Anda di halaman 1dari 60

STUDI GERAK, WAKTU BAKU DAN PRODUKTIVITAS

PEKERJA PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER


(Studi Kasus PT Kayaba Indonesia, Bekasi)

YUNITA WIDYAWATI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Gerak, Waktu
Baku dan Produktivitas Pekerja pada Proses Produksi Shock Absorber (Studi
Kasus PT Kayaba Indonesia, Bekasi) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

`
Yunita Widyawati
NIM H24164029
iv
v

ABSTRAK
YUNITA WIDYAWATI. Studi Gerak, Waktu Baku dan Produktivitas Pekerja
pada Proses Produksi Shock Absorber (Studi Kasus PT Kayaba Indonesia,
Bekasi). Dibimbing oleh ABDUL BASITH.

Penentuan waktu baku merupakan salah satu cara untuk meningkatkan


produktivitas pekerja di perusahaan agar memenuhi permintaan konsumen.
Penelitian ini dilakukan di PT Kayaba Indonesia yang merupakan perusahaan
manufaktur komponen kendaraaan bermotor. Tujuan penelitian menganalisis studi
gerak table assy shock absorber, menganalisis waktu baku table assy shock
absorber dan menganalisis produktivitas pekerja shock absorber. Metode
penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan
jumlah sampel 16 kali. Gerakan dari proses table assy sudah baik, karena
merupakan gerakan dasar dalam penyelesaian proses tersebut. Perhitungan waktu
table assy yang diperoleh waktu siklus 8.90 detik, waktu normal 11.67 detik dan
waktu baku 11.80 detik. Produktivitas pekerja menggunakan takt time 31.25
unit/jam, sedangkan produktivitas menggunakan waktu baku 38.14 unit/jam.
Faktor-faktor produktivitas dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan, tingkat
penghasilan, gizi dan kesehatan, jaminan sosial, kesempatan berprestasi serta
lingkungan kerja.

Kata Kunci: pekerja, produktivitas, studi gerak, waktu baku

ABSTRACT
YUNITA WIDYAWATI. Motion Study, Standart Time and Workers Productivity
in the shock absorber production process (Case Study of PT Kayaba Indonesia,
Bekasi). Supervised by ABDUL BASITH.

The determination of standard time is one way to increase labour


productivity in the company in order to fulfill customer demand. This research
was conducted at PT Kayaba Indonesia which is a manufacturing company of
motor vehicle components. The purpose of this research is to analyze motion
study of table assy shock absorber, analyze the standard time of table assy shock
absorber, and analyze productivity of shock absorber workers. The sampling
method used is purposive sampling technique with 16 times sample. Movement of
the table assy process is already good because it is the basic movement in the
completion of the process. From the calculation time of table assy obtained that
cycle time is 8.90 second, normal time is 11.67 second, and standard time is 11.80
second. Workers productivity using takt time is 31.25 units/hour, while the
productivity using standard time is 38.14 units/hour. Factors of productivity are
influenced by education, skills, income level, nutrition and health, social security,
achievement opportunities, and work environtment.

Key words : motion study, productivity, standard time, worker


vi
vii

STUDI GERAK, WAKTU BAKU DAN PRODUKTIVITAS


PEKERJA PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER
(Studi Kasus PT Kayaba Indonesia, Bekasi)

YUNITA WIDYAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
viii
x
xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
diteliti adalah studi gerak dan waktu baku proses produksi dan produktivitas
dengan judul Studi Gerak, Waktu Baku, dan Produktivitas Pekerja pada Proses
Produksi Shock Absorber (Studi Kasus PT Kayaba Indonesia, Bekasi).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr Ir Abdul Basith, MS
selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan selama penulisan karya
ilmiah. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir H Musa
Hubeis, MS, Dipl, Ing DEA dan ibu Dra Siti Rahmawati, MPd selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dalam ujian sidang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan seluruh keluarga yang telah
memberikan do’a dan dukungan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
seluruh pihak di PT Kayaba Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian di perusahaan tersebut. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
angkatan 14, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan karya
ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Agustus 2018

Yunita Widyawati
xii
xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv


DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Shock Absorber 4
Proses Produksi 4
Peta Kerja 5
Studi Gerak 6
Pengukuran Waktu Baku 7
Produktivitas 8
Penelitian Terdahulu 10
METODE 12
Kerangka Pemikiran 12
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Pengumpulan Data 13
Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Gambaran Umum Perusahaan 19
Jenis-Jenis Produk di PT Kayaba Indonesia 20
Proses Produksi Shock Absorber Model BZ 090 22
Studi Gerak Proses Table Assy SA BZ 090 25
Pengukuran Waktu Baku Proses Table Assy SA BZ 090 26
Produktivitas 29
SIMPULAN DAN SARAN 32
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 46
xiv

DAFTAR TABEL

1 Lambang yang digunakan pada peta kerja 6


2 Nama dan lambang gerakan menurut Therblig 7
3 Penelitian terdahulu 11
4 Penyesuaian menggunakan Teknik Westinghouse 17
5 Sub grup proses table assy SA BZ 090 26
6 Penyesuaian pekerja table assy menggunakan Teknik Westinghouse 27
7 Penyesuaian pekerja table assy menggunakan cara obyektif 28
8 Kelonggaran untuk pekerja proses table assy SA BZ 090 28
9 Perbandingan produktivitas saat ini dan waktu baku 29

DAFTAR GAMBAR

1 Penjualan mobil di Indonesia tahun 2012-2017 1


2 Permintaan produk bulan Januari-Mei 2018 2
3 Perbandingan target produksi dan output SA BZ 090 2
4 Kerangka Pemikiran Penelitian 13
5 Kepemilikan Saham PT Kayaba Indonesia 20
6 Front Fork 20
7 Oil Cushion Unit 21
8 Shock Absorber 21
9 Shock Absorber Model BZ 090 21
10 Produk lain yang dihasilkan PT Kayaba Indonesia 22
11 BKA dan BKB table assy 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penyesuaian dengan cara obyektif 39


2 Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh 40
3 Layout PT Kayaba Indonesia 41
4 Customer PT Kayaba Indonesia 42
5 Peta proses operasi shock absorber model BZ 090 43
6 Rincian perhitungan waktu baku dan produktivitas pekerja 44
7 Rincian perhitungan waktu baku dan produktivitas pekerja (Lanjutan) 45
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri di Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami


peningkatan. Peningkatan ini merupakan integrasi dari berbagai bidang salah
satunya adalah industri otomotif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan industri otomotif pada tahun 2016
meningkat 4.5 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Gaikindo 2018).
Pertumbuhan industri otomotif di Indonesia disebabkan oleh berbagai hal seperti
semakin banyaknya aktivitas manusia yang mengharuskan untuk berpindah dari
berbagai lokasi. Hal tersebut mendorong adanya permintaan kendaraan untuk
memfasilitasi kebutuhannya. Salah satu kendaraan yang dipilih oleh kosumen
adalah mobil. Data penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2017
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Penjualan mobil di Indonesia tahun 2012-2017


Sumber: www.gaikindo.or.id (2018)

Gambar 1 menunjukkan bahwa penjualan mobil berfluktuatif sepanjang


tahun 2012-2017. Penjualan mobil paling rendah terjadi pada tahun 2015 yaitu
sebesar 1 013 518 unit. Namun, setelah tahun 2015 terus terjadi peningkatan
hingga mencapai sebesar 1 079 534 unit pada tahun 2017 (Gaikindo 2018).
Semakin meningkat permintaan kendaraan bermotor dari konsumen, maka
komponen kendaraan yang dibutuhkan oleh perusahaan perakitan mobil akan
semakin banyak. PT Kayaba Indonesia (PT KYB) merupakan salah satu
perusahaan manufaktur komponen kendaraan bermotor yang tergabung dalam
Astra Otoparts. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah shock
absorber, oil cushion unit dan front fork sebagai komponen yang digunakan untuk
kebutuhan perakitan kendaraan bermotor. Permintaan produk yang dihasilkan
2

oleh PT KYB cenderung berfluktuatif setiap bulan. Permintaan produk paling


tinggi yaitu produk shock absorber. Permintaan produk di PT KYB pada bulan
Januari-Mei 2018 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Permintaan produk bulan Januari-Mei 2018


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Salah satu shock absorber yang diproduksi oleh PT KYB adalah shock
absorber model BZ 090 (SA BZ 090). Produk ini merupakan salah satu produk
yang paling sering diproduksi oleh PT KYB. Perbandingan target produksi dan
output SA BZ 090 yang dihasilkan pada bulan Januari-Mei 2018 dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3 Perbandingan target produksi dan output SA BZ 090


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Gambar 3 menunjukkan bahwa output SA BZ 090 tidak dapat mencapai


target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal itu mengharuskan
perusahaan memanfaatkan sumber daya secara optimal agar dapat meningkatkan
produktivitas pekerja sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen.
Produktivitas dapat diperoleh dari penghematan waktu untuk menghasilkan output
dalam jumlah lebih banyak. Penghematan tersebut dapat diperoleh melalui
analisis waktu proses produksi. Analisis ini mempunyai manfaat untuk
3

mengurangi idle time yang terlalu lama. Waktu baku pada suatu proses produksi
mempunyai manfaat untuk meningkatkan produktivitas pekerja, khususnya yang
menangani pekerjaan secara manual. Selain itu dapat menentukan jumlah pekerja
yang optimal dalam suatu proses tersebut. Waktu baku proses produksi diketahui
melalui pengukuran kerja yang dapat dibagi menjadi waktu setiap unsur pekerjaan
(Sutalaksana et al. 2006).
PT KYB menetapkan waktu siklus berdasarkan prosesnya. Salah satu proses
terpenting dalam pembuatan shock absorber adalah proses table assy. Table assy
merupakan proses pertama dalam perakitan shock absorber. Berdasarkan
ketidaksesuaian target produksi dan output inilah yang menjadi pertimbangan
penulis untuk melakukan penelitian mengenai Studi Gerak, Waktu Baku dan
Produktivitas Pekerja pada Proses Produksi Shock Absorber di PT KYB.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah


penelitian ini adalah:
1. Bagaimana studi gerak proses table assy pada produksi SA BZ 090 di PT
KYB?
2. Berapa waktu baku proses table assy pada produksi SA BZ 090 di PT KYB?
3. Berapakah produktivitas pekerja SA BZ 090 menggunakan metode takt time
dan waktu baku pada PT KYB?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan


penelitian ini adalah:
1. Menganalisis studi gerak proses table assy pada produksi SA BZ 090 di PT
KYB
2. Menganalisis waktu baku proses table assy pada produksi SA BZ 090 di PT
KYB
3. Menganalisis produktivitas pekerja SA BZ 090 menggunakan metode takt
time dan waktu baku pada PT KYB

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang


berkepentingan, yaitu:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan kemampuan untuk menganalisis permasalahan
yang terdapat di perusahaan dalam lingkup produksi dan operasi, khususnya
4

studi gerak, waktu baku proses produksi, produktivitas pekerja dan faktor-
faktor yang memengaruhinya.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan
dalam memperbaiki kondisi kerja, sehingga dapat menciptakan waktu yang
lebih efisien untuk mengurangi idle time dan biaya produksi.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
yang berkaitan dengan studi gerak, waktu baku proses produksi, maupun
produktivitas pekerja.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terfokus pada studi gerak, waktu baku dan produktivitas
pekerja pada proses produksi SA BZ 090 bagian line assembling 6 di PT Kayaba
Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Shock Absorber

Menurut Majanasastra (2013), shock absorber atau shock breaker adalah


sistem suspensi yang terletak diantara body kendaraan dan roda-roda untuk
menyerap kejutan dari permukaan jalan, sehingga menambah kenyamanan,
stabilitas berkendara, serta memperbaiki kemampuan cengkraman roda terhadap
jalan. Fungsi dari shock absorber untuk meredam kejutan saat kendaraan
diperlambat atau mengalami benturan keras dikarenakan permukaan jalan tidak
rata. Shock absorber terdiri dari piston, piston rod dan tabung. Piston adalah
komponen dalam tabung shock absorber yang bergerak naik turun disaat shock
absorber bekerja. Di sisi lain, tabung merupakan wadah oli dan gas serta sebagai
ruang untuk gerak piston. Piston rod merupakan batang yang menghubungkan
piston dengan tabung bagian atas shock absorber.

