekerjaan pemasangan bata merah selesai, dilanjutkan dengan
pekerjaan acian seluruh bagian sliding. Setelah pembuatan sliding selesai
dilanjutkan dengan pembuatan rubbermat yang berbentuk lingkaran yang terbuat
dari bata dan coran beton. Pada bagian tengah kolom diberikan besi hollow
lingkaran untuk meletakkan tiang kincir angin. Pembuatan kincir angin ini
dilakukan di bengkel las yang dikerjakan oleh pekerja ahli di bidangnya. Setelah
hollow, dilanjutkan dengan pemasangan baling-baling kincir (Gambar 39a).
Kemudian setelah kincir angin terpasang dilakukan pengecatan kincir angin dan
sliding (Gambar 39b). Pekerjaan ini dilaksanakan selama 21 hari kerja yang
dikerjakan oleh 7 orang pekerja yang berasal dari pekerja dibidang pengelasan dan
pekerja bangunan dengan satu mandor. Kendala yang dihadapi tidak sampai
mengganggu jalannya pembangunan, seperti tidak memutarnya kincir angin dapat
segera diatasi dengan menambahkan oli pada bagian putaran kincir.
41

(a) (b)
Gambar 39 Pengecatan seluruh bagian sliding (a), dan pemasangan baling-baling
kincir angin pada sliding (b)
e. Sculpture
Letak sculpture berada di tengah planter box taman cluster. Bentuk dari
sculpture ini diambil dari permainan anak-anak yang menggunakan angin yaitu
laying-layang agar sesuai dengan konsep cluster Discovery Flamine sendiri.
Pekerjaan pertama yaitu pembuatan kerangka sculpture yang dilakukan di bengkel
las dan kemudian pada tahap penghalusan sambungan las dilakukan di lapang
(Gambar 40a). Pekerjaan ini kemudian dilakukan pengecoran sampai ke titik
permukaan tanah dengan menggunakan campuran material yang sama dengan
pengecoran yang lainnya (Gambar 40b). bersamaan dengan pembuatan pondasi,
pekerjaan pertama yaitu penggalian tanah sedalam 50 cm dan dilakukan
pemasangan kerangka besi kolom sebanyak tiga buah.

(a) (b)
Gambar 40 Proses pengamplasan kerangka sculpture (a), dan pengecoran
pondasi sculpture taman cluster (b)
Selanjutnya pemasangan kerangka sculpture ke dalam kolom yang telah
terpasang bekisting. Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu ketiga
rangka dihubungkan satu dengan yang lainnnya dengan besi siku tambahan. Hal
ini dilakukan untuk menopang kerangka agar tidak jatuh selama tahap pengecoran
(Gambar 41a). Kemudian kolom dicor menggunakan campuran semen cor yang
pengadukan dan pengecoran dilakukan secara manual. Setelah itu dilakukan
pengeringan coran selama tujuh hari kerja. Setelah itu bekisting dilepaskan dari
coran dengan menggunakan palu, kapak kecil, dan sendok semen (Gambar 41b).
42

(a) (b)
Gambar 41 Proses pengeringan coran kolom (a), dan proses pelepasan
bekisting kolom (b)
Tahap selanjutnya pengecatan bagian atas layang-layang yang telah
dipasang (Gambar 42). Pengecatan ini dilakukan ditahap akhir agar cat tetap
bersih karena apabila dilakukan diawal pemasangan ditakutkan akan kotor dan
perlu pengecatan ulang. Pekerjaan ini dilaksanakan selama kurang lebih 14 hari
dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja las dan pekerja bangunan dengan
satu mandor. Kendala yang ditemukan di lapang tidak ditemukan dan
pembangunan berjalan dengan lancar.

Gambar 42 Sculpture taman cluster yang telah di cat

3. Pekerjaan Softscpae
Pekerjaan softscpae ini terdiri dari pekerjaan persiapan, penanaman
rumput, semak, dan juga pohon yang dikerjakan setelah 80% pembangunan taman
selesai dan pemeliharaan. Pada pekerjaan softscape taman ini dikerjakan oleh
kontraktor yang berbeda dan khusus dibidang penanaman. Kontraktor yang
ditugaskan melakukan pekerjaan penanaman yaitu PT Sekawan. Pada
pelaksanaannya PT Sekawan juga sebagai pemasok tanaman yang akan ditanam.
Pada tahap persiapan, hal yang dilakukan terdiri dari pembersihan dan
pembentukan lahan seluas 285 m dengan kebutuhan soil mix sebanyak 50 m.
kemudian untuk penopangan pohon dibutuhkan steger bambu sebanyak 3 per
pohon dengan jumlah total steger sebanyak 29 set. Pada pekerjaan penanaman
taman cluster terdapat berbagai jenis tanaman pohon dan semak yang dipakai
(Tabel 4).
43

Tabel 4 Daftar jenis tanaman pohon dan semak pada taman cluster
Tanaman Spesifikasi
No Jumlah Satuan
Nama Latin Nama Lokal Tinggi D. Batang
Pohon
1. Ficus elastica Beringin Karet 3m 20 cm 2 Pohon
Kuning
2. Ranunculus Buttercup 4m 20 cm 11 Pohon
occidentalis
3. Terminalia mantaly Ketapang kencana 5 m 11 Pohon
4. Palaquium Nagasari 2,5 m 5 Pohon
rostratum
Semak
5. Dianells ensifolia Dianela 0,3 m 252 Nos
6. Crinum sp Bakung 0,3 m 262 Nos
7. Oleina syzygium Pucuk Merah 0,3 m 28 Nos
8. Eragrostis curvula Lovegrass Hijau 0,3 m 557 Nos
Kasar
9. Osmoxylon lineare Kaki laba-laba 0,2 m 157 Nos
10. Ananas bracteatus Nanas merah 0,3 m 110 Nos
11. Jasminum sambac Karombosa 0,3 m 40 Nos
12. Tabernaemonantana Saberna mini 0,3 m 71 Nos
corymbosa
13. Xanadu philodendron Phillo xanadu 0,3 m 56 Nos
Rumput
14. Axonophus Rumput Gajah 213 Nos
compressus Mini
(Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2015)
a. Penanaman Pohon
Pohon yang digunakan pada taman cluster cukup beragam yang terdiri dari
buttercup, ketapang kencana, beringin karet kuning, dan nagasari. Setelah tahap
persiapan barulah penanaman dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga kerja yang disediakan oleh kontraktor tanaman. Hal yang dilakukan
pertama yaitu pembuatan lubang tanam dengan diameter rata-rata 1 x 1 x 1 m
sesuai dengan diameter akar pohon 40 cm. Letak pohon yang akan ditanam
terdapat sedikit perubahan, tidak sesuai dengan gambar kerja karena melihat
kondisi lapang yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penanaman.
Setelah lubang tanam siap, barulah pohon ditanam pada lubang tanam
yang dilakukan secara manual dan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak enam
orang pekerja untuk mengangkut pohon dari pick up ke lubang tanam (Gambar
43). Setelah penanaman selesai dilakukan, pada masing-masing pohon yang baru
ditanam diberi steger pada ketiga sisi pohon. Hal ini dilakukan agar pohon yang
baru ditanam kokoh dan tidak mudah roboh. Steger ini ditancapkan ke dalam
tanah sedalam 10 cm dan pada bagian ujung atas diikat dengan menggunakan tali
rapia agar steger terpasang dengan kokoh. Kemudian pohon disiram dengan
menggunakan tangki air. Kendala yang dihadapi saat di lapang yaitu terdapat
pohon ketapang yang mengalami kekeringan karena pohon tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
44

Gambar 43 Proses penanaman pohon pada taman cluster


b. Penanaman Semak
Penanaman semak ini dilakukan dengan menggunakan media tanam
berupa tanah asal dari tapak tersebut tanpa campuran tanah lain. Kemudian untuk
lubang tanam yang dibutuhkan tidak terlalu dalam karena ukuran semak yang
digunakan tidak terlalu tinggi dan tidak terdapat batang utama. Kemudian, untuk
penanaman pada planter box terlebih dahulu diisikan tanah ke dalam planter box
hingga tiga perempat penuh (Gambar 44). Terdapat sembilan jenis semak yang
digunakan pada taman cluster seperti yang telah tercantum pada Tabel 4. Pola
penanaman semak ini disesuaikan dengan pola penanaman pada gambar kerja
(Lampiran 6).

