YUNITA WIDYAWATI
`
Yunita Widyawati
NIM H24164029
iv
v
ABSTRAK
YUNITA WIDYAWATI. Studi Gerak, Waktu Baku dan Produktivitas Pekerja
pada Proses Produksi Shock Absorber (Studi Kasus PT Kayaba Indonesia,
Bekasi). Dibimbing oleh ABDUL BASITH.
ABSTRACT
YUNITA WIDYAWATI. Motion Study, Standart Time and Workers Productivity
in the shock absorber production process (Case Study of PT Kayaba Indonesia,
Bekasi). Supervised by ABDUL BASITH.
YUNITA WIDYAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
diteliti adalah studi gerak dan waktu baku proses produksi dan produktivitas
dengan judul Studi Gerak, Waktu Baku, dan Produktivitas Pekerja pada Proses
Produksi Shock Absorber (Studi Kasus PT Kayaba Indonesia, Bekasi).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr Ir Abdul Basith, MS
selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan selama penulisan karya
ilmiah. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir H Musa
Hubeis, MS, Dipl, Ing DEA dan ibu Dra Siti Rahmawati, MPd selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dalam ujian sidang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan seluruh keluarga yang telah
memberikan do’a dan dukungan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
seluruh pihak di PT Kayaba Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian di perusahaan tersebut. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
angkatan 14, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Yunita Widyawati
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu shock absorber yang diproduksi oleh PT KYB adalah shock
absorber model BZ 090 (SA BZ 090). Produk ini merupakan salah satu produk
yang paling sering diproduksi oleh PT KYB. Perbandingan target produksi dan
output SA BZ 090 yang dihasilkan pada bulan Januari-Mei 2018 dapat dilihat
pada Gambar 3.
mengurangi idle time yang terlalu lama. Waktu baku pada suatu proses produksi
mempunyai manfaat untuk meningkatkan produktivitas pekerja, khususnya yang
menangani pekerjaan secara manual. Selain itu dapat menentukan jumlah pekerja
yang optimal dalam suatu proses tersebut. Waktu baku proses produksi diketahui
melalui pengukuran kerja yang dapat dibagi menjadi waktu setiap unsur pekerjaan
(Sutalaksana et al. 2006).
PT KYB menetapkan waktu siklus berdasarkan prosesnya. Salah satu proses
terpenting dalam pembuatan shock absorber adalah proses table assy. Table assy
merupakan proses pertama dalam perakitan shock absorber. Berdasarkan
ketidaksesuaian target produksi dan output inilah yang menjadi pertimbangan
penulis untuk melakukan penelitian mengenai Studi Gerak, Waktu Baku dan
Produktivitas Pekerja pada Proses Produksi Shock Absorber di PT KYB.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
studi gerak, waktu baku proses produksi, produktivitas pekerja dan faktor-
faktor yang memengaruhinya.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan
dalam memperbaiki kondisi kerja, sehingga dapat menciptakan waktu yang
lebih efisien untuk mengurangi idle time dan biaya produksi.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
yang berkaitan dengan studi gerak, waktu baku proses produksi, maupun
produktivitas pekerja.
Penelitian ini terfokus pada studi gerak, waktu baku dan produktivitas
pekerja pada proses produksi SA BZ 090 bagian line assembling 6 di PT Kayaba
Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Shock Absorber
Proses Produksi
Menurut Assauri (2008), proses produksi adalah cara, metode, dan teknik
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dana) yang ada.
Menurut Ahyari (2002), proses produksi adalah suatu cara, metode, ataupun
5
teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor
produksi yang ada. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses
kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan
proses penciptaan jasa-jasa administrasi. Menurut Yamit (2002), Tipe-tipe
produksi dari berbagai industri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Proses produksi terus-menerus
Proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi
berikutnya tanpa penumpukan di suatu titik dalam proses. Industri yang
cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output
direncanakan dalam jumlah besar, sedangkan variasi atau jenis produk yang
dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
2. Proses produksi terputus-putus
Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau
lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga
lebih banyak memerlukan persediaan dalam proses.
3. Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan
kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas
secara penuh.
Peta Kerja
Studi Gerak
Menurut Sitohang dan Norita (2015), studi gerak adalah analisis terhadap
beberapa bagian badan pekerja dalam menyesuaikan pekerjaannya, agar gerakan-
gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan, sehingga akan
diperoleh penghematan waktu kerja dan pengurangan kelelahan pekerja.
Menurut Astuti dan Iftadi (2016), manfaat dari studi gerakan meliputi:
1. Memperbaiki kemampuan pekerja, dikarenakan menerapkan metode yang baik,
penggunaan alat yang baik dan menghentikan kegiatan yang tidak perlu.
2. Mengurangi kelelahan pekerja.
3. Mengurangi biaya tenaga kerja, karena pemborosan dalam pabrik berkurang.
Menurut Sutalaksana et al. (2006), suatu pekerjaan utuh dapat dibagi
menjadi gerakan daasar. Setiap pekerjaan mempunyai uraian pekerjaan yang
berbeda-beda sesuai jenis pekerjaannya. Gerakan dasar atau unsur gerakan
Therblig 17 gerakan. Sebagian gerakan tersebut merupakan gerakan tangan yang
terjadi pada pekerjaan manual. Gerakan Therblig dinyatakan dalam lambang-
lambang tertentu seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
7
pengukuran yang paling banyak dikenal. Hal tersebut dikarenakan pada metode
ini aturan-aturan pengukuran yang dipakai tergolong sederhana. Pengukuran
waktu mempunyai faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil
yang baik. Beberapa langkah sebelum melakukan pengukuran adalah:
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah penggunaan hasil
pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari
hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu
yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Pengukuran waktu sebaiknya dilakukan apabila kondisi kerja dari
pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum baik, maka kondisi yang ada
sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu.
3. Memilih Operator
Operator yang akan diukur mempunyai syarat berkemampuan normal dan
dapat diajak bekerjasama. Hal itu dikarenakan waktu yang dicari adalah
waktu penyelesaian pekerjaan secara wajar yang diperlukan untuk pekerja
normal. Pekerja normal merupakan orang yang berkemampuan rataan.
4. Melatih Operator
Pelatihan operator diperlukan jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi
kerja mengalami perubahan. Operator harus dilatih terlebih dahulu karena
sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja
yang telah ditetapkan dan dibakukan.
5. Menguraikan Pekerjaan Atas Unsur Pekerjaan
Pentingnya penguraian pekerjaan atas unsur pekerjaan adalah dapat
menjelaskan tentang tata cara kerja yang telah dibakukan dan dinyatakan
secara tertulis, kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, sedang dan
sesudah pengukuran. Kemudian dapat melakukan penyesuaian bagi setiap
unsur karena keterampilan bekerja operator belum tentu sama dengan bagian
dari gerakan kerjanya. Selanjutnya untuk memudahkan mengamati terjadinya
unsur yang tidak baku dan memungkinkan dikembangkanya data waktu
standar untuk tempat kerja bersangkutan.
Produktivitas
Penelitian Terdahulu
3 Perbaikan Sistem Andreano Wijaya, Metode jam Waktu baku terbesar terjadi
Kerja Untuk Andrijanto (2014) henti pada stasiun 3 sebesar 24.059
Meningkatkan (stopwatch), detik, dengan keadaan
Efisiensi Waktu methods time lingkungan fisik belum baik,
Produksi di PT measurement- karena pencahayaan rendah,
Berdikari Metal 1 tingkat suhu, kelembaban dan
Engineering pada kebisingan tinggi.