Proses Produksi

Menurut Assauri (2008), proses produksi adalah cara, metode, dan teknik
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dana) yang ada.
Menurut Ahyari (2002), proses produksi adalah suatu cara, metode, ataupun
5

teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor
produksi yang ada. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses
kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan
proses penciptaan jasa-jasa administrasi. Menurut Yamit (2002), Tipe-tipe
produksi dari berbagai industri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Proses produksi terus-menerus
Proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi
berikutnya tanpa penumpukan di suatu titik dalam proses. Industri yang
cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output
direncanakan dalam jumlah besar, sedangkan variasi atau jenis produk yang
dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
2. Proses produksi terputus-putus
Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau
lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga
lebih banyak memerlukan persediaan dalam proses.
3. Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan
kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas
secara penuh.

Peta Kerja

Informasi yang digunakan untuk memperbaiki metode kerja salah satunya


dapat diperoleh melalui peta kerja. Menurut Sutalaksana et al. (2006), peta kerja
adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas.
Peta bisa dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu peta-
peta yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan dan peta-peta
yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat. Kelompok kegiatan
kerja keseluruhan meliputi peta proses operasi, peta aliran proses, peta proses
kelompok kerja dan diagram alir. Di sisi lain, kelompok kegiatan kerja setempat
adalah peta pekerja dan mesin serta peta tangan kiri dan tangan kanan. Menurut
Sutalaksana et al. (2006), langkah atau kejadian yang dialami oleh benda kerja
dari mulai masuk ke pabrik, proses, hingga produk jadi dapat diketahui melalui
peta kerja. Penerapan peta yang baik dapat dimulai dengan membuat peta kerja
yang menggambarkan kegiatan kerja berdasarkan keadaan sekarang. Perbaikan-
perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki metode kerja, yaitu:
1. Menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu
2. Menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya
3. Menemukan urutan kerja atau proses produksi yang lebih baik
4. Menentukan mesin yang lebih ekonomis
5. Menghilangkan waktu menunggu antar operasi
Perbaikan digunakan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan,
sehingga peta kerja merupakan alat yang baik untuk menganalisis suatu pekerjaan
agar mempermudah perencanaan perbaikan kerja. Peta kerja dapat dibuat dengan
menggunakan beberapa lambang yang dapat dilihat pada Tabel 1.
6

Tabel 1 Lambang yang digunakan pada peta kerja


Lambang Pengertian

Operasi Benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik


maupun kimiawi.

Pemeriksaan Benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan


baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.

Transportasi Benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami


perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian
dari operasi.

Delay (Menunggu) Benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan tidak


mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu.

Penyimpanan Benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup


lama.

Gabungan Aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan


bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

Sumber : Sutalaksana et al. (2006)

Studi Gerak

Menurut Sitohang dan Norita (2015), studi gerak adalah analisis terhadap
beberapa bagian badan pekerja dalam menyesuaikan pekerjaannya, agar gerakan-
gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan, sehingga akan
diperoleh penghematan waktu kerja dan pengurangan kelelahan pekerja.
Menurut Astuti dan Iftadi (2016), manfaat dari studi gerakan meliputi:
1. Memperbaiki kemampuan pekerja, dikarenakan menerapkan metode yang baik,
penggunaan alat yang baik dan menghentikan kegiatan yang tidak perlu.
2. Mengurangi kelelahan pekerja.
3. Mengurangi biaya tenaga kerja, karena pemborosan dalam pabrik berkurang.
Menurut Sutalaksana et al. (2006), suatu pekerjaan utuh dapat dibagi
menjadi gerakan daasar. Setiap pekerjaan mempunyai uraian pekerjaan yang
berbeda-beda sesuai jenis pekerjaannya. Gerakan dasar atau unsur gerakan
Therblig 17 gerakan. Sebagian gerakan tersebut merupakan gerakan tangan yang
terjadi pada pekerjaan manual. Gerakan Therblig dinyatakan dalam lambang-
lambang tertentu seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
7

Tabel 2 Nama dan lambang gerakan menurut Therblig


No Nama Therblig Lambang
Therblig
1. Mencari (Search) SH
2. Memilih (Select) ST
3. Memegang (Grasp) G
4. Menjangkau (Reach) RE
5. Membawa (Move) M
6. Memegang untuk memakai (Hold) H
7. Melepas (Realesed Load) RL
8. Pengarahan (Position) P
9. Pengarahan Sementara (Pre Posiotion) PP
10. Memeriksa (Inspection) I
11. Merakit (Assemble) A
12. Lepas rakit (Desassemble) DA
13. Memakai (Use) U
14. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay) UD
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay) AD
16. Merencanakan (Plan) Pn
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome R
fatique)
Sumber : Sutalaksana et al. (2006)

Pengukuran Waktu Baku

Menurut Santoso (2004), perancangan dan pengukuran kerja merupakan


disiplin yang dirancang untuk memberi pengetahuan mengenai prinsip dan
prosedur dalam upaya memahami hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas dan
efisiensi kerja. Menurut Sulistyadi dan Susanti (2003), pengukuran kerja (time
study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu
kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator atau pekerja terlatih, untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja normal
dan dalam lingkungan terbaik saat itu.
Menurut Wignjosoebroto (2006), ada berbagai macam cara untuk mengukur
dan menetapkan waktu standar. Beberapa industri hanya membuat estimasi waktu
berdasarkan pengalaman historis. Penetapan waktu standar dilakukan dengan cara
pengukuran kerja seperti stop watch time study, work sampling, ratio delay study),
standard data, dan predetermined motion time system.
Menurut Sutalaksana et al. (2006), teknik-teknik pengukuran waktu dibagi
menjadi dua bagian, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran cara
langsung merupakan pengukuran yang dilakukan langsung di tempat pekerjaan
yang bersangkutan. Sedangkan cara tidak langsung adalah melakukan perhitungan
waktu tanpa berada di tempat pekerjaan. Cara ini dapat dilakukan dengan
membaca tabel-tabel yang tersedia dengan syarat mengetahui pekerjaan melalui
elemen-elemen pekerjaan. Cara yang merupakan pengukuran langsung adalah
cara jam henti dan sampling pekerjaan. waktu menggunakan jam henti merupakan
8

pengukuran yang paling banyak dikenal. Hal tersebut dikarenakan pada metode
ini aturan-aturan pengukuran yang dipakai tergolong sederhana. Pengukuran
waktu mempunyai faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil
yang baik. Beberapa langkah sebelum melakukan pengukuran adalah:
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah penggunaan hasil
pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari
hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu
yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Pengukuran waktu sebaiknya dilakukan apabila kondisi kerja dari
pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum baik, maka kondisi yang ada
sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu.
3. Memilih Operator
Operator yang akan diukur mempunyai syarat berkemampuan normal dan
dapat diajak bekerjasama. Hal itu dikarenakan waktu yang dicari adalah
waktu penyelesaian pekerjaan secara wajar yang diperlukan untuk pekerja
normal. Pekerja normal merupakan orang yang berkemampuan rataan.
4. Melatih Operator
Pelatihan operator diperlukan jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi
kerja mengalami perubahan. Operator harus dilatih terlebih dahulu karena
sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja
yang telah ditetapkan dan dibakukan.
5. Menguraikan Pekerjaan Atas Unsur Pekerjaan
Pentingnya penguraian pekerjaan atas unsur pekerjaan adalah dapat
menjelaskan tentang tata cara kerja yang telah dibakukan dan dinyatakan
secara tertulis, kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, sedang dan
sesudah pengukuran. Kemudian dapat melakukan penyesuaian bagi setiap
unsur karena keterampilan bekerja operator belum tentu sama dengan bagian
dari gerakan kerjanya. Selanjutnya untuk memudahkan mengamati terjadinya
unsur yang tidak baku dan memungkinkan dikembangkanya data waktu
standar untuk tempat kerja bersangkutan.