Gambar 44 Proses penambahan tanam ke dalam planter box


Semak yang akan ditanam terlebih dahulu dikeluarkan dari polybag,
kemudian ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya (Gambar
45). Kemudian tanaman disiram dengan menggunakan tangki air berukuran kecil.
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan penanaman ini sebanyak enam
orang tenaga kerja dengan diawasi langsung oleh pengawas dari kontraktor
tanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk penanaman semak dengan luas 71.40 m
ini selama dua hari yang dibagi menjadi dua tahap pengerjaan. Kendala yang
dihadapi selama pelaksanaan yaitu tanaman datang terlambat sehingga pekerjaan
tertunda beberapa saat namun tidak sampai mengganggu pekerjaan.
45

Gambar 45 Proses penanaman semak pada taman cluster


c. Penanaman Rumput
Media tanam yang digunakan untuk penanaman rumput ini hanya berupa
tanah (top soil) yang digemburkan. Penempatan penanaman rumput ini tidak
hanya dibagian tanah kosong saja, tetapi juga ditanam pada sela-sela perkerasan
sesuai dengan pola (Lampiran 7). Rumput yang dibutuhkan dalam taman ini
sebanyak 213.4 m dan penanamannya dilakukan secara bertahap. Rumput ini
ditanam dengan menggunakan metode penanaman lempengan kecil (plug).
Lempengan-lempengan kecil tersebut ditanam dengan cara menekan lempengan
rumput ke permukaan tanah yang gembur (Gambar 46).

Gambar 46 Proses penanaman rumput pada taman cluster


Rumput ditanam dengan jarak yang rapat agar rumput cepat menutupi area
tanah pada taman. Setelah ditanam rumput dipadatkan dengan menggunakan
papan datar, hal ini dilakukan agar akar rumput dapat menyatu dengan media
tanam yang baru. Pada penanaman rumput pada taman cluster ini dikerjakan
selama satu hari kerja yang dikerjakan oleh dua orang pekerja disisi taman yang
berbeda. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tidak ditemukan.

Pemeliharaan
Setelah pekerjaan penanaman pada taman selesai barulah dilakukan
pekerjaan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan secara rutin oleh pihak
kontraktor hingga selesai masa retensi. Masa retensi yang diberikan kepada pihak
kontraktor selama tiga bulan. selama masa pemeliharaan mahasiswa tidak
mengikuti secara penuh dikarenakan waktu magang mahasiswa sudah berakhir.
Kegiatan pemeliharaan yang dapat diamati oleh mahasiswa hanya tahap
penyulaman dan penyiraman saja.
46

1. Penyulaman
Kegiatan penyulaman ini merupakan kegiatan penggantian tanaman yang
rusak atau sudah mati. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan
pada tanaman yang sudah ditanam. Seperti tanaman rumput yang berada di taman
utama dilakukan penyulaman di beberapa tempat rumput yang mati. Pekerjaan
penyulaman ini tidak membutuhkan waktu yang lama karena area penyulaman
tidak terlalu luas. Sehingga dalam pengerjaannya hanya membutuhkan waktu satu
jam saja. Tenaga kerja yang dibutuhkan pun tidak terlalu banyak, hanya seorang
pekerja saja.
2. Penyiraman
Penyiraman tanaman ini dilakukan dengan menggunakan mobil tangki air
kecil. Kegiatan ini dilakukan dua kali sehari pada jam delapan pagi dan sekitar
jam empat sore (Gambar 47). Pada saat terjadi hujan penyiraman ini tidak
dilakukan karena tanah sudah menyimpan air sehingga kebutuhan air pada
tanaman sudah terpenuhi. Kapasitas kerja yang dibutuhkan untuk tanaman yang
baru ditaman yaitu sekitar 400 m/jam. Kebutuhan kapasitas kerja pada seitap
periode penanaman berbeda-beda pada umumnya, yaitu pada saat tanaman
dipupuk dibutuhkan volume air yang lebih banyak dari tanaman yang baru
ditanam dengan kapasitas kerja sekitar 200 m/jam. Kemudian untuk tanaman
dengan masa pertumbuhan yang sudah stabil kebutuhan air tidak sebanyak pada
saat baru tanam dan pemupukan dengan kapasitas kerja sekitar 700-1000 m/jam.

Gambar 47 Proses penyiraman rumput taman cluster pada sore hari

Evaluasi Rencana Manajemen

Pengorganisasi Proyek
Organisasi dalam suatu pelaksanaan kontruksi merupakan suatu tindakan
sebagai bentuk interaksi dengan tata cara tertentu dalam rangka tercapainya satu
tujuan. Jenis organisasi yang digunakan berdasarkan studi lapang adalah jenis
organisasi tradisional, dimana Jaya Real Property bertindak sebagai pemilik
proyek kontruksi dan pada divisi perencanaan sebagai perancang kontruksi dan
divisi proyek sebagai pengawas pelaksanaan kontruksi serta kontraktor sebagai
pelaksana kontruksi. Pada pelaksanaan kontruksi PT Pesona Tamanindo berperan
sebagai kontraktor utama yang mengerjakan sebagian besar dari pembangunan
dan PT Sekawan menjadi sub kontraktor yang bekerja lebih khusus pada bidang
tanaman (Gambar 47). Hubungan antara Jaya Real Property dengan kontraktor
merupakan hubungan fungsional dan kontraktual, sedangkan hubungan antara
47

Jaya Real Property terhadap divisi yang terlibat hanya hubungan fungsional saja.
Hal ini dikarenakan antara divisi dan Jaya Real Property sebagai pemilik
merupakan satu perusahaan pengembang sehingga tidak memerlukan sebuah
kontrak kerja yang mengikat. Sementara hubungan antara divisi dan kontraktor
berupa hubungan kontraktual dan fungsional pada Gambar 48.

Gambar 48 Skema hubungan dan bagan bentuk organisasi proyek


Struktur organisasi yang digunakan oleh kontraktor di lapang berdasarkan
bentuknya merupakan bentuk organisasi garis (Gambar 49). Organisasi garis
merupakan organisasi dimana wewenang tertinggi dipegang oleh seorang manajer
proyek yang berasal dari pihak kontraktor. Berdasarkan survei lapang,
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kontraktor cukup baik dalam
menyelesaikan suatu permasalahan di lapang. Struktur organisasi lapang yang
dimiliki oleh kontraktor sudah cukup baik. Komunikasi antara kontraktor dan
mandor berjalan dengan lancar. Mandor lapang juga sudah cukup baik dalam
mengatur pembagian tugas yang ada di lapang.
Manajer Proyek Kontruksi

Pengawas Proyek

Mandor

Tukang

Gambar 49 Struktur organisasi lapang


Menurut Ervianto (2005), organisasi garis merupakan organisasi dimana
wewenang mengalir lurus dari atas ke bawah, sedangkan pertanggungjawaban
mengalir lurus dari bawah ke atas (Gambar 50). Kelebihan dari organisasi jenis ini
adalah bahwa dalam organisasi hanya terdapat satu pimpinan sehingga
pertanggung jawaban jelas dan pemberian tugas terfokus pada satu orang. Selain
itu, pengambilan keputusan lebih cepat diambil karena hanya terdapat satu
pemimpin.
48