Departemen Press
4 Studi Waktu (Time Kurnia Ayu Metode jam Unsur kerja pemanenan
Study) pada Putranti, henti, digital kelapa sawit yang paling lama
Aktivitas Sam Herodian, video camera adalah memungut brondolan
Pemanenan Kelapa M. Faiz Syuaib dengan waktu baku 20.32
Sawit di (2012) detik sampai dengan 51.75
Perkebunan Sari detik.
Lembah Subur,
Riau
METODE
Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama
(Narimawati 2008). Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari
melalui dokumen (Sugiyono 2005). Pengumpulan data dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan di tempat
penelitian untuk mendapatkan data dan informasi akurat terkait dengan
objek penelitian. Kegiatan yang diamati berupa urutan proses produksi SA
BZ 090 dan studi gerak proses table assy SA BZ 090.
14
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah tanya jawab secara langsung kepada
berbagai pihak seperti bagian produksi, production planning and control
(PPC), dan process engineering (PCE). Wawancara tersebut dilakukan
untuk memperoleh data terkait data permintaan, studi gerak, serta waktu
proses yang diterapkan di perusahaan.
3. Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai referensi untuk penyusunan hasil akhir
penelitian yang bersumber dari bacaan relevan yang terkait dengan studi
gerak, waktu baku dan produktivitas pekerja. Salah satu studi literatur yang
digunakan adalah dokumen perusahaan.
Penelitian untuk mengukur waktu dengan menggunakan metode jam henti
memerlukan alat ukur (Syahrial 2013):
1. Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil
pengamatan secara langsung di lapangan. Form ini digunakan untuk
mencatat waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan satu siklus pekerjaan
dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja.
2. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk melihat waktu kerja setiap unsur kerja dan
dicatat dalam time and motion sheet. Jenis stopwatch yang digunakan adalah
stopwatch digital.
Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah pengolahan dan analisis data
untuk mempermudah dalam menganalisa waktu baku pada suatu proses produksi.
Analisa waktu (time study) adalah penentuan waktu kerja selama periode tertentu
agar bisa ditentukan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan
(waktu standar) (Wignjosoebroto 2008). Data dari penelitian ini diolah
menggunakan Microsoft Excel 2007. Menurut Sulatalaksana et al. (2006),
pengukuran pendahuluan adalah salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk
mengukur waktu baku. Pengukuran tahap pertama dilakukan beberapa
pengukuran yang jumlahnya ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap
pertama dijalankan, selanjutnya dilakukan tahapan kegiatan menguji keseragaman
data dan menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan. Jika jumlah
pengukuran belum mencukupi maka harus dilanjutkan dengan pengukuran tahap
kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran mencukupi
untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Proses hasil pengukuran
dilakukan dengan langkah-langkah berikut (Sutalaksana et al. 2006):
1. Kelompokan harga dari data pengukuran pendahuluan ke dalam subgrup-
subgrup, masing-masing berisi nilai data pengukuran yang diperoleh secara
berturut-turut dan hitung nilai rataan.
............................................................................................(2)
standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
4. Hitung standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrub dengan rumus:
.......................................................................................................(3)
standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrup
standar deviasi sebenarnya dari waktu penyalesaian
besarnya subgrup
5. Tentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah (BKA dan BKB)
dengan rumus:
......................................................................................(4)
......................................................................................(5)
BKA = Batas Kendali Atas
BKB = Batas Kendali Bawah
= Rataan dari nilai rataan subgrub
= Standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrup
Jika semua rata-rata subgrup berada dalam batas kendali, maka semua nilai
dapat digunakan untuk menghitung uji kecukupan data.
7. Waktu siklus
Menurut Sutalaksana et al. (2006), kegiatan pengukuran waktu telah selesai
jika semua data yang didapat memiliki keseragaman sesuai ketentuan dan
jumlahnya memenuhi tingkat ketelitian serta keyakinan yang diinginkan.