Produktivitas

Menurut Herjanto (2007), produktivitas merupakan suatu ukuran yang


menyatakan bagaimana baiknya sumberdaya diatur dan dimanfaatkan untuk
mencapai hasil yang optimal. Produktvitas dapat digunakan sebagai tolak ukur
keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa.
Menurut Hasibuan (2016), produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran
dan masukan terhadap sumber-sumber dalam memproduksi suatu barang atau
jasa. Produktivitas per kapita (PPC) adalah besarnya produksi yang dihasilkan per
jiwa dan per satu jam kerja (productivity per man hour). Produktivitas dapat
dihitung melalui pembagian jumlah produk dengan jumlah jam kerja dikali jumlah
tenaga kerja.
9

Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang memengaruhi


produktivitas adalah sebagai berikut:
a. Sikap mental
Sikap mental dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Motivasi
Orang yang mempunyai motivasi tinggi akan bekerja lebih rajin
sehingga akan mencapai prestasi kerja yang tinggi.
2) Disiplin kerja
Disiplin kerja yang tinggi akan membuat seseorang lebih bertanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan dari perusahaan kepada
orang tersebut. Hal ini akan mendorong semangat kerja dalam
mencapai tujuan perusahaan
3) Etika Kerja
Etika yang baik akan terlihat dalam kerja sehari-hari berupa kerjasama,
antusias, inisiatif, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kreativitas.
Wujud tersebut akan memberikan pengaruh bersar terhadap pencapaian
produktivitas kerja karyawan yang optimal sehingga mampu membantu
untuk mencapai tujuan perusahaan.
b. Pendidikan
Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan
lebih luas akan arti pentingnya produktivitas.
c. Keterampilan
Apabila pegawai terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta
menggunakan fasilitas kerja dengan baik.
d. Tingkat penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai, konsentrasi kerja dan kemampuan
yang dimilki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.
e. Gizi dan kesehatan
Apabila kebutuhan gizi dan kesehatannya terpenuhi, maka akan berbadan
sehat, sehingga semangatnya akan bertambah besar untuk melakukan
pekerjaan.
f. Jaminan sosial
Apabila jaminan sosial terpenuhi maka akan menimbulkan kesenangan
dalam bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki.
g. Teknologi
Jika teknologi yang dipakai tepat, maka memungkinkan jumlah produksi
yang dihasilkan akan lebih banyak dan bermutu serta mengurangi terjadinya
pemborosan bahan baku.
h. Kesempatan berprestasi
Pegawai selalu menginginkan peningkatan karir dan prestasi kerja yang
berguna bagi diri sendiri dan organisasi. Kesempatan berprestasi
menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta
pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
i. Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja. Lingkungan
kerja dibagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan non fisik. Menurut
Sedarmayanti (2009), terdapat faktor yang memengaruhi terbentuknya suatu
10

kondisi lingkungan kerja yang dikaitkan dengan kemampuan pegawai, yaitu


diantaranya adalah:
1) Penerangan/cahaya di tempat kerja
Cahaya atau penerangan sangat bermanfaat bagi pekerja guna
mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Cahaya yang kurang
jelas akan memperlambat pekerjaan, banyak mengalami kesalahan dan
akan menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan,
sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
2) Suhu udara di tempat kerja
Setiap tubuh manusia mempunyai suhu berbeda dalam keadaan
normal. Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan
normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh.
3) Kelembaban di tempat kerja
Kelembaban adalah banyaknya air terkandung dalam udara, yang
biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban memengaruhi
keadaan tubuh manusia saat menerima atau melepaskan panas dari
tubuhnya.
4) Sirkulasi udara di tempat kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan makhluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu proses metabolisme.
5) Kebisingan di tempat kerja
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga,
karena dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu
ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi hingga kematian.
6) Bau-bauan di tempat kerja
Bau-bauan di tempat kerja dianggap sebagai pencemaran karena dapat
mengganggu konsentrasi bekerja dan dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman.
7) Tata warna di tempat kerja
Warna di tempat kerja perlu diperhatikan, karena dapat memengaruhi
perasaan seseorang. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang
menimbulkan rasa senang, sedih dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasaan manusia.
8) Keamanan di tempat kerja
Keamanan yang dimaksud bukan hanya melibatkan petugas
keamanan, tetapi juga keamanan bagi pekerja dalam bekerja dari
adanya tindak kejahatan di lingkungan kerja.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk membandingkan penelitian


sebelumnya dengan penelitian yang sedang diteliti. Beberapa penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
11

Tabel 3 Penelitian terdahulu


No Judul Penelitian Nama Pengarang Alat Analisis Hasil
dan Tahun
1 Analisis Waktu dan Rahma Widhi Metode jam Waktu baku manisan carica
Faktor yang Kusumawardhani henti 58.77 detik, sehingga pekerja
Mempengaruhi (2018) mampu menghasilkan 1 715
Produktivitas cup/hari dengan waktu baku.
Pekerja pada Proses Faktor yang memengaruhi
Produksi Manisan produktivitas adalah sumber
Carica di CV Yuasa daya manusia, teknologi dan
Food peralatan serta lingkungan.

2 Studi Gerak, Laras Metode jam Studi gerakan pengupasan ubi


Pemeliharaan Nurmuttaqina henti adalah mengambil pisau
Tempat Kerja dan (2017) sampai meletakkan ubi ke
Waktu Baku Bagian dalam keranjang dengan hasil
Pengupasan Ubi di waktu baku pada pisau besar,
PT Galih Estetika yaitu 20.14 detik dan pisau
Indonesia kecil adalah 49.11 detik.

3 Perbaikan Sistem Andreano Wijaya, Metode jam Waktu baku terbesar terjadi
Kerja Untuk Andrijanto (2014) henti pada stasiun 3 sebesar 24.059
Meningkatkan (stopwatch), detik, dengan keadaan
Efisiensi Waktu methods time lingkungan fisik belum baik,
Produksi di PT measurement- karena pencahayaan rendah,
Berdikari Metal 1 tingkat suhu, kelembaban dan
Engineering pada kebisingan tinggi.
Departemen Press

4 Studi Waktu (Time Kurnia Ayu Metode jam Unsur kerja pemanenan
Study) pada Putranti, henti, digital kelapa sawit yang paling lama
Aktivitas Sam Herodian, video camera adalah memungut brondolan
Pemanenan Kelapa M. Faiz Syuaib dengan waktu baku 20.32
Sawit di (2012) detik sampai dengan 51.75
Perkebunan Sari detik.
Lembah Subur,
Riau

5 Analisis Studi Thia Tastanny Metode jam Gerakan yang dapat


Gerak dan Waktu (2011) henti dihilangkan, yaitu gerakan
pada Proses meletakkan cup yang sudah
Produksi di sealer, memindahkan cup
Minuman Lidah ke panci pasteurisasi,
Buaya di UMKM pengurangan waktu
(Studi Kasus: PT. perendaman gel, sehingga
Driyama Purwana, menghasilkan waktu baku
Bogor) 111.62 detik/cup

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kusumawardhani (2018), yaitu


metode yang digunakan adalah jam henti (stopwatch) untuk mengukur waktu
pekerjaan manual. Waktu yang dihitung terdiri dari waktu siklus, waktu normal
dan waktu baku. Selain itu terdapat kesamaan dalam perbandingan produktivitas
pekerja. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian sebelumnya tidak
menganalisis tentang gerakan yang dilakukan pekerja. Persamaan penelitian
Nurmuttaqina (2017) dan penelitian ini adalah menganalisis gerakan pekerja dan
12

melakukan pengukuran menggunakan metode jam henti. Sedangkan


perbedaannya dengan penelitian sebelumnya tidak membandingkan produktivitas
pekerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putranti et al. (2012) adalah
metode yang digunakan dalam pengukuran menggunakan jam henti (stopwatch).
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian sebelumnya menghitung waktu baku
pada semua unsur pekerjaan dari proses awal sampai akhir. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian Wijaya dan Andrijanto (2014), yaitu menghitung waktu
baku dan menganalisis gerakan pekerja. Perbedaannya dengan penelitian
sebelumnya tidak membandingkan produktivitas takt time dengan produktivitas
waktu baku. Persamaan penelitian Tastanny (2011) dengan penelitian ini adalah
metode yang digunakan, yaitu jam henti. Sedangkan perbedaannya dengan
penelitian sebelumnya menghitung seluruh unsur pekerjaan. Tujuan menganalisis
studi gerak adalah mengetahui gerakan efektif dan tidak efektif yang dilakukan
pekerja sebagai penyelesaian suatu proses produksi. Pengukuran waktu baku
menggunakan metode jam henti dapat diterapkan pada pekerjaan yang
mempunyai siklus berulang seperti pekerjaan perakitan komponen. Dalam hal ini,
waktu baku yang diperoleh akan dibandingkan dengan waktu yang digunakan
perusahaan sebagai standar penyelesaian pekerjaan untuk mendapatkan waktu
yang lebih efisien.

METODE

Kerangka Pemikiran

PT Kayaba Indonesia merupakan perusahaan manufaktur komponen


kendaraan bermotor yang mempunyai komitmen untuk memenuhi permintaan
konsumen sesuai mutu dan kuantitas yang telah ditetapkan. Pemenuhan
permintaan tersebut memerlukan penetapan jumlah target produksi yang harus
dihasilkan oleh pekerja. Pencapaian target produksi dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor dimana salah satunya adalah kelancaran dalam pengerjaan proses
produksi sesuai dengan urutan proses produksinya. Kesesuaian tersebut dapat
diketahui melalui gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja. Selain itu
dipengaruhi oleh ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan tiap-tiap proses,
sehingga langkah yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi waktu proses
produksi di perusahaan untuk melihat kesesuaian waktu produksi dengan gerakan
pekerja. Kemudian dilakukan perhitungan waktu baku dalam penyelesaian satu
proses produksi untuk mengetahui produktivitas pekerja menggunakan metode
takt time dan waktu baku. Selanjutnya dilakukan analisis terkait faktor-faktor
yang memengaruhi produktivitas pekerja, sehingga peningkatan produktivitas
lebih mudah dilakukan. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi
kepada perusahaan untuk membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
13

PT KYB adalah perusahaaan manufaktur komponen otomotif

Urutan proses produksi pembuatan shock absorber

Gerakan proses table assy shock absorber

Waktu proses produksi shock absorber yang di PT KYB

Waktu baku proses table assy shock absorber

Produktivitas takt time Produktivitas waktu baku

Faktor pengaruh produktivitas pekerja di line assembling SA BZ 090

Rekomendasi perbaikan waktu kerja

Gambar 4 Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di PT Kayaba Indonesia yang berlokasi di


Jalan Jawa Blok II No 4, Kawasan Industri MM2100, Jatiwangi, Cikarang Barat,
Bekasi, dengan waktu penelitian pada tanggal 2 April sampai 25 Mei 2018.