Owner

Manajer Proyek

Manajer Layanan Manajer


Perencana Pendukung Kontruksi
Gambar 50 Bentuk struktur organisasi garis
Berdasarkan fungsinya, organisai proyek itu sendiri merupakan pedoman
pelaksanaan fungsi dimana pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta
delegasi terlihat jelas. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu menetapkan daftar
penugasan, menyusun lingkup kegiatan, menyusun struktur kegiatan, menyusun
daftar personil organisasi beserta lingkup tugas (Evrianto, 2005). Penetapan
penugasan yang diamati pada saat di lapang, kontraktor memberikan intruksi
langsung kepada mandor dan pekerja lainnya. Penetapan penugasan tidak
dilakukan secara tertulis, hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam pembangunan tidak terlalu banyak. Namun, penetapan secara langsung ini
dapat menimbulkan terbengkalainya pekerjaan akibat pembagian tugas yang
kurang terarah.
Pengendalian Proyek Lanskap
Pengendalian proyek lanskap merupakan suatu tindakan membandingkan
apa yang harusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi dalam pembangunan
lanskap. Kegiatan dalam pengendalian itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu
pengawasan, pengendalian terhadap jadwal, dan koordinasi (Ervianto 2005).
1. Pengendalian terhadap Jadwal
Pelaksanaan pembangunan welcome area dan hardscape taman cluster
dilaksanakan dalam rentan waktu selama 91 hari terhitung tanggal 19 Januari
2015 hingga 19 April 2015 berdasarkan SPK (Surat Perintah Kerja) yang
disepakati. Kemudian, pekerjaan softscape taman cluster dilaksanakan selama 7
hari terhitung dari tanggal 19 April 2015 sampai tanggal 3 Mei 2015. Namun,
kenyataan di lapang pekerjaan softscape dilaksanakan tidak sesuai dengan tanggal
yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan dalam penyelesaian
progress pembangunan hardscape di lapang dan SPK belum diturunkan oleh
pihak administrasi.
Pada pembangunan hardscape taman cluster ini diselesaikan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan dalam SPK. Namun pada progres harian terjadi
beberapa pekerjaan yang seslesai tidak sesuai dengan progres harian yang
ditargetkan. Hal ini dikarenakan adanya kejadian tak tertuga seperti keadaan cuaca
yang tidak menentu dan kecelakaan teknis. Pada kasus ini tidak sampai
mengganggu progres pekerjaan yang lain dan tidak mengubah jadwal yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu kontaktor tidak mendapatkan surat peringatan dan
sanksi dari pihak pengawas. Kemudian pada pelaksanaan softscape taman cluster
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Namun mulai
pelaksanaannya lebih awal dari jadwal yang ditetapkan karena SPK belum
diturunkan dan apabila menunggu SPK turun dikhawatirkan pekerjaan tidak dapat
selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
49

Menurut Susanto (2009), waktu pelaksanaan proyek mengacu pada waktu


yang telah ditetapkan untuk melaksanakan dan menghadapi setiap aktivitas
pekerjaan menggunakan semua sumber daya dan informasi proyek di dalam suatu
estimasi atau perkiraan biaya. Kemudian waktu pelaksanaan proyek timbul dari
jalur kritis dimana jangka waktu untuk seitap aktivitas didalam urutan kerja tidak
dapat dikurangi. Sehingga berdasarkan literatur yang ada, pada pelaksanaannya
kontraktor sudah cukup baik dalam mengendalikan sumberdaya yang terlibat
dalam proyek dan dapat diaplikasikan secara tepat.
2. Pengawasan
Pihak yang terlibat langsung di lapang pada pelaksanaan pembangunan
lanskap Discovery Flamine ini manajer lanskap, pengawas, dan juga kontraktor.
Ketiganya berperan dalam pengawasan setiap kegiatan yang berkaitan dengan
pembangunan lanskap. Kegiatan pengawasan yang ditemukan di lapang berupa
pemantauan terhadap laporan kemajuan pekerjaan di lapang. Kontraktor
menyerahkan laporan harian kepada pengawas lanskap sebagai laporan tertulis
dan juga laporan mingguan berupa kurva S pekerjaan (Lampiran 8). Pada saat
pekerjaan selesai dibangun, laporan tersebut diserahkan kepada atasan sebagai
bukti tertulis dan bentuk evaluasi pada pembangunan lanskap Discovery flamine.
Pengawasan ini dilakukan salah satunya untuk mengendalikan waktu
pelaksanaan agar dapat selesai tepat waktu. Kemudian, diadakan pertemuan antara
pengawas lanskap dan kontraktor yang diadakan setiap minggu. Pertemuan ini
membahas terkait progress pekerjaan dan diskusi mengenai permasalahan yang
dihadapi selama pelaksanaan agar segera ditemukan solusinya. Pengawasan yang
dilakukan oleh tim lanskap sudah baik dan sesuai dengan langkah pengawasan
menurut Susanto (2009), langkah-langkah tersebut antara lain :
a. Pencatatan dan pelaporan kemajuan pekerjaan, frekuensinya sangat tergantung
pada keadaan dan jenis proyek. Semakin penting proyek tersebut maka
frekuensi pelaporannya semakin tinggi, demikian sebaliknya. Laporan
kemajuan pekerjaan dapat berupa laporan harian, mingguan, bulanan, dan
lebih lama lagi. Laporan tersebut dibuat oleh kontraktor dan disetujui oleh
konsultan pengawas. Laporan berisikan tentang kegiatan yang dilakukan,
bahan, peralatan, tenaga kerja, keadaan cuaca serta hal-hal lain yang terjadi
pada saat tersebut, seperti risalah rapat, keadaan cuaca bulanan, keadaan
prestasi pekerjaan selama satu bulan, foto-foto perkembangan pekerjaan, dan
masalah lain yang perlu dilaporkan.
b. Rekaman perbandingan kemajuan pekerjaan. Informasi dari laporan kemajuan
pekerjaan diplotkan ke dalam rencana kerja yang ada, kemudian dibandingkan
dengan perkembangan prestasi kerja terakhir. Alat yang digunakan berupa
barchart serta kurva S, arrow diagram, dan diagram skala waktu.
Laporan kemajuan yang disertai gambar, diserahkan ke pengawas lanskap
pada laporan akhir sebagai bukti bahwa pekerjaan sudah selesai. Laporan ini juga
digunakan untuk mencairkan dana tagihan kontraktor ke bagian administrasi
proyek. Pada laporan kontraktor tanaman, kontraktor harus memberikan laporan
dengan gambar pada saat akhir pekerjaan selesai dan saat masa retensi atau
pemeliharaan selama tiga bulan. Secara kesulurahan laporan yang diberikan
kontraktor kepada pengawas sudah baik dan jelas untuk dipertanggungjawabkan
ke pada unit manager proyek.
50

3. Koordinasi
Kegiatan koordinasi dilakukan setiap periode waktu tertentu. Seperti yang
ditemukan di lapang, kegiatan koordinasi antar pihak pengawas dengan kontraktor
dilakukan selama satu minggu sekali dengan luaran berupa laporan mingguan
tertulis. Kegiatan ini membahas mengenai pekerjaan yang telah dilakukan dan
perbaikan terhadap evaluasi pada minggu sebelumnya. Kegiatan koordinasi ini
juga dilakukan oleh manajer umum kepada pihak pelaksana baik pihak pengawas
dan juga kontraktor terkait. Kegiatan koordinasi yang dilakukan di lapang berupa
pemantauan langsung terhadap hasil kerja di lapang. Waktu kunjungan lapang
sudah ditetapkan namun terkadang waktu bisa berganti sesuai dengan kehendak
manajer umum. Kemudian koordinasi antara pengawas terhadap manajer umum
dilakukan setiap bulan dan pada saat pekerjaan sudah selesai. Laporan ini berisi
tentang rincian setiap pekerjaan yang dikerjakan di lapang.
Berdasarkan pengamatan di lapang, sistem koordinasi yang digunakan
oleh pengawas terhadap kontraktor sudah cukup baik karena pertemuan yang
dilakukan bersifat formal. Hal ini dilihat dari pertemuan rutin yang diadakan pada
waktu yang jelas dan selama pertemuan dilakukan diskusi antara kedua pihak.
Sedangkan antara manajer umum kepada pengawas dan juga kontraktor terkait
lebih bersifat pertemuan informal. Terlihat dari waktu yang digunakan bersifat
fleksible dan tidak ada batasan waktu. Kemudian, pada saat pelaksanaan
koordinasi di lapang, tidak adanya catatan tertulis sehingga semua usulan dan
tindakan tidak terekam jelas.
Koordinasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Koordinasi
internal dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan,
terutama terhadap kinerja staf yang terlibat langsung didalamnya. Sedangkan
koordinasi eksternal terhadap kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
kontruksi (Ilyas, 2003). Menurut Ervianto (2005), dalam sebuah meeting
informasi mengenai tujuan diadakan meeting harus jelas. Diantara pokok dari
meeting tersebut seperti agenda meeting yang dapat dilakukan secara formal atau
pun informal dan sebaiknya meeting dilakukan secara formal. Kemudian,
pemimpin dalam pertemuan yang dipimpin oleh seorang manajemen proyek dan
sekretaris yang bertugas mendokumentasikan semua hal yang terjadi dalam
meeting, baik masalah, usulan, solusi, dan keputusan. Beberapa hal tersebut
dikumpulkan berupa laporan.