Cara untuk mendapatkan waktu siklus dari data yang terkumpul adalah
sebagai berikut:
16
8. Penyesuaian
Menurut Sutalaksana et al. (2006), tahap setelah penghitungan waktu siklus
adalah mengamati kewajaran dan ketidakwajaran kerja yang ditunjukkan
operator. Ketidakwajaran dapat terjadi, ketika bekerja tanpa ada
kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi kerja yang buruk.
Ketidakwajaran yang terjadi harus disesuaikan agar menjadi wajar karena
waktu baku mempunyai syarat, yaitu kondisi dan cara kerja baku harus
diselesaikan dengan wajar. Penentuan faktor penyesuaian dilakukan dengan
menggunakan teknik Westinghouse. Teknik westinghouse mengarahkan
penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu (Sutalaksana et al. 2006):
a. Keterampilan (Skill)
Keterampilan merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan, namun
dapat menurun jika tidak menangani pekerjaan dalam waktu yang
lama. Penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas, yaitu
super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill dan poor
skill.
b. Usaha (Effort)
Usaha merupakan faktor yang memengaruhi penyesuaian. Maksud
dari usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan
operator ketika melakukan pekerjaanya. Kelas usaha dibagi menjadi
enam, yaitu excessive effort, excellent effort, good effort, average
effort, fair effort, dan poor effort.
c. Kondisi kerja (Condition)
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja
mempunyai enam kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair dan
poor. Kondisi ideal adalah kondisi paling cocok untuk pekerjaan yang
bersangkutan, yaitu memungkinkan performance maksimal dari
pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang
tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan menghambat pencapaian
performance terbaik.
d. Konsistensi (Consistency)
Faktor konsistensi perlu diperhatikan, karena pada setiap pengukuran
waktu angka-angka yang dicatat tidak selalu sama dari satu siklus ke
siklus, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Konsistensi dibagi
menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan
poor.
Rincian faktor-faktor penyesuaian berdasarkan Teknik Westinghouse dapat
dilihat pada Tabel 4.
17
9. Waktu Normal
Menurut Sutalaksana et al. (2006), setelah didapatkan penyesuaian total,
langkah selanjutnya adalah menghitung waktu normal. Perhitungan waktu
normal menggunakan rumus:
Wn = Ws x P........................................................................................(11)
Ws = waktu siklus
P = faktor penyesuaian
Waktu normal adalah waktu yang diperlukan seorang operator terlatih dan
memiliki keterampilan rataan untuk melaksanakan suatu aktivitas di bawah
kondisi dan tempo kerja normal (Wignjosoebroto 2006).
suatu badan usaha milik swasta yang merupakan perusahan dari Penanaman
Modal Asing (PMA) atau sering disebut joint venture dengan pembagian saham
yang dapat dilihat pada Gambar 5.
PT KYB memproduksi tiga jenis produk untuk roda dua (2 Wheeler) dan
roda empat (4 Wheeler). Produk untuk kendaraan roda dua adalah front fork (FF)
dan oil cushion unit (OCU). Front fork merupakan komponen yang dipasang di
bagian depan pada roda motor. Jenis front fork ada dua yaitu sport type dan
moped type yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Oil Cushion Unit (OCU) adalah komponen yang digunakan untuk motor
bagian roda belakang. Jenis-jenis oil cushion unit ada dua yaitu mono shock type
dan double shock type. Produk OCU dapat dilihat pada Gambar 7.
21
Produk yang digunakan untuk kendaraan roda empat adalah Shock Absorber
(SA). Jenis-jenis produk ini adalah shock absorber standard type dan strut type.
Strut type biasanya digunakan untuk mobil sedan sedangkan standard type
digunakan untuk kendaraan lebih besar. Produk-produk shock absorber dapat
dilihat pada Gambar 8.
Salah satu produk shock absorber yang menjadi produk utama dan paling
sering diproduksi adalah produk shock absorber model BZ 090. Produk ini
merupakan shock absorber yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 4
yaitu merk Toyota. Produk SA BZ 090 dapat dilihat pada Gambar 9.
assy dirakit dengan piston rod yang telah mempunyai ulir, kemudian diputar
untuk menggabungkan komponen tersebut. Proses ini menghasilkan
komponen piston rod complete (PRC).