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama
(Narimawati 2008). Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari
melalui dokumen (Sugiyono 2005). Pengumpulan data dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan di tempat
penelitian untuk mendapatkan data dan informasi akurat terkait dengan
objek penelitian. Kegiatan yang diamati berupa urutan proses produksi SA
BZ 090 dan studi gerak proses table assy SA BZ 090.
14

2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah tanya jawab secara langsung kepada
berbagai pihak seperti bagian produksi, production planning and control
(PPC), dan process engineering (PCE). Wawancara tersebut dilakukan
untuk memperoleh data terkait data permintaan, studi gerak, serta waktu
proses yang diterapkan di perusahaan.
3. Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai referensi untuk penyusunan hasil akhir
penelitian yang bersumber dari bacaan relevan yang terkait dengan studi
gerak, waktu baku dan produktivitas pekerja. Salah satu studi literatur yang
digunakan adalah dokumen perusahaan.
Penelitian untuk mengukur waktu dengan menggunakan metode jam henti
memerlukan alat ukur (Syahrial 2013):
1. Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil
pengamatan secara langsung di lapangan. Form ini digunakan untuk
mencatat waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan satu siklus pekerjaan
dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja.
2. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk melihat waktu kerja setiap unsur kerja dan
dicatat dalam time and motion sheet. Jenis stopwatch yang digunakan adalah
stopwatch digital.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah pengolahan dan analisis data
untuk mempermudah dalam menganalisa waktu baku pada suatu proses produksi.
Analisa waktu (time study) adalah penentuan waktu kerja selama periode tertentu
agar bisa ditentukan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan
(waktu standar) (Wignjosoebroto 2008). Data dari penelitian ini diolah
menggunakan Microsoft Excel 2007. Menurut Sulatalaksana et al. (2006),
pengukuran pendahuluan adalah salah satu tahapan yang harus dilakukan untuk
mengukur waktu baku. Pengukuran tahap pertama dilakukan beberapa
pengukuran yang jumlahnya ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap
pertama dijalankan, selanjutnya dilakukan tahapan kegiatan menguji keseragaman
data dan menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan. Jika jumlah
pengukuran belum mencukupi maka harus dilanjutkan dengan pengukuran tahap
kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran mencukupi
untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Proses hasil pengukuran
dilakukan dengan langkah-langkah berikut (Sutalaksana et al. 2006):
1. Kelompokan harga dari data pengukuran pendahuluan ke dalam subgrup-
subgrup, masing-masing berisi nilai data pengukuran yang diperoleh secara
berturut-turut dan hitung nilai rataan.

2. Hitung nilai rataan dari nilai rataan subgrub dengan rumus:


.....................................................................................................(1)
rataan dari nilai rataan subgrup
15

nilai rataan dari subgrup ke-i


banyaknya subgrup yang terbentuk

3. Hitung standar deviasi dari waktu penyelesaian dengan rumus:

............................................................................................(2)
standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan

4. Hitung standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrub dengan rumus:
.......................................................................................................(3)
standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrup
standar deviasi sebenarnya dari waktu penyalesaian
besarnya subgrup

5. Tentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah (BKA dan BKB)
dengan rumus:
......................................................................................(4)
......................................................................................(5)
BKA = Batas Kendali Atas
BKB = Batas Kendali Bawah
= Rataan dari nilai rataan subgrub
= Standar deviasi dari distribusi nilai rataan subgrup
Jika semua rata-rata subgrup berada dalam batas kendali, maka semua nilai
dapat digunakan untuk menghitung uji kecukupan data.

6. Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui banyaknya pengukuran


yang diperlukan untuk penelitian. Uji kecukupan data menggunakan tingkat
ketelitian 5 persen dan tingkat keyakinan 95 persen, dengan rumus:
N’ = 2
...............................................................................(6)
N’ = jumlah pengamatan yang dibutuhkan
N = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
Xj = waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
Apabila N’ ≤ N, maka jumlah data sudah cukup.
Apabila N’ > N, maka jumlah data belum cukup, sehingga pengukuran
tahap ketiga harus dilakukan. Pada tahapan ini urutan pekerjaan tetap sama
dengan tahap-tahap sebelumnya. Demikian seterusnya harus dilakukan
tahapan yang sama hingga N’  N.

7. Waktu siklus
Menurut Sutalaksana et al. (2006), kegiatan pengukuran waktu telah selesai
jika semua data yang didapat memiliki keseragaman sesuai ketentuan dan
jumlahnya memenuhi tingkat ketelitian serta keyakinan yang diinginkan.
Cara untuk mendapatkan waktu siklus dari data yang terkumpul adalah
sebagai berikut:
16

Hitung waktu siklus yang merupakan waktu penyelesaian rata-rata selama


pengukuran. Rumus yang digunakan adalah:
Ws = .....................................................................................................(7)
Xi = waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
N = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.

8. Penyesuaian
Menurut Sutalaksana et al. (2006), tahap setelah penghitungan waktu siklus
adalah mengamati kewajaran dan ketidakwajaran kerja yang ditunjukkan
operator. Ketidakwajaran dapat terjadi, ketika bekerja tanpa ada
kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi kerja yang buruk.
Ketidakwajaran yang terjadi harus disesuaikan agar menjadi wajar karena
waktu baku mempunyai syarat, yaitu kondisi dan cara kerja baku harus
diselesaikan dengan wajar. Penentuan faktor penyesuaian dilakukan dengan
menggunakan teknik Westinghouse. Teknik westinghouse mengarahkan
penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau
ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu (Sutalaksana et al. 2006):
a. Keterampilan (Skill)
Keterampilan merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan, namun
dapat menurun jika tidak menangani pekerjaan dalam waktu yang
lama. Penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas, yaitu
super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill dan poor
skill.
b. Usaha (Effort)
Usaha merupakan faktor yang memengaruhi penyesuaian. Maksud
dari usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan
operator ketika melakukan pekerjaanya. Kelas usaha dibagi menjadi
enam, yaitu excessive effort, excellent effort, good effort, average
effort, fair effort, dan poor effort.
c. Kondisi kerja (Condition)
Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja
mempunyai enam kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair dan
poor. Kondisi ideal adalah kondisi paling cocok untuk pekerjaan yang
bersangkutan, yaitu memungkinkan performance maksimal dari
pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang
tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan menghambat pencapaian
performance terbaik.
d. Konsistensi (Consistency)
Faktor konsistensi perlu diperhatikan, karena pada setiap pengukuran
waktu angka-angka yang dicatat tidak selalu sama dari satu siklus ke
siklus, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Konsistensi dibagi
menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good, average, fair, dan
poor.
Rincian faktor-faktor penyesuaian berdasarkan Teknik Westinghouse dapat
dilihat pada Tabel 4.
17

Tabel 4 Penyesuaian menggunakan Teknik Westinghouse


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan Superskill A1 +0.15
A2 +0.13
Excellent B1 +0.11
B2 +0.08
Good C1 +0.06
C2 +0.03
Average D 0.00
Fair E1 -0.05
E2 -0.10
Poor F1 -0.16
F2 -0.22
Usaha Excessive A1 +0.13
A2 +0.12
Excellent B1 +0.10
B2 +0.08
Good C1 +0.05
C2 +0.02
Average D 0.00
Fair E1 -0.04
E2 -0.08
Poor F1 -0.12
F2 -0.17
Kondisi Keja Ideal A +0.06
Excellent B +0.04
Good C +0.02
Average D 0.00
Fair E -0.03
Poor F -0.07
Konsistensi Perfect A +0.04
Exellent B +0.03
Good C +0.01
Average D 0.00
Fair E -0.02
Poor F -0.04
Sumber: Sutalaksana et al. (2006)

Menurut Sutalaksana et al. (2006), jika ada ketidakwajaran, maka pengukur


harus mengetahui dan menilai seberapa jauh ketidakwajaran itu terjadi.
Ketidakwajaran dapat mempengaruhi kecepatan kerja yang mengakibatkan
waktu penyelesaian terlalu singkat atau terlalu panjang. Hal ini merupakan
sesuatu yang dihindari, dikarenakan waktu baku yang dicari adalah waktu
dari kondisi dan cara kerja baku diselesaikan secara wajar. Keadaan yang
dianggap wajar diberi harga p sama dengan satu (p=1) dalam perhitungan
faktor penyesuaian. Sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini,
harga p ditambah dengan angka-angka yang sesuai dengan keempat faktor
di atas. Perhitungan penyesuaian pertama dihitung dengan rumus berikut:
18

Penyesuaian (p1) = 1+nilai penyesuaian...................................................(8)

Penyesuaian kedua dapat dilakukan menggunakan cara obyektif. Faktor-


faktor penyesuaian berdasarkan cara obyektif dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penyesuaian cara obyektif disesuaikan dengan anggota badan yang
digunakan selama bekerja. Jika anggota badan yang digunakan sulit maka
cepat menimbulkan kelelahan selama bekerja, sehingga akan diberikan
angka penyesuaian yang besar. Operator yang dipandang bekerja secara
wajar dengan harga p2 sama dengan satu (p2=1). Perhitungan
penyesuaian kedua dengan rumus berikut:
Penyesuaian (p2) = 1 + nilai penyesuaian.................................................(9)

Setelah dilakukan perhitungan penyesuaian pertama dan kedua maka harus


dilakukan perhitungan penyesuaian total dengan mengalikan penyesuaian
pertama dan kedua. Penyesuaian inilah yang akan disertakan dalam
perhitungan waktu normal. Rumus yang digunakan untuk menghitung
penyesuaian total adalah (Sutalaksana et al. 2006):
P = p1 x p2........................................................................................(10)
p1 = Penyesuaian pertama
p2 = Penyesuaian kedua

9. Waktu Normal
Menurut Sutalaksana et al. (2006), setelah didapatkan penyesuaian total,
langkah selanjutnya adalah menghitung waktu normal. Perhitungan waktu
normal menggunakan rumus:
Wn = Ws x P........................................................................................(11)
Ws = waktu siklus
P = faktor penyesuaian
Waktu normal adalah waktu yang diperlukan seorang operator terlatih dan
memiliki keterampilan rataan untuk melaksanakan suatu aktivitas di bawah
kondisi dan tempo kerja normal (Wignjosoebroto 2006).

10. Kelonggaran (allowance)


Menurut Sutalaksana et al. (2006), kelonnggaran merupakan hal yang secara
nyata dibutuhkan pekerja selama pengukuran tidak diamati, oleh karena itu
perlu ditambahkan kelonggaran berikut:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum
untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil dan bercakap-cakap
untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi
berbeda-beda dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Tanpa adanya
kelonggaran ini akan merugikan karyawan dan perusahaan,
dikarenakan produktivitas dapat mengalami penurunan.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa fatique tercermin dari menurunnya hasil produksi baik kuantitas
maupun kualitas. Rasa fatique yang berlangsung terus-menerus akan
akan mengakibatkan fatique total, yaitu anggota badan yang
19

bersangkutan tidak dapat melakukan gerakan kerja. Salah satu cara


untuk menentukan besarnya kelonggaran adalah melakukan
pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat saat-saat dimana hasil
produksi menurun.
c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol secara
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang
tidak dapat dihindarkan, karena berada di luar kekuasaan pekerja
untuk mengendalikannya. Beberapa contoh hambatan tak terhindarkan
adalah meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian
mesin, memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat, mengambil alat
khusus, mesin berhenti akibat aliran listrik mati, dan hambatan karena
kesalahan pemakaian alat serta bahan. Hambatan tak terhindarkan
akan tetap ada walaupun telah berusaha dihilangkan, sehingga harus
dipertimbangkan dalam perhitungan waktu baku.
Rincian kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dapat
dilihat pada Lampiran 2.