Analytical Hierarchy Process


Komponen prioritas pengambilan tindakan dalam penyelesaian masalah
pada pelaksanaan proyek lanskap dapat dilihat dengan menggunakan software
Expert Choice v.11. Komponen penyusun pelaksanaan proyek lanskap ditentukan
berdasarkan studi literatur. Hierarki tersebut terdiri atas 7 komponen, 22 kriteria, 2
alternatif kebijakan yang telah dipilih berdasarkan laporan di lapang (Gambar 51).
Pemberian bobot pada elemen di setiap hierarki dilakukan oleh responden pakar
yang terdiri atas pakar manajemen proyek lanskap, birokrat, dan praktisi. Hasil
pengolahan data ditunjukan dalam berbagai bentuk, yaitu sintesis prioritas
alternative, sintesis prioritas komponen, diagram pohon (tree view), dan grafik
sensitivitas (sensitivity graph).
51
52

Sintesis Praktisi
Penilaian praktisi menunjukkan bahwa prioritas alternatif yang
menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap
adalah internal (63.1%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi
permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas selanjutnya adalah
eksternal (36.9%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang
diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.
Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting
dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen material (29.6%), kualitas
barang, salah pemasangan, dan pengiriman material merupakan variabel yang
termasuk dalam komponen material. Komponen prioritas selanjutnya adalah
pengelolaan (18.7%), pekerja (14%), alat (12.8%), teknik (10.8%), owner
(10.8%), dan cuaca (3.3%) (Gambar 52).

Gambar 52 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen praktisi swasta


Sintesis Pakar Manajemen Proyek
Penilaian Pakar manajemen proyek menunjukan bahwa prioritas alternatif
yang menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek
lanskap adalah adalah internal (51%), yang artinya bahwa faktor internal
merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek
lanskap apabila tejadi permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas
53

selanjutnya adalah eksternal (49%) yang bermakna bahwa faktor eksternal


menjadi hal yang diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek
lanskap.
Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting
dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen teknik (23.7%), gambar
tidak akurat dan keterlambatan pengiriman gambar merupakan variabel yang
termasuk dalam komponen teknik. Komponen prioritas selanjutnya adalah
pengelolaan (21.9%), pekerja (15%), owner (12.6%), material (10.2%), alat
(8.4%), dan cuaca (8.1%) (Gambar 53).

Gambar 53 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar manajemen


proyek
Sintesis Pakar Teknik
Penilaian Pakar teknik menunjukan bahwa prioritas alternative yang
menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap
adalah internal (81.3%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi
permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas selanjutnya adalah
eksternal (18.7%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang
diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.
Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting
dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen owner (31.7%), perubahan
penugasan, modifikasi rencana, gangguan dari owner merupakan variabel yang
54

termasuk dalam komponen owner. Komponen prioritas selanjutnya adalah


pekerja (17.2%), material (15.2%), teknik (12.6%), alat (9%), pengelolaan
(8,3%), dan cuaca (6%) (Gambar 54).

Sintesis Tergabung (Combined Synthesis)


Prioritas berdasarkan masing-masing pakar digabungkan menjadi sintesis
tergabung untuk dapat menarik kesimpulan berupa alternatif serta komponen
penting pada pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine. Sintesis tergabung
ini ditunjukan melalui diagram pohon (tree view) pada Gambar 55. Berdasarkan
hasil sintesis tergabung, diperoleh kesimpulan bahwa faktor internal (63.1%)
merupakan prioritas alternatif dalam menentukan faktor yang berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaksanaan proyek lanskap pada pembangunan taman
cluster Discovery Flamine. Faktor internal menjadi hal utama yang harus
diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan taman cluster Discovery Flamine.
Pelaksanaan proyek lanskap dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan
dengan memperhatikan permasalahan pada faktor internal.
Prioritas alternatif selanjutnya adalah faktor eksternal (36.9%). Hal ini
menunjukkan bahwa setelah permasalahan yang terjadi pada faktor internal dapat
diselesaikan, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah penyelesaian masalah
yang terdapat pada faktor eksternal. Penyelesaian masalah dapat selesai sesuai
waktu yang telah ditentukan dikarenakan pengambilan tindakan yang tepat dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi di lapang selama berlangsungnya
55

pembangunan lanskap Discovery Flamine. Sehingga keterlambatan penyelesaian


dapat dihindari dan kerugian dari segi waktu serta biaya dapat diminimalisisr.

Gambar 55 Kombinasi diagram pohon komponen, variabel, dan alternatif prioritas


pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine

Urutan prioritas komponen dari tertinggi hingga kerendah adalah


komponen material (18.2%), owner (17.7%), pekerja (16.1%), pengelolaan
(15.9%), teknik (15.9%), alat (10.8%), dan cuaca (5.4%). Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa material menjadi komponen paling penting
56

yang mempengaruhi ketepatan waktu dalam pelaksanaan pembanguna proyek


lanskap. Variabel pada setiap komponen diberi bobot sesuai tingkat prioritas.
Persentase dari prioritas komponen serta variabel merupakan bobot yang
digunakan untuk menentukan faktor prioritas selama berlangsungnya pelaksanaan
proyek lanskap berdasarkan prefensi pakar (Tabel 5).
Tabel 5 Ringkasan pembobotan dan prioritas komponen serta variabel
pelaksanaan proyek lanskap
Bobot Bobot
Prioritas
No Komponen & Variabel Bobot Variabel Komponen
Komponen
(%) (%)
1 Material 0.182 18.2 1
Kualitas barang 0.473 47.3
Salah pemasangan 0.418 41.8
Pengiriman material 0.108 10.8
2 Owner 0.177 17.7 2
Perubahan penugasan 0.388 38.8
Modifikasi rencana 0.16 16
Gangguan dari owner 0.452 45.2
3 Pekerja 0.161 16.1 3
Kurang pekerja 0.138 13.8
Kurang rasio pengawas
dengan pekerja 0.14 14
Kecelakaan kerja 0.722 72.2
4 Teknik 0.159 15.9 4
Gambar tidak akurat 0.419 41.9
Keterlambatan
pengiriman gambar 0.581 58.1
5 Pengelolaan 0.159 15.9 4
Metode kontruksi tidak
akurat 0.085 8.5
Pekerjaan tamabahan 0.067 6.7
Pengendalian kualitas 0.446 44.6
Tidak bekerja pada
aktivitas kritis 0.401 40.1
6 Alat 0.108 10.8 5
Tidak sesuai kapasitas
kerja 0.468 46.8
Kurang peralatan 0.157 15.7
Kurang akurat 0.066 6.6
Produktivitas rendah 0.308 30.8
7 Cuaca 0.054 5.4 6
Kecepatan angin 0.065 6.5
Suhun dan kelembapan 0.192 19.2
Curah hujan 0.743 74.3
TOTAL BOBOT 1.000 100
57

Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas ditunjukan dengan grafik sensitivitas dan grafik
sensitivitas dinamis (Gambar 56). Grafik batang ini dapat digunakan untuk
mengurangi maupun menambah prioritas komponen dan melihat perubahan dalam
prioritas alternatif.

Gambar 56 Grafik sensitivitas kinerja dan sensitivitas dinamis terhadap pelaksanaan


proyek lanskap

Selain menggunakan analisis sensitivitas di atas, dapat juga digunakan


analisis sensitivitas gradient. Analisis ini menunjukan grafik gradient masing-
masing komponen yang dipilih dan garis miring (gradient) mewakili dua alternatif.
Salah satu contoh analisis sensitivitas gradient yang diambil pada komponen alat
(Gambar 57). Prioritas saat ini yang dapat dilihat adalah kondisi dimana daris
gradient berpotongan dengan sumbu vertikal. Melalui Gambar 57 diketahui bahwa
prioritas alternatif dalam pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine adalah
faktor internal.
58

Gambar 57 Grafik sensitivitas gradien terhadap pelaksanaan proyek lanskap

Uji Konsistensi
Hasil analisis pada Gambar 50 menunjukkan bahwa nilai inkonsistensi
untuk keseluruhan hierarki adalah 0.05 atau 5% (Gambar 58). Tingakat
inkonsistensi yang masih diterima dalam metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) adalah kurang dari 10%. Apabila nilai consistency ratio (CR) kurang dari
10%, analisis yang dihasilkan dari pakar bersifat konsisten. Sebaliknya, jika CR
lebih besar dari 10% hasil preferensi oleh pakar bersifat tidak konsisten sehingga
perlu dilakukan penilaian ulang. Tingkat konsistensi pada hasil analisis ini
memiliki dua makna, yang pertama bahwa objek yang setara dapat
dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevasinya, dan kedua bahwa
terdapat konsistensi terkait tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu.