2. Auto tightening
Proses auto tightening merupakan suatu proses untuk mengencangkan baut
pada piston rod complete. Proses ini berfungsi untuk mengunci semua valve
seperti piston assy, oil seal, dan rod guide yang telah dipasang pada piston
rod. Proses auto tightening dilakukan secara otomatis menggunakan mesin.
3. Caulking hi spin
Setelah dilakukan proses auto tightening, tahap selanjutnya adalah proses
caulking hi spin. Proses ini merupakan proses perataan pada ujung piston
rod complete. Selanjutnya adalah proses cek kamera. Cek kamera
merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk menginspeksi hasil
press hi spin agar tidak terlalu tipis atau tebal. Hasil dari pengecekan ini
akan dilakukan pengecekan ulang pada tahap damping force tester.
4. Base valve complete press (BVC press)
BVC press merupakan proses pengepresan antara komponen cylinder
dengan BVC sebagai alas untuk menopang piston rod complete saat terjadi
gaya kompresi. Hasil dari pengepresan pada komponen ini akan digunakan
sebagai alas piston rod complete saat terjadi gaya kompresi.
5. Cleaning piston rod
Tahap ini merupakan tahap penggabungan piston rod complete, outer shell
dan cylinder. Cylinder dari proses BVC press dimasukkan ke dalam outer
shell yang telah di blow. Tahap selanjutnya adalah cleaning piston rod yang
merupakan suatu proses pembersihan pada ujung piston rod complete
setelah dilakukan caulking hi spin.
6. Roll Closing
Proses ini merupakan suatu proses penutupan pada tepi outer shell agar
dapat melindungi oil seal dengan baik, sehingga tidak akan terjadi
kebocoran oli dan gas di dalam shock absorber.
7. Insert Plug
Insert plug adalah proses pemberian plug pada bagian bawah outer shell
yang telah ditutup lower cap. Peletakkan plug berada pada tengah-tengah
lower cap. Proses ini berfungsi untuk menutup outer shell sebelum oli dan
gas dimasukkan pada damper/shock absorber.
8. Oil gas filling
Tahap ini merupakan proses pemberian oli dan gas pada shock absorber.
Kedua cairan ini sangat penting untuk shock absorber, dikarenakan
berhubungan langsung dengan fungsi produk, yaitu sebagai kompresi dan
ekstensi pada shock absorber. Cairan oli berfungsi sebagai kompresi (gaya
tekanan) dan gas berfungsi sebagai ekstensi (gaya balik) dari damper. Jenis
gas yang digunakan salah satunya adalah nitrogen.
9. Air remaining
Proses ini merupakan proses pencampuran oli dan gas yang terdapat pada
shock absorber bagian dalam agar keduanya tercampur secara merata
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
10. Damping force tester (D/F Tester)
24
Analisis gerakan dilakukan pada proses table assy yang merupakan proses
inti dalam pembuatan produk SA BZ 090. Gerakan dalam pekerjaan table assy
yang digunakan adalah menjangkau, memegang, membawa, memegang untuk
memakai, mengarahkan, memakai, merakit dan melepas. Gerakan-gerakan dalam
pekerjaan ini sudah efektif, sehingga tidak perlu dikurangi atau dihilangkan,
dikarenakan gerakan tersebut merupakan gerakan-gerakan dasar yang diperlukan
dalam penyelesaian proses table assy SA BZ 090. Jika salah satu gerakan tersebut
dikurangi atau dihilangkan, maka pekerjaan table assy tidak dapat diselesaikan
secara menyeluruh. Pekerja lebih baik mengambil piston rod di tray yang paling
dekat dengan pekerja agar dapat menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.
bahwa nilai yang diperoleh adalah 9.99 dan 7.81 detik yang dapat dilihat pada
Gambar 11.