11. Waktu Baku


Waktu baku ditentukan agar mendapatkan waktu kerja yang wajar untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Waktu tersebut sudah mencakup
kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan
di samping waktu normal. Kelonggaran dinyatakan dalam persen dari waktu
normal. Waktu baku dipeoleh dengan cara mengalikan waktu normal dan
kelonggaran, kemudian ditambahkan dengan waktu normal yang telah
diperoleh sebelumnya. Waktu baku bisa dihitung dengan menggunakan
rumus berikut (Sutalaksana et al. 2006):
WB = Wn + (i x Wn)...............................................................................(12)
Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
i = kelonggaran yang diberikan pada pekerja

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

PT KYB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri


otomotif, khususnya dalam pembuatan komponen kendaraan bermotor. PT KYB
berdiri pada tanggal 25 Februari 1976 yang berlokasi di Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta Timur. PT KYB melakukan pembangunan pabrik baru di atas
lahan seluas ±146.000 m2 pada tahun 1997. Kemudian tahun 2003 perusahan ini
resmi pindah ke Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat.
Layout PT Kayaba Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3. PT KYB adalah
20

suatu badan usaha milik swasta yang merupakan perusahan dari Penanaman
Modal Asing (PMA) atau sering disebut joint venture dengan pembagian saham
yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kepemilikan saham PT Kayaba Indonesia


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

PT KYB memproduksi komponen otomotif untuk customer yang


merupakan perusahaan perakitan mobil dan motor di Indonesia. Selain itu,
perusahaan ini juga telah melakukan ekspor ke berbagai negara. Customer PT
Kayaba Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 4.
PT KYB selalu mengutamakan kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkan sesuai dengan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan produsen
shock absorber terbesar di ASEAN. Pencapaian visi tersebut dilakukan dengan
misi mengembangkan shock absorber berkualitas tinggi dengan biaya minimum.

Jenis-Jenis Produk di PT Kayaba Indonesia

PT KYB memproduksi tiga jenis produk untuk roda dua (2 Wheeler) dan
roda empat (4 Wheeler). Produk untuk kendaraan roda dua adalah front fork (FF)
dan oil cushion unit (OCU). Front fork merupakan komponen yang dipasang di
bagian depan pada roda motor. Jenis front fork ada dua yaitu sport type dan
moped type yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Front Fork


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Oil Cushion Unit (OCU) adalah komponen yang digunakan untuk motor
bagian roda belakang. Jenis-jenis oil cushion unit ada dua yaitu mono shock type
dan double shock type. Produk OCU dapat dilihat pada Gambar 7.
21

Gambar 7 Oil Cushion Unit


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Produk yang digunakan untuk kendaraan roda empat adalah Shock Absorber
(SA). Jenis-jenis produk ini adalah shock absorber standard type dan strut type.
Strut type biasanya digunakan untuk mobil sedan sedangkan standard type
digunakan untuk kendaraan lebih besar. Produk-produk shock absorber dapat
dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Shock Absorber


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Salah satu produk shock absorber yang menjadi produk utama dan paling
sering diproduksi adalah produk shock absorber model BZ 090. Produk ini
merupakan shock absorber yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 4
yaitu merk Toyota. Produk SA BZ 090 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Shock Absorber Model BZ 090


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)
22

Selain produk-produk tersebut, perusahaan juga memproduksi railway


damper yang digunakan sebagai peredam kejut untuk kereta api, chair damper
untuk mekanisme naik/turun kursi, serta stay damper yang mempunyai berbagai
fungsi. Fungsi stay damper antara lain digunakan untuk bukaan otomatis seperti
pada back door mobil, engine hood, dan hospital bed. Produk-produk lain yang
dihasilkan oleh PT KYB dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Produk lain yang dihasilkan PT Kayaba Indonesia


Sumber: PT Kayaba Indonesia (2018)

Produk-produk ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu original equipment


manufacturer (OEM), genuine part (GP), dan after market (AM). Produk OEM
merupakan komponen mobil/motor yang diproduksi dengan sasaran customer,
yaitu perusahaan perakitan mobil dan motor, sehingga komponen akan langsung
dirakit pada perusahaan tersebut. GP adalah komponen motor/mobil yang
diproduksi untuk dealer-dealer resmi. Produk ini akan dijual sebagai suku cadang
asli komponen kendaran bermotor pada dealer tersebut. Sedangkan after market
adalah komponen yang diproduksi untuk toko-toko penjual komponen kendaraan
bermotor selain dealer. Seluruh produk yang dihasilkan oleh PT KYB
didistribusikan melalui PT Astra Otoparts Tbk.

Proses Produksi Shock Absorber Model BZ 090

PT KYB menerapkan sistem make to order dalam pembuatan produknya.


Proses pembuatan produk SA BZ 090 dimulai dari persiapan beberapa komponen
terbesar yaitu piston rod, cylinder, outer shell dan cover yang akan dirakit untuk
menghasilkan produk SA BZ 090. Tahapan terakhir proses produksi SA BZ 090
adalah pre delivery inspection yang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Proses produksi SA BZ 090 harus dilakukan secara berurutan sesuai standar
yang telah ditentukan perusahaan. Rincian proses produksi yang dilakukan untuk
menghasilkan produk SA BZ 090 adalah:
1. Table assy
Proses table assy merupakan tahap pertama dalam pembuatan produk SA
BZ 090. Proses ini meliputi perakitan seluruh sub assy dan piston rod.
Komponen sub assy yang digunakan adalah piston assy, oil seal dan rod
guide. Sub assy merupakan komponen berupa valve-valve yang dapat
membantu menstabilkan gerakan pada piston rod. Seluruh komponen sub
23

assy dirakit dengan piston rod yang telah mempunyai ulir, kemudian diputar
untuk menggabungkan komponen tersebut. Proses ini menghasilkan
komponen piston rod complete (PRC).
2. Auto tightening
Proses auto tightening merupakan suatu proses untuk mengencangkan baut
pada piston rod complete. Proses ini berfungsi untuk mengunci semua valve
seperti piston assy, oil seal, dan rod guide yang telah dipasang pada piston
rod. Proses auto tightening dilakukan secara otomatis menggunakan mesin.
3. Caulking hi spin
Setelah dilakukan proses auto tightening, tahap selanjutnya adalah proses
caulking hi spin. Proses ini merupakan proses perataan pada ujung piston
rod complete. Selanjutnya adalah proses cek kamera. Cek kamera
merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk menginspeksi hasil
press hi spin agar tidak terlalu tipis atau tebal. Hasil dari pengecekan ini
akan dilakukan pengecekan ulang pada tahap damping force tester.
4. Base valve complete press (BVC press)
BVC press merupakan proses pengepresan antara komponen cylinder
dengan BVC sebagai alas untuk menopang piston rod complete saat terjadi
gaya kompresi. Hasil dari pengepresan pada komponen ini akan digunakan
sebagai alas piston rod complete saat terjadi gaya kompresi.
5. Cleaning piston rod
Tahap ini merupakan tahap penggabungan piston rod complete, outer shell
dan cylinder. Cylinder dari proses BVC press dimasukkan ke dalam outer
shell yang telah di blow. Tahap selanjutnya adalah cleaning piston rod yang
merupakan suatu proses pembersihan pada ujung piston rod complete
setelah dilakukan caulking hi spin.
6. Roll Closing
Proses ini merupakan suatu proses penutupan pada tepi outer shell agar
dapat melindungi oil seal dengan baik, sehingga tidak akan terjadi
kebocoran oli dan gas di dalam shock absorber.
7. Insert Plug
Insert plug adalah proses pemberian plug pada bagian bawah outer shell
yang telah ditutup lower cap. Peletakkan plug berada pada tengah-tengah
lower cap. Proses ini berfungsi untuk menutup outer shell sebelum oli dan
gas dimasukkan pada damper/shock absorber.
8. Oil gas filling
Tahap ini merupakan proses pemberian oli dan gas pada shock absorber.
Kedua cairan ini sangat penting untuk shock absorber, dikarenakan
berhubungan langsung dengan fungsi produk, yaitu sebagai kompresi dan
ekstensi pada shock absorber. Cairan oli berfungsi sebagai kompresi (gaya
tekanan) dan gas berfungsi sebagai ekstensi (gaya balik) dari damper. Jenis
gas yang digunakan salah satunya adalah nitrogen.
9. Air remaining
Proses ini merupakan proses pencampuran oli dan gas yang terdapat pada
shock absorber bagian dalam agar keduanya tercampur secara merata
sehingga dapat berfungsi dengan baik.
10. Damping force tester (D/F Tester)
24

Damping force tester adalah pengecekan mengenai fungsi kompresi dan


ekstensi pada shock absorber. Tahap ini merupakan pemeriksaan lanjutan
dari pemeriksaan pada cek kamera. Pengecekan ini menggunakan alat yang
menunjukkan kesesuaian antara produk dengan standar yang telah
ditentukan. Jika produk sesuai, akan ditandai dengan tulisan good, dan
sebaliknya jika tidak sesuai maka terdapat tulisan not good.
11. Lower projection welding
Proses ini merupakan welding yang dilakukan untuk menggabungkan lower
eye dengan damper bagian bawah. Pada tahap ini juga dilakukan
pemasangan cover.
12. Cover press
Cover press merupakan proses pengepresan pada cover dan cover cap.
Pengepresan ini berfungsi agar piston rod complete dapat terlindungi
dengan baik.
13. Reinforce welding
Proses ini merupakan proses welding yang dilakukan pada lower eye bagian
kiri dan kanan agar kedua bagian tersebut tidak mudah lepas.
14. Cover spot welding
Proses ini adalah proses welding yang dilakukan dengan cara menembak
cover dan cover cap menggunakan welding. Welding ini berbentuk bulat
berjumlah empat buah yang menghubungkan antara cover dan cover cap.
15. Upper rubber press
Upper rubber press merupakan proses pengepresan rubber pada upper eye.
Proses ini merupakan proses terakhir di line assembling sebelum produk
diproses di line painting.
16. Painting
Painting merupakan proses pengecatan pada shock absorber yang
mempunyai kondisi baik atau lolos seluruh inspeksi pada line assembling.
Proses painting membutuhkan waktu selama 1.45 jam. Proses painting tidak
dilakukan pada line assembling karena semua jenis produk yang dicat akan
dilakukan pada line ini.
17. Mounting
Proses ini merupakan proses pemasangan lower rubber pada lower eye.
Proses mounting meliputi pengepresan rubber bawah, reaction force, ID
colour, dan marking pada produk SA BZ 090. Reaction force berfungsi
untuk mengukur tekanan gas yang terdapat di dalam shock absrober. ID
colour dan marking merupakan proses pemberian tanda merek dan warna
pada shock absorber.
18. Pre Delivery Inspection
Pre delivery inspection merupakan inspeksi terakhir yang dilakukan pada
barang jadi sebelum pengiriman. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
pada marking, diameter eye, jumlah spot, ID colour, dan kondisi reinforce.
Proses inspeksi ini belum mempunyai waktu siklus dari perusahaan,
sehingga pekerja hanya menginspeksi barang dengan waktu yang tersedia
dibagi jumlah produk yang akan diinspeksi.
19. Penyimpanan
Produk OEM yang akan dikirim ke customer tidak dikemas menggunakan
kardus, melainkan produk ditata pada box dan langsung dikirim ke
25

customer. Sebelum dilakukan pengiriman sesuai penjadwalan yang telah


ditentukan oleh PPC, maka produk disimpan terlebih dahulu di warehouse.