Gambar 58 Sintesis dan nilai konsistensi keseluruhan


Pembahasan Sintesis Tergabung
Pelaksanaan merupakan kumpulan proses atau sistem dan kegiatan berupa
organisasi atau prosedur yang melibatkan unsur manusia. Kegiatan-kegiatan
pelaksanaan harus menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai dan tetap dalam
arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan fisik pekerjaan lanskap
antara lain meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah,
59

pelaksanaan hard material, pelaksanaan soft material dan pemeliharaan (Rachman,


1986). Selama pembangunan lanskap pada Discovery Flamine ini, terdapat
beberapa kendala yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor tersebut
merupakan hal yang dapat menjadi penghambat pada saat pelaksanaan di lapang
seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab pelaksanaan lanskap. Sehingga perlu
diketahui komponen prioritas pengambilan tindakan dalam penyelesaian masalah
pada pelaksanaan proyek lanskap. Berdasarkan penilaian para ahli didapatkan
tingkat prioritas dari yang paling penting hingga tingkatan terendah. Kemudian
komponen yang termasuk ke dalam lebih kurang 75% penyebab terjadinya
permasalahan yang yang harus diutamakan adalah sebagai berikut :
1. Material
Komponen material menjadi prioritas alternatif dalam faktor internal
dengan bobot komponen sebesar 18.2%. Bobot ini menunjukkan bahwa
komponen material memiliki pengaruh yang sangat besar dibandingkan dengan
komponen yang lainnya untuk segera diambil tindakan apabila terjadi
permasalahan sehingga tidak menghambat dalam pelaksanaan proyek lanskap.
Adanya permasalahan pada komponen material ini dalam pelaksanaan lanskap
dapat menghambat pekerjaan yang lainnya dan waktu pelaksanaan akhirnya tidak
berjalan sesuai dengan jadwal. Permasalahan yang sering ditemui saat
berlangsungnya sebuah pembangunan adalah masalah kualitas barang, salah
pemasangan, dan pengiriman material.
a. Kualitas barang
Pemakaian kualitas material yang baik merupakan bagian terpenting
sebuah pembangunan, karena hal ini akan menentukan kualitas hasil sebuah
pembangunan. Sehingga pemilihan material dengan kualitas yang baik diperlukan
untuk menjaga ketahanan bangunan hingga akhir masa pengerjaannya.
Permasalahan kualitas material yang dihadapi pada pelaksanaan taman cluster
dapat diselesaikan dengan baik oleh kontraktor dan juga manajer proyek. Hal ini
dikarenakan material yang digunakan dalam pembangunan banyak dijumpai
dengan kualitas yang cukup baik.
b. Salah pemasangan
Kesalahan pemasangan ini terjadi pada saat pemasangan gerbang pada
gerbang cluster. Jarak antara tanah dengan kerangka gerbang sangat dekat
sehingga gerbang tidak bisa ditutup. Namun, tindakan yang diambil oleh
kontraktor segera mengukur ulang dan menggantinya. Sehingga permasalahaan ini
tidak sampai menghambat pekerjaan lain dan jadwal mingguan.
c. Pengiriman material
Keterlambatan pengiriman barang ini terjadi saat stok barang di gudang
sudah habis dan tidak ada cadangan yang tersedia. Sehingga pekerjaan pengecoran
menjadi terhambat dikarenakan material yang akan digunakan belum datang.
Pekerjaan baru dimulai pada sore hari, sehingga progres kerja yang didapat hanya
setengah dari yang dijadwalkan. Namun, hal ini tidak sampai mengganggu
progres mingguan.
2. Owner
Hasil analisis yang dilakukan, owner menjadi urutan kedua sebesar 17.7%
pada pengambilan tindakkan prioritas saat terjadinya permasalahan selama
60

berlangsungnya pelaksanaan pembangunan. Diantaranya ada beberapa faktor yang


ditimbulkan dan dapat menghambat terlaksananya pembangunan seperti
perubahan penugasan yang diberikan oleh pemilik proyek, sehingga harus
didahulukan agar pekerjaan yang lainnya dapat berjalan. Kemudian modifikasi
rencana dari pemilik, seperti yang terjadi di lapang yaitu berdasarkan permintaan
yang terlebih dahulu harus diselesaikan pada pembuatan taman rumah yang
terdapat di dalam cluster. Permintaan dari pemilik proyek ini merupakan hal yang
sebenarnya penting dikarenakan owner yang menjadi penyedia fasilitas dan biaya
saat berlangsungnya proyek.
3. Pekerja
Komponen ketiga yang berasal dari faktor internal adalah pekerja dengan
bobot nilai sebesar 16.1 %. Permasalahan yang ditimbulkan dalam komponen ini
mencangkup kurangnya pekerja, kurangnya rasio pengawas dengan pekerja, dan
kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerja. Apabila permasalahan seperti ini
tidak segera diselesaikan akan menghambat pekerjaan yang lainnya. Hal ini
dikarenakan pekerjaan menjadi terbengkalai. Seperti yang terlihat di lapang,
pekerja yang berada di lapang tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang
dilakukan. sehingga pekerja bekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan oleh manajer proyek dan kontraktor.
Kemudian, kurangnya rasio pengawas dengan pekerja juga menjadi faktor
yang dapat menghambat berjalannya suatu pembangunan. Hal ini dikarenakan
fungsi pengawas sebagai controlling yang harus seimbang dengan jumlah
pekerjaan. Rasio pengawas seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan pekerja
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengerjaan pembangunan.
Selanjutnya, pada saat pelaksanaan terdapat sedikit kecelakaan kerja. Kecelakaan
terjadi pada gerbang cluster yang telah dipasang, kecelakaan ini ditimbulkan oleh
pekerja proyek bangunan. Namun, pihak kontraktor dan pengawas segera
mengambil tindakkan dengan melakukan bongkar sambung kembali. Kecelakaan
yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat segera ditangani walaupun sedikit
mengganggu jalannya pekerjaan yang lainnya.
4. Pengelolaan
Nilai pembobotan yang didapatkan oleh komponen pengelolaan sebesar
15.9%. Variabel yang termasuk kedalam komponen pengelolaan diantaranya
metode kontruksi tidak akurat, pekerjaan tambahan, pengendalian kualitas, tidak
bekerja pada aktivitas kritis. Selama pelaksanaan apabila ditemukan permasalahan
mengenai sistem pengelolaan lapang harus segera ditangani. Sehingga
permasalahan seperti metode kontruksi yang tidak akurat dan tidak bekerja pada
aktivitas kritis dapat diminimalisirkan. Kemudian untuk pekerjaan tambahan dapat
segera dilaksanakan. Hal ini untuk menimalisir terjadinya perubahan jadwal
akibat adanya kerja tambah. Pada pengedalian kualitas, apabila timbul
permasalahan seperti ini dapat mengakibatkan kerugian. Sehingga permasalahan
seperti ini pun harus segera diatasi.
Pekerjaan tambahan yang ditemui di lapang berupa pekerjaan softcape pada
taman seperti penanaman rumput dan semak. Hal ini disebabkan oleh gambar
yang diberikan oleh pihak perencanaan kurang akurat. Kemudian pengiriman
gambar dari pihak perencanaan dibeberapa hal mengalami keterlambatan. Namun,
61

hal ini tidak sampai menghambat pekerjaan yang penting. Alasan ini yang dapat
menjadikan pembobotan antara pengelolaan dan teknis berimbang. Sehingga
penyelesaian permasalahannya dapat dilakukan secara bersama dalam rentan
waktu antar kedua elemen yang tidak berbeda jauh.
5. Teknik
Komponen teknik mempunyai pembobotan yang sama dengan komponen
pengelolaan sebesar 15.9%. Pengelolaan dan teknik mendapatkan pembobotan
yang sama dikarenakan kedua komponen mempunyai prioritas yang sama. Pada
komponen teknik permasalahan yang sering terjadi gambar yang tidak akurat dan
keterlambatan dalam pengiriman gambar. Sehingga hal tersebut dapat
menghambat pelaksanaan kedepannya. Oleh karena itu, tindakkan penanganan
harus segera diambil. Apabila terjadi permasalahan antara komponen teknik dan
pengelolaan secara bersamaan. Tindakkan yang harus diambil yaitu pertimbangan
antara permasalahan yang terjadi melaui keputusan bersama antara pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pembangunan.