Nilai rataan sub grup berada dalam BKA dan BKB, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai tersebut sudah seragam dan dapat digunakan untuk
menghitung jumlah data yang diperlukan dalam pengukuran. Data yang
diperlukan untuk perhitungan sudah cukup, dikarenakan telah memenuhi
persyaratan, yaitu N’<N dengan hasil N’ adalah 10.04 kali dimana nilai N pada
pengukuran pendahuluan adalah 16 kali. Tahap perhitungan selanjutnya adalah
menghitung waktu siklus yang diperoleh dari waktu penyelesaian rata-rata selama
pengukuran. Waktu siklus pada proses table assy adalah 8.90 detik. Langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan waktu normal dengan menambahkan
penyesuaian pertama dan kedua pada waktu siklus. Penyesuaian pertama
mempertimbangkan cara kerja pekerja dengan menggunakan Teknik
Westinghouse yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Produktivitas
PT KYB memproduksi jenis dan jumlah produk sesuai rencana dari PPC.
Target produksi per hari pada line asembling SA 6 adalah 1700 unit dengan
berbagai macam produk yang bervariasi. Produk shock absorber model BZ 090
mempunyai jumlah permintaan sebanyak 500 unit per shift. Jam kerja operator
produksi dibagi menjadi 3 shift, dengan jumlah jam kerja 8 jam/hari. Operator
yang menjalankan proses produksi SA BZ 090 sebanyak 8 orang dengan waktu
penyelesaian produk selama dua jam. Produktivitas pekerja menggunakan metode
takt time adalah 31.25 unit/jam sehingga satu orang pekerja dapat menghasilkan
produk 31.25 unit/jam.
Jumlah output yang dihasilkan jika menggunakan waktu baku dapat
dihitung dengan melakukan pembagian pada waktu yang tersedia dengan waktu
baku untuk menyelesaikan satu unit produk tersebut. Output yang dihasilkan
menggunakan perhitungan waktu baku adalah 610.17 unit. Produktivitas
menggunakan waktu baku dapat diketahui dengan cara melakukan pembagian
output dan input. Produktivitas pekerja menggunakan waktu baku 38.14 unit/jam.
Setelah diperoleh nilai produktivitas, maka perlu dibandingkan agar dapat
mengetahui produktivitas takt time dan produktivitas waktu baku. Melalui
produktivitas dapat diketahui jumlah unit produk yang dapat diproduksi setiap
satu jam kerja. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
2. Keterampilan
Keterampilan karyawan pada level operator di PT KYB dibentuk melalui
pelatihan awal basic skill selama dua minggu pada saat masuk perusahaan.
Selama periode tersebut, calon karyawan akan diberikan work check point B
yaitu petunjuk penggunaan mesin yang akan dikerjakan oleh operator. Setelah
tahap ini selesai, calon karyawan dikenalkan pada mesin-mesin yang cara
pengerjaannya telah dipelajari pada work check point B. Tahap terakhir
adalah melakukan pekerjaan langsung yang didampingi oleh line guide atau
foreman pada line tersebut. Karyawan baru yang akan ditempatkan pada line
assembling diharapkan tidak menurunkan produktivitas pekerja pada line
tersebut.
3. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan karyawan di PT KYB tergolong baik. Pemberian gaji
dan insentif selalu tepat waktu sesuai perjanjian yang telah disepakati antara
kedua belah pihak sehingga karyawan lebih semangat untuk melakukan
pekerjaannya dengan baik.
4. Gizi dan Kesehatan
PT KYB mempunyai jadwal rutin pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan itu
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemeriksaan sebelum kerja, berkala dan
khusus. Pemeriksaan sebelum kerja dilakukan saat seleksi penerimaan
karyawan. Pemeriksaan berkala dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Sedangkan pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan untuk karyawan
yang mempunyai usia di atas 40 tahun. Seluruh karyawan melakukan
pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan karyawan berdasarkan
lingkup kerjanya. PT KYB juga mempunyai klinik sebagai fasilitas bagi
karyawan yang ingin berobat di perusahaan. Selain itu, karyawan tetap di PT
KYB mendapatkan uang untuk berobat bagi karyawan yang ingin berobat di
luar perusahaan. Fasilitas ini mendorong semangat karyawan untuk lebih
produktif.
5. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang paling umum diberikan kepada karyawan adalah BPJS
ketenagakerjaan karena merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap perusahaan. PT KYB memberikan jaminan sosial berupa BPJS
ketenagakerjaan dan asuransi untuk seluruh karyawan di perusahaan tersebut.
Iuran BPJS ketenagakerjaan per bulan ditanggung oleh PT KYB.
6. Kesempatan Berprestasi
Karyawan PT KYB yang mempunyai ide untuk memperbaiki suatu sistem
dapat menyampaikan ide kepada atasan. Perusahaan mempunyai beberapa
wadah seperti QCC (quality control circle), QCP (quality control project),
dan sistem saran yang dapat menampung ide-ide tersebut. Ide yang
disampaikan dari karyawan akan diberikan penghargaan sesuai dengan hasil
dari perbaikan.
7. Lingkungan dan Iklim Kerja
Lingkungan kerja pada line assembling tergolong lingkungan yang aman
dibandingkan dengan lingkungan kerja di tempat lain. Line assembling
mempunyai dua ruangan yaitu, close room dan open room. Ruangan close
room diperuntukkan bagi proses-proses yang memerlukan tingkat steril
31
Implikasi Manajerial
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sedarmayanti. 2009. Tata kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung (ID): Mandar
Maju.
Sitohang EP, Norita D. 2015. Analisa Gerak dan Waktu Kerja, Sampel, Inkubasi
Teh Botol Sosro Kemasan Kotak [Jurnal]. [diunduh pada 2018 Juni 27];
9(1):83-101. Tersedia pada: https//media.neliti.com/media/publications/182
892-ID-analisa-gerak-dan-waktu-kerja-sampel-ink.pdf.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta.
Sulistyadi K, Susanti SL. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta
(ID): Universitas Sahid.
Sutalaksana IZ, Angga R, Tjakraatmaja JH. 2006. Teknik Perancangan Sistem
Kerja. Ed ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Syahrial MB. 2013. Analisis Dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode
Studi Gerak Dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange Di PT
Buanasari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tastanny T. 2011. Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi
Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT Driyama Purwana,
Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wignjosoebroto S. 2008. Ergonomi Studi dan Waktu: Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Ed ke-1. Surabaya (ID): Guna Widya.
Wignjosoebroto S. 2006. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya
(ID): Guna widya.
Wijaya A, Andrijanto. 2014. Perbaikan Sistem Kerja Untuk Meningkatkan
Efisiensi Waktu Produksi Di PT. Berdikari Metal Engineering Pada
Departemen Press. Jurnal Keteknikan Pertanian [Jurnal]. [diunduh 2018
April 11 ]; Tersedia pada: https://www.google.com/search?hl=in&source
=androidbrowsertype&qjurna l+wijaya+dan+andrijanto&gws_rd=ssl.
Yamit Z. 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta
(ID): Ekonisia.
36
37
LAMPIRAN
38
39
detik
c. Hitung standar deviasi dari distribusi nilai rataan sub grup
=
= 0.36 detik
d. Tentukan Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah
= 8.90 + 3 (0.36)
= 9.99 detik
= 8.90 – 3 (0.36)
= 7.81 detik
e. Tentukan jumlah kecukupan data
N’ = 2
2
=
2
=
2
=
2
=
= 10.04 kali
f. Perhitungan waktu siklus
45
2. Perhitungan Produktivitas
Produktivitas takt time =
=
= 31.25 unit/jam
Output =
=
= 610.17 unit
Produktivitas waktu baku =
=
= 38.14 unit/ jam
46
RIWAYAT HIDUP