Studi Gerak Proses Table Assy SA BZ 090

Penguraian gerakan dasar akan memudahkan dalam menganalisis gerakan-


gerakan yang dapat digabungkan maupun dihilangkan untuk menghemat waktu
kerja. Gerakan proses table assy dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Gerakan table assy SA BZ 090


Tangan Kanan Tangan Kiri
Langkah Nama Lambang Langkah Nama Lambang
Therblig Therblig Therblig Therblig
Menjangkau koro- Menjangkau RE Menjangkau koro- Menjangkau RE
koro koro
Memegang koro- Memegang G Memegang koro- Memegang G
koro koro
Memakai koro-koro Memakai U Memakai koro- Memakai U
koro
Mengarahkan PRC Mengarahkan P Menjangkau PRC Menjangkau RE
ke jig di box
Menjangkau piston Menjangkau RE Memegang PRC Memegang G
assy di tray di box
Memegang piston Memegang G Membawa PRC Membawa M
assy di tray dari box
Membawa piston Membawa M Menjangkau Menjangkau RE
assy dari tray piston rod di jig
Mengarahkan Mengarahkan P Memegang piston Memegang G
piston assy ke rod di jig
piston rod
Merakit piston rod Merakit A Membawa piston Membawa M
dengan piston assy rod dari jig
Mengarahkan PRC Mengarahkan P Memegang untuk Memegang H
ke jig auto memakai piston untuk
tightening rod memakai
Melepas PRC di jig Melepas RL Menjangkau Menjangkau RE
auto tightening nagara switch

Menjangkau koro- Menjangkau RE Memegang Memegang G


koro nagara switch
Memegang koro- Memegang G Memakai nagara Memakai U
koro switch
Memakai koro-koro Memakai RL Melepas nagara Melepas RL
switch
Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)
26

Analisis gerakan dilakukan pada proses table assy yang merupakan proses
inti dalam pembuatan produk SA BZ 090. Gerakan dalam pekerjaan table assy
yang digunakan adalah menjangkau, memegang, membawa, memegang untuk
memakai, mengarahkan, memakai, merakit dan melepas. Gerakan-gerakan dalam
pekerjaan ini sudah efektif, sehingga tidak perlu dikurangi atau dihilangkan,
dikarenakan gerakan tersebut merupakan gerakan-gerakan dasar yang diperlukan
dalam penyelesaian proses table assy SA BZ 090. Jika salah satu gerakan tersebut
dikurangi atau dihilangkan, maka pekerjaan table assy tidak dapat diselesaikan
secara menyeluruh. Pekerja lebih baik mengambil piston rod di tray yang paling
dekat dengan pekerja agar dapat menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.

Pengukuran Waktu Baku Proses Table Assy SA BZ 090

Pengukuran waktu baku dilakukan menggunakan metode jam henti


(stopwatch). Pengukuran dan perhitungan waktu baku dilakukan pada proses table
assy. Table assy merupakan proses pertama dan sangat penting untuk
menghasilkam produk shock absorber model BZ 090, dikarenakan pada proses ini
dilakukan perakitan komponen penyusun inti produk tersebut. Table assy adalah
proses yang membutuhkan waktu paling lama dibandingkan proses lainnya.
Perusahaan menggunakan waktu paling lama untuk menetapkan standar cycle
time line assembling. Pengukuran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
waktu baku proses tersebut sehingga dapat diketahui penyesuaian dan
kelonggaran yang harus diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan
table assy. Tahap pertama perhitungan waktu baku adalah pengelompokkan sub
grup yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sub grup proses table assy SA BZ 090


Sub grup ke Waktu Penyelesaian (detik) Waktu Rataan
1 8.19 8.08 9.04 10.3 8.90
2 8.25 8.67 9.11 8.35 8.60
3 8.37 9.15 8.57 8.43 8.63
4 10.25 8.51 10.03 9.12 9.48
Jumlah 35.61
Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)

Pengukuran pendahuluan yang dilakukan adalah 16 kali, sehingga sub grup


dibagi menjadi empat untuk mempermudah dalam menghitung nilai rataan dari
nilai rataan sub grup. Perhitungan sub grup diperoleh dengan cara membagi waktu
rataan dan kelas sub grup. Sehingga diperoleh nilai rataan 8.90 detik. Tahap
selanjutnya perhitungan simpangan baku dari waktu penyelesaian dan simpangan
baku rata-rata subgrup. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai simpangan
baku dari waktu penyelesaian 0.73 detik. Sedangkan simpangan baku rataan sub
grup menunjukkan hasil sebesar 0.36 detik.
Setelah diperoleh simpangan baku waktu penyelesaian dan simpangan baku
rataan, maka tahap selanjutnya dilakukan perhitungan batas kendali atas dan batas
kendali bawah (BKA dan BKB). Hasil perhitungan BKA dan BKB menunjukkan
27

bahwa nilai yang diperoleh adalah 9.99 dan 7.81 detik yang dapat dilihat pada
Gambar 11.

Gambar 11 BKA dan BKB table assy


Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)

Nilai rataan sub grup berada dalam BKA dan BKB, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai tersebut sudah seragam dan dapat digunakan untuk
menghitung jumlah data yang diperlukan dalam pengukuran. Data yang
diperlukan untuk perhitungan sudah cukup, dikarenakan telah memenuhi
persyaratan, yaitu N’<N dengan hasil N’ adalah 10.04 kali dimana nilai N pada
pengukuran pendahuluan adalah 16 kali. Tahap perhitungan selanjutnya adalah
menghitung waktu siklus yang diperoleh dari waktu penyelesaian rata-rata selama
pengukuran. Waktu siklus pada proses table assy adalah 8.90 detik. Langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan waktu normal dengan menambahkan
penyesuaian pertama dan kedua pada waktu siklus. Penyesuaian pertama
mempertimbangkan cara kerja pekerja dengan menggunakan Teknik
Westinghouse yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penyesuaian pekerja table assy menggunakan Teknik Westinghouse


Faktor Kelas Penyesuaian
Ketrampilan Good skill 0.06
Usaha Good effort 0.05
Kondisi kerja Excellent 0.04
Konsistensi Good 0.01
Jumlah 0.16
Sumber: PT Kayaba indonesia (diolah 2018)

Penyesuaian Teknik Westinghouse ditentukan menggunakan empat faktor


yang dibagi menjadi beberapa kelas pada masing-masing faktor tersebut. Pekerja
yang bekerja secara wajar diberikan nilai p1 sama dengan satu (p1=1). Proses
table assy SA BZ 090 diberikan penyesuaian pertama sebesar 1.16 detik
berdasarkan cara kerja pekerja pada proses tersebut. Setelah diperoleh
penyesuaian pertama, dilakukan penyesuaian kedua dengan menggunakan metode
obyektif. Penyesuaian pekerja table assy dengan metode obyektif dapat dilihat
pada Tabel 8.
28

Tabel 8 Penyesuaian pekerja table assy menggunakan cara obyektif


Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
Anggota badan yang terpakai: lengan atas,
lengan bawah, dst D 5
Pedal kaki: tanpa pedal F 0
Penggunaan tangan: keadaan tangan saling
bantu atau bergantian H 0
Koordinasi mata dengan tangan: konstan dan
dekat K 4
Peralatan: perlu kontrol dan penekanan P 2
Keadaan berat beban (kg): 0.45kg B-1 2
Jumlah 13
Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)

Penyesuaian ini mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam melakukan


pekerjaan. Operator yang dipandang bekerja secara wajar akan diberikan nilai
penyesuaian sama dengan satu (p2=1). Penyesuaian cara obyektif diberikan
berdasarkan anggota badan yang digunakan. Jika anggota badan yang digunakan
tergolong sulit dan menyebabkan kelelahan berlebihan, maka akan diberikan nilai
penyesuaian yang besar. Setelah dilakukan pengamatan di tempat kerja,
penyesuaian kedua (p2) yang diberikan kepada pekerja proses table assy sebesar
1.13 detik. Perhitungan selanjutnya menghitung total penyesuaian yang diperoleh
dengan mengalikan penyesuaian pertama dan kedua (p1 dan p2).Total
penyesuaian yang diberikan kepada pekerja proses table assy adalah 1.31 detik.
Tahap setelah perhitungan penyesuaian adalah tahap perhitungan waktu
normal. Perhitungan tersebut menggunakan rumus WN=WS x P, maka diperoleh
waktu normal 11.67 detik. Perhitungan waktu baku pekerja merupakan waktu
yang telah diperoleh dari waktu normal dan ditambahkan dengan kolanggaran
pekerja. Kelonggaran yang diberikan kepada pekerja table assy dapat dilihat pada
Tabel 9.

Tabel 9 Kelonggaran untuk pekerja proses table assy SA BZ 090


Faktor Kelonggaran (%)
Tenaga yang dikeluarkan: Sangat ringan 7.5
Sikap kerja: berdiri 2.5
Gerakan kerja: normal 0
Kelelahan mata: pandangan terus menerus dengan
fokus tetap 12
Keadaan suhu tempat kerja: sedang 5
Keadaan atmosfer: baik 0
Keadaan lingkungan: bersih, sehat, cerah dan
kebisingan rendah 0
Kebutuhan pribadi: pria 5
Kelonggaran tak terhindarkan 5
Jumlah 37
Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)
29

Pekerja proses table assy SA BZ 090 diberikan kelonggaran 37 persen


berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh. Kelonggaran tersebut diberikan
untuk kebutuhan pribadi pekerja dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindari oleh pekerja. Waktu baku diperoleh dengan rumus WB = WN + (i x
WN), sehingga diperoleh waktu baku untuk table assy 11.80 detik.