Komponen selanjutnya adalah alat yang mempunyai bobot sebesar 10.8%.


Pada komponen alat tidak begitu berpengaruh bagi terhambatnya pekerjaaan yang
lainnya. Hal ini dikarenakan pembangunan yang dilaksanakan bukanlah
pembangunan yang bersifat makro. Sehingga apabila terjadi kekurangan peralatan
dan juga produktivitas alat rendah, tidak terlalu berpengaruh pada jadwal
pelaksanaan. Alat yang digunakan dalam pembangunan taman ini adalah alat-alat
sederhana yang tidak membutuhkan waktu dan biaya dalam pengangkutannya.
Kemudian, pada penggunaan alat pada saat melakukan pekerjaan pembuatan
bahan pengecoran tidak sesuai dengan kapasitas pekerjaannya. Karena seharusnya
pengecoran dilakukan dalam satu kali tahap saja untuk menjaga agar hasil coran
berkualitas baik.
Selanjutnya, komponen yang terakhir adalah cuaca yang mendapatkan
bobot terendah sebesar 5.4%. Terlihat bahwa komponen cuaca tidak terlalu
berpengaruh terhadap perubahan jadwal pelaksanaan. Hal ini waktu pelaksanaan
dimulai pada bulan Februari sampai bulan Mei yang bukan termasuk ke dalam
musim penghujan, sehingga faktor cuaca tidak terlalu berpengaruh terhadap
pembangunan. Apabila terjadi permasalahan yang ditimbulkan oleh hujan,
kecepatan angin atau kelembaban tidak terlalu berpengaruh. Lingkup yang
menjadi lokasi proyek tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu berpengaruh
terhadap pekerjaan pembangunan.

Rekomendasi Manajemen Proyek


Berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan bahwa
faktor internal merupakan prioritas alternatif utama dalam pelaksanaan
manajemen proyek. Komponen material menjadi komponen utama yang harus
diperhatikan selama pelaksanaan proyek lanskap. Sehingga bila terjadi suatu
permasalahan dalam material seperti mutu kualitas, pengiriman, dan kesalahan
pemasangan dapat segera diambil tindakan lebih dahulu. Tidak hanya komponen
material. Lebih kurang 75% penyebab terjadinya permasalahan yang termasuk
kedalam faktor internal diantaranya pekerja dan pengelolaan dalam pelaksanaan
62

proyek. Namun, pada hasil analisis terdapat dua komponen pada faktor eksternal
yang berpengaruh dalam pelaksanaan proyek yaitu komponen owner dan teknik.
Oleh karena itu dibutuhkan manajemen proyek untuk meminimalisir terjadinya
permasalahan yang terjadi selama berjalannya pelaksanaan proyek.
1. Pengendalian Material
Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang memiliki
persentase yang cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu penggunaan
teknik pengendalian material yang baik dan tepat untuk memilih, membeli,
mengirim, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material
menjadi sangat penting. Pengendalian material yang mencakup sistem dan
komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh kontraktor
utama. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
permasalahan pada material.
a. Perencanaan kebutuhan material, perencanaan berupa penjadwalan produksi
induk, pembuatan kebutuhan bahan, pencatatan ketersediaan barang, lead time
untuk setiap komponen material. Kemudian perencanaan ini dapat dilakukan
dengan cara pembukuan kebutuhan material yang tersedia dan yang telah
dipakai (Gambar 59). Selanjutnya, melakukan rencana pembelian dan
pembuatan purchase order. Melalui pembukuan ini juga dapat diketahui
barang yang masuk dan barang yang belum sampai pengirimannya. Sehingga
pengiriman material dapat dipantau dan keterlambatan dalam pengiriman
barang dapat diminimalisir.

Sumber :
static.belajar Gambar 59
conto

b. Alokasi material, dilakukan untuk memberikan jaminan terhadap semua


kebutuhan dan pengiriman material ke lokasi pekerjaan dengan waktu yang
tepat, dan jumlah yang cukup, serta kualitas yang ditentukan. Terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya :
sistem transportasi yang digunakan dapat menghindari terjadinya
kerusakan
jadwal pengadaan yang memperhatikan progres kemajuan pekerjaan dan
jumlah kebutuhan
63

melakukan proses bongkar muat yang mudah dan tingkat resiko


kecelakaan yang rendah
alokasi jumlah stok material dapat ditampung dalam gudang stok yang
tersedia
menghindari kesalahan dalam order material dengan cara pengecekan dan
komunikasi yang baik antar penjual dan pembeli
perencanaan penggunaan kembali material dalam kondisi yang masih baik.

c. Pengontrolan pelaksanaan pemasangan secara intensif, pengontrolan ini


dilakukan dengan cara koordinasi yang dilakukan setiap pelaksanaan
pemasangan. Kemudian mengarahkan rencana kerja dengan jelas kepada
masing-masing pekerja. Pengawas dapat memeriksa kembali gambar detail
dan contoh material yang dipakai. Sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan dengan baik dan kesalahan pemasangan dapat diminimalisir.
Kemudian pembukuan terhadap material yang terpakai dan yang tersedia
seharusnya dilakukan sebagai bentuk pemantauan. Sebagai upaya menjaga
agar kualitas barang yang dipasok memiliki kuaitas yang baik.
2. Pengendalian Owner
JRPT dalam pelaksanaan ini berperan sebagai owner. Selama pelaksanaan
berlangsung JRPT bertugas sebagai pemegang kendali dalam berbagai pekerjaan.
sehingga pada pelaksanaan JRPT mempunyai hak untuk mengatur jalannya
pekerjaan apabila pekerjaan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu,
untuk meminimalisir keterlambatan dalam pelaksanaan proyek yang disebabkan
oleh pekerjaan tambahan dan perubahan penugasan. Hal ini dapat diatasi dengan
manejemen komunikasi kebutuhan proyek. Manajemen ini betujuan untuk
menjelaskan rututan pekerjaan sejelas-jelasnya dan penyebaran informasi secara
merata. Proses utama dalam manajemen komunikasi dapat dilakukam dalam
beberapa tahapan diantaranya :
a. perencanaan komunikasi, meliputi penentuan informasi dan komunikasi
stakeholders, yaitu siapa saja yang membutuhkan informasi, kapan waktu
dibutuhkannya informasi, dan bagaimana cara informasi tersebut didapatkan
dari stakeholders.
b. pendistribusian informasi, meliputi pengadaan informasi yang dibutuhkan bagi
stakeholders dalam waktu tertentu.
c. pelaporan kinerja, meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja,
termasuk status, perbandingan kemajuan dan peramalan terhadap kinerja
kedepannya, rencana proyek dan berbagai hasil kerja merupakan masukan
terpenting dalam pelaporan kinerja.
d. pengaturan stakeholders, meliputi pengaturan komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan dari stakeholders serta untuk memecahkan masalah
yang ada.
Melalui manajemen komunikasi yang baik ini permasalahan seperti
perubahan penugasan dan modifikasi dari owner dapat diminimalisir. Hal ini
dikarenakan komunikasi yang baik antar semua pihak dapat mencegah terjadinya
kesalahan informasi.
64

3. Pengendalian Pekerja
Pengendalian terhadap pekerja dapat dilakukan dengan cara peningkatan
kinerja pekerja. Kinerja pekerja dapat berupa pemberian motivasi dan
pengahargaan terhadap hasil kerja. Namun, dalam permasalahan yang ada di
lapang lebih kepada kurangnya tenaga kerja dan kecelakaan kerja. Kurangnya
tenaga kerja dapat diselesaikan dengan cara menambahkan tenaga kerja yang ada
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Kemudian upaya pencegahan timbulnya
kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu :
a. mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang berisiko dan mengelompokannya
sesuai tingkat resiko. Pada saat pekerjaan dilaksanakan pekerja mendapatkan
perlindungan keselamatan kerja. Sehingga pekerja dapat bekerja lebih efektif
dengan adanya jaminan keselamatan. Kemudian pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tingkat kecelakaan seminimum mungkin. Pada pemilihan tenaga kerja
juga sebaiknya dipilih tenaga kerja yang benar-benar ahli atau sudah terbiasa
melakukan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan.
b. adanya pelatihan atau pengarahan bagi pekerja kontruksi sesuai keahliannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan diskusi sebelum pekerjaan
dimulai. Kemudian memberikan pengarahan yang lebih jelas agar pada
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
c. melakukan pengawasan lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara turun langsung ke lapang untuk memantau
pekerja yang bekerja. Melakukan inspeksi rutin dan teliti dilaksanakan di
lokasi proyek oleh pihak yang bertanggung jawab. Kemudian melakukan
interaksi dengan pekerja di lapang agar komunikasi tetap berjalan dan
kesalahan pekerjaan dapat diminimalisir.
d. menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menyediakan semua keperluan perlindungan diri untuk
semua pekerja.
e. menciptakan kondisi kerja yang aman, meliputi pendekatan fisik dalam
program keselamatan kerja kontruksi melalui pendidikan dan latihan
mengenai metoda yang benar dan perhatian atas pemanfaatan peralatan yang
dapat membahayakan keselamatan kerja.
4. Pengelolaan
Permasalahan yang termasuk kedalam pengelolaan yaitu metode kontruksi
tidak akurat, pekerjaan tambahan, pengendalian kualitas, dan tidak bekerja pada
jalur kritis. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi yaitu dengan
pengendalian jadwal, pengawasan, dan pengendalian kualitas.
a. Pengendalian jadwal, meliputi proses-proses yang diperlukan untuk
memastikan penyelesaian pembangunan proyek tepat waktu. Mengatur
pembangunan proyek dengan waktu yang tepat sesuai biaya yang disetujui.
Kemudian upaya pengendalian jadwal ini dapat dilakukan dengan cara
pemantauan terhadap progress kerja yang telah dikerjakan. Upaya ini dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi seperti MS Project (Gambar 60a).
Kegunaan MS Project ini adalah untuk membantu manajer proyek dalam
mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan
kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja. Karena yang
65

ditemui di lapang, pihak pengawas masih menggunakan cara manual dalam


mengolah kurva kemajuan kerja dengan menggunakan MS Excel biasa (Gambar
60b). Melalui program kerja ini pekerjaan tambahan dapat terintergrasi dengan
baik. Sehingga tidak terjadi penundaan pekerjaan inti dan keterlambatan kerja
dapat diminimalisir serta pekerjaan pada aktivitas kritis tidak terganggu.

(a)

(b)
Gambar 60 Kurva kemajuan kerja MS project (a), dan kurva kemajuan kerja
MS Exel
b. Pengawasan, Kegiatan pengawasan ini didefinisikan sebagai interaksi
langsung antar individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan
organisasi. Proses pengawasan ini dilakukan secara berkelanjutan dari waktu ke
waktu. Fungsi pengawasan ini berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan,
dan penganalisisan serta pengevaluasian diikuti dengan perbaikan yang harus
diambil terhadap permasalahan yang terjadi. Tindakan tersebut dapat berupa :
mengukur kualitas hasil
membandingkan hasil terhadap hasil standard kualitas
mengevaluasi penyimpangan yang terjadi
66

memberikan saran-saran perbaikan


menyusun laporan kegiatan, laporan ini dapat diberikan berupa laporan harian,
mingguan, serta bulanan sesuai dengan kebutuhan. Namun sebaiknya
dilakukan pelaporan kegian setiap harinya.
Hal ini dilakukan agar pelaksanaan proyek berjalan dengan baik dan dapat
memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas,
biaya maupun waktu pelaksanaan.
c. Pengendalian Mutu dan Kualitas
Manajemen mutu proyek meliputi proses-proses yang diperlukan untuk
memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
Manajemen mutu meliputi seluruh kegiatan dari fungsi manajemen keseluruhan
yang menentukan kebijakan mutu, sasaran dan tanggung jawab serta
melaksanakan kegiatan seperti rencana mutu, kendali mutu, peningkatan mutu dan
sistem mutu. Jaminan mutu dan kendali mutu harus dilakukan pada fase pra-
kontrak sebagai bagian dari spesifikasi penawaran dan juga pada pengadaan
material dan peralatan. Manfaat dapat dihasilkan dari manajemen proyek apabila
dillihat dari segi kualitas dan mutu yaitu:
mutu lebih terjamin karena tim MK ikut membantu kontraktor dalam hal
metode pelaksanaan, implementsi, dan Quality Control.
mutu dan kemampuan kontraktor spesialis lebih terseleksi oleh pemilik proyek
dibantu dengan tim MK.
kesempatan untuk penyempurnaan rancangan relatif banyak karena paket yang
dilelang dilakukan secara bertahap dan paket per paket.
Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan cara melakukan pemantauan
intensif pada saat melakukan fase pra-kontrak. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kualitas yang diberikan oleh pihak kontraktor (softscape atau hardscape) kepada
pemilik proyek.
5. Teknik
Teknik yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai pengiriman gambar.
Pada sebuah pelaksanaan gambar kerja merupakan hal penting. Sehingga dalam
pelaksanaannya gambar seharusnya dikirim tepat waktu dan gambar sudah teruji
keakuratannya dengan keadaan lapang. Hal yang dilakukan agar pengiriman
gambar dapat tepat waktu yaitu :
a. membuat jadwal gambar kerja, yang mengacu kepada jadwal utama yang telah
dibuat.
b. melakukan koreksi gambar teknik, untuk menjamin ketepatan metode yang
telah disepakati dan kesesuaian dengan kontrak. Sehingga dalam
penggunaanya dapat lebih efektif sebagai gambar kerja. Kemudian gambar
teknik yang belum jelas harus dikomunikasikan dengan pengawas dan
konsultan perencana untuk menjamin kesesuaian gambar dengan maksud
perencanaan.
c. mengadakan brainstorming secara rutin antara pengawas dan perencana, untuk
meningkatkan komunikasi antara teknik dan pelaksanaan di lapang. Hal yang
dapat dibahas dalam diskusi ini terkait :
penampungan ide inovasi dan efisiensi yang dapat dilaksanakan dengan
pertimbangan waktu, biaya, dan kemudahan pelaksanaan
67

kesepakatan spesifikasi dan gambar yang belum jelas. Efesiensi volume


dan inovasi yang akan dilakukan untuk dibuat gambar tekniknya.
Menentukan gambar apa saja yang diperlukan dan prioritas disesuaikan
dengan tingkat produktifitas gambar.
d. melakukan koordinasi dengan konsultan pengawas, untuk mengetahui status
gambar yang diajukan telah disetujui atau belum. Selain itu, perlu
dikoordinasikan mengenai pembuatan gambar agar pembuatannya lebih
efektif. Kemudian menyepakati standar operasional kerja (SOP) pembuatan,
approval, dan pengiriman gambar kerja dalam rangka menjamin pelaksanaan
yang lebih baik.

Partisipasi Mahasiswa
Pada pelaksanaan magang ini mahasiswa berada pada divisi pelaksanaan
proyek dengan sub divisi di bidang lanskap. Selama melaksanakan magang,
mahasiswa mengikuti kegiatan lapang berupa pengawasan pelaksanaan proyek
lanskap. kemudian, pada setiap minggunya mengikuti kegiatan rapat koordinasi
yang bertempat di bedeng Kebayoran Village. Pada rapat koordinansi ini
membahas mengenai laporan kemajuan pekerjaan setiap minggunya dan kendala
yang dihadapi selama pengerjaan. Kegiatan kantor yang diikuti berupa pembuatan
opname pekerjaan yang dibimbing oleh pengawas proyek. Opname ini dibuat
apabila terjadi pekerjaan tambah atau kurang yang ada di lapang.
Selain itu mahasiswa juga mengikuti pembuatan desain taman rumah
contoh pada cluster Discovery Eola (Lampiran 9). Taman rumah yang akan
didesain mempunyai konsep taman Jepang yang minimalis. Desain yang telah
selesai dibuat kemudian diimplementasikan di lapang (Gambar 61). Kegiatan
implementasi ini meliputi pekerjaan persiapan, pengolahan lahan, dan penanaman.
Pada implementasi ini mahasiswa mengikuti kegiatan pengawasan yang
didampingi oleh pengawas lanskap.