Produktivitas

PT KYB memproduksi jenis dan jumlah produk sesuai rencana dari PPC.
Target produksi per hari pada line asembling SA 6 adalah 1700 unit dengan
berbagai macam produk yang bervariasi. Produk shock absorber model BZ 090
mempunyai jumlah permintaan sebanyak 500 unit per shift. Jam kerja operator
produksi dibagi menjadi 3 shift, dengan jumlah jam kerja 8 jam/hari. Operator
yang menjalankan proses produksi SA BZ 090 sebanyak 8 orang dengan waktu
penyelesaian produk selama dua jam. Produktivitas pekerja menggunakan metode
takt time adalah 31.25 unit/jam sehingga satu orang pekerja dapat menghasilkan
produk 31.25 unit/jam.
Jumlah output yang dihasilkan jika menggunakan waktu baku dapat
dihitung dengan melakukan pembagian pada waktu yang tersedia dengan waktu
baku untuk menyelesaikan satu unit produk tersebut. Output yang dihasilkan
menggunakan perhitungan waktu baku adalah 610.17 unit. Produktivitas
menggunakan waktu baku dapat diketahui dengan cara melakukan pembagian
output dan input. Produktivitas pekerja menggunakan waktu baku 38.14 unit/jam.
Setelah diperoleh nilai produktivitas, maka perlu dibandingkan agar dapat
mengetahui produktivitas takt time dan produktivitas waktu baku. Melalui
produktivitas dapat diketahui jumlah unit produk yang dapat diproduksi setiap
satu jam kerja. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbandingan produktivitas saat ini dan waktu baku


Produktivtas Takt time Waktu baku
Unit/hari 500 610.17
Unit/jam orang 31.25 38.14
Sumber: PT Kayaba Indonesia (diolah 2018)

Tabel 10 menunjukkan produktivitas waktu baku lebih tinggi, dikarenakan


terdapat kelonggaran pada waktu tersebut. Waktu yang digunakan perusahaan
merupakan waktu siklus dari takt time, sehingga perusahaan harus memberikan
tambahan waktu sebagai kelonggaran untuk pekerja. Rincian perhitungan waktu
baku yang digunakan untuk mengetahui produktivitas dapat dilihat pada Lampiran
6. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja line assembling SA
6 adalah:
1. Pendidikan
Karyawan yang bekerja di PT KYB pada level operator mempunyai
pendidikan SMA/SMK sederajat. Perusahaan mengharapkan pekerja pada
level ini dapat memahami dengan baik pentingnya produktivitas pekerja bagi
perusahaan.
30

2. Keterampilan
Keterampilan karyawan pada level operator di PT KYB dibentuk melalui
pelatihan awal basic skill selama dua minggu pada saat masuk perusahaan.
Selama periode tersebut, calon karyawan akan diberikan work check point B
yaitu petunjuk penggunaan mesin yang akan dikerjakan oleh operator. Setelah
tahap ini selesai, calon karyawan dikenalkan pada mesin-mesin yang cara
pengerjaannya telah dipelajari pada work check point B. Tahap terakhir
adalah melakukan pekerjaan langsung yang didampingi oleh line guide atau
foreman pada line tersebut. Karyawan baru yang akan ditempatkan pada line
assembling diharapkan tidak menurunkan produktivitas pekerja pada line
tersebut.
3. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan karyawan di PT KYB tergolong baik. Pemberian gaji
dan insentif selalu tepat waktu sesuai perjanjian yang telah disepakati antara
kedua belah pihak sehingga karyawan lebih semangat untuk melakukan
pekerjaannya dengan baik.
4. Gizi dan Kesehatan
PT KYB mempunyai jadwal rutin pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan itu
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemeriksaan sebelum kerja, berkala dan
khusus. Pemeriksaan sebelum kerja dilakukan saat seleksi penerimaan
karyawan. Pemeriksaan berkala dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Sedangkan pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan untuk karyawan
yang mempunyai usia di atas 40 tahun. Seluruh karyawan melakukan
pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan karyawan berdasarkan
lingkup kerjanya. PT KYB juga mempunyai klinik sebagai fasilitas bagi
karyawan yang ingin berobat di perusahaan. Selain itu, karyawan tetap di PT
KYB mendapatkan uang untuk berobat bagi karyawan yang ingin berobat di
luar perusahaan. Fasilitas ini mendorong semangat karyawan untuk lebih
produktif.
5. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang paling umum diberikan kepada karyawan adalah BPJS
ketenagakerjaan karena merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap perusahaan. PT KYB memberikan jaminan sosial berupa BPJS
ketenagakerjaan dan asuransi untuk seluruh karyawan di perusahaan tersebut.
Iuran BPJS ketenagakerjaan per bulan ditanggung oleh PT KYB.
6. Kesempatan Berprestasi
Karyawan PT KYB yang mempunyai ide untuk memperbaiki suatu sistem
dapat menyampaikan ide kepada atasan. Perusahaan mempunyai beberapa
wadah seperti QCC (quality control circle), QCP (quality control project),
dan sistem saran yang dapat menampung ide-ide tersebut. Ide yang
disampaikan dari karyawan akan diberikan penghargaan sesuai dengan hasil
dari perbaikan.
7. Lingkungan dan Iklim Kerja
Lingkungan kerja pada line assembling tergolong lingkungan yang aman
dibandingkan dengan lingkungan kerja di tempat lain. Line assembling
mempunyai dua ruangan yaitu, close room dan open room. Ruangan close
room diperuntukkan bagi proses-proses yang memerlukan tingkat steril
31

tinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya suatu kondisi


lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan pegawai, yaitu:
a. Penerangan/cahaya di tempat kerja
Penerangan mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu pekerjaan.
Terlebih untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Salah satu
pekerjaan tersebut adalah pekerjaan pada proses table assy. Pekerjaan ini
melibatkan banyak komponen yang perlu dirakit, sehingga membutuhkan
penerangan yang benar-benar memadai. Penerangan di line assembling
tergolong baik yaitu sebesar 436 Lux. Ukuran ini lebih besar dari standar
penerangan yang baik yaitu 200 Lux.
b. Suhu udara di tempat kerja
Suhu pada area kerja table assy sangat nyaman karena telah mencapai
ukuran 24o celcius. Area pekerjaan ini berada di dalam ruangan (close
room) karena table assy merupakan suatu proses yang penting dan harus
steril.
c. Kelembaban di tempat kerja
Kondisi lingkungan kerja di line assembling SA 6 cukup kering, karena
tidak memerlukan proses yang melibatkan air dalam pengerjaanya.
Perusahaan tidak melakukan pengukuran kelembaban di line assembling,
tetapi perusahaan menyimpulkan bahwa kondisi ini sudah layak dan
nyaman jika dikaitkan dengan pekerjaan di dalamnya.
d. Sirkulasi udara di tempat kerja
Sirkulasi udara yang digunakan untuk membantu kelancaran pernafasan
dalam ruangan adalah air conditioning (AC). Peralatan ini membantu
menyejukkan udara di sekitar area kerja proses table assy karena di area
ini mempunyai ruangan yang tertutup.
e. Kebisingan di tempat kerja
Kebisingan merupakan bunyi yang dapat mengganggu konsentrasi
pekerja. Kebisingan tersebut dapat ditimbulkan dari mesin-mesin yang
bekerja di line assembling atau sekitar area tersebut. Area kerja table
assy mempunyai ukuran kebisingan sebesar 80.2 dB. Ukuran tersebut
masih berada di bawah NAB (Nilai Ambang Batas) yang mempunyai
standar maksimal sebesar 85 dB.
f. Bau-bauan di tempat kerja
Area kerja line assembling tidak terdapat bau-bauan yang dapat
mengganggu penciuman pekerja. Area kerja juga berada di close room
sehingga terpisah dari proses-proses yang lainnya. Secara keseluruhan,
pada area ini tidak terdapat aktivitas proses produksi yang menimbulkan
bau-bauan bagi pekerja.
g. Tata warna di tempat kerja
Warna cat pada area kerja table assy adalah putih, sehingga ruangan
terkesan luas dan tidak membuat pekerja merasa terganggu pada saat
melakukan pekerjaannya. Area proses table assy juga dibatasi oleh kaca
agar proses produksi yang dilakukan di close roon dapat dikontrol tanpa
harus masuk ke dalam ruangan.
h. Keamanan di tempat kerja
Keamanan di tempat kerja sudah cukup bagus dikarenakan terdapat loker
yang dimiliki oleh masing-masing pekerja sehingga tidak akan terjadi
32

kekhawatiran pada benda yang kemungkinan akan hilang. Selain itu,


perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerjaan-
pekerjaan yang dinilai berbahaya, sehingga pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan nyaman tanpa khawatir akan terjadi cidera pada
anggota tubuhnya.

Implikasi Manajerial

PT KYB menetapkan standar penyelesaian pekerjaan berdasarkan waktu


siklus yang diperoleh dari takt time. Perusahaan menetapkan waktu siklus pada
model tersebut berdasarkan waktu siklus yang paling lama dalam setiap proses di
line assembling. Proses produksi yang membutuhkan waktu paling lama adalah
proses table assy SA BZ 090. Waktu yang digunakan sebagai standar
penyelesaian pekerjaan belum mempunyai penyesuaian dan kelonggaran bagi
pekerja. Oleh karena itu, perusahaan memberikan kelonggaran kepada pekerja 15
persen dari waktu kerja dalam satu shift. Penggunaan metode takt time dalam
penyelesaian proses produksi SA BZ 090 tidak dapat memenuhi target produksi
600 unit/hari. Saat perusahaan menggunakan takt time sebagai standar
penyelesaian produk, maka satu unit produk diselesaikan dalam waktu 14.4 detik.
Sedangkan jika menggunakan waktu baku, maka diperlukan waktu 11.80 detik
untuk menyelesaikan satu unit produk. Melalui perhitungan diperoleh
penghematan 2.6 detik dari waktu penyelesaian yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Penghematan tersebut akan meningkatkan output dari 500 menjadi
610.17 unit dalam satu shift. Estimasi harga produk SA BZ 090 adalah Rp575
000/unit, sehingga perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dari Rp287 500
000 menjadi Rp350 847 750/hari. Pehitungan ini menunjukkan bahwa sebaiknya
perusahaan mengubah penetapan waktu penyelesaian dari metode takt time
menjadi waktu baku. Hal ini dikarenakan penggunaan waktu baku pada proses
produksi SA BZ 090 lebih efisien sehingga dapat meningkatkan output dan
pendapatan perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:


1. Gerakan proses table assy SA BZ 090 adalah menjangkau, memegang,
membawa, memegang untuk memakai, mengarahkan, memakai, merakit dan
melepas.. Gerakan pada proses ini dimulai dari menjangkau koro koro dan
diakhiri dengan melepas nagara switch. Gerakan dalam proses tersebut
33

tergolong sudah efektif, karena merupakan gerakan-gerakan dasar untuk


menyelesaikan pekerjaan table assy SA BZ 090.
2. Pengukuran waktu baku di proses table assy menggunakan metode jam
henti.Total waktu yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit shock
absorber siap painting adalah dengan waktu siklus 8.90 detik, waktu normal
11.67 detik dan waktu baku 11.80 detik.
3. Produktivitas pekerja SA BZ 090 menggunakan metode takt time adalah
31.54 unit/jam dengan waktu baku menghasilkan sebanyak 38.14 unit/jam,
sehingga total output dari 500 menjadi 610.17 unit.
4. Berdasarkan gambaran umum perusahaan, jenis-jenis produk, proses
produksi, studi gerak, pengukuran waktu baku, dan produktivitas di PT KYB
dapat dinyatakan bahwa PT KYB telah melakukan upaya-upaya dan sekaligus
bersaing sebagai sebuah perusahaan yang melakukan produksi shock
absorber untuk keperluan penggunaan dalam negeri dan luar negeri secara
berkelanjutan.

Saran

1. Pekerja melakukan gerakan efektif dalam proses table assy dengan


mengambil piston rod di tray yang paling dekat dengan pekerja. Perusahaan
juga harus memberikan akses kepada picking man untuk meletakkan piston
rod di dalam close room.
2. Perusahaan mempertimbangkan waktu baku yang diperoleh pada penelitian
ini, dikarenakan hasil output SA BZ 090 yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkan saat menggunakan takt time sebagai standar penyelesaian
produk.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai waktu baku pada semua proses
produksi SA BZ 090 dengan memasukkan unsur beban kerja pada masing-
masing proses produksi shock absorber.
34

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari A. 2002. Manajemen Produksi: Perencanaan Sistem Produksi. Ed ke-4.


Yogyakarta (ID): BPFE UGM.
Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Astuti RD, Iftadi I. 2016. Analisis dan Perancangan Sistem Kerja. Yogyakarta
(ID): Deepublish.
[GAIKINDO] Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. 2018. Data
Sektor Otomotif Berpeluang Melaju [Internet]. [diunduh pada 2018 April
4]. Tersedia pada : https://www.gaikindo.or.id/2018-sektor-otomotif-
berpeluang-melaju/.
[GAIKINDO] Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. 2018.
Indonesian Automobile Industry Data [Internet]. [diunduh pada 2018
Juli 1]. Tersedia pada : https://www.gaikindo.or.id/indonesian-automobile-
industry-data/.
Hasibuan MSP. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta
(ID): PT Bumi Aksara.
Herjanto E. 2007. Manajemen Operasi. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Kusumawardhani RW. 2018. Analisis Waktu dan Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Pekerja pada Proses Produksi Manisan Carica di CV Yuasa
Food [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Majanasastra RBS. 2013. Analisis Defleksi dan Tegangan Shock Absorber Roda
Belakang Sepeda Motor Yamaha Jupiter. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
[Jurnal]. [diunduh 2018 Juli 1]; Vol 1(1). Tersedia pada
https://media.neliti.com/media/publications/98264-ID-analisis-defleksi-dan-
tegangan-shock-abs.pdf.
Narimawati U. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Bandung (ID): Agung Media.
Nurmuttaqina L. 2017. Studi Gerak, Pemeliharaan Tempat Kerja dan Waktu Baku
Bagian Pengupasan Ubi di PT Galih Estetika Indonesia [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[PT KYB] PT Kayaba Indonesia. 2018. Laporan Magang Industri Pembuatan
Sistem Cavity pada Mesin CNC di PT Kayaba Indonesia. Bekasi (ID): PT
KYB
Putranti KA, Herodian S, Syuaib MF. 2012. Studi Waktu (Time Study) pada
Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur,
Riau. Jurnal Keteknikan Pertanian [Jurnal]. [diunduh 2018 Maret 28];
Tersedia pada :http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep/search/authors/view?
firstName=Kurnia&midleName=Ayu&lastName=Putranti&affiliation=affili
ation=county=
Santoso G. 2004. Ergonomi (manusia, peralatan dan lingkungan). Jakarta (ID):
Prestasi Pustaka.
Sedarmayanti. 2001. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung
(ID): Mandar Maju.
35

Sedarmayanti. 2009. Tata kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung (ID): Mandar
Maju.
Sitohang EP, Norita D. 2015. Analisa Gerak dan Waktu Kerja, Sampel, Inkubasi
Teh Botol Sosro Kemasan Kotak [Jurnal]. [diunduh pada 2018 Juni 27];
9(1):83-101. Tersedia pada: https//media.neliti.com/media/publications/182
892-ID-analisa-gerak-dan-waktu-kerja-sampel-ink.pdf.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta.
Sulistyadi K, Susanti SL. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta
(ID): Universitas Sahid.
Sutalaksana IZ, Angga R, Tjakraatmaja JH. 2006. Teknik Perancangan Sistem
Kerja. Ed ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Syahrial MB. 2013. Analisis Dan Perbaikan Sistem Kerja Berdasarkan Metode
Studi Gerak Dan Waktu Pada Lini Produksi Squash Orange Di PT
Buanasari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tastanny T. 2011. Analisis Studi Gerak dan Waktu pada Proses Produksi
Minuman Lidah Buaya di UMKM (Studi Kasus: PT Driyama Purwana,
Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wignjosoebroto S. 2008. Ergonomi Studi dan Waktu: Teknik Analisis untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Ed ke-1. Surabaya (ID): Guna Widya.
Wignjosoebroto S. 2006. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya
(ID): Guna widya.
Wijaya A, Andrijanto. 2014. Perbaikan Sistem Kerja Untuk Meningkatkan
Efisiensi Waktu Produksi Di PT. Berdikari Metal Engineering Pada
Departemen Press. Jurnal Keteknikan Pertanian [Jurnal]. [diunduh 2018
April 11 ]; Tersedia pada: https://www.google.com/search?hl=in&source
=androidbrowsertype&qjurna l+wijaya+dan+andrijanto&gws_rd=ssl.
Yamit Z. 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama. Yogyakarta
(ID): Ekonisia.
36
37

LAMPIRAN
38
39

Lampiran 1 Penyesuaian dengan cara obyektif


Keadaan Lambang Penyesuaian
Anggota Badan Terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dan jari B 1
Lengan bawah, pergelangan lengan, dan jari C 2
Lengan atas, lengan bawah, dst D 5
Badan E 8
Mengangkat beban dari lantai dengan satu E2 10
kaki
Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu F 0
di bawah kaki
Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak di G 5
bawah kaki
Penggunaan Tangan
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang H2 18
sama pada saat yang sama
Koordinasi Mata dengan Tangan
Sangat sedikit I 0
Cukup dekat J 2
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0,04 cm M 10
Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit kontrol O 1
Perlu kontrol dan penekanan P 2
Perlu penanganan dan hati-hati Q 3
Mudah pecah dan patah R 5

Keadaan Lambang Penyesuaian


Berat Beban (Kg) Tangan Kaki
0,45 B-1 2 1
0,90 B-2 5 1
1,35 B-3 6 1
1,80 B-4 10 1
2,50 B-5 13 1
2,70 B-6 15 3
3,15 B-7 17 4
3,60 B-8 19 5
4,05 B-9 20 6
4,50 B-10 22 7
4,95 B-11 24 8
5,40 B-12 25 9
5,85 B-13 27 10
6,30 B-14 28 10
40

Lampiran 2 Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh


41

Lampiran 3 Layout PT Kayaba Indonesia


42

Lampiran 4 Customer PT Kayaba Indonesia


Customer PT Kayaba Indonesia
Automobile Motorcycle Export
PT Astra Daihastu Motor PT Yamaha Indonesia Kayaba
(Daihatsu) Motor Manufacturing Corporation
(Yamaha) (Jepang)
PT Daimler Chrysler PT Suzuki Indomobil Kayaba Malaysia
Indonesia (Mercedes Benz) Motor (Suzuki) (Malaysia)
PT Toyota Manufacturing PT Kawasaki Motor Kayaba Europe
Indonesia (Toyota) Indonesia (Kawasaki) (Jerman)
PT Isuzu Astra Motor PT Danmotor Vespa Kayaba Thailand
Indonesia (Isuzu) Indonesia (Vespa) (Thailand)
PT General Motor PT Astra Honda Motor Gabriel India
Indonesia (Chevrolet) (Honda) (India)
PT Hino Indonesia Yamaha Motor Da
Manufacturing (Hino) Amazonia (Brazil)
PT Hyundai Indonesia Suzuki Motorcycle
Motor (Hyundai) Pakistan (Pakistan)
PT Suzuki Indomobil
Motor (Suzuki)
PT Kia Mobil Indonesia
(KIA)
PT Nissan Motor Indonesia
(Nissan)
PT Krama Yudha Tiga
Berlian Motor (Mitsubishi)
43

Lampiran 5 Peta proses operasi shock absorber model BZ 090


44

Lampiran 6 Rincian perhitungan waktu baku dan produktivitas pekerja


1. Tahapan perhitungan waktu baku
a. Hitung rataan dari nilai rataan sub grup

b. Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian

detik
c. Hitung standar deviasi dari distribusi nilai rataan sub grup

=
= 0.36 detik
d. Tentukan Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah

= 8.90 + 3 (0.36)
= 9.99 detik

= 8.90 – 3 (0.36)
= 7.81 detik
e. Tentukan jumlah kecukupan data
N’ = 2

2
=
2
=
2
=
2
=
= 10.04 kali
f. Perhitungan waktu siklus
45

Lampiran 6 Rincian perhitungan waktu baku dan produktivitas pekerja (Lanjutan)


g. Perhitungan waktu normal
p1 = 1+nilai penyesuaian
= 1+0.16 detik
= 1.16 detik
p2 = 1+nilai penyesuaian
= 1+0.13 detik
= 1.13 detik
P = p1 x p2
= 1.16 x 1.13
= 1.31 detik
Wn = Ws x p
= 8.90 x 1.31 detik
=11.67
h. Perhitungan waktu baku
Kelonggaran yang diberikan kepada pekerja adalah 37%
Wb = Wn (1+i)
= 11.67 (1+0.37 detik)
= 11.80 detik

2. Perhitungan Produktivitas
Produktivitas takt time =
=
= 31.25 unit/jam

Output =
=
= 610.17 unit
Produktivitas waktu baku =
=
= 38.14 unit/ jam
46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pacitan pada tanggal 14 mei 1995. Penulis yang


memiliki nama lengkap Yunita Widyawati adalah anak kedua dari pasangan
Suryadi dan Sriyati. Penulis lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Pacitan pada tahun 2013 dan melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswi Program
Diploma Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Manajemen Industri
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis
melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT Surya Toto Indonesia Tbk divisi
sanitary dengan topik pembahasan Mempelajari Tata Cara dan Pengukuran Waktu
Kerja Forming Mesin CW 914 J di PT Surya Toto Indonesia Tbk untuk
menyelesaikan tugas akhir. Tahun 2016 penulis lulus dari Program Diploma IPB,
kemudian melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
IPB. Penulis melakukan penelitian pada bulan April-Mei 2018 di PT Kayaba
Indonesia dengan memilih judul Studi Gerak, Waktu Baku dan Produktivitas
Pekerja pada Proses Produksi Shock Absorber di PT Kayaba indonesia.

Anda mungkin juga menyukai