Gambar 61 proses pembuatan taman depan (a), dan Proses pembuatan


taman belakang (b)
68

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Selama kegiatan magang mahasiswa berperan sebagai student trainee


dibawah bimbingan supervisor dan manajer lanskap setempat. Beberapa
partisipasi mahasiswa selama kegiatan magang tersebut antara lain mengawasi
langsung progres konstruksi beberapa proyek khususnya proyek lanskap
Discovery Flamine, membuat desain taman rumah untuk taman percontohan yang
terdapat pada cluster lain. Kegiatan magang ini telah menambah pengetahuan dan
pengalaman kerja pada bidang arsitektur lanskap khususnya pada bagian
pelaksanaan proyek lanskap perumahan.
Pada evaluasi rencana manajemen, sistem pengorganisasian yang
digunakan oleh pihak kontrkator dan pengawas sudah cukup baik dan cukup
sesuai dengan pembelajaran dari literature yang diperoleh. Namun, penetapan
penugasan tidak dilakukan secara tertulis dan hal tersebut dapat menimbulkan
terbengkalainya pekerjaan akibat pembagian tugas yang kurang terarah.
Selanjutnya pengendalian terhadap proyek lanskap, sudah berjalan dengan baik.
Baik dari segi jadwal pelaksana, pengawasan, serta koordinasi yang dilakukan
sesuai dengan pembelajaran literatur.
Pengolahan data menggunakan AHP menghasilkan komponen prioritas
dalam pelaksanaan proyek lanskap. Hasil pembobotan terlihat bahwa komponen
material sangat penting untuk diambil tindakkan terlebih dahulu apabila telah
terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh material. Kemudian cuaca
mendapatkan pembobotan terendah. Hal ini dikarenakan pada pembangunan
proyek ini mempunyai skala proyek yang kecil. Pemilihan waktu pelaksanaan
pembangunan pun menghindari bulan dengan intensitas hujan tinggi.

Saran

Pada pelaksanaan evaluasi pembangunan ada baiknya menggunakan


program kerja MS Project 2010. Penggunaan program kerja ini diharapkan dapat
membantu mempercepat kerja dalam pembuatan laporan evaluasi manajemen
proyek lanskap. kemudian diharapkan pihak pengawas dan kontraktor dapat
menerapkan manajemen proyek yang lebih baik lagi. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kerugian yang ditimbulkan akibat terlambatnya
pembangunan proyek lanskap.
69

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, N. 1992. Perencanaan Lansekap Daerah Pemukiman Sepanjang Jalur


Sungai Ciliwung (Studi Kasus Kampung Melayu-Bukit Duri, Jakarta)
[Skripsi]. Program Studi Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya
Pertanian. Fakultas Pertanian.IPB:Bogor.
Arifin, HS dan Arifin, NHS. 2005. Pemeliharaan Taman Edisi Revisi. Penebar iu
Swadaya.Jakarta.169 hal.
Arifin HS, Munandar A, Arifin NHS, Pramukanto Q, dan Damayanti VD. 2008.
Sampoerna Hijau Kotaku Hijau : Buku Panduan Penataan Taman Umum,
Penataan Tanaman, Penanganan Sampah, dan Pemberdayaan Masyarakat.
Bogor: Sampoerna Hijau.
Crow, S. 1981. Garden Design Second Edition. Minnesota: Packard Publishing.
Dipohusodo, Istimawan. 2006. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1.
Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Dreger, JB. 1992. Project Management Effective Scheduling. The Boeing Comp.
Kansas.
Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. United States of America:
McGraw-Hill, Inc.
Eliza, S. 1997. Evaluasi Karakter Taman kantor [skripsi]. Jurusan Budidaya
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Ervianto, WI. 2005. Manajemen Proyek Kontruksi (Edisi Revisi). Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Harris, CW dan Dines, NT. 1988. Time Saver Standard for Landscape
Architecture. McGraw-Hill.Book Co. New York. 961 p.
Husen, A. 2010. Manajemen Proyek. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Ilyas, Y. 2003. Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja.Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kerzner, H. 1995. Project Management : A System Approach to Planning,
Schedulling and Controlling. Van Nostrand Reinhold. New York.
Martendreck, BM. 2012. Analisis Kinerja Waktu Pada Proyek Pembangunan
Gedung Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis (Studi
Kasus : Proyek X Oleh PT ABC) [skripsi]. Program Studi Teknik Sipil dan
Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institute Pertanian Bogor.
Bogor.
Mockler, R.J. 1972. The Management Control Process. Prentice Hall. New Jersey.
[Permen] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan
http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/permen05-2008.pdf.
Pilcher, R. 1992. Principles of Construction Management. Third Edition. Mc.
Graw-Hill Book Company. London.
70

Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hierarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks.
Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York (US): McGraw-Hill.
Rachman Z. 1984. Proses Berfikir Lengkap Merencana dan Melaksana
dalam Arsitektur Pertamanan. Makalah Diskusi pada Festival Tanaman
Himagron. IPB (ID): Bogor. (tidak dipublikasikan).
Simond, JO dan Starke, BW. 2006. Landscape Architecture : A Manual of
Environmental Planning and Design. New York (US): McGraw-Hill.
Soekoto, I. 1993. Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi. Badan Penerbit
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional.
Erlangga. Jakarta.
Susanto. 2009. Evaluasi Kinerja Waktu dan Biaya pada Proyek Bangunan
Bertingkat dengan Pendekatan Metode Earned Value (Studi Kasus :
Proyek ABC di PT. X) [skripsi]. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia. Depok.
LAMPIRAN
72

Lampiran 1 Bagan struktur organisasi perusahaan


73

Lampiran 2 Denah lokasi Discovery Flamine


74

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


75

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


76

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


77

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


78

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


79

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


80

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan hardscape


81

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
82

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
83

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
84

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
85

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
86

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
87

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan taman cluster
88

Lampiran 5 Gambar kerja taman utama


89

Lampiran 6 Pola penanaman semak pada taman cluster


90

Lampiran 7 Pola penanaman rumput taman cluster


91

Lampiran 8 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap Discovery


Flamine
92

Lampiran 9 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap Discovery


Flamine
93

Lampiran 10 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap


Discovery Flamine
94

Lampiran 11 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap


Discovery Flamine
95

Lampiran 12 Desain taman rumah contoh Discovery Eola


Taman depan

Taman belakang
96

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 24 Juli 1993 dari bapak


bernama Ahmad Mukhlis dan Ibu Ummy Khusnul Sulastri. Penulis adalah putri
pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di taman kanak- kanak
TK Qurotaayun Bandar Lampung. Kemudian pada tahun 1999 penulis
melanjutkan pendidikan dasar di SD Muhammadiyah 1 Bandar Lampung dan
menyelesaikan pendidikan pada tahun 2005. Setelah itu penulis melanjutkan
pendidikan ke sekolah menengah MTs N 2 Bandar Lampung. Pada Tahun 2008
penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat atas MAN 1 MODEL Bandar
Lampung dan tahun 2011 penulis lulus. Pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Selama aktif sebagai mahasiswa, penulis juga aktif di organisasi
kemahasiswaan yaitu, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) Tahun 2011 sebagai staff Divisi Komunikasi dan Informasi, DPM
Fakultas Pertanian tahun 2012, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap
(HIMASKAP) tahun 2013 sebagai staff Divisi Badan Pengawas Himpunan. Pada
tahun 2014, penulis mengukuti kegiatan pekan kreativitas mahasiswa pengabdian
terhadap masyarakat (PKM-M) mengenai kasus vandalisme di kalangan remaja.
Kemudian di tahun yang sama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan kuliah
kerja lapang (KKP) di daerah Tegal. Selanjutnya, pada tahun 2015 penulis
melaksanakan kegiatan magang di PT Jaya Real Property Tbk. Kemudian menulis
tugas akhir pada tahun 2016 yang berjudul Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap
Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan. dibawah
bimbingan Dr. Kaswanto SP, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai